Topik:
Ulkus Kornea
Tanggal (kasus): 9-12- 2019 Presenter: dr. Diana Ardila
Tanggal presentasi: Desember 2019 Narasumber: dr. Gita Mayani, Sp.M
Pendamping: dr. Neneng Tresna Imawati
dr. Agus Suprapto, SH, MH
Tempat presentasi: Aula RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi
Obyektif presentasi:
√ □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
√
□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja √ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
Tn. Y, usia 40 tahun datang dengan mata kiri tampak merah sejak 3 minggu yang lalu.
□ Tujuan:
- Mampu mendiagnosis ulkus kornea
- Mengetahui gejala dan patogenesis ulkus kornea
Pasien datang ke Poli Mata RS. dr. Bratanata dengan keluhan mata kiri tampak merah,
berair dan terasa menusuk seperti benda asing yang mengganjal sejak 3 minggu yang lalu. Hal
ini terjadi setelah pasien mengalami kecelakaan kerja sawit 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien
membiarkan matanya memerah dan berair namun semakin hari penglihatan pasien semakin
kabur dan memerah. Pasien juga mengeluhkan terasa silau jika melihat cahaya dan sedikit
nyeri.
2. Riwayat Pengobatan mata : tidak ada
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
- Riwayat sakit mata lain hingga berobat (-);
- Riwayat gangguan pengelihatan sejak lahir/kecil (-);
- Riwayat penggunaan kacamata (-);
1
- Riwayat memakai softlens (-)
- Riwayat meneteskan air daun-daunan (-)
- Riwayat trauma sebelumnya (-)
- Riwayat pandangan seperti tirai (-)
- Riwayat penggunaan obat jangka lama (-)
- Riwayat alergi (-);
- Riwayat DM (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
4. Riwayat keluarga/Masyarakat: Riwayat keluhan serupa di keluarga (-); Riwayat penyakit
mata lainnya di keluarga (-);
5. Riwayat Sosial Ekonomi : Kesan kondisi ekonomi menengah ke bawah
Daftar Pustaka
1. Byrd L.B. Corneal Ulcer. National Center for Biotechnology
Information. American:StatPearls. 2019:1-10.
2. Khaw PT, Shah P, Elkington. Red eye. ABC of Eyes. 4th ed. London. BMJ books. 2004. p;10-
11.
3. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Microbial and Parasitic Infection of Cornea and Sclera.
In: Basic and Clinical Science Cource. External Disease and Cornea. Section 8. USA:
AAO;2011-2012:158-71.
4. Amatya R, Shrestha S, Khanal B, Gurung R, Poudyal N, Badu BP, et al. Etiological agents of
corneal ulcer: five years prospective study in eastern Nepal. Nepal Med Coll J. 2012
Sep;14(3):219-22.
5. Mills TJ. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis. Dalam:
http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm
6. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. 14th Ed. Alih bahasa: Tambajong J,
Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012: 220
7. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006.
8. Farida Y. Corneal Ulcers Treatment. J Majority. Volume 4. Januari 2015.
9. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology 4th ed. New Delhi: New Age International (P).
Limited. Published. 2007. p 89-99
10. Garg P, Rao N. Corneal Ulcer : Diagnosis and Management. Review Article. Vol 12 no. 30
1999.
11. Kunwar M, Adhikari RK, Karki DB. Microbial flora of corneal ulcers and their drug
sensitivity. MSJBH.2013;12(2):14-16.
12. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film 1st Edition.
Elsevier. USA. 2013.
13. Yum, H.R., Kim, M.S., Kim, E.C. Retrocorneal membrane after Descemet endothelial
2
keratoplasty. Cornea. 2013 Sep;32(9):1288- 90.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis ulkus kornea
2. Gejala dan patogenesis ulkus kornea
3. Tatalaksana awal ulkus kornea
Subyektif
Pasien datang ke Poli Mata RS. dr. Bratanata dengan keluhan mata kiri
tampak merah, berair dan terasa menusuk seperti benda asing yang mengganjal
sejak 3 minggu yang lalu. Hal ini terjadi setelah pasien mengalami kecelakaan
kerja sawit 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien membiarkan matanya memerah dan
berair namun semakin hari penglihatan pasien semakin kabur dan memerah.
Pasien juga mengeluhkan terasa silau jika melihat cahaya dan sedikit nyeri.
Obyektif
Status Generalis
Keadaan umum & kesadaran : Tampak sakit sedang; Compos Mentis GCS 15
Tanda vital
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, isi cukup
RR : 20 x/menit, reguler, torako-abdominal
Suhu : 36.70C
BB/TB : 77 kg/162 cm
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (bulat
3mm/3mm),
Refleks Cahaya (+/+)
Telinga: Sekret (-), deformitas (-)
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-/-), krepitasi (-), nyeri
tekan (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)
Thoraks
- Paru
3
a) Inspeksi : Deformitas (-), bentuk dalam batas normal,
gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-), otot nafas bantu
(-).
b) Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
c) Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
d) Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : ictus cordis teraba ICS IV, thrill (-)
c) Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d) Auskultasi : S1-S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen :
a) Inspeksi : Kontur datar, permukaan kulit dbn, abdomen
simetris, jejas(-)
b) Auskultasi : Bising usus (+) dalam batas normal
c) Palpasi : Soepel, distensi abdomen (-), nyeri tekan(-),
organomegali(-).
d) Perkusi : Timpani (+), asites (-)
Ektremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time <2s, oedem tungkai (-/-), sianosis
(-/-)
Status Oftalmologi
Pemeriksaan Visus dan Refraksi
OD OS
Muscle Balance
4
Pergerakan bola mata
Pemeriksaan OD OS
Eksternal
Palpebra Superior edema (-), hiperemis (-) edema (-), hiperemis (-)
Palpebra Inferior edema (-), hiperemis (-) edema (-), hiperemis (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-), litiasis(-)
litiasis(-) hiperemis (-) hiperemis (-)
Pemeriksaan TIO
5
keras; N (normal) keras; N (normal)
Visual Field
TIDAK DILAKUKAN
Slit Lamp
TIDAK DILAKUKAN
Funduskopi
TIDAK DILAKUKAN
GAMBAR
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
6
Darah Rutin
Hemoglobin : 15.2 g/dl (11-16)
Hematokrit : 45.1 % (35-50)
Leukosit : 8.3 .109/L(4-10.0)
Eritrosit : 5.00 .109/L(3.5-5.5)
MCV : 91.5 fL (80 – 100)
MCH : 30.7 pg (27-34)
MCHC : 33.6 g/L (32-36)
Trombosit : 306 .109/L(150-450)
Clotting Time : 4 menit
Bleeding Time: 2 menit
GDS : 98 mg/dl
SGOT/SGPT : 27/41 U/l
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
7
kabur (+), RR : 20 x/menit - Tropin ed 2 x 1 gtt
mata merah Suhu : 36.50 C - Natacen ed 6 x 1 gtt
(+), mata - Ketokonazol 2 x 1
berair (+),
nyeri (-), ,
demam (-)
Pengelihatan
11/12/201 mata kiri TD : 120/60 mmHg - IVFD RL 20 gtt/i
9 kabur (+), N : 70x/menit, - Inj ceftriaxone 1 x 2 gr
Ulkus kornea - Levocin ed 6 x 1 gtt
mata merah RR : 24 x/menit
OS ec susp. - Tropin ed 2 x 1 gtt
(+), mata Suhu:36,50 C - Natacen ed 6 x 1 gtt
Jamur
berair (+), - Ketokonazol 2 x 1
nyeri (-), ,
8
Assessment
Definisi
Ulkus kornea merupakan keadaan patologik hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Ulkus kornea ditandai dengan infiltrat supuratif yang disertai defek kornea bergaung
dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi pada epitel sampai stroma yang memiliki batas,
dinding dan dasar. Ulkus kornea merupakan salah satu keadaan yang berpotensi menyebabkan kebutaan
sehingga membutuhkan penatalaksanaan yang cepat dan tepat.5,6
Kornea adalah jaringan transparan dan avaskular dengan diameter horizontal 11–12 mm dan
vertikal 10–11 mm. Kornea memiliki indeks refraktif 1,376. Kornea berfungsi sebagai membran
pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Untuk kebutuhan nutrisinya, kornea bergantung
pada difusi glukosa dari humor akuos dan oksigen yang berdifusi melalui air mata. Sebagai tambahan,
kornea perifer mendapat suplai oksigen dari sirkulasi limbus.3
9
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:4,5
1. Epitel
Terdiri atas 5 lapis sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel
polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel poliglonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden,
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal
menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menyebabkan
erosi rekuren. Epitel berasal dari permukaan ektoderm.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea. Lapisan ini mengandung kolagen yang
brserat yang tersusun tidak teratur, dimana terjadi penggabungan pada lapisan stroma ,
membran bowman berada pada daerah transisi yaitu dari kolagen yang berserat
menyerupai oblik berubah menjadi bentuk kolagen menyerupai lamelar pada lapisan
stroma kornea bagian superfisialis. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Lapisan ini terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, pada permukaan epitel terlihat anyaman yang teratur sedang di
perifer serat bagian ini bercabang. Diantara lamelar tersebar . fibrosit (keratosit). Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen
stroma kornea.
4. Membran Descement
10
Gambar 2.2 Lapisan Kornea 3
11
bekerja belum optimal dilaksanakan di Indonesia.
b. Non infeksi
1. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Asam sulfat merupakan penyebab paling sering dari seluruh trauma kimia
asam. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen
kornea. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat mengijinkan
mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan,
bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein
permukaan, dimana merupakan suatu sawar perlindungan agar asam tidak penetrasi
lebih dalam.
2. Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
3. Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air
mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
13
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
4. Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
5. Obat-obatan
14
7
Gambar 2.3 Stadium infiltrasi progresif
2. Stadium ulkus aktif.
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium.
Lapisan Bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella
dengan menginhibisi cairan dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman
dan stroma. Zona infiltrasi memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi
ulkus. Pada stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan
pengelupasan. Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperemia pada pembuluh
darah jaringan circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea.
Muncul juga kongesti vaskular pada iris dan badan silier dan beberapa derajat
iritis yang disebabkan oleh absorbsi toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera
okuli anterior melalui pembuluh darah iris dan badan silier dapat menimbulkan
hipopion. Ulserasi mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang
ditunjukkan pada ulkus superfisial difus atau kemajuan itu lebih ke arah dalam
dan dapat menyebabkan pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan
perforasi. Bila agen infeksius sangat virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun
maka dapat penetrasi ke tempat yang lebih dalam pada stadium ulkus aktif.
15
3. Stadium regresi.
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibodi dan
immune selular) dan terapi yang dapat respon yang baik. Garis demarkasi
terbentuk disekeliling ulkus, yang terdiri dari leukosit yang menetralisir dan
phagosit yang menghambat organisme dandebris sel nekrotik. Proses ini didukung
oleh vaskularisasi superfisial yang meningkatkan respon imun humoral dan
sesuler. Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan epithelium mulai tumbuh
pada sekeliling ulkus.
4. Stadium sikatrik.
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya
epithelisasi yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium,
jaringan fibrous juga mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada
kornea dan sebagian sel endotelial untuk membentuk pembuluh darah baru.
Stroma yang menebal dan mengisi lapisan bawah epithelium , mendorong epithel
ke anterior. Derajat jaringan parut (scar) pada penyembuhan bervariasi. Jika ulkus
sangat superfisial dan hanya merusak epithelium saja, maka akan sembuh tanpa
ada kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan
Bowman dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut
dengan nebula. Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada
ulkus yang lebih dari 1/3 stroma kornea.
16
Gambar 2.6 Stadium sikatrik. 8
Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung kepada virulensi agen infektif, mekanisme
daya tahan tubuh, dan terapi yang diberikan. Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka
ulkus kornea dapat menjadi ulkus terlokalisir dan sembuh, penetrasi lebih dalam sampai
dapat terjadi perforasi, atau menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk
ulkus kornea.
a. Manifestasi Klinis9
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
i. Gejala Subjektif
1. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
2. Sekret mukopurulen
3. Merasa ada benda asing di mata
4. Pandangan kabur
5. Mata berair
6. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
7. Silau
8. Nyeri
9. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea.
ii. Gejala Objektif
1. Injeksi siliar
2. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
3. Hipopion
- Ulkus Pseudomonas: lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea yang dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.Gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan.Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam
bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Secara
histopatologi, khas pada ulkus ini ditemukan sel neutrofil yang dominan.
18
Gambar Ulkus kornea Pseudomonas
19
Gambar Ulkus kornea fungal
20
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau
segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat
dengan limbus.
b. Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif ke arah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk
perforasi.Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan
sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini
berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.
b. Diagnosis
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea
tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan
yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis adalah:
- Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang
dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan
kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali
ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa
kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang.
- Pemeriksaan Oftamologi
a.Visus
21
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi
cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.
b. Slit lamp
Pada pemeriksaan slit lamp seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai
oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.
- Pemeriksaan penunjang
a.Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea.
Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau
menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru
menunjukkan daerah yang intak).
- Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada
beberapa kasus.
22
Tabel Pilihan antibiotika pada ulkus kornea10
-Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh
terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis
keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal
amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin
> 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,
Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai
jenis anti biotik
-Anti viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan
streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik
spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat
indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A,
PAA, interferon inducer.
23
- Anti acanthamoeba
24
untuk penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.
Indikasi yang paling umum penggunaan flap konjungtiva adalah dalam
pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi
sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu, kelumpuhan saraf kranial 7 mengarah
ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau ulserasi
metaherpetik berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan
kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama kornea tidak
terlalu menipis.
-Keratoplasti12
Keratoplasti merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti diantaranya adalah dengan pengobatan tidak
sembuh,terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan, dan kedalaman
ulkus telah mengancam terjadinya perforasi.
Ada dua jenis keratoplasti yaitu keratoplasti penetrans dan keratoplasti
lamelar.Keratoplasti penetrans berarti penggantian kornea seutuhnya. Karena sel
endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segera setelah donor meninggal
dan segera dibekukan. Mata donor harus dimanfaatkan <48 jam. Keratoplasti
lamelar, berarti penggantian sebagian dari kornea. Untuk keratoplasti lamelar,
kornea dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama
beberapa minggu.
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.13
25
Komplikasi
Komplikasi ulkus kornea antara lain:
1. Iridosiklitis toksik : seringkali dikaitkan dengan ulkus kornea
yang purulen karena terjadinya absorbs toksin dari segmen anterior.
2. Glaukoma sekunder : timbul karena adanya blok dari eksudat
yang fibrinous pada sudut segmen anterior (inflamatori glaukoma).
3. Descemetocele : Beberapa ulkus disebabkan oleh agen virulen
yang menembus kornea dengan cepat menuju membran descemet, yang
dapat menimbulkan resistensi yang hebat, tetapi karena terdapat tekanan
intraokuler, maka terjadi herniasi sebagai vesikel yang transparan yang
disebut dengan descemetocele. Ini adalah tanda dari perforasi yang
mengancam dan sering kali menimbulkan nyeri hebat.
4. Perforasi ulkus kornea : tekanan tiba-tiba seperti batuk, bersin
atau spasme otot orbikularis dapat membuat perforasi yang mengancam
menjadi perforasi yang sebenarnya. Pada saat terjadi perforasi, nyeri
berkurang dan pasien merasakan adanya cairan hangat (aqueous) yang
keluar dari mata.
Sekuel dari perforasi ulkus kornea, termasuk:
- Prolaps iris: muncul segera mengikuti perforasi.
- Subluksasi atau dislokasi anterior dari lensa dapat muncul
karena adanya peregangan dan ruptur zonula secara tiba-tiba.
- Anterior capsular katarak: terbentuk saat terjadi kontak antara
lensa dan ulkus pada saat perforasi pada area pupillary.
- Fistula kornea : terbentuk saat perforasi pada area pupillary
tidak diikuti oleh iris dan dibatasi oleh epithelium yang membuat jalan
secara cepat. Terjadinya kebocoran aqueous secara terus menerus
melalui fistula ini.
- Uveitis purulen, endoftalmitis, bahkan panoftalmitis yang
berkembang karena penyebaran infeksi secara intraokular.
Perdarahan intraokuler dalam bentuk perdarahan vitreus atau perdarahanchoroid yang
muncul pada beberapa pasien karena terjadinya penurunan tekanan bola mata secara
mendadak.
26
Plan
Diagnosa
Diagnosa Masuk :
Ulkus Kornea OS ec susp. Jamur + Corpus Alineum OS
Diagnosa Pulang :
Ulkus Kornea OS
Anjuran pemeriksaan
Terapi
Ekstirpasi corpus alineum
IVFD RL + 1 ampul ketorolac 20 tpm
Inj ceftriaxone 1 x 2 gram
Levocin ed 6 x 1 gtt
Tropin ed 6 x1 gtt
Natacen ed 6 x 1 gtt
Ketokonazol 2 x 1
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
27