PENDAHULUAN
1
Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat darurat di
sebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit.
Angka rekurensi dalam 3 tahun di perkirakan 34% sinkop sering terjadi pada
orang dewasa, insiden sinkop meningkat dengan meningkat umur, Hamilton
mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari
pada laki-laki, sedangkan pada penelitian framigham mendapatkan kejadian
singkop 3% pada laki-laki dan 3,5 pada wanita, tidak ada perbedaan antar
laki_laki dan wanita. Penelitian framigham di Amerika Serikat tentang kejadian
sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu,
bahwa insiden singkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang /tahun. Sinkop yang
sering terjadi adalah sinkop vasovagel (21,%), singkop kardik (9,5%) dan 36,6%
sinkop yang tidak di ketahui penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti
oleh sinkop kardiak (Aldi murdians, 2010).
Di indonesia salah satu pemicu umum untuk sinkop dalam beberapa
posisi penurunan frekuensi berdiri adalah rasa sakit (12,77%) bau (10,6%),
ketakutan (8,51%), dan melihat darah (4,26%). Sementara terlentang pada posisi
duduk, bau (500% dan 18,75%, masing-masing), dan rasa sakit (16,67% dan
12,50% , masing-masing) adalah pemicu umum. Sinkop situasional terlihat pada
berdiri (17,12%) dan posisi duduk (4,5%) micturation (16,22%) adalah pemicu
umum di antara berbagai penyebab sinkop situasional, sedangkan batuk (12,50%),
tertawa (6,25%), dan buang besar (6,25%) yang di temui dalam posisi duduk.
Pemicu lain seperti gerakan kepala, kurang tidur, melihat dara, keracunan alkohol,
angkat berat membaca, kosentrasi, gelisah, bermain dan membersihkan telinga
yang jarang, berdiri terlalu lama (35,59%) adalah keadaan umum, mendahului
episode synkopal, terutama sambil berdiri dalam antrian keramain, terutama di
musim panas (Khadikalkar).
Menurut Rad et al (2014) 50% dari populasi manusia pernah mengalami
setidaknya satu kali kejadian pingsan selama hidupnya. Penelitian Saedi (2013) di
Tehran, Iran yang dilakukan di sebuah klinik rawat jalan kardiologi, dengan
melihat catatan kunjungan pasien dari Maret 2006 sampai September 2007
didapatkan angka prevalensi pingsan secara keseluruhan 9%. Usia spesifik angka
prevalensi tersebut adalah 4,14% untuk anak usia 5-14 tahun, 44,8% untuk usia
2
15-44 tahun, 31% untuk usia 45-64 tahun dan 20% untuk usia 65 keatas.
Pingsan biasa terjadi di sekolah-sekolah seperti SD, SMP dan SMA atau
sekolah lainnya yang mengadakan upacara bendera rutin setiap hari Senin.
Kejadian pingsan pada siswa di sekolah dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena
itu, sebaiknya semua guru mampu menguasai penatalaksanaan siswa yang
mengalami pingsan di sekolah (Gunarsa, 2008).
Menurut Dinas Kesehatan kabupaten gorontalo (2016) pertolongan pada
orang yang mengalami pingsan harus dilakukan secara cepat dan tepat. Orang
yang mengalami pingsan harus segera dibawa ke tempat yang teduh dan
ditidurkan terlentang dengan posisi kaki diangkat 20 sampai 30 cm, diusahakan
tidak mengerumuni pasien pingsan karena udara segar dibutuhkan oleh pasien
pingsan, melonggarkan pakaian, mengusap muka dengan kain yang dibasahi air
atau bisa dengan bau-bauan agar cepat sadar. Apabila sudah sadar, pasien
diberikan minuman manis untuk meningkatkan glukosa darah. Penting juga
dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah terjadi cedera atau tidak.
