UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
NPM 1206301785
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
NPM 1206301785
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis Upaya Perbaikan
Pendistribusian dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi dengan Analisis Lean Six
Sigma di Gudang Farmasi II RS PMI Bogor Tahun 2013. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan, proses penelitian, sampai pada penyusunan
tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH., Ph.D., selaku Pembimbing Akademik yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
2. Ketua Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan
Masyarakat beserta jajarannya yang telah membantu selama proses studi.
3. Dewan Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk
kesempurnaan tesis ini;
4. Direktur Rumah Sakit PMI Bogor dan seluruh jajarannya yang telah banyak
memfasilitasi memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini;
5. Suamiku dr Elias M. Naba, anakku Veronica Yolanda dan Bapak Hery
Hermawanto, SKM, MKes dan keluarga saya yang telah memberikan
dukungan baik material dan moral; dan
6. Seluruh teman angkatan dan sahabat yang telah banyak memberikan
dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Hal
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 8
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
1.4.1. Tujuan Umum ............................................................................ 9
1.4.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelayanan Farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 133/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Pelayanan Farmasi merupakan salah satu fasilitas terapi yang paling banyak
digunakan rumah sakit seperti: obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan
dan alat habis pakai, alat kesehatan, dan gas medik. Disamping itu juga
merupakan salah satu dari beberapa area sejumlah besar uang dihabiskan untuk
Universitas Indonesia
pembelian secara berulang. Farmasi juga merupakan salah satu revenue center
yang tertinggi di rumah sakit. Sebuah persentase yang cukup tinggi dari total
pengeluaran rumah sakit juga berlaku untuk pelayanan farmasi. Ini menunjukkan
adanya kebutuhan untuk merencanakan dan merancang pelayanan farmasi dengan
cara yang menghasilkan layanan klinis dan administrasi yang efisien sehingga
dapat dikatakan bahwa di dalam mengelola Pelayanan Farmasi ada dua unsur
penting bagi organisasi rumah sakit, terutama bagi organisasi rumah swasta.
Pertama, pelayanan farmasi harus menyediakan pelayanan obat yang bermutu
bagi pelayanan pasien rumah sakit. Kedua, terkait dengan keuntungan rumah
sakit, bila perbekalan farmasi ini tidak dikelola dengan baik maka pemasukan
rumah sakit akan mengalami penurunan yang berdampak terhadap keuntungan
rumah sakit. (Febriawati, 2013; Kunders, 2004).
Universitas Indonesia
jawabnya agar dapat mengelola barang sediaan farmasi dengan benar, mulai dari
barang tersebut diterima, disimpan hingga didistribusikan kepada pemakai
dengan kualitas yang sama dengan ketika barang tersebut diterima pertama kali.
Bagaimana pengelolaan penyimpanan perbekalan farmasi di gudang dapat
mencerminkan siklus pengelolaan perbekalan farmasi secara menyeluruh.
(Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi, 2008).
Universitas Indonesia
disimpan, terjadi penumpukan stok barang menyebabkan nilai inventory turn over
akan kecil, penataan barang tidak menggunakan sistem dan tidak adanya label-
label obat pada setiap rak obat sehingga ketika barang tersebut diperlukan akan
membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya; kesalahan dalam pengambilan
barang misalnya pengambilan obat yang sebutan namanya hampir mirip (sound
alike look alike) dan letak penyimpanannya berdekatan; tidak tersedianya kartu
stok pada setiap barang akan mengakibatkan terjadinya ketidaksesuaian jumlah
barang karena penyimpanan dan pengambilan barang tidak termonitor dengan
baik dan mengakibatkan bahaya kehilangan obat; obat rusak akibat penyimpanan
yang tidak memperhatikan spesifikasi obat; banyaknya obat/barang alat kesehatan
yang masih tersimpan dalam kardus menyebabkan kesulitan dalam melihat secara
langsung kelayakan barang tersebut; ruangan tempat penyimpanan yang tidak
bersih/berdebu; kelembaban udara juga dapat mempengaruhi stabilitas dari
obat/barang yang disimpan.
Universitas Indonesia
Seringkali, farmasi tidak diatur dan dikelola dengan ketentuan yang jelas. Sebuah
farmasi yang baik adalah gabungan dari beberapa hal: personil yang berkualitas,
fasilitas modern, organisasi dan operasional yang efisien, penganggaran yang
tepat, dukungan dan kerjasama dari tenaga medis, perawat dan staf administrasi
rumah sakit. (Kunders, 2004).
Disamping hal itu pemahaman semua personil rumah sakit mulai dari pimpinan
puncak hingga staf pelaksana terhadap upaya perbaikan mutu haruslah sama,
sehingga derap perbaikan mutu akan dirasakan pada seluruh rumah sakit.
Metodologi perbaikan mutu yang dapat digunakan untuk memperbaiki layanan
adalah penggabungan antara konsep Lean dan Six Sigma. Konsep Lean berfokus
pada peningkatan kecepatan proses secara dramatis dan menghilangkan 8
pemborosan yang mematikan yang tidak mempunyai nilai tambah (non-value-
Universitas Indonesia
added), seperti penundaan, pemborosan, dan pengerjaan ulang dari proses. Hasil
akhir dari penerapan Lean di organisasi akan berupa perbaikan proses yang
efisien. Lean dapat digunakan dalam setiap industri atau bisnis. Sedangkan Six
Sigma adalah suatu metode untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas.
Six Sigma berasal dari tingkatan kualitas performa pada tingkatan enam sigma
yang berarti hanya 3,4 defect per million opportunites (DPMO). Dengan
menerapkan Six Sigma terjadi terobosan proses perbaikan tim yang berfokus pada
mengeliminasi masalah kronis dan mengurangi variasi dalam proses sehingga
didapatkan perbaikan yang efektif. (Gaspersz dan Fontana, 2011).
Universitas Indonesia
Inventory dimana perincian data sampai bulan Agustus 2013 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Dari data ITO tersebut menunjukkan angka perputaran persediaan dari bulan ke
bulan cenderung stabil yaitu berkisar 0,97 1,88. Hal ini menunjukkan perputaran
persediaan farmasi di RS ini sebanyak kurang dari 2 kali dalam satu bulan. Hal
tersebut dapat menunjukkan banyaknya sediaan yang tersedia untuk dijual.
Berdasarkan data average age inventory terlihat bahwa kisaran antara 16 31
hari, hal tersebut menunjukkan lamanya hari inventory tersimpan atau terdapat
penumpukkan penyimpanan barang di rumah sakit. Nilai ITO dan average age
inventory belum mencapai nilai pembanding indikator efisiensi pengelolaan obat
di rumah sakit berdasarkan Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (2011),
yaitu: 10-23 kali per tahun untuk ITO (Pudjaningsih, 1996).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
2.2. Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aset terpenting dalam banyak perusahaan karena
nilai persediaan mencapai 40% dari seluruh investasi modal dan merupakan hal
yang krusial. Di satu sisi, perusahaan selalu berusaha mengurangi biaya dengan
mengurangi tingkat persediaan di tangan (on-hand), sementara itu disisi lain
pelanggan menjadi tidak sangat puas ketika jumlah persediaan mengalami
kehabisan (stock-out). (Zulfikarijah, 2005).
Menurut Shore, 1973 (dalam Zulfikarijah, 2005) persediaan sebagai sumber daya
yang menganggur yang memiliki nilai potensial.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
waktu periode tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk prosentase nilai
rupiah per unit waktu. Contoh 15% biaya penyimpanan artinya 15 rupiah
untuk setiap 100 persediaan setiap tahun. Besarnya biaya simpan antara 15-
30% per tahun. Biaya penyimpanan ini meliputi: biaya modal (cost of capital),
biaya penyimpanan (cost of storage), Biaya keusangan/kadaluwarsa
(obselence cost), biaya kehilangan (loss cost) dan biaya kerusakan
(deterioration), biaya asuransi (insurance cost), dan biaya administrasi.
4. Biaya kekurangan persediaan (stock out). Biaya ini merefleksikan konsekuensi
ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan barang. Biaya ini meliputi:
Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Pengukuran biaya ini didasarkan
peluang yang hilang, yang disebut juga biaya penalti dengan satuan
rupiah/unit.
Waktu pemenuhan. Pengukuran biaya ini didasarkan pada waktu yang
diperlukan untuk mengisi gudang dengan satuan rupiah/satuan waktu.
Biaya pengadaan darurat. Biaya ini disebabkan karena pemesanan
mendadak yang harus dipenuhi. Pengukuran biaya ini didasarkan pada
pemesanan setiap kali kehabisan persediaan.
Universitas Indonesia
2.3.1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam
proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan
dimaksudkan untuk menetapkan jenis dan jumlah sediaan farmasi sesuai dengan
pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Pedoman
Perbekalan Farmasi, Depkes 2008). Disamping hal itu tujuan perencanaan
menurut Febriawati (2013) adalah untuk mendapatkan:
a. Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan yang terlalu besar akan menyebabkan investasi terlalu besar sehingga
memberikan dampak terjadinya kenaikan biaya pada modal, beban bunga,
pemeliharaan, penyimpanan, dan kemungkinan terjadinya kerugian yang
diakibatkan dari barang rusak atau expire, dan lain-lain. Sedangkan perencanaan
yang terlalu kecil akan mengakibatkan investasi yang terlalu kecil dan dapat
memberikan dampak kegiatan rumah sakit tidak optimal, pendapatan turun,
terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas rumah sakit. (Pedoman
Perbekalan Farmasi, Depkes 2008, Febriawati, 2013)
Universitas Indonesia
dihadapkan kepada hal-hal yang tidak pasti. Oleh karena itu hendaknya
perencanaan mempertimbangkan hal-hal yang di luar kemampuan pengawasan.
b. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproduksi atau barang (bahan
baku/bahan setengah jadi/komponen ) yang akan dipesan. Berdasarkan
Pedoman Perbekalan Farmasi, 2008 hal ini termasuk dalam tahap
kompilasi penggunaan, sehingga diketahuinya penggunaan sediaan
perbekalan farmasi masing-masing setiap bulannya dan sebagai data
pembanding bagi stok optimum/maksimum. Informasi yang didapat dari
kompilasi penggunaan meliputi: jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan,
Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahun, dan Pengunaan rata-rata untuk setiap jenis
perbekalan farmasi.
c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan
pemesanan.
d. Kapan melakukan pemesanan ulang/reorder point.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.2. Pengadaan
Filosofi pengadaan adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan
yang dilakukan berdasarkan pemikiran logis dan sistematis dan mengikuti norma
dan etika yang berlaku sesuai metode dan proses pengaadaan barang dan jasa
yang baku. Menurut Siahaya, W (2008), manajemen pengadaan adalah bagian dari
manajemen supplay chain management (rantai pasokan) yang secara sistematik
dan strategi memproses pengadaan barang dan jasa mulai dari sumber barang
sampai dengan tempat tujuan berdasarkan tepat mutu, jumlah, harga, waktu,
sumber dan tempat, untuk memenuhi pelanggan. Prinsip-prinsip pengadaan yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan sejak perencanaan harus
Universitas Indonesia
2.3.3. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima (receiving) sediaan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung, tender
atau konsinyasi/sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin sediaan
farmasi yang diterima sesuai dengan kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan. Kegiatan penerimaan barang ini termasuk dalam
aktivitas yang dilakukan oleh petugas gudang penyimpanan. (Pedoman
Perbekalan Farmasi, 2008)
Persyaratan lain dalam penerimaan barang yang perlu diperhatikan adalah: barang
yang diterima sesuai dengan surat pesanan (kemasan, bentuk sediaan, kekuatan,
jumlah barang, dan lain-lain), barang sesuai dengan faktur (harga, jumlah barang,
diskon, bonus, dan lain-lain), bila diperlukan disertakan sertifikat analisa/sertifikat
keaslian/ Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk alat kesehatan harus
mempunyai certificate of origin, periksa waktu kadaluwarsa (expired date
minimal 2 tahun), periksa nomor batch, dan periksa wadah pengiriman (untuk
sediaan termolabil). Segera setelah barang diterima, barang dikirim ke lokasi
penempatan barang tersebut (put-away). Kegiatan ini dapat dilakukan manual oleh
tangan mansuia sendiri atau dengan bantuan alat. Peneriman perbekalan harus
dilaksanakan oleh petugas yang terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas
Universitas Indonesia
mereka serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. (Pedoman
Perbekalan Farmasi, Depkes 2008; Martono, R 2013; Febriawati, 2008).
2.3.4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan sediaan
lainnya. Tempat penyimpanan ini dinamakan gudang. Gudang dapat didefiniskan
sebagai tempat penyimpanan sementara dan pengambilan sediaan untuk
mendukung kegiatan operasi bagi proses operasi berikutnya. Menurut Lambert,
Cooper, dan Pagh dalam pratical inventory management (2013), gudang diartikan
sebagai Part of a firms logistic system that stores products (raw materials,
parts, good in process, finished goods) at and between point of origin and point of
consumption, and provides information to management on the status, condition,
and disposition of items being stored. Paradigma terhadap gudang haruslah
diubah karena gudang mempunyai peran yang besar dalam menjaga mutu sediaan
perusahaan agar ketika didistribusikan atau diterima oleh customer mempunyai
mutu yang sama dengan ketika barang tersebut diterima di gudang, sehingga
terjadi pergeseran makna gudang dahulu dan sekarang, lihat Tabel 2.1.
Universitas Indonesia
Untuk mencapai tujuan penyimpanan, maka beberapa hal yang perlu diterapkan
dalam pengelolan gudang adalah :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebagai alat penyimpanan dan pengambilan barang agar mampu bergerak cepat,
lancar dan memiliki tempat penyimpanan yang aman. Selain itu juga akan
membantu dalam menjaga kebersihan dan perawatan gudang.(Martono, R., 2013)
d. Safety (keselamatan)
Keselamatan ini mencakup keselamatan terhadap barang, petugas, dan alat yang
digunakan untuk menyimpan. Harus dipastikan bahwa kualitas barang yang
disimpan di gudang terhindar dari bahaya kerusakan (tidak expire), tidak hilang,
dan tidak terkontaminasi. Seperti menyimpan barang tidak boleh bersentuhan
langsung dengan lantai, mempertahankan kelembaban gudang yaitu relatif tidak
lebih dari 60%, suhu gudang berada dalam batasan yang dapat diterima berkisar
8-25qC, tidak adanya bahaya kebocoran air, dan hama yang menyerang.
Keselamatan petugas gudang agar bekerja dengan aman terhindar dari bahaya
Universitas Indonesia
luka, cacat, atau keracunan dari barang kimia. Sirkulasi udara yang baik akan
memaksimalkan umur dari perbekalan farmasi dan meningkatkan kondisi
lingkungan kerja. Idealnya gudang terdapat air conditioner. Pengaturan cahaya
harus benar. Keselamatan terhadap alat penyimpanan harus baik agar alat dapat
berfungsi dengan baik, tidak rusak, tidak membahayakan orang dan barang yang
disimpan. Contohnya: penggunaan rak dan pallet yang tepat dimana akan
meningkatkan sirkulasi udara. Menyimpan barang tidak melebihi beban rak
penyimpanan dan pallet. Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, karton, dan lain-lain. Refrigerator dan alat penyimpan
lain yang sejenis yang membutuhkan perawatan yang baik agar dapat berfungsi
baik. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar
diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak. (Martono,
R., 2013: Febriawati, 2013
e. Security (keamanan)
Aspek keamananan gudang farmasi meliputi keamanan bagi petugas (harus jelas
tanggung jawabnya, aman untuk barang yang disimpan sehingga terjaga dari
risiko hilang/tidak dirusak oleh orang lain), dan aman bagi peralatan yang
digunakan sehingga terjaga dari risiko kehilangan. Pembatasan personel yang
dapat mengakses gudang, barang-barang seperti obat narkotika dan sejenisnya
yang harus disimpan di area dengan akses terbatas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Keamanan dokumen gudang juga harus diperhatikan.
Universitas Indonesia
2.3.5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan sediaan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Kegiatan ini dimulai dari menerima
permintaan barang, menyiapkan, dan mengirim barang ke tempat tujuan (khusus
untuk obat beserta informasi obat tersebut). Tujuan pendistribusian adalah
tersediannya sediaan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, jenis dan
jumlah.(Pedoman Perbekalan Farmasi, Depkes 2008)
Universitas Indonesia
Distribusi obat di unit rawat inap rumah sakit, dapat dilakukan dengan
menyediakan persediaan lengkap di ruang perawatan, melalui resep perorangan,
unit dosis atau kombinasi dari ketiganya. Saat ini rumah sakit mempersiapkan diri
untuk mengarah ke sistem unit dosis, dimana dengan sistem ini akan menekan
risiko terjadinya kebocoran keuangan, risiko kesalahan, tetapi membutuhkan
tenaga farmasi yang tinggi. (Febriawati, 2013)
2.3.6. Pengendalian
Pengendalian sedian farmasi sangat penting karena berkaitan dengan nilai yang
sangat signifikan, risiko kerugian yang tinggi, terjadinya over stock atau
kehabisan stok, peluang untuk cost saving. Karena nilai yang sangat signifikan ini
maka penting untuk diketahui nilainya secara pasti, dikendalikan jumlah dan
pergerakannya, cepat dideteksi jika terjadi inefisiensi dan dikendalikan
penggunaannya.
Kegiatan pengendalian mencakup :
a. Memperkirakan menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum yaitu stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan dan stok
pengamanan dimana jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya
sesuatu hal yang tidak terduga (keterlambatan obat pengiriman).
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
(Pedoman Perbekalan Farmasi, Depkes 2008)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penentuan titik ROP dan jumlah pengisian bergantung pada kebijakan perusahaan.
Menurut Martono, R. 2013 beberapa metode yang sering digunakan adalah:
1. Lot-four-Lot (L4)
Pemesanan atau pemenuhan inventori sesuai jumlah yang dibutuhkan saja.
Ditujukan untuk jenis inventori yang mahal, kritis, dan pada sistem operasi Just-in
Time. Biaya modal dan simpan minimum, karena setiap barang yang disediakan
digunakan untuk proses. Kekurangan dari metode ini adalah bila terjadi risiko
perubahan kebutuhan inventori meningkat secara mendadak dan juga bila terjadi
keterlambatan pengiriman.
2. Fixed Order Quantity (FOQ)
Pemenuhan inventori selalu dilakukan dalam jumlah yang sama setiap kali
pemesanan. Kedua belah pihak, baik pemesan maupun pihak yang menyuplai
telah menyepakati jumlah pemesanan tersebut (biasa disebut lot atau ukuran
batch). Penambahan inventori dilakukan pada periode dengan tingkat kebutuhan
lebih tinggi dari tingkat inventori sisa. Bila kebutuhan inventori turun maka
frekuensi pengiriman akan dikurangi. Risiko yang dapat timbul dengan metode ini
adalah bila terjadi kenaikan inventori drastis dan jumlah inventori tidak dapat
ditambah untuk setiap kali pemesanan, maka frekuensi pengiriman inventori naik
tinggi. (Martono, R. 2013)
3. Economic Order Quantity (EOQ)
Model EOQ ini pertama kali diperkenalkan oleh Haris, FW tahun 1915. Dimana
biaya persediaan terdiri dari 2 macam, yaitu biaya pesan/ordering cost/set up cost
dan biaya simpan /carring cost/holding cost. Sistem pemesanan ini
menyeimbangkan biaya simpan dan biaya pesan inventori. Asumsinya adalah:
kebutuhan inventori diketahui dan relatif sama, kebutuhan inventori diproduksi
atau dibeli dalam ukuran lot, biaya simpan dan biaya kirim diketahui besarnya
sama dalam periode yang panjang serta disepakati oleh semua pihak perusahaan,
dan pemenuhan inventori terjadi dalam satu proses. Contoh jika kebutuhan
inventori 100 unit maka pengisian inventori langsung 100 unit, tidak dua kali
dengan masing-masing 50 unit. Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah:
2AO
EOQ = S
Universitas Indonesia
Keterangan:
A = Kebutuhan inventori yang diperkirakan per periode waktu
O = Biaya pemesanan inventori per pesanan
S = Biaya simpan inventori per tahun
Universitas Indonesia
EOQ
Periode pemenuhan =
Permintaan rata-rata tiap periode
5. Periodic Review
Pengisian kembali inventori/barang kebutuhan operasional ketika inventori yang
tersedia mencapai ROP. ROP ini diperoleh melalui persamaan safety stock sesuai
service level yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Dengan metode EOQ,
perusahaan melakukan review jumlah inventori yang dimiliki setiap periode
tertentu (T1, T2, T3, T4, bisa harian atau mingguan), lihat gambar 2.3. (Martono,
R. 2013)
Jika Perusahaan menetapakan jumlah maksimum yang harus dipenuhi setiap kali
pemenuhan inventori maka dapat menggunakan pendekatan berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan two bins inventory system dapat menjelaskan metode ini. Dalam
sistem ini inventori diletakkan pada dua buah rak, masing-masing rak
dicantumkan sebuah kartu identitas inventori dam jumlah inventori untuk setiap
rak. Ketika salah satu rak habis maka kartu yang tercantum pada rak dikirim ke
bagian/proses sebelumnya untuk mengisi inventori. (Martono, R. 2013)
Sistim Kanban menyerupai sistim pada two bins inventory system. Perbedaannya,
pada sistem kanban diperlukan dua buah rak, dam jumlah inventori pada setiap
pengiriman tidak banyak. Hal ini memerlukan frekuensi pengiriman inventori
yang lebih sering. (Martono, R. 2013)
Universitas Indonesia
Jumlah periode -1
Universitas Indonesia
Dua (2) jenis kontrol yang biasa dilakukan perusahaan terhadap inventori, yaitu:
a. Periodik
Pelaksanaan kontrol biasanya sekali dalam satu tahun (dalam satu bulan). Kontrol
dilakukan terhadap semua jenis inventori dengan tujuan untuk melakukan
verifikasi terhadap nilai keuangan. Kelemahan dari proses ini adalah selang waktu
yang digunakan lama sehingga dapat terjadi perbedaan antara jumlah yang tercatat
dan kondisi di lapangan, proses produksi harus dihentikan, pelaksana kontrol oleh
banyak karyawan yang mungkin kurang ahli.
b. Cycle Counting
Pelaksanaan kontrol dilakukan dengan selang waktu yang pendek dan terus
menerus sepanjang tahun (misal tiga hari dalam seminggu). Proses produksi dapat
berjalan terus, tingkat kesalahan lebih kecil dan dilakukan oleh tenaga ahli.
Inventori dalam kategori ini adalah inventori yang penting bagi perusahaan.
Beberapa kondisi mengenai waktu pelaksanaan cycle counting adalah: ketika
pemesanan inventori diterima, ketika inventori habis, ketika sejumlah transaksi
pembelian inventori sudah dilaksanakan. (Martono, R. 2013).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.8. Penghapusan
Menurut Subagya, 1994 (dalam Febriawati, 2013), penghapusan adalah kegiatan
atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan dan
perundangan-undangan yang berlaku. Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi-Depkes 2008, penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak dan mutu tidak
memenuhi standar. Tujuan dari penghapusan ini untuk menjamin perbekalan
farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang
berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun
mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sudah sub standar.
Universitas Indonesia
Monitoring ini juga dilakukan terhadap sistem inventori secara berkala agar
didapatkan pengelolaan data dan informasi yang akurat sehingga dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan. (Hartono, 2013)
Indikator berikut merupakan berbagai indikator dari berbagai sumber yang dapat
disajikan oleh penulis. Hendaknya indikator yang dipilih melibatkan keseluruhan
bagian dari pengelolaan perbekalan farmasi. Indikator efisiensi pengelolaan obat
diambil dari sumber Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 2011. Fakultas
Farmasi UGM dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sumber : Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 2011. Fakultas Farmasi UGM, P 96 & P. 98
Universitas Indonesia
Menurut APICS Dictionary (2010) Lean diartikan sebagai suatu filosofi bisnis
yang berlandaskan pada minimisasi penggunaan sumber-sumber daya (termasuk
waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan. Fokus Lean menurut sumber ini
adalah pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah (non value adding activities) baik itu dalam desain, produksi (untuk
bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa), dan supply chain
management, yang berkaitan dengan pelanggan.
Menurut Gaspersz, V (2011), Lean diartikan sebagai suatu upaya terus menerus
untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value
added) produk (barang dan atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan
(customer value). Lean juga dikatakan sebagai suatu pendekatan sistemik dan
sistematik untuk menidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value addinng activities)
melalui peningkatkan terus menerus secara radikal (radical continuous
improvement) dengan cara mengalirkan produk (material, work in process,
output). Tujuan dari Lean adalah meningkatkan terus menerus customer value
melalui peningkatan terus menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste (the
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Specify value. Spesifikasi secara tepat nilai produk yang diinginkan oleh
pelanggan/pasien. Nilai adalah setiap kegiatan yang meningkatkan kesehatan
pasien, kesejahteraan dan pengalaman pasien. Beberapa implikasi di
pelayanan kesehatan yang terkait dengan spesifikasi nilai ini haruslah
diidentifikasikan dan disepakati nilai apa yang disediakan kepada
pelanggan/pasien. Apa pun yang meningkatkan perawatan dan pengalaman
pasien adalah akan menambahkan nilai, sedangkan hal lain adalah
pemborosan. Berikut adalah beberapa hal yang mempunyai nilai bagi pasien,
yaitu: pasien tidak mempunyai pengalaman akan keterlambatan,
mendapatkan standar yang tinggi dan pelayanan yang baik, tidak
mendapatkan infeksi ketika dirawat di rumah sakit, dirawat dengan tempat
yang benar pada waktu yang benar dan oleh orang yang benar. Sedangkan hal
yang tidak bernilai bagi pasien, seperti: pasien harus menunggu/membuang
waktu, proses pemullihan yang panjang, misalnya hasil tes laboratorium tidak
tersedia, penjadualan ulang rawat jalan karena ada dokter tidak praktik, dan
lain-lain. Disamping hal tersebut di atas perlu untuk mengidentifikasi siapa
pelanggan kita. Bila di pelayanan rumah sakit sudah jelas bahwa pelanggan
kita adalah pasien, tetapi bagaimanapun juga pelanggan lain memang ada dan
harus dipertimbangkan.
b. Identify the value stream or patient journey. Identifikasi aliran nilai (value
stream) untuk setiap proses jasa. Hal ini merupakan inti tindakan yang
diperlukan untuk memberikan nilai bagi pasien. Ini mencakup seluruh
perjalanan pasien mulai dari awal sampai akhir. Mengidentifikasi langkah-
langkah yang menambah nilai dan meningkatkan kualitas bagi pasien.
Mengidentifikasi value stream juga berarti mengidentifikasi komponen
perjalanan pasien yang menambah nilai akan perawatan mereka. Salah satu
metode untuk melakukan hal ini adalah pemetaan aliran nilai (value stream
mapping). Value stream mapping memungkinkan kita secara visual
mengetahui bagaimana proses yang sedang berlangsung saat ini dan
memungkinkan kita untuk mengidentifikasi semua yang bersifat pemborosan,
pekerjaan yang tidak perlu, adanya duplikasi langkah, adanya keterlambatan,
kurangnya peran yang jelas dan tanggung jawab.
Universitas Indonesia
c. Make the process and value flow. Membuat proses dan nilai mengalir.
Eliminasi semua pemborosan yang terdapat dalam aliran jasa (Moment of
Truth) agar nilai mengalir tanpa hambatan. Bagi pasien ini berarti
menghindari antrian dan tumpukan, menghilangkan semua hambatan yang
dapat mencegah terjadinya aliran tercepat teraman bagi perawatan pasien.
d. Let the customer pull. Pelanggan harus mulai untuk menarik produk atau jasa
yang diperlukan. Kita harus memberikan perawatan sesuai permintaan,
dengan sumber daya yang diperlukan untuk itu. Implikasi di pelayanan
kesehatan adalah kita harus membuat sistem menarik dalam perjalanan
pasien. Setiap langkah dalam perjalanan pasien perlu menarik orang,
keterampilan, bahan dan informasi. Hal ini dapat berarti kita menanggapi
permintaan atau kebutuhan pasien.
e. Pursue perfection. Mengembangkan dan mengubah proses terus menerus
dalam mengejar kesempurnaan. Untuk pasien ini berarti menyelesaikan
perawatan dan pengobatannya dengan hasil terbaik, tanpa kesalahan, tepat
waktu dan tanpa penundaan. Untuk mencapai hal ini kita perlu proses yang
konsisten dan dapat diandalkan.
Menurut Vincent Gaspersz (2012), terdapat lima prinsip Lean yang sama dengan
prinsip di atas yaitu :
a. Mengidentifikasi nilai produk (barang dan/atau jasa) berdasarkan perspektif
pelanggan, yang mana pelanggan menginginkan produk (barang dan/atau jasa)
berkualitas superior, dengan harga yang kompetetitif pada penyerahan yang
tepat waktu (prinsip: Q=Quality, C=Cost, dan D=Delivery)
b. Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada value
stream) untuk setiap produk (barang dan/atau jasa). Catatan : kebanyakan
manajemen perusahaan industri di Indonesia hanya melakkukan pemetaan
proses bisnis atau proses kerja, bukan melakukan pemetaan proses produk.
Hal ini berbeda dari pendekatan Lean.
c. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas
sepanjang proses value stream itu.
Universitas Indonesia
Menurut Zylstra, K.D (2006), pendekatan tarik (pull) dalam Lean Distribution
adalah penghubung terakhir antara persyaratan pelanggan dan operasi internal dan
para pemasok. Penghubung ini menyalurkan informasi dan untuk mensinkron
operasi. Penghubung tersebut harus cepat dan responsif, sehingga harus dibangun
di atas data yang solid yang mencerminkan dari permintaan dan karakteristik
aliran untuk membuat proses pengisian kembali berjalan lebih efektif. Titik awal
dari data tarik adalah permintaan. Data permintaan berhubungan dengan konsumsi
nyata produk. Data permintaan dapat dikombinasikan dengan kebijakan pelayanan
pelanggan, penempatan penahan, dan siklus pengisian kembali untuk membangun
sistem Tarik yang berhubungan dengan pelanggan. Ketersediaan, sumber dan
keakuratan data dapat menjadi faktor yang membatasi baik terhadap identifikasi
titik konsumsi maupun mendapatkan data permintaan aktual. Titik konsumsi yang
diinginkan dapat membuktikan tidak dapat bekerja sehubungan dengan data yang
berkendala, jika data tidak tersedia dan tidak akurat.
Universitas Indonesia
pemborosan, penting untuk memahami apa dan di mana pemborosan itu ada.
Tujuh pemborosan menurut Taiichi Ono adalah Transportastion, Inventori,
Motion, Waiting, Over-processing, Over-production, Defect.
Menurut Vincent Gasperz (2012), terdapat Delapan (8) Jenis Pemborosan seperti
yang ditunjukkan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.4 Delapan (8) pemborosan di pelayanan kesehatan beserta dengan contoh.
No. WasteMuda Definisi Contoh Penyebab Penanggulangan
1 Cacat /mengulang Pekerjaan yang Salah Obat Kurangnya pemahaman Mendesain ulang sistem yang
pekerjaan mengandung Mengulang pekerjaan tentang apa yang mendukung pekerja melakukan
(Defect/rework) kesalahan atau Variasi hasil dimaksud dengan pekerjaan dengan benar, dengan
kekurangan sesuatu Biaya/penagihan yang "bebas cacat" spesifikasi yang jelas dari aktivitas
yang bernilai salah pekerjaan, harapan yang jelas
Kurangnya spesifikasi
Kesalahan pembedahan terhadap hasil dan lingkungan yang
dalam proses kerja.
aman bagi pemecahan masalah
dalam perjalanan kerja.
Mendefinisikan dengan jelas
sehingga mempunyai pemahaman
apa yang dimaksud dengan bebas
cacat.
Pemahaman tunggal yang jelas
tentang metode bebas cacat
sekarang.
2 Overproduction Pekerjaan Duplikasi grafik Menyalahartikan Interpretasi yang jelas dari peraturan
berlebihan Beberapa formulir peraturan-peraturan
Informasi Sistem (elektronik atau
untuk informasi yang Komunikasi yang buruk
kertas) dari perjalanan pasien yang
antara departemen,
sama menghilangkan kelebihan.
kantor.
Salinan-salinan laporan Tidak ada spesifikasi
dikirim secara otomatis yang jelas dari apa yang
membutuhkan.
Universitas Indonesia
Lanjutan Tabel 2.4 Delapan (8) pemborosan di pelayanan kesehatan beserta dengan contoh.
Universitas Indonesia
Lanjutan Tabel 2.4 Delapan (8) pemborosan di pelayanan kesehatan beserta dengan contoh.
No. WasteMuda Definisi Contoh Penyebab Penanggulangan
Rute pemberian obat
tidak jelas.
Sistem penagihan
pembayaran tidak jelas
5 Transportasi Merelokasi atau Mengirimkan obat- Lokasi suplai tidak Melakukan 5S- organisasi tempat
mengirim pasien, obatan dari farmasi standar. kerja untuk menstandarkan lokasi
material atau suplai sentral. suplai dekat dengan titik kerja.
untuk memenuhi Perlengkapan untuk
sebuah tugas. Staf berjalan (mondar- menyelesaikan satu Examine staff location as related to
mandir) menuju ke tugas terletak di commonly used supply storage
ruang penyimpanan beberapa lokasi. locations
untuk mengambil
persediaan.
Universitas Indonesia
Lanjutan Tabel 2.4 Delapan (8) pemborosan di pelayanan kesehatan beserta dengan contoh.
No. WasteMuda Definisi Contoh Penyebab Penanggulangan
6 Inventori Lebih banyak Stok obat yang Suplai/permintaan tidak Suplai tepat , apa yang dibutuhkan
material yang berlebihan di unit. tidak dipahami dengan tidak lebih dan tidak kurang.
disimpan daripada baik.
yang dibutuhkan Stok suplai yang Menjaga ketersediaan suplai saat ini.
untuk kerja. berlebihan di unit dan Persediaan yang sudah
di gudang. usang tidak dihapus .
Pilihan pribadi
dipenuhi,
dilipatganakan.
Understand personal preferences
and orchestrate "like" items use.
7 Pergerakan Pergerakan orang Mencari informasi. Sistem informasi yang Sistem IT yang sesuai dengan
yang tidak tidak konsisten permintaan kerja.
menambah nilai. Mencari material dan (termasuk komunikasi).
orang. Sistem komunikasi yang dipercaya.
Stok material tidak
Material, alat sesuai dengan Ketersediaan bahan cairan yang
ditempatkan jauh dari permintaan. memenuhi kebutuhan saat ini.
tempat kerja.
Penjadualan yang Penjadualan yang konsisten yang
menciptakan banyak memenuhi permintaan.
jalan (bolak-balik) dan
kerja ulang.
Universitas Indonesia
Lanjutan Tabel 2.4 Delapan (8) pemborosan di pelayanan kesehatan beserta dengan contoh.
No. WasteMuda Definisi Contoh Penyebab Penanggulangan
8 Proses yang Aktivitas-aktivitas Klarifikasi perintah Tata letak kerja yang Desain ulang area kerja untuk
berlebihan yang dilakukan tidak mendukung aliran menciptakan aliran yang kontinyu.
tidak menambah Klarifikasi pesanan / yang kontinyu.
nilai dari perspektif instruksi Sistem pengiriman yang sederhana
pasien/customer. Aliran yang kompleks /konsisten untuk obat-
Infromasi/grafik yang pada pengiriman obat
berlebihan. obatan/material/ informasi.
dari apotik.
Obat yang hilang. Formulir-formulir yang sebagai
Formulir-formulir yang
Peraturan pekerjaan dokumen hanya informasi yang
banyak.
tulis menulis. penting.
Sumber : http://www.hpp.bz/page.php?page=8%20Wastes%20with%20Healthcare%20Examples. Diunduh pada tanggal 6 September
2013, Pukul 00:23 WIB
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
proses karena dinamika dari sistem tersebut dan para pekerja yang terlibat dalam
sistem dorong biasanya tidak akan bereaksi dengan cepat terhadap perubahan
yang tiba-tiba dalam permintaan. (Gaspersz, V. 2012)
Sistem tarik di dalam Lean adalah sistem tarik proses sesudah (subsequent
process) akan meminta atau menarik material dari porses sebelum (preceding
process) berdasarkan aktual dari proses sesudah (subsequent process). Proses
sebelum (preceding process) tidak boleh memproduksi dan mendorong atau
memberikan permintaan kepada proses sesudah (subsequent process) sebelum ada
permintaan produksi dari proses sesudah (preceding process). Dengan kata lain
sistem tarik adalah suatu sistem pengendalian produksi dan proses paling akhir
dijadikan sebagi titik awal produksi. Sehingga rencana produksi yang
dikehendaki, dengan jumlah dan tanggal yang telah ditentukan diberikan kepada
proses paling akhir. Berikut adalah contoh proses sebelum dan porses sesudah
yang ditunjukkan dalam gambar 2.4 dan aliran material dan penyusuanan jadual
dalam sistem dorong dan sistemn tarik ditunjukkan pada gambar 2.5 (Gaspersz, V.
2012)
Universitas Indonesia
Dari gambar 2.5 tampak perbedaan antara sistem dorong dan sistem tarik. Sistem
dorong (push system) merupakan suatu proses beraliran tunggal (single flow
process) dimana aliran jadual yang tersusun dan aliran material dalam proses
berada dalam arah yang sama. Sedangkan sistem tarik (pull system) merupakan
proses berlairan ganda, dimana aliran material berada dalam aliran yang berbeda
dengan aliran jadual yang disusun itu. Sistem kanban digunakan untuk
mengkomunikasikan jadual yang disusun itu dari satu pusat kerja ke pusat kerja
yang lain. Sehingga dalam gambar 2.5 penyusunan jadual dalam sistem dorong
dilakukan sebelum pusat kerja A (proses awal), sedangkan penyusunan jadual
dalam sistem tarik dilakukan pada pusat kerja C (proses akhir). (Gaspersz, V.
2012)
Universitas Indonesia
dengan cepat dan efektif dan membuka pintu untuk kreativitas dan kemajuan.
Pada tabel 2.6 memperlihatkan manfaat utama dari Teknik Lean yang sering
digunakan.
Universitas Indonesia
Menurut Gapersz dan Fontana (2011), Six Sigma adalah suatu upaya terus
menerus (continuous improvement effort) untuk menurunkan variasi dari proses
agar meningkatkan kapabilitas produk (barang dan atau jasa) yang bebas
kesalahan (zerodefect) target minimum 3,4 DPMO (Defect Per Million
Opportunitis) untuk memberikan nilai kepada pelanggan (customer value).
Apabila produk (barang dan atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas
(kapabilitas proses) Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per
sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa
yang diharapkan oleh pelanggan akan ada dalam produk (barang dan atau jasa)
itu. Pada umumnya keberhasilan penerapan Six Sigma dalam organisasi diukur
dengan berapa nilai sigma yang dicapai. Nilai sigma ini merupakan interpretasi
dari jumlah kesalahan yang terjadi per satu juta unit yang dapat dilihat pada tabel
2.7. Saat ini Indonesia masih di nilai sigma 2.
Tabel 2.7 Nilai Level Sigma
Batas Defective
Percent
Spesifikasi ppm
r 1V 30,23 697700
r 2V 69,13 308700
r 3V 93,32 66810
r 4V 99,3790 6210
r 5V 99,97670 233
r 6V 99,999660 3.4
Universitas Indonesia
Dalam Six Sigma oleh Brue dan Howes (2006), Six Sigma setidaknya memiliki
tiga makna, yaitu: pertama, Six Sigma adalah tingkat kualitas. Sigma adalah
ukuran statistik dari variasi dalam proses. Sigma adalah simbol dalam statistik
untuk deviasi standar, ukuran variasi dalam distribusi nilai. Mencapai tingkat Six
Sigma kualitas berarti bahwa proses hanya memproduksi hanya 3,4 cacat per
sejuta kesempatan (DPMO). Dengan kata lain, Six Sigma bekerja hampir
sempurna. Kedua, Six Sigma adalah metodologi pemecahan masalah yang dapat
diterapkan pada setiap proses untuk menghilangkan akar penyebab cacat dan
biaya yang terkait masalah juga dapat sebagai metodologi yang untuk merancang
proses. Ketiga, Six Sigma adalah filosofi manajemen. Ini merupakan pendekatan
berbasis pelanggan yang mengakui bahwa cacat akan menurunkan kepuasan dan
loyalitas cutomer dan meningkatkan biaya. Karena organisasi yang menyediakan
barang dan / atau jasa dengan nilai tertinggi dengan biaya yang lebih rendah
adalah yang paling kompetitif, Six Sigma adalah strategi untuk mencapai hasil
kritikal. penting. Singkatnya, Six Sigma adalah sebuah dasar statistik pengukuran:
3,4 cacat per sejuta kesempatan, sebuah metodologi untuk mengurangi variasi
dalam proses, sebuah filosofi dan tujuan: sesempurna mungkin.
Universitas Indonesia
sigma enam yaitu hampir sempurna 99,99966% dan menciptakan istilah itu untuk
metodologi tersebut.
Setiap proyek Six Sigma dalam sebuah organisasi haruslah mengikuti beberapa
fase yang disebut dengan DMAIC atau DMADV. DMAIC, yaitu Define,
Measure, Analyze, Improve, dan control yang digunakan untuk meningkatkan
proses bisnis yang telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan
desain porses baru. DMADV adalah Define, Measure, Analyze, Design dan
Verify. Uraian tentang perbedaan antara DMAIC dan DMADV terlihat dalam
tabel 2.8 .(Gasperz, V. 2011)
Universitas Indonesia
DMAIC DMADV
Define Define
Mendefinisikan secara formal sasaran Mendefinisikan secara formal sasaran
peningkatan proses yang konsisten dari aktivitas desain baru dan/atau
dengan permintaan atau kebutuhan desain produk baru yang secara
pelanggan dan strategi perusahaan. konsisten berkaitan langsung dengan
permintaan atau kebutuhan pelanggan
dan strategi perusahaan
Measure Measure
Mengukur kinerja proses pada saat Mengidentifikasi critical to quality
sekarang (baseline measurement) agar (CTQ), kapabilitas produk (product
dapat dibandingkan dengan target yang capabilities), kapabilitas proses
ditetapkan. Lakukan pemetaan proses (process capability), evaluasi risiko dan
proses dan mengumpulkan data yang lain-lain.
berkaitan dengan indikator kinerja
kunci (key performance indicators
=KPIs).
Analyze Analyze
Menganalisa hubungan sebab akibat Mengembangkan dan mendesain
berbagai faktor yang dipelajari untuk alternatif-alternatif, menciptakan high
mengetahui faktor-faktor dominan yang level design, dan mengevaluasi
perlu dikendalikan. kapabilitas desain agar mampu memilih
desain terbaik.
Improve Design
Mengoptimalkn proses menggunakan Mengembangkan desain secara
analisa-analisa seperti Design of terperinci (develop detail design),
Experiments (DOE), dan lain-lain untuk optimalisasi desain (optimize design),
mengetahui dan mengendalikan kondisi dan rencana untuk verifikasi desain.
optimum proses. Pada tahap ini memungkin
membutuhkan simulasi.
Control Verify
Melakukan pengendalian terhadap Memverifikasi desaiin, setuo pilot runs,
proses secara terus menerus untuk implementasi proses baru (untuk desain
meningkatkan kapabilitas porses porses baru) atau produk baru (untuk
menuju target Six Sigma. desain produk baru), kemudian
menyerahkan kepada pemilik porses.
Sumber : Gasperz, V. 2011
Universitas Indonesia
Penjelasan rinci tentang DMAIC berikut kegiatan dan tools yang diperlukan
(Brue, dan Howes, 2006) :
a. Define
Define adalah tahap menentukan maksud/tujuan dan lingkup proyek,
mengumpulkan informasi dari customer, mengetahui proses-proses yang terlibat
dan menentukan proyek yang akan dilakukan. Tahap ini diawali dengan beberapa
pertanyaan, yaitu:
x Masalah apa yang harus kita fokuskan?
x Siapa saja customer yang terkena masalah itu?
x Faktor-faktor apa saja yang merupakan hal penting bagi customer?
x Proses-proses apa saja yang terlibat dalam masalah tersebut?
x Faktor-faktor apa saja yang merupakan hal penting bagi proses-proses
tersebut?
x Apa tujuan kita?
x Kapan batasan waktu untuk pencapaian tujuan kita?
Langkah-langkah kegiatan dalam tahap ini adalah: memilih siapa champion
dan pemilik proses, membuat project charter, membentuk tim, mengidentifikasi
customer dan mengumpulkan data customer (Voice of Customer dan Voice of
Employee), mendefinisikan persyaratan Critical to Quality (CTO) customer,
menentukan ruang lingkup proyek, mendefinisikan dan mempetakan proyek
bisnis inti, membuat metrik proyek, mengidentifikasi masalah-masalah penting
dalam porses, mengembangkan pernyataan-pernyataan masalah, menentukan
sumber daya yang penting, dan memulai untuk melatih anggota tim agar
termotivasi dan menyakini didapatkan kesamaan persepsi, termotivasi dan
percaya pada manfaat yang akan diperoleh dengan menyelesaikan proyek ini.
Tools yang dapat digunakan dalam tahap ini antara lain: Project charter,
SIPOC, Brainstorming, Current State Analysis, Voice of Customer, Surveys,
Focus Groups, Benchmarking, dan lain-lain.
b. Measure
Measure adalah bagian penting dari metodologi DMAIC, karena menentukan
karakteristik yang mempengaruhi perilaku proses. Pada tahap ini harus ditentukan
Universitas Indonesia
c. Analyze
Metodologi Six Sigma yang ketiga adalah Analyze. Selama tahap ini, semua data
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dikumpulkan untuk dianalisis
kesenjangan antara kinerja saat ini dan yang diinginkan. Selain itu, melakukan
analisis akar-penyebab untuk menentukan kemungkinan alasan yang
menyebabkan kesenjangan kinerja dan mengukur penyebab utama untuk variasi.
Akar masalah yang ditemukan diidentifikasi ke dalam dua kategori yaitu akar
masalah yang dapat dikendalikan (controlled cause) dan akar masalah yang tidak
dapat dikendalikan (uncontrolled cause).
Tools yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah Basic Improvement
Tools, Brainstorming, FMEA, Hypothesis testing, Analysis of variance, Cause
and Effect diagram, Process map, Tree diagram, Pareto Charts, SPC Control
Charts
d. Improve
Tahap ini biasanya dimulai dengan memilih karakteritik produk atau kinerja
proses yang harus ditingkatkan untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan proses
(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. Pada tahap ini telah ditetapkan variabel
faktor (x) dan untuk masing-masing variabel respons(y). Sedangkan pada tahap
improve banyak melibatkan uji perancangan percobaan (Design of Experiments
Universitas Indonesia
e. Control
Tahap Control yang merupakan tahap terakhir dalam DMAIC, dimana tahap ini
adalah tahap mengendalikan kinerja proses (x), menetapkan rencana tindakan
perbaikan yang direfleksikan pada tahap Improve dan gerakan kontrol untuk
meneruskan peningkatan kinerja. Tim harus memastikan bahwa kondisi proses
baru didokumentasikan dan kemudian dimonitor melalui metoda yang tepat
sehingga dapat dipastikan cacat tidak muncul kembali.
Menurut Brue dan Howes (2006), terdapat lima (5) elemen yang merupakan
rencana pengendalian yang lengkap (complete control plan), yaitu :
Universitas Indonesia
control yang merupakan jantung dari tahap ini, fokus pada pengukuran dan
analisa proses kunci input dan ouput. Menetapkan process dashboard yaitu
pengukuran yang terus menerus.
Universitas Indonesia
atas. Satu dari karakter unik Six Sigma adalah tercipta hierarki perbaikan proses
menggunakan analogi ilmu bela diri dengan tingkatan level yaitu sabuk hijau,
sabuk hitam, dan master sabuk hitam, dilengkapi dengan perangkat serta
pengetahuan untuk melakukan perbaikan yang signifikan dalam kinerja bisnis.
Sedangkan fokus proses dan perbaikan yang dimaksudkan oleh Syukron dan
Kholil (2013) adalah: serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai
beberapa hasil. Proses merupakan hal yang paling dasar dalam Six Sigma, karena
proses adalah cara bagaimana sebuah pekerjaan menghasilkan nilai bagi
pelanggan, maka dari itu dalam Six Sigma kapabilitas proses sangat dijaga dalam
suatu organisasi. Dengan fokus yang sungguh-sungguh pada kualitas maka
sebuah organisiasi akan secara aktif berusaha untuk terus menerus memahami
kebutuhan serta tuntutan pelanggan, berusaha untuk membangun kualitas dan
mengintegrasikan ke dalam proses-proses kerja dengan cara menimba ilmu serta
pengalaman dari para karyawannya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penerapan Lean Six Sigma menggunakan fase DMAIC yang mirip dengan Six
Sigma. Proyek Lean Six Sigma terdiri dari penghapusan limbah Lean dan proyek
Six Sigma didasarkan pada kritikal karakteristik kualitas. DMAIC toolkit Lean Six
Sigma terdiri dari semua alat Lean dan Six Sigma. (Gaspersz, V. 2011)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL RUMAH SAKIT PMI BOGOR
Universitas Indonesia
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut RS PMI Bogor menetapkan beberapa
strategi sebagai berikut.
1. Pengembangan mutu pelayanan dengan memperkuat kapasitas sarana dan
prasarana, Sumber Daya Manusia (SDM) dan manajemen pelayanan dengan
skala prioritas di bidang kegawatdaruratan medis.
2. Mengoptimalkan fungsi manajemen rumah sakit khususnya manajemen
informasi rumah sakit, manajemen mutu dan manajemen risiko untuk
terwujudnya kinerja pelayanan yang efektif dan efisien.
3. Optimalisasi manajemen sumber daya manusia untuk mendukung
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit dan terwujudnya SDM yang
efektif dan berkinerja tinggi.
4. Pembenahan sarana dan prasarana lingkungan rumah sakit (RS) untuk
mendukung program tata alur pelayanan, kesehatan lingkungan dan
menciptakan lingkungan RS yang bersih, indah, nyaman dan aman dengan
berpedoman pada Masterplan dan Blockplan RS PMI Bogor.
5. Pengembangan pelayanan medis untuk mendukung upaya RS sebagai rumah
sakit rujukan medis di wilayah Bogor dan sekitarnya.
3.3. Organisasi
Rumah Sakit PMI Bogor dipimpin oleh seorang direktur dengan dibantu oleh 3
orang wakil direktur yang terdiri dari Wakil Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan, Wakil Direktur Prasarana dan Sarana dan Wakil Direktur
Administrasi dan Keuangan. Secara rinci struktur organisasi RS PMI Bogor dapat
dilihat pada gambar berikut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Instalasi Farmasi yang merupakan unit yang menjadi obyek penelitian berada di
bawah Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan dan dipimpin oleh
seorang Kepala Instalasi.
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Gambaran Jenis dan Jumlah Kelas Perawatan RS PMI Bogor
Per November 2013
3.4.3. Instalasi Gawat Darurat : Pelayanan 24 Jam dan dilengkapi dengan Ruang
Bedah Minor.
3.4.4. Instalasi Bedah Sentral : terdiri dari 6 (enam) kamar operasi.
3.4.5. Kamar Bersalin
3.4.6. Penunjang Medis
Laboratorium : Laboratorium Patologi Klinik, Laboratorium Patologi
Anatomi, dan Laboratorium Mikrobiologi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambaran tenaga dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis yang
melaksanakan pelayanan medis di RS PMI Bogor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Gambaran Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis
di RS PMI Bogor
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR PELAYANAN
MEDIK & KEPERAWATAN
KEPALA INSTALASI FARMASI BADAN FARMASI DAN TERAPI
KEPALA SUB INSTALASI
KEPALA SUB INSTALASI KEPALA SUB INSTALASI
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN FARMASI KLINIS
PENGELOLAAN
FARMASI
PERBEKALAN
Tim Farmasi Klinis Rawat Jalan PJ Pengolahan Data Farmasi
PJ Gudang Farmasi
I Tim Farmasi Klinis Rawat Inap
PJ Pengawasan Mutu Farmasi
PJ Gudang Farmasi II
PJ Depo Poliklinik Reguler PJ Administrasi Keuangan Farmasi
Pelaksana Dispensing Pelaksana Urusan Penerimaan Keuangan Farmasi
Pelaksana Urusan Pembayaran Keuangan Farmasi
PJ Depo Poliklinik Afiat
Pelaksana Dispensing
PJ Depo Farmasi Rawat Inap
Pelaksana Dispensing
Universitas Indonesia
3.7.2. Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Farmasi RS PMI Bogor.
Visi
Menjadi instalasi farmasi rumah sakit yang memberikan pelayanan terbaik dan
profesional serta mendukung penyediaan perbekalan farmasi di bidang
kegawatdaruratan.
Misi
Memberikan pelayanan terbaik dengan selalu berupaya meningkatkan sumber
daya manusia.
Universitas Indonesia
Falsafah
Selalu melakukan pelayanan terbaik dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan
pelayanan kefarmasian.
Tujuan
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan niasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Melakukan dan memberikan pelayanan bermutu melalui analis, telaah, dan
evaluasi pelayanan.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
Universitas Indonesia
Ketiga tenaga gudang farmasi ini mengakui bahwa belum pernah mengikuti
pelatihan yang terkait dengan tanggung jawabnya yaitu sistem pergudangan dan
hal ini juga disampaikan oleh Kepala Instalasi Farmasi, Kasub Pengelolaan
Perbekalan dan juga Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RS PMI Bogor.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.7.4. Tugas Pokok dan Uraian Kerja Gudang Farmasi II RS PMI Bogor.
Ketenagaan di Gudang Farmasi II, terdiri dari 3 (tiga) orang, dan dikepalai oleh 1
orang dengan 2 orang tenaga pelaksna. Tugas pokok dan uraian kerja dapat dilihat
pada tabel 3.4 di bawah ini.
Universitas Indonesia
Tabel. 3.5 Tugas Pokok dan Uraian Kerja di Gudang Farmasi II RS PMI Bogor
Jabatan Kepala Gudang Farmasi II Pelaksana Distribusi Alkes Gudang Pelaksana Distribusi Oksigen
farmasi II
Tugas Pokok Mengatur dan melaksanakan perbekalan farmasi Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran
di Gudang Farmasi II. perbekalan farmasi di Gudang Farmasi II. oksigen di Gudang Farmasi II
Tanggung Jawab Terpenuhinya persedian perbekalan farmasi yang Terlaksananya penerimaan dan pengeluaran Terlaksananya penerimaan dan pengeluaran
bermutu di ruangan rawat inap, IGD, IBS dan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi II. oksigen farmasi di Gudang Farmasi II.
Poliklinik RS PMI Bogor.
Kualifikasi Jabatan Pendidikan SMU dan Sederajat yang sudah Pendidikan SMU dan Sederajat. Pendidikan SMU dan Sederajat.
berpengalaman minimal 5 tahun bidang distribusi
perbekalan farmasi, dan atau D3 Farmasi.
Wewenang Menerima perbekalan perbekalan farmasi dan Menerima perbekalan farmasi dari PBF dan Menerima oksigen dari PBF dan
mendistribusikan ke ruang rawat inap, IGD, IBS menyiapkan perbekalan farmasi yang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang akan
dan Poliklinik. didistribusikan ke ruang rawat inap, IGD, didistribusikan ke ruang rawat inap, IGD,
IBS dan Poliklinik. IBS dan Poliklinik.
Uraian Tugas Menyusun kebutuhan perbekalan farmasi Menerima perbekalan farmasi dari PBF Menerima oksigen dari PBF
dalam setahun kemudian dijabarkan menjadi Menyusun perbekalan farmasi sesuai Menyipakan oksigen di gudang farmasi
rencana pengadaan triwulan, bulanan dan 2 ketentuan yang berlaku. perawatan.
mingguan. Menyiapkan perbekalan farmasi yang Menyiapkan oksigen yang akan
Menerima perbekalan farmasi dari PBF dan akan didistribusikan ke ruang rawat inap, didistribusikan ke ruang rawat inap,
membuat laporannya dalam bentuk Lembar IGD, IBS dan Poliklinik. IGD, IBS dan Poliklinik.
Penerimaan Barang (LPB). Mencatat perbekalan farmasi yang Mencatat oksigen yang masuk dan
Menyusun penyimpanan perbekalan farmasi masuk dan keluar gudang ke dalam kartu keluar gudang ke dalam kartu stok.
sesuai ketentuan yang berlaku. stok. Melakukan penghitungan stok.
Mengkaji Lembar Permintaan Ruangan (LPR) Melakukan penghitungan stok. Melakukan pengarsipan SP, fraktur,
yang dibuat oleh ruangan, kemudian Melakukan pengarsipan SP, fraktur, LPR LPR.
memasukan datanya ke dalam sistem dan LPB.
komputer.
Melakukan penghitungan stok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
KERANGKA KONSEP
D M A I C
DEFINE
Current Condition
Voice of Customer
Identifikasi variabel
Upaya Pengelolaan
Perbaikan
Perbekalan Farmasi RS
MEASURE Pengelolaan Perbekalan
Process Measure Farmasi RS
x Pendistribusian
x Penyimpanan KPI Farmasi
Quality n, Cost p
ANALYZE Delivery n, Safety n
E-DOWNTIME, Type of Variaion Moraln
Problem Analyze
IMPROVE
Future Value Stream Mapping
Visual Management -5S Method
CONTROL
Complete Control Plan
Documentation
KPI
2. Penyimpanan Kegiatan yang dilakukan untuk menempatkan Interview Mendalam : - Pedoman Didapatkan
barang yang telah diterima sesuai dengan Pengelola Gudang Wawancara analisis proses
ketentuannya (seperti: jenis sedian, sistem FEFO- Farmasi - Lembar penyimpanan
FIFO, alfabet, dan lain-lain), melakukan cek Telaah dokumen observasi perbekalan
kesesuaian jumlah barang dengan kartu stok/sistim, Observasi lapangan farmasi rumah
melakukan pencatatan. Selain itu juga melakukan sakit.
kegiatan untuk memastikan bahwa penyimpanan
barang dalam kondisi aman dari bahaya kerusakan
dan kehilangan.
3. Pendistribusian Kegiatan yang dimulai dari permintaan barang Interview mendalam - Pedoman Didapatkan
farmasi oleh ruangan perawatan, penyiapan barang - Kepala Insatlasi Wawancara analisis proses
Universitas Indonesia
dan proses serah terima barang. Selain itu juga - Farmasi - Lembar pendistribusian
merupakan pemenuhan barang farmasi sesuai - Bidang Keperawatan observasi perbekalan
dengan ketentuang yang berlaku, - Kepala Ruangan/PJ - Lembar farmasi rumah
Alkes Penghitungan- sakit,
- Perawat microsoft kesesuaian
- Petugas Gudang excell permintaan dan
Farmasi pemenuhan
- Telaah dokumen perbekalan.
- Observasi Lapangan
- Penghitungan excell
besaran permintaan
barang.
4. DMAIC Singkatan dari Define, Measure, Analyse, Improve,
Control. Merupakan metodologi Lean Six Sigma
yang akan digunakan untuk melakukan perbaikan.
Universitas Indonesia
7. Voice of Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan Interview Mendalam: - Pedoman Didapatkan
Customer gambaran /pandangan dari unit rawat inap tentang - Bidang Keperawatan Wawancara nilai-nilai
proses permintaan barang dan pemenuhan barang - Kepala Ruangan/PJ harapan
farmasi alat kersehatan. Alkes customer.
- perawat
10. Process Kegiatan yang dilakukan untuk mengukur proses - Observasi lapangan - Lembar Didapatkan data
Measure proses / variabel yang telah ditentukan pada tahap - Penghitungan observasi variabel-
Define, yaitu : langkah-langkah pendistribusian, besaran permintaan - Sistem variabel yang
periode permintaan barang, safety stock, ROP, dan pemenuhan penghitungan diukur dan alur
besaran permintaan, indikator farmasi, kesesuaian permintaan Excell proses.
jumlah stok barang, barang dan obat kadaluwarsa, - Pengamatan
Universitas Indonesia
12. E-DOWNTIME Singkatan Environmental, Health and Safety, Discussion Lembar Didapatkan
Defects, Overproduction, waiting, Not utilizing Identifikasi analisis aktivitas
employees knowledge, skill, abilities yang Waste yang tidak
digunakan untuk mengelompokkan proses yang (variation) mempunyai
diamati dari tahap Measure yang tidak mempunyai Lembar nilai tambah.
nilai tambah (waste/variation). Pemantauan
5S
13. Type of Kegiatan yang dilakukan untuk mengiden- Discussion - Lembar Didapatkan
Variation tifikasikan variasi-variasi aktivitas yang diamati Identifikasi analisis variasi-
pada tahap Measure. Waste variasi proses
(variation) dan kecacatan
proses.
Universitas Indonesia
14. Problem Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa akar Discussion - Tools cause Didapatkan akar
Analyze masalah dari hasil tahap Measure. effect masalah
diagram.
15. Improve Menyusun rencana perbaikan pengelolaan Adanya rekomendasi
perbekalan farmasi dengan memperhatikan faktor perbaikan dan
penyebab utama terjadinya masalah yang menerapkan contoh
ditemukan pada tahap Analyze. perubahan.
16. Future Value Kegiatan untuk merancang pemetaan aliran proses Adanya rekomendasi
Stream Mapping pendistribusian barang farmasi ke unit rawat inap pemetaan value stream
(floors stock) yang akan datang yang mempunyai yang mempunyai nilai
nilai tambah berdasarkan hasil analisa pada tahap tambah.
Analyze.
17. 5S Salah satu usulan program perbaikan yang dapat Adanya rekomendasi
meningkatkan nilai tambah dalam proses penerapan 5S.
pengelolaan perbekalan farmasi dan merupakan
singkatan dari sort, set in order, shine, standarize,
sustain yang merupakan salah satu instrumen tools
metodologi Lean yang digunakan untuk program
peningkatan terus menerus dengan menghilangkan
pemborosan agar menciptakan area kerja yang
aman dan nyaman.
Universitas Indonesia
20. Documentation Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan Adanya rekomendasi
pendistribusian dan penyimpanan perbekalan
farmasi yang rinci dan operasional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
METODE PENELITIAN
5.4. Informan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Non Probability
Sampling yaitu dengan metode Purposive Sampling, dimana penentuan responden
yang terkait dengan proses permintaan, distribusi dan penyimpanan perbekalan
farmasi. Personil yang menjadi responden adalah kepala ruangan atau penanggung
jawab perbekalan di ruangan sebanyak 5 orang dan perawat ruangan sebanyak 2
orang. Personil gudang farmasi yang dijadikan responden sebanyak 4 orang.
Informan lain adalah dari unsur manajemen adalah wakil direktur bidang
pelayanan medik dan keperawatan, kepala instalasi farmasi dan atau kasub
instalasi pengelolaan perbekalan farmasi dan bidang rawat inap sebanyak 3
orang. Dengan demikian jumlah seluruh informan adalah 14 orang.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dalam penelitian ini dilakukan
metode triangulasi. Triangulasi merupakan upaya mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bisa yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data. Metode triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Triangulasi Metode dimana menggunakan wawancara dan
obeservasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti
juga menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Triangulasi Sumber Data juga digunakan dalam penelitian ini yaitu
BAB 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan perbekalan ini umumnya
telah dimiliki. Program kerja yang ada masih berupa operasional sehari-hari dan
Analisa ABC yang dilakukan masih analisa ABC yang biasa belum memuat
indeks kritis. Sedangkan analisa VEN belum dilakukan. Kedua analisa ini
merupakan analisa yang penting dalam pengendalian perbekalan yang efektif dan
efisien.
seminggu sekali, stock opname juga dilakukan tiap bulan secara bersamaan untuk
seluruh ruangan dan gudang farmasi.
Dalam melaksanakan kegiatan stock opname di ruang rawat inap, IGD dan IBS
telah ditunjuk satu orang sebagai Penanggung Jawab Pengawasan Mutu Farmasi.
Ia adalah seorang perawat senior, hal ini dilakukan karena pada saat itu jumlah
apoteker yang masih sedikit dan juga adanya kendala ketika akan masuk ke ruang-
ruang perawatan. Untuk rencana yang akan datang, karena tenaga perawat ini
akan menjalani masa pensiun, maka akan direncanakan untuk diganti dengan
tenaga apoteker. Stock opname yang dilakukan ke ruang rawat inap, IGD dan IBS
dalam satu minggunya telah dibuatkan jadual harian sehingga dalam satu hari
dapat dilakukan pengawasan stok untuk 34 ruangan perawatan. Jadual
pengawasan perbekalan farmasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
NO Hari Ruangan
5 Jumat Intensive Care Unit (Ruangan Gardena), Ruang Dahlia dan Hemodialisa
Pengawasan stok yang saat ini dilakukan adalah menghitung semua jumlah
persediaan untuk setiap jenis barang yang terdapat di ruang perawatan, IGD , IBS
dan poliklinik. Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan informasi yang
terdapat di dalam sistem inventori yaitu mutasi ruangan bulan berjalan. Informasi
mutasi ruang berjalan sebelumnya sudah dicetak dari komputer untuk kemudahan
dalam proses. Ketika ada ketidaksamaan antara jumlah fisik barang dan sistem
inventori maka dilakukan klarifikasi dengan kepala ruangan untuk menelusuri
pemakaian barang farmasi tersebut kepada pasien. Umumnya bila pasien masih
dirawat maka dapat ditelusur pemakaian barang farmasi tersebut, tetapi telusur
menjadi sulit/tidak bisa ketika pasien sudah tidak dirawat. Hasil dari telusur
tersebut dilakukan penyesuaian stok sehingga dalam informasi mutasi ruangan
bulan berjalan di kolom tanggungan ruangan tertera seberapa besar perbedaan
jumlah barang tersebut. Tanggungan ruangan adalah hasil dari pengawasan stok
dituliskan dalam bentuk postif dan negative. Postif (+) diartikan bahwa saat ini
ruang perawatan mempunyai kelebihan barang dan begitu pula sebaliknya bila
negatif (-) berarti ruangan tersebut kekurangan barang tersebut.
Berdasarkan wawancara bahwa penanganan yang dilakukan selama ini oleh pihak
farmasi adalah menegur kepada mereka karena jumlahnya sedikit tidak masalah,
kecuali bila jumlahnya banyak akan dipertanyakan. Di dalam dokumen nomor
506/Far/XI/2009 belum diatur besaran selisih perbedaan yang ditetapkan oleh
rumah sakit untuk ditindaklanjuti. Sehingga jumlah yang sedikit dan banyak
merupakan ukuran yang berbeda untuk setiap orang.
Pengawasan stok yang ditetapkan di RS PMI Bogor dengan periode selang waktu
yang pendek dan terus menerus sepanjang tahun termasuk dalam kategori
pengawasan /pengendalian cycle counting. Menurut Henmaidi (2009), cycle
counting merupakan prosedur Quality Assurance (penjaminan mutu) yang
mencoba mengidentifikasi kesalahaan serta melakukan perbaikan yang
dibutuhkan. Cycle counting adalah upaya untuk menghitung jumlah fisik
persediaan di gudang, membandingkan dengan catatan, dan setelah
memperhatikan transaksi yang sedang berjalan, dilakukan tindakan koreksi. Cycle
counting adalah metode sistematis untuk menghitung persediaan terus menerus.
Akurasi inventori di audit secara reguler, bukannya sekali setahun Hasilnya: data
lapangan cocok dengan catatan di administrasi/ di dalam sistem. Oleh karena itu
hasil dari cycle counting harus ditindaklanjuti berupa penelusuran kenapa terjadi
perbedaan. Lakukan evaluasi untuk continuous improvement, identifikasi sumber
masalah, dan lakukan perbaikan.
Hal tersebut juga tidak sesuai dengan tujuan dari Six Sigma yaitu keakuratan dan
ketepatan dalam setiap proses. Menurut Gasperz dan Fontana (2011), bahwa Six
Sigma adalah suatu upaya terus menerus (continuous improvement effort) untuk
menurunkan variasi dari proses agar meningkatkan kapabilitas produk (barang
dan atau jasa) yang bebas kesalahan (zerodefect). Selain itu juga prinsip Lean
yang kelima yaitu mengejar kesempurnaan. Disini belum terlihat adanya upaya
perbaikan yang berkesinambungan yang dilakukan oleh Bagian Instalasi Farmasi
RS PMI Bogor terkait dengan tindak lanjuti terhadap temuan tersebut. Kondisi
tersebut telah berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama
dapat menjadikan berkurangnya kepedulian terhadap budaya perbaikan mutu.
Dengan demikian masih perlu melakukan upaya perbaikan dan mengejar
kesempurnaan.
ini disebabkan karena jumlah barang yang banyak dan penghitugan stok yang
sudah dilakukan per minggu.
Dari wawancara yang dilakukan terkait dengan permintaan barang farmasi adanya
hasil yang sama bagaimana mereka menghitung permintaan barang. Dari 5 6
responden yang ditanyakan tidak seorangpun menyatakan bahwa perkiraan
permintaan yang tertera di dokumen surat permintaan barang farmasi sebagai
dasar dalam menentukan permintaan barang farmasi dan mereka juga belum
memahami apa yang dimaksud perkiraan permintaan dalam dokumen tersebut
termasuk petugas gudang farmasi II. Selain itu tidak adanya pentunjuk teknis dan
arti komponen yang ada di dalam surat permintaan barang tersebut akan
berdampak adanya variasi dalam hal permintaan barang farmasi. Oleh karena itu
peneliti menentukan variable penelitian adalah : proses pendistribusian, periode
permintaan barang, buffer stock, besaran permintaan, kondisi-kondisi permintaan
barang, Reoder Point (ROP), indikator farmasi, kesesuaian jumlah stok barang,
barang dan obat kadaluwarsa, penanganan kadaluwarsa, penanganan barang di
gudang. Menurut Zulfikarijah, F., (2005) dinyatakan bahwa adanya 4 (empat)
Dokumen surat permintaan barang farmasi ini belum dilengkapi dengan petunjuk
teknis arti dari komponen setiap komponen yang tedapat di dalam dokumen
tersebut. Oleh karena itu berdasarkan proses wawancara dengan Kepala Instalasi
Farmasi dan pengamatan langsung, maka peneliti menuangkan arti setiap kolom
yang terdapat dalam dokumen surat permintaan barang farmasi tersebut. Hal ini
menjadi pedoman peneliti dalam melakukan pengukuran dan pengamatan.
Rincian arti komponen dokumen surat permintaan barang farmasi dapat dilihat
pada tabel 6.2.
Tabel 6.2. Arti Komponen Surat Permintaan Barang Farmasi RS PMI Bogor,
Tahun 2013
Jml diberi Jumlah barang yang diberi oleh Gudang Farmasi II. Ini merupakan
isian dari petugas gudang, berapa jumlah barang yang diberikan
kepada ruang perawatan yang meminta barang farmasi.
Diminta Oleh Merupakan isian tanda tangan dan nama siapa yang meminta
barang.
Penanggung Jawab Penanggung jawab alat kesehatan ruang perawatan yang meminta.
Alkes Setiap ruang perawatan telah ditunjuk oleh kepala ruangan siapa
yang bertanggung jawab terhadap alkes, umumnya adalah perawat.
Kepala Ruangan Kepala ruangan yang meminta barang farmasi.
Diketahui Oleh Merupakan isian tanda tangan dan nama pejabat yang berwenang
dari ruangan yang meminta barang.
Ka.Bid/Instalasi Kepala Bidang /Instalasi yang meminta barang.
Ka. Instal Farmasi Kepala Instalasi Farmasi yang menyetujui permintaan barang.
Barang Diserahkan Merupakan isian tanda tangan dan nama pihak gudang yang
Oleh menyerahkan barang.
Petugas IF Petugas Instalasi Farmasi yang menyiapkan barang.
Kasub Inst Pelayanan Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi yang memeriksa barang
yang disiapkan.
Barang diterima oleh Merupakan isian tanda tangan dan nama pihak ruangan yang
menerima barang.
Petugas Petugas ruangan/penanggung jawab alkes yang menerima barang.
ruangan/Penanggung
jawab Alkes
Sumber: Wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RS PMI Bogor, telah diolah kembali
6.4.1.2.Cross-Functional Flowchart
Berdasarkan informasi di atas tentang proses distribusi barang farmasi di RS PMI
Bogor, maka peneliti membuat dalam bentuk alur proses yaitu Cross-Functional
Flowchart untuk memudahkan visualisasi proses distribusi barang farmasi
tersebut yang dapat dilihat pada gambar 6.2
2
1 3
4 5
12
10
7
9
8 13
11 14
15
17
16
21
19
18
20
Gambar 6.2. Cross Functional Flowchart Distribusi Barang Farmasi RS
PMI Bogor, Tahun 2013
2. Aktivitas bolak balik. Terdapat 3 (tiga) kali aktivitas atau pergerakan bolak
balik dari ruang perawatan ke gudang farmasi. Aktivitas tersebut adalah ketika
mengambil hasil cetakan surat permintaan barang untuk proses tandatangan,
menyerahkan surat permintaan barang setelah ditandatangani dan terakhir
adalah mengambil barang permintaa di gudang farmasi. Berdasarkan hasil
wawancara aktivitas tersebut juga dikeluhkan oleh mereka, karena proses
tidak simpel dan menghabiskan waktu. Aktivitas pergerakan ini
diidentifikasikan masuk dalam pemborosan, karena merupakan tarnsportasi
yang berulang dalam sebuah proses.
Tanda tangan yang diberikan oleh Instalasi Farmasi adalah berupa tanda tangan
persetujuan terhadap jumlah permintaan barang yang diminta dari ruang
perawatan. Ketika pada langkah proses ini tidak berjalan dengan benar dan
langkah ini merupakan penentu untuk proses selanjutnya, maka langkah proses
tersebut dikategorikan ke dalam bottleneck. Ini merupakan pemborosan dan
kecacatan dalam proses yang harus dihilangkan. Langkah alternative lain harus
diidentifikasikan agar proses tetap berjalan dengan efektif dan efisien.
agreement antara pihak ruang perawatan dan Gudang Farmasi II. Untuk
meniadakan aktivitas per telpon ini maka diperlukan kesepakatan waktu
permintaan barang dan penyerahan barang antara ruang perawatan dengan
pihak Gudang Farmasi II. Sehingga didapatkan peningkatan kinerja bagi
mereka yang terkait dengan porses tersebut.
5. Input manual. Melakukan input manual jumlah barang yang diminta oleh
ruangan walaupun dalam dokumen permintaan barang telah tertera perkiraan
permintaan yang secara otomatis telah dihitung oleh sistem inventori.
Meng-input jumlah permintaan secara manual merupakan salah satu variasi
dari proses distribusi perbekalan farmasi. Mengingat hal tersebut bergantung
pada pemahaman mereka tentang peramalan/perkiraan akan kebutuhan barang
farmasi dan tidak dilengkapi dengan dokumen prosedur yang rinci akan
menyebabkan permintaan yang diperkirakan bervariasi. Hal ini ditunjang
dengan hasil wawancara didapatkan bawah pada umumnya PJ Alkes Ruangan
dalam menentukan jumlah barang farmasi yang diminta adalah berdasarkan
pemakaian pasien, berapa jumlah kapasitas pasien yang ada diruangan
masing-masing, sisa stok yang ada dan dihitung dalam satu minggu. Diantara
mereka ada yang menyatakan bahwa menggunakan standar jumlah pasien
dalam satu bulannya sehingga jumlah permintaan digandakan untuk satu
minggunya. Tetapi bila sisa stoknya masih banyak mereka tidak meminta
barang. Selain itu, dalam meminta barang umumnya mereka membulatkan
permintaan dalam satuan barang yang lebih besar (seperti spuit dalam satuan
dus) walaupun mereka bisa meminta dalam satuan yang dibutuhkan saja
karena hal ini juga sudah merupakan kebiasaan mereka berapa jumlah barang
yang mereka minta. Faktor kekuatiran akan kekurangan stok juga menjadi
pertimbangan mereka, sehingga bila mereka mempunyai stok yang banyak
mereka tidak kebingunan untuk mencari kebutuhan barang tersebut ke
ruangan lain (ngebon dengan ruangan lain). Ketika peneliti tanyakan pada
beberapa responden, umumnya mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan
dengan perkiraan permintaan yang terdapat di dalam surat permintaan
barang farmasi tersebut. Input manual permintaan ini diidentifikasikan
Gambar. 6.4. Perbedaan Waktu Antara Waktu Permintaan Barang Alkes Dari
Ruang Perawatan Dan Waktu Penerimaan Barang Farmasi
Bulan September November 2013
Berdasarkan pengamatan dan wawancara hal ini terjadi karena terkait dengan
proses permintaan tanda tangan ketika yang bertanggung jawab
menandatangani tidak berada di tempat. Hal lain terjadi disebabkan karena
perawat penanggung jawab Alkes belum dapat meninggalkan ruangan. Dalam
keadaan dokumen permintaan telah ditandatangani ditemukan saat observasi
permintaan barang yang telah disiapkan oleh pihak gudang tidak segera
diambil oleh ruang perawatan. Persentase perbedaan waktu tersebut dapat
dillihat pada gambar 6.4.
6.4.2.1.Langkah-Langkah Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran jumlah persediaan barang farmasi ini peneliti
menentukan langkah-langkah pengukuran terlebih dulu sebagai berikut.
1. Mengakses sistem inventori, melakukan export data dari sitem inventori dan
mem-fotocopy dokumen surat permintaan barang farmasi ruangan yang
diteliti. Bila data tidak bisa di ekspor maka dilakukan dengan cara manual
yaitu dengan cara melakukan print screen.
2. Membuat tabel data dalam bentuk microsof excel sesuai dengan yang tertera di
surat permintaan barang farmasi.
3. Melakukan penginputan data dari dokumen Surat Permintaan Barang Farmasi
ke dalam tabel excell. Seperti pada gambar berikut.
4. Mengecek data yang telah diinput satu per satu. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa yang telah tertulis adalah data yang sesuai dengan
dokumen aslinya.
5. Meng-input nilai satuan masing-masing barang farmasi yang diamati.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa sebesar 75.97% transaksi permintaan
barang farmasi dipenuhinya permintaan barang farmasi melebihi standar perkiraan
permintaan. Hal ini dapat menujukkan bahwa belum dipahaminya dengan benar
standar perkiraan permintaan. Berdasarkan wawancara dengan PJ Gudang
Farmasi, hal ini diberikan karena berdasarkan surat permintaan yang sudah
ditanda tangani oleh ruang perawatan, ketersediaan barang di gudang. Tetapi, bila
dirasakan terlalu banyak dari stok akhir ruangan, maka pemberian barang dapat
dikurangi atau tidak diberikan.
farmasi sesuai dengan standar perkiraan permintaan. Selain itu fungsi kontrol
terhadap permintaan barang tidak berjalan. Kapabilitas proses kerja ini bila
dihitung dengan proses Six Sigma berdasarkan kegagalan per sejuta kesempatan,
maka nilai sigma yang diperoleh untuk kesesuaian jumlah permintaan barang ini
adalah merupakan perbandingan antara jumlah tidak sesuai dibagi dengan jumlah
seluruh transaksi dikalikan dengan satu juta. Hasil perhitungan tersebut
didapatkan nilai sebesar 928191. Nilai ini merupakan nilai Deffect Per Million
Opportunities (DPMO), selanjutnya nilai DPMO ini dikonversikan ke nilai sigma
berdasarkan True-6 Sigma Process (Normal Distribution Centered), diperoleh
angka sigma berada diantara 0.09. Rata-rata industri di Indonesia menempati
sigma-2 dengan DPMO sebesar 308.538. Dengan demikian posisi nilai sigma RS
PMI Bogor berada di bawah nilai sigma rata-rata industri di Indonesia. Melihat
nilai sigma ini, RS PMI Bogor harus melakukan perbaikan tepat dengan
mekanisme kontrol yang baik.
Lihat lampiran 4. Nilai Sigma berdasarkan True-6 Sigma Process (Normal
Distribution Centered).
dihitung diartikan bahwa pemberian barang farmasi yang tidak didasarkan pada
barang terjual.
Menghitung jumlah perkiraan dengan buffer stock 20% berdasarkan satuan jual,
nilai jual dan stok akhir hal ini dilakukan untuk menghitung nilai persediaan yang
seharusnya tersedia berdasarkan satuan jual. Hal ini penting karena antara satuan
jual dengan satuan beli mempunyai perbedaan dalam jumlah. Contoh swab
alkohol, satu dus 100 buah, sedangkan dijual dalam satuan terkecil yaitu sachet.
Contoh kasus untuk transaksi alkohol swab bd permintaan dari ruang anggrek 25
september 2013, 106/10_2013, dimana nilai terjual adalah 717 buah, stok akhir
268 buah, perkiraan permintaan 592 buah (satuan jual) dan 6 dus (satuan beli).
Dari sisi ini satuan jual dan satuan beli ada perbedaan sebesar 8 buah. Bila
dipenuhi dalam satuan beli maka persediaan stoknya bukan tepat 20% tetapi
adalah 21,1% dan ini sudah merupakan perbedaan dari nilai standar. Dalam kasus
ini ruang perawatan meminta sebesar 10 dus, sehingga pesediaan yang ada dengan
buffer stock menjadi 76.8% yang berarti 3.8 kali dari standar 20%. Dan angka ini
sama dengan yang diberikan oleh gudang farmasi. Umumnya permintaan barang
dalam bentuk dus (pembulatan) walaupun mereka bisa meminta dalam satuan
jual.
Dari data terlihat, bahwa semua ruang perawatan yang diobservasi secara merata
mempunyai persediaan yang sangat tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya
kelipatan stok yang dimiliki dari standar buffer stock sebesar 20%. Ini
menunjukkan bahwa terjadi penumpukan stok barang farmasi di ruang perawatan.
Penumpukan stok terjadi setelah dilakukan pengisian ulang stok (ROP) dan
setelah dilakukan pengawasan stok di ruang perawatan tersebut. Penghitungan
stok ini berdasarkan satuan jual sehingga sesuai dengan formula yang telah
ditetapkan Instalasi Farmasi. Ini menujukkan pemahaman terhadap formula yang
digunakan dalam penghitungan permintaan barang farmasi ini belum benar
dipahami. Hal ini dapat didukung dengan hasil wawancara ketika mereka
menyampaikan bagaimana cara mereka menghitung jumlah permintaan ketika
mereka melakukan input manual jumlah permintaan barang farmasi.
Tabel 6.3. Jumlah Kelipatan Tertinggi, Terendah, Rata-rata dan Standar Deviasi
Permintan Barang Farmasi oleh Ruang Perawatan dan Pemberian Barang Farmasi
oleh Gudang Farmasi II- S PMI Bogor, Bulan September-November 2013
Dari tabel di atas diuraikan sebagai berikut :
1. Transaksi permintaan barang farmasi yang diamati dikategorikan ke dalam 3
(tiga) jenis transaksi, yaitu :
transaksi yang memiliki angka terjual (ada pemakaian ke pasien),
transaksi yang tidak memiliki angka terjual (tidak ada pemakaian ke
pasien) tetapi mempunyai stok akhir,
transaksi yang tidak memiliki angka terjual (tidak ada pemakaian ke
pasien) dan juga tidak mempunyai stok akhir.
2. Penghitungan kelipatan untuk transaksi yang memiliki angka terjual dan
mempunyai stok akhir, kelipatan dihitung berdasarkan buffer stock 20%.
3. Penghitungan kelipatan untuk transaksi yang tidak mempunyai angka jual dan
tidak mempunyai stok akhir, kelipatan dihitung dengan membandingkan antara
jumlah pemenuhan barang dengan jumlah permintaan barang.
4. Untuk transaksi yang memiliki angka terjual :
Transaksi tertinggi ketika melakukan permintaan sebesar 700, didapatkan
kondisi permintaan IV Catheter (Insyte) 22 dengan angka terjual 1 (satu)
buah, stok akhir 91 (sembilan puluh satu) dan ruangan mengajukan
permintaan sebesar 50 (lima puluh) buah. Tetapi untuk permintaan ini
pihak Gudang Farmasi tidak memberikan barang.
Data standar deviasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
ketika permintaan barang farmasi diajukan dan dipenuhi oleh Gudang Farmasi
II. Data ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang diperoleh peniliti
yaitu ketika mereka diajukan pertanyaan Apakah barang yang diminta oleh
ruangan dapat selalu diberikan pihak gudang? Umunya mereka mengatakan
bahwa apa yang diminta selalu terpenuhinya kecuali bila di Gudang Farmasi
tidak ada stok.
Ditemukan besarnya (penumpukan) persediaan barang farmasi di ruang perawatan
ketika pemenuhan permintaan barang farmasi oleh gudang farmasi dan juga
setelah dilakukan pengawasan stok. Ini sangat bertolak belakang dengan arti
pengisian kembali (ROP), yang menunjukkan bahwa barang sudah berada di level
titik pengisian kembali dalam kurun waktu tertentu (Re-Order Point/ROP) dan
harus dipenuhi sebatas titik yang sudah ditentukan. Contoh : Tridex plain, data
terjual 17, sisa stok 46, dan meminta barang sebesar 24 botol. Bila dengan buffer
stock 20% seharusnya ruang perawatan tidak meminta barang dan gudang farmasi
juga tidak memberikan barang karena sisa stok yang dimiliki sangat besar
melebihi 20%. Pada akhir bulan pada lembar mutasi ditemukan persediaan stok
awal 49 botol dan stok akhir 47 botol. Terjadinya penumpukan stok ini
merupakan penyebab rendahnya nilai perputaran inventori yang berdampak pada
profitabilitas rumah sakit. Pemahaman tentang makna persediaan farmasi dengan
benar dan merata kepada semua pengelola perbekalan farmasi sangat membantu
dalam peningkatan profitabilitas rumah sakit.
Selain hal tersebut di atas langkah peneliti untuk menghitung kelipatan tertinggi,
terendah, rata-rata dan standar deviasi untuk semua transaksi permintaan barang
farmasi yang diamati dengan total transaksi sebesar 1128 buah terhadap berbagai
kondisi transaksi permintaan barang farmasi untuk ruang perawatan Anggrek,
Aster, Soka, Mawar, dan Melati RS PMI Bogor bulan september-November 2013,
yaitu: transaksi yang memiliki angka terjual, transaksi yang tidak memiliki angka
terjual tetapi masih mempunyai stok akhir, dan transaksi yang tidak memiliki nilai
terjual dan tidak mempunyai stok akhir. Ketiga jenis kondisi transaksi ini untuk
menjelaskan bagaimana perlakuan terhadap pemenuhan persediaan terhadap
permintaan yang beragam. Menurut Zulfikarijah, F., (2005) dinyatakan bahwa
adanya 4 (empat) alasan yang menyebabkan dilakukan titik pemesanan kembali,
yaitu: tingkat permintaan, lead time, adanya permintaan dan lead time yang
beragam, dan tingkat risiko kehabisan stok yang akan diterima manajemen.
Berdasarkan hal tersebut dan pengolahan data yang dilakukan oleh peniliti, maka
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di dapatkan bahwa untuk semua kondisi
yang sama dimana tidak ada perbedaan yang bermakna dari standar deviasi dan
pemenuhan permintaan antara ruangan perawatan dan Gudang Farmasi II dalam
hal pemenuhan barang farmasi didasarkan pada permintaan yang diminta oleh
ruang perawatan. Hal ini menujukkan bahwa pemahaman akan kebutuhan
permintaan dari ruangan perawatan dan pihak Gudang Farmasi II dapat
disimpulkan tidak menggunakan perkiraan permintaan sebagai dasar dalam
Selama melakukan penelitian juga ditemukan beberapa hal yang terkait dengan
informasi yang dihasilkan oleh sistim inventori yang ditunjukkan dengan
informasi yang terdapat dalam dokumen surat permintaan barang farmasi, yaitu:
1. Penghitungan standar perkiraan sistim inventori. Dari 1128 transaksi terdapat
1 (satu) perhitungan perkiraan permintaan yang berbeda. Perhitungan
perkiraan permintaan adalah 20% dari nilai terjual, sedangkan kedua transaksi
tersebut memiliki yang diamati perkiraan permintaan adalah dengan buffer
20% dari angka terjual. Ditemukan 1 (satu) informasi cell perkiraan
permintaan dari sistim inventori yang tidak sama dengan penghitungan
perkiraan permintaan transaksi standar perkiraan, yaitu pada tranksaksi bulan
22 Oktober 2013 pada ruang Aster dengan nomor surat permintaan barang
97/10/203 yaitu spuit 1cc. Pada dokumen tertera informasi data terjual 153,
stok akhir 0, dan data perkiraan permintaan 190 yang seharusnya 184. Dengan
demikian buffer stock yang seharusnya diberikan sebesar 20%, maka pada
transaksi ini sebesar 24,2%.
2. Informasi angka perkiraan permintaan untuk satuan jual. Terdapat kondisi real
sama tetapi di dalam sistem inventori ditunjukkan dalam informasi yang
berbeda. Pengamatan yang didapatkan adalah ditemukan informasi di
perkiraan permintaan untuk satuan jual untuk menyatakan tidak perlu
menambah barang pada saat itu oleh sistem ditunjukkan dengan angka 0 (nol)
atau angka min (-). Contoh pertama, pada transaksi surat permintaan barang
farmasi nomor 44/09/2013 tanggal 10 September 2013 dari Ruang Perwatan
Anggrek untuk barang tridex plain. Tertera data terjual 1 botol, stok akhir 30
botol, dan perkiraan permintaan satuan jual 0 botol. Pada hitungan peneliti
terdapat kelebihan stok sebesar 29 buah. Kedua, pada transaksi surat
permintaan barang farmasi nomor 84/09/2013 tanggal 21 September 2013 dari
Ruang Perawatan Soka untuk barang alkohol swab. Tertera data terjual 756
strip, stok akhir 1184 strip, dan perkiraan permintaan satuan jual min (-) 277
strip.
3. Kondisi untuk contoh pertama, terjadi pada sistem inventori Ruang Perawatan
Aster dan Anggrek untuk semua transaksi yang diamati. Sedangkan untuk
kondisi contoh kedua, terjadi pada sistem inventori Ruang Perawatan Soka
dan Melati. Untuk sistem inventori di Ruang Perawatan Mawar terdapat
keduanya, yaitu pada bulan September dan Oktober 213 dengan kondisi pada
contoh pertama, dan di bulan Novembert 2013 terdapat kondisi sesuai dengan
contoh kedua.
Evaluasi sistem inventori perlu dilakukan secara berkala untuk mendeteksi adanya
kesalahan-kesalahan fungsi atau kemampuan kinerja sistem. Mengingat sistem
inventori melakukan pengelolaan data dan menghasilkan informasi yang
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan seperti penghitungan
standar permintaan barang farmasi. Untuk melaksanakan sistem inventori perlu
didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai.
Gambaran dan tata letak secara umum dapat dilihat pada gambar 6.9.
BAGIAN
KEUANGAN
PENGADAAN
Areaserahterimabarang
denganruangan
PALET
AREACAIRANINFUS
Tempatpenerimaan PALET
AREACAIRAN
barangdarisupplier INFUSKHUSUS
HEMODIALISA
Area 1
Area 2
Lokasi Gudang Farmasi II terletak di bagian belakang rumah sakit berada di lantai
2. Untuk memudahkan dalam pengamatan, peneliti membagi Gudang Farmasi II
menjadi 2 area, yaitu :
Area 1 (satu) yang meliputi: ruang penerimaan barang dari pemasok
(supplier), ruang Kepala Instalasi Farmasi dan Ka-Sub Instalasi Pengelolaan
Perbekalan, dan ruang penyimpanan cairan khusus hemodialisa.
Area 2 (dua) meliputi ruang Penanggung Jawab (PJ) Gudang Farmasi II dan
PJ Pengawasan Mutu Farmasi, ruang administrasi keuangan farmasi, dan
Ruang penerimaan barang dari supplier merupakan ruang yang digunakan untuk
menerima barang datang dari supplier yang akan diserahterimakan. Ruang ini
memiliki counter penerimaan barang yang tingginya 1 m. Selama pengamatan,
peneliti mendapatkan bahwa proses serah terima barang dengan pihak supplier
juga dilakukan di ruang penyimpanan 2. Hal ini dijelaskan oleh Penanggung
Jawab Gudang, karena barang yang datang tersebut lebih besar dan lebih berat.
1 buah alat pemadam api ringan (APAR) yang terletak di ruang penerimaan
barang dari suplier. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa informasi di badan
APAR tertera tanggal pemeriksaan adalah 3 Mei 2012 dan tanggal diperiksa
kembali 3 Mei 2013 yang dinyatakan oleh Dinas Pengawasan Bangunan dan
Pemukiman UPTD Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam,
Pemerintah Kota Bogor.
Pemantauan suhu ruang Gudang Farmasi 2(dua) telah dilakukan tetapi tidak
dilakukan secara konsisten. Pemantauan tehadap kelembaban gudang farmasi
belum dilakukan. Gambar 6.10 di bawah ini data pemantauan suhu diambil pada
pertengahan bulan Oktober 2013, dimana dari awal bulan Oktober 2013
pemantauan suhu tidak dilakukan.
Tidakdilakukanpemantanuan
Gambar 6.11 Pemantaun Suhu Ruang Gudang Farmasi II, Tahun 2013
Sumber: Dokumen Gudang Farmasi II
Ruang gudang perbekalan farmasi termasuk ruang khusus yang perlu pembatasan
personel, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah keluar masuk ke
tempat tersebut. Adanya pembatasan akses dapat meningkatkan keamanan barang
farmasi yang disimpan dari risiko kehilangan dan tidak dirusak oleh orang lain.
Selain itu, ruang gudang perbekalan farmasi perlu dilakukan pemantauan terhadap
suhu dan kelembaban ruangan secara rutin setiap hari, dan pemeliharaan terhadap
kondisi fisik gudang. Agar keselamatan barang yang disimpan tetap terjaga.
d. Penumpukan Barang
Penumpukan Barang. Terdapat penumpukan barang yang tidak diperlukan
hingga menutup jendela kaca, sehingga area dibawahnya pencahayaan sangat
kurang. Menurut informasi barang ini merupakan barang sumbangan yang
diantaranya sudah diberikan dalam keadaan yang sudah expired. Barang ini
sudah berada hampir 10 tahun
l. Penanganan Obat di Lemari Khusus Selain Double Lock Cabinet
Kondisi lemari khusus untuk obat yang perlu penyimpanan khusus yang
bukan double lock cabinet. Tidak tertata rapi, terdapat informasi yang tidak
perlu, terdapat barang lainnya yang tidak perlu ditempatkan di lemari ini.
Terdapat barang farmasi yang telah expired (penanganan barang expired yang
terlalu lama).
Gambar 6.24. Penanganan Barang Farmasi Di Ruang Perawatan
Gudang Bahan Beracun dan Berbahaya saat ini menunjukkan kondisi yang sangat
membutuhkan perhatian, karena ruang gudang tersebut panas dengan temperatur
30qC, APAR dalam kondisi sudah harus dicek kembali sejak tahun 2011, berdebu,
dan tidak terjaga kebersihan dan tidak terawat dengan benar. Hal ini
menunjukkan kurangnya pemahaman pengelola gudang farmasi terhadap makna
persediaan dan fasilitas rumah sakit sebagai aset rumah sakit yang harus
dipelihara, dijaga dan dipertanggungjawabkan penggunaannya. Meningkatkan
pengetahuan mereka merupakan hal yang harus diprioritaskan, dengan
pemahaman yang baik akan membantu rumah sakit untuk memelihara asetnya.
Obat kadaluwarsa ini ditemukan pada rak penyimpanan obat dan lemari obat. Satu
obat sudah diberikan label expired dan satu obat lagi sudah dituliskan expired
pada kartu stok, tetapi obat tersebut masih berada pada lokasi penyimpanan yang
sama dengan yang saat ini. Barang alat kesehatan yang sudah expired juga
ditemukan di lemari 1 (satu) double lock, menurut petugas gudang ditempatkan
sementara disitu. Namun demikian kegiatan penghapusan ini sudah pernah
dilakukan untuk barang-barang expired.
Penanganan obat expired seharusnya segera dilakukan dan singkirkan pada tempat
yang telah ditentukan. Obat yang sudah expired tidak diperbolehkan
penyimpanannya bersama dengan obat yang masih berlaku. Risiko tinggi untuk
terjadi kesalahan obat karena pengambilan yang saah dapat terjadi walaupun obat
tersebut sudah diberikan label. Label yang telah dilekatkan pada badan obat bisa
terlepas dan jatuh.
Salah satu indikator gudang farmasi adalah ketepatan jumlah barang yang ada di
kartu stok dengan fisik barang dengan standar nilai 100%. Selain itu, bila sudah
menggunakan sistem inventori maka kesesuaian ini juga harus dibandingkan
dengan sistem inventori. Keakuratan data ini harus ditingkatkan karena menjadi
Jenis Pemborosan (Apa) Sumber Pemborosan Waktu Terjadi Alasan Terjadi (Mengapa) Resources
(Dimana) (Bilamana)
Environemental, Health and Safety (EHS), jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.
Gudang penyimpanan Bahan Gudang Farmasi II Ketika dilakukan pengamatan Struktur bangunan atap terbuat Environment
Beracun Berbahaya (B3) dalam dari aluminium, exhouse gudang
kondisi panas suhu gudang B3 tidak difungsikan.
melebihi 28 qC dan kotor.
Alat Pemadam Api Ringan tidak Gudang Farmasi II area Ketika dilakukan Pengamatan Kurang peduli karena merupakan Environment
dalam kondisi siap pakai, telah serah terima barang dari tanggung jawab dari petugas
habis kadaluwarsa bulan Mei supplier. satpam.
2013 dan tidak ada monitoring
teratur.
Alat Pemadam Api Ringan tidak Gudang Farmasi II area Ketika dilakukan pengamatan Kurang peduli karena merupakan Environment
dalam kondisi siap pakai, telah gudang B3 di lantai 1 (satu). tanggung jawab dari petugas
habis kadaluwarsa tahun 2011 satpam.
dan tidak ada monitoring teratur.
Defect, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan/atau jasa).
Adanya nilai tanggungan Ruang Perawatan Ketika dilakukan stok opname Perawat meng-input data Man
ruangan terhadap stok barang pemakaian tidak sesuai dengan
farmasi yang digunakan oleh pasien,
perawat kurang teliti, perawat
lupa meng-input, perawat terburu-
buru, tidak ada pelatihan.
Universitas Indonesia
Jenis Pemborosan (Apa) Sumber Pemborosan Waktu Terjadi Alasan Terjadi (Mengapa) Resources
(Dimana) (Bilamana)
Adanya obat kadaluwarsa Gudang Farmasi II Ketika dilakukan pengamatan Penanganan obat kadaluwarsa Man
tidak segera dilakukan.
Overproduction, jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan
Penumpukkan barang farmasi Ruang perawatan Setelah mengambil barang dari Kebutuhan stok ruangan Man
melebihi lemari simpan. Gudang Farmasi II dalam satu minggu.
Universitas Indonesia
Jenis Pemborosan (Apa) Sumber Pemborosan Waktu Terjadi Alasan Terjadi (Mengapa) Resources
(Dimana) (Bilamana)
Tidak dapat menghubungi Gudang Farmasi II Pada saat menginformasikan Prosedur distribusi barang Method
ruang perawatan melalui barang permintaan siap farmasi
telpon, telpon sedang diambil oleh ruangan.
digunakan.
Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan dari karyawan secara optimum
Tidak melakukan pengecekan Gudang Farmasi II Ketika proses permintaan Tanda tangan dilakukan Man
besaran permintaan barang tanda tangan ke instalasi setelah proses serah terima
oleh ruangan sebelum barang farmasi. barang selesai.
disiapkan
Ketidaksesuaian jumlah fisik Ruang Perawatan Ketika dilakukan stok opname Perawat kurang teliti dalam Man
barang dengan sistem mingguan meng-input pemakaian barang
inventori. yang digunakan pasien
Transportation, jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream.
Langkah proses permintaan Ruang Perawatan Pada saat periode permintaan Prosedur distribusi barang Method
tanda tangan sebanyak 4 kali barang farmasi. farmasi.
sebelum permintaan barang
farmasi.
Inventories, jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan.
Pemenuhan permintaan barang Gudang Farmasi II Ketika memenuhi permintaan Belum memahami sepenuhnya Man
ruang perawatan melebihi barang farmasi dari ruangan arti standar perkiraan
standar perkiraan permintaan permintaan dan tidak ada
koreksi dari Kepala Instalasi
Farmasi.
Universitas Indonesia
Jenis Pemborosan (Apa) Sumber Pemborosan Waktu Terjadi Alasan Terjadi (Mengapa) Resources
(Dimana) (Bilamana)
Adanya persediaan barang dan
berdasarkan permintaan dari
ruang perawatan
Motion, jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang banyak dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.
Dua (2) dari 3 (tiga) langkah Ruang Perawatan 1. Ketika mengambil hasil Prosedur penditribusian barang Method
pergerakan yang berulang dari cetakan (print) surat farmasi
ruang perawatan ke Gudang permintaan barang untuk
Farmasi II proses tandatangan.
2. Ketika menyerahkan surat
permintaan barang yang
telah ditandatangan.
Excess processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah porses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.
Menulis dua kali jumlah Gudang Farmasi II Ketika menyiapkan barang dan Proses distribusi barang farmasi Method
permintaan barang yang telah setelah selesai terima barang.
diberikan, yaitu menulis manual
di surat permintaan barang dan
input di sistem inventori.
Universitas Indonesia
Tabel 6. 4. (sambungan)
Jenis Pemborosan (Apa) Sumber Pemborosan Waktu Terjadi Alasan Terjadi (Mengapa) Resources
(Dimana) (Bilamana)
Capasity, jenis pemborosan yang terjadi karena pemanfaatan ruang yang tidak efisisien
Penataan barang di rak simpan, Gudang Farmasi II Ketika dilakukan pengamatan Telah terjadi dalam waktu yang Man
barang yang berukuran lebih lama
kecil dari kartu stok diletakkan
berjajar sesuai dengan besarnya
kartu stok.
Menyimpan barang yang tidak Gudang Farmasi II Ketika dilakukan pengamatan Telah terjadi dalam waktu yang Man
digunakan di rak penyimpanan lama
Menempatkan alat makanan, Gudang Farmasi II Ketika dilakukan pengamatan Telah telah terjadi dalam waktu Man
makanan, minuman di rak yang lam
penyimpanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3
1 2
4 5
6
7
10 12
13
8 9 11
14
BOTTLENECK
17
15
16
19
21
18
20
Keterangan: Tanda langkah proses yang dieliminasi Tanda langkah proses yang dipindahkan/modifikasi
Gambar 6.29 Cross Functional Flowchat Langkah Proses Distribusi Barang
Farmasi Yang Tidak Mempunyai Nilai Tambah dan Titik Bottleneck
Universitas Indonesia
Empat (4) dari 10 langkah proses yang tidak mempunyai nilai tambah (waste)
adalah permintaan tanda tangan sebelum permintaan barang farmasi di tanda
tangani dan salah satunya merupakan bottleneck dari proses pendistribusian yaitu
instalasi farmasi. Seperti kutipan hasil wawancara dengan ruang perawatan :
Pada alur proses pendistribusian di temukan 21 langkah proses, yang terdiri dari
10 langkah yang tidak mempunyai nilai tambah (waste) dan 11 langkah yang
mempunyai nilai tambah (value). Didapatkan 47 % dari langkah merupakan
langkah yang tidak mempunyai nilai tambah Selain itu pada proses
pendistribusian yang menjadi bottleneck adalah di Bagian Instalasi Farmasi, yang
ditunjukkan dengan hasil kelengkapan dokumen tanda tangan sebelum
pemenuhan barang (persetujuan) sebesar 70% dan hasil wawancara dengan
Penanggung Jawab Gudang dan petugas gudang farmasi, dimana tandatangan ini
dilakukan setelah proses serah terima barang dengan pihak ruang perawatan
selesai dan tidak adanya koreksi permintaan. Menurut peneliti, aktivitas yang
merupakan bottleneck pada proses pendistribusian ini harus dihilangkan selain
tidak mempunyai nilai tambah juga sebagai pendorong terjadinya tingkatan
variasi. Menggunakan perkiraan permintaan yang terdapat di sistem inventori
sebagai standar permintaan barang farmasi sehingga aliran proses berjalan dan
menghilangkan variasi. Hal ini juga sesuai dengan konsep Lean menurut NHS
dalam Going Lean in the NHS, prinsip Lean yang ketiga adalah : Make the
process and value flow. Membuat proses dan nilai mengalir. Eliminasi semua
pemborosan yang terdapat dalam aliran jasa (Moment of Truth) agar nilai
mengalir tanpa hambat.
Pada kedua tahap ini peneliti menggabungkan menjadi satu karena merupakan
tahap rekomendasi kepada rumah sakit agar dapat dilakukan perbaikan dan
pengontrolan.
Universitas Indonesia
Dalam tahap ini peneliti terlibat dalam proses perbaikan. Dengan keterlibatan ini
akan membuat motivasi mereka dalam melakukan perbaikan. Selain itu juga
menunjukkan keseriusan peneliti bahwa perlunya dilakukan perbaikan. Peneliti
dalan hal ini melakukan pembersihan beberapa area rak simpan, lemari khusus
penyimpanan obat, dan double lock cabinet. Peneliti juga menunjukkan bahwa
melakukan efisiensi rak simpan. Peneliti membawa rak susun, memberi contoh
label pada rak susun tersebut dan memberikan contoh stiker high alert, dan label
Universitas Indonesia
untuk cairan infus. Peneliti melakukan hal demikian, agar memudahkan mereka
untuk mengikuti perbaikan. Hal ini dibuktikan oleh mereka dengan
menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari ruang gudang tersebut,
memperbaiki sistem penyimpanan odner.
Untuk Tahap Improve dan Control ini , peneliti mengusulkan beberapa rancangan
perbaikan seperti:
1. Rancangan Pelatihan Penanganan Persediaan. Perlunya pelatihan terkait
dengan penanganan persediaan kepada semua yang terlibat dalam
penanganan persediaan, yang dimulai dengan pemahaman akan penting
dan arti persediaan bagi RS PMI Bogor. Rancangan dapat dimulai dengan
menyusun kurikulum pelatihan secara menyeluruh, menyusun materi,
membuat program pelaksanaan, memastikan bahwa pelatihan berjalan
sesuai dengan program, dan diakhiri dengan pasca evaluasi pelatihan yang
dibuktikan dengan dilakukannya pemantauan di lapangan dan pemberian
hasil umpan balik. Materi yang disusun termasuk materi bagaimana
penempatan dan penyimpanan barang farmasi sesuai dengan ketentuan dan
didasarkan pada pemahaman akan 5S.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5. Rancangan otomasi sistem inventori yang saat ini telah dimiliki oleh RS
PMI Bogor sebaiknya dioptimalkan pemanfaatannya, agar informasi
besaran permintaan yang saat ini telah tersedia dapat digunakan oleh
pengelola inventori. Dengan demikian input permintaan tidak dilakukan
secara manual (Reorder Point) tetapi sudah terkendali oleh Gudang
Farmasi II. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, gambar 6.28.
Sistem inventori ini perlu dilakukan evaluasi secara reguler, agar tetap
memberikan informasi yang akurat pada setiap saat. Instalasi Farmasi
melakukan kendali inventori melalui fungsi sistem ini, utamanya pada
items master inventory system
Usulan peneliti terhadap pemanfaatan sistem inventori yang telah dimilki
adalah sistem inventori tersebut merupakan hasil dari suatu teknologi
dimana prinsip teknologi dikembangkan atau dibuat adalah untuk
membantu pekerjaan kita (manusia) agar menjadi efektif dan efesien.
Pemanfaatan teknologi dapat mempercepat proses dan mengurangi
langkah prosedur yang tidak mempunyai nilai tambah. Pemanfaatan
teknologi yang tepat guna juga dapat meningkatkan produktivitas dan
profitabilitas perusahaan. Teknologi yang telah dimiliki oleh RS PMI
Bogor terkait dengan sistem pengelolaan inventori yang saat ini
digunakan, sebaiknya dioptimalkan dan diperlukan pemeliharaan atau
monitoring dan evaluasi sehingga informasi yang dihasilkan dapat
dipertahankan selalu akurat dan up to date. Dengan dimanfaatkannya
teknologi sistem inventori dengan optimal maka alur proses menjadi
efektif dan efisien. Hal tersebut dapat mengurangi pekerjaan perawat
dalam melakukan proses permintaan barang farmasi seperti menginput
jumlah barang yang diminta, proses tanda tangan dokumen surat
permintaan barang farmasi. Sehingga waktu perawat dapat lebih fokus
pada tugas pokoknya. Hasil akhir dari pemanfaatan teknologi ini adalah
terstandarisasinya jumlah permintaan dan pemenuhan barang farmasi,
mengurangi defect karena variasi permintaan dan pemenuhan barang dan
pada akhirnya meningkatkan angka perputaran persediaan barang farmasi.
Universitas Indonesia
Service
Agreemen
Service
Agreemen
Universitas Indonesia
Nomor urutan rak Terdiri 2 digit. Digit pertama merupakan kode untuk
urutan rak dalam lemari dan digit kedua merupakan
urutan rak. Untuk kode yang menyatakan urutan rak
dan dituliskan dengan angka 2(dua). Sedangkan digit
berikutnya merupakan nomor urut rak dan dimulai
dengan angka 1 (satu).
Universitas Indonesia
SEBELUM SETELAH
Gambar 6.31 Rancangan Rak Simpan
Universitas Indonesia
SEBELUM SETELAH
Gambar 6.33 Kondisi Lemari Khusus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
12. Beberapa contoh tindak lanjut yang dilakukan oleh Gudang Farmasi II
bersama dengan timnya.
1. Penempatan Odner di area rak simpan
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Tesis ini disusun dengan tujuan untuk mengadakan perbaikan pendistribusian dan
penyimpanan perbekalan farmasi dengan analisis Lean Six Sigma di Gudang
Farmasi II Rumah Sakit PMI Bogor.
Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Rendahnya nilai inventory turnover dapat disebabkan karena belum dipahaminya
dengan baik makna persediaan perbekalan farmasi bagi pengelola perbekalan
farmasi baik di ruang perawatan maupun di Gudang Farmasi II. Hal ini didukung
dengan besarnya jumlah permintaan barang farmasi pada setiap kali periode
permintaan barang. Data dukung adalah standar deviasi kelipatan permintaan
barang farmasi 54.8 dan standar deviasi kelipatan pemenuhan barang farmasi
adalah 50.4. Faktor yang mendukung terjadinya hal ini adalah waktu permintaan
barang yang panjang, belum tepat peramalan yang dilakukan oleh ruang
perawatan, tidak dipahaminya standar perkiraan permintaan yang tertera di surat
permintaan barang farmasi, pemakaian barang farmasi yang belum terdata dengan
akurat, bottleneck proses distribusi terdapat pada Instalasi Farmasi karena belum
dilakukan secara optimal pengendalian permintaan, belum dilakukan pemantauan
terhadap perputaran persediaan, belum rincinya prosedur. Pelatihan terstuktur
tentang penanganan persediaan dan otomatisasi sistem inventori merupakan
alternatif pemecahan masalah yang disarankan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.2. Saran/Rekomendasi
Dengan memperhatikan kesimpulan hasil penelitian tersebut peneliti memberikan
saran atau rekomendasi beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan
pendistribusian dan penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi II RS
PMI Bogor guna meningkatkan produktivitas dan profitabilitas antara lain adalah
perbaikan pengelolan permintaan dan distribusi barang farmasi serta penyimpanan
barang farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 7.1 MATRIKS SARAN PERBAIKAN YANG HARUS DILAKUKAN MASING-MASING TINGKATAN MANAJEMEN
TINGKAT MANAJEMEN
ASPEK PELAKSANA
PUNCAK MENENGAH PERTAMA
TEKNIS
3. Key Performance Indicator Menetapkan, memantau dan Menyusun , mensosialisasi, Menyusun , mensosialisasi, Melaksanakan
antara lain Inventory Turn Over, mengevaluasi melaksanakan dan melaksanakan dan
kesesuaian jumlah barang, mengevaluasi. mengevaluasi.
kadaluwarsa dan penerapan FIFO,
penataan 5S
4. Coding Locator yang Menetapkan Mengoreksi dan menyetujui Menyusun , mensosialisasi, Melaksanakan/
merupakan sistem pengkodean melaksanakan dan
barang atau sistem pengaturan mengevaluasi. mengimplemen-
penyimpanan barang dengan tasikan
menggunakan kode yang
memuat kode letak barang
seperti kode lemari, kode rak
dan sebagainya.
Universitas Indonesia
TINGKAT MANAJEMEN
ASPEK PELAKSANA
PUNCAK MENENGAH PERTAMA
TEKNIS
5. Otomasi Sistem Inventory Menetapkan Mengoreksi dan menyetujui Menyusun , mensosialisasi, Menerapkan sistem
melaksanakan dan
mengevaluasi.
6. Peningkatan Pengetahuan dan Menetapkan Merencanakan program, Menyusun rencana Melaksanakan dan
Keterampilan Pengelolaan mengevaluasi program pelaksanaan, melaksanakan, mengimplementasikan
Gudang Farmasi mengevaluasi
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Bevan, H., Westwood, A., Crowe, R., & OConor, M. (2007). Lean Six Sigma:
Some Basic Concepts. United Kingdom: NHS Institute for Innovation and
Improvement.
Brue, G., and Howes, R., (2006). The McGraw-Hill 36-Hour Course. Six Sigma.
United States of America: The McGraw-Hill Companies.
El-Haik, B., and Al-Aomar, R., (2006). Simulation-Based Lean Six Sigma and
Design for Six Sigma. New Jersey, Canada: Published by John Willey &Sons,
Inc., Hoboken.
199
Gaspersz, V., & Fontana, A. (2011). Lean Six Sigma for Manufacturing and
Service Industries. Waste Elimination and Continuous Cost Reduction. Bogor:
Vinchristo Publication.
George, Michael L. (2003). Lean Six Sigma for Service. USA: The McGraw-Hill
Companies.
Kaplan, Robert, S., & Norton, David, P. (2000). Menerapkan Strategi Menjadi
Aksi. Balanced Scorecard. Jakarta : Penerbit Erlangga.
200
Psychogios, A.G., Atanasovski, J., & Tsironis, L.K. Lean Six Sigma in a Service
Context. The International Journal of Quality & Reliability Management 29.1
(2012): 122-139.
Syukron, A.,& Kholil, M. (2013). Six Sigma. Quality for Business Improvement.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Westwood, A., Moore, M.J., & Cooke, M. (2007). Going Lean in the NHS. United
Kingdom: NHS Institute for Innovation and Improvement.
201
202
Lampiran 1
203
PENYIMPANAN PERBEKALAN
14. Metoda apa yang digunakan untuk menyimpan barang?
15. Pelatihan apa yang dimilki oleh petugas gudang dalam mengelola gudang farmasi?
16. Pelatihan apa yang didapatkan oleh mereka yang mengelola barang farmasi di ruang
perawatan? (menyimpan barang, menangani persediaan, dll)
PENGENDALIAN PERBEKALAN
17. Bagaimana proses pengendalian inventori tersebut dilakukan? (pengawasan stok, stok
opname)
18. Kapan saja dilakukan pengendalian inventori?
19. Siapa yang melakukan pengendalian?
20. Apa yang dimaksudkan dengan tanggungan ruangan ketika selesai dilakukan pengawasan
stok?
21. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya tanggungan ruangan?
22. Bagaimana penanganan hasil dari pengendalian tersebut?
23. Apakah dilakukan umpan balik kepada ruang perawatan untuk melakukan tindak lanjut?
24. Bagaimana ketentuan slow moving, fast moving, dead stock diterapkan di rumah sakit ini?
25. Bagaimana Analisa ABC dan VEN diterapakan disini?
204
PENGENDALIAN PERBEKALAN
1. Bagaimana proses pengendalian inventori tersebut dilakukan? (pengawasan stok, stok
opname)
2. Kapan saja dilakukan pengendalian inventori?
3. Siapa yang melakukan pengendalian?
4. Apa saja yang ditemukan pada hasil pengendalian inventori?
5. Bagaimana cara melakukan klarifikasi hasil temuan dengan ruang perawatan?
6. Apa yang dimaksudkan dengan tanggungan ruangan?
7. Bagaimana tindak lanjut penanganan hasil dari pengawasan stok?
205
ruangan?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tanggungan ruangan di lembar mutasi
ruangan?
4. Sejauh mana tanggung jawab ruangan akan hal ini?
5. Apa keinginan / keluhan Anda sebagai customer?
6. Apa masukan Anda untuk meningkatkan pelayanan gudang farmasi alat kesehatan?
PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN
7. Bagaimana proses permintaan barang alat kesehatan ke gudang alkes farmasi?
8. Berdasarkan apa jumlah permintaan barang yang diminta oleh ruangan?
9. Apakah barang yang diminta oleh ruangan dapat selalu diberikan oleh pihak gudang? (baik
jumlah dan jenisnya?)
10. Bila tidak, apa alasan yang diberikan oleh pihak gudang?
11. Apakah ada ketentuan waktu dalam permintaan barang ini? (setiap hari apa saja, jam berapa)
12. Bila sebelum hari permintaan (gudang alkes tutup) dibutuhkan barang, apa yang dilakukan
oleh ruangan?
13. Bagaimana proses serah terima barang dilakukan? Apakah pihak farmasi akan menghubungi
ruangan ketika barang siap diambil? Apakah bila menghubuni farmasi suka lama?
14. Apakah ada ketentuan waktu kapan barang akan diambil oleh pihak ruangan? (jam berapa
dilakukan serah terima barang?)
15. Apakah ada alat bantu untuk mengambil barang dari gudang farmasi? Apakah alat bantu
tersebut memadai?
16. Bagaimana menurut pendapat Anda proses permintaan ini ditingkatkan?
206
35. Bagaimana bila pihak ruangan belum bisa mengambil barang tersebut digudang?
36. Apakah ada ketentuan waktu kapan barang akan diambil oleh pihak ruangan? (jam berapa
dilakukan serah terima barang?)
37. Apakah ada alat bantu untuk mengambil barang dari gudang farmasi? Apakah alat bantu
tersebut memadai?
38. Bagaimana menurut pendapat Anda proses permintaan ini ditingkatkan?
PERAWAT RUANGAN
207
Lampiran 2
2. Ketersediaan dokumen uraian tugas yang spesifik untuk jabatan Pengelola Gudang Spesifik Belum Spesifik
3. Keetersediaan dokumen indikator mutu Departemen Farmasi beserta target pencapaian Tersedia Tidak Tersedia
Keterangan:......................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................
208
...................................................................................................................................................................................................................................
6. Ketersediaan dokumen prosedur pengelolaan perbekalan farmasi, yaitu: Tersedia Tidak Tersedia
..................................................................................................................................................................................................................................
209
10. Mengamati alur proses perencanaan perbekalan (identifikasi jenis pemborosan dan variasi-variasi aktivitas yang ditemukan).
11. Melakukan pengamatan data inventori retrospektif 3 bulan terakhir (lemabar kerja microsoft excell)
Keterangan:.......................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................
12. Ketersediaan dokumen cacatan waktu barang datang (lead time) Tersedia Tidak Tersedia
13. Ketersediaan dokumen serah terima barang dari supplier/pemasok Tersedia Tidak Tersedia
14. Ketersediaan alat bantu yang digunakan untuk menerima barang Tersedia Tidak Tersedia
15. Mengamati kondisi gudang farmasi kesesuian dengan prinsip 5S (Sort, set in order, shine, standardize, sustain).
16. Mengamati security gudang seperti : akses gudang, keamanan gudang, tumpukan barang, kesesuaian rak/pallet, pemantauan kondisi lingkungan
penyimpanan barang.
17. Mengidentifikasi adanya pemborosan, variasi-variasi /kecacatan proses penyimpanan barang, seperti : kesesuaian metode penyimpanan barang,
kesesuaian jumlah barang, penerapan kartu stok, barang expired.
210
19. Ketersediaan dokumen pengendalian yang dilakukan (cycle counting) Tersedia Tidak Tersedia
Keterangan:.......................................................................................................................................................................................................................
211
..........................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................
24. Ketersediaan kartu stok pada semua barang Tersedia Tidak Tersedia
26. Kesesuaian kartu stok dengan fisik barang Sesuai Tidak Sesuai
27. Ketersediaan kartu stok pada semua barang Tersedia Tidak Tersedia
29. Konsistensi dalan pencatatan pemantauan alat penyimpanan Konsisten Tidak Konsisten
Keterangan:......................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................
212
213
Lampiran 4 (sambungan)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia