Anda di halaman 1dari 6

Penggunaan gawai aman bagi anak dan remaja pada masa Pandemi:

Bebas bertanggung jawab


(Argumen kontra- kelompok 5
Alfun Dhiya An, Denny Wellyam Sigarlaki, Muhammad Agung Nugroho)

Adalah sebuah keniscayaan diera pandemic covid-19 saat ini penggunaan gawai pada anak
dilarang. Hal tersebut terjadi karena gawai telah menjadi bagian dari keseharian orang-orang dewasa
sehingga gawai juga terpapar pada anak-anak. Usia anak mulai menggunakan gawai saat ini cukup
dini. Anak memiliki hak sekaligus tanggung jawab dalam menggunakan gawai sebagai bagian dalam
kegiatan belajarnya, terutama remaja yang secara otoriter memiliki rasa privasi yang lebih tinggi.
Anak, menurut permenkes 25 tahun 2014, merupakan seseorang berusia sampai dengan usia
18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam individu anak melekat hak yang harus
diterima oleh seorang anak. Menurut Konvensi hak anak, salah satu prinsipnya adalah penghargaan
terhadap pendapat anak.
Hak anak menurut undang-undang Perlindungan Anak no 25 tahun 2014 merupakan bagian
dari hak asasi manusia untuk anak yang harus dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
masyarakat, Negara, pemerintah dan pemerintah daerah. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konvensi
hak anak antara lain prinsip yang terbaik buat anak, prinsip nondiskriminasi, prinsip atas hak hidup,
kelangsungan dan perkembangan, serta yang terakhir adalah prinsrip penghargaan terhadap
pendapat anak.
Pasal 13 dalam konvensi hak anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak mengemukakan
pandangannya, menerima dan menyampaikan informasi. Sehingga sudah sepatutnya kita mendukung
anak untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Sebagai orang tua kita berkewajiban memenuhi dan menjaga hak anak dapat terpenuhi dengan
tepat. Memberikan kebebasan anak untuk mencari informasi positif dan bermanfaat dalam tumbuh
dan kembangnya merupakan salah satu bentuk upaya menjamin salah satu hak anak terpenuhi.
Dijaman 4.0 dimana semua layanan berbasis digital dan semua orang diberi kebabasan untuk
mengakses informasi seluas-luasnya anak perlu dimotivasi untuk lebih kreatif dan positif mencari
sumber informasi belajar, yang tidak hanya sekedar memenuhi aspek akademik semata, namun lebih
dari itu mencari informasi yang seluas-luasnya guna mendukung karier dan kebutuhan dimasa depan.
Dewasa ini, teknologi gadget (gawai) telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut
ditunjang oleh perkembangan teknologi digital dan internet yang semakin massif. Saat ini, pengguna
gawai dan internet di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data riset United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyebutkan bahwa 84 persen
masyarakat Indonesia memiliki smartphone (Kominfo, 2014). Semenatara itu, Assosiasi Pengguna
Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 melaporkan penetrasi pengguna internet Indonesia
mencapai 64,8 persen atau sebanyak 171.17 juta jiwa dari total penduduk Indonesia. Anak patut diberi
kekebasan untuk menentukan masa depannya sejak dini. Tugas kita adalah mengawal, mendukung
dan memberi pandangan-pandangan positif, tanpa harus mengekang imajinasi kreatif yang muncul
didiri anak sejak dini.
Gawai merupakan perangkat elektronik yang memiliki fungsi praktis khusus terutama
berfungsi membantu dalam dunia pekerjaan. Perangkat gawai yang ada di Indonesia antara lain
telepon pintar, telepon genggam, tablet, komputer jinjing (laptop) dan computer 1.