Berdasarkan survei pendahuluan yang sudah dilakukan di SMA Negeri I
Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dengan cara wawancara,
didapatkan informasi dari guru dan siswa tentang masalah kegawatdaruratan yang
sering terjadi di sekolah tersebut. Masalah yang sering terjadi salah satunya adalah
pingsan. Pingsan terjadi saat dilakukan upacara bendera setiap hari Senin. Hal
tersebut bisa terjadi karena lingkungan sekolah tersebut yang panas dan juga siswa
harus berdiri cukup lama saat mengikuti upacara bendera. Tahun ajaran 2015/2016
ada 1 siswa yang mengalami pingsan dan diperkirakan 4 orang siswa mengalami
tandan-tanda akan pingsan seperti pusing, mual, muntah dan pucat setiap
bulannya.
Menurut hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri I Telaga
Kecamatan Telaga jika terjadi pingsan yang akan memberi pertolongan adalah
guru, pertolongan yang diberikan adalah dengan membawa siswa ke ruang guru,
melonggarkan pakaian, memberi bau-bauan, dan setelah itu diberi minum teh
manis. Pertolongan yang dilakukan sudah tepat namun ada pertolongan yang tidak
dilakukan oleh guru, cara-cara seperti membaringkan ditempat yang datar,
meninggikan posisi kaki 20 sampai 30 cm, melonggarkan pakaian, memposisikan
3
kepala, dan memberikan uap amonia dan cara penanganan yang lainnya tidak
dilakukan oleh guru. Hal tersebut bisa terjadi karena belum pernah ada sosialisasi
tentang cara-cara melakukan pertolongan pada orang yang mengalami pingsan di
SMA Negeri I Telaga. Guru SMA tersebut mendapat pengetahuan dan informasi
mengenai pertolongan pada pingsan dari televisi, radio, membaca buku dan dari
info di internet.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap pendidik dengan
penanganan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SMA
Negeri I Telaga
4
pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SMA Negeri I Telaga
3. Untuk mengetahui sikap pendidik dalam penanganan pertolongan
pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SMA Negeri I Telaga
4. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap pendidik dalam
penaganan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di
SMA Negeri I Telaga
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
2.1.1 Konsep Sinkop
Jatuh pingsan adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk sesaat
(beberapa detik hingga beberapa menit) yang menyebabkan seseorang terjatuh
secara mendadak (saubers 2011).
Penyebab sinkop dipengaruhi oleh stimulus yang menghasilkan respon
yang berlebihan dibagian system syaraf yng mengatur fungsi-fungsi tubuh yang di
konntrol syaraf tak sadar seperti detak jantung dan aliran darah. Respon yang
terpicu di karenakan tekanan jantung dan tekanan darah merosot tajam, sehingga
mengurangi aliran darah. Respon yang terpicu di karenakan tekanan darah
merosot tajam, sehingga mengurangi aliran darah ke otak, menyebabkan korban
jatuh pingsan (Saubers, 2011).
2.1.2 Penyabab sinkop
Tanda-tanda pingsan yaitu suatu lingkungan yang panas disertai dehidrasi,
posisi tubuh yang naik mendadak seperti dari jongkok ke berdri, sakit perut,
berdiri terlalu lama, kehilangan darah, buang air kecil, di sertai nyeri, hipoklikemi
dan gangguan jantung (Saubers 2011).
1. penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsik atau terjadi
penurunan klinis volume darah yang signifikan;
6
2. penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return
2.1.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan sederhana
baringkan pasien terlentang dengan kaki terlentang untuk memperbaiki
aliran darah ke otak. Jaga agar aliran udara disekitar cukup baik, dan kendurkan
pakaianya. Bila yakin bahwa pasien sepenuhnya sadar, tawarkan minuman manis
menaikan gula darahnya. Bila pasien kehilangan kesadaran dan belum siuman
dalam 3 menit, segera lakukan pertolongan pertama dan bawalah kerumah sakit
(Smith, 2006).
