Adalah sebuah keniscayaan diera pandemic covid-19 saat ini penggunaan gawai pada anak
dilarang. Hal tersebut terjadi karena gawai telah menjadi bagian dari keseharian orang-orang dewasa
sehingga gawai juga terpapar pada anak-anak. Usia anak mulai menggunakan gawai saat ini cukup
dini. Anak memiliki hak sekaligus tanggung jawab dalam menggunakan gawai sebagai bagian dalam
kegiatan belajarnya, terutama remaja yang secara otoriter memiliki rasa privasi yang lebih tinggi.
Anak, menurut permenkes 25 tahun 2014, merupakan seseorang berusia sampai dengan usia
18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam individu anak melekat hak yang harus
diterima oleh seorang anak. Menurut Konvensi hak anak, salah satu prinsipnya adalah penghargaan
terhadap pendapat anak.
Hak anak menurut undang-undang Perlindungan Anak no 25 tahun 2014 merupakan bagian
dari hak asasi manusia untuk anak yang harus dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
masyarakat, Negara, pemerintah dan pemerintah daerah. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konvensi
hak anak antara lain prinsip yang terbaik buat anak, prinsip nondiskriminasi, prinsip atas hak hidup,
kelangsungan dan perkembangan, serta yang terakhir adalah prinsrip penghargaan terhadap
pendapat anak.
Pasal 13 dalam konvensi hak anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak mengemukakan
pandangannya, menerima dan menyampaikan informasi. Sehingga sudah sepatutnya kita mendukung
anak untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Sebagai orang tua kita berkewajiban memenuhi dan menjaga hak anak dapat terpenuhi dengan
tepat. Memberikan kebebasan anak untuk mencari informasi positif dan bermanfaat dalam tumbuh
dan kembangnya merupakan salah satu bentuk upaya menjamin salah satu hak anak terpenuhi.
Dijaman 4.0 dimana semua layanan berbasis digital dan semua orang diberi kebabasan untuk
mengakses informasi seluas-luasnya anak perlu dimotivasi untuk lebih kreatif dan positif mencari
sumber informasi belajar, yang tidak hanya sekedar memenuhi aspek akademik semata, namun lebih
dari itu mencari informasi yang seluas-luasnya guna mendukung karier dan kebutuhan dimasa depan.
Dewasa ini, teknologi gadget (gawai) telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut
ditunjang oleh perkembangan teknologi digital dan internet yang semakin massif. Saat ini, pengguna
gawai dan internet di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data riset United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyebutkan bahwa 84 persen
masyarakat Indonesia memiliki smartphone (Kominfo, 2014). Semenatara itu, Assosiasi Pengguna
Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 melaporkan penetrasi pengguna internet Indonesia
mencapai 64,8 persen atau sebanyak 171.17 juta jiwa dari total penduduk Indonesia. Anak patut diberi
kekebasan untuk menentukan masa depannya sejak dini. Tugas kita adalah mengawal, mendukung
dan memberi pandangan-pandangan positif, tanpa harus mengekang imajinasi kreatif yang muncul
didiri anak sejak dini.
Gawai merupakan perangkat elektronik yang memiliki fungsi praktis khusus terutama
berfungsi membantu dalam dunia pekerjaan. Perangkat gawai yang ada di Indonesia antara lain
telepon pintar, telepon genggam, tablet, komputer jinjing (laptop) dan computer 1.
Pada era digital, penggunaan gawai pada anak semakin sulit untuk dihindari. Mengingat
tuntutan perkembangan zaman akan penguasaan teknologi yang kemudian mendorong orang tua
untuk mengenalkan anak pada teknologi sejak dini. Bukti-bukti ilmiah terkini menyebutkan beberapa
pengaruh positif dari penggunaan media digital dan media sosial, antara lain adalah sebagai media
untuk proses pembelajaran dini, paparan terhadap ilmu pengetahuan dan ide-ide baru, meningkatkan
kesempatan untuk kontak dan dukungan sosial dan terakhir adalah kesempatan baru untul
mengakses pesan-pesan promosi dan informasi kesehatan 2.
Dampak positifnya, gawai dapat menjadi media belajar bagi anak untuk menstimulasi
perkembangannya. Penggunaan gawai bagi anak dipandang bermanfaat dalam melatih kemampuan
atau keterampilan motoric halus pada masa anak. Anak-anak yang menggunakan telepon pintar atau
tablet atau gawai lainnya akan belajar mengkoordinasikan jari tangan lebih cepat dan menjadi lebih
efisien1.
Dengan penerapan sistem pembelajaran daring yang berpusat pada penggunaan gadget akan
berdampak pada perkembangan bahasa dan sosial anak. Anak-anak yang menggunakan telepon
pintar atau tablet dapat meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai hal, anak belajar melalui
gambar-gambar, warna dan tulisan yang ada di gawai. Kemampuan anak terlatih untuk memproses
informasi, mengingat informasi dan mengkomunikasikannya. Ketika anak memainkan permainan atau
aplikasi pendidikan tertentu dengan gawainya, otak anak diajak untuk berpikir dan memproses
informasi dan merangsang otak untuk menganalisa. Hal-hal ini didudukung oleh beberapa penelitian
yang menyatakan bahwa gawai mempunyai peran positif dalam kemampuan menginvestigasi,
berpikir strategis dan berpikir kreatif 3,4.
Anak-anak sekolah yang berada di tingkat menengah pertama dan atas dapat memanfaatkan
gawai nya untuk terhubung dengan teman-temannya dalam mengerjakan tugas rumah atau proyek-
proyek sekolah, bertukar ide dan kreativitas. Beberapa sekolah menggunakan blog sebagai media
pengajaran di mana mampu memperbaiki kemampuan anak dalam berbahasa inggris baik menulis
maupun kreativitas lainya5.
Gawai juga dapat digunakan untuk mengakses informasi kesehatan anak dan remaja. Mereka
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang mereka alami, berkomunikasi
dengan dokter yang merawat mereka tentunya dengan pengawasan orang tua. Gawai juga dapat
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan diet tertentu dan aktivitas fisik tertentu dalam
menangani kasus obesitas6.
Kunci penggunaan gawai yang bijak adalah modernisasi dan keseimbangan, maksudnya
adalah media atau gawai tidak boleh menggantikan atau menggeser aktivitas lainya yang
mempromosikan perkembangan kesehatan dan kesejahteraan 3.
Penggunaan gawai pada anak berbeda dengan orang dewasa. Orang dewasa menggunakan
gawai sebagai sarana komunikasi, gaya hidup, mesin pencarian dan hiburan, sedangkan anak-anak
menggunakan gawai untuk bermain dan hiburan. Perbedaan lainya yaitu kurangnya kemampuan anak
untuk menggunakan gawai dengan bijak 1.
Kesimpulan
Penggunaan gawai untuk anak harus memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan
oleh organisasi profesi terkait, dalam hal ini adalah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI telah
mengeluarkan rekomendasi penggunaan gawai selama masa pendidikan jarak jauh. Orang tua
seharusnya merencanakan penggunaan gawai bersama anak untuk mengelola dengan bijak
pemanfaatan gawai ini.
Pola asuh demokratis mendorong anak remaja bersikap bertanggung jawab dalam
menggunakan gawai. Orang tua perlu menjaga hubungan yang harmonis dengan anak agar tujuan
pemanfaat gawai bisa tercapai dengan maksimal dan dampak negatif penggunaan gawai dapat
diminimalisir.
Referensi
1. Srinahyanti S, Wau Y, Manurung I, Arjani N. Influence of Gadget: A Positive and Negative
Impact of Smartphone Usage for Early Child. Published online 2019. doi:10.4108/eai.3-11-
2018.2285692
2. Chassiakos YR, Radesky J, Christakis D, et al. Children and adolescents and digital media.
Pediatrics. 2016;138(5). doi:10.1542/peds.2016-2593
3. Hill D, Ameenuddin N, Chassiakos YR, et al. Media use in school-aged children and adolescents.
Pediatrics. 2016;138(5). doi:10.1542/peds.2016-2592
4. M S. The Impact of using Gadgets on Children. J Depress Anxiety. 2017;07(01):1-3.
doi:10.4172/2167-1044.1000296
5. O’Keeffe GS, Clarke-Pearson K, Mulligan DA, et al. Clinical report - The impact of social media
on children, adolescents, and families. Pediatrics. 2011;127(4):800-804. doi:10.1542/peds.2011-
0054
6. McCloskey ML, Thompson DA, Chamberlin B, Clark L, Johnson SL, Bellows LL. Mobile device
use among rural, low-income families and the feasibility of an app to encourage preschoolers’
physical activity: Qualitative study. JMIR Pediatr Parent. 2018;1(2):1-11. doi:10.2196/10858
7. Radesky JS, Weeks HM, Ball R, et al. Young Children’s use of smartphones and tablets.
Pediatrics. 2020;146(1). doi:10.1542/peds.2019-3518
8. Hill D, Ameenuddin N, Chassiakos YR, et al. Media and young minds. Pediatrics. 2016;138(5).
doi:10.1542/peds.2016-2591
9. Jago R, Stamatakis E, Gama A, et al. Parent and child screen-viewing time and home media
environment. Am J Prev Med. 2012;43(2):150-158. doi:10.1016/j.amepre.2012.04.012
10. Radesky JS, Kistin CJ, Zuckerman B, et al. Patterns of mobile device use by caregivers and
children during meals in fast food restaurants. Pediatrics. 2014;133(4). doi:10.1542/peds.2013-
3703
11. Kroshus E, Christakis D. Family Media Use Planning with Teens-Is It Time for Shared Decision-
making? JAMA Pediatr. 2021;175(4):349-350. doi:10.1001/jamapediatrics.2020.5637
12. Chairiyani RP, Winiharti M. Parenting model of working mothers on their digitally native
teenagers in using gadgets. Int J Sci Technol Res. 2019;8(12):1930-1934.