Manfaat berbasis bukti: Penggunaan gawai dan media sosial

Pada era digital, penggunaan gawai pada anak semakin sulit untuk dihindari. Mengingat
tuntutan perkembangan zaman akan penguasaan teknologi yang kemudian mendorong orang tua
untuk mengenalkan anak pada teknologi sejak dini. Bukti-bukti ilmiah terkini menyebutkan beberapa
pengaruh positif dari penggunaan media digital dan media sosial, antara lain adalah sebagai media
untuk proses pembelajaran dini, paparan terhadap ilmu pengetahuan dan ide-ide baru, meningkatkan
kesempatan untuk kontak dan dukungan sosial dan terakhir adalah kesempatan baru untul
mengakses pesan-pesan promosi dan informasi kesehatan 2.
Dampak positifnya, gawai dapat menjadi media belajar bagi anak untuk menstimulasi
perkembangannya. Penggunaan gawai bagi anak dipandang bermanfaat dalam melatih kemampuan
atau keterampilan motoric halus pada masa anak. Anak-anak yang menggunakan telepon pintar atau
tablet atau gawai lainnya akan belajar mengkoordinasikan jari tangan lebih cepat dan menjadi lebih
efisien1.
Dengan penerapan sistem pembelajaran daring yang berpusat pada penggunaan gadget akan
berdampak pada perkembangan bahasa dan sosial anak. Anak-anak yang menggunakan telepon
pintar atau tablet dapat meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai hal, anak belajar melalui
gambar-gambar, warna dan tulisan yang ada di gawai. Kemampuan anak terlatih untuk memproses
informasi, mengingat informasi dan mengkomunikasikannya. Ketika anak memainkan permainan atau
aplikasi pendidikan tertentu dengan gawainya, otak anak diajak untuk berpikir dan memproses
informasi dan merangsang otak untuk menganalisa. Hal-hal ini didudukung oleh beberapa penelitian
yang menyatakan bahwa gawai mempunyai peran positif dalam kemampuan menginvestigasi,
berpikir strategis dan berpikir kreatif 3,4.
Anak-anak sekolah yang berada di tingkat menengah pertama dan atas dapat memanfaatkan
gawai nya untuk terhubung dengan teman-temannya dalam mengerjakan tugas rumah atau proyek-
proyek sekolah, bertukar ide dan kreativitas. Beberapa sekolah menggunakan blog sebagai media
pengajaran di mana mampu memperbaiki kemampuan anak dalam berbahasa inggris baik menulis
maupun kreativitas lainya5.
Gawai juga dapat digunakan untuk mengakses informasi kesehatan anak dan remaja. Mereka
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang mereka alami, berkomunikasi
dengan dokter yang merawat mereka tentunya dengan pengawasan orang tua. Gawai juga dapat
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan diet tertentu dan aktivitas fisik tertentu dalam
menangani kasus obesitas6.
Kunci penggunaan gawai yang bijak adalah modernisasi dan keseimbangan, maksudnya
adalah media atau gawai tidak boleh menggantikan atau menggeser aktivitas lainya yang
mempromosikan perkembangan kesehatan dan kesejahteraan 3.
Penggunaan gawai pada anak berbeda dengan orang dewasa. Orang dewasa menggunakan
gawai sebagai sarana komunikasi, gaya hidup, mesin pencarian dan hiburan, sedangkan anak-anak
menggunakan gawai untuk bermain dan hiburan. Perbedaan lainya yaitu kurangnya kemampuan anak
untuk menggunakan gawai dengan bijak 1.

Perencanaan pengunaan gawai oleh keluarga


Alih-alih melarang anak menggunakan gawainya, lebih bijak bagi orang tua untuk
mendiskusikan penggunaan gawai dalam belajar dan bermain serta menemukan informasi ide-ide
menarik untuk berkreasi. Menurut rekomendasi AAP (American academy of Pediatric) tahun 2016
para orang tua dihimbau untuk merencanakan penggunaan gawai bagi anak meraka. Merancang
berapa lama penggunaan gawai bagi anak, bagaimana menggunakan gawai, bagaimana berbicara
atau menulis di media online. AAP merekomendasikan bahwa gawai tidak menggantikan atau
mengganggu waktu makan, istirahat dan aktivitas fisik lainya. Ikatan Dokter Indonesia di tahun 2020
mengeluarkan rekomendasi lama penggunaan gawai atau screen time bagi anak. Orang tua
diharapkan dengan bijak mendiskusikan hal ini pada anak terutama remaja dan orang tua yang ada di
rumah agar mampu mengoptimalkan penggunaan gawai2.
Sering kali orang tua salah menafsirkan lama penggunaan gawai anak mereka, kebanyakan
orang tua menduga anak mereka menggunakan gawai dalam waktu yang lebih sedikit, seperti yang
disampaikan Radesky et al pada tahun 2020 dalam artikelnya, laporan orag tua mengenai
penggunaan gawai anaknya memiliki akurasi hanya 29%. Orang tua bekerja tidak mampu mengontrol
penggunaan gawai anak mereka sepenuhnya terutama pada masa pandemi ini dimana anak belajar
dari rumah dan orang tua masih tetap diharuskan bekerja di kantor 7.
Orang tua diingatkan untuk mendiskusikan ulang penggunaan gawai secara berkala
menyesuaikan perubahan jadwal kegiatan di keluarga. Orang tua juga diminta untuk mendiskusikan
dengan anak dan remajanya mengenai perilaku aman dan terpuji selama menggunakan gawai.
Termasuk di dalamnya adalah resiko buli dalam penggunaan gawai/media ssoial, sexting, predator
dalam jaringan, keamanan dan rahasia pribadi 2.

Orang tua sebagai mentor Media


Radesky, dalam artikelnya yang terbit pada November 2016, menuliskan bahwa orang tua
dapat berperan sebagai mentor media, terutama bagi anak usia 0-5 tahun. Maksudnya adalah orang
tua terlibat dalam memilih media dan konten yang bisa diakses oleh anak, terlibat langsung dalam
menggunakan media, mengajari anak untuk bagaimana menggunakan gawai sebagai media
pembelajaran apa yang ada dalam layar dan dunia nyata. Pada artikel ini juga beliau menekankan
sebagai mentor media orang tua terperan sebagai contoh dalam menggunakan media, dengan
menjauhkan gawai saat bermain dengan anak, orang tua juga mengajari di mana keluarga tidak boleh
menggunakan gawainya yaitu di meja makan dan ruang tidur, serta orang tua mengajari kapan
keluarga tidak diperkenankan menggunakan gawai, yaitu misalny saat istirahat 8.
Untuk anak di atas usia 6 tahun AAP merekomendasikan untuk membatasi menggunakan
gawai untuk menghindari terganggunya aktivitas lainya yang mendukung kesehatan secara umum
misalnya aktivitas fisik, istirahat atau tidur, makan bersama keluarga, aktivitas di sekolah 8.
Orang tua sebagai mentor media diharapkan mampu menyiapkan generasi untuk tumbuh dan
berkembang dengan optimal di tengah kehidupan yang dipenuhi oleh media. Dimulai sejak masa bayi
(dimana video chatting satu-satunya media yang diperkenankan), masa balita (ketika aplikasi yang
dipilih secara bijak dan digunakan bersama dengan anak) sampai pada masa prasekolah (di mana
program pembelajaran efektif dapat membantu mereka mempelajari perilaku social atau ide-ide baru
yang ada dibenak mereka) 8.