2. Indikasi rawat
pertimbangan merawat pasien sinkop di rumah sakitdi dasarkan pada 2 tujuan,
yaitu tujuan diagnosis,dan terap. Kasus sinkop yang pada evaluasi awal belum
diketahui penyebabnya dapa di rawat rumah sakit. Pasien yang telah di diagnosis
pada evaluasi klinis awal,kepetusan merwat pasien di rumah sakit tergantung pada
prognonisis dari etiologi yang mendasari sinkop dn perwatan yang dibutuhkan
(Dewanto, 2009
7
2.1.6 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan,
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu
objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang
sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek
atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian- bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya
8
pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan memahami
suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi
(Sriningsih, 2011).
b. Informasi/ Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya
teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan
menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang
tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan
wawasannya.
c. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga
status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka
pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka
pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang
mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki
status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan
sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan.
9
d. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang
baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan
kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
e. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri
sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu
permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana
cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang
telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai
pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.
f. Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga
akan semakin membaik dan bertambah.
g. Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang
ditetapkan menurut hal-hal berikut
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan
evaluasi
h. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
penelitian atau responden.
i. Menurut Arikunto (2009) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan
yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :
1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
10
2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%
j. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah
masyarakat umum, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%
2.1.7 Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masi tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup,
secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2007)
2. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2007) Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek)
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, menegrjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Terlepas dari hal tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasanya denga orang lain,
bahkan mengajak atu mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
11
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia haru berani mengambil resiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.
3. Unsur-unsur sikap
Sikap mengandung unsur-unsur, yaitu:
a. Adanya objek: tanpa adanya objek sikap tidak akan terbentuk.
b. Bentuk sikap berupa pandangan, perasaan, kecenderungan untuk bertindak
(respon terhadap objek).
c. Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya
objek, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas, unsur yang terdapat dalam sikap ini merupakan
hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri. Karena unsur merupakan hal terpenting
dalam pembentuk sikap, baik itu sikap positif atau negatif.
4. Struktur sikap
Menurut Azwar (2011) struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling
menunjang yaitu :
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap.
c. Komponen perilaku/konatif
Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau suatu kesatuan dari
berbagai komponen yang bersifat evaluasi. Langkah pertama adalah keyakinan,
pengetahuan, dan pengamatan. Kedua, perasaan atau feeling. Ketiga,
12
kecenderungan individu untuk melakukan atau bertindak. Ketiga komponen
tersebut saling berkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Ketiganya merupakan suatu sistem yang menetap pada diri individu yang
dapat menjelmakan suatu penilaian positif atau negatif. Penilaian tersebut disertai
dengan perasaan tertentu yang mengarah pada kecenderungan yang setuju (pro)
dan tidak setuju (kontra).
Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat pada kognisi atau perasaan
seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka dapat diketahui pula
kecenderungan perilakunya. Kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu
berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap. Ketiga komponen dari sikap
menyangkut kecenderungan berperilaku. Pada mulanya secara sederhana
diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya. Tetapi, lambat
laun disadari banyak kejadian dimana perilaku tidak didasarkan pada sikap.
5. Bentuk sikap
Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan
sikap negatif (Azwar, 2011), yaitu:
a. Sikap positif
Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan
hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan
kreatif daripada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada
kesedihan, harapan daripada keputusasaan. Sesuatu yang indah dan
membawa seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang
lain. Sikap yang positif dinyatakan oleh seseorang tidak hanya dengan
mengekspresikannya hanya melalui wajah, tetapi juga dapat melalui
bagaimana cara ia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan cara
menghadapi masalah.
b. Sikap negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada
kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram,
sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang
menunjukkan ketidakramahan, ketidak mentenangkan, dan tidak memiliki
kepercayaan diri.
13
6. Ciri-ciri sikap
Sikap merupakan keadaan sikap, bertingkah laku, atau respon yang
diberikan atas apa yang terjadi, serta bereaksi dengan cara tertentu yang
dipengaruhi oleh keadaan emosional terhadap objek, baik berupa orang,
lembaga atau persoalan tertentu. Perbedaan antara attitude, motif kebiasaan dan
lain-lain, faktor psikis yang turut menyusun pribadi orang, maka telah
dirumuskan lima buah sifat khas dari pada attitude. (W. A. Gerungan, 2009).
Adapun ciri-ciri sikap itu adalah:
a. Attitude ini bukan dibawa orang sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan orang lain dalam hubungan dengan
objeknya.
b. Attitude itu dapat berubah-ubah.
c. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung
relasi tertentu terhadap objek.
d. Objek attitude kumpulan dari hal-hal tertentu.
e. Attitude tidak mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat inilah
yang membedakan attitude dari pada kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
7. Fungsi sikap
Menurut Katz dalam Zaim Elmubarok (2008) ada empat fungsi sikap
yaitu:
a. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa
individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang
diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya, maka
individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan
akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap
hal-hal yang merugikannya.
b. Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk
menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya
atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap
dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan
14
melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
c. Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk
memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya
sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
d. Fungsi pengetahuan, menunjukkan keinginan individu untuk
mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari pebalaran dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya.
Sikap memiliki fungsi penting dalam hidup. Bagi individu agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat tinggalnya. Agar sesuai dengan
tata cara kebiasaan setempat serta dapat merubah sikap individu untuk terus
berubah ke kebaikan.
Menurut Walgito (2010) terdapat empat fungsi sikap, antara lain:
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap
berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman.
b. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman.
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar
sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya pengalaman yang
berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi
manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu
dilayani.
d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering
mencerminkan pribadi seseorang, karena sikap tidak pernah terpisah dari
pribadi yang mendukungnya.
Berdasarkan pendapat di atas, fungsi sikap merupakan alat yang digunakan
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan sikap merupakan hasil dari
cerminan sikap seseorang, baik itu baik ataupun buruk, serta merupakan alat
pengatur tingkah laku dan perekam pengalaman-pengalaman yang terjadi di
dalam diri pribadi seseorang.
15
8. Perubahan sikap
Menurut Davidoff dalam Zaim Elmubarok (2008) Sikap dapat berubah dan
berkembang karena hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi,
pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman – pengalaman baru yang dialami
oleh individu. Menurut Sarlito W. Sarwono (2009), sikap dapat terbentuk atau
berubah melalui empat cara yaitu :
a. Adopsi
Adopsi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap
kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b. Diferensiasi
Berkembangnya intelegensi dan bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang sebelumnya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut
dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya
terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
d. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba dan menegangkan
yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis juga menyebabkan perubahan
sikap.
Menurut Kelman dalam Azwar (2011) ada tiga proses yang berperan
dalam proses perubahan sikap yaitu :
a. Kesediaan (compliance)
Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia
berharap untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan,
simpati, dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap
16
negatif. Perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak
akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihaklain
diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap yang ditunjukkan.
b. Identifikasi (identification)
Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap
seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut
sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan
menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. Pada dasarnya
proses identifikasi merupakan sarana atau cara untuk memelihara hubungan
yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara menopang
pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.
c. Internalisasi (internalization)
Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia
menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia
percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Isi dan hakekat
sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu.
Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan
oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai
yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.
2.1.8 Guru
1. Pengertian Guru
guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang kependidikan. (Uno, 2008)
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.
17
mengajar. Pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan
belum bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya, sehingga untuk
memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.
2. Peran guru
18
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan bantuan orang
lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.
2.1.9 Siswa
Siswa adalah peserta dalam proses belajar mengajar baik secara formal,
nonformal maupun informal, dalam rangka mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Sebagai pelaku,peserta didik berarti subjek pendidikan. (Saida,
2016).
Siswa adalah orang yang sedang belajar atau menuntut ilmu dalam
bimbingan seseorang atau beberapa orang guru. Secara sederhana, siapa saja orang
yang datang kepada seorang guru untuk menuntut ilmu, maka dia layak disebut
murit. (Hamka,2016).
Berdasarkan penegrtian diatas maka dapat di simpulkan bahwa siswa
adalah seseorang atau peserta didik yang berada dilingkungan sekolah yang
bertujuan untuk belajar.
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar -mengajar, dalam proses belajar -
mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita – cita memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu,
sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian siswa berarti orang,
anak yang sedan g berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4
UU RI No. 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui
19
proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anak yang
bersekolah untuk mengembangkan diri mereka
20
Wilcoxon-test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan keterampilan dalam
melakukan pertolongan pertama pada kasus pingsan (sinkop) saat pretest 13
responden dalam kategori kurang (100%) dan saat posttest mayoritas dalam
kategori baik sebanyak 10 orang (76,09%). Hasil uji statistic Wilcoxon-test
menunjukkan p value 0.001, hal tersebut dapat diartikan terdapat pengaruh
yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan keterampilan dalam
pertolongan pada kasus pingsan (sinkop).Terdapat pengaruh antara pendidikan
kesehatan dengan keterampilan melakukan pertolongan pertama pada kasus
pingsan (sinkop). Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian
dengan tema yang sama disarankan untuk menggunakan kelompok kontrol
dalam penelitiannya
21
2.2 Kerangka Teori/kerangka konsep
2.2.1 Kerangka Teori
Sinkop
Pengetahuan Sikap
Penanganan Sinkop
22
2.2.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis Penghubung
2.3 Hipotesis
2.3.1 Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap pendidik dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop.
2.3.2 HI : Ada hubungan pengetahuan dan sikap pendidik dengan
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
hubungan Kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat (Sugiono 2010).
Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis penelitian yang
Dalam penelitian ini sebagai variabel dependen adalah pengetahuan dan sikap
pendidik
24
3.3.3 Definisi Operasional
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
3.2.1 Populasi
penelitian populasi (Arikunto 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
25
3.2.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada
(Nursalam 2011). Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total
sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pendidik yang berada di SMA Negeri 1 Telaga
2. bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi :
26
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara
ini adalah data yag diambil dari subyek peneliti yang diukur sesudah
mengalami sinkop.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang ada di SMA Negeri I Telaga, literatur yang
1. Analisa univariat
tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi yang
proporsi.
2. Analisa bivariat
27
3.7 Hipotesis Statistik
3.7.1 H0 diterima bila nilai p > α 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap pendidik dalam penanganan pertolongan pertama
pada siswa yang mengalami sinkop.
3.7.2 Ha diterima bila nilai p < α 0,05 artinya terdapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap pendidik dalam penanganan pertolongan pertama
pada siswa yang mengalami sinkop
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lai adalah sebagai berikut :
28
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
29
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad 2007, Ilmu & Aplikasi pendidikan , PT Imperial Bhakti Utama,
Bandung.
Alimudianis 2010, Diagnosis dan Penatalaksanaan sinkop kardiak, Sub
Bagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakltas kedokteran
UNAND, Padang.
Annisa 2012, ‘Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying
Remaja’, Fakultas Ilmu Kedokteran UI, Jakarta.
Dewanto, Suwono, Priyanto dan Turana, Yuda 2009, Panduan Praktis Diagnosis
dan Tatalaksana Penyakit Syaraf , EGC, Jakarta.
Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data , Salemba
medika, Jakarta.
Maulana, Heri J 2009, Promosi Kesehatan , EGC, Jakarta.
Megawati 2010, ‘Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak
Aktif Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMPN 1
Perbaungan’, Skripsi, Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, Sumatera
Utara.
30
Nursalam 2011,Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan ,
Salemba Medika, Jakarta.
Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan
spss , Penerbit gava media, Yogyakarta.
Saubers, Nadin 2011, Semua yang Harus Anda Ketahui Tentang P3K, Mitra Setia,
Yogyakarta.
Sugiyono 2013, Statistk untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sukanta, Putu Oka 2008, Pijat Akupresur Untuk Kesehatan , Penebar Plus, Jakarta
Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta
31