Anda di halaman 1dari 19

DIAGNOSIS ANAK BERMASALAH

“DISLEKSIA”
DHEA INTAN RE MAHMUDAH (1601030055)

REVINA YULIANI (1701030067)

Institut Agama Islam Negri (IAIN) METRO


Jl. Ki Hadjar Dewantara 15 A Kota Metro
Email: revinayuliani1207@gmail.com

Abstrak
Istilah disleksia berasal dari Bahasa yunani, yaitu “dys” yang berarti “sulit
dalam” dan lex (berasal dari legein, yang artinya “berbicara”). Menderita disleksia
berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol
tulis atau “kesulitan membaca”. Ada nama-nama lain yang menunjukkan kesulitan
membaca yaitu corrective readers dan remedial readers. Sedangkan menurut
learner, kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut aleksia (alexia).
Gangguan kesulitan membaca (disleksia) menurut tokoh biologi terletak pada
gangguan fungsi otak (pada belajan otak sebelah kiri dan terkadang otak
disebelah otak kanan). Ahli psikologi kognitif dan neuroscientist sampai sekarang
menyetujui bahwa disleksia mempunyai sumber yang sama dalam Bahasa
berbeda, yaitu :penurunan aktifitas dalam konteks kiri, bagian otak dihubungkan
dengan tulisan ke suara.
Kata kunci: Teori, Disleksia , Metode

Abstrak
The term dyslexia comes from the Greek language, namely "dys" which
means "difficult in" and lex (derived from legein, which means "to speak").
Suffering from dyslexia means suffering from difficulties related to written words
or symbols or "difficulty reading". There are other names that show reading
difficulties, namely corrective readers and remedial readers. Whereas according
to the learner, the difficulty of learning to read heavily is often called alexia

1
(alexia). Disorders of reading difficulties (dyslexia) according to biological
figures lies in impaired brain function (in left brain learning and sometimes the
brain next to the right brain). Cognitive psychologists and neuroscientists have
until now agreed that dyslexia has the same source in different languages,
namely: decreased activity in the left context, parts of the brain connected with
writing to voice.
Key Word: Theory, Dyslexia, Method

2
Pendahuluan
Disleksia merupakan berbahasa, berasal dari kata dyz yang berarti tidak
mampu dan lexia berarti kata-lata. Seorang yang , mengalami disleksia pada
akihirnya memilik kelemahan pada beberapa hal lain sepert pembelajaran
disekolah. Tidak mampu mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru
dikarenakan tidak mampunya mencerna kata-kata dan tak mampu pula untuk
berkata-kata. Disleksia merupakan ganguan berbahasa yang berasal dari gangguan
sistem saraf pusat pada otak manusia. Disleksia tidak disebabkan karena
seseorang malas belajar dan tidak temotivasi untuk belajar. Disleksia tumbuh
karena unsur fisik didakam sistem saraf mereka yang mengalaminya. Akibat
gangguan disleksia seorang anak kesulitan membaca, menulis, dan mempersepsi
kata serta kalimat yang diterimanya.1
Istilah disleksia berasal dari Bahasa yunani, yaitu “dys” yang berarti “sulit
dalam” dan lex (berasal dari legein, yang artinya “berbicara”). Menderita disleksia
berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol
tulis atau “kesulitan membaca”. Ada nama-nama lain yang menunjukkan kesulitan
membaca yaitu corrective readers dan remedial readers. Sedangkan menurut
learner, kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut aleksia (alexia).
Disleksia merupakan gangguan berbahasa yang berasal dari dari ganguan
sistem saraf pusat pada otak manusia. Disleksia tidak disebabkan karena seorang
malas belajar dan tidak termotovasi untuk belajar. Disleksia tumbuh karena unsur
fisik didalam sistem saraf mereka ayang mengalaminya. Akibat gangguan
disleksia seorang anak kesulitan membaca, menulis, dan mempersepsi kata serta
kalimat yang diterimanya. Gangguan ini mengakibatkan nilai buruk disekolah dan
prestasi akademik yang ikut memburuk. Sebenarnya gangguan disleksia bukan
dialami oleh mereka yang berintegrasi rendah karena banyak penyandang
gangguan ini justru terbukti jenius seperti Albert Eisten.

1
Afin Murtie, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogyakarta:Maxima, 2016), hlm.
92.

3
Teori Disleksia
Gangguan kesulitan membaca (disleksia) menurut tokoh biologi terletak
pada gangguan fungsi otak (pada belajan otak sebelah kiri dan terkadang otak
disebelah otak kanan). Ahli psikologi kognitif dan neuroscientist sampai sekarang
enyetujui bahwa disleksia mempunyai sumber yang sama dalam Bahasa berbeda,
yaitu :penurunan aktifitas dalam konteks kiri, bagian otak dihubungkan dengan
tulisan ke suara.2
Disleksia merupakan gangguan yang bersifat heterogen, dan masing-masing
ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam melakukan studi disleksia.
Pendapatan kognitif diajukan oleh piaget, yang memandang kemampuan
berbahasa sebagai salah satu kemampuan yang berkembang dari proses
pematangan kognitif. Menurut piaget ada tiga hal pokok dalam perkembangan
Bahasa lisan dan tulisan, yaitu :
1. Proses fonologis , yaitu mengenal dan memproduksi suara
2. Semantic, yaitu pengertian kata-kata
3. Sintaksis, yaitupengaturan kata-kata untuk membentuk suatu kalimat yang
dapat dimengerti
Faktor kognitif lain yang membedakan anak yang terampil dan yang
kuruang adalah kemampuan recode aitem-aitem tercetak (stimulasi visual) dalam
bentuk phonologi repsentation.
Pada perkembangan teori kognitif terbagi menjadi dua teori, yaitu:
a. Teori difisit fanalogi (phonological deficit theory)
b. Double difisit theory 3
Aldemkamp dkk, membagi disleksia imelalui gejala-gejala yang dapat diamati di
dalam klinik, menjadi beberapa subtype:
1. Subtype gangguan visual dan auditif. Dalam hal ini sianak mengalami
ngangguan pemrosesan informasi visual ataupun auditif

2
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, (Yogyakarta:Nuha Litera, 2010),hlm. 163
3
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, (Yogyakarta:Nuha Litera, 2010),hlm 164

4
2. Subtype rendah pada kemampuan verbal, atau rendah pada permormance
dalam hal ini berdasarkan hasil tes intelegensi children weschler test yang
dapat menunjukkn gangguan pada kemampuan verbal, dan mengganggu
pada kemampuan pandang ruang.
3. Language disorder dan ayau articulatory and graphmotor discoordination,
dana tau visual perception disorder. Hal ini dilihat berdasarkan tes prestasi
belajar dengan bentuk tes yang spesifik dan dasar-dasar belajar.
4. Subtype yang berdasarkan penelitian psikolinguistik yaitu dengan subtype
dysphonetic dan subtype dyseidetic
Roel de groot dan j. paagman mengemukakan bahwa gangguan disleksia
sendiri tidak akan berdiri sendiri, karena adanya disleksia juga akan
mempengaruhi ketrampilan lainnya, seperti gangguan menulis (disgrafia), dan
gangguan berhitung (diskalkulia).4
Disleksia menurut pendapat ahli
Menurut Corsini, disleksia merujuk pada kesulitan membaca baik itu
penglihatan atau pendengaran. Inteligensinya normal, dan usia keterampilan
bahasanya sesuai. Kesulitan belajar tersebut akibat factor neurologis dan bukan
disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya lingkungan atau sebab-sebab sosial.
Menurut Guszak, disleksia dinyatakan sebagai kesulitan membaca berat
pada anak yang memiliki kecerdasan normal dan bermotivasi cukup, berlatar
belakang budaya yang memadai dan berkesempatan memperoleh pendidikan serta
tidak bermasalah emosionalnya.
Menurut Bryan dan Mercer, disleksia merupakan suatu bentuk kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, yang secara historis menunjukkan
perkembangan bahasa yang lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan
mengeja serta kesulivan dalam mempelajari system representational misalnya berkenaan
dengan waktu, arah, dan masa.5
Gangguan disleksia ini mempengaruhi persepsi visual seorang terhadap:
1. Huruf dan kata

4
Julia Maria Van Tiel, Anakku Terlambat Bicara, (Jakarta:Prenda, 2008) Hal 289
5
Loeziana, Urgensi Mengenal Ciri Disleksia, Jurnal Ilmiah Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Rainy, Vol 3, No.2, Desember 2017, hal 44.

5
Penyandang disleksia sering terbalik mengucapkan kalimat membaca
dengan cara yang salah.
2. Angka
Penyandang disleksia juga sering terbalik mengartikan angka sehingga
berpengaruh pada pembelajaran lainnya.
3. Simbol tertentu
Adanya beberapa simbol dimana penyandang disleksia juga kurang
mampu membedakan dan mempersepsikan dengan benar.6
Untuk mengenali ciri-ciri anak berkesulitan belajar spesifik kesulitan
membedakan bentuk, kemampuan memahami isi bacaan rendah, sering
melakukan kesalahan saat membaca.7 Sering melakukan kesalahan yang konsisten
dengan mengeja dan membaca, biasanya huruf d dibaca b. Bila manifestasi ini
yang muncul, anak ini termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar disleksia.8
Apa sebenarnya dsleksia? Istilah disleksia berasal dari bahasa yunani kuno
yakni dys: tidak memadai, dan lexis : kata bahasa. Jadi, disleksia adalah kesulitan
belajar yang terjadi kerena anak bermasalah dalam mengekspresikan ataupun
menerima bahasa lisan maupun tulisan. Masalah tersebut tercermin dalam
kesullitan anak membaca, mengeja, menulis, berbicara, atau mendengar.

Gambar diatas sebagai contoh dari tulisan anak yang mengidap disleksia
dalam buku yang berjudul disleksia dijelaskan bahwa anak disleksia itu tidaknya

6
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm.167.
7
Laili S Cahya, Adakah ABK diKelasku Bagaimana Guru Mengenali ABK diSekolah,
(Yogyakarta: Familia, 2013), hal. 23.
8
Husanah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: APPTI, 2016), hal. 247

6
bodoh, bahkan dia punya ingatan yang sangat baik. Anak mampu menghafal
nama-nama merek mobil hanya dengan melihat simbol mobil.9
Penyandang dissleksia memiliki struktur dan fungsi otak yang berbedaa
dengan orang pada umumnya. Hal inilahh yang membuat penyandang disleksia
memiliki cara yang beda dalam belajar. Dalam belajar mereka lebih terampil
mnegintergrasikan visual, spatial (berhubungan dengan ruang), dan motor
(gerakan). Anak disleksia biasanya sangat terampil berfikir visual dari pada
berpikir verbal. Jika orang lain memperlajari sesuatudengan simbol-simbol
bahasa, maka anak disleksia belajar dengan mengalami atau membayangkan
gambar seperti bentuk aslinya. Para disleksia umumnya memiliki kesadaran yang
sangat tinggi terhadap lingkungan, memiliki daya cipta yang tinggi terhadap
lingkungan, memiliki daya cipta yang tinggi, dan lebih terampil mengerjakan
tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan dunia nyata. Mereka biasanya
lebih memiliki rasa ingin tahu yang besar, lebih kreatif, dan intuitif.
Jadi disleksia memang suatu kelainan akan tetapi juga berarti talenta.
Kelainan mereka berbeda dengan orang pada umumnya, yakni mengalami
kesulitan yang tidak dialami oleh kebanyakan orang. Talenta, karena mereka
memilikik kelebihan yang juga tidak memiliki oleh orang kebanyakan. Disleksia
bukanlah penyakit sehingga tidak ada obatnya. Mereka hanyalah orang ya ng
kebetulan memiliki cara belajar yang berbeda dengan kebanyakan orang. Para
disleksia biasanya memiliki talenta yang luar biasa dalam bidang yang
memerlukan integrasi visual, spatial dan motor seperti: seni (misal, drama dan
musik), atletik, aristek, elektronik, mekanik, grafis, dan lain-lain.10
Mendeteksi sejak dini
Sebenarnya sejak anak kita belajar menggunakan kata dan simbol-simbol
lain. Kita bisa mengamati apakah ia mengarah kedisleksia atau tidak, namun
dilakukan beberapa penyelidikan profesional untuk mengetahui secara pasti
apakah anak kita menyandang disleksia. Beberapa gejala yang bisa kita amati,
misalnya jika anak mengalami kesulitan mengeja, menulis, dan berhitung, padahal
9
Olivia bebi Nurjamanto, Disleksia bukan bodoh bukan malas tapi berbakat, (Jakarta:
Gramedia, 2016).
10
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm. 156.

7
ia kelihatan normal dalam banyak hal. Oleh karena itu, untuk memastikannya
perlu penyelidikan lebih lanjut oleh profesional.11
Ciri-ciri penyandang disleksia
Tidak semua penyandang disleksia menunjukkan ciri yang sama, karena
setiap orang adalah unik, memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Ada kesenjangan antara kemampuan anak yang sebenarnya dan prestasi
belajarnya. Prestasi yang kurang bagus bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya anak kurang motivasi belajar sehingga mereka enggan mengikuti
pelajaran sekolah, kemampuan anak yang kurang memadai sehingga
prestasi belajarnya buruk. Untuk mengukur kemampuan anak dilakukan
tes intelegensi.
2. Dari riwayat keluarga, misalnya ada salah satu anggota keluarga yang
mengalami hal yang sama. Faktor disleksia salah satunya adalah faktor
keturunan.
3. Kesulitan mengeja. Mengeja merupakan aktivitas yang paling sulit bagi
penyandang disleksia. Mereka sulit mencapur adukkan huruf. Contohnya :
“diam menjadi daim”,” bisa menjadi bias”.
4. Kebingungan dalam membedakan kiri dan kanan. Anak sulit membedakan
antara kanan kiri dan tangan kanan.
5. Menulis huruf atau angka secara mundur. Anak disleksia sering tidak bisa
membedakan huruf “b” dan “d” atau “p” dan angka “9”.
6. Kesulitan dalam hitungan. Kesulitan yang dialami penyandang disleksia
biasanya dalam mengurutkan angka secara benar.
7. Kesuliatan mengatur diri sendiri. penyandang disleksia sering mengalami
kesulitan dalam membuat perencanaan untuk diri sendiri. misalnya, kapan
kira-kira buku dan pensil mereka butuhkan. Mereka juga kesulitan dalam
menata barang-barang atau buku-buku yang mereka miliki.
8. Kesulitan mengikuti instruksi yang kompleks. Yaitu sulit mengingat
kalimat yang panjang.12

11
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm. 158

8
Penyebab disleksia itu bisa dikelompokkan menjadi tiga kategori factor
utama, yaitu faktor pendidikan, psikologis, dan biologis, namun penyebab
utamanya adalah otak. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor Pendidikan
Disleksia disebabkan oleh metode yang digunakan dalam mengajarkan
membaca, terutama metode “whole-word” yang mengajarkan kata-kata
sebagai satu kesatuan daripada mengajarkan kata sebagai bentuk bunyi
dari suatu tulisan. Contoh, Jika anak dalam tahap belum bisa membedakan
huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, maka cara pengajaran yang perlu
dilakukan adalah mempelajari hurufnya satu per satu. Misalnya fokuskan
pengajaran kali ini pada huruf b. Tulislah huruf b dalam ukuran yang besar
kemudian mintalah anak untuk mengucapkan sembari tangannya
mengikuti alur huruf b atau membuat kode tertentu oleh tangan. Anak
dilatih terus menerus sampai ia bisa menguasainya, setelah itu mulailah
beranjak ke huruf d. Mereka berpikir bahwa metode fonetik, yang
mengajarkan anak nama-nama huruf berdasarkan bunyinya, memberikan
fondasi yang baik untuk membaca. Mereka mengklaim bahwa anak yang
belajar membaca dengan metode fonetik akan lebih mudah dalam
mempelajari kata-kata baru. Dan untuk mengenali kata-kata asing secara
tertulis sebagaimana mereka mengeja tulisan kata itu setelah mendengar
pelafalannya. Sementara ahli lain meyakini bahwa dengan
mengkombinasikan pendekatan “kata utuh” dan metode fonetik
merupakan cara paling efektif dalam pengajaran membaca. Dengan
menggunakan kedua metode tersebut, selain mengenali kata sebagai satu
kesatuan (unit) anak pun akan belajar cara menerapkan aturan fonetik pada
katakata baru.
2. Faktor Biologis
Beberapa periset memasukkan disleksia ke dalam gangguan psikologis
atau emosional sebagai akibat dari tindakan kurang disiplin, tidak memiliki
orangtua, sering pindah sekolah, kurangnya kerja sama dengan guru, atau

12
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm. 157

9
penyebab lain. Memang, anak yang kurang ceria, sedang marah-marah,
atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan orangtua atau dengan
anak lain kemungkinan memiliki masalah belajar. Stress mungkin juga
mengakibatkan disleksia, namun yang jelas stress dapat memperburuk
masalah belajar.
3. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti meyakini bahwa disleksia merupakan akibat dari
penyimpangan fungsi bagian-bagian tertentu dari otak. Diyakini bahwa
area-area tertentu dari otak anak disleksia perkembangannya lebih lambat
dibanding anak-anak normal. Di samping itu kematangan otaknya pun
lambat. Teori memang dulu banyak diperdebatkan, namun bukti-bukti
mutakhir mengindikasikan bahwa teori itu memiliki validitas. Teori
lainnya menyatakan bahwa disleksia disebabkan oleh gangguan pada
struktur otak. Beberapa peneliti menerima bahwa teori ini masih diyakini
sampai saat diadakan penelitian penelaahan otak manusia disleksia yang
meninggal. Penelaahan otak ini telah menyingkap karakteristik
perkembangan otak. Dari situ diperoleh gambaran bahwa gangguan
struktur otak mungkin mengakibatkan sejumlah kasus penting disleksia
berat. Faktor genetik juga diperkirakan turut berperan. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa 50 persen atau lebih anak disleksia memiliki
riwayat orangtua yang disleksia atau gangguan lain yang berkaitan.
Ternyata, lebih banyak anak laki-laki yang disleksia daripada anak
perempuan.
4. Kecelakaan
Gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf
akibat kerusakan saraf otak atau selaput otak, sehingga otak kiri korteks
oksipital (bagian belakang) terganggu. Kerusakan ini disebabkan infeksi
atau kecelakaan. Karena kerusakan ini, otak tidak berfungsi mengenali
semua citra (image) yang ditangkap indra penglihatan karena ada
gangguan sambungan otak kiri dan kanan. Ada yang berpendapat

10
gangguan itu disebut disleksia, ada juga yang berpendapat gangguan itu
disebut aleksia.13
Deteksi disleksia
Ada dua subtipe disleksia secara umum yaitu disleksia auditori dan disleksia
visual. Anak dengan disleksia visual tampak mengalami kesulitan dalam
diskriminasi visual, ingatan visual, keruntutan visual, bergerak kiri-kanan dan
mengenali kata secara cepat. Anak disleksia ini mengalami kesulitan membedakan
suara.
Identifikasi anak Disleksia
Untuk mengetahui gejala dini dari disleksia melihat dari karakteristik
sebagai berikut.
1. Ada suatu keterlambatan dalam bicara dan berbahasa.
2. Terdapat hambatan untuk mempelajari tugas sederhana yang melibatkan
keruntutan aktivitas seperti mengingat instruksi secara runtut atau meniru
bentuk yang tersusun dari manik-manik yang berwarna.
3. Memiliki problem dalam pemusatan perhatian.
4. Tidak mampu mengulang kembali beberapa angka secara runtut, sulit
belajar sejak hambatan dalam perkembangan bahasa.
Deteksi ditaman kanak-kanak
Pada fase deteksi ini belum melakukan diagnosis, tapi baru kemungkinan
bahwa anak akan mengalami gangguan disleksia. Untuk itu orang tua memberikan
dukungan perkembangan dan melakukan observas sebaik mungkin. Untuk deteksi
dini dapat dilakukan diakhir tahun taman kanak-kanak, yaitu dengan cara
memberikan daftar isi yang dapat diisi oleh orang tua dengan tes sederhana pada
anak tentang:
a. Phonological & phonemic awarenes.
b. Mengenal dan menyebutkan huruf dan angka.
c. Membaca dan menulis sederhana.

13
Soeisniwati Lidwina, Disleksia Berpengaruh pada Kemampuan Membaca dan
Menulis, Jurnal STIE Semarang, Vol 4, No.3, Oktober 2012, hal. 13-14.

11
Karena kita diindonesia belum mempunyai protokol baku yang dapat kita
gunakan secara standar, mau tidak mau kita harus bertanya pada tenaga ahlinya
diuniversitas kependidikan kehhusussan atau psikologi pendidikan. Melakukan
deteksi dengan hati-hati dan sederhana. Yang dimaksud sederhana karena untuk
menghindari ketakutan orang tua tentang vonis yang serius sehingga
menyebabkan orang tua cemas dan khawatir.14
Disleksia berarti tidak bodoh
Anak disleksia memiliki cara belajar yang berbeda dengan kebanyakan
anak. sebenarnya anak disleksia belum tentu bodoh karena disleksia tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan. Artinya, orang disleksia bisa juga memiliki
kecerdasan yang tinggi. Contoh, sijenius Thomas Alfa Edison penemu listrik dan
Einstein penemu teori relativitas, ternyata juga menyandang disleksia. Konon
mereka juga sering tidak naik kelas.
Membantu anak disleksia belajar
Metode mengajar anak disleksia untuk mengajar anak yang disleksia salah
satunya membedakan huruf “b” dan “d” caranya antara lain:
1. Anak diminta menulis huruf “b” dan “d” besar-besaran dilantai. Cara ini
membuat anak menggerakkan semua lengan dan badannya untuk menulis.
Setidaknya anak akan mengingat tugas menulis dilantai ini dan
menggunakan ingatannya untuk kemudian menuliskan huruf “b” dan “d” .
2. Hruuf tersebut ditulis dikertas amplas sehingga anak bisa meraba bentuk
huruf.
3. Ingatan ketika meraba huruf tersebut juga bisa dirangsang dengan
membuat huruf dari bahan kenyal seperti tanah liat atau sejenis plastik.
Perlakuan guru disekolah umum
1. Sebaiknya jangan diminta untuk membaca keras dikelas. Hal ini akan
membuat anak disleksia menjadi takut dan cemas yang bisa
mengakibatkan hilangnya harga diri, dan bahkan juga rasa penolakan
dikelas.

14
Endang Widyorini dan Julia Maria Van Tiel, Disleksia Deteksi Diagnosis Penanganan
di Sekolah dan Dirumah, (Jakarta: Prenada, 2017), hlm, 102.

12
2. Anak disleksia sebaiknya diminta duduk paling depan sehingga
pandangannya kearah papan tulis dan tidak terhalang sekali. Guru menulis
dengan jelas.
3. Pekerjaan rumah sebaiknya ditulis secara jelas sebelum pelajaran berakhir
karena anak disleksia butuh waktu banyak untuk memahami tulisan. Jika
PR diberikan dite ngah pelajaran, bisa jadi anak disleksia belum
menangkap hal ini dan orang tua tidak bisa membantunya. Akibat
selanjutnya, guru karena tidak mengerjakan PR.
4. Berikan pujian atas usaha anak menjawab pertanyaan. Hal ini akan
meningkatkan harga diri mereka.
5. Dalam ujian, sebaiknya anak disleksia tidak diberi ujian lisan bahkan kalau
perlu tidak ada ujian mengeja. Jangan paksa anak disleksia membaca
keras, diberi PR terlalu banyak, dan lebih menekankan isi daripada ejaan
atau tulisan tangannya.15
Metode pengajaran membaca bagi anak berkesulitan belajar
Ada beberapa metode pengajaran membaca bagi anak berkesulitan belajar
yang dibicarakan pada bagian ini, yaitu :
a. Metode fernald
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca
multisensoris yang sering dikenal dengan metode VAKT (visual, auditory,
kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang
dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata yang
diajarkan secara utuh. Metode ini memiliki 4 tahap. Tahapan yang
pertama, guru menuliskan yang hendak dipelajari diatas kertas krayon.
Selanjutnya anak menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya (tactile and
kinesthetic). Pada saat menelusuri tulisan tersebut, anak melihat tulisan
(visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses semacam
ini diulang-ulang sehingga anak dapat menulis kata dengan benar tanpa
melihat contoh. Jika tersebut disimpan. Pada tahapan ke dua, anak tidak
terlalu lama diminta menelusuri tulisan-tulisan dengan jari, tetapi

15
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm. 158.

13
mempelajari tulisan guru dengan melihat guru menulis, sambal
mengucapkannya. Anak –anak mempelajari kata-kata pada tahapan ketiga
dengan melihat tuisan yang ditulis dipapan tulis atau tulisan cetak, dan
mengucapkan kata tersebut sebelum menulis. Pada tahap ini anak mulai
membaca tulisan dari buku. Pada tahap keempat , anak mampu mengingat
kata-kata yang dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah dipelajari.16
b. Metode gillingham
Metode ini merupakan pendekatan tersetukur taraf tinggi yang
memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktifitas pertama
diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf-hutuf
tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari
berbagai huruf. Bunyi-bunyi tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kemudian program fonik
diselesaikan17
c. Metode analisis glass
Metode analisis glass merupakan suatu metode pengajaran melalui
pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Metode ini bertolak dari
asumsi yang mendasari membaca sebagai pemecahan sandi atau kode
tulisan. Melalui metode analisis glass, anak dibimbing untuk mengenal
kelompok-kelompok uruf sambil melihat secara keseluruhan. Metode ini
menekankan pada kata yang sedang dipelajari. Materi yang diperlukan
untuk mengajar mengenal kelompok-kelompok huruf dapat dibuat guru.
Glass mengemukakan adanya empat langkah dalam mengerjakan kata,
yaitu:
1) Mengidentifikasi keseluruhan kata, huruf, dan bunyi kelompok-
kelompok huruf
2) Mengucapkan bunyi-bunyi kelompok huruf dan huruf

16
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, (Yogyakarta:Nuha Litera, 2010),hlm 171
17
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, (Yogyakarta:Nuha Litera, 2010),hlm 172

14
3) Menyajikan kepada anak, huruf atau kelompok huruf dan meminta
untuk mengucapkannya.
4) Guru mengambil beberapa huruf pada kata tertulis dan anak
diminta mengucapkan kelompok huruf yang masih tersisa.

Dengan metode ini anak akan merespon secara visual maupun


auditoris terhadap kelompok-kelompok huruf. Menurut glass hal
semacam itu memungkinkan anak mampu memecahkan sandi dan
mengumpulkan kembali huruf-huruf ke dalam bentuk kata yang utuh18.

Perlakuan orang tua


Perlakuan yang paling penting dari orang tua adalah menjaga agar anak
tidak kehilangan harga diri dan tetap memiliki kepercayaan diri. Kesulitan belajar
yang dialami disekolah seirng menyebabkan anak menganggap diri bodoh.
Apalagi jika hal ini diperkuat oleh perlakuan guru dan orang tua yang tidak
memahami kondisi mereka. Seperti pada ilustrasi kasus diatas, orang tua Rudi
yang menganggap anaknya bodoh karena prestasi belajarnya sangat buruk.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kepercayaan diri
anak disleksia antara lain:
1. Setiap kali jelaskan kepada anak bahwa kesulitan yang dialami bukan
berarti ia gagal.
2. Beri pujian setiap kali anak dapat melakukan sesuatu dengan baik.
3. Hargai usahanya terutama dalam mambaca, menulis, dan berhitung.
4. Dampingi anak ketika mengerjakan PR.
5. Bantu anak dalam mengatur diri.
6. Salurkan anak kebidang-bidan yang kemungkinan besar ia bisa mengalami
kesuksesan seperti bidang-bidang yang menuntut kreativitas atau raga
yang mensyaratkan koordinasi fisik.

18
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, (Yogyakarta:Nuha Litera, 2010),hlm 172

15
7. Dukung dan semangati hobi dan aktivitas-aktivitas diluar sekolah yang
diminati anak.19
Penanganan bagi penyandang dilsleksia:
1. Memberikan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif bagi mereka.
Anak-anak disleksia bukanlah anak yang lambat belajar, mereka hanya
perlu dimengerti akan kekurangannya dalam bidang bahasa. Oleh karena
itu mereka diletakkan dikelas yang guru serta siswanya nyaman dan mau
mengejar ketertinggalan mereka dibidang bahasa.
2. Terapi wicara yang diberikan oleh tenaga ahlli. Dengan melakukan terapi
wicara, diharapkan anak disleksia akan lebih memahami perbedaan
pengucapan huruf konstan, vokal, dan pengertiannya.
3. Memberikan ringkasan setelah guru menerangkan tentang satu pelajaran
tertentu keanak. Setelah menerangkan bahan pelajaran secara panjang
lebar, biasanya anak disleksia sulit mengartikan dan mengambil garis
besarnya biasanya anak disleksia sulit mengaritkan dan mengambil garis
besarnya dikarenakan sulitnya mereka memahami bahasa. Oleh karenanya
guru perlu memberikan ringkasan pelajaran yang telah diterangkannya
dengan bahasa yang sederhana dan mengena sehingga anak disleksia bisa
memahaminya.
4. Pembiasan agar anak rapi dalam menata buku perlengkapan mereka
sehari-hari. Perlengkapan yang tertata rapi, seperti adanya pembatas buku
pada bacaan yang sedang ditekuni oleh mereka akan memudahkan anak
untuk belajar mandiri dan belajar memahami bahasa verbal dari orang lain
melalui kata dan tulisan.
5. Duudk didekat guru dan mencatat telepon teman. Disekolah usahakan agar
anak disleksia duduk didekat guru sehingga lebih mudah bagi mereka
untuk bertanya jika ada pelajarannya yang tidak dimengerti
Terapi agar anak disleksia mampu membaca, menulis, berhitung, dan
mengkoordinasi gerakannya:
1. Cara agar anak disleksia bisa membaca.

19
Aquilina Tanti Arini, prilaku anak usia dini, (YogyaKarta, Kansius, 2003), Hlm .159.

16
a. Berikan buku dengan kata-kata yang mudah terlebih dahulu
sebelum beranjak pada tahap kata-kata yang lebih sulit.
b. Jangan memberikan tugas untuk membaca dengan suara keras
didepan teman-temannya karena akan menurunkan motivasinya
karena malu.
c. Dampingi anak dalam membaca, jika perlu membaca bersama-
sama agar anak sedikit demi sedikit bisa memahami bahasa dan
kosakatanya bertambah.
d. Dengarkan lagu sederhana dengan kalimat yang mudah dicerna
untuk melatih anak mendengarkan bahasa orang lain.
e. Sebutkan semua kata/kalimat yang anda lihat bersama-sama anak
misalnya saat berjalan keluar kota, kemall, dan ketempat lain,
tunjukan tangan dan bacalah setiap papan yang anda temui.
2. Cara agar anak disleksia bisa menulis.
a. Berilah buku halus dan mulailah membiasakan anak disleksia
untuk menulis secara bertahap mulai dari menulis huruf, suku kata,
kata, sampai dengan kalimat.
b. Berilah batasan waktu saat melatih anak untuk menulis dibukunya,
karena anak disleksia mengambil waktu yang jauh lebih lama
untuk menyelesaikan tugas dibanding anak lain.
c. Berikan waktu khusus untuk terapi menulis setiap hari, buatlah
suasana nyaman, tidak memaksa dengan tulisan yang banyak dan
sulit, serta memuji apabila mereka berhasil menulis dengan tepat.
3. Cara agar anak disleksia bisa berhitung/matematika.
a. Perkenalkan angka dengan berulang-ulang agar anak disleksia
menjadi paham serta terbiasa menghafal simbol angkat.
b. Berikan soal berhitung secara bertahap dengan perdampingan
penuh agar mereka langsung bisa bertanya jika dirasa ada satu
materi yang membuatnya bingung.

17
c. Memberikan motivasi dengan memuji dan mendorong
semangatnya, jangan beri punisment atau hukuman dikarenakan
belajarnya yang lambat.
4. Cara agar anak disleksia bisa mengatur gerakan.
a. Ajak anak disleksia untuk bermain diluar ruangan bersama teman-
teman sebaya.
b. Kenalkan anak dengan alam, berjalan disungai dangkal, susur
hutan, dan kegiatan lain yang membuat pemikiran mereka terbuka.
c. Biarlah anak mengemukakan pendapatnya meskipun kadangkala
terdengat menggelikan, saat didengar anak disleksia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk memperbaiki kosakata dan
pemahamannya.20
Penutup
Ada kecenderungan penyebab disleksia yaitu hubungan sistematik antara
huruf dan bunyi, masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang
sistematis, masalah ingatan jangka pendek, dan masalah pemahaman sintaksis
(tata bahasa).Di antara sekian banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak.
Solusi penyembuhan untuk anak disleksia antara lain anak distimuli di bagian
otak dengan sejumlah pembelajaran membaca,. Dengan metode multi-sensory
pembelajaran mengeja, dan mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang
bervariasi.
Disleksia juga perlu ditangani sejak dini agar anak tidak mengalami
keterlambatan dalam hal belajar nya, disleksia membutuhkan terapi khusu yang
menangani gejala dan kesulitan anak. perlunya perhatian orang tua dalam
kehidupan anak yang menyandang disleksia, terkadang orang tua tidak
menyadari bahwa anaknya mengalami disleksia sehingga orang tua tidak
mengetahui keadaan anaknya, perlu pendampingan orang tua karena anak butuh
suport dari orang tua.

20
Afin Murtie, Ensiklopedia Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogyakarta:Maxima, 2016),
hlm.93-95.

18
Daftar Pustaka

Bebi Nurjamanto, Olivia, 2016, Disleksia bukan bodoh bukan malas tapi

berbakat, Jakarta: Gramedia.

Cahya, Laili S, 2013, Adakah ABK diKelasku Bagaimana Guru Mengenali ABK

diSekolah, Yogyakarta: Familia.

Husanah, dkk, 2016, Belajar dan Pembelajaran, Malang: APPTI.

Julia Maria Van Tiel, 2008, Anakku Terlambat Bicara, Jakarta:Prenda.

Lidwina, Soeisniwati, Oktober 2012, Disleksia Berpengaruh pada Kemampuan

Membaca dan Menulis, Jurnal STIE Semarang, Vol 4, No.3.

Loeziana, Desember 2017, Urgensi Mengenal Ciri Disleksia, Jurnal Ilmiah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Rainy, Vol 3, No.2.

Mulyadi, 2010, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan

Belajar Khusus, Yogyakarta:Nuha Litera,

Murtie, Afin, 2016, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, Jogyakarta:Maxima.

Tanti Arini, Aquilina, 2003, prilaku anak usia dini, YogyaKarta: Kansius.

Widyorini, Endang, dkk, 2017, Disleksia Deteksi Diagnosis Penanganan di

Sekolah dan Dirumah, Jakarta: Prenada.

19

Anda mungkin juga menyukai