Diajukan untuk memenuhi ujian praktik mata kuliah Implementasi dan Evaluasi Program
Promosi Kesehatan
Menyetujui,
Ketua Jurusan
Prodi D-IV Promosi Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Bandung
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan
Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain
oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan
sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko
yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas,
pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol. Sejalan dengan
PTM dalam satu tahun ini masyarakat seluruh dunia tengah mengalami PM yang sangat
memakan banyak korban jiwa. Salah satu kasus dari Penyakit Menular (PM) yang sedang
merebak adalah Covid-19. Covid-19 telah menjadi pandemi global dan menyebar di 213
negara, salah satunya yaitu Indonesia. Di Indonesia sendiri telah tersebar di 34 provinsi, dan
Indonesia menjadi salah satu angka kematian/1 juta penduduk tertinggi di dunia. Berdasarkan
data per 1 Juli 2021 di Indonesia terdapat kasus positif sebanyak 2.203.108 kasus, sembuh
sebanyak 1.890.287 kasus, dan yang meninggal sebanyak 58.995 kasus.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, anak balita serta
anak prasekolah. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi tantangan bagi
sistem kesehatan baik di tingkat pusat maupun di tingkat kabupaten. Data dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 100.000
kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian sang ibu. Kematian
ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Salah satu nya yang masih
menjadi permasalahan di Kota Bandung tepatnya di UPT Puskesmas Garuda diantaranya
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) belum mencapai target (99.9%) dari total target 100%,
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan sudah mencapai target 100%,
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani belum mencapai target (96.6%) dari target
yang ditetapkan 100%, Pelayanan Nifas belum mencapai target (99,7 %) dari target yang
ditetapkan sebesar (100%). Kunjungan Neonatus (KN1) sudah melebihi target (104%) dari
target yang ditetapkan sebesar (100%), Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) sudah
melebihi target (103%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%)., Neonatus dengan
Komplikasi belum mencapai target (98,1%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%),
Pelayanan Kesehatan Anak Balita belum mencapai target (97,4%) dari target yang ditetapkan
sebesar (100%) dan Kunjungan Bayi belum mencapai target (98,9%) dari target yang
ditetapkan (100%). Adapun Status Gizi Anak Bayi dan Balita berdasarkan data Profil
Puseksmas Garuda Tahun 2019 terdapat 41 BBLR, 239 Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi
Buruk. Melihat situasi terkini yaitu berlangsungnya pandemi akibat Covid-19, permasalahan
KIA semakin memerlukan perhatian yang mendalam, terutama untuk melihat bagaimana agar
kebijakan dan program KIA lebih dapat dikembangkan sesuai dengan konteks lokal spesifik
dengan mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data sekunder, masalah ODF di
Kelurahan Dungus Cariang wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda masih tinggi, hal ini
tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat disebabkan
oleh kuman yang ada pada feses di antaranya adalah Diare, diketahui bahwa jumlah kasus
penyakit diare adalah 830 dengan kasus kematian 1 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) 0.01
% pada tahun 2019.
Unit Kegiatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu program promosi kesehatan di UPT
Puskesmas Sukajadi. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) UKS adalah program
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah. Adapun tujuan
diselenggarakannya program UKS, yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
1.2 Tujuan
UPT Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT Puskesmas yang ada di Kota Bandung.
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 Kelurahan yaitu :
Kelurahan meleber
Kelurahan Garuda
Kelurahan Dungus Cariang
Kelurahan Campaka
Wilayah terluas adalah Kelurahan Dungus Cariang dan jangkauan terjauh adalah
Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka, namun demikian UPT Puskesmas
Garuda mudah dicapai dengan sarana transportasi umum. Letak Geografis UPT Puskesmas
Garuda yaitu :
Sampai dengan
tahun 2020, jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu kelompok umur 15-44 tahun (48%) Dimana pada kelompok umur
ini merupakan usia produktif. Sebagian lagi yaitu sekitar 25% merupakan kelompok usia pra
lansia dan lansia yang berumur 45 tahun ke atas.
BAB II
Di awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat dengan penyebab
yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina kepada World Health
Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu
Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan
pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020
penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona baru
(WHO, 2020).
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus kemudian virus
dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis mencoba mengukur laju
penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang
diisolasi (WHO, 2020).
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga masa
inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui asupan makanan
sehat, meperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau
padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan makanan yang dimasak hingga
matang dan bila sakit segera berobat ke RS rujukan untuk dievaluasi (Kemenkes, 2020).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan edaran tentang pelaksanaan pemberian vaksinasi COVID-19 pada seluruh
penduduk usia 18 tahun ke atas pada wilayah Bogor, Depok, Tangerang Raya, Bekasi
(Bodetabek) termasuk Bandung Raya sudah dapat dilakukan.
Peningkatan kasus COVID-19 tentu menimbulkan kekhawatiran terjadinya lonjakan
kasus yang kian besar. Oleh karenanya melalui percepatan vaksinasi ini diharapkan juga
mempercepat tercapainya herd immunity (kekebalan kelompok).
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan. Namun, masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2020).
Peningkatan capaian pelayanan kesehatan ibu yang tidak disertai dengan perbaikan
angka kematian ibu, mengindikasikan belum optimalnya kualitas pelayanan maternal.
Fenomena tiga terlambat masih terjadi, yakni terlambat pengambilan keputusan untuk dirujuk
ke fasyankes yang tepat, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat ditangani dengan
tepat. Untuk itu, harus dibangun sinergisme dan sistem rujukan yang kuat antara FKTP
(puskesmas) dan FKRTL (rumah sakit), termasuk peningkatan kompetensi SDM pelayanan
maternal. Penguatan puskesmas PONED dan RS PONEK 24 jam selama 7 hari perlu
dilakukan termasuk kemampuan SDM untuk memberikan pelayanan PONED dan PONEK.
Selain itu, RS juga perlu melakukan audit kematian khususnya maternal perinatal untuk
mengetahui penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir serta melakukan intervensi sesuai
penyebabnya (Kemenkes, 2020).
Indikator kematian anak, yang direfleksikan melalui angka kematian balita, angka
kematian bayi, dan angka kematian neonatal, target tahun 2024 angka kematian neonatal
diharapkan turun menjadi 10 per 1.000 KH, angka kematian bayi menjadi 16 per 1.000 KH
(Kemenkes, 2020). Mengacu pada tujuan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (2020),
maka ditetapkan indikator Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Indikator Dirjen
Kesmas bersifat dampak (impact atau outcome). Dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat, indikator yang akan dicapai di akhir tahun 2024 yaitu persentase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 95% dan persentase ibu hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) sebesar 10%.
1. Kesehatan Ibu
a. Kunjungan Ibu Hamil K4
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Komplikasi kebidanan yang ditangani
d. Pelayanan nifas
2. Kesehatan Anak
a. Kunjungan Neonatus (KN1)
b. Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)
c. Kunjungan Bayi
d. Pelayanan anak balita
3. Status Gizi Anak
a. BBLR
b. Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita
Penjaringan dilakukan setahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas satu
di SD/RA, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA negeri dan swasta yang dilakukan oleh suatu Tim
Penjaringan Kesehatan dibawah koordinasi Puskesmas. Penjaringan kesehatan merupakan
serangkaian kegiatan yang meliputi pengisian kuesioner oleh peserta didik, pemeriksaan fisik
dan penunjang oleh tenaga kesehatan bersama sama kader kesehatan remaja dan guru
sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan
bidang kesehatan dan program UKS. Idealnya rangkaian tersebut seharusnya dilaksanakan
seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
wilayah setempat (Kemenkes, 2020).
Pembinaan dan pengembangan UKS adalah sebuah program yang bertujuan membina dan
mengembangkan UKS untuk meningkatkan mutu pendidikan serta prestasi belajar peserta
didik yang tercermin dalam perilaku hidup bersih dan sehat sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal di lingkungan sekolah. Tujuan
pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar pengelolaan UKS mulai dari pusat sampai
ke daerah dan sekolahmadrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif,
berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang optimal (Widaninggar, 2003)
Menjaga kesehatan lingkungan itu penting untuk menciptakan komunitas yang sehat dan
bahagia. Tetapi, masih terdapat masalah kesehatan lingkungan di Indonesia diantaranya :
1. Air bersih
2. Pembuangan kotoran/tinja
3. Kesehatan pemukiman
4. Pembuangan sampah
5. Serangga dan binatang pengganggu
6. Makanan dan minuman
Mengingat masalah di atas, maka program kesehatan lingkungan di puskesmas dapat
menjadi solusinya. Pemerintah pun mendukung program kesehatan lingkungan di puskesmas
dengan dikeluarkannya Permenkes RI No 13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Permenkes
ini, disebutkan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan serta dalam rangka mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
BAB III
1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, dilakukan analisis situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Adapun
masalah sosial yang ada di Puskesmas Garuda adalah sebagai berikut :
1) Kependudukan
Pada tahun 2020, jumlah penduduk wilayah binaan UPT Puskesmas Garuda
sebanyak 66.165 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak 33.798 dan wanita
sebanyak 32.365.
Sementara jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur yaitu
kelompok umur 15-44 tahun (48%). Dimana pada kelompok umur ini merupakan
usia produktif, sebanyak 15.000 jiwa.
2) Pendidikan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda 2020, diketahui bahwa tingkat
pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda paling banyak adalah tidak
tamat SD (34%) dan paling sedikit adalah lulusan sarjana (7%).
3) Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda
yaitu (40,1%) adalah kategori lain-lain yang terdiri dari buruh harian, ojek online,
freelancer, dan asisten rumah tangga.
4) Kriminalitas
Kasus kriminalitas yang terjadi di Kelurahan Garuda berdasarkan koran online
merdeka.com pada tanggal 15 Januari 2021, Polrestabes Bandung mengamankan 15
tersangka komplotan begal sadis yang kerap meresahkan warga Kelurahan Garuda.
Tim melakukan penyelidikan dan melihat pelaku sedang beraksi merampas
handphone korban di Jalan Garuda pada 21 Mei pukul 03.00 WIB.
b. Diagnosis Epidemiologi
Dalam fase ini, ditekankan besaran masalah prioritas penyakit menular & penyakit
tidak menular berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019 dan data Pusat
Informasi COVID-19. Hasil analisis kami, kami mendapatkan 5 masalah penyakit
menular dan tidak menular terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda, adapun
masalahnya adalah sebagai berikut :
1) COVID-19 (PM)
Berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 sampai tanggal 17 Juni 2021.
Kelurahan Garuda :
- Aktif: 71 orang
- Sembuh: 171 orang
- Meninggal: 12 orang
- Total Terkonfirmasi: 254 orang
Kelurahan Maleber :
- Aktif: 94 orang
- Sembuh: 241 orang
- Meninggal: 4 orang
- Total Terkonfirmasi: 339 orang
Kelurahan Campaka
- Aktif: 90 orang
- Sembuh: 284 orang
- Meninggal: 5 orang
- Total Terkonfirmasi: 379 orang
Kelurahan Dungus Cariang
- Aktif: 123 orang
- Sembuh: 279 orang
- Meninggal: 7 orang
- Total Terkonfirmasi: 409 orang
Bisa disimpulkan dari 4 kelurahan wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda sebanyak
378 kasus aktif, 975 sembuh,dan 28 orang meninggal sehingga total kasus
terkonfirmasi sebesar 1.381 kasus.
