Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

OLEH :
Nama Mahasiswa : Silvie Ayu Darmianti
NIM : 010115A117

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUD WALUYO
JL. GEDONG SONGO KEL. CANDI REJO
KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. ( Townsend,2008)
Konsep diri adalah semua pikiran kepercayaan dan keyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dengan lama nya berhubungan dengan
orang lain. (Stuart & Sundeen, 2007).

B. Tanda & Gejala Harga Diri Rendah


Menurut Yosep (2009), tanda dan gejala perilaku yang berhubungan dengan harga
diri rendah adalah:
1. Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri sendiri atau mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut
l) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menetukan tujuan
2. Data objektif
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung atau mudah marah
C. Penyebab Harga Diri Rendah
1
Harga diri sering disebabkan karena koping individu yang tidak efektif akibat
kurang adanya umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemuduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negative, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2008).
Faktor – factor yang mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor biologis
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, keggalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang tua, dan
ideal diri yang tidak realistic.
b) Faktor sosial budaya
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah streotipik peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c) Faktor psikologis
Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial
(Stuart, 2007).
2. Faktor Presipitasi
a) Ketegangan adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b) Konflik peran adalah ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan
yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran
yang dilakukannya.
d) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e) Transisi peran sehat-sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
3) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
4) Prosedur medis dan keperawatan.

D. Rentang Respon Harga Diri Rendah

1. Respon Adaptif

2
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Eko P,2014)

E. Jenis Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah
D & Iskandar, 2012)
2. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah
D & Iskandar, 2012)

3
F. Proses Terjadinya Masalah Harga Diri Rendah
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman
(2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
a) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga
diri rendah adalah :
1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran
adalah :
a. Stereotipik peran seks
b. Tuntutan peran kerja
c. Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas
adalah:
 Ketidakpercayaan orang tua
 Tekanan dari peer group
 Perubahan struktur sosial (Herman, 2011)
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
a. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak
dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui
harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai
a) Trauma peran perkembangan
b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan

4
c) Transisi peran situasi
d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
e) Transisi peran sehat-sakit
f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. ( Herman,2011)
3. Perilaku
a) Citra tubuh
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak
bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh.
b) Harga diri rendah
Diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas menurun,
gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah,
mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
c) Keracunan identitas
Diantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan
mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
d) Depersonalisasi
Meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari diri,
perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung,
disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan
penilaian, kepribadian ganda. ( Herman,2011)

G. Akibat Harga Diri Rendah


Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami
harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari
kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)

H. Psikopatologi Harga Diri Rendah

Faktor predisposisi (biologis, Faktor presipitasi (lingkungan, Faktor perilaku


psikologis, sosiokultural) interaksi
5 dengan orang lain)
Ketidak mampuan menyesuaikan diri
terhadap adaptif dan situasi

Koping individu tidak efektif (malu)

Merasa bersalah pada diri sendiri

Merasa tidak berguna/ketidakberdayaan

Mengasingkan diri

Kurang percaya diri

Sukar mengambil keputusan

Gangguan Gangguan Gangguan peran Gangguan pada Gangguan pada


gambaran diri identitas diri diri ideal diri Harga diri

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

I. Pengkajian Fokus

6
1. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data Obyektif: Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
di kamar, banyak diam.
b. Data Subyektif: Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan
dan tidak jelas. (Kusumawati, 2010)
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
b. Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3. Gangguan citra tubuh
a. Data subyektif : Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan
sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan
orang lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat
b. Data obyektif : Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak
bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis

J. Diagnosa Keperawatan Utama


Harga Diri Rendah

K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Harga diri rendah.
Tujuan umum : Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
- Klien dapat menjawab salam, kilen mau bersalaman, klien mau
menyebutkan nama, kontak mata tidak mudah teralih, klien kooperatif.
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional : Komunikasi teraupetik akan memberikan kenyamanan pada klien,
sehingga klien dapat mengutarakan segala permasalahannya.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

7
Kriteria hasil :
- klien mengungkapkan aspek positif yang dimilikinya dan melakukan
kemampuan yang masih dapat digunakan.
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
Rasional : Pengetahuan klien tentang kemampuan dan aspek positif yang klien
miliki dapat meningkatkan harga diri klien.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Kriteria hasil :
- adanya kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien serta adanya
kepercayaan klien atas kemampuan tersebut
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
- Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan klien
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien
akan memotivasi klien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria hasil :
- klien dapat beraktivitas sehari-hari sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Intervensi :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
Rasional : Perencanaan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki klien
dengan tujuan untuk membangkitkan harga diri klien kembali.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil :
- klien mencoba melakukan kegiatan yang telah direncanakan, kegiatan
dirumah sudah terencanakan.
Intervensi :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien dalam melakukan aktivitas
sesuai kemampuan dan disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
6. Keluarga : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria hasil :
- keluarga mampu merawat klien memberikan dukungan penuh untuk klien.
Intervensi :

8
-Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
-Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
-Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional : Memberi informasi kepada pasien tentang sistem pendukung agar klien
dapat memanfaatkannya.

9
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH

SP 1 Klien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Niky, saya biasa dipanggil Niky, saya mahasiswa
keperawattan UNW yang sedang praktik diruangan ini., Nama mbak siapa? Senang
dipanggil siapa? Bagaimana keadaan mbak A hari ini ?
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah
mbak A lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat mbak A
lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”. Apa mbak bersedia
untuk mengikuti kegiatan ini? Baik, kalau mbak bersedia kita bisa melakukan kegiatannya
dimana?
Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?

Fase Kerja :
”Mbak A, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan kemampuan yang
mbak miliki selama ini? Baik, sebelumnya apa yang membuat mbak A bisa dirawat di rumah
sakit ini ? Siapa yang membuat mbak A bisa bertahan dirawat di rumah sakit ini? jadi kedua
orangtua mbak A yang menginginkan mbak A berobat dirumah sakit ini untuk kesembuhan
mbak A? Selama mbak A dirawat apa ada keluarga lain yang sering menjenguk mbak A
kesini? Selain orangtua dan keluarga siapa yang mendukung mbak A menjalani pengobatan
untuk kesembuhan mbak A? Baik, berarti semua keluarga dan tetangga mbak A sangat
mengharapkan mbak A untuk sembuh seperti sedia kala ya mbak A. Bagus sekali, mbak A
memiliki aspek positif yang sangat baik.Selanjutnya, apa saja kemampuan yang mbak A
miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya. Apa kegiatan rumah tangga yang biasa
mbak A lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? “ Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang mbak A miliki “.
”Mbak A dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan
di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba mbak A pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”. ”O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau

10
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mbak A”. Mari kita lihat tempat tidur mbak A
Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !”
“mbak A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba mbak A lakukan dan jangan lupa memberi
tanda M (mandiri) kalau mbak A lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
bisa melakukan, dan mbak A tulis T jika tidak melakukan.

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur ? Yah, ternyata mbak A banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah mbak A praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak A mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. mbak A masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring..
kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok, mbak A maunya jam berapa?
bagaimana kalau jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa besok
ya mbak A”

SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Orientasi :
“Selamat pagi, masih ingat dengan saya? Saya perawat Niky yang kemarin merawat
mbak A. bagaimana perasaan mbak A pagi ini ? Wah, tampak cerah ya, apa hari ini
ada keluarga yang mau menjenguk mbak A? Kelihatan ya mbak A tampak senang
sekali.”
”Bagaimana mbak A, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus, coba saya lihat tempat tidurnya sudah rapi atau belum (kalau sudah dilakukan,
kalau belum bantu lagi). Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu mbak A?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :

11
“ mbak A, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., mbak A bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, mbak A ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian mbak A
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabun, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu mbak A bisa mengeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba mbak A yang melakukan…”

“Bagus sekali, mbak A dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

Terminasi :

”Bagaimana perasaan mbak A setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan
sehari-hari

mbak A mau berapa kali untuk mencuci piring? Bagus sekali mbak A mencuci piring
tiga kali setelah makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel”

”mbak A besok mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa besok ya”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan


dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
1. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
12
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan caramerawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 KELUARGA :
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.
Orientasi :
“Selamat pagi ibu/bp!”perkenalkan nama saya Niky yang merawat pasien mbak
A.Nama ibu/bp siapa ya?senang dipanggil siapa?

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu hari ini ?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat mbak A? Berapa
lama untuk waktunya Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari kita duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak A”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak A itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada mbak A, sering menyalahkan dirinya
dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan mbak A ini terus menerus
seperti itu, mbak A bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya mbak A jadi
malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah mbak A dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk mbak A”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki mbak A? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan mbak A)
” mbak A itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat

13
mengingatkan mbak A untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila mbak A sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan mbak A. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa mbak A ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada mbak
A”
”Temui mbak A dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang
yang mengatakan: Bagus sekali mbak A, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi mbak A dan
bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada mbak A”
“Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu.Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada mbak A.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui mbak A”

Kerja:
”Selamat pagi mbak A. Bagaimana perasaan mbak A hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua mbak A. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua mbak A juga ingin merawat mbak A agar mbak A cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

14
”Bagaimana perasaan mbak A setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mbak A?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua mbak A ke ruang perawat dulu” (Saudara dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
«  «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada mbak A »
«  Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak/Bu  »
«  Sampai jumpa »

SP 3 KELUARGA : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan jadwal
mbak A selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan mbak A selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama mbak A
dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal
minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
mbak A selama di rumah. Misalnya kalau mbak A terus menerus menyalahkan diri sendiri
dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa segera ke Rs
untuk pengobatan lanjut
”Selanjutnya perawat Niky tersebut yang akan memantau perkembangan mbak A selama
di rumah

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian . Ini surat
rujukan untuk perawat Niky di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum
obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

DAFTAR PUSTAKA

15
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2007. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Bandung : PT. Revika Aditama.

Damaiyanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama.

Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Dongoes, M. E., Townsend, M. C., & Morhouse, M. F. 2008. Rencana asuhan keperawatan
Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Aqdzan
    Aqdzan
    Dokumen2 halaman
    Aqdzan
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • SDKI
    SDKI
    Dokumen1 halaman
    SDKI
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Aktivitas Dan Latihan
    LP Aktivitas Dan Latihan
    Dokumen26 halaman
    LP Aktivitas Dan Latihan
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP CKD
    LP CKD
    Dokumen15 halaman
    LP CKD
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Efusi Pleura
    LP Efusi Pleura
    Dokumen18 halaman
    LP Efusi Pleura
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen30 halaman
    LP DM
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen17 halaman
    LP Fraktur
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Ca Rekti
    LP Ca Rekti
    Dokumen17 halaman
    LP Ca Rekti
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen25 halaman
    LP CHF
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Cedera Kepala
    LP Cedera Kepala
    Dokumen17 halaman
    LP Cedera Kepala
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat