Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

OLEH :
Nama Mahasiswa : Silvie Ayu Darmianti
NIM : 010115A117

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUD WALUYO
JL. GEDONG SONGO KEL. CANDI REJO
KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Bunuh Diri


Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh
diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang
diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan
fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari
tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal
apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008)
mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptifmaladaptif.

B. Tanda & Gejalah Bunuh Diri


1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
a) Menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
b) Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
a) Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b) Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrolimpuls.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
5. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
6. Status perkawinan
7. Status emosional

C. Penyebab Bunuh Diri


1. Factor Predisposisi
a) Faktor Biologis :
1) Latar belakang genetik. Adanya riwayat keturunan (diturunkan melalui
kromosom orang tua)
2) Gangguan perkembangan otak janin, misalnya karena virus, malnutrisi
(kekurangangizi), infeksi, trauma, toksin, dan kelainan hormonal yang
terjadi selama kehamilan.
3) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan kortek
slimbik.

1
4) Sensivitas biologis : Riwayat penggunaan obat, infeksi dan radiasi
b) Faktor Psiko dinamika
Menurut teori Sigmund Frued suatu gangguan jiwa itu muncul akibat
terjadinya konflik internal (dunia dalam) yang tidak dapat beradaptasi dengan
dunia luar. Sabagaimana diketahui bahwa pada setiap diri terdapat 3 unsur
psikologik yaitu id, ego dan super-ego.
Gangguan jiwa dapat terjadi apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (keinginan/ kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akal (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, atau norma (yaitu super-ego), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku.
c) Faktor Psikososial
1) Kepribadian. Mudah kecewa, putus asa, tidak mampu membuat
keputusan, menutup diri& cemas yang tinggi
2) Pengalaman masalalu. Trauma, teraniaya, orang tua otoriter, broken home
& pilih kasih.
3) Konsepdiri. Ideal diri yang tidak realitas, krisis peran& gambaran diri
negatif
4) Pertahanan psikologis : Riwayat koping tidak efektif dan gangguan
perkembangan
5) Self Kontrol : Tidak mampu berkonsentrasi
6) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
7) Gender : Riwayat ketidak jelasan identitas dana dan kegagalan peran
gender
8) Pendidikan : Riwayat pendidikan yang rendah, riwayat putus& gagal
sekolah
9) Pendapatan : Riwayat penghasilan yang rendah& tidak adak eman dirian
10) Pekerjaan : Riwayat pekerjaan dengan stresful& resiko tinggi
11) Status sosial :Riwayat tunas wisma& terisolasi
12) Latar Belakang Budaya : Nilai– nilai& budaya yang bertentangan dengan
nilai kesehatan
13) Agama Dan Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yang berlebihan atau
kurang
14) Keikutsertaan Dalam Politik : Gagal dalam berpolitik
15) Pengalaman sosial : Bencana alam, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan,
sulit mendapat pekerjaan (Budi Anna Keliat, 2009).
2. Faktor presipitasi
a) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu: Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial), atruistik (Melakukan
bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan anomik (Bunuh diri karena
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).

2
3. Penyebab lain :
a) Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidak berdayaan
c) Cara untuk meminta bantuan. Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah
( Rasmun S. Kep. M 2004)

D. Rentang Respon Bunuh Diri


Respon adaptif Responmaladapfif

A. 1. Gangguan Pikir (waham /


1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran
2. Persepsi akurat 2. Ilusi halusinasi)
3. Emosi konsisten 3. Reaksi emosi 2. Sulit berespon
dengan pengalaman berlebihan atau 3. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai kurang 4. solasi sosial
5. Berhubungan sosial 4. Perilaku aneh
5. Menarik diri

E. Jenis Bunuh Diri


Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2009) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

3
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya : 
1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati 
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya . 
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum
beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi
karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana
untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering
di namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress
yang tidak mampu di selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.
6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan
bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang
tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.

F. Psikopatologi Bunuh Diri


Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan,
mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh
diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang
kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan
untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

4
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang
berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen,
2006).

G. Diagnosa Keperawatan Utama


Resiko Bunuh Diri

H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan usaha bunuh diri
Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

5
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c) Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain-lain.
e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
b) Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif.
6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
a) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).

6
b) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
c) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar

7
8
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO BUNUH DIRI

SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri


Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
 Orientasi :
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Setiawan, biasa di pangil iwan, saya
mahasiswa Keperawatan Universitas ngudi waluyo yang bertugas di ruang ini,
saya dinas pagi dari jam 7 pagi – 2 siang .” siapa nama bapak , bapak senang
dipanggil apa?
”Bagaimana perasaan A hari ini? ”. Apaah A merasakan keinginan untuk
meninggal?”. ”Apakah A merasakan adanya isyarat untuk bunuh diri?”. ”
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?”
 Kerja :
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A
paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan
kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah
dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A
berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati?
Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya?
Apa yang A rasakan?”
”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A
ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)”
”Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri”
”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman
yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”
 Terminasi :
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”. ” Coba A sebutkan dan praktikkan lagi cara
yang sudah kita pelajari tadi dengan cara minta tolong kepada perawat
ruangan atau keluarga untuk menemani A!”. Bagus sekali A. ”Sekarang kita
akan buat jadwal untuk lebih mengontrol keinginan untuk bunuh diri dengan
cara yang tadi yaitu dengan cara minta tolong kepada perawat atau keluarga

9
untuk menemani A ketika ada isyarat untuk bunuh diri”. Cara ini dilakukan
minimal 3 kali sehari, A mau jam berapa saja? baik kalau begitu besok kita
ketemu lagi untuk membahas tentang rasa syukur atas pemberian yang
diberikan tuhan. ”tempatnya mau dimana? Mau jam berapa?”.

SP 2 : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri


 Orientasi :
Selamat pagi A, masih ingat dengan saya? ya betul sekali, “Bagaimana
perasaan A hari ini masih adakah dorongan untuk mengakhiri kehidupan?
apakah kemarin A sudah minta tolong perawat atau keluarga untuk menemani
A ketika ada isyarat bunuh diri sesuai jadwal kemarin? coba dipraktikkan
pak! bagus.. “sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang
rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih bapak miliki, mau berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit? dimana?
 Kerja :
Apa saja dalam hidup A yang perlu di syukuri, siapa saja kira kira yang sedih
dan rugi jika A meningga? Coba A ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan A! keadaan yang bagaimana yang membuat A merasa puas?
Bagus! ternyata kehidupan A masih ada yang baik yang patut A syukuri. Coba
A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan selama ini? bagaimana
kalau A mencoba melakukan kegiatan tersebut? mari kita latihan bersama!
Terminasi :
bagaimana perasaan A sekarang? Bisa A sebutkan kembali apa saja yang
patut A syukuri dalam kehidupan A? ingat dan ucapkan hal-hal yang baik
dalam kehidupan A, jika terjadi dorongan untuk mengakhiri kehidupan .
bagus A sekarang kita buat jadwal kegiatan untuk minta tolong perawat atau
keluarga untuk menemani A jika ada isyarat untuk bunuh diri, jadwalnya
sesuai dengan kemarin ya dilakukan minimal 3 kali sehari. selanjutnya jadwal
untuk melakukan hal-hal yang baik yaitu mengaji kita jadwalkan minimal 3x
sehari, A mau jam berapa? Baik jadi jadwal megaji akan A lakukan minimal 3
kali sehari yaitu jam 10, 14 dan 16 ya? kalau begitu kita akan bertemu lagi
besok ya? untuk membahas kemampuan yang A miliki, kemampuan dalam
menyelesaikan masalah , A mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 ?

SP 3 : Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan


masalah pada pasien isyarat bunuh diri .
 Orientasi:
Selamat pagi A masih ingat dengan saya? saya perawat iwan, bagaimana
perasaan A saat ini ? masih adakah keinginan bunuh diri? ketika ada isyarat
bunuh diri apakah A sudah minta bantuan perawat dan keluarga untuk
menemani? coba praktikkan! Bagus sekali! selanjutnya apakah A sudah
mengaji ketika ada isyarat untuk bunuh diri? coba praktikkan! Bagus!

10
sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah A
selama ini. Tempat nya mau dimana ? mau berapa lama ..
 Kerja :
Coba ceritakan situasi yang menyebabkan bapak A ingin bunuh diri . selain
bunu diri apalagi kira kira jalan keluarnya ? waw ... banyak juga ya bapak A
.. nah sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungkan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Masi kita pilih cara mengatasi cara
yang paling menguntungkan menurut bapa cara yang mana ? ya saya juga
setuju dengan pilihan bapak, sekarang kita buatrencana kegiatan untuk
mengatasi perasaan bapak ketika baak mau bunuh diri dengan cara tersebut.
 Terminasi :
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? apa cara mengatasi
masalah yang A gunakan coba A latih dengan cara menyapu yang A pilih
tadi, bagus! sekarang kita buat jadwal untuk mengontrol isyarat bunuh diri.
Yang pertama untuk minta tolong perawat atau keluarga untuk menemani A
dilakukan minimal 3x sehari sesuai dengan jadwal kemarin, jadwal untuk
cara yang kedua yaitu mengaji, dilakukan minimal 3x sehari sesuai jadwal
kemarin, dan cara yang ketiga yaitu menyapu kita jadwalkan 2x sehari ya, A
mau jam berapa? baik, berarti A mau jadwalnya menyapu jam 9 pagi dan 3
sore ya? Baik, besok kita ketemu lagi ya untuk melihat jadwal yang kita buat,
tempatnya mau dimana? bagaimana kalau jam 10 saja? Sampai jumpa besok
ya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Rasmun. 2004. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.


Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus, S.kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT. Refika
Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Aqdzan
    Aqdzan
    Dokumen2 halaman
    Aqdzan
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • SDKI
    SDKI
    Dokumen1 halaman
    SDKI
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Aktivitas Dan Latihan
    LP Aktivitas Dan Latihan
    Dokumen26 halaman
    LP Aktivitas Dan Latihan
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP CKD
    LP CKD
    Dokumen15 halaman
    LP CKD
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Efusi Pleura
    LP Efusi Pleura
    Dokumen18 halaman
    LP Efusi Pleura
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen30 halaman
    LP DM
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen17 halaman
    LP Fraktur
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Ca Rekti
    LP Ca Rekti
    Dokumen17 halaman
    LP Ca Rekti
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen25 halaman
    LP CHF
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat
  • LP Cedera Kepala
    LP Cedera Kepala
    Dokumen17 halaman
    LP Cedera Kepala
    silvie ayu darmianti
    Belum ada peringkat