2) TBC (PM)
Jumlah kasus TBC sebanyak 248 orang dan kasus kematian sebanyak 1 orang.
3) Jantung (PTM)
Jumlah kasus penyakit jantung sebanyak 536 orang dan kasus kematian sebanyak 12
orang.
4) Hipertensi (PTM)
Jumlah kasus hipertensi sebanyak 3.995 orang dan kasus kematian sebanyak 4
orang.
5) Diabetes Mellitus (PTM)
Jumlah kasus DM sebanyak 1.745 orang dan kasus kematian sebanyak 10 orang.
c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
1. Deskripsi Program
Program “SEMPIT (Sebarkan Edukasi COVID-19)” adalah program yang dilaksanakan
secara daring kepada kader yang di dalamnya terdapat pemberian edukasi mengenai
Waspada penyebaran COVID-19 dengan alat bantu media yaitu video dan leaflet. diharapkan
mampu menekan angka terjadinya COVID-19 khususnya di wilayah kerja puskesmas garuda.
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Specific
Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya kader kelurahan mengetahui waspada
penyebaran COVID-19 yang diharapkan untuk menyampaikannya kembali kepada
masyarakat umum.
Measurable
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kader kelurahan mengenai waspada
penyebaran COVID-19 yang dapat diukur pengetahuan masyarakat tersebut sebelum
dan sesudah kegiatan berlangsung.
Appropriate
Tujuan dari kegiatan ini sesuai dengan prioritas masalah yang telah dianalisis, yaitu
mengenai pengetahuan tentang waspada penyebaran COVID-19.
Reasonable
Kegiatan ini dibuat berdasarkan sumber data sekunder yang di analisis kembali.
Time Bound
Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang terukur, yaitu 3 minggu analisis,
pengolahan dan perencanaan, 1 minggu terakhir adalah pelaksanaan kegiatan.
3. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatannya yaitu kader kelurahan yang diharapkan mampu
menyebarluaskan informasi yang sudah disampaikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Garuda.
4. Isi Promosi Kesehatan
Pengertian COVID-19
Gejala COVID-19
Cara penularan COVID-19
Vaksinasi COVID-19
Penerapan protokol kesehatan dengan 5M
5. Metode Promosi Kesehatan
Pemberian edukasi menggunakan alat bantu media
6. Media Promosi Kesehatan
a. Video edukasi/penyuluhan
b. Leaflet
7. Jadwal Pelaksanaan
Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan / Perencaan
1) Diagnosis masalah
2) Penentuan prioritas
masalah
3) Pengembangan
komponen promosi
kesehatan
2. Pelaksanaan/ Implementasi
1) Kemitraan
2) Pemberdayaan
3) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
3.1.3 Implementasi Penyakit Menular
1. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan Puskesmas Garuda yang akan mendukung
keberlangsungan program SEMPIT, agar mencapai tujuan bersama yaitu untuk menurunkan
angka terjadinya kasus COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda.
2. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada para kader di wilayah kerja Puskesmas Garuda
dengan memberikan edukasi mengenai COVID-19 yang diharapkan yang diharapkan para
kader tersebut dapat menyebar luaskan informasi yang sudah diterima kepada seluruh
masyarakat untuk menekan angka terjadinya kasus COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas
Garuda.
3. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi mengenai
COVID-19 dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan yang dapat
memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami informasi yang disampaikan melalui
program SEMPIT.
Evaluasi Struktur :
1) Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara daring melalui WhatssApp Group Ketua Kader
PKM Garuda.
2) Pelaksanaan penyelenggaraan sudah dikonsultasikan dengan pembimbing.
3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana.
4) Tempat dan alat tersedia sesuai dengan rencana
Evaluasi Proses :
1) Peserta antusias dalam penyelenggaraan kegiatan.
2) Penyaji menguasai materi berupa media leaflet dan video yang akan dibagikan di
WhatssApp Group.
3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Evaluasi Hasil :
1) Sasaran memahami materi yang disampaikan, serta sasaran mengisi Google Form
kepuasan dan umpan balik.
3.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Diagnosis sosial adalah menganalisis atau mendiagnosis kualitas hidup
individu atau masyarakat yang sumbernya langsung dari masyarakat.
UPT Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT puskesmas yang ada di Kota
Bandung yang terletak di Kelurahan Garuda, Kecamatan Andir. Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Maleber,
Kelurahan Garuda,Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka. UPT
Puskesmas Garuda memiliki jumlah penduduk dengan 1.220 ibu hamil, 1.065 bayi
dan 3.852 balita.
Berdasarkan data dari profil UPT Puskesmas Garuda tahun 2019 kesenjangan
Pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda menunjukan bahwa
sebanyak (34%) penduduk yang tidak tamat SD, (24,5%) penduduk tamat SD,
(15,5%) penduduk tamat SLTP, (12%) penduduk tamat SMU, (7%) penduduk
tamat D3, dan (7%) penduduk tamat PT. Besarnya penduduk yang tidak tamat SD
berpengaruh pada perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu bentuk perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan adalah tingkat partisipasi warga yang
mempunyai balita untuk datang ke Posyandu. Tingkat pendidikan rendah
berpengaruh terhadap pola asuh orang tua terhadap bayi dan balita. Walaupun
pendidikan bukanlah faktor utama terjadinya gizi kurang namun pendidikan orang
tua berpengaruh terhadap penyerapan informasi atau pengetahuan tentang
kesehatan, sehingga akan berpengaruh pula terhadap asupan gizi anak.