Penggunaan gawai oleh orang tua


Lamanya orang tua dalam menggunakan gawai akan mengganggu interaksi dan masa
bermain dengan anak dan orang tua. Penggunaan gawai yang lama oleh orang tua diduga berkorelasi
dengan sedikitknya interaksi verbal dan nonverbal orang tua dan anak, tentunya ini akan berdampak
pada konflik anak dan orang tua. Lama ibu menonton televisi merupakan prediktor penggunaan
televisi pada anak, dengan demikian mengurangi penggunaan gawai orang tua akan meningkatkan
interasi orang tua dan anak dan menjadi bagian yang penting dalam mengubah perilaku penggunaan
gawai pada anak 9.
Penggunaan gawai oleh orang tua bersama anak di tempat bermain, tempat makan, atau
tempat umum lainya telah mengundang banyak kritik yang menyoroti keamanan anak dan
perkembangan emosi anak. Pada suatu penelitian kualitatif yang dilaporkan pada tahun 2014, orang
tua yang menggunakan gawai saat makan di rumah makan bersama anaknya menunjukan orang tua
kurang respon terhadap anak, kurang membuka percakapan dengan anak sehingga anak juga tampak
pasif10.
Kita dapat menyimpulkan bahwa orang tua wajib memberikan contoh perilaku menggunakan
gawai dengan bijak untuk memaksimalkan penggunaan gawai oleh anak. Orang tua perlu
mengurangi penggunaan gawai di rumah sehingga dapat meningkatkan interaksi dengan anak dan ini
dapat membantu memperbaiki perilaku anak dalam pemanfaatan gawai dengan maksimal.

Perencaan penggunaan gawai oleh keluarga dan anak remaja


Mengelola penggunaan gawai merupakah suatu hal yang menantang terutama bagi keluarga
dengan anak remaja mereka. Orang tua merasa lebih mudah dalam membatasi akses gawai dan
memantau penggunaan gawai oleh anak-anakk yang lebih muda, berbeda dengan remaja yang tidak
selalu dapat dipantau oleh orang tua. Gawai memegang peranan penting dalam kehidupan sosial dan
dalam kegiatan pendidikan dan membutuhkan pengawasan orang tua yang lebih tinggi. Pengawasan
orang tua yang tinggi (berlebihan) mencegah remaja untuk menuntut otonominya, membatasi
motivasi internal dalam diri remaja dan dapat menyebabkan perilaku yang tidak patuh pada orang
tua. Pengasuhan yang mendukung otonomi sangat berbeda dengan tipe pengasuhan permisif atau
pola pengasuhan yang tidak mau tau11.
Orang tua akan terlibat dalam porsi yang tepat dalam pola pengasuhan yang mendukung
otonomi anak , hal ini mendukung dalam meningkatkan kemandirian dan regulasi diri. Bukti ilmiah
menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang mendukung otonomi anak dalam penggunaan media
atau gawai akan berpengaruh pada kurangnya penggunaan gawai itu sendiri oleh remaja 11.
Pola pengasuhan demokratis sangat penting dalam mengelola penggunaan gawai pada anak
remaja. Pola pengasuhan demoktratis adalah pengasuhan di mana orang tua mendorong anak
remajanya untuk berbicara apa yang mereka butuhkan, ada kerjasama antara anak dan orang tua,
anak merasa diterima sebagai individu sepenuhnya, orang tua mengarahkan dan mendampingi anak
serta kontrol orang tua yang tidak kaku. Selain itu dibutuhkan juga responsiveness orang tua dalam
pengelolaan gawai ini, sifat responsiveness ini tercermin dari penerimaan orang tua akan anak
dengan hangat, memberikan dukungan dan alasan yang tepat 12.
Dalam suatu penelitian kualitatif, alasan terkuat orang tua membebaskan anak remajanya
menggunakan gawai karena mereka menyadari bahwa anak-anak remaja mereka hidup dalam era
digital yang menjadi bagian dalam keseharian dan tidak mungkin untuk dipisahkan dari peralatan
elektronik atau gawai. Hanya ada satu ibu bekerja dari 5 partisipan yang secara eksplisit membatasi
penggunaan gawai anak remajanya saat di rumah, yaitu saat jam belajar dan sholat pukul 18.00
sampai pukul 21.00. Selebihnya para orang tua membebaskan anak remaja mereka untuk
menggunakan gawai saat di rumah. Beberapa orang tua secara terbuka berbicara dari hati ke hati
dengan anak remaja mereka dalam penggunaan gawai semaksimal mungkin, untuk menyelesaikan
tugas-tugas sekolah. Orang tua juga mengingatkan anak-anak remaja mereka mengenai konten yang
layak mereka lihat menurut usia12.
Peran orang tua sangat dibutuhkan saat ini mengingat pandemi covid-19 yang masih
berkepanjangan sehingga orang tua diharapkan mampu memberikan kontribusi perkembangan
bahasa yang terbaik untuk anaknya agar membelajaran tetap berjalan optimal meskipun akan
berdampak pada perkembangan anak. Kebebasan yang diberikan orang tua kepada anak remaja
mereka ini membuat para anak merasa dihargai dan diterima. Bentuk pengasuhan demokratis dalam
menggunakan gawai ini meletakkan fondasi yang kuat bagi anak remaja yang hidup di era digital,
karena para remaja dituntut lebih bertanggung jawab sebagai individu 12.

Kesimpulan
Penggunaan gawai untuk anak harus memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan
oleh organisasi profesi terkait, dalam hal ini adalah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI telah
mengeluarkan rekomendasi penggunaan gawai selama masa pendidikan jarak jauh. Orang tua
seharusnya merencanakan penggunaan gawai bersama anak untuk mengelola dengan bijak
pemanfaatan gawai ini.
Pola asuh demokratis mendorong anak remaja bersikap bertanggung jawab dalam
menggunakan gawai. Orang tua perlu menjaga hubungan yang harmonis dengan anak agar tujuan
pemanfaat gawai bisa tercapai dengan maksimal dan dampak negatif penggunaan gawai dapat
diminimalisir.

Referensi
1. Srinahyanti S, Wau Y, Manurung I, Arjani N. Influence of Gadget: A Positive and Negative
Impact of Smartphone Usage for Early Child. Published online 2019. doi:10.4108/eai.3-11-
2018.2285692
2. Chassiakos YR, Radesky J, Christakis D, et al. Children and adolescents and digital media.
Pediatrics. 2016;138(5). doi:10.1542/peds.2016-2593
3. Hill D, Ameenuddin N, Chassiakos YR, et al. Media use in school-aged children and adolescents.
Pediatrics. 2016;138(5). doi:10.1542/peds.2016-2592
4. M S. The Impact of using Gadgets on Children. J Depress Anxiety. 2017;07(01):1-3.
doi:10.4172/2167-1044.1000296
5. O’Keeffe GS, Clarke-Pearson K, Mulligan DA, et al. Clinical report - The impact of social media
on children, adolescents, and families. Pediatrics. 2011;127(4):800-804. doi:10.1542/peds.2011-
0054
6. McCloskey ML, Thompson DA, Chamberlin B, Clark L, Johnson SL, Bellows LL. Mobile device
use among rural, low-income families and the feasibility of an app to encourage preschoolers’
physical activity: Qualitative study. JMIR Pediatr Parent. 2018;1(2):1-11. doi:10.2196/10858
7. Radesky JS, Weeks HM, Ball R, et al. Young Children’s use of smartphones and tablets.
Pediatrics. 2020;146(1). doi:10.1542/peds.2019-3518
8. Hill D, Ameenuddin N, Chassiakos YR, et al. Media and young minds. Pediatrics. 2016;138(5).
doi:10.1542/peds.2016-2591
9. Jago R, Stamatakis E, Gama A, et al. Parent and child screen-viewing time and home media
environment. Am J Prev Med. 2012;43(2):150-158. doi:10.1016/j.amepre.2012.04.012
10. Radesky JS, Kistin CJ, Zuckerman B, et al. Patterns of mobile device use by caregivers and
children during meals in fast food restaurants. Pediatrics. 2014;133(4). doi:10.1542/peds.2013-
3703
11. Kroshus E, Christakis D. Family Media Use Planning with Teens-Is It Time for Shared Decision-
making? JAMA Pediatr. 2021;175(4):349-350. doi:10.1001/jamapediatrics.2020.5637
12. Chairiyani RP, Winiharti M. Parenting model of working mothers on their digitally native
teenagers in using gadgets. Int J Sci Technol Res. 2019;8(12):1930-1934.

Anda mungkin juga menyukai