Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Terdapat beberapa dasar hukum nya termasuk dalam keselamtan pasien, antara lain Pasal 13 UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS dimana setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. Kemudian Pasal 66 UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes dimana Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional. Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan, sebagian. Manajemen mutu terpadu adalah sistem manajemen yg mengangkat mutu sbg strategi usaha, berorientasi pada kepuasan pelanggan dg melibatkan seluruh anggota organisasi. Pelayanan merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang merupakan sebuah kegiatan atau proses (Borie & Damanhouri, 2018). Perawat merupakan salah satu tenaga professional yang jumlahnya terbanyak di rumah sakit, sehingga perlu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui upaya peningkatan pelayanan keperawatan. Peranan penting seorang perawat dapat mempengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit karena sebagian besar tindakan pelayanan kesehatan terdiri dari tindakan keperawatan. Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hal yang menjadi sorotan bagi masyarakat pengguna layanan keperawatan. Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hal yang menjadi sorotan bagi masyarakat pengguna layanan keperawatan. Hal ini mengingat dengan adanya peningkatan persaingan serta kondisi pasien yang semakin selektif dan berpengetahuan, maka mengharuskan pusat pelayanan kesehatan mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya (Supriyanto, 2018) Mutu pelayanan keperawatan adalah sebuah derajat kesempurnaan dari pelayanan kesehatan yang mampu memberikan kepuasan dari setiap pengguna jasa pelayanan kesehatan, sesuai dengan standar dan kode etik keprofesian yang telah ditetapkan, berdasarkan penyesuaian potensi sumber daya yang tersedia dengan efisien dan efektif, berdasarkan dengan tingkat kepuasan rata-rata dari penduduk ataupun pihak penyelenggara menyelenggarakannya, serta diberikan secara dan aman, nyaman, memberi kepuasan sesuai dengan norma hukum, etika, dan sosial budaya dengan memperhatikan beberapa keterbatasan serta kemampuan pemerintah dan konsumen itu sendiri, yaitu masyarakat, sehingga didapatkan hasil pelayanan keperawatan yang optimal, dimana mutu pelayanan keperawatan selalu berfokus pada hasil yang positif (Woldeyohanes et al. 2015). Terdapat berbagai aspek-aspek mutu pelayanan yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan atau pasien dan difokuskan menjadi 5, yaitu tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat- alat komunikasi. Reliability (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat). Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa/pelayanan yang cepat dan tepat. Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah- tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Emphaty (empati); meliputi pertumbuhan pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memberikan kebutuhan pelanggan (Xesfingi, et al. 2017). Dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien, terdapat tiga peran penting manajer keperawatan, yaitu interpersonal roles, decisional roles, dan informational roles. Selain itu, proses fungsi manajemen dan peran manajer dalam pelayanan keperawatan juga penting, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian (Pouragha & Zarei, 2016). Penjaminan mutu asuhan keperawatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh sebuah institusi secara berkelanjutan, sistematis, objektif dan terpadu untuk merumuskan masalah mutu dan penyebabnya, berdasarkan standar yang telah ditetapkan untuk menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan institusi untuk menilai hasil yang telah dicapai dan untuk menyusun rencana tindak lanjutnya untuk terus meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Mutu sebagai kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan layanan maupun produk perawatan kesehatan sesuai dengan yang diinginkan. Terdapat dimensi mutu dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan, yaitu efektif, sesuai, aman, efisien, responsif, dapat diakses, kontinyu, mampu, dan berkelanjutan. Divisi keperawatan dan komite keperawatan dalam menjaga mutu dan keselamatan pasien dalam prosesnya melakukan kolaborasi yang berkesinambungan sesuai dengan International Patient Safety Goals (IPSG) dimana pertama memperkuat Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, kedua menetapkan Patient Safety Officer di tiap ruangan (2 orang/ ruangan), dan memantau pelaksanaan Indikator klinik di keperawatan seperti IPSG, Nursing Sensitive Indicator, Audit dokumentasi pelaksanaan askep, observasi pelaksanaan prosedur keperawatan ( kepatuhan SOP ), dan survey kepuasan pasien. DAFTAR PUSTAKA
Borie, H. M. A & Damanhouri, A. M. S. (2018). Patients' satisfaction of service
quality in Saudi hospitals: a SERVQUAL analysis. International Journal of Health Care Quality Assurance.
Pouragha, B. & Zarei, E. (2016). The Effect Of Outpatient Service Quality On
Patient Satisfaction In Teaching Hospitals In Iran. Journal Of The Academy Of Medical Sciences In Bosnia And Herzegovina
Supriyanto, S. & R. D. Wulandari (2018). “Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan.” Surabaya, Health Advocacy :Pohon Cahaya.
Woldeyohanes, T. R., et al. (2015). "Perceived patient satisfaction with inpatient
services at Jimma University Specialized Hospital, Southwest Ethiopia." BMC research notes 8(1): 285.
Xesfingi, S., et al. (2017). "Patient Satisfaction at Tertiary Level Healthcare
Services in Greece: Inpatient vs Outpatient Healthcare Services Assessment." International Journal of Health Economics and Policy 2(3): 125.
Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Pengguna Askes Sosial Pada Pelayanan Rawat Inap Di Rsud Lakipadada Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013 2