Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GARUDA

Diajukan untuk memenuhi ujian praktik mata kuliah Implementasi dan Evaluasi Program
Promosi Kesehatan

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Haque Arinda Nur M P17336118412
Neneng Ani Sulastri P17336118421
Riska Alfianti F P17336118422
Meylenia Wavika M P17336118424
Rika Yuliyanti P17336118419
Nuva Arafatul F P17336118428
Maura Jihan Az-Zahra P17336118429
Alvira Nurul Dwi Putri P17336118431
Data Affan Dharma S P17336118436

PROGRAM STUDI D-IV PROMOSI KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Laporan Praktik Belajar Lapangan di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda
NAMA : Kelompok 1

Telah Disetujui Untuk Diajukan


Laporan Kegiatan Praktik Belajar Lapangan
Program Studi D – IV Promosi Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung

Menyetujui,

Pembimbing, Pembimbing Lapangan,

Ence Ihlasuyandi, SKM, M. Kes Yuli Susanti, S.Kep Ners


NIP. 197503032000031001 NIP. 19830352009022005

Ketua Jurusan
Prodi D-IV Promosi Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Bandung

Ridwan Setiawan, S.Kp, M.Kes


NIP. 196704071991031004
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
merupakan hal yang tidak bisa dihindari, meskipun kadang bisa dicegah. Konsep sehat dan
sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting
menumbuhkan pengertian yang benar pada masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena
dengan konsep yang benar, maka masyarakat dapat menyelesaikan masalah kesehatannya
dengan baik. (Foster, 2006). Dari berbagai masalah di bidang kesehatan, masalah yang cukup
serius masih menjadi perhatian dan fokus pemerintah terutama yaitu prioritas masalah
mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Penyakit Menular (PM), Permasalahan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan juga Unit Kegiatan
Sekolah (UKS).

Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan
Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain
oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan
sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko
yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas,
pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol. Sejalan dengan
PTM dalam satu tahun ini masyarakat seluruh dunia tengah mengalami PM yang sangat
memakan banyak korban jiwa. Salah satu kasus dari Penyakit Menular (PM) yang sedang
merebak adalah Covid-19. Covid-19 telah menjadi pandemi global dan menyebar di 213
negara, salah satunya yaitu Indonesia. Di Indonesia sendiri telah tersebar di 34 provinsi, dan
Indonesia menjadi salah satu angka kematian/1 juta penduduk tertinggi di dunia. Berdasarkan
data per 1 Juli 2021 di Indonesia terdapat kasus positif sebanyak 2.203.108 kasus, sembuh
sebanyak 1.890.287 kasus, dan yang meninggal sebanyak 58.995 kasus.

Merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia, membuat seluruh lapisan masyarakat


berbondong-bondong untuk melakukan penanganan maupun pencegahan. Salah satu
pencegahan yang gencar dilaksanakan adalah mematuhi Gerakan 5M yaitu (Memakai
masker, Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan juga sabun, Menjaga jarak, Menjauhi
kerumunan dan Mengurangi mobilitas) selain itu pemerintah juga mulai pencegahan dengan
vaksinasi Covid-19 yang dimana vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh ditengah
penularan kasus Covid-19. Begitu pula dengan UPT Puskesmas Garuda yang sedang giat
menggencarkan pelaksanaan vaksinasi untuk lansia maupun masyarakat umum usia 18 tahun
keatas.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, anak balita serta
anak prasekolah. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi tantangan bagi
sistem kesehatan baik di tingkat pusat maupun di tingkat kabupaten. Data dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 100.000
kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian sang ibu. Kematian
ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Salah satu nya yang masih
menjadi permasalahan di Kota Bandung tepatnya di UPT Puskesmas Garuda diantaranya
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) belum mencapai target (99.9%) dari total target 100%,
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan sudah mencapai target 100%,
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani belum mencapai target (96.6%) dari target
yang ditetapkan 100%, Pelayanan Nifas belum mencapai target (99,7 %) dari target yang
ditetapkan sebesar (100%). Kunjungan Neonatus (KN1) sudah melebihi target (104%) dari
target yang ditetapkan sebesar (100%), Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) sudah
melebihi target (103%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%)., Neonatus dengan
Komplikasi belum mencapai target (98,1%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%),
Pelayanan Kesehatan Anak Balita belum mencapai target (97,4%) dari target yang ditetapkan
sebesar (100%) dan Kunjungan Bayi belum mencapai target (98,9%) dari target yang
ditetapkan (100%). Adapun Status Gizi Anak Bayi dan Balita berdasarkan data Profil
Puseksmas Garuda Tahun 2019 terdapat 41 BBLR, 239 Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi
Buruk. Melihat situasi terkini yaitu berlangsungnya pandemi akibat Covid-19, permasalahan
KIA semakin memerlukan perhatian yang mendalam, terutama untuk melihat bagaimana agar
kebijakan dan program KIA lebih dapat dikembangkan sesuai dengan konteks lokal spesifik
dengan mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.

Kesehatan lingkungan merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang


mencakup semua aspek alam dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Program kesehatan lingkungan (kesling) merupakan upaya preventif untuk meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan manusia dan sesuai Kepmenkes RI No. 1428/2006, yaitu kesling wajib
dilaksanakan puskesmas.

Kesehatan lingkungan merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang


mencakup semua aspek alam dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut teori Green et al. (1999), Kesehatan individu dan msyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor Non-Perilaku (lingkungan). Menurut Profil Kesehatan
Kota Bandung Tahun 2019 sebanyak 70,92% merupakan rumah sehat atau memenuhi
kategori kesehatan lingkungan. Jamban sehat keluarga merupakan salah satu syarat rumah
sehat dan menjadi bagian dari sarana sanitasi dasar kesehatan lingkungan. Pada tahun 2019
sebanyak 3.422 Jamban komunak (sharing) digunakan oleh 14.263 keluarga, 6.112 sarana
JSSP (Jamban sehat semi permanen) dengan 24.447 Keluarga Pengguna, dan 80.773 Sarana
JSP digunakan oleh 325.272 Keluarga. Berarti cakupan keluarga yang memiliki akses
terhadap fasilitas sanitasi layak (Jamban Sehat) yaitu sebesar 63,87%. Pengawasan sanitasi
berkesinambungan ditempat-tempat umum (TTU) seperti terminal, pasar, rumah ibadah,
sarana kesehatan, sekolah, hotel, dan lain-lainnya. sebanyak 2.929 atau 74,64% tempat umum
memenuhi syarat sehat. Beberapa jenis TPM (tempat pengolahan makanan) yang dilakukan
inspeksi higienis sanitasi yang memnuhi syarat di tahun 2019 yaitu sebanyak 2.159 atau
sebesar 52,90% tempat pengolahan makanan. Sumber air minum yang layak atau memenuhi
syarat kesehatan di Kota Bandung tahun 2019 terbanyak adalah PDAM dengan jumlah
169.839 sarana air bersih, sedangkan sarana terkecil yang memenuhi syarat kesehatan adalah
terminal air dengan jumlah sarana sebanyak 2.599 sarana air bersih.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data sekunder, masalah ODF di
Kelurahan Dungus Cariang wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda masih tinggi, hal ini
tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat disebabkan
oleh kuman yang ada pada feses di antaranya adalah Diare, diketahui bahwa jumlah kasus
penyakit diare adalah 830 dengan kasus kematian 1 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) 0.01
% pada tahun 2019.

Unit Kegiatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu program promosi kesehatan di UPT
Puskesmas Sukajadi. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) UKS adalah program
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah. Adapun tujuan
diselenggarakannya program UKS, yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Pandemi Covid - 19 mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan pelaksanaan


belajar mengajar secara daring atau online, hal ini membuat beberapa program terhambat atau
tidak terlaksna secara maksimal. Salah satu dampaknya yaitu program UKS yang
dilaksanakan secara online di UPT Puskesmas Garuda. Salah satu masalah murid saat
dirumah atau online yaitu kurangnya aktivitas fisik yang bisa menjadi masalah kesehatan
obesitas atau kegemukan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum :

Mahasiswa mampu mengimplementasikan promosi kesehatan dalam program kesehatan


prioritas baik kepada individu maupun kelompok di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda.

1.2.2 Tujuan khusus :

1. Mampu menerapkan implementasi program promosi kesehatan Penyakit Menular


(PM).
2. Mampu menerapkan implementasi program promosi kesehatan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA).
3. Mampu menerapkan implementasi program promosi kesehatan Unit Kesehatan
Sekolah (UKS)
4. Mampu menerapkan implementasi program promosi kesehatan Kesehatan
Lingkungan.

1.3 Profil Puskesmas Garuda

UPT Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT Puskesmas yang ada di Kota Bandung.
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 Kelurahan yaitu :

 Kelurahan meleber
 Kelurahan Garuda
 Kelurahan Dungus Cariang
 Kelurahan Campaka
Wilayah terluas adalah Kelurahan Dungus Cariang dan jangkauan terjauh adalah
Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka, namun demikian UPT Puskesmas
Garuda mudah dicapai dengan sarana transportasi umum. Letak Geografis UPT Puskesmas
Garuda yaitu :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cicendo


 Sebelah timur dengan Kecamatan Sumur Bandung
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bandung Kulon
 Sebelah barat dengan Kota Cimahi

Sampai dengan
tahun 2020, jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu kelompok umur 15-44 tahun (48%) Dimana pada kelompok umur
ini merupakan usia produktif. Sebagian lagi yaitu sekitar 25% merupakan kelompok usia pra
lansia dan lansia yang berumur 45 tahun ke atas.
BAB II

KONSEP PENERAPAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

2.1 Penyakit Menular (Covid-19)

Di awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat dengan penyebab
yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina kepada World Health
Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu
Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan
pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020
penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona baru
(WHO, 2020).
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus kemudian virus
dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis mencoba mengukur laju
penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang
diisolasi (WHO, 2020).
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga masa
inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui asupan makanan
sehat, meperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau
padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan makanan yang dimasak hingga
matang dan bila sakit segera berobat ke RS rujukan untuk dievaluasi (Kemenkes, 2020).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan edaran tentang pelaksanaan pemberian vaksinasi COVID-19 pada seluruh
penduduk usia 18 tahun ke atas pada wilayah Bogor, Depok, Tangerang Raya, Bekasi
(Bodetabek) termasuk Bandung Raya sudah dapat dilakukan.
Peningkatan kasus COVID-19 tentu menimbulkan kekhawatiran terjadinya lonjakan
kasus yang kian besar. Oleh karenanya melalui percepatan vaksinasi ini diharapkan juga
mempercepat tercapainya herd immunity (kekebalan kelompok).

2.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan. Namun, masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2020).

Peningkatan capaian pelayanan kesehatan ibu yang tidak disertai dengan perbaikan
angka kematian ibu, mengindikasikan belum optimalnya kualitas pelayanan maternal.
Fenomena tiga terlambat masih terjadi, yakni terlambat pengambilan keputusan untuk dirujuk
ke fasyankes yang tepat, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat ditangani dengan
tepat. Untuk itu, harus dibangun sinergisme dan sistem rujukan yang kuat antara FKTP
(puskesmas) dan FKRTL (rumah sakit), termasuk peningkatan kompetensi SDM pelayanan
maternal. Penguatan puskesmas PONED dan RS PONEK 24 jam selama 7 hari perlu
dilakukan termasuk kemampuan SDM untuk memberikan pelayanan PONED dan PONEK.
Selain itu, RS juga perlu melakukan audit kematian khususnya maternal perinatal untuk
mengetahui penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir serta melakukan intervensi sesuai
penyebabnya (Kemenkes, 2020).

Indikator kematian anak, yang direfleksikan melalui angka kematian balita, angka
kematian bayi, dan angka kematian neonatal, target tahun 2024 angka kematian neonatal
diharapkan turun menjadi 10 per 1.000 KH, angka kematian bayi menjadi 16 per 1.000 KH
(Kemenkes, 2020). Mengacu pada tujuan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (2020),
maka ditetapkan indikator Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Indikator Dirjen
Kesmas bersifat dampak (impact atau outcome). Dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat, indikator yang akan dicapai di akhir tahun 2024 yaitu persentase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 95% dan persentase ibu hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) sebesar 10%.

Berikut program upaya KIA di Puskesmas :

1. Kesehatan Ibu
a. Kunjungan Ibu Hamil K4
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Komplikasi kebidanan yang ditangani
d. Pelayanan nifas
2. Kesehatan Anak
a. Kunjungan Neonatus (KN1)
b. Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)
c. Kunjungan Bayi
d. Pelayanan anak balita
3. Status Gizi Anak
a. BBLR
b. Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita

2.3 Unit Kesehatan Sekolah (UKS)

UKS adalah program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan


kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga
sekolah (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Tujuan diselenggarakannya program UKS, yaitu
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah dilaksanakan


melalui tiga program pokok yang biasa dikenal sebagai trias UKS meliputi pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud meliputi Screening Kesehatan Anak Sekolah atau
dikenal sebagai penjaringan kesehatan, pemantauan kesehatan serta penyuluhan kesehatan
(Kemenkes, 2020).

Penjaringan dilakukan setahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas satu
di SD/RA, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA negeri dan swasta yang dilakukan oleh suatu Tim
Penjaringan Kesehatan dibawah koordinasi Puskesmas. Penjaringan kesehatan merupakan
serangkaian kegiatan yang meliputi pengisian kuesioner oleh peserta didik, pemeriksaan fisik
dan penunjang oleh tenaga kesehatan bersama sama kader kesehatan remaja dan guru
sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan
bidang kesehatan dan program UKS. Idealnya rangkaian tersebut seharusnya dilaksanakan
seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
wilayah setempat (Kemenkes, 2020).

Pembinaan dan pengembangan UKS adalah sebuah program yang bertujuan membina dan
mengembangkan UKS untuk meningkatkan mutu pendidikan serta prestasi belajar peserta
didik yang tercermin dalam perilaku hidup bersih dan sehat sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal di lingkungan sekolah. Tujuan
pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar pengelolaan UKS mulai dari pusat sampai
ke daerah dan sekolahmadrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif,
berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang optimal (Widaninggar, 2003)

Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi: 1. Pendidikan kesehatan 2. Pelayanan kesehatan


3. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat 4. Ketenagaan 5. Sarana prasarana 6.
Penelitian dan pengembangan 7. Manajemenorganisasi (Widaninggar, 2003). Dalam
pembinaan uks yaitu, Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif untuk menanggulangi
dan mencegah masalah kesehatan jiwa yang mendesak seperti ketergantungan kepada
narkotika, kebiasaan merokok, minuman keras dan bahan berbahaya, kebakalan remaja,
kriminalispsikosa peserta didik, dan Mengoptimalisasi program-program “life skill
education” khususnya dalam upaya meningkatkan keterampilan psikososial, yang
pengembangannya melalui kemasan substansi kesehatan atau melalui pendidikan
keterampilan hidup sehat.

UKS diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan pola hidup


sehat yang anti napza. Dengan demikian akan tercipta lingkungan sekolah yang
menyenangkan, hubungan yang baik antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan orang
tua dengan guru. Belajar yang menyenangkan di sekolah akan membantu dan meningkatkan
daya tahan siswa terhadap pengaruh pengaruh negatif (Kemenkes, 2020).

2.4 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,


pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebainya. Menurut Undang-Undang nomor
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 
Lingkungan sehat tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Sedangkan syarat lingkungan sehat bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain: limbah cair; limbah padat;limbah gas;sampah yang tidak diproses
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa penyakit; zat
kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas; radiasi sinar pengion dan
non pengion; air yang tercemar;udara yang tercemar; dan makanan yang terkontaminasi.

Adapun tujuan dari kesehatan lingkungan, meliputi :


1. Untuk melakukan Koreksi, memperkecil/memodifikasi terjadinya bahaya dari
lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup manusia.
2. Untuk pencegahan, mengefisienkan pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan dan juga kesejahteraan hidup manusia serta untuk
menghindarkan dari bahaya penyakit.

Menjaga kesehatan lingkungan itu penting untuk menciptakan komunitas yang sehat dan
bahagia. Tetapi, masih terdapat masalah kesehatan lingkungan di Indonesia diantaranya :
1. Air bersih
2. Pembuangan kotoran/tinja
3. Kesehatan pemukiman
4. Pembuangan sampah
5. Serangga dan binatang pengganggu
6. Makanan dan minuman
Mengingat masalah di atas, maka program kesehatan lingkungan di puskesmas dapat
menjadi solusinya. Pemerintah pun mendukung program kesehatan lingkungan di puskesmas
dengan dikeluarkannya Permenkes RI No 13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Permenkes
ini, disebutkan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan serta dalam rangka mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
BAB III

KEGIATAN PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN

3.1 Penyakit Menular (Covid-19)

3.1.1 Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan Penyakit Menular

1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, dilakukan analisis situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Adapun
masalah sosial yang ada di Puskesmas Garuda adalah sebagai berikut :
1) Kependudukan
Pada tahun 2020, jumlah penduduk wilayah binaan UPT Puskesmas Garuda
sebanyak 66.165 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak 33.798 dan wanita
sebanyak 32.365.
Sementara jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur yaitu
kelompok umur 15-44 tahun (48%). Dimana pada kelompok umur ini merupakan
usia produktif, sebanyak 15.000 jiwa.
2) Pendidikan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda 2020, diketahui bahwa tingkat
pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda paling banyak adalah tidak
tamat SD (34%) dan paling sedikit adalah lulusan sarjana (7%).
3) Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda
yaitu (40,1%) adalah kategori lain-lain yang terdiri dari buruh harian, ojek online,
freelancer, dan asisten rumah tangga.
4) Kriminalitas
Kasus kriminalitas yang terjadi di Kelurahan Garuda berdasarkan koran online
merdeka.com pada tanggal 15 Januari 2021, Polrestabes Bandung mengamankan 15
tersangka komplotan begal sadis yang kerap meresahkan warga Kelurahan Garuda.
Tim melakukan penyelidikan dan melihat pelaku sedang beraksi merampas
handphone korban di Jalan Garuda pada 21 Mei pukul 03.00 WIB.
b. Diagnosis Epidemiologi
Dalam fase ini, ditekankan besaran masalah prioritas penyakit menular & penyakit
tidak menular berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019 dan data Pusat
Informasi COVID-19. Hasil analisis kami, kami mendapatkan 5 masalah penyakit
menular dan tidak menular terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda, adapun
masalahnya adalah sebagai berikut :
1) COVID-19 (PM)
Berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 sampai tanggal 17 Juni 2021.
Kelurahan Garuda :
- Aktif: 71 orang
- Sembuh: 171 orang
- Meninggal: 12 orang
- Total Terkonfirmasi: 254 orang
Kelurahan Maleber :
- Aktif: 94 orang
- Sembuh: 241 orang
- Meninggal: 4 orang
- Total Terkonfirmasi: 339 orang
Kelurahan Campaka
- Aktif: 90 orang
- Sembuh: 284 orang
- Meninggal: 5 orang
- Total Terkonfirmasi: 379 orang
Kelurahan Dungus Cariang
- Aktif: 123 orang
- Sembuh: 279 orang
- Meninggal: 7 orang
- Total Terkonfirmasi: 409 orang

Bisa disimpulkan dari 4 kelurahan wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda sebanyak
378 kasus aktif, 975 sembuh,dan 28 orang meninggal sehingga total kasus
terkonfirmasi sebesar 1.381 kasus.

2) TBC (PM)
Jumlah kasus TBC sebanyak 248 orang dan kasus kematian sebanyak 1 orang.
3) Jantung (PTM)
Jumlah kasus penyakit jantung sebanyak 536 orang dan kasus kematian sebanyak 12
orang.
4) Hipertensi (PTM)
Jumlah kasus hipertensi sebanyak 3.995 orang dan kasus kematian sebanyak 4
orang.
5) Diabetes Mellitus (PTM)
Jumlah kasus DM sebanyak 1.745 orang dan kasus kematian sebanyak 10 orang.
c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Masalah Kesehatan Penyakit Menular (COVID-19)


1) Aktivitas edukasi kesehatan
terbatas selama masa pandemi
COVID-19.
2) Lingkungan wilayah UPT
Puskesmas Garuda tergolong padat
penduduk dan pemukiman di gang
sempit sehingga penyebaran sangat
mudah terjadi.
Analisis Lingkungan 3) Budaya setelah hari raya, banyak
kerumunan.
4) Sirkulasi udara yang buruk
(ruangan tertutup, tidak ada ventilasi,
tidak cukup cahaya matahari).
5) Rendahnya ketegasan dari
pemerintah untuk memberikan
sanksi kepada warga yang tidak
menerapkan protokol kesehatan.
1) Tidak menerapkan etika batuk dan
bersin
2) Tidak membiasakan CTPS
3) Memakai peralatan makan
Analisis Perilaku
bersamaan 4) Pola makan tidak gizi
seimbang
5) Tidak patuh dan mengabaikan
protokol Kesehatan 5M
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
1) Faktor Predisposisi
 Rendahnya pengetahuan masyarakat
 Adanya stigma sosial dalam masyarakat terhadap pasien COVID-19
 Masyarakat enggan melakukan vaksin dikarenakan percaya dengan isu hoaks
2) Faktor Enabling
 Tenaga promotor kesehatan belum memadai
 Sudah menyediakan fasilitas guna penanganan COVID-19 (bantuan APD, cek
suhu, tenda emergency, lorong sterilisasi)
 Fasilitas swab PCR gratis untuk masyarakat, khususnya yang memiliki kontak
erat dengan pasien positif COVID-19.
3) Faktor Reinforcing
 Kurangnya peran aktif keluarga untuk saling mengingatkan
 Rendahnya ketegasan dari pemerintah untuk memberikan sanksi kepada warga
yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
e. Diagnosis Administratif dan Kebijakan
1) Tenaga Kesehatan
Menurut data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019, tenaga Promotor Kesehatan
masih dibawah standar PMK No. 43 Tahun 2019 yaitu yang seharusnya berjumlah 2,
tetapi di Puskesmas Garuda belum adanya Tenaga Khusus Promosi Kesehatan.
2) Kebijakan politis
a) Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020 Tentang Peningkatan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian
Covid-19 sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan
pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19/ di seluruh daerah
provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia.
b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021 tentang
pelaksanaan vaksisnasi dalam  rangka penanggulanagan pandemi COVID-19.
c) KMK No. HK.01.07-MENKES-4641-2021 Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan,
Pelacakan, Karantina, Isolasi Dalam Pencegahan COVID-19.
d) Surat Edaran No. HK.0202/I/385/2020 Tentang Penggunaan Masker Dan
Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Untuk Mencegah
Penularan Covid-19.
e) KMK No. HK.01.07-MENKES-382-2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi
Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan
COVID-19.
3) Peraturan dan Organisasional Puskesmas
a) Melakukan 3T (testing, tracing, dan treatment)
b) Menerapkan sistem giliran kerja petugas kesehatan untuk mengurangi
kerumunan pegawai di UPT Puskesmas Garuda.
c) Mengatur antri pengunjung puskesmas untuk mengurangi kerumunan di UPT
Puskesmas Garuda.
d) Puskesmas Garuda yang memutuskan penempatan masyarakat terkonfirmasi
positif COVID-19 apakah isolasi mandiri atau dirujuk ke rumah sakit.

e) Melakukan komunikasi dengan kader melalui WhatsApp dan jika diperlukan


pengisian data, menggunakan G-Form.

2. Menentukan prioritas masalah


Dalam menentukan prioritas masalah, kami menggunakan USG. Urgency, Seriousness,
Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu
dengan menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu
prioritas. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

NO. MASALAH NILAI SKOR RANKING


USG
U S G
1. COVID-19 5 5 5 15 I
2. TBC 3 4 3 10 V
3. JANTUNG 4 4 3 11 IV
4. HIPERTENSI 4 4 4 12 III
5. DM 5 5 4 14 II
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masalah prioritas kami untuk saat ini adalah COVID-19,
mengingat isu masalah tersebut sangat mendesak karena fasilitas Kesehatan dan tempat
isolasi pasien COVID-19 semakin penuh, dapat menimbulkan masalah-masalah lain yaitu
masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis. dan sangat mudah berkembang
dengan adanya Virus Corona varian jenis baru sudah masuk ke Indonesia. Varian baru
tersebut antara lain B117, B1351, dan B1617.
Tabel analisis menurut penilaian USG

No Masalah Metode Skor Alasan


1 COVID-19 Urgency 5 Karena fasilitas Kesehatan dan tempat
isolasi pasien COVID-19 semakin penuh,
banyaknya tenaga kesehatan yang
meninggal dunia dalam penanganan
COVID-19 ini.
Seriousness 5 Dapat menimbulkan masalah-masalah lain
yaitu masalah sosial, masalah ekonomi, dan
masalah psikologis.
.Growth 5 Penyakit COVID-19 dapat dipengaruhi oleh
kondisi yang diderita oleh seseorang
sebelumnya (komorbid), variasi gejala yang
berbeda-beda hingga kemampuan virus
untuk bermutasi.
2. TBC Urgency 3 WHO merilis masih ada 155 ribu orang
terinfeksi setiap tahunnya di 33 negara
berkembang. Sebanyak 10 ribu orang di
antaranya meninggal dunia.
Seriousness 4 TBC merupakan penyakit menular
yang menyebabkan masalah kesehatan
terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Growth 3 TBC dapat menimbulkan komplikasi yang
timbul jika tidak segera ditangani: Sakit
punggung, Kerusakan pada sendi,
Pembengkakan selaput otak (meningitis),
Masalah pada hati dan ginjal, Kelainan
pada jantung.

3. Jantung Urgency 4 Penyakit jantung dapat menyerang siapa


saja, tidak hanya usia tua namun juga
ditemui pada usia muda.
Kejadian kematian mendadak paling sering
disebabkan oleh penyakit jantung
Seriousness 4 Penyebab terjadinya komplikasi penyakit
jantung disebabkan oleh ketidakpatuhan
pasien dalam mengikuti pengobatan dan
perawatan.
Growth 3 Mayoritas penyakit jantung berkembang
seiring waktu karena faktor risiko seperti
pola makan yang buruk, merokok,
kolesterol tinggi, diabetes, usia, stres,
kurang olahraga, atau obesitas. Jenis-jenis
penyakit jantung yang umum antara lain
jantung koroner, aritmia, angina, gagal
jantung dan penyakit katup jantung.
4. Hipertensi Urgency 4 Semakin bertambahnya usia, risiko
penyakit hipertensi akan meningkat. Hal ini
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat.
Seriousness 4 Sulitnya mendeteksi penyakit ini
dikarenakan tidak adanya gejala yang
spesifik dapat di minimalisir dengan
memeriksakan kesehatan seperti Medical
Check up yaitu suatu pemeriksaan rutin dan
menyeluruh yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan
dan mendeteksi adanya suatu penyakit di
dalam tubuh
Growth 4 Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti:
Penyakit jantung koroner dan stroke, gagal
jantung, gagal ginjal, dan kerusakan
pembuluh darah retina yang mengakibatkan
gangguan penglihatan.
5. DM Urgency 5 Penderita diabetes di Indonesia setiap
tahunnya semakin meningkat. WHO
memperkirakan jumlah pasien diabetes di
Indonesia khususnya tipe 2 akan meningkat
signifikan hingga 16,7 juta pada tahun
2045.
Seriousness 4 Ketika terlalu banyak gula menetap dalam
aliran darah untuk waktu yang lama, hal itu
dapat mempengaruhi pembuluh darah,
saraf, mata, ginjal dan sistem
kardiovaskular. Komplikasi termasuk
serangan jantung dan stroke, infeksi kaki
yang berat (menyebabkan gangren, dapat
mengakibatkan amputasi), gagal ginjal
stadium akhir dan disfungsi seksual.
Setelah 10-15 tahun dari waktu
terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi
diabetes meningkat tajam.
Growth 4 Komplikasi jangka panjang biasanya
berkembang secara bertahap saat diabetes
tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar
gula darah yang tidak terkontrol dari waktu
ke waktu akan meningkatkan risiko
komplikasi, yaitu kerusakan serius pada
seluruh organ tubuh.
Selanjutnya, perlu dilakukan pemilihan prioritas perilaku dan lingkungan yang diambil
sebagai subjek dalam melakukan intervensi. Dengan menganalisis masalah melalui tabel
berikut :

MORE IMPORTANT LESS IMPORTANT


(LEBIH PENTING) (LEBIH TIDAK
PENTING)
MORE CHANGEABLE PRIORITAS 1 PRIORITAS 3
(LEBIH BISA DIUBAH) 1) Aktivitas edukasi 1) Rendahnya ketegasan
kesehatan terbatas dari pemerintah untuk
2) Tidak menerapkan memberikan sanksi kepada
etika batuk dan warga yang tidak
bersin menerapkan protokol
3) Tidak membiasakan kesehatan.
CTPS
4) Memakai peralatan
makan bersamaan
5) Tidak patuh dan
mengabaikan
protokol Kesehatan
5M
6) Pola makan tidak
gizi seimbang
LESS CHANGEABLE PRIORITAS 2 PRIORITAS 4
(LEBIH TIDAK BISA 1) Sirkulasi udara yang 1) Lingkungan wilayah UPT
DIUBAH) buruk (ruangan tertutup, Puskesmas Garuda
tidak ada ventilasi, tidak tergolong padat penduduk
cukup cahaya matahari). dan pemukiman di gang
sempit sehingga penyebaran
sangat mudah terjadi.
2) Budaya setelah hari raya,
banyak kerumunan.

3.1.2 Mengembangkan Kompenen Promosi Kesehatan Penyakit Menular

1. Deskripsi Program
Program “SEMPIT (Sebarkan Edukasi COVID-19)” adalah program yang dilaksanakan
secara daring kepada kader yang di dalamnya terdapat pemberian edukasi mengenai
Waspada penyebaran COVID-19 dengan alat bantu media yaitu video dan leaflet. diharapkan
mampu menekan angka terjadinya COVID-19 khususnya di wilayah kerja puskesmas garuda.
2. Tujuan Promosi Kesehatan
 Specific
Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya kader kelurahan mengetahui waspada
penyebaran COVID-19 yang diharapkan untuk menyampaikannya kembali kepada
masyarakat umum.
 Measurable
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kader kelurahan mengenai waspada
penyebaran COVID-19 yang dapat diukur pengetahuan masyarakat tersebut sebelum
dan sesudah kegiatan berlangsung.
 Appropriate
Tujuan dari kegiatan ini sesuai dengan prioritas masalah yang telah dianalisis, yaitu
mengenai pengetahuan tentang waspada penyebaran COVID-19.
 Reasonable
Kegiatan ini dibuat berdasarkan sumber data sekunder yang di analisis kembali.
Time Bound
Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang terukur, yaitu 3 minggu analisis,
pengolahan dan perencanaan, 1 minggu terakhir adalah pelaksanaan kegiatan.
3. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatannya yaitu kader kelurahan yang diharapkan mampu
menyebarluaskan informasi yang sudah disampaikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Garuda.
4. Isi Promosi Kesehatan
 Pengertian COVID-19
 Gejala COVID-19
 Cara penularan COVID-19
 Vaksinasi COVID-19
 Penerapan protokol kesehatan dengan 5M
5. Metode Promosi Kesehatan
Pemberian edukasi menggunakan alat bantu media
6. Media Promosi Kesehatan
a. Video edukasi/penyuluhan
b. Leaflet
7. Jadwal Pelaksanaan

Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan / Perencaan
1) Diagnosis masalah
2) Penentuan prioritas
masalah
3) Pengembangan
komponen promosi
kesehatan
2. Pelaksanaan/ Implementasi
1) Kemitraan
2) Pemberdayaan
3) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
3.1.3 Implementasi Penyakit Menular

1. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan Puskesmas Garuda yang akan mendukung
keberlangsungan program SEMPIT, agar mencapai tujuan bersama yaitu untuk menurunkan
angka terjadinya kasus COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda.
2. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada para kader di wilayah kerja Puskesmas Garuda
dengan memberikan edukasi mengenai COVID-19 yang diharapkan yang diharapkan para
kader tersebut dapat menyebar luaskan informasi yang sudah diterima kepada seluruh
masyarakat untuk menekan angka terjadinya kasus COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas
Garuda.
3. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi mengenai
COVID-19 dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan yang dapat
memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami informasi yang disampaikan melalui
program SEMPIT.

Rincian Pelaksanaan (Implementasi)

No Waktu Kegiatan Keterangan


1. 2 menit Pembukaan 1) Mengucapkan salam
2) Melakukan perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
2. 15 menit Evaluasi (Pre-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan awal sasaran
sebelum
diselenggarakannya
program
3. 15 menit Penyebaran informasi Menyebarkan media
kesehatan melalui media melalui whatsapp group
leaflet dan video mengenai ketua kader pkm garuda
waspada penyebaran
COVID-19.
4. 15 menit Evaluasi akhir (Post-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengukur
pengetahuan akhir dari
sasaran setelah
dilaksanakannya program
5. 2 menit Penutup 1) Mengucapkan
terimakasih
2) Kata-kata penutup
3) Mengucapkan salam
3.1.4 Evaluasi Penyakit Menular

Evaluasi Struktur :
1) Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara daring melalui WhatssApp Group Ketua Kader
PKM Garuda.
2) Pelaksanaan penyelenggaraan sudah dikonsultasikan dengan pembimbing.
3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana.
4) Tempat dan alat tersedia sesuai dengan rencana
Evaluasi Proses :
1) Peserta antusias dalam penyelenggaraan kegiatan.
2) Penyaji menguasai materi berupa media leaflet dan video yang akan dibagikan di
WhatssApp Group.
3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Evaluasi Hasil :
1) Sasaran memahami materi yang disampaikan, serta sasaran mengisi Google Form
kepuasan dan umpan balik.
3.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

3.2.1 Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak

1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Diagnosis sosial adalah menganalisis atau mendiagnosis kualitas hidup
individu atau masyarakat yang sumbernya langsung dari masyarakat.
UPT Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT puskesmas yang ada di Kota
Bandung yang terletak di Kelurahan Garuda, Kecamatan Andir. Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Maleber,
Kelurahan Garuda,Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka. UPT
Puskesmas Garuda memiliki jumlah penduduk dengan 1.220 ibu hamil, 1.065 bayi
dan 3.852 balita.
Berdasarkan data dari profil UPT Puskesmas Garuda tahun 2019 kesenjangan
Pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda menunjukan bahwa
sebanyak (34%) penduduk yang tidak tamat SD, (24,5%) penduduk tamat SD,
(15,5%) penduduk tamat SLTP, (12%) penduduk tamat SMU, (7%) penduduk
tamat D3, dan (7%) penduduk tamat PT. Besarnya penduduk yang tidak tamat SD
berpengaruh pada perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu bentuk perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan adalah tingkat partisipasi warga yang
mempunyai balita untuk datang ke Posyandu. Tingkat pendidikan rendah
berpengaruh terhadap pola asuh orang tua terhadap bayi dan balita. Walaupun
pendidikan bukanlah faktor utama terjadinya gizi kurang namun pendidikan orang
tua berpengaruh terhadap penyerapan informasi atau pengetahuan tentang
kesehatan, sehingga akan berpengaruh pula terhadap asupan gizi anak.
Dilihat dari jenis mata pencaharian masyarakat di Wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda menunjukan, bahwa mata pencaharian terbanyak yaitu 40,1%
adalah lain - lain. Mata pencaharian lain-lain yaitu seperti ojek online, freelence,
buruh harian lepas dsb. Dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian
lain- lain, aktifitasnya kebanyakan di malam hari sehingga berpengaruh terhadap
kesehatan.
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019 ada beberapa masalah
mengenai Kesehatan Ibu dan anak diantaranya adalah tingginya angka BBLR,
belum tercapainya target Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4), Cakupan
Komplikasi Kebidanan yang ditangani, Pelayanan Nifas, Neonatus dengan
Komplikasi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Kunjungan Bayi. Sedangkan
dari Analisa Hasil Bulan Penimbangan Balita (Bpb)-Eppgbm Upt Puskesmas
Garuda Bulan Februari 2021 masih adanya kasus tingginya angka balita dengan
Gizi Kurang dan Gizi Buruk (Under Weight).
b. Diagnosis Epidemiologi

Menurut data Profil Puskesmas Garuda Tahun 2019 Indikator yang digunakan
untuk menilai program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antara lain Cakupan
Kunjungan Ibu Hamil (K4) belum mencapai target (99.9%) dari total target 100%,
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan sudah mencapai target
100%, Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani belum mencapai target
(96.6%) dari target yang ditetapkan 100%, Pelayanan Nifas belum mencapai
target (99,7 %) dari target yang ditetapkan sebesar (100%). Kunjungan Neonatus
(KN1) sudah melebihi target (104%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%),
Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) sudah melebihi target (103%) dari
target yang ditetapkan sebesar (100%)., Neonatus dengan Komplikasi belum
mencapai target (98,1%) dari target yang ditetapkan sebesar (100%), Pelayanan
Kesehatan Anak Balita belum mencapai target (97,4%) dari target yang ditetapkan
sebesar (100%) dan Kunjungan Bayi belum mencapai target (98,9%) dari target
yang ditetapkan (100%). Adapun Status Gizi Anak Bayi dan Balita berdasarkan
data Profil Puseksmas Garuda Tahun 2019 terdapat 41 BBLR, 239 Balita Gizi
Kurang dan Balita Gizi Buruk.
Dilihat dari permasalahan diatas terdapat beberapa permasalahan terbesar dan
belum mencapai target yaitu :
1) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
2) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani
3) Pelayanan Nifas
4) Neonatus dengan Komplikasi
5) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
6) Kunjungan Bayi
7) BBLR
8) Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi Buruk
Selanjutnya, dilakukan analisis dalam menentukan prioritas masalah
menggunakan metode USG (Urgency, Seriosness, Growth) yaitu alat dalam
Menyusun prioritas isu yang perlu di selesaikan, sebagai berikut :

Nilai USG
No Masalah Skor Rank
U S G
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil 1 2 1 4 8
(K4)
2. Cakupan Komplikasi 3 3 2 8 5
Kebidanan yang ditangani
3. Pelayanan Nifas 1 2 1 4 8
4. Neonatus dengan Komplikasi 2 3 2 7 6
5. Pelayanan Kesehatan Anak 3 3 3 9 4
Balita
6. Kunjungan Bayi 1 3 2 6 7
7. BBLR 4 3 3 10 3
8. Balita Gizi Kurang dan Balita 5 4 4 13 1
Gizi Buruk

Kesimpulannya adalah permasalahan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk
menjadi prioritas masalah yang perlu segera diselesaikan. Oleh karena itu, perlu
adanya usaha penyelesaian masalah tersebut dengan upaya peningkatan Promosi
Kesehatan seperti penyuluhan kelompok dalam kegiatan kelas ibu balita karena
dengan adanya kegiatan kelas ibu balita dapat meningkatkan pengetahuan ibu
balita mengenai pentingnya gizi seimbang pada balita dan peran orang tua dalam
mencukupi kebutuhan gizi anak.

c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan


Identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi tingginya angka gizi kurang di
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda adalah :
1) Masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai asupan gizi anak dan kesadaran
untuk memanfaatkan buku KIA sebagai media informasi.
2) Kurangnya kesadaran orang tua untuk memeriksakan balitanya.
3) Kurangnya pola asuh ibu dalam penerapan asupan gizi anak sesuai dengan
pola makanan seimbang.

Identifikasi masalah lingkungan yang mempengaruhi tingginya angka gizi kurang


di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda adalah :
1) Faktor ekonomi (Ibu bekerja sehingga tidak maksimal dalam memberikan
perhatian kepada anak )
2) Kurangnya koordinasi dengan aparat kewilayahan (RT.RW dan Tokoh
masyakat)
3) Sanitasi lingkungan kurang baik seperti ODF belum maksimal, kesadaran
terhadap kebersihan lingkungan masih rendah, dan padatnya penduduk

Selanjutnya, perlu dilakukan pemilihan prioritas perilaku dan lingkungan yang


diambil sebagai subjek dalam melakukan intervensi. Dengan menganalisis
masalah melalui table berikut :

More Important Less Important


(Lebih penting) (Lebih tidak penting)
More Chageble Meningkatkan Koordinasi dengan
(Lebih bisa diubah) pengetahuan ibu aparat kewilayahan
(RT.RW dan Tokoh
mengenai asupan gizi
masyakat)
anak dan kesadaran
untuk memanfaatkan
buku KIA sebagai media
informasi.

Less Chageble Pola asuh ibu dalam Faktor ekonomi (Ibu


(Lebih sulit diubah) penerapan asupan gizi bekerja sehingga tidak
anak sesuai dengan pola maksimal dalam
makanan seimbang. memberikan perhatian
kepada anak )

Dihasilkan pada tabel bahwa prioritas perilaku dan lingkungan yang diperoleh
adalah pada masalah yang lebih penting dan lebih bisa diubah yaitu Meningkatkan
pengetahuan ibu mengenai asupan gizi anak dan kesadaran untuk memanfaatkan
buku KIA sebagai media informasi.
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
1) Faktor Predisposisi
Berdasarkan data sekunder profil Puskesmas Garuda Tahun 2019 disebutkan
bahwa faktor tingginya angka gizi kurang adalah tingkat Pendidikan yang
rendah berpengaruh terhadap pola asuh orang tua terhadap bayi dan balita.
Walaupun pendidikan bukanlah faktor utama terjadinya gizi kurang namun
pendidikan orang tua berpengaruh terhadap penyerapan informasi atau
pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan berpengaruh pula terhadap
asupan gizi anak.
2) Faktor Pemungkin
Akibat adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya aktivitas Edukasi
Kesehatan mengenai Kesehatan Ibu dan Anak sehingga kurang terfasilitasinya
kegiatan masyarakat yang dapat meningkatkan pengetahuan orangtua terhadap
pola asuh anak terutama pada asupan gizi anak. Selain itu, tidak adanya tenaga
khusus Promosi Kesehatan di Puskesmas Garuda sehingga kurang optimalnya
kegiatan Promosi Kesehatan
3) Faktor Penguat
- Kurangnya keterampilan kader dalam melakukan teknik pengukuran untuk
mengukur tb dan berat badab bayi dan balita dalam menentukan balita yang
mengalami kurang gizi
- Kurangnya koordinasi dengan apparat kewilayahan seperti RT, RW dan
Tokoh masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pokbang
e. Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
1) Tenaga Kesehatan
Menurut Data Profil Puskesmas Garuda Tahun 2019, tenaga Promotor
Kesehatan masih dibawah standar PMK No 43 tahun 2019 yaitu yang
seharusnya berjumlah 2 orang, tetapi di Puskesmas Garuda belum adanya
Tenaga Khusus Promosi Kesehatan.
2) Kebijakan Politis
Peraturan mentri Kesehatan Nomor 29 tahun 2019 dalam Bab 2 pasal 2
- Ayat (1) menyebutkan “Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit secara terpadu dan
berkesinambungan”.
- Ayat (2) menyebutkan “Penanggulangan masalah gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan terhadap penyakit yang
memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup dan mempunyai
dampak terbesar pada angka kejadian stunting.
- Ayat (3) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Alergi Protein Susu Sapi; dan
f. Kelainan Metabolisme Bawaan.
3) Peraturan dan Organisasioanl Puskesmas
a) Adanya kegiatan Pos Penimbangan Balita setiap RW di wilayah kerja
Puskesmas Garuda
b) Adanya upaya promosi kesehatan didalam Gedung berupa konseling gizi
c) Melakukan komunikasi intesif terhadap kader diwilayah kerja Puskesmas
Garuda
d) Adanya kegiatan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita

f. Prioritas Masalah

No. Masalah Metode Skor Alasan


1. Cakupan Urgency 1 Cakupan kunjungan ibu
Kunjungan Ibu hamil (K4) puskesmas
Hamil (K4) garuda sudah hampir
mencapai target. Dari target
100% hanya 0,1% yang
belum tercapai. Sehingga
tidak terlalu urgency tetapi
perlu lebih ditingkatkan
Seriuousness 2 Kunjungan Cakupan Ibu
Hamil (K4) merupakan
kunjungan rutin ibu hamil
selama 4 kali selama masa
kehamilan agar kehamilan
tetap terpantau dan
mengurangi kejadian-
kejadian yang tidak
dinginkan
Growth 1 Kunjungan Cakupan Ibu
Hamil (K4) tidak
menyebabkan
perkembangan penyakit
tetapi jika tidak dilakukan
akan berdampak terhadap
janin
2. Cakupan Urgency 3 Kasus resiko tinggi atau
Komplikasi komplikasi adalah keadaan
Kebidanan yang menyimpang dari keadaan
ditangani normal yang secara
langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi seperti
meliputi Hb<8 g%, tekanan
darah tinggi (sistole >140
mmHg, diastole >90
mmHg), oedema nyata,
eklampsia, ketuban pecah
dini, perdarahan
pervaginam, letak lintang
pada usia kehamilan > 32
minggu, letak sungsang
pada primigravida, infeksi
berat / sepsis dan persalinan
prematur.
Seriuousness 3 komplikasi yang terjadi jika
tidak ditangani oleh
kebidanan atau tenaga
Kesehatan bisa
menyebabkan kematian
pada ibu maupun bayi.
Growth 2 Pengetahuan ibu mengenai
pentingnya melakukan
persalinan di pelayanan
Kesehatan sangat penting
agar cakupan penanganan
kasus komplikasi bisa
ditangani dengan baik oleh
tenaga Kesehatan yang
berangkutan.
3. Pelayanan Nifas Urgency 1 Masa nifas adalah masa 6-8
minggu setelah persalinan
dimana organ reproduksi
mulai mengalami masa
pemulihan untuk kembali
normal, walau pada
umumnya organ reproduksi
akan kembali normal dalam
waktu 3 bulan pasca
persalinan
Seiuousness 2 Pelanan Nifas dapat
membantu Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya
baik fisik maupun
psikologis dimana dalam
asuhan pada ibu masa ini
peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian
nutrisi, dukungan psikologi
maka kesehatan ibu dan
bayi selalu terjaga.
Growth 1 Jika tidak dilakukannya
Pelayanan Nifas
menyebabkan beberapa
permasalahan pada ibu nifas
dan bayinya, permasalahan
yang terjadi pada ibu nifas
di antaranya perdarahan
postpartum dan infeksi saat
masa nifas, dua masalah ibu
nifas ini masih merupakan
penyebab utama kematian
maternal
4. Neonatus Urgency 2 Neonatal dengan
dengan komplikasi adalah neonatal
komplikasi dengan penyakit dan atau
kelaian yang dapat
menyebabkan kecacatan
atau kematiaa, seperti
afiksia, icterus, BBLR,
sindroma gangguan
pernafasan, dan kelainan
kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning
dan merah pada
pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM)
Seriuousness 3 .Komplikasi yang menjadi
penyebab kematian
terbanyak yaitu asfiksia,
bayi berat lahir rendah, dan
infeksi. Komplikasi ini
sebetulnya dapat dicegah
dan ditangani, namun
terkendala oleh akses ke
pelayanan kesehatan,
kemampuan tenaga
kesehatan, keadaan sosial
ekonomi, sistem rujukan
yang belum berjalan dengan
baik, terlambatnya deteksi
dini, dan kesadaran orang
tua untuk mencari
pertolongan kesehatan
Growth 2 Penanganan neonatal
dengan komplikasi adalah
penanganan terhadap
neonatal sakit dan atau
neonatal dengan kelainan
atau komplikasi
/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan sesuai
standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan
atau perawat) terlatih baik
di rumah, sarana pelayanan
kesehatan dasar maupun
sarana pelayanan kesehatan
rujukan. Pelayanan sesuai
standar antara lain sesuai
dengan standar MTBM,
Manajemen Asfiksia Bayi
Baru Lahir, Manajemen
BBLR, pedoman pelayanan
neonatal essensial di tingkat
pelayanan kesehatan dasar,
PONED, PONEK
5. Pelayanan Urgency 3 Pelayanan Kesehatan anak
Kesehatan balita meliputi pemantauan
Anak Balita pertumbuhan,
perkembangan, pemberian
imunisasi dasar dan
lanjutan, pemberian vit A
dan tatalaksana balita sakit
jika diperlukan.
Seriuousness 3 Pelayanan Kesehatan anak
dilakukan untuk memantau
perkembangan tumbuh
kembang anak secara
maksimal agar bisa
memantau apakah ada anak
yang mengalami gizi
buruka taupun stunting
Growth 3 Pengetahuan ibu tentang
pentingnya memantau
pertumbuhan dan
perkemabang anak menjadi
salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk
mengetahui Kesehatan anak
sedini mumngkin.
6. Kunjungan Urgency 1 Cakupan kunjungan bayi
Bayi adalah Cakupan kunjungan
bayi umur 29 hari – 11
bulan di sarana pelayanan
kesehatan polindes, pustu,
puskesmas, rumah bersalin
dan rumah sakit maupun di
rumah, posyandu, tempat
penitipan anak, panti
asuhan dan sebagainya
melalui kunjungan petugas.
Berguna untuk mengukur
kemampuan manajemen
program KIA dalam
melindungi bayi sehingga
kesehatannya terjamin
melalui penyediaan
pelayanan kesehatan.
Seiuousness 3 Kunjungan bayi berguna
untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan
pada bayi atau mengalami
masalah 
Growth 2 Kunjungan bayi harus
dilakukan secara rutin
sesuai dengan anjuran. Jika
tidak dilakukan
kemungkinan besar ibu
tidak akan mengetahui
sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi
atau terdapat masalah
kesehatan lainnya.
7. BBLR Urgency 4 Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan
lebih rendah dariberat
badan bayi rata-rata. Bayi
dinyatakan mengalami
BBLR jika beratnya kurang
dari 2,5 kilogram,
sedangkan berat badan
normal bayi yaitu diatas 2,
5 atau 3 kilogram.
Angka BBLR di puskesmas
Garuda masih terbilang
cukup banyak dan
membutuhkan perhatian
khusus untuk menangani
kasus tersebut.
Seriuousness 3 Bayi dengan berat badan
lahir rendah rentan sakit
atau mengalami infeksi,
sedangkan dalam jangka
Panjang bayi tersebut
berisikomengalami
keterlambatan
perkembangan motoric atau
kemampuan dalam
belajarsemakin rendah berat
badan bayi maka semakin
banyak masalah medis yang
akan dihadapi apalagi jika
bayi tersebut lahir
premature.
Growth 3 BBLR dapat terjadi karena
adanya gangguan
pertumbuhan saat
dikandungan. Hal tersebut
antara lain disebabkan oleh
penyakit ibu,kelainan
plasenta keadaan-keadaan
lainyang menyebabkan
suplai makanan dari ibu ke
bayi berkurang.
8. Balita Gizi Urgency 5 Balita Gizi Kurang
Kurang dan (underweight) adalah
Gizi Buruk kegagalan bayi untuk
mencapai berat badan ideal,
yang kemudian juga bisa
mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan
sesuai usianya, dalam
jangka waktu tertentu.
Gangguan ini bisa
disebabkan karena bayi
kekurangan energi dan zat-
zat gizi yang dibutuhkan
sesuai usianya.

Balita gizi buruk atau


malnutrisi adalah kondisi
ketika anak tidak menerima
nutrien, mineral, dan kalori
yang cukup untuk
membantu perkembangan
organ vital. Gizi buruk akan
berdampak pada
pertumbuhan dan kesehatan
anak
Seriuousness 4 Gizi Kurang dan Gizi buruk
pada balita dapat
menyebabkan :

 Sering merasa cepat


lelah
 Mudah marah
 Sering sakit karena
daya tahan tubuh
rendah
 Kulit kering dan
bersisik
 Pertumbuhan
terhambat
 Perut buncit
 Ketika sakit atau
luka susah sembuh
 Massa otot
berkurang
 Pertumbuhan
intelektual dan
perilaku pelan
 Gangguan
pencernaan

Growth 4 Timbulnya masalah gizi


buruk dilatarbelakangi oleh
banyak faktor yang dapat
dibagi menjadi dua yaitu
faktor langsung dan faktor
tak langsung. Faktor
langsungnya adalah
kurangnya asupan makan
dan infeksi penyakit.
Penyakit yang diderita
balita bisa menyebabkan
anak menjadi gizi buruk,
sebaliknya anak yang
kurang gizi mudah jatuh
sakit
g.
3.2.2 Mengembangkan Kompenen Promosi Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak

Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisis dalam Prioritas Masalah yaitu Gizi
Kurang dan Gizi Buruk pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Garuda. Berdasarkan
tabel penentuan perilaku dan lingkungan yang lebih bisa diubah dan lebih penting adalah
Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai asupan gizi anak dan kesadaran untuk
memanfaatkan buku KIA sebagai media informasi. Maka dari itu, kegiatan yang akan
dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah adalah pelaksanaan Kelas Ibu Balita yang
didalamnya terdapat Pemberian pengetahuan, memberikan edukasi mengenai
memanfaatkan buku KIA sebagai media informasi, diskusi pengalaman dan tanya jawab
mengenai Pentingnya Gizi Seimbang Pada Balita
A. Tujuan Promosi Kesehatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan Pengetahuan Ibu Balita mengenai Gizi Seimbang di Wilayah
Kerja Puskesmas Garuda sebesar 80%
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi Ibu Balita dalam mendapatkan edukasi kesehatan
b. Memudahkan Ibu Balita dalam memhami informasi karena dismapikan
melalui media promosi kesehatan
c. Ibu Balita dapat menjelaskan pentingnya Peran Ibu dalam memberikan
Asupan Gizi pada anak
d. Ibu Balita dapat menjelaskan Pedoman Gizi Seimbang
e. Ibu Balita dapat memahami pentingnya asupan gizi balita dalam pencegahan
Gizi kurang dan Gizi buruk pada balita
B. Sasaran Promosi Kesehatan
Ibu Balita 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda
C. Isi Promosi Kesehatan
a. Pengertian Gizi Seimbang pada balita
b. Contoh Asupan Gizi Seimbang pada balita
c. Manfaat Pemberian Gizi Seimbang pada balita
d. Dampak jika balita tidak mendapatkan asupan Gizi seimbang
D. Metode Promosi Kesehatan
a. Pemberian Edukasi dengan bantuan media
b. Sharing pengalaman
c. Tanya Jawab
E. Media Promosi Kesehatan
a. Poster
b. Leaflet
c. Video
F. Jadwal Pelaksanaan

Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan / Perencaan
1) Diagnosis masalah
2) Penentuan prioritas
masalah
3) Pengembangan
komponen promosi
kesehatan
2. Pelaksanaan/ Implementasi
1) Kemitraan
2) Pemberdayaan
3) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output

3.2.3 Implementasi Kesehatan Ibu dan Anak

a. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan membangun kerjasama dengan
Puskesmas Garuda yang akan mendukung keberlangsungan kegiatan dan
dapat saling membantu antara kedua belah pihak untuk mencapai tujuan
bersama yakni menurunkan angka Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Wilayah
Kerja Puskesmas Garuda.
b. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi mengenai Gizi Seimbang
pada Balita
c. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi
mengenai Gizi Seimbang pada Balita dan pemberian media promosi
kesehatan yang dapat memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami
informasi yang disampaikan

Rincian Pelaksanaan (Implementasi)

No Waktu Kegiatan Keterangan


1. 2 menit Pembukaan 1) Mengucapkan salam
2) Melakukan
perkenalan
3) Menyampaikan
tujuan
4) Kontrak waktu
2. 2 menit Evaluasi (Pre-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan awal sasaran
3. 15 menit Pemberian Edukasi Membagian media edukasi
mengenai Peranan ibu dan dan menjelaskan isi dari
pentingnya pemberian Gizi media edukasi tersebut
Seimbang pada balita
10 Menit Sharing pengalaman ibu Memberikan kesempatan
dalam pemberian Gizi kepada para ibu-ibu untuk
seimbang pada balita membagiakan pengalaman
dalam pemenuhan gizi anak
balita
10 menit Tanya jawab Memberikan kesempatan
untuk bertnya dan
menjaawab pertanyaan
4. 2 menit Evaluasi akhir (Post-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan akhir sasaran
5. 2 menit Penutupan 1. Kesimpulan
2. Mengucapkan
terimakasih
3. Kata-kata penutup
4. Mengucapkan salam

3.2.4 Evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak

Kriteria Evaluasi pada rencana kegiatan Kelas Ibu Balita adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur
1) Penyelenggaraan kelas ibu balita dilaksanakan secara daring via Whatsapp
Grup
2) Pelaksanaan Kelas Ibu Balita sudah dikonsultasikan ke pembimbing
3) Peran dan tugas kelas ibu balita sesuai dengan rencana
4) Tempat, alat dan media tersedia sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap kegaitan kelas ibu balita
2) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik
3) Peserta berperan aktif dalam proses sharing pengalaman
4) Penyaji menguasai materi edukasi yang disampaikan
5) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
c. Evaluasi Hasil
1) Pre : Peserta antusias terhadap kegiatan kelas ibu balita yang akan
dilaksanakan
2) Post : Peserta memahami materi yang disampaikan yang ditandai dengan
peningkatan nilai pengetahuan dari pre – test

3.3 Unit Kesehatan Sekolah (UKS)

3.3.1 Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan Unit Kesehatan Sekolah

1. Diagnosis Sosial
UPT Puskesmas Garuda berada di Jalan Dadali No. 81, Garuda,
Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat 40184
Batas wilayah kerja UPT Garuda :
a. Sebelah utara : Kecamatan Cicendo
b. Sebelah selatan : Kecamatan Bandung Kulon
c. Sebelah timur : Kecamatan Sumur Bandung
d. Sebelah barat : Kota Cimahi
UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan
Maleber, Kelurahan Garuda, Kelurahan Dungus Cariang, dan Keluruhan
Cempaka. Puaskemas Garuda pun mempunyai banyak program kesehatan
yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya.
Unit Kesehatan Sekolah disingkat UKS merupakan salah satu program pr
omosi kesehatan di UPT Puskesmas Garuda. UKS adalah program pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga
sekolah (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Tujuan diselenggarakannya
program UKS, yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Cakupan Unit Kegiatan Sekolah di SD/MI/Sederajat wilayah UPT Puske
smas Garuda tahun 2020 mencapai 100% (profil kesehatan UPT Puskesmas
Garuda, 2020). Namun pelaksanaan penjaringan kesehatan dilaksanakan seca
ra online karena pandemi Covid - 19.
Berikut adalah kondisi sosial di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda :
a. Jangkauan ke Fasilitas Kesehatan
Jarak masing-masing kelurahan ke UPT Puskesmas Garuda :
e. Maleber : 1 Kilometer
f. Garuda : 1 Kilometer
g. Dungus Cariang : 2 Kilometer
h. Cempaka : 2 Kilometer
b. Kependudukan
Jumlah penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda pada tahun
2020 sebanyak 66.163 jiwa, terdiri dari: Kelurahan Cempaka terdapat
16.594 penduduk, Kelurahan Maleber terdapat 22.584 penduduk,
Kelurahan Garuda terdapat 10.827 penduduk, dan kelurahan Dungus
Cariang terdapat 16.158 penduduk.
Dan jumlah siswa tiap tingkat sekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu diantaranya, siswa SD sebanyak 6.674 siswa,
siswa SMP sebanyak 2.311 siswa, dan siswa SMA sebanyak 5.154
siswa.
c. Pendidikan
Tingkat Pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda
berdasarkan data pada Profil UPT Puskesmas Garuda tahun 2020, yaitu
Tidak Tamat SD sebanyak (34%), Tamat SD sebanyak (24,5%), Tamat
SLTP sebanyak (15,5%), Tamat SMU sebanyak (12%), Tamat D3
sebanyak (7%) dan Tamat PT sebanyak (7%).
d. Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda yaitu (40,1%) adalah kategori lain-lain, seperti buruh
harian, freelancer, ojek online dan asisten rumah tangga.
2. Diagnosis Epidemiologi
a. Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari hasil penjaringan
kesehatan yang telah dilakukan terhadap para siswa sekolah yang berada di
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda Kota Bandung, terdapat 4
permasalahan terbesar diantaranya yaitu :
1) Kurangnya kesedaran siswa untuk melakukan Aktivitas Fisik selama
dirumah.
2) Gangguan mata pada siswa karena seharian menatap layar computer,
laptop ataupun gadget yang digunakan untuk pembelajaran secara
daring/ online.
3) Terjadinya obesitas karna kurang melakukan aktivitas atau malas
gerak.
4) Kurang penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan
Covid-19.

b. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah promosi kesehatan, kami
menggunakan Metode USG. Metode USG adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Urgency: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Urgency
dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
2) Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah
yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan
dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem atau tidak.
3) Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.
Tabel USG Masalah Kesehatan UKS di UPT Puskesmas Garuda

Masalah Parameter Final

Urgenscy Seriousnes Growth Score

s
Aktivitas fisik 4 5 4 80
Kesehatan mata 4 5 3 60
Obesitas 3 4 3 36
Protokol Covid- 2 3 3 18
19
KKeterangan : (5 = Sangat Besar, 4 = Besar, 3 = Sedang, 2 = Kecil, dan 1
= Sangat Kecil)

Dari matriks di atas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa, masalah


kesehatan yang akan diselesaikan di UPT Puskesmas Garuda adalah
Aktivitas Fisik.

c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Masalah Kesehatan : Rendahnya kesadaran siswa melakukan


aktivitas fisik dirumah selama pandemi
Covid-19
Analisis Perilaku 1. Malas gerak karena seharian menatap layar
laptop, komputer ataupun gadget yang
digunakan untuk pembelajaran daring.
2. Kurangnya pengetahuan siswa tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik di
rumah selama pandemi.
3. Kurangnya kesadaran siswa tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik di
rumah selama pandemi.
Analisis Lingkungan 1. Kurangnya ketersediaan fasilitas untuk
beraktivitas fisik atau berolahraga.
2. Kurangnya pemantauan dari orangtua
terhadap anak untuk melakukan aktivitas fisik
di rumah selama pandemi.

X MORE IMPORTANT LESS IMPORTANT


MORE PRIORITAS I PRIORITAS 3
CHANGEABL 1. Malas gerak karena Kurangnya pemantauan
E seharian menatap layar dari orangtua terhadap
laptop, komputer ataupun anak untuk melakukan
gadget yang digunakan aktivitas fisik di rumah
untuk pembelajaran selama pandemi.
daring.
2. Kurangnya pengetahuan
siswa tentang pentingnya
melakukan aktivitas fisik
di rumah selama pandemi.
3. Kurangnya kesadaran
siswa tentang pentingnya
melakukan aktivitas fisik
di rumah selama pandemi.
LESS PRIORITAS 2 PRIORITAS 4
CHANGEABL Kurangnya ketersediaan fasilitas -
E untuk beraktivitas fisik atau
berolahraga.

d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional


1.) Faktor Predisposisi
9) Kurangnya pengetahuan dan sikap siswa terhadap pentingnya
aktivitas fisik.
10) Kurangnya kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik selama
dirumah.
2.) Faktor Enabling
3) Kurang maksimalnya pengelolaan dan penanggulangan masalah
kesehatan pada siswa karna kurang beraktivitas fisik.
4) Kurangnya pemantauan baik yang dilakukan oleh guru atau
orangtua peserta didik
5) Petugas UKS kurang optimal dalam memberikan pendidikan
kesehatan dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
3.) Faktor Reinforcing
6) Kurangnya peran aktif dukungan orangtua atau keluarga
7) Adanya dukungan dari Dinas Kesehatan untuk program ini
dilakukan secara daring.
e. Diagnosis Administratif dan Kebijakan
5) Diagnosis Administratif
e.Sumber daya :
1) Time : sulitnya menyesuaikan waktu untuk melakukan
pembinaan TRIAS UKS bersama sekolah.
2) Personel : Tim pembinaan TRIAS UKS dari UPT
Puskesmas Garuda adalah tenaga kesehatan
penanggungjawab UKS dan Tenaga Promosi Kesehatan.
3) Budget : Budget yang dibutuhkan untuk pembinaan
TRIAS UKS tidak ada karena diadakan online.
f. Kebijakan :
4) Peraturan bersama antara Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI,
dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 6/XPB/2014, Nomor:
73 Tahun 2014, Nomor: 41 Tahun 2014, dan Nomor: 81
Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah.
5) Keputusan Walikota Nomor 421.6/Kep.1017-Huk Tahun
2006 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah
(TP.UKS) Kota Bandung.
6) Keputusan bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri di Indonesia Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 Tahun
2021, Nomor HK.01.08/MENKES/4242/2021 dan Nomor
440-417 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
g. Anggaran : Anggaran didapatkan dari dana BOK.

6) Diagnosis Kebijakan
a) Dukungan politik
7) Dukungan dari Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan
Program Pembinaan TRIAS UKS.
8) Dukungan dari kepala puskesmas dan kepala sekolah dalam
penyelenggaraan Program Pembinaan TRIAS UKS.
b) Dukungan Regulasi
 Peraturan bersama antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI, dan Menteri
Dalam Negeri RI Nomor: 6/XPB/2014, Nomor: 73 Tahun
2014, Nomor: 41 Tahun 2014, dan Nomor: 81 Tahun 2014
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah.
 Keputusan Walikota Nomor 421.6/Kep.1017-Huk Tahun 2006
tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (TP.UKS)
Kota Bandung.
 Keputusan bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri di Indonesia Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 Tahun
2021, Nomor HK.01.08/MENKES/4242/2021 dan Nomor 440-
417 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
c) Dukungan sistem dalam organisasi
Dalam penyelenggaraan program Pembinaan TRIAS UKS sudah
ada tenaga kesehatan penanggungjawab UKS.
d) Hambatan pelaksanaan
a) Keadaan pandemi membuat terhambat berjalannya program
dengan maksimal.
b) sulitnya menyesuaikan waktu untuk melakukan pembinaan
TRIAS UKS bersama sekolah.

3.3.2 Mengembangkan Kompenen Promosi Kesehatan Unit Kesehatan Sekolah

1. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan Umum
Setelah diberikan media melalui Whatsapp Group, diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan sasaran dengan mengetahui dan memahami
pentingnya melakukan aktivitas fisik di rumah selama pandemi Covid-19.
Tujuan khusus
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami pengertian aktivitas fisik.
b. Sasaran mampu mengetahui dan memahami manfaat aktivitas fisik
c. Sasaran mengetahui aktivitas fisik yang dapat dilakukan di rumah selama
pandemi Covid-19.
2. Sasaran Promosi Kesehatan
a. Sasaran Primer : Seluruh siswa SD, SMP, SMA di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda Kec.Andir
b. Sasaran Sekunder : Komite sekolah, guru, dan orangtua
c. Sasaran Tersier : Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah
3. Isi Promosi Kesehatan
a. Pengertian Aktivitas Fisik
b. Manfaat Aktivitas Fisik
c. Contoh Aktivitas Fisik di Rumah Selama Pandemi Covid-19
4. Metode Promosi Kesehatan
Pemberian edukasi melalui media promosi Kesehatan
5. Media yang digunakan Promosi Kesehatan
Media yang digunakan Video Animasi
6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta atau PJ UKS setiap sekolah ada didalam Whatsapp Group.
2) Penyelenggaraan Pembinaan TRIAS UKS dilakukan secara online
atau daring.
3) Pelaksanaan Pembinaan sudah di konsultasikan kepada pembimbing
4) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
5) Sarana dan prasana tersedia sesuai dengan rencana
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi pembinaan.
2) Peserta konsentrasi menonton media video yang telah dibagikan.
3) Peserta aktif dalam kegiatan pembinaan
4) Kegiatan pembinaan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan
c. Evaluasi Hasil
Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi kesehatan
dengan peningkatan nilai pengetahuan dari Kuisioner Pengetahuan Aktivitas
Fisik.
7. Jadwal pelaksanaan

Juni Juli

No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan/Perencanaan
1) Diagnosis Masalah
2) Penentuan Prioritas
3) Pengembangan
Komponen Promosi
Kesehatan
2. Pelaksanaan/Implementasi
1) Advokasi
2) Kemitraan
3) Pemberdayaan
4) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
4. Ujian Praktik Belajar
Lapangan

3.3.3 Implementasi Unit Kesehatan Sekolah

A. Implementasi
d. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan UPT Puskesmas Garuda dan
Sekolah di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Garuda Kelurahan Dunguscariang
yang akan mendukung keberlangsungan program PEMBINAAN TRIAS
UKS, agar mencapai tujuan yaitu agar siswa dapat menerapkan pentingnya
melakukan aktivitas fisik di rumah selama pandemi Covid-19.
e. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada para siswa setiap sekolah
di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi
pentingnya melakukan aktivitas fisik di rumah selama pandemi Covid-19.
f. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian
materi mengenai pentingnya melakukan aktivitas fisik di rumah selama
pandemi Covid-19.dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan
berbentuk Video Animasi yang dapat memudahkan dan membantu sasaran
dalam memahami informasi yang disampaikan melalui program Pembinaan
TRIAS UKS.

3.3.4 Evaluasi Unit Kesehatan Sekolah

1. Input
Pelaksanaan Pembinaan TRIAS UKS melalui penyebaran media promosi kesehatan
yaitu video animasi oleh Mahasiswa Jurusan Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Bandung bersama UPT Puskesmas Garuda dilaksanakan secara daring melalui
Whatsapp Group dengan perantara sasaran guru PJ UKS setiap sekolah dari 4
kelurahan (Maleber, Garuda, Dunguscariang, dan Cempaka)
2. Proses
1) Dalam pelaksanaan Pembinaan TRIAS UKS melalui penyebaran media promosi
kesehatan yaitu video animasi dibagikan melalui WhatssApp Group pada pukul
13.00 WIB.
2) Sesi pengisian kuisioner pengetahuan terkait Aktivitas Fisik dilaksanakan setelah
guru PJ UKS setiap sekolah membagikan media kepada siswa/siswanya.
3) Sasaran antusias dengan turut aktif ikut berpartisipasi dengan mengisi kuisioner
aktivitas fisik.
3. Output
1) Perantara sasaran antusias dengan mengikuti rangkaian kegiatan sampai dengan
selesai.
2) Pada akhir kegiatan peserta mengisi evaluasi g.form untuk mengetahui
pemahaman sasaran mengenai materi Aktivitas Fisik di Rumah Selama Pandemi
Covid-19 melalui media video animasi yang telah di bagikan di WhatssApp
Group.
3.4 Kesehatan Lingkungan

3.3.1 Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan

1. Diagnosis Masalah
a. Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, dilakukan analisis situasi dan kondisi yang ada di lapangan. UPT
Puskesmas Garuda adalah salah satu UPT Puskesmas yang ada di Kota Bandung. Wilayah
kerja UPT Puskesmas Garuda meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Meleber, Kelurahan
Garuda, Kelurahan Dungus Cariang dan Kelurahan Campaka. Berikut adalah kondisi sosial
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda:
1) Jangkauan ke Fasilitas Kesehatan
Jarak terjauh masing-masing kelurahan ke UPT Puskesmas Garuda:
 Meleber : 1 Kilometer
 Garuda : 1 Kilometer
 Dungus Cariang : 2 Kilometer
 Campaka : 2 Kilometer
2) Kependudukan
Pada tahun 2020, jumlah penduduk wilayah binaan UPT Puskesmas Garuda sebanyak
66.165 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak 33.798 dan wanita sebanyak 32.365.
Sementara jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur yaitu kelompok umur
15-44 tahun (48%). Dimana pada kelompok umur ini merupakan usia produktif, sebanyak
15.000 jiwa.
3) Pendidikan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda 2020, diketahui bahwa tingkat pendidikan di
wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda paling banyak adalah tidak tamat SD (34%) dan paling
sedikit adalah lulusan sarjana (7%).
4) Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda yaitu
(40,1%) adalah kategori lain-lain yang terdiri dari buruh harian, ojek online, freelancer, dan
asisten rumah tangga.
b. Diagnosis Epidemiologi
Dalam fase ini, ditekankan besaran masalah prioritas kesehatan lingkungan berdasarkan
data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019. Hasil analisis mendapatkan 5 masalah Kesehatan
lingkungan terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda, adapun masalahnya adalah
sebagai berikut :
1) Cakupan Tempat-tempat Umum (TTU)
 Meleber 87.9%
 Garuda 82.2%
 Dungus Cariang 86.5%
 Campaka 77.4%
2) Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang Memenuhi syarat
 Meleber 81.1%
 Garuda 81.7%
 Dungus Cariang 69.2%
 Campaka 90.2%
3) Cakupan Pelayanan Kesehatan berupa konseling individu baru mencapai (68,45%)
4) Jumlah Sarana Air Bersih (SAB) yang memenuhi syarat
 Meleber 65.4%
 Garuda 87.1%
 Dungus Cariang 76.5%
 Campaka 71.9%
5) Cakupan ODF
 Meleber 71.4%
 Garuda 82.9%
 Dungus Cariang 17%
 Campaka 60.5%
Masalah ODF di Kelurahan Dungus Cariang wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda masih
tinggi, hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
dapat disebabkan oleh kuman yang ada pada feses di antaranya adalah Diare. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan terhadap data sekunder, diketahui bahwa jumlah kasus penyakit
diare adalah 830 dengan kasus kematian 1 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) 0.01 % pada
tahun 2019.
c. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
1) Perilaku
Berdasarkan anlisis dari data sekunder dan hasil wawancara kepada pihak puskesmas,
diketahui bahwa faktor perilaku yang menyebabkan masyarakat buang air besar sembarangan
(ODF) adalah :
- Masyarakat sudah terbiasa buang air besar sembarangan.
- Belum adanya keinganan dari dalam diri masyarakat untuk berhenti buang air besar
sembarangan.
2. Non Perilaku
Berdasarkan analisis data sekunder dan hasil wawancara kepada pihak puskesmas, faktor
non perilaku yang berhubungan dengan buang air besar sembarangan adalah :
- Tidak semua rumah keluarga memiliki lahan yang cukup untuk membuat septic tank.
- Ada keluarga yang kesulitan membuat septic tank karena masalah perekonomian.
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
1) Faktor Predisposisi
a) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai saluran akhir
pembuangan tinja dari jamban yang dimilikinya.
b) Masyarakat tidak merasakan sendiri akibat dari buang air besar sembarangan, sehingga
bersikap acuh tak acuh.
2) Faktor Enabling
a) Sudah dilakukannya pemicuan oleh tim Puskesmas (Tenaga Kesehatan Masyarakat dan
Sanitarian), namun sempat terhambat pada tahun 2020 dikarenakan Covid-19.
b) Adanya dukungan yang diberikan oleh pihak PDAM untuk membangun septik komunal
dan saluran air kotor PDAM.
c) Sulitnya menyesuaikan waktu yang cocok untuk melakukan pemicuan antara pihak
puskesmas dengan masyarakat, sehingga mayoritas peserta yang datang saat pemicuan
adalah wanita dan orang tua.
3) Faktor Reinforcing

Adanya himbauan dari H. Oded Muhammad Daniel selaku walikota bandung tentang ODF
(Open Defecation Free) 100% di Kota Bandung, namun sempat terhambat pada tahun 2020
dikarenakan Covid-19.

e. Diagnosis Administratif dan Kebijakan


1) Diagnosis Administrasi :
a) Sumber daya :
 Time : sulitnya menyesuaikan waktu untuk melakukan pemicuan Bersama masyarakat
 Personel : Tim Pemicuan dari Puskesmas Garuda adalah tenaga Kesehatan Mayarakat
dan Kesehatan Lingkungan
 Budget : Budget yang dibutuhkan untuk pemicuan ini diantaranya adalah tali rapia,
plastisin dan maket (miniatur jamban beserta saluran pembuangannya).
b) Kebijakan :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
2. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 852/ Menkes/SK/IX/2008.
c) Anggaran : Anggaran didapatkan dari dana BOK dan CSR.
2) Diagnosis Kebijakan :
a) Dukungan politik :
 Dukungan diberikan oleh PDAM untuk membangun septic komunal dan saluran air
PDAM
 LSM memberikan dukungannya melalui CSR
 Dukungan dari tokoh masyarakat seperti Lurah, RT, RW serta kader.
b) Dukungan regulasi :
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
 Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 852/ Menkes/SK/IX/2008.
c) Dukungan system dalam organisasi : sudah ada tenaga kesehatan yang menangani
kegiatan pemicuan untuk menanggulangi ODF.
d) Hambatan pelaksanaan :
 Sulitnya menyesuaikan waktu untuk melakukan pemicuan dikarenakan setiap orang
memiliki kesibukannya masing-masing.
 Masyarakat yang pasif.
 Masyarakat hanya mengikuti tokoh masyarakat tanpa ada keinginan perubahan dari
dirinya sendiri.

2. Menentukan Prioritas Masalah

Dalam upaya Kesehatan lingkungan pada masyarakat wilayah kerja UPT Puskesmas
Garuda, banyak program yang dapat dilakukan. Namun, tidak semua program tersebut dapat
dilaksanakan secara bersamaan. Oleh karena itu, kita harus menentukan terlebih dahulu
masalah mana yang harus di prioritaskan. Dalam kasus ini akan menentukan prioritas
masalah dengan metode Urgency, Seriousness, Growth (USG):

No Masalah Urgency Seriousnes Growth Hasil


. s
1. ODF 4 5 4 13
2. Sanitasi Tempat-tempat Umum 3 3 3 9
3. Sanitasi Tempat-tempat Makan 2 3 2 7
4. Pelayanan Kesehatan 3 2 4 9
5. Sarana Air Bersih 4 4 4 12

Tabel analisis menurut penilaian USG

No Masalah Metode Skor Alasan


1 ODF Urgency 4 BABS adalah salah satu
penyebab masalah lingkungan
yang dapat menimbulkan
penyakit
Seriousness 5 Apabila masyarakat banyak
yang BABS, besar
kemungkinan kasus kejadian
diare meningkat, dan bahaya
paling fatal yang diakibatkan
oleh diare adalah kematian.
Growth 4 Apabila masyarakat dibiarkan
BABS, akan mencemari
lingkungan dan menyebabkan
masalah berbagai masalah
kesehatan.
2. Sanitasi Tempat-tempat Urgency 3 Tempat umum adalah tempat
Umum yang sering dikunjungi oleh
masyarakat umum, berpotensi
menyebabkan penyakit apabila
kebersihan lingkungannya
tidak dijaga.
Seriousness 3 Tempat umum berpotensi
menimbulkan masalah
kesehatan pada orang yang
berkunjung, apalagi jika
pengunjung yang datang
banyak, akan menjadi hal yang
serius.
Growth 3 Tempat umum menjadi salah
satu tempat yang dapat
menyebarkan penyakit dengan
cepat akibat intensitas
pengunjung yang banyak.
3. Sanitasi Tempat-tempat Urgency 2 Tempat makan adalah salah
Makan satu tempat potensial yang
dapat menyebabkan masalah
kesehatan (food borne disease)
apabila kesehatan
lingkungannya buruk.
Seriousness 3 Tempat makan adalah tempat
orang untuk mencari makanan,
apabila kebersihan
lingkungannya buruk, maka
akan berdampak terhadal
kualitas makanannya yang
dapat menyebabkan masalah
kesehatan.
Growth 2 Apabila kebersihan tempatnya
tidak dijaga dan tidak ada
pemeliharaan, bersiko
menimbulkan berbagai
masalah kesehatan.
4. Pelayanan Kesehatan Urgency 2 Pelayanan kesehatan salah satu
tempat yang sering dikunjungi
masyarakat.
Seriousness 3 Jika pelayanan kesehatan tidak
menjaga lingkungan yg bersih
dan sehat maka akan muncul
masalah baru.
Growth 4 Apabila masyarakat tidak
menjaga lingkungan
dipelayanan kesehatan maka
akan muncul masalah
kesehatan lingkungan.
5. Sarana Air Bersih Urgency 4 Sarana air bersih adalah hal
terpenting dalam satu rumah
maupun lingkungan
masyarakat.
Seriousness 4 Jika masyarakat tidak banyak
yg memiliki sarana air bersih
bisa menimbulkan kasus sakit
perut maupun diare.
Growth 4 Jika dibiarkan masyarakat
tidak menggunakan sir bersih
bisa menyebabkan masalah
kesehatan.
Selanjutnya, perlu dilakukan pemilihan prioritas perilaku dan lingkungan yang diambil
sebagai subjek dalam melakukan intervensi. Dengan menganalisis masalah melalui tabel
berikut :

More Important Less Important


(Lebih penting) (Lebih tidak penting)
More Changeable Meningkatkan Kerjasama Lintas
(Lebih bisa diubah) pengetahuan tokoh Sektor.
masyarakat mengenai
bahaya ODF atau buang air
besar sembarangan.

Less Changeable Keinginan tokoh Penyediaan lahan


(Lebih sulit diubah) masyarakat dalam untuk membuat septic
mengambil keputusan tank dari setiap rumah
mengenai ODF atau buang warga.
air besar sembarangan

3.3.2 Mengembangkan Kompenen Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan


1. Tujuan Dari Promosi Kesehatan
a) Tujuan Umum
Kegiatan ini bertejuan untuk meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat Kel Dungus
Cariang, yaitu RT dan RW mengenai Open Deffection Free (ODF).
b) Tujuan Khusus
1) Setelah diberikan edukasi selama 20 menit, diharapkan RT dan RW Kelurahan Dungus
Cariang mengetahui pengertian Open Deffection Free (ODF).
2) Setelah diberikan edukasi selama 20 menit, diharapkan RT dan RW Kelurahan Dungus
Cariang mengetahui bahaya jika buang air besar sembarangan.
3) Setelah diberikan edukasi selama 20 menit, diharapkan RT dan RW Kelurahan Dungus
Cariang mengetahui syarat jamban yang sehat.
4) Setelah diberikan edukasi selama 20 menit, diharapkan RT dan RW Kelurahan Dungus
Cariang mengetahui septic tank yang baik dan benar.
2. Sasaran Promosi Kesehatan sesuai tujuan
a. RT Kelurahan Dungus Cariang Wilayah Kerja UPT Garuda
b. RW Kelurahan Dungus Cariang Wilayah Kerja UPT Garuda
3. Isi Promosi Kesehatan sesuai tujuan
a. Pengertian ODF
b. Dampak dari Buang Ari Besar Sembarangan
c. Syarat Jamban Sehat
d. Syarat Septic tank yang sehat
4. Metode promosi Kesehatan sesuai tujuan
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
5. Media Promosi Kesehatan sesuai tujuan
a. Leaflet
6. Evaluasi sesuai tujuan
Evaluasi Struktur
1) Peserta mengahadiri penyuluhan
2) Tempat, media, dan alat penyuluhan sesuai rencana
3) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara online atau daring
4) Pelaksanaan penyuluhan sudah di konsultasikan kepada pembimbing
5) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
Evaluasi Proses

1) Peserta hadir sesuai dengan rencana


2) Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
3) Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

Evaluasi Hasil

1) Pre : Peserta antusias dan tertarik dengan materi penyuluhan dan media promosi
kesehatan.
2) Post : Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi kesehatan dengan
peningkatan nilai pengetahuan dari pre-test.
7. Jadwal Pelaksanaan

No. Kegiatan Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan/
Perencanaan
1)Diagnosis
masalah
2)Penentuan
prioritas masalah
3) Pengembangan
komponen
promosi
Kesehatan
2. Pelaksanaan/
Implementasi
1) Advokasi
2) Kemitraan
3) Pemberdayaan
4) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output
4. Ujian Praktik
Belajar Lapangan
3.3.3 Implementasi Kesehatan Lingkungan
1. Advokasi
Kegiatan advokasi dilakukan kepada sasaran tokoh masyarakat RT/RW Kelurahan Dungus
Cariang dan Puskesmas Garuda agar mau ikut serta dalam kegiatan dan membantu
melancarkan acara.
2. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan membangun kerjasama dengan Puskesmas Garuda
yang akan mendukung keberlangsungan kegiatan dan dapat saling membantu antara kedua
belah pihak untuk mencapai tujuan bersama yakni mengetahui bahaya ODF atau buang air
besar sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda.
3. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada tokoh masyarakat RT/RW Kelurahan Dungus
Cariang di wilayah kerja Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi KIE mengenai
ODF atau stop buang air besar sembarangan.
4. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi ODF atau stop
buang air besar sembarangan dan pemberian media promosi kesehatan yang dapat
memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami informasi yang disampaikan.

Rincian Pelaksanaan (Implementasi)

No Waktu Kegiatan Keterangan


1. 2 menit Pembukaan 1) Mengucapkan salam
2) Melakukan
perkenalan
3) Menyampaikan
tujuan
4) Kontrak waktu
2. 2 menit Evaluasi (Pre-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan awal sasaran
3. 15 menit Pemberian Edukasi Menjelaskan mengenai
mengenai bahaya ODF bahaya ODF atau buang air
atau buang air besar besar sembarangan dengan
sembarangan media leaflet yang sudah
dibuat
4. 2 menit Evaluasi akhir (Post-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan akhir sasaran
5. 2 menit Penutupan 1) Kesimpulan
2) Mengucapkan
terimakasih
3) Kata-kata penutup
4) Mengucapkan salam

3.3.4 Evaluasi Kesehatan Lingkungan

1. Input

a. Peserta penyuluhan hadir dalam acara penyuluhan di Grup Chat WhatsApp.

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara online atau daring.

c. Pelaksanaan penyuluhan sudah di konsultasikan kepada pembimbing.

d. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana.

e. Sarana dan prasana tersedia sesuai dengan rencana.

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan di Grup Chat WhatsApp.

b. Ketua RW 01 sangat merangkul peserta yang lain untuk turut mengikuti kegiatan
penyuluhan.

c. Saat kegiatan berlangsung, ada beberapa peserta yang tidak kondusif.

d. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

3. Output

a. Pre-Test: Dari 25 partisipan hanya 15 (60%) peserta yang mengisi link pre-test kegiatan
penyuluhan.
b. Post-Test: Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi kesehatan
dengan peningkatan nilai pengetahuan dari pre-test.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penyakit Menular (Covid-19)

Berdasarkan data di atas, rentang usia responden yaitu 43-55 tahun dan yang paling banyak
yaitu usia 53 tahun sebanyak 17,6 % (3 orang).
Berdasarkan data di atas, responden yang paling banyak mengisi evaluasi yaitu kelurahan
Campaka (58,8%).

 PRE TEST
 POST TEST
Perbandingan Pre Dan Post Test

Pertanyaan Pre test Post test


COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh 100% 100%
jenis virus corona yang ditemukan di Wuhan, China bulan
Desember 2019
COVID-19 adalah penyakit yang tidak berbahaya dan sama seperti 82% 94%
flu biasa
COVID-19 ditularkan melalui cipratan liur (droplet) yang 88% 94%
dikeluarkan seseorang dari mulut atau hidung ketika bersin, batuk,
bahkan saat berbicara
Gejala paling umum dari COVID-19 yaitu demam, batuk kering, 11% 23%
dan diare
Virus corona bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan 94% 94%
usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui
Anda bisa berhenti memakai masker jika sudah melakukan vaksin 76% 94%
COVID-19
Manfaat vaksinasi COVID-19 diantaranya merangsang sistem 100% 100%
kekebalan tubuh, mengurangi risiko penularan, dan mendorong
terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity)
Waktu yang dianjurkan mencuci tangan yaitu saat menyentuh 17% 70%
benda-benda kotor
Untuk melindungi diri saya dan mencegah penyebaran COVID-19 94% 100%
adalah melakukan vaksin COVID-19 dan tetap menerapkan
protokol kesehatan 5M
Tempat umum dalam ruangan ber-AC yang tertutup tidak berisiko 76% 94%
sebagai tempat penularan COVID-19
Rata-Rata 73% 86%

Skala Likert
81-100 Sangat Baik Sekali
61-80 Sangat Baik
41-60 Sedang
21-40 Buruk
0-20 Buruk Sekali

Kesimpulan :

Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Penyakit Menular menggunakan metode


Penyuluhan dengan media pembantu berupa leaflet dan video mengenai “Waspada
Penyebaran COVID-19”. Sasaran pada kegiatan ini yaitu, Kader Kelurahan di wilayah kerja
PKM Garuda. Peserta mengikuti rangkaian kegiatan dengan baik hingga akhir, dengan
ditunjukkannya respon positif dari peserta. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test di atas,
dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata pre test dari 10 pertanyaan yang diberikan pada
kader yaitu 73% atau dapat dikategorikan sangat baik, sedangkan hasil rata-rata post-test dari
10 pertanyaan yang diberikan pada kader yaitu 86% atau dapat dikategorikan sangat baik
sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil implementasi atau google form
menunjukkan bahwa beberapa peserta sangat antusias mengikuti kegiatan sharing atau
pendidikan kesehatan ini. Dimana pada hasil kuesioner menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan dari peserta mengenai materi yang diberikan.

e. Dokumentasi Kegiatan
Pemberitahuan pelaksanaan kegiatan Pembukaan oleh mahasiswa dan
pemberian pre test
Dibagikan media video dan leaflet

Respon positif kader dalam mengisi kuesioner Dibagikan evaluasi post test
Penutup dan mengucapkan salam
MEDIA EDUKASI
 Leaflet
 Video

Link : https://youtu.be/_Z6oJEe2FdM
4.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4.1 Gambar hasil Pretest
4.2 Gambar Hasil Postest

Dalam Pelaksanaan program KIA dengan melaksanakan kegiatan Kelas Ibu Balita
menggunakan metode pendidikan kesehatan melalui penyebaran Informasi kesehatan dengan
menggunakan media leaflet dan Video edukasi mengenai “Pentingnya Gizi Seimbang Pada
Balita” bahwa sasaran Ibu yang memiliki bayi dan balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Garuda mengikuti dengan baik semua rangkaian kegiatan sampai dengan selesai, ditunjukan
dengan respon peserta yang positif, turut aktif berpartisipasi dalam kegiatan serta antusias
menanyakan beberapa pertanyaan dan diakhir kegiatan peserta mengisi link evaluasi google
form dengan baik.
Hasil Implementasi menunjukan bahwa peserta antusias terhadap materi mengenai
pemberian makanan yang tepat untuk bayi dan balita. Berdasarkan hasil kuesioner, 15 dari 18
responden memahami materi yang disampaikan melalui media leaflet dan video mengenai
pentingnya gizi seimbang pada bayi dan balita dengan mengisi link evaluasi postest.

Dokumentasi

Pembukaan Pengisian Lembar PreTest Pemberian Edukasi


menggunakan media Leaflet
Pemberian Edukasi melalui Sharing dan Tanya Jawab
Video

Pengisian Lembar PostTest Penutupan


MEDIA EDUKASI
1. Media Leaflet

2. Media video
3. Media Poster

4.3 Unit Kesehatan Sekolah (UKS)


Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan pembinaan TRIAS UKS dilaksanakan pada
tanggal 30 Juni 2021 pukul 13.00 WIB dengan menggunakan metode Pendidkan Kesehatan
berupa media video animasi mengenai “Aktivitas fisik dirumah selama pandemi covid-19”.
Hasil Implementasi yang dilakukan melalui google formulir menunjukan bahwa peserta
sangat antusias mengikuti kegiatan Pendidikan Kesehatan ini. Dapat disimpulkan dari hasil
kuesioner isi pesan dari media video mengenai “Aktivitas Fisik Dirumah Selama Pandemi
Covid-19” sudah tersampaikan. Dimana pada hasil kuesioner menunjukan bahwa yang
mengisi kuesioner siswa/siswi Sekolah Dasar (SD) sebanyak 88% dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 11,7%, siswa/siswi yang tepat menjawab pertanyaan mengenai
pengertian aktivitas fisik sebanyak 100%, yang tepat menjawab pertanyaan yang bukan
termasuk manfaat aktifitas fisik sebanyak 84,9%, yang menjawab tepat pertanyaan manfaat
aktivitas fisik sebanyak 68,9%, yang tepat menjawab cara yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh sebanyak 100%, dan yang menjawab tepat pertanyaan contoh aktivitas fisik dirumah
selama pandemi sebanyak 77%.

Dokumentasi
Pemberitahuan bahwa akan diadakan kegiatan
pembinaan TRIAS UKS
Pembukaan kegiatan dan pelaksanaan dengan membagikan media
Video Animasi Aktivitas Fisik.
Respon para guru PJ UKS setiap Pembagian link kuisioner aktivitas fisik
sekolah. untuk dibagikan kepada para siswa.
Respon para guru PJ UKS Penutupan kegiatan Pembinaan
setiap sekolah. TRIAS UKS.
MEDIA EDUKASI

 Video

4.4 Kesehatan Lingkungan

Implementasi program prioritas Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja UPT Puskesmas


Garuda menggunakan metode Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). KIE adalah suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. KIE sangat penting untuk membantu
meningkatkan pengetahuan individu.
Sejalan dengan masih rendahnya cakupan Open Deffection Free (ODF) di Kelurahan
Dungus Cariang, maka dilakukanlah kegiatan KIE kepada tokoh masyarakat RT 1 sampai
dengan RT 8 di RW 01 menggunakan media leaflet untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai ODF. Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Juni 2021 melalui
WhatsApp Group dengan pemberian media leaflet untuk KIE. Selain itu, evaluasi kegiatan
dilakukan menggunakan instrumen kuesioner berupa pre dan posttest yang berjumlah 15 soal
dengan alternatif jawaban “benar” dan “salah”.

Dari total 25 orang tokoh masyarakat RW 01, hanya 16 orang yang merespon dalam kegiatan
ini. Berikut interpretasi data:

a. Pre test
1. Identitas Responden
2. Diagram Pie Jawaban Responden
b. Post Test
1. Diagram Pie

Jawaban Responden
2. Survey

3. Feedback
Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan menggunakan metode
Penyuluhan dengan media pembantu berupa leaflet mengenai “ODF”. Sasaran pada kegiatan
ini yaitu, RT/RW 01 Kelurahan Dungus Cariang yang merupakan salah satu kelurahan yang
memiliki jumlah ODF (open defection free) tinggi. Peserta mengikuti rangkaian kegiatan
dengan baik hingga akhir, dengan ditunjukkannya respon positif dari peserta. Hasil evaluasi
menggunaan instrument kuesioner menunjukkan bahwa beberapa peserta sangat antusias
mengikuti kegiatan sharing atau pendidikan kesehatan ini. Dimana pada hasil kuesioner
menunjukkan adanya kenaikan pengetahuan dari peserta mengenai materi yang diberikan.

Dokumentasi Kegiatan
MEDIA EDUKASI

 Leaflet
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui


pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Langkah-langkah dalam
perencanaan promosi kesehatan, terdiri dari menentukan kebutuhan promosi kesehatan,
menetapkan prioritas masalah, dan mengembangkan komponen promosi kesehatan. Setelah
melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan ini, sangat banyak pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang kami dapatkan. Jika di ruang kelas hanya diajarkan beragam teori
implementasi dan evaluasi perencanaan program promosi kesehatan, pada lahan praktik kita
secara langsung mengaplikasikan teori yang sudah dipelajari. Praktik kerja lapangan ini
sangat berguna untuk mengembangkan apa yang diajarkan di kelas. Praktik lapangan bisa
dikatakan sebagai suatu metode penting yang harus dilaksanakan karena merupakan
gambaran dari dunia pekerjaan sesungguhnya.

5.2 Saran

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi serta koordinasi baik bagi mahasiswa, dosen


pembombing dan pembimbing lapangan meskipun dilakukan secara daring
2. Meningkatkan strategi serta kemampuan dalam berkomunikasi dan mengajak sasaran
dalam mengikuti rangkaian program secara daring.
3. Menguji instrumen dan media sebelum di sebarluaskan kepada sasaran.
4. Meningkatkan kemampuan analisis dan riset dalam membuat sebuah program
Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Fuada, N., & Setyawati, B. (2016). Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(2), 67–75. https://doi.org/10.22435/kespro.v6i2.5411.67-75

Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar. 2016. Pengertian kesehatan lingkungan.


https://kesling.poltekkes-mks.ac.id/pengertian-kesehatan-lingkungan-dan-menurut-para-
ahli/. Diakses pada 01 Juli 2021.

KESMAS. 2014. Pengertian kesehatan lingkungan. http://www.indonesian-


publichealth.com/pengertian-kesehatan-lingkungan/. Diakses pada 01 Juli 2021.

UPTD PUSKESMAS WONOGIRI 1. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan Di Puskesmas. https://dinkes.wonogirikab.go.id/pkmwonogiri1/2018/11/23/
peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-13-tahun-2015-tentang-
penyelenggaraan-pelayanan-kesehatan-lingkungan-di-puskesmas/. Diakses pada 01 Juli
2021.

Anda mungkin juga menyukai