Anda di halaman 1dari 10

JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2): 112-121, Juli 2017

Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs
DOI: 10.18196/jmmr.6134

Keterlambatan Pengumpulan Berkas Verifikasi Klaim BPJS di RS


X: Apa Akar Masalah dan Solusinya?
Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto
* Penulis Korespondensi: estriadipradani@gmail.com
Klinik Rawat Inap Ramdani Husada, Malang
INDEXING ABSTRACT
Keywords: This study aims to analyze root problems and the best solution of entry
Feedback; delays in the BPJS claim verification file to IJP (Installation of Financing
BPJS verification Guarantee) of the hospital. This research is a qualitative descriptive
file; research using Focus Group Discussion, Fishbone diagram and “5 Why”
BPJS claim; question methods to find the root problems. After that, the choice of
Installation of alternative solutions is determined by Nominal Group Technique (NGT)
Financial and Capability Accessibility Readiness and Leverage (CARL) methods.
Guarantees; This activity involves 2 management staffs, 3 IJP staffs, 2 pharmacists,
and 7 nurses from emergency department, outpatient and inpatient units.
The result of this research is written feedback by IJP for all outpatient and
inpatient unit as the best solution which is expected to overcome the entry
delays problem.

Kata kunci: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akar masalah dan solusi
Umpan balik; terbaik keterlambatan pengumpulan berkas verifikasi klaim BPJS ke IJP
berkas verifikasi (Instalasi Jaminan Pembiayaan) di rumah sakit. Penelitian ini merupakan
klaim BPJS; penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode Focus Group
klaim BPJS; Discussion, diagram Fishbone dan pertanyaan “5 Why” untuk mencari
Instalasi Jaminan akar masalah. Setelah diketahui akar masalah dilakukan pemilihan
Pembiayaan alternatif solusi dengan metode Nominal Group Technique (NGT) dan
(IJP); Capability Accessibility Readiness and Leverage (CARL). Kegiatan ini
melibatkan 2 staf manajemen, 3 staf IJP, 2 petugas apotik, dan 7 perawat
IGD, rawat jalan dan rawat inap. Hasil penelitian ini adalah solusi terbaik
berupa pembuatan umpan balik tertulis oleh IJP untuk seluruh unit
pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang diharapkan dapat mengatasi
keterlambatan pengumpulan berkas verifikasi klaim BPJS ke IJP.
© 2017 JMMR. All rights reserved
Article history: received 12 May 2017; revised 15 Jun 2017; accepted 21 July 2017

PENDAHULUAN pelayanan terhadap pasien BPJS di


Indonesia.
Sejak dicanangkan pada tahun 2014, Penelitian-penelitian sebelumnya
sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meneliti efek asuransi pemerintah yang
mempengaruhi semua rumah sakit dalam menggunakan sistem DRG (Diagnosis
segala aspek. Pada tanggal 1 September Related Group) based payment seperti
2016, peserta program JKN telah mencapai JKN terhadap rumah sakit. Cheng et al,
168.512.237 jiwa atau sekitar 67% dari (2012) dan Mutia (2016) menunjukkan
total penduduk Indonesia yang ditargetkan bahwa di negara-negara Eropa, Amerika,
menjadi 100% pada tahun 2019.6,11 maupun di Indonesia, sistem asuransi ini
Peningkatan jumlah peserta JKN ini terjadi menyebabkan penurunan 10% length of
karena kewajiban yang ditetapkan oleh stay pasien tanpa menyebabkan banyak
pemerintah dan peningkatan kualitas perubahan dalam outcome pelayanan
kesehatan.9,14 Menurut Wild et al., (2012)
|113 | Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto– Keterlambatan Pengumpulan …

dan Rauner dan Schaffhauser-Linzatti solusinya sehingga penulis tertarik untuk


(2013) sistem ini dapat meningkatkan melakukan penelitian ini.
transparansi dan efisiensi serta menekan RS X merupakan RS milik pemerintah
biaya kesehatan.17,19 Namun Yavari et al. dengan status BLUD (Badan Layanan
(2015) menyebutkan sistem ini juga Umum Daerah). Sejak 18 Mei 2015, rumah
memiliki dampak negatif bagi rumah sakit sakit ini ditetapkan sebagai Rumah Sakit
karena sistem mentransfer sejumlah uang Rujukan Regional yang mengampu rujukan
tanpa mempedulikan aktivitas rumah sakit, dari wilayah Kabupaten Trenggalek, Kota
sehingga sangat mungkin terjadi inefisiensi Blitar, Kabupaten Blitar dan Kabupaten
dan konflik di antara stakeholder di rumah Pacitan. Pada tanggal 25 Mei 2016, rumah
sakit. Alokasi untuk sumber daya rumah sakit ini ditetapkan sebagai rumah sakit
sakit tetap harus dibayar, sedangkan Tipe B Pendidikan. Jumlah pasien umum
aktivitas yang dikerjakan bervariasi.20 rumah sakit ini pada tahun 2016 semakin
Yavari et al. (2015), Budiarto dan menurun, dan pasien BPJS makin
Sugiharto, (2013), dan Cheng et al. (2012) meningkat. Pasien rawat inap umum
menyebutkan efek berupa peningkatan tercatat sebanyak 38% dari total pasien,
transparansi biaya dan aktivitas, sedangkan pasien rawat jalan umum
penahanan untuk tidak menambah sekitar 29%, dan jumlah pemakai asuransi
pengeluaran rumah sakit, pengoptimalan selain BPJS Kesehatan semakin menurun.
sumber daya rumah sakit, pengurangan Gambaran tingkat pemanfaatan dan
pelayanan yang tidak perlu, pengurangan efisiensi sarana pelayanan serta mutu
length of stay dan kemungkinan pasien pelayanan di rumah sakit ini pada tahun
kembali, susbtitusi pasien rawat inap 2016 berdasarkan data bulan Januari
dengan rawat jalan, perubahan struktur hingga Mei ialah meliputi BOR (Bed
pelayanan, dan pembuatan panduan Occupancy Rate) 79,36%, ALOS (Length
praktek yang homogen.3,9,20 Of Stay) 4,36 hari, BTO (Bed Turn Over)
Mathauer dan Wittenbecher (2013) 27,56 kali, TOI (Turn Over Interval) 1,14
menyebutkan bahwa rumah sakit di negara hari, GDR (Gross Death Rate) 86,71% dan
dengan income yang rendah atau NDR (Net Death Rate) 59,31%. Terjadi
menengah disarankan untuk meningkatkan peningkatan pada BOR sebesar 5,65%,
kerjasama internal maupun eksternal untuk penurunan ALOS sebesar 0,06 hari,
meningkatkan kebenaran data yang dimiliki penurunan BTO sebesar 33,56 kali,
dan kinerja manajemen klaim.13 Fässler et peningkatan TOI sebesar 0,44 hari,
al. (2015) menyatakan bahwa bagi dokter, peningkatan GDR 0,49% dan NDR 0,53%
pelayanan dengan sistem ini dinilai lebih dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini
baik, namun terjadi penurunan dalam menunjukkan peningkatan jumlah pasien
orientasi terhadap pasien dan tidak semua dan peningkatan efisiensi sarana
prinsip yang ideal dapat diterapkan.12 Wu pelayanan rumah sakit, namun
dan Shen (2014) dalam Peprah dan Atarah peningkatan BOR ini di sebagian besar
(2014) menyatakan apabila provider tidak ruangan mayoritas diisi oleh pasien BPJS
mendapatkan kecukupan pembiayaan, Kesehatan.18
akan terjadi pengaruh berupa penurunan Alur rekam medis dan pembiayaan
kualitas pelayanan terhadap pasien16 dan pasien BPJS Kesehatan di RS X tidak
menurut Or (2014) diperlukan suatu sistem berada dalam satu jalur. Rekam medis
informasi yang kuat untuk memonitor dikelola oleh Instalasi Rekam Medis,
keuangan dan kualitas pelayanan.15 Saat sedangkan berkas pembiayaan untuk klaim
ini belum ada penelitian yang membahas dikelola oleh Instalasi Jaminan
masalah keterlambatan klaim asuransi Pembiayaan (IJP). Data-data ekspedisi
pemerintah, alasan penyebabnya maupun rekam medis di IJP menunjukkan sering
terjadi keterlambatan baik kelengkapan
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6(2), 112-121 | 114 |

pengisian rekam medis, maupun diberikan semaksimal mungkin tanpa ada


keterlambatan dalam hari pengantaran ke kendala dalam hal pembiayaan.
IJP yang bervariasi antara 7-162 hari oleh Hasil penelitian ini diharapkan dapat
unit rawat jalan dan terlama mencapai 131 memberikan kontribusi secara teoritis yaitu
oleh unit rawat inap. Data ekspedisi juga mengetahui gambaran klaim asuransi
menyebutkan meskipun rekam medis telah BPJS rumah sakit di Indonesia. Secara
dilengkapi, berkas verifikasi tidak langsung praktis penelitian ini membantu kelancaran
diserahkan ke IJP melainkan ditunggu agar klaim BPJS di RS X sehingga pelayanan
terkumpul di ruang unit pelayanan. dan kegiatan operasionalnya tidak
Keterlambatan ini berakibat tidak terhambat akibat tidak tercukupinya dana
tercapainya target masuknya berkas tahap yang diperlukan.
I setiap bulan. Prosentase berkas verifikasi
rawat jalan yang diterima verifikator BPJS METODE PENELITIAN
pada tahap I bulan April, Juni dan Juli 2016 Penelitian ini merupakan penelitian
menunjukkan rerata 60% dari target 90- deskriptif kualitatif. Untuk mencari akar
100%, sementara itu prosentase berkas masalah dilakukan FGD (Focus Group
verifikasi rawat inap pada tahap I bulan Discussion) dengan bantuan diagram
April, Mei, Juni dan Juli 2016 berada di Fishbone (Gambar 3). Selanjutnya dengan
bawah 50%. Hal ini berakibat makin pertanyaan “5 Why” terhadap cabang sirip
besarnya prosentase berkas yang masuk ikan, dicari akar penyebab masalah.
pada tahap II dan berpotensi memunculkan Setelah didapatkan akar masalah,
tahap III. Semakin terlambat berkas yang selanjutnya dicari alternatif solusinya.
masuk ke verifikator BPJS semakin Proses ini melibatkan 2 staf manajemen, 3
terlambat dana yang turun ke rumah sakit staf IJP, 2 petugas apotik, 7 perawat IGD,
(Gambar 1 dan 2).7 poli dan rawat inap. Proses pemilihan
Fokus penelitian ini adalah mencari alternatif solusi pada masalah dilakukan
akar masalah dan solusi untuk mengatasi dengan metode NGT (Nominal Group
keterlambatan pengumpulan berkas Technique). NGT dilaksanakan tanpa
verifikasi BPJS ke IJP rumah sakit. intervensi anggota yang lain. Semua
Keterlambatan klaim terjadi karena anggota menuliskan skor 1 sampai 5 setiap
kegagalan capaian target pengumpulan alternatif solusi sesuai kriteria yang
berkas verifikasi. Hal ini tidak ditentukan. Penapisan dilakukan terhadap
menguntungkan bagi rumah sakit karena pilihan solusi berdasarkan hasil skor
rumah sakit ini merupakan pusat rujukan dikalikan bobot sesuai kriteria kemudian
regional, sehingga pelayanan dituntut agar dijumlahkan

Gambar 1. Data Absensi Berkas Rawat Jalan (dalam %).


|115 | Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto– Keterlambatan Pengumpulan …

Sumber: BPJS Center RS X

Gambar 2. Data Absensi Berkas Rawat Inap (dalam %)


Sumber: BPJS Center RS X

untuk menentukan ranking. Selanjutnya menginput data 100% pada SIM-RS, dan
alternatif solusi ditapis lagi dengan metode (5) belum meminta kepada tim SIM-RS
CARL yang didasarkan pada kriteria yang untuk membuat program yang dapat
harus diberi skor 0–4 yaitu: C= Capability mengetahui data pasien KRS setiap hari
(ketersediaan sumber daya misalnya yang terhubung ke IJP.
dana, sarana, dan peralatan), A= Berdasarkan diskusi dengan metode
Accessibility (kemudahan masalah untuk NGT dan CARL didapatkan alternatif solusi
diatasi atau tidak, kemudahan dapat sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 1 dan
didasarkan pada ketersediaan 2. Berdasarkan metode tersebut maka
metode/cara/teknologi serta penunjang terpilih solusi terbaik (ranking 1) berupa
pelaksana seperti peraturan), R= pembuatan umpan balik tertulis oleh IJP
Readiness (kesiapan tenaga pelaksana kepada seluruh unit rawat jalan dan rawat
maupun sasaran, seperti keahlian atau inap mengenai ketepatan pengembalian
kemampuan motivasi) dan L= Leverage berkas ke IJP 2x24 jam.
(besarnya pengaruh kriteria satu dengan Menurut data IJP RS X terjadi selisih
yang lain dalam pemecahan masalah yang antara nilai pengajuan dan nilai realisasi
dibahas). klaim yang cenderung meningkat yaitu dari
Rp 8.830.200,- pada bulan Februari
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi Rp 950.858.100,- pada bulan Juni
2016. Selisih ini diakibatkan oleh masih
Ditemukan bahwa 5 akar masalah adanya kekurangan berkas verifikasi yang
penyebab keterlambatan berkas verifikasi perlu diperbaiki. Hal ini sangat mungkin
ke IJP ialah sebagai berikut: (1) belum ada terjadi karena berkas verifikasi yang masuk
reward and punishment bagi dokter pada tahap I tidak mencapai target 90-
penanggungjawab yang tidak melengkapi 100%. Apabila berkas pada tahap I
rekam medis 1x24 jam, (2) belum ada mencapai target, maka perbaikan yang
umpan balik secara rutin dari IJP mengenai diminta oleh petugas verifikator BPJS
kepatuhan pengembalian berkas verifikasi dapat dilakukan dengan cepat dan segera
2x24 jam, (3) belum ada SOP mengenai diproses pada tahap II. Namun, apabila
tata cara pengembalian berkas verifikasi ke kurang dari target maka berkas akan
IJP, (4) belum ada kebijakan reward and menumpuk pada tahap II sehingga apabila
punishment bagi unit yang belum diperlukan perbaikan akan masuk pada
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6(2), 112-121 | 116 |

tahap III atau IV yang jatuh pada bulan pengantaran berkas ke IJP. Umpan balik ini
berikutnya. Hal ini berakibat pada juga dapat mengatasi masalah lainnya,
tertundanya dana yang turun untuk rumah yaitu ketidakpatuhan DPJP (Dokter
sakit. Dana yang seharusnya selesai dalam Penanggung Jawab Pasien) dalam
2 tahap mengalami prolong yang ditandai melengkapi rekam medis, yang menurut
dengan munculnya turunnya dana tahap Tabel 1 merupakan akar masalah yang
ketiga. Pada bulan Februari, Maret dan paling sulit untuk diselesaikan.
April 2016 terjadi tahap III turunnya dana, Umpan balik merupakan bagian dari
dengan yang terbesar terjadi pada bulan pengembangan organisasi, pengembangan
April sebesar Rp 2.133.285.700,- untuk sumber daya manusia dan perubahan
klaim rawat inap dan Rp 53.420.900,- untuk organisasi.1,4,5,8,10 Perubahan terhadap
klaim rawat jalan. suatu organisasi meliputi kegiatan:
Penelitian ini menemukan bahwa salah 1) Masuk dan Membuat Kontrak; Masuk
satu akar masalah penyebab untuk mendapatkan data agar mengerti
keterlambatan penyerahan berkas verifikasi permasalahan organisasi, kemudian
disebabkan oleh tidak adanya umpan balik membuat kontrak dengan pihak
tertulis oleh IJP. Selama ini, tidak ada manajemen dan staf yang terlibat untuk
umpan balik yang terprogram dan membuat perubahan terencana.
menyeluruh untuk semua unit rawat jalan 2) Mendiagnosis; Mengumpulkan,
dan rawat inap, sehingga masalah ini tidak menganalisis dan memberikan umpan
pernah dapat diselesaikan. Unit rawat jalan balik terhadap data yang ditemukan.
dan rawat inap juga tidak mengetahui Umpan balik merupakan kegiatan yang
kesalahan unit masing-masing yang paling penting karena merupakan
berkontribusi menyebabkan keterlambatan pengorganisasian data sehingga
klaim BPJS turun ke rumah sakit. Umpan bermakna dan dapat dimengerti oleh
balik tertulis ini diharapkan agar dapat manajemen dan staf.
menjadi sarana sosialisasi sekaligus 3) Merencanakan dan melaksanakan
evaluasi terhadap seluruh unit yang selama intervensi yang akan dilakukan, dan
ini kurang maksimal kinerjanya dalam mengendalikan pelaksanaan intervensi.
|117 | Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto– Keterlambatan Pengumpulan …

Gambar 3. Diagram Fishbone Keterlambatan Berkas Verifikasi BPJS Sampai ke IJP

Tabel 1.Pilihan Solusi Terbaik dengan Menggunakan Metode NGT


Pilihan solusi Ke- Kemungkin Ef- Ham- Nilai Ranking
mudahan an berhasil ektifitas batan total
penerapa solusi relatif
n rendah
0,2 0,2 0,5 0,1 1,0

1. Pembuatan 5 5 5 5 5 I
umpan balik oleh (1) (1) (2,5) (0,5)
IJP ke seluruh unit
mengenai
ketepatan waktu
pengembalian
berkas 2x24 jam
2. Membuat SOP tata 4 4 4 3
cara pengembalian (0,8) (0,8) (2) (0,3) 3,9 II
berkas verifikasi ke
IJP dengan target
2x24 jam
3. Membuat SK 4 4 3 3
mengenai reward (0,8) (0,8) (1,5) (0,3) 3,4 III
and punishment
bagi unit yang
belum menginput
100%
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6(2), 112-121 | 118 |

Pilihan solusi Ke- Kemungkin Ef- Ham- Nilai Ranking


mudahan an berhasil ektifitas batan total
penerapa solusi relatif
n rendah

0,2 0,2 0,5 0,1 1,0

4. Meminta kepada 3 3. 3 2 2,9 IV


tim SIM-RS untuk (0,6) (0,6) (1,5) (0,2)
membuat program
yang dapat
mengetahui data
pasien KRS setiap
hari di IJP baik dari
rawat jalan maupun
rawat inap.
Kemudian sistem
ini dapat menandai
merah pada
identitas pasien
yang belum masuk
ke IJP
5. Membuat reward 1 1 1 1 1 V
and punishment (0,2) (0,2) (0,5) (0,1)
bagi DPJP yang
tidak melengkapi
rekam medis 1x24
jam

Tabel 2. Pilihan Solusi Terbaik dengan Menggunakan Metode CARL


Alternatif Capa- Accessi- Readin Leverage Jumlah Ran-
Solusi bility bility ess (1-4) skor king
(1-4) (1-4) (1-4)
1. Pembuatan umpan balik 4 4 4 4 256 I
oleh IJP ke seluruh unit
mengenai ketepatan
waktu pengembalian
berkas 2x24 jam

2. Membuat SOP tata cara 4 4 4 2 128 II


pengembalian berkas
verifikasi ke IJP dengan
target 2x24 jam

3. Membuat SK mengenai 3 3 3 3 81 III


reward and punishment
bagi unit yang belum
menginput 100%
|119 | Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto– Keterlambatan Pengumpulan …

lternatif Capa- Accessi- Readin Leverage Jumlah Ran-


Solusi bility bility ess (1-4) skor king
(1-4) (1-4) (1-4)
4. Meminta kepada tim 3 2 2 3 36 IV
SIM-RS untuk membuat
program yang dapat
mengetahui data pasien
KRS setiap hari di IJP
baik dari rawat jalan
maupun rawat inap.
Kemudian sistem ini
dapat menandai merah
pada identitas pasien
yang belum masuk ke
IJP
5. Membuat reward and 2 1 1 4 8 V
punishment bagi DPJP
yang tidak melengkapi
rekam medis 1x24 jam

4) Mengevaluasi efek perubahan yang keuangan) dan variabel proses


telah diimplementasikan, kemudian (keterbukaan, pengambilan keputusan, dan
membuat program yang sukses untuk motivasi karyawan). Umpan balik
agar dapat senantiasa ada yaitu sebaiknya dikombinasikan dengan kegiatan
dengan melakukan umpan balik, lain misalnya konsultasi dan pelatihan tim.
pemberian penghargaan, dan Apabila hanya dengan umpan balik tingkat
pelatihan.10 keberhasilan intervensi ialah sebesar 33%,
Umpan balik yang baik ialah yang dapat sedangkan dengan pelatihan tim tingkat
membuat organisasi bangkit untuk keberhasilan akan meningkat menjadi
menyelesaikan masalah, dapat meringkas 45%.8
maksud dan arti data yang didapatkan, Umpan balik memiliki keterbatasan yaitu
tidak terlalu banyak, sehingga organisasi dapat membuat: (1) Ambiguitas tujuan
tidak merasa perubahan tidak mungkin artinya perbedaan pengertian tujuan
dilakukan. Umpan balik yang baik memiliki penulisan umpan balik antara penulis dan
kriteria: (1) relevan, artinya anggota penerima sehingga menghambat
organisasi merasa data tersebut memiliki penyelesaian masalah. (2) Ke-
makna, (2) mudah dimengerti, dapat tidakpercayaan dengan umpan balik
menggunakan grafik atau chart, (3) karena tidak anonim. (3) Topik-topik
deskriptif, dapat segera dihubungkan sensitif yang tidak ingin diperiksa. (4)
dengan perilaku nyata organisasi sehari- Anggapan bahwa pengerjaan
hari, dapat diberi contoh dan ilustrasi, (4) umpan balik dapat mengganggu pekerjaan
valid dan akurat, dan (5) tepat waktu, utama.10 Umpan balik tertulis sebagai
artinya harus segera diberikan kepada bagian dari manajemen modal kerja harus
anggota organisasi dianalisis.10 senantiasa didukung oleh manajemen
Umpan balik yang dibagi kepada rumah sakit, selalu dikomunikasikan
seluruh unit akan membawa dampak positif dengan seluruh unit, diberikan insentif bagi
bagi perusahaan. Penelitian menyebutkan pelaksananya dan unit yang dapat
bahwa umpan balik berdampak positif pada mengevaluasi diri dengan baik, dan selalu
dua hal yaitu variabel hasil (produktivitas, dikontrol pelaksanaannya. Apabila hal ini
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6(2), 112-121 | 120 |

dilakukan, hasilnya akan dapat dirasakan 2. Buchmann, P. dan Jung, U. (2008).


kurang dari setahun, meningkatkan potensi Best-Practice Working Capital
perusahaan sebesar 30% pada tahun Management: Techniques for
pertama, dan optimalisasi secara Optimizing Inventories, Receivables,
keseluruhan membutuhkan 3 tahun, and Payables. Retrieved from
tergantung ukuran rumah sakit. http://www.financepractitioner.com
Berdasarkan pengalaman, 40% potensi 3. Budiarto, W. dan Sugiharto, M. (2013).
berikutnya dapat direalisasikan pada tahun Biaya Klaim Ina-CBGs dan Biaya Riil
kedua, dan sisanya (sekitar 30%) pada Penyakit Katastropik Rawat Inap
tahun ketiga.2 Peserta Jamkesmas di Rumah Sakit
Studi di 10 Rumah Sakit Milik
SIMPULAN Kementerian Kesehatan Januari-Maret
2012. Buletin Penelitian Sistem
Keterlambatan berkas verifikasi BPJS Kesehatan. Volume 16.
masuk ke IJP lebih dari 2x24 jam yang Surabaya: Airlangga University Press
disebabkan lambatnya pengisian rekam 4. Burke. W. W. (2013). Organization
medis oleh DPJP dan pengantarannya ke Change: Theory and Practice.
ruang IJP menyebabkan keterlambatan California: SAGE Publication Inc.
turunnya dana BPJS ke rumah sakit. 5. Burke W. W. dan Noumair D. A. (2015).
Umpan balik tertulis merupakan solusi Organization development: A Process
terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. of Learning and Changing (third ed).
Apabila hal ini sukses dilaksanakan, dapat New Jersey: Pearson Education Inc.
terjadi perubahan-perubahan positif bagi 6. BPJS Kesehatan RI. (2016) Data
rumah sakit dalam hal manajemen klinis Peserta BPJS. Retrieved from:
dan keuangan rumah sakit. Keterbatasan https://bpjskesehatan.go.id
penelitian ini ialah penelitian dilakukan di 7. BPJS Kesehatan RI. (2014). . Petunjuk
rumah sakit milik pemerintah dengan status Teknis Verifikasi Klaim. Retrieved from:
BLUD, sehingga dapat berbeda kondisinya https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdoc
dengan rumah sakit swasta. Setiap rumah uments/Petunjuk%20Teknis%20Verifika
sakit mempunyai metode masing-masing si%20Klaim_REV.pdf
untuk menangani klaim pasien BPJS 8. Carter, L., Ulrich, D. dan Goldsmith, M.
sehingga penyebab dan solusi (2012). Best Practices in Leadership
pemecahannya tidak selalu sama dengan Development and Organization
RS X. Change: How the Best Companies
Direkomendasikan agar rumah sakit Ensure Meaningful Change and
membuat umpan balik tertulis secara Sustainable Leadership. John Wiley &
berkesinambungan. Disarankan agar Sons, Inc.
dilakukan penelitian selanjutnya pada RS 9. Cheng, S.H., Chen, C.-C. & Tsai, S.L.
swasta peserta BPJS untuk (2012). The Impacts of DRG-Based
membandingkan penyebab dan solusi Payments on Healthcare Provider
keterlambatan terkumpulnya berkas Behaviors Under a Universal Coverage
verifikasi klaim BPJS.. System: a Population-Based Study.
Health Policy. Volume 107, 202-208.
DAFTAR PUSTAKA 10. Cummings, T. G. dan Worley, C. G.
(2014). Organization Development and
1. Anderson, D. L. (2013). Organizational Change. Cengage learning.
Development: The Process of Leading 11. Depkes RI. (2014). Peraturan Menteri
Organizational Change. California: Kesehatan Republik Indonesia Nomor
SAGE Publication, Inc. 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan
|121 | Estri Aditya Pradani*, Dewi Lelonowati, Sujianto– Keterlambatan Pengumpulan …

Kesehatan Nasional. Retrieved from: Regional Hospital, Ghana. International


http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=MC Journal of Business and Social
N-20143250002 Research. Volume 4, 133-143.
12. Fassler, M., Wild, V., Clarinval, C., 17. Rauner, M. S. & Schaffhauser-Linzatti,
Tschopp, A., Faehnrich, J. A. & Biller- M. M. (2013). Impact of Inpatient
Andorino, N. (2015). Impact of the Reimbursement Systems on Hospital
DRG-Based Reimbursement System on Performance: The Austrian Case-Based
Patient Care and Professional Practice: Payment Strategy. Operations
Perspectives of Swiss Hospital Research and Health Care Policy.
Physicians. Swiss Med Wkly. Volume Springer.
145. Week 14080. 18. RSUD Dr. Iskak Tulungagung. (2015).
13. Mathauer, I. & Wittenbecher, F. (2013). Profil RSUD Dr. Iskak Tulungagung
Hospital Payment Systems Based on Tahun 2015. Tulungagung: RSUD DR.
Diagnosis-Related Groups: Iskak Tulungagung
Experiences in Low-and Middle-Income 19. Wild, V., Pfister, E. & Biller-Andorno, N.
Countries. Bulletin of the World Health (2012). Ethical Research on the
Organization. Volume 91,746-756A. Implementation of DRGs in
14. Mutia, M. (2016). Hubungan Antara Switzerland–a Challenging Project.
Sistem Pembayaran Langsung dan Ina- Swiss Med Wkly. Volume 142. Week
CBGs dengan Kualitas Pelayanan 13610.
Kesehatan Pasien Rawat Jalan di 20. Yavari, M., Azimi, L., Khosro Abadi, G.,
RSUD Dr. Moewardi. Universitas Baladast, M., Salaj Mahmoudi, S. &
Sebelas Maret. Vahidi, S. (2015). Hospital Income Loss
15. Or, Z. (2014). Implementation of DRG due to Incomplete Clinical
Payment in France: Issues and Recent Documentation: A Survey of Service
Developments. Health Policy. Volume Items and Potential Causes in the
117, 146-150. Iranian Teaching Hospitals.
16. Peprah, A. A. & Atarah, B. A. (2014). International Journal of Hospital
Assessing Patient’s Satisfaction using Research. Volume 4, 137-142.
SERVQUAL Model: A Case of Sunyani

Anda mungkin juga menyukai