Dilihat dari jenis mata pencaharian masyarakat di Wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda menunjukan, bahwa mata pencaharian terbanyak yaitu 40,1%
adalah lain - lain. Mata pencaharian lain-lain yaitu seperti ojek online, freelence,
buruh harian lepas dsb. Dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian
lain- lain, aktifitasnya kebanyakan di malam hari sehingga berpengaruh terhadap
kesehatan.
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019 ada beberapa masalah
mengenai Kesehatan Ibu dan anak diantaranya adalah tingginya angka BBLR,
belum tercapainya target Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4), Cakupan
Komplikasi Kebidanan yang ditangani, Pelayanan Nifas, Neonatus dengan
Komplikasi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Kunjungan Bayi. Sedangkan
dari Analisa Hasil Bulan Penimbangan Balita (Bpb)-Eppgbm Upt Puskesmas
Garuda Bulan Februari 2021 masih adanya kasus tingginya angka balita dengan
Gizi Kurang dan Gizi Buruk (Under Weight).
b. Diagnosis Epidemiologi
Menurut data Profil Puskesmas Garuda Tahun 2019 Indikator yang digunakan
untuk menilai program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antara lain Cakupan
Kunjungan Ibu Hamil (K4) belum mencapai target (99.9%) dari total target 100%,
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan sudah mencapai target
100%, Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani belum mencapai target
(96.6%) dari target yang ditetapkan 100%, Pelayanan Nifas belum mencapai
target (99,7 %) dari target yang ditetapkan sebesar (100%). Kunjungan Neonatus
(KN1) sudah melebihi target (104%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%),
Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) sudah melebihi target (103%) dari
target yang ditetapkan sebesar (100%)., Neonatus dengan Komplikasi belum
mencapai target (98,1%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%), Pelayanan
Kesehatan Anak Balita belum mencapai target (97,4%) dari target yang ditetapkan
sebesar (100%) dan Kunjungan Bayi belum mencapai target (98,9%) dari target
yang ditetapkan (100%). Adapun Status Gizi Anak Bayi dan Balita berdasarkan
data Profil Puseksmas Garuda Tahun 2019 terdapat 41 BBLR, 239 Balita Gizi
Kurang dan Balita Gizi Buruk.
Dilihat dari permasalahan diatas terdapat beberapa permasalahan terbesar dan
belum mencapai target yaitu :
1) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
2) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani
3) Pelayanan Nifas
4) Neonatus dengan Komplikasi
5) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
6) Kunjungan Bayi
7) BBLR
8) Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi Buruk
Selanjutnya, dilakukan analisis dalam menentukan prioritas masalah
menggunakan metode USG (Urgency, Seriosness, Growth) yaitu alat dalam
Menyusun prioritas isu yang perlu di selesaikan, sebagai berikut :
Nilai USG
No Masalah Skor Rank
U S G
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil 1 2 1 4 8
(K4)
2. Cakupan Komplikasi 3 3 2 8 5
Kebidanan yang ditangani
3. Pelayanan Nifas 1 2 1 4 8
4. Neonatus dengan Komplikasi 2 3 2 7 6
5. Pelayanan Kesehatan Anak 3 3 3 9 4
Balita
6. Kunjungan Bayi 1 3 2 6 7
7. BBLR 4 3 3 10 3
8. Balita Gizi Kurang dan Balita 5 4 4 13 1
Gizi Buruk
Kesimpulannya adalah permasalahan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk
menjadi prioritas masalah yang perlu segera diselesaikan. Oleh karena itu, perlu
adanya usaha penyelesaian masalah tersebut dengan upaya peningkatan Promosi
Kesehatan seperti penyuluhan kelompok dalam kegiatan kelas ibu balita karena
dengan adanya kegiatan kelas ibu balita dapat meningkatkan pengetahuan ibu
balita mengenai pentingnya gizi seimbang pada balita dan peran orang tua dalam
mencukupi kebutuhan gizi anak.
Dihasilkan pada tabel bahwa prioritas perilaku dan lingkungan yang diperoleh
adalah pada masalah yang lebih penting dan lebih bisa diubah yaitu Meningkatkan
pengetahuan ibu mengenai asupan gizi anak dan kesadaran untuk memanfaatkan
buku KIA sebagai media informasi.
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
1) Faktor Predisposisi
Berdasarkan data sekunder profil Puskesmas Garuda Tahun 2019 disebutkan
bahwa faktor tingginya angka gizi kurang adalah tingkat Pendidikan yang
rendah berpengaruh terhadap pola asuh orang tua terhadap bayi dan balita.
Walaupun pendidikan bukanlah faktor utama terjadinya gizi kurang namun
pendidikan orang tua berpengaruh terhadap penyerapan informasi atau
pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan berpengaruh pula terhadap
asupan gizi anak.
2) Faktor Pemungkin
Akibat adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya aktivitas Edukasi
Kesehatan mengenai Kesehatan Ibu dan Anak sehingga kurang terfasilitasinya
kegiatan masyarakat yang dapat meningkatkan pengetahuan orangtua terhadap
pola asuh anak terutama pada asupan gizi anak. Selain itu, tidak adanya tenaga
khusus Promosi Kesehatan di Puskesmas Garuda sehingga kurang optimalnya
kegiatan Promosi Kesehatan
3) Faktor Penguat
- Kurangnya keterampilan kader dalam melakukan teknik pengukuran untuk
mengukur tb dan berat badab bayi dan balita dalam menentukan balita yang
mengalami kurang gizi
- Kurangnya koordinasi dengan apparat kewilayahan seperti RT, RW dan
Tokoh masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pokbang
e. Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
1) Tenaga Kesehatan
Menurut Data Profil Puskesmas Garuda Tahun 2019, tenaga Promotor
Kesehatan masih dibawah standar PMK No 43 tahun 2019 yaitu yang
seharusnya berjumlah 2 orang, tetapi di Puskesmas Garuda belum adanya
Tenaga Khusus Promosi Kesehatan.
2) Kebijakan Politis
Peraturan mentri Kesehatan Nomor 29 tahun 2019 dalam Bab 2 pasal 2
- Ayat (1) menyebutkan “Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit secara terpadu dan
berkesinambungan”.
- Ayat (2) menyebutkan “Penanggulangan masalah gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan terhadap penyakit yang
memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup dan mempunyai
dampak terbesar pada angka kejadian stunting.
- Ayat (3) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Alergi Protein Susu Sapi; dan
f. Kelainan Metabolisme Bawaan.
3) Peraturan dan Organisasioanl Puskesmas
a) Adanya kegiatan Pos Penimbangan Balita setiap RW di wilayah kerja
Puskesmas Garuda
b) Adanya upaya promosi kesehatan didalam Gedung berupa konseling gizi
c) Melakukan komunikasi intesif terhadap kader diwilayah kerja Puskesmas
Garuda
d) Adanya kegiatan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita
f. Prioritas Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisis dalam Prioritas Masalah yaitu Gizi
Kurang dan Gizi Buruk pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Garuda. Berdasarkan
tabel penentuan perilaku dan lingkungan yang lebih bisa diubah dan lebih penting adalah
Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai asupan gizi anak dan kesadaran untuk
memanfaatkan buku KIA sebagai media informasi. Maka dari itu, kegiatan yang akan
dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah adalah pelaksanaan Kelas Ibu Balita yang
didalamnya terdapat Pemberian pengetahuan, memberikan edukasi mengenai
memanfaatkan buku KIA sebagai media informasi, diskusi pengalaman dan tanya jawab
mengenai Pentingnya Gizi Seimbang Pada Balita
A. Tujuan Promosi Kesehatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan Pengetahuan Ibu Balita mengenai Gizi Seimbang di Wilayah
Kerja Puskesmas Garuda sebesar 80%
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi Ibu Balita dalam mendapatkan edukasi kesehatan
b. Memudahkan Ibu Balita dalam memhami informasi karena dismapikan
melalui media promosi kesehatan
c. Ibu Balita dapat menjelaskan pentingnya Peran Ibu dalam memberikan
Asupan Gizi pada anak
d. Ibu Balita dapat menjelaskan Pedoman Gizi Seimbang
e. Ibu Balita dapat memahami pentingnya asupan gizi balita dalam pencegahan
Gizi kurang dan Gizi buruk pada balita
B. Sasaran Promosi Kesehatan
Ibu Balita 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda
C. Isi Promosi Kesehatan
a. Pengertian Gizi Seimbang pada balita
b. Contoh Asupan Gizi Seimbang pada balita
c. Manfaat Pemberian Gizi Seimbang pada balita
d. Dampak jika balita tidak mendapatkan asupan Gizi seimbang
D. Metode Promosi Kesehatan
a. Pemberian Edukasi dengan bantuan media
b. Sharing pengalaman
c. Tanya Jawab
E. Media Promosi Kesehatan
a. Poster
b. Leaflet
c. Video
F. Jadwal Pelaksanaan
Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan / Perencaan
1) Diagnosis masalah
2) Penentuan prioritas
masalah
3) Pengembangan
komponen promosi
kesehatan
2. Pelaksanaan/ Implementasi
1) Kemitraan
2) Pemberdayaan
3) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
a. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan membangun kerjasama dengan
Puskesmas Garuda yang akan mendukung keberlangsungan kegiatan dan
dapat saling membantu antara kedua belah pihak untuk mencapai tujuan
bersama yakni menurunkan angka Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Wilayah
Kerja Puskesmas Garuda.
b. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi mengenai Gizi Seimbang
pada Balita
c. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi
mengenai Gizi Seimbang pada Balita dan pemberian media promosi
kesehatan yang dapat memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami
informasi yang disampaikan
Kriteria Evaluasi pada rencana kegiatan Kelas Ibu Balita adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur
1) Penyelenggaraan kelas ibu balita dilaksanakan secara daring via Whatsapp
Grup
2) Pelaksanaan Kelas Ibu Balita sudah dikonsultasikan ke pembimbing
3) Peran dan tugas kelas ibu balita sesuai dengan rencana
4) Tempat, alat dan media tersedia sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap kegaitan kelas ibu balita
2) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik
3) Peserta berperan aktif dalam proses sharing pengalaman
4) Penyaji menguasai materi edukasi yang disampaikan
5) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
c. Evaluasi Hasil
1) Pre : Peserta antusias terhadap kegiatan kelas ibu balita yang akan
dilaksanakan
2) Post : Peserta memahami materi yang disampaikan yang ditandai dengan
peningkatan nilai pengetahuan dari pre – test
1. Diagnosis Sosial
UPT Puskesmas Garuda berada di Jalan Dadali No. 81, Garuda,
Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat 40184
Batas wilayah kerja UPT Garuda :
a. Sebelah utara : Kecamatan Cicendo
b. Sebelah selatan : Kecamatan Bandung Kulon
c. Sebelah timur : Kecamatan Sumur Bandung
d. Sebelah barat : Kota Cimahi
UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan
Maleber, Kelurahan Garuda, Kelurahan Dungus Cariang, dan Keluruhan
Cempaka. Puaskemas Garuda pun mempunyai banyak program kesehatan
yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya.
Unit Kesehatan Sekolah disingkat UKS merupakan salah satu program pr
omosi kesehatan di UPT Puskesmas Garuda. UKS adalah program pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga
sekolah (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Tujuan diselenggarakannya
program UKS, yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Cakupan Unit Kegiatan Sekolah di SD/MI/Sederajat wilayah UPT Puske
smas Garuda tahun 2020 mencapai 100% (profil kesehatan UPT Puskesmas
Garuda, 2020). Namun pelaksanaan penjaringan kesehatan dilaksanakan seca
ra online karena pandemi Covid - 19.
Berikut adalah kondisi sosial di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda :
a. Jangkauan ke Fasilitas Kesehatan
Jarak masing-masing kelurahan ke UPT Puskesmas Garuda :
e. Maleber : 1 Kilometer
f. Garuda : 1 Kilometer
g. Dungus Cariang : 2 Kilometer
h. Cempaka : 2 Kilometer
b. Kependudukan
Jumlah penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda pada tahun
2020 sebanyak 66.163 jiwa, terdiri dari: Kelurahan Cempaka terdapat
16.594 penduduk, Kelurahan Maleber terdapat 22.584 penduduk,
Kelurahan Garuda terdapat 10.827 penduduk, dan kelurahan Dungus
Cariang terdapat 16.158 penduduk.
Dan jumlah siswa tiap tingkat sekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu diantaranya, siswa SD sebanyak 6.674 siswa,
siswa SMP sebanyak 2.311 siswa, dan siswa SMA sebanyak 5.154
siswa.
c. Pendidikan
Tingkat Pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda
berdasarkan data pada Profil UPT Puskesmas Garuda tahun 2020, yaitu
Tidak Tamat SD sebanyak (34%), Tamat SD sebanyak (24,5%), Tamat
SLTP sebanyak (15,5%), Tamat SMU sebanyak (12%), Tamat D3
sebanyak (7%) dan Tamat PT sebanyak (7%).
d. Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu (40,1%) adalah kategori lain-lain, seperti buruh
harian, freelancer, ojek online dan asisten rumah tangga.
2. Diagnosis Epidemiologi
a. Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari hasil penjaringan
kesehatan yang telah dilakukan terhadap para siswa sekolah yang berada di
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda Kota Bandung, terdapat 4
permasalahan terbesar diantaranya yaitu :
1) Kurangnya kesedaran siswa untuk melakukan Aktivitas Fisik selama
dirumah.
2) Gangguan mata pada siswa karena seharian menatap layar computer,
laptop ataupun gadget yang digunakan untuk pembelajaran secara
daring/ online.
3) Terjadinya obesitas karna kurang melakukan aktivitas atau malas
gerak.
4) Kurang penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan
Covid-19.
b. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah promosi kesehatan, kami
menggunakan Metode USG. Metode USG adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Urgency: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Urgency
dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
2) Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah
yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan
dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem atau tidak.
3) Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.
Tabel USG Masalah Kesehatan UKS di UPT Puskesmas Garuda
s
Aktivitas fisik 4 5 4 80
Kesehatan mata 4 5 3 60
Obesitas 3 4 3 36
Protokol Covid- 2 3 3 18
19
KKeterangan : (5 = Sangat Besar, 4 = Besar, 3 = Sedang, 2 = Kecil, dan 1
= Sangat Kecil)
6) Diagnosis Kebijakan
a) Dukungan politik
7) Dukungan dari Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan
Program Pembinaan TRIAS UKS.
8) Dukungan dari kepala puskesmas dan kepala sekolah dalam
penyelenggaraan Program Pembinaan TRIAS UKS.
b) Dukungan Regulasi
Peraturan bersama antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI, dan Menteri
Dalam Negeri RI Nomor: 6/XPB/2014, Nomor: 73 Tahun
2014, Nomor: 41 Tahun 2014, dan Nomor: 81 Tahun 2014
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah.
Keputusan Walikota Nomor 421.6/Kep.1017-Huk Tahun 2006
tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (TP.UKS)
Kota Bandung.
Keputusan bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri di Indonesia Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 Tahun
2021, Nomor HK.01.08/MENKES/4242/2021 dan Nomor 440-
417 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
c) Dukungan sistem dalam organisasi
Dalam penyelenggaraan program Pembinaan TRIAS UKS sudah
ada tenaga kesehatan penanggungjawab UKS.
d) Hambatan pelaksanaan
a) Keadaan pandemi membuat terhambat berjalannya program
dengan maksimal.
b) sulitnya menyesuaikan waktu untuk melakukan pembinaan
TRIAS UKS bersama sekolah.
Juni Juli
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan/Perencanaan
1) Diagnosis Masalah
2) Penentuan Prioritas
3) Pengembangan
Komponen Promosi
Kesehatan
2. Pelaksanaan/Implementasi
1) Advokasi
2) Kemitraan
3) Pemberdayaan
4) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
4. Ujian Praktik Belajar
Lapangan
A. Implementasi
d. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan UPT Puskesmas Garuda dan
Sekolah di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Garuda Kelurahan Dunguscariang
yang akan mendukung keberlangsungan program PEMBINAAN TRIAS
UKS, agar mencapai tujuan yaitu agar siswa dapat menerapkan pentingnya
melakukan aktivitas fisik di rumah selama pandemi Covid-19.
e. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada para siswa setiap sekolah
di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi
pentingnya melakukan aktivitas fisik di rumah selama pandemi Covid-19.
f. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian
materi mengenai pentingnya melakukan aktivitas fisik di rumah selama
pandemi Covid-19.dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan
berbentuk Video Animasi yang dapat memudahkan dan membantu sasaran
dalam memahami informasi yang disampaikan melalui program Pembinaan
TRIAS UKS.
1. Input
Pelaksanaan Pembinaan TRIAS UKS melalui penyebaran media promosi kesehatan
yaitu video animasi oleh Mahasiswa Jurusan Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Bandung bersama UPT Puskesmas Garuda dilaksanakan secara daring melalui
Whatsapp Group dengan perantara sasaran guru PJ UKS setiap sekolah dari 4
kelurahan (Maleber, Garuda, Dunguscariang, dan Cempaka)
2. Proses
1) Dalam pelaksanaan Pembinaan TRIAS UKS melalui penyebaran media promosi
kesehatan yaitu video animasi dibagikan melalui WhatssApp Group pada pukul
13.00 WIB.
2) Sesi pengisian kuisioner pengetahuan terkait Aktivitas Fisik dilaksanakan setelah
guru PJ UKS setiap sekolah membagikan media kepada siswa/siswanya.
3) Sasaran antusias dengan turut aktif ikut berpartisipasi dengan mengisi kuisioner
aktivitas fisik.
3. Output
1) Perantara sasaran antusias dengan mengikuti rangkaian kegiatan sampai dengan
selesai.
2) Pada akhir kegiatan peserta mengisi evaluasi g.form untuk mengetahui
pemahaman sasaran mengenai materi Aktivitas Fisik di Rumah Selama Pandemi
Covid-19 melalui media video animasi yang telah di bagikan di WhatssApp
Group.
3.4 Kesehatan Lingkungan
1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, dilakukan analisis situasi dan kondisi yang ada di lapangan. UPT
Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT Puskesmas yang ada di Kota Bandung. Wilayah
kerja UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Meleber, Kelurahan
Garuda, Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka. Berikut adalah kondisi sosial
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda:
1) Jangkauan ke Fasilitas Kesehatan
Jarak terjauh masing-masing kelurahan ke UPT Puskesmas Garuda:
Meleber : 1 Kilometer
Garuda : 1 Kilometer
Dungus Cariang : 2 Kilometer
Campaka : 2 Kilometer
2) Kependudukan
Pada tahun 2020, jumlah penduduk wilayah binaan UPT Puskesmas Garuda sebanyak
66.165 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak 33.798 dan wanita sebanyak 32.365.
Sementara jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur yaitu kelompok umur
15-44 tahun (48%). Dimana pada kelompok umur ini merupakan usia produktif, sebanyak
15.000 jiwa.
3) Pendidikan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda 2020, diketahui bahwa tingkat pendidikan di
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda paling banyak adalah tidak tamat SD (34%) dan paling
sedikit adalah lulusan sarjana (7%).
4) Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda yaitu
(40,1%) adalah kategori lain-lain yang terdiri dari buruh harian, ojek online, freelancer, dan
asisten rumah tangga.
b. Diagnosis Epidemiologi
Dalam fase ini, ditekankan besaran masalah prioritas kesehatan lingkungan berdasarkan
data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019. Hasil analisis mendapatkan 5 masalah Kesehatan
lingkungan terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda, adapun masalahnya adalah
sebagai berikut :
1) Cakupan Tempat-tempat Umum (TTU)
Meleber 87.9%
Garuda 82.2%
Dungus Cariang 86.5%
Campaka 77.4%
2) Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang Memenuhi syarat
Meleber 81.1%
Garuda 81.7%
Dungus Cariang 69.2%
Campaka 90.2%
3) Cakupan Pelayanan Kesehatan berupa konseling individu baru mencapai (68,45%)
4) Jumlah Sarana Air Bersih (SAB) yang memenuhi syarat
Meleber 65.4%
Garuda 87.1%
Dungus Cariang 76.5%
Campaka 71.9%
5) Cakupan ODF
Meleber 71.4%
Garuda 82.9%
Dungus Cariang 17%
Campaka 60.5%
Masalah ODF di Kelurahan Dungus Cariang wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda masih
tinggi, hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
dapat disebabkan oleh kuman yang ada pada feses di antaranya adalah Diare. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan terhadap data sekunder, diketahui bahwa jumlah kasus penyakit
diare adalah 830 dengan kasus kematian 1 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) 0.01 % pada
tahun 2019.
c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
1) Perilaku
Berdasarkan anlisis dari data sekunder dan hasil wawancara kepada pihak puskesmas,
diketahui bahwa faktor perilaku yang menyebabkan masyarakat buang air besar sembarangan
(ODF) adalah :
- Masyarakat sudah terbiasa buang air besar sembarangan.
- Belum adanya keinganan dari dalam diri masyarakat untuk berhenti buang air besar
sembarangan.
2. Non Perilaku
Berdasarkan analisis data sekunder dan hasil wawancara kepada pihak puskesmas, faktor
non perilaku yang berhubungan dengan buang air besar sembarangan adalah :
- Tidak semua rumah keluarga memiliki lahan yang cukup untuk membuat septic tank.
- Ada keluarga yang kesulitan membuat septic tank karena masalah perekonomian.
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
1) Faktor Predisposisi
a) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai saluran akhir
pembuangan tinja dari jamban yang dimilikinya.
b) Masyarakat tidak merasakan sendiri akibat dari buang air besar sembarangan, sehingga
bersikap acuh tak acuh.
2) Faktor Enabling
a) Sudah dilakukannya pemicuan oleh tim Puskesmas (Tenaga Kesehatan Masyarakat dan
Sanitarian), namun sempat terhambat pada tahun 2020 dikarenakan Covid-19.
b) Adanya dukungan yang diberikan oleh pihak PDAM untuk membangun septik komunal
dan saluran air kotor PDAM.
c) Sulitnya menyesuaikan waktu yang cocok untuk melakukan pemicuan antara pihak
puskesmas dengan masyarakat, sehingga mayoritas peserta yang datang saat pemicuan
adalah wanita dan orang tua.
3) Faktor Reinforcing
Adanya himbauan dari H. Oded Muhammad Daniel selaku walikota bandung tentang ODF
(Open Defecation Free) 100% di Kota Bandung, namun sempat terhambat pada tahun 2020
dikarenakan Covid-19.
Dalam upaya Kesehatan lingkungan pada masyarakat wilayah kerja UPT Puskesmas
Garuda, banyak program yang dapat dilakukan. Namun, tidak semua program tersebut dapat
dilaksanakan secara bersamaan. Oleh karena itu, kita harus menentukan terlebih dahulu
masalah mana yang harus di prioritaskan. Dalam kasus ini akan menentukan prioritas
masalah dengan metode Urgency, Seriousness, Growth (USG):
Evaluasi Hasil
1) Pre : Peserta antusias dan tertarik dengan materi penyuluhan dan media promosi
kesehatan.
2) Post : Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi kesehatan dengan
peningkatan nilai pengetahuan dari pre-test.
7. Jadwal Pelaksanaan
1. Input
2. Proses
b. Ketua RW 01 sangat merangkul peserta yang lain untuk turut mengikuti kegiatan
penyuluhan.
3. Output
a. Pre-Test: Dari 25 partisipan hanya 15 (60%) peserta yang mengisi link pre-test kegiatan
penyuluhan.
b. Post-Test: Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi kesehatan
dengan peningkatan nilai pengetahuan dari pre-test.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data di atas, rentang usia responden yaitu 43-55 tahun dan yang paling banyak
yaitu usia 53 tahun sebanyak 17,6 % (3 orang).
Berdasarkan data di atas, responden yang paling banyak mengisi evaluasi yaitu kelurahan
Campaka (58,8%).
PRE TEST
POST TEST
Perbandingan Pre Dan Post Test
Skala Likert
81-100 Sangat Baik Sekali
61-80 Sangat Baik
41-60 Sedang
21-40 Buruk
0-20 Buruk Sekali
Kesimpulan :
e. Dokumentasi Kegiatan
Pemberitahuan pelaksanaan kegiatan Pembukaan oleh mahasiswa dan
pemberian pre test
Dibagikan media video dan leaflet
Respon positif kader dalam mengisi kuesioner Dibagikan evaluasi post test
Penutup dan mengucapkan salam
MEDIA EDUKASI
Leaflet
Video
Link : https://youtu.be/_Z6oJEe2FdM
4.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4.1 Gambar hasil Pretest
4.2 Gambar Hasil Postest
Dalam Pelaksanaan program KIA dengan melaksanakan kegiatan Kelas Ibu Balita
menggunakan metode pendidikan kesehatan melalui penyebaran Informasi kesehatan dengan
menggunakan media leaflet dan Video edukasi mengenai “Pentingnya Gizi Seimbang Pada
Balita” bahwa sasaran Ibu yang memiliki bayi dan balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Garuda mengikuti dengan baik semua rangkaian kegiatan sampai dengan selesai, ditunjukan
dengan respon peserta yang positif, turut aktif berpartisipasi dalam kegiatan serta antusias
menanyakan beberapa pertanyaan dan diakhir kegiatan peserta mengisi link evaluasi google
form dengan baik.
Hasil Implementasi menunjukan bahwa peserta antusias terhadap materi mengenai
pemberian makanan yang tepat untuk bayi dan balita. Berdasarkan hasil kuesioner, 15 dari 18
responden memahami materi yang disampaikan melalui media leaflet dan video mengenai
pentingnya gizi seimbang pada bayi dan balita dengan mengisi link evaluasi postest.
Dokumentasi
2. Media video
3. Media Poster
Dokumentasi
Pemberitahuan bahwa akan diadakan kegiatan
pembinaan TRIAS UKS
Pembukaan kegiatan dan pelaksanaan dengan membagikan media
Video Animasi Aktivitas Fisik.
Respon para guru PJ UKS setiap Pembagian link kuisioner aktivitas fisik
sekolah. untuk dibagikan kepada para siswa.
Respon para guru PJ UKS Penutupan kegiatan Pembinaan
setiap sekolah. TRIAS UKS.
MEDIA EDUKASI
Video
Dari total 25 orang tokoh masyarakat RW 01, hanya 16 orang yang merespon dalam kegiatan
ini. Berikut interpretasi data:
a. Pre test
1. Identitas Responden
2. Diagram Pie Jawaban Responden
b. Post Test
1. Diagram Pie
Jawaban Responden
2. Survey
3. Feedback
Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan menggunakan metode
Penyuluhan dengan media pembantu berupa leaflet mengenai “ODF”. Sasaran pada kegiatan
ini yaitu, RT/RW 01 Kelurahan Dungus Cariang yang merupakan salah satu kelurahan yang
memiliki jumlah ODF (open defection free) tinggi. Peserta mengikuti rangkaian kegiatan
dengan baik hingga akhir, dengan ditunjukkannya respon positif dari peserta. Hasil evaluasi
menggunaan instrument kuesioner menunjukkan bahwa beberapa peserta sangat antusias
mengikuti kegiatan sharing atau pendidikan kesehatan ini. Dimana pada hasil kuesioner
menunjukkan adanya kenaikan pengetahuan dari peserta mengenai materi yang diberikan.
Dokumentasi Kegiatan
MEDIA EDUKASI
Leaflet
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Fuada, N., & Setyawati, B. (2016). Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(2), 67–75. https://doi.org/10.22435/kespro.v6i2.5411.67-75