Oleh:
Ryan Aditya 0910313213
Preseptor:
Dr. Firman Abdullah, Sp.OG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah Clinical
Science Session (CSS) ini dengan judul Kista dan Abses Bartolini sebagai salah
satu syarat untuk dapat menyelesaikan kepaniteraan klinik di Bagian Kebidanan
dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUD Dr.
Achmad Moechtar Bukittinggi. Semoga shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak yang membaca demi
kesempurnaan naskah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan
seluruh pihak yang turut membantu. Semoga naskah ini dapat memberikan
sumbangan dan manfaat kepada ilmu pengetahuan, masyarakat, dan pembaca
nantinya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu organ genitalia eksterna pada wanita. Kelenjar ini berjumlah
dua buah, berbentuk bundar, dan terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium
mayus. Muara kelenjar bartolini berada tepat diantara labium minus pudendi dan
tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, dimana jaringan ini akan menjadi
sensitif selama rangsangan seksual dan akan mensekresi sekret mukoid yang
pemeriksaan palpasi.1
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi
bila kista menjadi terinfeksi. Kista kelenjar Bartolini terbentukapabila kelenjar ini
kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan.
Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista..
Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap
dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30
tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan
Bartolini. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun.
Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau
lebih muda.4
dan stafilokok) atau trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran
retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista.
Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini
pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari
aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling
Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai
bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan
kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam
kelenjar. Kelenjar BartholiIn sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista
atau abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartolini seringkali
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini
kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia.
Abses Bartolini merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista
vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar
dan kelenjar Bartolini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga
bertahun-tahun. Untuk jenis ini, biasanya diameter indurasi kista, tidak mencapai
ukuran yang besar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan
terhadap keganasan.2
penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa
yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya
berakhir di dalam vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses
pada kelenjar. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti
berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri
pada vulva.
Kista duktus Bartolini dan abses glandular harus dibedakan dari massa
indurasi persisten.
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau
duduk. Tanda kista Bartolini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada
daerah vulva.
Penyakit ini cukup sering rekurens. Bartolinitis sering kali timbul pada gonorrea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya treptokokus. Pada
Bartolinitis akuta kelenjar membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah
sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau
kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses,
keadaan bisa di atasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah harus dikeluarkan
dengan sayatan.
Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut:
2.7 Diagnosa
2.7.1 Anamnesa
berupa :
Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan daerah sekitar yang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebris; tes laboratorium darah tidak
2.9 Penatalaksanaan
Insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah dilakukan
2. Word Catheter
sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada
ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartolinii.
Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French
Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4
mL larutan saline.9
Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau
abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan untuk membuat
insisi sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses.Penting untuk menjepit
dinding kista sebelum dilakukan insisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan
dapat terjadi insisi pada tempat yang salah.Insisi harus dibuat dalam
ini membuat kateter tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas
cepat,sekitar tiga sampai empat minggu.Jika Kista Bartolini atau abses terlalu
dipertimbangkan.6
Gambar 2.5 Word Catheter
3. Marsupialisasi6,7,9
marsupialisasi dari kista Bartolini . Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika
Suatu insisi vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan
mukosa sekiar; (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa
vestibular dengan jahitan interrupted. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan
pemberian anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu
dibuat insisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar
dari hymenal ring.Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada
besarnya kista.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi
dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista
ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan
Cara:
Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai
diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar
Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4
sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi
Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan
dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan
4. Eksisi (Bartoliniectomy)9,10
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak
ada infeksi aktif. Eksisi kista bartolini karena memiliki risiko perdarahan, maka
Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit
berbentuk linear yangmemanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung
medial labia minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati
bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian
secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat
dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan
Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri,
bath hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan
luka.
Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.
2.9.3 Komplikasi11
abses.
Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati.
Timbul jaringan parut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA