Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ana Oktaviani

NIM: 1105620029

Mata Kuliah: Konsep Dasar Bahasa dan Literasi Anak Usia Dini

Dosen Pengampu: Ade Dwi Utami, S.Pd., M.Pd., Ph.D

PERAN ORANG TUA DALAM LITERASI DIGITAL ANAK USIA DINI PADA
MEDIA SOSIAL YOUTUBE

I. Pendahuluan

Suatu negara dikatakan maju apabila memenuhi syarat yaitu memiliki masyarakat yang
terdidik. Pendidikan mencerminkan kualitas suatu bangsa karena dengan pendidikan dapat
memperbaiki penerus bangsa sebagai langkah nyata dalam memajukan suatu negara. Salah
satunya dengan penerapan literasi sejak dini. Literasi adalah sebuah usaha dalam
memaksimalkan keahlian dan potensi individu. Pemberian literasi sejak usia dini dapat
mewujudkan lahirnya anak-anak yang cerdas, kreatif, dan berpikir logis dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Menurut World’s Most Literate Nations Ranked pada tahun 2016,
budaya literasi Indoneisa berada pada posisi ke-60 dari 61 negara. Data ini menunjukkan
bahwa literasi Indonesia sangat rendah, hanyak sekitar 1% dari populasi Indonesia yang suka
membaca. Penerapan literasi pada anak usia dini adalah cara terbaik dan sasaran tepat untuk
menerapkan budaya literasi di Indonesia.

Namun, pada era digital ini banyak anak-anak yang menggunakan gawai dan internet.
Hal ini menjadi salah satu pemicu kemunduran literasi pada anak karena anak cenderung
hanya bermain games dan menonton video YouTube. Padahal gawai mempunyai fungsi yang
dapat membantu pekerjaan seseorang dan memudahkan untuk mendapatkan informasi terkini.
Indonesia dinobatkan sebagai negara peringkat ke-5 terbesar penggunaan gawai di dunia. Hal
ini dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bahwa terdapat 47
juta jiwa pengguna gawai, di mana 79,5% berasal dari kalangan anak usia dini dan remaja.

Selain itu keberadaan era digital dan kemajuan teknologi telah diprediksi dapat
membuat generasi Y dan Z lebih mahir menggunakan teknologi karena mereka tumbuh
berdampingan pada saat teknologi telah maju. Generasi Y adalah generasi yang lahir pada
tahun 1980-2000 generasi ini juga disebut dengan generasi digital atau millenials. Generasi Y
lahir saat internet mulai masuk dan berkembang. Sedangkan generasi Z adalah generasi yang
lahir pada tahun 1996-2015 yang artinya pada tahun 2021 rentan usia mereka adalah 6-25
tahun. Generasi ini juga disebut sebagai generasi Alpha. Karateristik setiap generasi berbeda-
beda ditentukan oleh perubahan dan kondisi demografik saat itu. Generasi Y dan Z sangat
bergantung pada teknologi terutama internet. Sehingga generasi sebelum Y dan Z akan
berbeda pandangannya mengenai teknologi dan cenderung kurang mahir dalam
menggunakannya.

II. Metodologi Literatur Review

Definisi literasi menurut National Institute for Literacy adalah kemampuan individu
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Artinya adalah definisi
literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Pada era
digital ini terdapat definisi mengenai literasi digital. Literasi digital merupakan kemampuan
menemukan, memahami, mengevaluasi, membuat, dan mengomunikasikan informasi digital
dalam berbagai format dari berbagai sumber ketika disajikan melalui komputer (teknologi
informasi dan komunikasi lainnya) (Rahayu et al., 2019). Literasi digital ini memungkinkan
penggunaan gawai yang berdampak positif pada tingkat literasi anak melalui digital. Selain
itu bukan hanya dampak positif melainkan dampak negatif pun dapat terjadi ketika anak tidak
bijak menggunakan media digital.

Beberapa dampak positif dan negatif yang terjadi pada anak dengan adanya media
digital, berikut penjelasannya:

Dampak positif

1. Anak mencintai kebebasan


Pada generasi net mereka sangat menyukai kebebasan berpendapat, berkreasi, dan
berekspresi. Anak-anak pada generasi ini menyukai pelajaran yang bersifat
eksplorasi, sehingga dengan menggunakan media sosial mereka dapat menemukan
pembelajaran yang lebih kompleks dan menarik perhatiannya. Pembelajaran pun
tidak bersifat pasif, banyak hal-hal baru yang mereka temui dalam media sosial
sehingga mereka dapat mengembangkan temuannya itu dalam bentuk nyata.

2. Percaya diri
Di era teknologi ini anak yang telah menguasai digital lebih dahulu akan lebih
merasa percaya diri dibandingkan dengan anak yang belum mengenal bahkan
mempelajari digital. Mereka mampu menjalin pertemanan yang lebih luas seiring
berkembangnya teknologi karena mereka sudah memahami mengenai teknologi.
Anak-anak di era digital sudah memahami bagaimana cara menggunakan teknologi,
maka dari itu jika anak belum memahami teknologi mereka akan tertinggal dan
tidak memiliki kepercayaan diri.

3. Anak cenderung menyukai hal yang detail


Generasi ini dapat memperoleh segala informasi dan gambar dengan hanya menulis
topik yang ingin ditelusuri. Dengan ini mereka tidak akan terpengaruhi oleh berita
hoax atau belum tau kebenarannya.
4. Berpikir kritis dan aktif
Dengan literasi digital anak dapat memilah-milah informasi yang ia dapat, sehingga
anak tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang beredar. Ia akan mencari lebih
detail mengenai hal yang ia temui hal ini dapat melatih anak untuk berpikir kritis
dan aktif dalam mencari sumber-sumber yang terpercaya.

Dampak Negatif
1. Anak kurang produktif
Hal ini terjadi ketika penggunaan internet secara berlebihan. Di internet anak
dapat melihat apa saja yang ia ingin lihat sehingga ia sudah menemukan
dunianya tanpa merasa peka dengan lingkungan sekitar. Yang anak inginkan
hanya menonton seharian atau bermain permainan online.

2. Kurang bersosialisasi
Anak-anak banyak menghabiskan waktunya untuk sendirian di depan internet,
sehingga mengganggu perkembangan anak pada aspek sosialnya. Anak hanya
fokus dengan apa yang ia kerjakan dan sering kali tidak mau diganggu, jika
diganggu mereka akan marah dan menangis. Yang anak inginkan hanya
menghabiskan waktunya dengan internet.

Penggunaan gawai dan internet di kalangan anak usia dini yang berusia 2-5 tahun
menurut penelitian memberikan dampak positif pada perkembangan literasi, matematika,
sains, pemecahan masalah, dan self efficacy (Heorodotou, 2018). Menurut paparan Joan Ganz
Cooney Center di Amerika Serikat menemukan bahwa anak-anak usia 5 tahun yang
menggunakan aplikasi edukasi gawai mengalami peningkatan kosakata sekitar 27%
sedangkan anak usia 3 tahun mengalami peningkatan sebanyak 17% (Wulandari, 2016).
Dalam penelitian lain mengatakan bahwa usia optimal untuk memperkenalkan gawai adalah
di atas usia 2-3 tahun, hal ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas fisik dan interaksi
sosial (Wulandari, 2016).

Pada literasi digital yang menggunakan gawai dan internet sebagai sarana pembelajaran
memiliki konsep tersendiri. Konsep literasi digital pertama kali dikemukakan dengan salah
satu fokus terkait bagaimana menjadi khalayak yang mampu untuk melakukan pencarian,
pengolahan, dan penggunaan berbagai informasi secara online (Glister, 1997). Literasi digital
harus mampu menanamkan kemampuan pada anak untuk berpikir kritis dan peka terhadap
berbagai fenomena sosiokultural yang ada. Teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi
sebagai bagian dari kehidupan yang berjalan berdampinganseiring dengan perkembangan
manusia.

Di Indonesia penggunaan media sosial YouTube marak dipergunakan, peningkatannya


pun semakin naik apalagi di kalangan anak usia dini, sehingga media sosial YouTube
menjadi media sosial nomor satu di Indonesia. YouTube dapat membawa anak pada dunia
mereka melalui tayangan konten videonya. YouTube memberikan konten dengan video dan
audio visual yang menarik anak. Hal ini yang menyebabkan adanya rangsangan kompleks
pada anak dalam waktu bersamaan ketika menonton video YouTube. Berdasarkan penelitian
dibuktikan bahwa media audio visual memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.
Seperti penelitian dalam junrla behavioral development yang menyebutkan bahwa media
audio visual mempengaruhi keterampilan berbahasa anak (Fort, 2012).

YouTube memberikan layanan berbagai video secara gratis sehingga memungkinkan


penggunanya dapat mengakses video-video yang tersedia. Kecenderungan menonton
YouTube ini naik 60% tiap tahunnya dan 40% tiap harinya. YouTube mampu memberikan
berbagai informasi yang berbeda dengan media sosial lainnya sehingga menarik minat anak
untuk menonton video di YouTube. Oleh karena itu, pendampingan orang tua selama anak
berinteraksi dengan YouTube menjadi kunci dalam efektifitas stimulasi yang terjadi.
Penggunaan gawai pada anak usia dini pun memerlukan pendampingan orang tua dengan
adanya komunikasi atau dialog antara anak dan orang tua, di mana orang tua memberikan
arahan kepada anak bagaimana menggunakan media sosial YouTube dengan bijak.

Dengan maraknya penggunaan media sosial YouTube maka ini dapat dijadikan sebagai
sumber literasi digital agar anak tidak tertinggal mengenai literasi. Pemerintah pun
mengharapkan YouTube sebagai media belajar literasi digital anak usia dini. Dengan ini
diharapkan anak usia dini tidak hanya semata-mata menggunakan teknologi tanpa adanya
ilmu yang didapat, dengan teknologi anak mampu mengimbanginya dengan
perkembangannya. Selain itu orang tua memiliki peran yang penting dalam literasi digital
menggunakan media sosial YouTube.

Orang tua berperan sebagai pemberi fasilitas untuk memenuhi sarana dan prasarana
anak dalam era digital ini. Beberapa sarana dan prasarana yang diberikan oleh orang tua
kepada anak, seperti internet, laptop, dan gawai. Selain itu orang tua memiliki peran untuk
menenyesuaikan dirinya dengan dunia yang anak jalani dengan teknologi yang semakin maju.
Perbedaan generasi orang tua dan anak memiliki perbedaan dalam berbagai hal salah satunya
teknologi. Pada generasi orang tua teknologi belum mencapai kemajuan yang pesat bahkan
belum banyak yang mengenal teknologi, tetapi pada generasi anak terutama generasi Y dan Z
sudah akrab dengan teknologi. Lahirnya mereka ke dunia bersamaan dengan kemajuan
teknologi yang semakin maju.

Orang tua tidak dapat menghindari perkembangan zaman, sehingga orang tua perlu
menyesuaikan dirinya dengan dunia anak yang berdampingan dengan teknologi. Orang tua
perlu memahami lebih dalam mengenai media digital sebagai bekal untuk memberikan
pengawasan terhadap anak. Orang tua yang peduli terhadap anak adalah orang tua yang
terlibat dalam pembentukan seorang anak. Orang tua sebagai pengawas dan pembimbing
anak dalam pembelajaran digital diharapkan dapat membuat anak mampu menggunakan
fasilitas digital dengan baik, salah satunya adalah untuk kemampuan literasi anak.

Media sosial yang sangat populer di Indonesia adalah YouTube sehingga diharapkan
YouTube dapat menjadi sarana belajar anak dalam meningkatkan kemampuan literasi digital.
Perlu diingat bahwa YouTube berperan sebagai media informasi dan ilmu pengetahuan bagi
anak dalam menambah wawasan anak, selain itu YouTube juga menyediakan fasilitas dalam
bentuk video yang setiap kontennya dapat menarik perhatian anak, bahkan anak dapat
mengalami kencanduan dalam menonton YouTube karena fasilitas yang disediakan membuat
anak merasa ada di dunianya sendiri. Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang penting
dalam pembelajaran digital dengan media sosial YouTube.

Fatmawati, Ika, Nur. Literasi Digital, Mendidik Anak di Era Digital Bagi Orang Tua
Milenial. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, vol.11 no.2 (2019): 119-138.
http://www.e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADANI/article/view/1602/1000

Sumaryanti, Lilis. Membudayakan Literasi Pada Anak Usia Dini dengan Metode
Mendongeng. Journal Basic of Education, vol.03, no.01 (2018): 117-125.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/al-asasiyya/article/view/1332/845

Zaini, Muhammad, and Soenarto. Persepsi Orangtua terhadap Hadirnya Era Teknologi
Digital di Kalangan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol.3
no.1 (2019): 254-264. https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/127/117

Rahmawati, Detta, et. al. Pengembangan Konten Positif sebagai Bagian dari Gerakan Literasi
Digital. Jurnal Kajian Komunikasi, vol.7, no.1 (2019): 31-43.
http://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/20575/10543

Maqsudah, Nihayatul, and Rina Isnai Setyowati. Pemanfaatan YouTube sebagai Media
Belajar Anak Usia Dini di Masa Covid-19 Berbasis Merdeka Belajar. (2020): 95-100.
http://conference.um.ac.id/index.php/ksdp2/article/view/334/pdf

Anda mungkin juga menyukai