Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam budaya global masa kini, kita hidup dalam zaman dan dunia yang
sarat dengan kekerasan. Kekerasan menjadi tema nyata, ada beberapa faktor yang
memberi kontribusi terhadap perilaku kekerasan seperti: Adanya tekanan dari
lingkungan, keinginan untuk dihormati dan diperhatikan, masa kanak-kanak yang
kurang bahagia atau kurang perhatian, menyaksikan ataupun mengalami
kekerasan di rumah, lingkungan sekitar, ataupun di media massa dan elektronik
dan juga adanya akses yang sangat mudah untuk memperoleh senjata tajam.1
Kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan luka dan cedera. Luka
merupakan suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Berdasarkan sifat dan penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan
yang bersifat mekanik baik karena benda tajam, benda tumpul, maupun tembakan
senjata api; fisika serta kimia.2 Ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
dan hubungannya dengan jenis kekerasan serta efeknya terhadap manusia dikenal
dengan istilah traumatologi.
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang banyak dijumpai dalam
kasus forensik. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir angka kekerasan dengan
senjata tajam di Indonesia tercatat sebesar 115.238 kasus. Untuk wilayah kota
besar seperti Jakarta, berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, sepanjang Januari
2010 pencurian disertai kekerasan benda tajam sekitar 86 kasus dan
Februari 2010 meningkat sekitar 80% menjadi 149 kasus.4

pada

Kasus perlukaan dan trauma merupakan jenis kasus terbanyak yang


ditangani di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Sebagian dari kasus tersebut
merupakan kasus Forensik Klinik. Hal ini disebabkan oleh karena kasus-kasus
tersebut terkait dalam surat permintaan Visum et Repertum dari penyidik yang
ditujukan kepada pihak rumah sakit. 1
Hal ini sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 133 ayat 1, di mana penyidik dalam menangani kasus luka,
keracunan atau mati, yang diduga karena tindak pidana, dapat meminta bantuan
dokter ahli kehakiman, dokter atau ahli lainnya. Dengan demikian, dokter ahli
kehakiman, dokter maupun ahli lainnya memiliki kewajiban hukum untuk
membantu penyidik, di mana pelanggaran terhadap kewajiban ini dapat diberikan
sanksi pidana penjara selama-lamanya 9 bulan sesuai dengan pasal 224 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). 2,3,4
Dalam penanganan kasus forensik klinik, dokter harus berperan sebagai
dokter klinik (attending doctor), yang bekerja melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaanlaboratorium, lalu menegakkan diagnosis kemudian mengobati
penderita. Di sisi lain, dokter juga harus berperan sebagai dokter forensik
(assessing doctor) yang bekerja dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
forensik klinik (mencari bukti tindak pidana), melakukan pemeriksaaan penunjang
dan membuat kesimpulan, yang semuanya dituangkan dalam Visum et Repertum.5
Berikut dilaporkan sebuah kasus penganiayaan berdasarkan permintaan
visum oleh Kepolisian Sektor Astambul pada seorang laki-laki berusia 45 tahun
yang mengalami kecacatan akibat luka bacok di lengan bawah kiri.

BAB II
LAPORAN KASUS

a. Kronologis Peristiwa
Telah terjadi penganiayaan terhadap seorang laki-laki berumur enam
belas tahun yang dilakukan oleh teman sekolahnya. Korban dibacok dengan
menggunakan senjata tajam berupa parang pada lengan dan tungkai. Kejadian
tersebut terjadi pada malam hari sekitar pukul 22.30 WITA di pinggir jalan
Basirih. Motif pelaku diduga karena sakit hati terhadap korban akibat korban
sering menghina pelaku di depan teman-temannya yang lain. Beberapa saat
setelah kejadian korban kemudian langsung dilarikan ke RSUD Ulin
Banjarmasin.
b. Visum et Repertum
Pro Justicia
VISUM et REPERTUM
No.VER/480/I/IGD/RSUD ULIN/2012

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dokter Mursad Abdi sebagai dokter
forensik pada Rumah Sakit Umum Daerah Ulin di Banjarmasin menerangkan
bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala kepolisian sektor kota Banjarmasin
Selatan dalam suratnya 25 Januari 2012 nomor B/10/I/2012/BS, maka pada
tanggal dua puluh lima Januari dua ribu dua belas, pukul sebelas lebih tiga puluh
menit waktu Indonesia bagian tengah, bertempat di Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, telah memeriksa seorang laki-laki
bangsa Indonesia bernama Noor Ifansyah berumur enam belas tahun dan
bertempat tinggal di jalan Kelayan B RT.5 RW.02 Kelurahan Kelayan Timur
Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.------------------------------------

--------------------------PADA PEMERIKSAAN TERDAPAT-------------------------Pada tanggal dua puluh lima Januari dua ribu dua belas, pukul sebelas lebih tiga
puluh menit waktu Indonesia bagian tengah, bertempat di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin :----------------------------------------I.

Korban datang dengan keadaan sadar, dengan tanda vital :-----------------------a. Tekanan darah : seratus dua puluh per delapan puluh milimeter Hg---------b. Nadi

delapan

puluh

delapan

kali

per

menit-------------------------c. Pernapasan

dua

puluh

kali

per

menit----------------------------------------d. Suhu tubuh

tiga

puluh

enam

koma

sembilan

derajat

Celsius------------II.

Pada korban ditemukan :---------------------------------------------------------------1. Daerah kepala : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----2. Daerah leher : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------3. Daerah dada : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------4. Daerah perut : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------5. Daerah anggota gerak atas kanan : Tidak didapatkan kelainan dan tandatanda kekerasan.---------------------------------------------------------------------6. Daerah anggota gerak atas kiri: Daerah lengan kiri terdapat satu luka
terbuka pada daerah lengan kiri bawah depan. Ujung pertama luka empat
sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah lengan bagian depan dan tiga
sentimeter di bawah siku lengan bawah bagian depan. Ujung kedua luka

lima sentimeter di sebelah kanan dari garis tengah lengan bagian depan
dan lima belas sentimeter di bawah siku lengan bawah bagian depan. Luka
dengan ukuran panjang enam belas sentimeter, lebar sebelas sentimeter,
dengan kedalaman satu sentimeter. Bentuk luka teratur, tepi luka rata, dan
sudut luka runcing. Tebing luka rata terdiri dari jaringan otot, jembatan
jaringan terputus, otot, pembuluh darah dan serabut saraf terputus, dasar
luka teraba otot berwarna merah. Daerah sekitar luka terdapat darah, tidak
ada memar dan tidak ada lecet.----------------------------------------------------7. Daerah anggota gerak bawah kanan : Tungkai kanan terdapat satu luka
terbuka pada daerah lutut kanan bagian depan. Ujung pertama luka nol
koma lima sentimeter di sebelah kanan garis tengah tungkai bagian depan
dan tepat pada lutut kanan. Ujung kedua luka dua sentimeter di sebelah
kiri garis tengah tungkai bagian depan dan tiga sentimeter dibawah lutut
bagian depan. Bentuk luka sebelum dirapatkan seperti setengah lingkaran
dan bentuk sesudah dirapatkan berbentuk garis lurus. Luka dengan ukuran
panjang lima sentimeter, lebar satu sentimeter dan kedalaman setengah
sentimeter. Bentuk luka teratur, tepi luka rata, dan sudut luka runcing.
Tebing luka rata terdiri dari jaringan lemak, jembatan jaringan terputus,
dasar luka teraba lemak berwarna kekuningan. Daerah sekitar luka
terdapat

darah,

tidak

ada

memar

dan

tidak

ada

lecet.-------------------------------------8. Daerah anggota gerak bawah kiri : Tidak didapatkan kelainan dan tandatanda kekerasan.---------------------------------------------------------------------9. Punggung : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------10. Pantat : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------11. Dubur : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------12. Bagian tubuh lainnya : Tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.----------------------------------------------------------------------------III.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan oleh dr.
Husna, Sp.OT, korban didiagnosis luka terbuka pada bagian dalam sepertiga
tengah lengan bawah kiri dan terputusnya otot, pembuluh darah dan saraf pada

lengan bawah (n. ulnaris). Dilakukan operasi penyambungan terhadap otot,


pembuluh darah dan saraf pada lengan bawah. Pasien dirawat di ruangan
bedah tulang selama sembilan hari dan izinkan pulang oleh dokter. Perawatan
lanjutan pasien melalui kontrol poliklinik bedah tulang. Menurut keterangan
Dokter yang bersangkutan, pasien dapat melakukan pekerjaannya dalam kurun
waktu rehabilitasi selama enam bulan------------------------------------------------IV.

Pemeriksaan Penunjang :---------------------------------------------------------------1.

Laboratorium darah :-------------------------------------------------------------- Hemoglobin

: empat belas koma tujuh gram per desiliter-----------

- Lekosit

: sepuluh ribu tujuh ratus per mikroliter---------------

- Eritrosit

: lima koma tiga puluh dua juta per mikroliter--------

- Hematokrit

: empat puluh tujuh volume persen---------------------

- Trombosit

: tiga ratus empat puluh dua ribu per mikroliter------

- Gula darah sewaktu: sembilan puluh dua miligram per desiliter----------- SGOT

: empat puluh empat u per liter--------------------------

- SGPT

: delapan belas u per liter--------------------------------

- Ureum

: dua puluh satu miligram per desiliter-----------------

- Creatinin

: nol koma sembilan miligram per desiliter------------

- Natrium

: seratus empat puluh enam milimol per liter---------

- Kalium

: empat koma nol milimol per liter---------------------

- Klorida

: seratus dua belas milimol per liter--------------------

-----------------------------------------KESIMPULAN-------------------------------------1

Telah diperiksa seorang lakilaki berusia enam belas tahun-----------------------

Terdapat luka bacok pada daerah lengan kiri bawah akibat persentuhan dengan
benda tajam (II.6)------------------------------------------------------------------------

Terdapat luka iris pada daerah lutut kanan akibat persentuhan dengan benda
tajam
(II.7)---------------------------------------------------------------------------------

Kelainan pada poin dua dan tiga di atas menyebabkan penyakit atau halangan
untuk melakukan pekerjaan selama enam bulan-------------------------------------

----------------------------------------------PENUTUP--------------------------------------Demikian VISUM et REPERTUM ini saya buat dengan sesungguhnya


berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah jabatan dan
berdasarkan lembaran Negara No. 350 tahun 1937.--------------------------------------

Banjarmasin, 25 Januari 2012


Dokter yang memeriksa

dr. H. Mursad Abdi, Sp.F

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, terjadi sebuah kasus penganiayaan terhadap seorang lakilaki berusia 16 tahun. Laki-laki tersebut dibacok pada lengan bawah kirinya
dengan menggunakan senjata tajam berupa parang, sehingga menyebabkan
terputusnya otot, pembuluh darah dan saraf pada lengan bawah (n. ulnaris), yang
mengakibatkan penyakit atau halangan untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas
selama enam bulan. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2012, pukul
23.15 WITA, bertempat di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat sebuah luka terbuka pada lengan
bawah sebelah kiri. Tepi luka nampak tidak beraturan. Pada dasar luka nampak
otot yang terpotong melintang dengan tepi rata, jembatan jaringan terputus.
Daerah sekitar luka nampak bersih. Keadaan ini mengindikasikan sebuah luka
yang disebabkan oleh benda tajam. Berikut perbedaan luka pada trauma tajam dan
tumpul2,3:
Pembeda

Tajam

Tumpul

bentuk luka

teratur

tidak

tepi luka

Rata

tidak rata

sudut luka

tajam

tumpul

jembatan jaringan

tidak ada

ada/tidak

folikel rambut terpotong

ya/tidak

tidak

dasar luka

garis/titik

tidak teratur

sekitar luka

Bersih

bisa lecet/memar

Pada kasus ini tepi luka tampak tidak beraturan namun tetap termasuk luka
akibat benda tajam, hal tersebut kemungkinan dikarenakan terjadinya perubahan
bentuk tepi luka karena telah termanipulasi misalnya karena luka tersebut
dibungkus atau ditutupi sehingga merubah bentuk awal tepi luka tersebut yang
sebenarnya tajam.
Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok, dalam
suatu ayunan dengan tenaga yang agak besar, dengan menggunakan instrument
yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, celurit atau parang.
Beberapa ciri dari luka bacok adalah ukuran luka yang relatif besar, tepi dan sudut
luka tergantung mata senjata, dapat menimbulkan kerusakan pada tulang atau
memutus organ tubuh dan dapat ditemukan memar/lecet disekitar luka.
Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka yang
disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan
berat senjata. Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka.3,6
Keadaan luka bacok tergantung dari dua faktor yaitu: jenis senjata,
biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/tajam dan relatif berat seperti
kapak atau parang; tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk

atau luka iris.4


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan oleh
dr. Husna, Sp.OT, korban didiagnosis luka terbuka pada bagian dalam sepertiga
tengah lengan bawah kiri dan terputusnya otot, pembuluh darah dan saraf pada
lengan bawah (n. ulnaris). Dilakukan operasi penyambungan terhadap otot,
pembuluh darah dan saraf pada lengan bawah. Pasien dirawat di ruangan bedah
tulang selama sembilan hari dan izinkan pulang oleh dokter. Perawatan lanjutan
pasien melalui kontrol poliklinik bedah tulang. Menurut keterangan Dokter yang
bersangkutan, pasien dapat melakukan pekerjaannya dalam kurun waktu
rehabilitasi selama enam bulan.
Terdapat berbagai alasan seseorang melakukan kekerasan, yaitu untuk
melepaskan perasaan marah ataupun frustasinya, digunakan sebagai cara untuk
mengontrol orang lain atau untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan sebagai
pembalasan terhadap orang-orang yang telah menyakiti perasaan orang yang
disayangi.1
Kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan luka dan cedera. Luka
merupakan suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Berdasarkan sifat dan penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan
yang bersifat mekanik baik karena benda tajam, benda tumpul, maupun tembakan
senjata api; fisika serta kimia.2 Ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
dan hubungannya dengan jenis kekerasan serta efeknya terhadap manusia dikenal
dengan istilah traumatologi. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat
kombinasi trauma yang disebabkan oleh suatu jenis penyebab, sehingga

10

klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.3
A. Definisi Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka, cedera serta
hubungannya

dengan

berbagai

kekerasan

(rudapaksa),

sedangkan

yang

dimaksudkan dengan luka adalah suatu ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat


kekerasan.1 Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan atau juga
gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik
eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera
atau operasi.5
B. Mekanisme Luka
Mekanisme luka dapat digambarkan sebagai berikut: Tubuh biasanya
mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan rangka.
Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana
kekuatan = masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke
kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke
kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.5
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan.
kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada daerah yang lebih
kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk,
semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan,

11

sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul
kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.5
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi
tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target
jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya
sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal,
sementara pada torsi mungkin tidak memberikan efek pada jaringan adiposa
namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.5
C. Patofisiologi Trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang,
pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada
semua sistem organ, sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat adanya
trauma. Bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan
akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme kompensasi tersebut
adalah5 :
1.

Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan


tekanan arteri dan vena, bronkhodilatasi, takikardia, takipneu,
capillary shunting, dan diaforesis.

2.

Peningkatan heart rate. Jika stroke volume menurun maka


heart rate akan meningkat.

12

3.

Peningkatan

frekuensi

napas.

Saat

inspirasi,

tekanan

intrathoracik negatif. Aksi pompa thorak ini membawa darah ke


dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac
output.
4.

Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron


dieksresikan serta terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus.

5.

Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac


output (sistolik) dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik).

6.

Capillary

shunting

dan

pengisian

trans

kapiler

dapat

menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering. Capillary


refill mungkin melambat.
7.

Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh


perfusi ke otak yang menurun atau mungkin secara langsung
disebabkan oleh trauma kepala.

D. Klasifikasi
Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan5 :
1. Jenis penetrasi, yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka
memar, luka robek, luka tembak, dan luka gigitan.
2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri, terbagi atas luka bersih, luka
bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi, dan luka kotor.
3. Waktu terjadinya, terbagi atas luka akut (sebelum 8 jam) dan luka kronis.

13

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas


kekerasan yang bersifat5:
1. Mekanik : benda tajam, benda tumpul dan tembakan senjata api.
2. Fisika : suhu, listrik dan petir, akustik dan radiasi
3. Kimia : asam basa atau kuat
E. Kekerasan Mekanik
1. Luka akibat kekerasan benda tumpul
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini
adalah benda yang memiliki permukaan tumpul.6
a. Memar (kontusio, hematom)
Luka memar adalah suatu keadaan di mana terjadi pengumpulan darah
dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya
pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Letak, bentuk dan luas
luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis
benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna
kulit, kerapuhan pembuluh darah dan penyakit yang diderita.6,7
Luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya:7
Umur Luka
Pada saat timbul
Setelah 4-5 hari
7-10 hari
14-15 hari

Perubahan warna
Berwarna merah kemudian
berubah menjadi ungu atau hitam
Berwarna hijau
Berubah menjadi kuning
Menghilang

14

Perubahan warna berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat


bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhi. Dari sudut
pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang penting,
apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan
perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi
gambaran yang makin jelas.6
b. Luka lecet
Terjadi akibat akibat hilangnya sebagian atau seluruh lapisan kulit ari
karena tubuh bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau
runcing, misalnya kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau
sebaliknya benda tersebut bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka sesuai
dengan mekanisme terjadinya luka lecet diklasifikasikan sebagai luka lecet tekan
dan luka lecet geser.7,8
c. Luka lecet tekan
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak
lurus terhadap permukaan kulit. Bentuk luka lecet umumnya sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan
pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari
sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya
pengeringan yang berlangsung paska mati.7,8
d. Luka lecet geser

15

Luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan permukaan benda
yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/miring terhadap kulit. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.9
e. Luka robek
Merupakan luka terbuka yang terjadi karena trauma benda tumpul
melampaui elastisitas kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya
tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara
kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka memar atau
luka lecet di sekitar luka.10
Luka robek sering terjadi pada daerah yang di bawahnya terdapat tulang.
Umumnya terjadi pada kulit kepala, wajah, siku, lutut, dan distal ekstremitas.
Tetapi kurang sering pada bagian yang lunak seperti pada abdomen dan bokong.10
f. Patah tulang
Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang.
Patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah dibedakan
dengan patah tulang atau retak tulang akibat benda tajam atau senjata api. Pada
kasus dimana kepala seseorang dipukul dengan benda tumpul, sering dijumpai
patah tulang dimana bagian-bagian yang patah tersebut tertekan ke dalam (fraktur
kompresi). Pada kasus lalu lintas dimana sering kali tubuh korban terlempar dan
jatuh dengan kepala menyentuh jalan, maka lebih sering akan dijumpai patah
tulang dengan garis patah yang linier. Dengan demikian dapat dibedakan
berdasarkan kelainan yang terjadi pada tengkorak, yaitu apakah benda tumpul
yang menghampiri kepala, atau kepala yang mendekati benda tumpulnya.6,8

16

2. Luka akibat kekerasan benda tajam


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini
adalah yang memiliki sisi tajam, berupa garis maupun runcing, yang bervariasi
seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu,
bahkan tepi kertas atau rumput.2,3
a. Luka iris atau sayat
Mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang
luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan
akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila
dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa
garis.2,3
b. Luka tusuk
Sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah pisau
bermata satu atau dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti
benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut lancip
apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka
dibentuk ujung dan sisi tajamnya. Panjang luka biasanya tidak mencerminkan
lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya
tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor
elastisitas jaringan, bagian kulit yang lebih dalam dan gerakan korban. Harus
dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area
tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan

17

pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang
terjadi sempit dan panjang. 3,7
c. Luka bacok
Luka ini disebabkan oleh benda tajam yang ukurannya besar, umpamanya
luka akibt golok, klewang, mandau, kapak dan celurit. Luka yang diakibatkan
pada umumnya lebih hebat dan lebih besar bila dibandingkan dengan luka yang
disebabkan oleh pisau. Faktor yang paling penting adalah faktor tenaga atau
kekuatan yang dipakai serta faktor ketajaman bagian benda tajam yang mengenai
tubuh . Pada senjata celurit misalnya maka luka akan diperberat dengan adanya
gerakan untuk menarik clurit dari tubuh korban, selain faktor gerakan dari korban
sendiri.3,7
Luka bacok pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda
tajam tersebut mengenai tubuh; yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai
tubuh serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.11
3. Luka akibat tembakan senjata api
Ciri-ciri utama luka tembak ialah biasanya luka tembak menghasilkan dua
buah luka yaitu luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Perbedaan antara luka
tembak masuk dengan luka tembak keluar adalah11 :
Luka tembak masuk

Luka tembak keluar

Ukurannya
kecil,
karena
peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
menembus kulit seperti bor dengan teratur dibandingkan luka tembak
kecepatan tinggi
masuk, karena kecepatan peluru
berkurang
hingga
menyebabkan
robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena

18

karena peluru menmebus kulit dari luar


Pinggiran luka mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak.
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam, terbakar,
kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka
bagus bentuknya.
Bisa tampak berwarna merah terang
akibat adanya zat karbon monoksida.
Di sekitar luka tampak kelim tampak
ekimosis.
Perdarahan hanya sedikit.
Pemeriksaan radiologi atau analisa
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar
luka.

peluru menuju keluar.


Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Tidak terdapat kelim lemak
Tidak ada
Tidak ada
Tampak seperti gambaran mirip kerucut
Tidak ada
Tidak ada
Perdarahan lebih banyak
Tidak ada

Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api adalah jenis


peluru, kecepatan peluru, jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat
penembakan dan densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk.11
F. Hal yang Diperhatikan Sewaktu Memeriksa Luka
Dalam memberikan gambaran tentang luka, hendaknya setiap luka
diperiksa seteliti-telitinya dan ditentukan hal-hal berikut.2,6
1.

Lokalisasi
Letak luka terhadap garis ordinat atau absis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat. Sebagai absis dapat
digunakan garis besar yang melalui pusat, garis datar puting susu, garis datar
melalui ujung tulang belikat. Pada luka tembak lokalisasi di ukur dari tumit
dan dari garis yang melalui tulang dada atau tulang punggung.

19

2.

Ukuran
a.

Ditentukan panjang luka, diukur setelah luka dirapatkan terlebih


dahulu, dalam luka diukur jaraknya dari organ yang terdalam yang terkena
sampai permukaan lubang pada kulit.

b.

Jumlah luka, dihitung jumlah luka yang terdapat di seluruh tubuh.

c.

Sifat luka, meliputi sudut luka, tepi luka, dasar luka, ada atau
tidaknya jembatan jaringan, rambut terpotong atau tidak, sekitar luka
terdapat memar atau tidak, apa dari luka ada sesuatu yang keluar. Dari sifat
dan bentuk luka akan dapat ditentukan macam luka dan mungkin juga
benda yang menjadi penyebabnya.

d.

Benda asing. Ada atau tidaknya benda asing pada luka seperti
pecahan gelas, ujung pisau yang patah.

e.

Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati.

f.

Luka tersebut menyebabkan kematian atau tidak misalnya bila


terdapat banyak luka, luka manakah yang menimbulkan kematian.

g.
3.

Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan.


Jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka.
Umumnya luka akibat kekerasan pada kasus pembunuhan, bunuh diri, atau

kecelakaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut3,8 :

Jumlah luka
Jenis luka

Pembunuhan
Bagian tubuh yang
vital
Banyak
Luka tusuk, laserasi

Arah luka

Tidak tentu

Lokasi luka

Bunuh Diri
Daerah yang mudah
dijangkau
Banyak
Luka potong atau
tusuk
Dari kiri ke kanan dan
dari atas ke bawah

20

Kecelakaan
Bagian tubuh
yang terpapar
Tunggal/banyak
Abrasi, memar,
laserasi
Tidak tentu

Pakaian
Luka tangkis
Luka
percobaan
Cedera
sekunder

Terkena
Ada
Tidak ada

Tidak terkena
Tidak ada
Ada

Terkena
Tidak ada
Tidak ada

Mungkin ada

Tidak ada

Mungkin ada

21

BAB IV
ASPEK MEDIKOLEGAL VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP

a. Aspek Medikolegal
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka
akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan
kejelasan dari permasalahan sebagai berikut11:
a. Jenis luka apa yang terjadi
b. Jenis kekerasan atau senjata apa yang menyebabkan luka
c. Bagaimana kualifikasi luka itu
Pengertian kualifikasi luka di sini semata-mata pengertian ilmu
Kedokteran Forensik, yang hanya baru dipahami setelah mempelajari pasal-pasal
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang bersangkutan dengan BAB
XX (tentang penganiayaan), terutama pasal 351 dan pasal 352; dan BAB IX
(tentang arti beberapa istilah yang dipakai dalam kitab undang-undang), yaitu
pasal 90.11
Pasal 351
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

22

4) Dengan pengiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.


5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 354 dan pasal 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk melakukan
pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling
banyak tiga ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap terhadap orang yang berkerja padanya atau menjadi bawahannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
-

Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau


pekerjaan pencaharian.

Kehilangan salah satu panca indra.

Mendapat cacat berat (verminking).

Menderita sakit lumpuh.

Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.

Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan 4 jenis tindak pidana yaitu11:

23

Penganiayaan ringan

Penganiayaan

Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat

Penganiayaan yang mengakibatkan kematian


Oleh karena istilah penganiayaan merupakan istilah hukum, yaitu:

dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang,


maka di dalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan
istilah penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak itu urusan Hakim.
Demikian pula dengan istilah menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk
dapat dipastikan secara obyektif, maka kewajiban dokter di dalam membuat
Visum et Repertum hanyalah menentukan secara obyektif adanya luka, dan bila
ada luka dokter harus menentukan derajatnya.11
Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga jenis
tindak pidana yang telah disebutkan tadi, yaitu11:
-

Penganiayaan ringan

Penganiayaan

Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat


Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan

penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian; di


dalam ilmu Kedoketeran Forensik pengertiannya menjadi: luka yang tidak
berakibat penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian. Luka ini dinamakan luka derajat pertama.11

24

Bila sebagai akibat penganiayaan seseorang itu mendapat luka atau


menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, akan tetapi hanya untuk sementara waktu saja, maka luka ini
dinamakan luka derajat kedua.11
Apabila penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang
disebut dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat ketiga.11
Dengan demikian di dalam penulisan kesimpulan Visum et Repertum
kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifikasi luka adalah sebagai berikut11:
1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian untuk sementara waktu.
3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum luka berat (pasal 90 KUHP).
Suatu hal yang penting harus diingat di dalam menentukan ada tidaknya
luka akibat kekerasan adalah adanya kenyataan bahwa tidak selamanya
kekerasaan itu akan meninggalkan bekas atau luka. Kenyaatan tersebut antara lain
disebabkan adanya faktor yang menentukan terbentuknya luka akibat kekerasan
suatu benda, yaitu luas permukaan benda yang bersentuhan dengan tubuh. Bila
luas permukaan benda yang bersentuhan dengan tubuh itu cukup besar, yang
berarti kekuatan untuk dapat merusak menimbulkan luka yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan benda yang mempunyai luas permukaan yang mengenai
tubuh lebih kecil.11

25

Dengan perkataan lain tidak selamanya kekerasaan itu akan menimbulkan


kelainan atau luka, sedangkan adanya luka sudah dapat dipastikan adanya
kekerasan.11
Dengan demikian pada kasus perlukaan akan tetapi tidak ditemukan luka,
maka dalam penulisan: kesimpulan Visum et Repertum yang dibuat, haruslah
ditulis tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dan jangan dinyatakan secara
pasti bahwa dalam pemeriksaan tidak ada kekerasan.11
Faktor lain yang juga harus diingat adalah faktor waktu, oleh karena
dengan berjalannya waktu maka suatu luka dapat menyembuh dan tidak
ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan. Dalam hal yang demikian penulisan
di dalam kesimpulan Visum et Repertum juga berbunyi tidak ditemukan tandatanda kekerasan.

26

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan analisis pada kasus ini dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
1. Kekerasan yang terjadi pada korban akibat dari kekerasan mekanik
persentuhan benda tajam berupa luka bacok.
2. Luka tersebut menyebabkan terputusnya otot, pembuluh darah dan saraf

pada lengan bawah (n. ulnaris), yang mengakibatkan penyakit atau


halangan untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas selama enam bulan.

27

Anda mungkin juga menyukai