OLEH :
Nama Mahasiswa : Silvie Ayu Darmianti
NIM : 010115A117
1
4) Sensivitas biologis : Riwayat penggunaan obat, infeksi dan radiasi
b) Faktor Psiko dinamika
Menurut teori Sigmund Frued suatu gangguan jiwa itu muncul akibat
terjadinya konflik internal (dunia dalam) yang tidak dapat beradaptasi dengan
dunia luar. Sabagaimana diketahui bahwa pada setiap diri terdapat 3 unsur
psikologik yaitu id, ego dan super-ego.
Gangguan jiwa dapat terjadi apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (keinginan/ kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akal (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, atau norma (yaitu super-ego), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku.
c) Faktor Psikososial
1) Kepribadian. Mudah kecewa, putus asa, tidak mampu membuat
keputusan, menutup diri& cemas yang tinggi
2) Pengalaman masalalu. Trauma, teraniaya, orang tua otoriter, broken home
& pilih kasih.
3) Konsepdiri. Ideal diri yang tidak realitas, krisis peran& gambaran diri
negatif
4) Pertahanan psikologis : Riwayat koping tidak efektif dan gangguan
perkembangan
5) Self Kontrol : Tidak mampu berkonsentrasi
6) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
7) Gender : Riwayat ketidak jelasan identitas dana dan kegagalan peran
gender
8) Pendidikan : Riwayat pendidikan yang rendah, riwayat putus& gagal
sekolah
9) Pendapatan : Riwayat penghasilan yang rendah& tidak adak eman dirian
10) Pekerjaan : Riwayat pekerjaan dengan stresful& resiko tinggi
11) Status sosial :Riwayat tunas wisma& terisolasi
12) Latar Belakang Budaya : Nilai– nilai& budaya yang bertentangan dengan
nilai kesehatan
13) Agama Dan Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yang berlebihan atau
kurang
14) Keikutsertaan Dalam Politik : Gagal dalam berpolitik
15) Pengalaman sosial : Bencana alam, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan,
sulit mendapat pekerjaan (Budi Anna Keliat, 2009).
2. Faktor presipitasi
a) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu: Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial), atruistik (Melakukan
bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan anomik (Bunuh diri karena
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
2
3. Penyebab lain :
a) Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidak berdayaan
c) Cara untuk meminta bantuan. Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah
( Rasmun S. Kep. M 2004)
3
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum
beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi
karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana
untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering
di namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress
yang tidak mampu di selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.
6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan
bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang
tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.
4
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang
berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen,
2006).
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan usaha bunuh diri
Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
5
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c) Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain-lain.
e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
b) Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif.
6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
a) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
6
b) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
c) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar
7
8
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO BUNUH DIRI
9
untuk menemani A ketika ada isyarat untuk bunuh diri”. Cara ini dilakukan
minimal 3 kali sehari, A mau jam berapa saja? baik kalau begitu besok kita
ketemu lagi untuk membahas tentang rasa syukur atas pemberian yang
diberikan tuhan. ”tempatnya mau dimana? Mau jam berapa?”.
10
sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah A
selama ini. Tempat nya mau dimana ? mau berapa lama ..
Kerja :
Coba ceritakan situasi yang menyebabkan bapak A ingin bunuh diri . selain
bunu diri apalagi kira kira jalan keluarnya ? waw ... banyak juga ya bapak A
.. nah sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungkan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Masi kita pilih cara mengatasi cara
yang paling menguntungkan menurut bapa cara yang mana ? ya saya juga
setuju dengan pilihan bapak, sekarang kita buatrencana kegiatan untuk
mengatasi perasaan bapak ketika baak mau bunuh diri dengan cara tersebut.
Terminasi :
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? apa cara mengatasi
masalah yang A gunakan coba A latih dengan cara menyapu yang A pilih
tadi, bagus! sekarang kita buat jadwal untuk mengontrol isyarat bunuh diri.
Yang pertama untuk minta tolong perawat atau keluarga untuk menemani A
dilakukan minimal 3x sehari sesuai dengan jadwal kemarin, jadwal untuk
cara yang kedua yaitu mengaji, dilakukan minimal 3x sehari sesuai jadwal
kemarin, dan cara yang ketiga yaitu menyapu kita jadwalkan 2x sehari ya, A
mau jam berapa? baik, berarti A mau jadwalnya menyapu jam 9 pagi dan 3
sore ya? Baik, besok kita ketemu lagi ya untuk melihat jadwal yang kita buat,
tempatnya mau dimana? bagaimana kalau jam 10 saja? Sampai jumpa besok
ya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus, S.kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT. Refika
Aditama.
12