Diajukan Kepada :
dr. Yunani Setyandriana Sp.M
Disusun Oleh :
Syarafina Awanis
20100310179
Oleh :
Syarafina Awanis
20100310179
Disahkan oleh :
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam
presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan
profesi di bagian Ilmu Mata dengan judul :
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIALIS
Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Yunani Setyandriana, Sp.M selaku dokter spesialis Mata selaku Pembimbing dan
Penguji di Eye Center Asri Medical Center.
2. dr. Imam Masduki, Sp.M selaku dokter spesialis Mata PKU Muhammadiyah
3.
Yogyakarta.
dr. NS Meida, Sp. M selaku dokter spesialis Mata PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta.
4. dr. Nurfifi, Sp. M selaku dokter spesialis Mata PKU Muhammadiyah Bantul
Yogyakarta.
5. Teman-teman koass serta tenaga kesehatan PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang
telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan
presentasi kasus di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Yogyakarta , 11 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. LAPORAN KASUS
1
2
3
4
6
A.
Identitas
B.
Anamnesis
Keluhan Utama
Pemeriksaan Fisik
C.
Diagnosis kerja
D.
Diagnosis Banding
E.
Penatalaksanaan
Anatomi
10
B.
Fisiologi
11
C.
Lensa Kontak
13
D.
Definisi
16
E.
Etiologi
16
F.
patofisiologi
17
G.
Gejala klinis
18
H.
Klasifikasi
18
I.
Diagnosis
22
J.
Diagnosis Banding
23
K.
Penatalaksanaan
25
L.
Komplikasi
26
M.
Prognosis
26
N.
Pencegahan
26
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAB I
LAPORAN KASUS
A.
IDENTITAS
Nama
Umur
: 15 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Alamat
: Dukuh Mantrijron
Agama
: Islam
No. RM
: 609611
5
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan pemeriksaan fisik pada tanggal 23 febuari 2016 di poli
b. Kesadaraan
: compos mentis
c. Tekanan darah
: 120/80
d. Nadi
: 78 x/menit
e. Frekuensi nafas
f. Suhu
: 20 x/menit
: 36,3
Status ofttalmologi
Gambar :
Keterangan :
1. Infiltrate berupa titik- titik pada permukaan kornea
2. Injeksi siliar
Oculi dextra (OD)
PEMERIKSAAN
0.16
Tidak dilakukan
-0,25sph, -4cyl
Gerak bola mata,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperesmis (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektopion (-),
entropion (-)
Edem (-), injeksi
konjungtiva (-),
injeksi siliar (+),
infitrat (-),
hiperemis (-),
pinguekula (+)
merah
Bulat,edema (-),
ulkus (-), keratik
presipitat (-),
infiltrat (+) bulat
kecil, sikatrik (-)
,sensibilitas normal
Jernih, cukup, arkus
senilis (-), hipopion
(-), hifema (-)
Kripta (+), warna
coklat (-), edema (-),
synekia (-)
Bulat, diameter 3
mm, letak sentral,
reflek pupil
langsung (+), reflek
pupil tak langsung
VISUS
PINHOLE
KOREKSI
BULBUS OKULI
PALPEBRA
OCULI SINISTRA
(OS)
0,4
Tidak dilakukan
-0,50sph, -4cyl
Gerak bola mata,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperesmis
(-), blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektopion (-), entropion
(-)
KONJUNGTIVA
SKLERA
KORNEA
merah
Bulat,edema (-), ulkus
(-), keratik presipitat (-),
infiltrat (+) bulat kecil,
sikatrik (-) ,sensibilitas
normal
CAMERA OCULI
ANTERIOR (COA)
IRIS
PUPIL
(+)
Jernih, letak sentral
jernih
Tidak dilakukan
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Epifora (+)
LENSA
VITREUS
RETINA
PERSEPSI WARNA
LIGHT PROJECTION
FUNDUS REFLEKS
TIO
SISTEM LAKRIMALIS
C. DIAGNOSA KERJA
ODS keratitis pungtata superficialis
Dasar diagnosis :
Anamesis : Mata kanan dan kiri terasa nyeri, merah, pandangan kabur, mata menjadi sensitif
terhadap cahaya atau silau serta berair
Conjungtiva
Kornea
Sistem lakrimalis
: epifora (+)
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Konjungtivitis
2. Uveitis anterior
E. PENATALAKSANAAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI.
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter horizontal ratarata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal sedangkan permukaan
posterior berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan
kornea bervariasi dengan rata-rata 0,65 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian
tengah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan
posterior kornea. Radius kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius
kurvatur permukaan posterior rata-rata 6,5 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada
bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior
lebih datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kirakira
1,3
cm
atau
1/14
dari
total
area
mata.
1. Epitel
2. Membran bowman
3. Stroma
4. Membran descement
5. Endotelium
B.
FISIOLOGI KORNEA
Kornea memiliki tiga fungsi utama, yaitu media refraksi, media transmisi sinar (400 700
nm), dan fungsi proteksi.
a) Epitel
Terdapat dua fungsi utama epitel: (1) membentuk barier antara dunia luar dengan
stroma kornea dan (2) membentuk permukaan refraksi yang mulus pada kornea dalam
interaksinya dengan tear film. Barier dibentuk ketika sel-sel epitel bergerak dari lapisan
basal ke permukaan kornea, secara progresif berdiferensiasi hingga sel-sel superfisial
membentuk dua lapisan sel tipis yang melingkar yang dihubungkan oleh tight junction
(zonula okluden), merupakan membran yang bersifat semipermiabel dan resistensi
10
tinggi. Barier ini mencegah masuknya cairan dari tear film ke stroma dan juga
melindungi struktur kornea dan intraokuler dari infeksi oleh patogen. Mikrovili pada
hampir seluruh permukaan superfisial sel-sel epitel dilindungi oleh glikokaliks sehingga
dapat berinteraksi dengan lapisan musin tear film agar permukaan kornea tetap licin.
Berbagai proses metabolik, biokemikal dan fisikal tampaknya mempunyai tujuan
primer mempertahankan keadaan lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barier dan
agar permukaan kornea tetap licin. Permukaan kornea yang licin berperan penting
dalam terbentuknya penglihatan yang jelas.1
b) Membrana Bowman
Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma, yang berfungsi sebagai
barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan Bowman menghalangi penyebaran infeksi ke
dalam stroma yang lebih dalam. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi sehingga bila
terjadi trauma akan diganti dengan jaringan parut.5,6
c) Stroma
Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen dan proteoglikan. Matriks
ekstraselular ini memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi kornea. Stroma
terdiri atas kolagen yang diproduksi oleh keratosit dan lamella kolagen. Karena ukuran
dan bentuknya seragam menghasilkan keteraturan yang membuat kornea menjadi
transparan. Serat-serat kolagen tersusun seperti lattice (kisi-kisi), pola ini berfungsi
untuk mengurangi hamburan cahaya.4,5
Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu 70%. Proteoglikan yang
merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat hidrofilik pada stroma. Hidrasi sangat
dikontrol oleh barier epitel dan endotel serta pompa endotel.4,14
11
d) Membrana Descemet
Membrana Descemet bersifat elastis dan lebih resisten terhadap trauma dan penyakit,
dari pada bagian lain dari kornea.5,6
e) Endotel
Dua faktor yang berkontribusi dalam mencegah edem stroma dan mempertahankan
kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel. Fungsi barier
endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-sel endotel.5
f) Pompa endotel
Stroma kornea memiliki konsentrasi Na+ 134 mEq/L sedangkan humor aquous 143
mEq/L. Perbedaan osmolaritas tersebut menyebabkan air berpindah dari stroma ke
humor aquous melalui osmosis. Mekanisme ini diatur oleh pompa metabolik aktif selsel endotel. Pompa metabolik ini dikontrol oleh Na+ / K+ ATPase yang terletak di
lateral membrane. Dalam menjalankan fungsinya pompa endotel tergantung pada
oksigen,
glukosa,
metabolisme
karbohidrat
dan
adenosine
triphosphatase.
Keseimbangan antara fungsi barier dan pompa endotel akan mempertahankan keadaan
deturgesensi kornea.5
C.
LENSA KONTAK
Lensa kontak adalah potongan ajaib dari plastik yang memungkinkan anda untuk
melihat tanpa kacamata. Dalam kebanyakan kasus, lensa kontak digunakan sebagai
pengganti kacamata. Lensa kontak juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
mata tertentu atau dapat digunakan untuk tujuan kosmetik untuk mengubah
penampakan
warna
mata
anda.5,6
Berbagai jenis lensa kontak yang tersedia saat ini dapat dikelompokkan menurut:6
12
Hard lensa terbuat dari polymethyl methacrylate (PMMA); juga dikenal sebagai kaca
atau Lucite. Lensa ini hampir tidak ada dan jarang digunakan.
Lensa lunak terbuat dari plastik, mengandung air seperti gel (hydrogel), dan merupakan
jenis yang paling umum. Lensa lunak sedikit lebih besar dari ukuran dari kornea.
Lensa gas permeable (GP), juga dikenal sebagai rigid gas permeable (RGP) atau
"oxygen permeable" lenses, yang dibuat kaku, plastik tanpa air dan sangat baik untuk
presbiop dan astigmatisme tinggi. Lensa ini biasanya diameternya berukuran sekitar
delapan milimeter yang ukurannya lebih kecil dari kornea.
B. Lama Pemakaian.
Sampai tahun 1979, setiap pemakai lensa kontak melepas dan membersihkan lensa kontak
pada malam hari. Adanya jenis "extended wear" memungkinkan pemakai untuk tidur
dengan lensa kontak. Sekarang, dua jenis lensa yang diklasifikasikan berdasarkan lama
pemakaian:
Daily wear - harus dilepaskan pada malam hari.
1. Extended wear - dapat dipakai semalaman, biasanya selama tujuh hari berturut-turut
tanpa dilepaskan.8
2. Desain Lensa.
Banyak desain lensa yang tersedia untuk memperbaiki berbagai jenis masalah penglihatan:
Spherikal lensa kontak adalah desain, khas bulat lensa kontak, yang dapat memperbaiki
myopia (rabun jauh) atau hyperopia (rabun jauh).
13
Bifokal lensa kontak mengandung zona yang berbeda untuk penglihatan dekat dan jauh
untuk mengoreksi presbiopia.
Lensa kontak torik untuk mengoreksi astigmatisme, serta untuk miopia dan hyperopia.
Semua lensa ini dapat dibuat khusus untuk mata yang sulit dikoreksi. Banyak desain
lainnya yang tersedia. Biasanya jenis ini jarang dan dibuat untuk digunakan dalam
situasi khusus, seperti mengoreksi keratoconus.7,8
3. Tujuan Pemakaian
Sebuah lensa kontak korektif dirancang untuk memperbaiki penglihatan. Kondisi yang
diperbaiki dengan lensa kontak termasuk miopia, hypermetropia, silindris dan
presbyopia.
Lensa kontak kosmetik didesain untuk merubah penampilan bola mata. Lensa jenis ini selain
dapat
digunakan
untuk
mengkoreksi
kelainan
refraksi,
namun
dapat
juga
14
Lensa kontak soft sering digunakan dalam pengobatan dan terapi gangguan mata yang bukan
refraksi. Sebuah bandage contact lens melindungi kornea yang terluka atau penyakit
kornea dari gesekan kelopak mata saat terus-menerus berkedip sehingga membantu
penyembuhan kornea. Saat ini sedang dikembangkan lensa kontak yang dapat
mengalirkan obat ke mata.
4. Bahan Lensa Kontak
C.
Ada beberapa jenis larutan pembersih yang tersedia. Jenis-jenis larutan adalah sebagai
berikut:8
Larutan pembersih : Sebuah larutan pembersih yang menghilangkan kotoran, lendir dan
debris yang menumpuk selama memakai lensa. Lensa harus digosok dengan lembut
selama beberapa detik untuk melarutkan debris dan kemudian dibilas dengan larutan
garam.
Larutan pembilas : Setelah dibersihkan, lensa harus dibilas dengan larutan garam lensa
kontak.
Larutan disinfeksi : Larutan desinfeksi menghambat dan/ atau membunuh bakteri dan
mikro organisme berbahaya lainnya pada lensa yang dapat menyebabkan infeksi mata.
15
Setelah pembersihan dan pembilasan lensa, lensa harus disimpan semalaman dalam
tempat penyimpanan yang diisi dengan larutan desinfeksi segar.
Larutan pelembab : Larutan yang diteteskan untuk melumasi lensa ketika lensa kontak
sedang dipakai. Larutan tersebut dapat digunakan sepanjang hari untuk menjaga
kelembaban mata dan untuk meningkatkan kenyamanan pemakaian lensa kontak.
D.
Definisi keratitis
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. 7 Peradangan
tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet,
ataupun endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola
keratitis dapat dibagi menurut distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan
distribusinya, keratitis dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal.
Berdasarkan kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, subepitelial stromal, atau
endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di bagian sentral atau perifer kornea,
sedangkan berdasarkan bentuknya terdapat keratitis dendritik, disciform dan bentuk
lainnya.7,8
E.
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1.
Virus
2.
Bakteri
3.
Jamur
16
4.
6.
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya
8.
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti
F.
Patofisiologi
Terdapat beberapa kondisi yang dapat sebagai predisposisi terjadinya inflamasi pada
kornea seperti blefaritis, perubahan pada barrier epitel kornea (dry eyes), penggunaan
lensa kontak, lagopthalmos, gangguan paralitik, trauma dan penggunaan preparat
imunosupresif topical maupun sistemik.6
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh lingkungan, oleh
sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanan.
Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi antimikroba film air
mata (lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadap difusi serta
kemampuan epitel untuk beregenerasi secara cepat dan lengkap.6
Epitel adalah merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke
dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma yang avaskuler dan lapisan
bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksi dengan organisme yang bervariasi,
termasuk bakteri, amoeba dan jamur. Sreptokokus pneumonia adalah merupakan
pathogen kornea bacterial, pathogen-patogen yang lain membutuhkan inokulasi yang
berat atau pada host yang immunocompromised untuk dapat menghasilkan sebuah
infeksi di kornea.4
Ketika pathogen telah menginvasi jaringan kornea melalui lesi kornea superfisial,
beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi, mulai dari
selanjutnya agen patogen akan menginvasi dan mengkolonisasi pada daerah struma
17
kornea respon tubuh berupa pelepasan antibodi yang akan menginfiltrasi lokasi invasi
agen pathogen. Hasilnya, akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi
pathogen akan membuka lebih luas dan memberikan gambaran infiltrasi kornea. Iritasi
dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang akan berakumulasi
pada lantai dari bilik mata depan) dan selanjutnya agen pathogen akan menginvasi
seluruh kornea. Hasilnya stroma akan mengalamii atropi dan melekat pada membarana
descement yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele yang dimana hanya
membarana descement yang intak. Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari
membrane descement terjadi dan humor aquos akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea
perforate dan merupakan indikasi bagi intervensi bedah secepatnya. Pasien akan
menunjukkan gejala penurunan visus progresef dan bola mata akan menjadi lunak.4
G.
Gejala klinis
Oleh karena kornea bersifat sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi
kornea sering kali mengakibatkan penglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya
berada dibagian central.4
Pada keratitis pungtata superfisial didapatkan lesi kornea berupa lesi epithelia
multiple sebanyak 1 50 lesi (rata rata sekitar 20 lesi didapatkan). Lesi epithelia yang
didapatkan pada keratitis pungtata superfisial berupa kumpulan bintik bintik kelabu
yang berbentuk oval atau bulat dan cenderung berakumulasi di daerah pupil. Opasitas
pada kornea tersebut tidak tampak apabila di inspeksi secara langsung, tetapi dapat
dilihat dengan slitlamp ataupun loup setelah diberi flouresent.4
Sensitifitas kornea umumnya normal atau hanya sedikit berkurang, tapi tidak pernah
menghilang sama sekali seperti pada keratitis herpes simpleks. Walaupun umumnya
respons konjungtiva tidak tampak pada pasien akan tetapi reaksi minimal seperti injeksi
konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien.3
H.
Klasifikasi
Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan lapisan
yang terkena, keratitis dibagi menjadi:
18
epitel
Superfisial
KERATITIS
subepitel
Numularis, disiform
stroma
neuroparalitik
interstitial
Profunda
disiformis
sklerotikan
19
mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di kornea kemudian timbul
infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian dalam yang berhubungan dengan
benjolan yang terdapat di sklera.
c. Keratitis disiformis
Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah reaksi
alergi terhadap virusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa bulan.
Biasanya timbul bila pada kerusakan primer yang diberikan pengobatan dengan
Iodium atau dalam pengobatan dahulu pernah diberi kortikosteroid. Kekeruhan
kornea tampak di lapisan dalam kornea, di pinggirnya lebih tipis daripada bagian
tengah.
Sensibilitas
kornea
menurun.
Hampir
tidak
pernah
disertai
I.
Diagnosis
Subyektif : Anamnesis
Dari anamnesis biasanya didapatkan gejala seperti :
fotofobia
penglihatan menurun karena kornea keruh akibat infiltrasi sel radang dan
mengganggu penglihatan apabila terletak di sentral
Gejala : mata merah (injeksi siliar), fotofobia, mata berair, gangguan penglihatan
Tanda :
-
Disiformis
Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan dengan Slit Lamp
b. Tes Placido
Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan kornea
penderita.Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur, disebut Placido (-),
pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak teratur, Placido
(+) berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat.
c. Tes Fluoresin
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan memasukkan
kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus konjungtiva inferior setelah
terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian penderita disuruh mengedip beberapa
waktu dan kertas fluoresinnya dicabut. Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan
fluoresin tetes. Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau.
d. Tes Fistel / Siedel Test
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin, bola
mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari fistel, sehingga cairan
COA dapat mengalir keluar melalui fistel, seperti air mancur pada tempat ulkus
dengan fistel tersebut.
e. Pemeriksaan visus
f. Pemeriksaan bakteriologik, dari usapan pada ulkus kornea
Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan tes resistensi. Dari
pemeriksaan hapusan langsung dapat diketahui macam kuman penyebabnya.
g. Bila banyak monosit diduga akibat virus :
23
Diagnosis Banding
1. Ulkus kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Dikenal dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus kornea sentral dan marginal atau
perifer.12
Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes
simpleks. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah Streptokokkus
alfa hemolitik, Streptokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas
aeruginosa, Nocardia asteroids, Alcaligenes sp., Streptokokkus beta hemolitik, dll.
Pada ulkus kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epite yang
dikelilingi leukosit polimorfnuklear. Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat
reaksi hipersensitivitas disekitarnya.12
Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan
descement reaksi jaringan uvea, berupa hipopion, hifema dan sinekia posterior.
Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membuat diagnosa kausa.
Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH.12
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata.Konjungtivitis menunjukkan gejala yaitu
hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi
hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak dan mata terasa seperti ada benda
asing.
Ulkus kornea dapat diadiagnosis banding dengan konjungtivitis dilihat dari
gejala mata
sehingga tidakada gangguan visus yang berbeda dengan ulkus kornea dimana terjadi
kekeruhan lensa.
3. Keratomikosis
Keratomikosis merupakan suatu infeksi kornea oleh jamur.Biasanya dimulai
oleh suatu
ruda paksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian-bagian
24
tumbuhan. Setelah beberapa hari pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan
silau.12
Keratomikosis dapat didiagnosis banding dengan ulkus kornea karena
menujukkan
K.
Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab, misalnya antibiotik, antijamur,
dan anti virus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil
laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti. Untuk virus
dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir.Untuk bakteri gram positif pilihan
pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat
diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B.Pemberian antibiotik juga diindikasikan
jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan
bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu : natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu
obat yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. Terkadang, diperlukan lebih dari satu
macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang
tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea. Obat tetes mata atau salep
mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis,
tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
Medikamentosa lain diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh
penyulit misalnya, untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif
lainnya, maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi dapat
diberikan steroid ringan. Untuk mata kering diberikan air mata buatan. Pemberian air mata
buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik,
meningkatkan viskositas, dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar.
Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga menghilangkan keluhan
25
subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada pemeberian steroid dapat menyebabkan
kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang infeksi dari virus jika memang
etiologi dari KPS tersebut adalah virus.
Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E,
serta antioksidan lainnya.
L.
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan perforasi kornea yang dapat
mengakibatkan endopthalmitis dan hilangnya penglihatan.
M.
Prognosis
Prognosis bergantung pada virulensi organisme, lokasi dan perluasan ulkus kornea,
vaskularisasi dan deposit kolagen, diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu
mengurangi komplikasi. Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung
baik meskipun tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus
ini karena diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon
terhadap virus ataupun bakteri.
N.
Pencegahan
Pemakaian lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril
untuk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk
membersihkan lensa kontak. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak
bila mata menjadi merah dan timbul iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya diganti.
26
Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena
organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau
bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata. Kacamata dengan lapisan anti
ultraviolet dapat membantu mengurangi pajanan.
BAB III
KESIMPULAN
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Berdasarkan
distribusinya, keratitis dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan
kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, subepitelial stromal, atau endotelial.
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan kornea, dan
akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya
penglihatan. Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor dan dapat mengakibatkan
penurunan visus derajat ringan sampai berat. Virulensi organisme yang bertanggung jawab
atas keratitis, luas dan lokasi ulkus kornea, hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen
merupakan faktor yang menentukan prognosis.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. K.Weng Sehu et all. Opthalmologic Pathology. Blackwell Publishing. UK. 2005. p.62.
2. Ilyas, Sidarta : Anatomi dan Fisiologi mata dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12.
3. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. ABC of Eye Foutrth Edition. BMJ Books. p. 17-19.
4. Tasman W, Jaeger EA. Duanes Ophtalmology. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2007
5. Chern KC. Emergency Ophtalmology a Rapid Treatment Guide. Mc Graw-Hill. 2002.
6. Raymond L. M. Wong, R. A. Gangwani, LesterW. H. Yu, and Jimmy S. M. Lai. New
Treatments for Bacterial Keratitis. Department of Ophthalmology, Queen Mary
Hospital, Hong Kong. 2012
7. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI. Hal: 56
8. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical
Association.1997.
dept/service/cornea/cornea.htm
9. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San
Fransisco 2008-2009. p. 179-190
10. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :
EGC. 2009. p. 125-149.
28
11. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.147178
12. Lang GK. Cornea. In : Lang GK. Ophthalmology A Short Textbook Atlas. 2nd edition.
Stuttgart ; thieme ; 2007. p. 462-466.
29