TUGAS INDIVIDU
“STUDI KELAYAKAN”
Mata Kuliah Hukum Kesehatan Rumah Sakit
Fresley Hutapea, SH, MH, MARS
Oleh :
Di Susun Oleh : Fitri Evita (20160309047)
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2018
Perkembangan perumahsakitan saat ini sangat pesat sehingga mendorong investor dari
luar negeri dimana seorang pengusaha ingin membuka bisnis dibidang perumahsakitan
akan tetapi dia belum mengetahui syarat, prosedur serta teknis mendirikan RS dan
menyelenggarakannya. Perusahaan yang dipimpinnya berencana akan mendirikan Rumah
Sakit dengan jumlah tempat tidur 200 tt di sebuah Kota dengan jumlah penduduk 7 juta
jiwa, dengan kerjasama dengan perusahaan swasta dengan Penanaman Modal Asing
(PMA ).
Di Kota tersebut ada Rumah Sakit Pemerintah kelas A, RS Yayasan RS dan RS Swasta
ada 20 RS rata-rata adalah kelas B dan C, dengan 25 Puskesmas namun karena tingkat
pendapatan kota meningkat dan ramai kunjungan pariwisata. Perusahaan dimaksud
berkeinginan mendirikan Rumah Sakit swasta kelas B dengan Pelayanan Unggulan
Jantung Terpadu karena tingkat kasus tersebut banyak terjadi
Permasalahan yang dihadapi perusahaan tadi adalah bagaimana prosedurnya mendirikan
dan menyelenggarakan rumah sakit, berapa biaya yang dibutuhkan, sarana prasarana
serta alat apa yang dibutuhkan dan tenaga yang diperlukan.
Selain daripada itu dalam penyelenggaraan RS diperlukan adanya standar-standar seperti
Standar Pelayanan dan SOP/SPO. Untuk itu meminta bantuan saudara sebagai Lulusan
MARS yang dianggap sebagai konsultan dalam bidang Perumah sakitan dengan imbalan
yang dapat disepakati bersama.
Pertanyaan
1. Sebagai konsultan tentunya saudara dapat memberikan pertimbangan-
pertimbangan pada perusahaan tersebut untuk mendirikan dan menyelenggarakan
Rumah Sakit. Uraikan alasan Saudara, apakah masih mungkin mendirikan Rumah
Sakit. Jelaskan.
2. Uraikan prosedur mendirikan sebuah Rumah Sakit beserta dengan mekanisme
melaksanakannya lengkap dengan aturan yang berkaitan dalam hal itu Mengingat
daerah sangat padat penduduk ,.
3. Dalam pendirian Rumah Sakit diperlukan studi kelayakaan (feasibility study), dengan
membuat pertimbangan berdasarkan peraturan yang berlaku, antara lain:
a. Analisis kebutuhan pelayanan (program fungsi)
b. Analisis kebutuhan SDM (kompetensi masing-masing)
c. Analisis kebutuhan Sarana, Prasarana dan Alat (SPA)
d. Analisis kebutuhan biaya
Coba saudara buatkan Study Kelayakan sesuai pengetahuan Saudara.
4. Jelaskan pula standar-standar apa yang diperlukan termasuk kebijakan, pedoman
dan berapa SOP/SPO yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan RS tersebut.
Uraikan secara lengkap.
Rencana sebuah perusahaan swasta dengan Penanaman Modal Asing (PMA ) untuk
membangun Rumah Sakit swasta kelas B dengan Pelayanan Unggulan Jantung
Terpadu dengan kapasitas 200 tempat tidur di sebuah kota dengan jumlah penduduk 7
juta jiwa sangat memungkinkan karena tingkat kasus penyakit jantung banyak terjadi. Di
Kota tersebut ada Rumah Sakit Pemerintah kelas A, RS Yayasan dan RS Swasta
berjumlah 20 RS dan rata-rata adalah kelas B dan C, dengan 25 Puskesmas.
pembangunan rumah sakit ini juga ditunjang karena tingkat pendapatan kota meningkat
dan ramai kunjungan pariwisata. Namun sebelum mendirikan rumah sakit perlu
diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut :
Langkah pertama yang dipersiapkan dalam mendirikan rumah sakit adalah izin
mendirikan Rumah Sakit dan izin operasional Rumah Sakit. Izin operasional rumah
Prosedur / Mekanisme
Selain ijin operasional rumah sakit juga harus mengajukan permohonan ijin
pemakaian zat radiokatif dan atau sumber radiasi alinnya dari Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) sesuai dengan pasal 4b dan c Peraturan
Pemerintah Nomor 12 tahun 1975, dalam kaitannya degan peralatan
radiologi.
I. Pendahuluan :
a. Umum dan Latar Belakang
b. Maksud dan Tujuan
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar
dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi
fungsi layanan yang tepat dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang diinginkan (;health needs), kebudayaan daerah
setempat (;cultures), kondisi alam daerah setempat (;climate), lahan yang
tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen RS (;budget).
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini akan dijadikan
dasar acuan dalam mewujudkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
suatu Rumah Sakit agar baik dan benar yang akan menjadi acuan bagi
pengelola rumah sakit maupun bagi konsultan perencana sehingga masing-
masing pihak dapat memiliki persepsi yang sama. Pedoman ini akan
menjelaskan langkah-langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam
menyusun suatu Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit.
c. Ruang lingkup :
Ruang Lingkup Studi Kelayakan (Feasibility Study) suatu Rumah Sakit meliputi
pembahasan Analisis Lingkungan/ Situasi Kecenderungan Aspek Internal dan
Eksternal, Analisis Permintaan terkait Kelayakan dari Aspek-aspek yang dapat
mempengaruhinya, Analisis Kebutuhan dan Analisis Keuangan serta
Rekomendasi Kelayakan dari Rencana Pendirian atau Pengembangan Rumah
Sakit tersebut.
Pelaksanaan Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) sesuai lingkupnya
akan dilakukan dalam suatu proses atau langkah-langkah secara bertahap yang
akan diuraikan selanjutnya sesuai Tahapannya dan dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
d. Metodologi
3. Geografi
Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap
posisioning suatu Rumah Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi
Wilayah disebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur beserta Kondisi Sarana
Prasarananya baik sarana kesehatan, perumahan, pendidikan, aksesibilitas
dll, yang merupakan penentu posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun
maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
4. Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Sosial Ekonomi
Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana
lokasi Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20
tahun mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya
terkait dengan kondisi perekonomian penduduk dan perekonomian daerah
setempat, berupa proyeksi :
b. Sosial Budaya
6. Derajat Kesehatan
Derajat Kesehatan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study)
perlu dilakukan kajian dengan tujuan melihat kecenderungan derajat
kesehatan pada wilayah tertentu sehingga dalam menyiapkan fasilitas
kesehatan Rumah Sakit sesuai dengan kecenderungan di wilayah dimana
lokasi Rumah Sakit berada. Kajian derajat kesehatan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Angka Kematian
b. Angka Kelahiran
c. Angka Kesakitan
d. Jumlah Sarana Kesehatan di wilayah tertentu
e. Jumlah Tempat Tidur tersedia di wilayah tertentu
f. Indikator Kinerja Rumah Sakit di wilayah tertentu
b. Aspek Internal
1. Sarana Kesehatan
Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa jumlah TT yang harus disiapkan
oleh Rumah Sakit tersebut. Prakiraan kebutuhan jumlah TT dapat menggunakan
rasio minimal 1/1.000 artinya dari jumlah penduduk pada wilayah jangkauan
Rumah Sakit sejumlah 1.000 orang akan dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan
fasilitas pelayanan kesehatan berupa jumlah total TT pada fasyankes di wilayah
tersebut dapat menjadikan dasar sebagai perhitungan kebutuhan kapasitas TT
yang selanjutnya akan dibagi berdasarkan klasifikasi kelas perawatan sesuai
dengan Analisis Daya Beli masyarakat sekitar sebagai Pangsa Pasar Rumah
Sakit serta pemenuhan Pedoman dan Ketentuan yang berlaku.
2. Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan disesuaikan
dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan. Jenis layanan tersebut
berupa pelayanan medik, penunjang medik, administrasi dan servis.
3. Layanan Unggulan
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu layanan
unggulan yang akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola penyakit yang
terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah tempat Rumah Sakit tersebut berada.
1. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan Program Ruang Rumah
Sakit serta kebijakan Pemerintah Daerah setempat mengenai Intensitas Bangunan
berupa Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis
Sempadan Bangunan (GSB) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan
Lahan yang mengizinkan digunakan sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah
Sakit.
2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit dapat dihitung 1TT sebesar
80 m2 – 110 m2 disesuaikan dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakitnya.
Peralatan Medis Non Medis akan disesuaikan dengan kapasitas dan jenis layanan
rumah sakit tersebut.
a. Peralatan medik : dikaitkan dengan kebutuhan UGD, rawat jalan, rawat inap, Ruang
Operasi, icu, HCU, dll
b. Peralatan non medic : Hard ware, soft ware dll
c. Kebutuhan ruang
V. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM )
Perencanaan SDM : diperhitungkan dengan standar Depkes yaitu Permenkes no
81 tahun 2004
VII. KESIMPULAN
VIII. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional secara
keseluruhan. Pada hakikatnya dasar-dasar pembangunan kesehatan adalah nilai
Konstitusi organisasi kesehatan sedunia (WHO) 1948 yang turut serta diratifikasi oleh
Indonesia menyatakan bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
merupakan hak mendasar bagi setiap orang, tanpa membedakan ras, golongan, agama,
paham politik maupun tingkat social ekonominya. Sementara itu, dalam perubahan kedua
undang-undang dasar bernegara republic Indonesia tahun 1945 tanggal 18 agustus 2000
tentang pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini diperkuat lagi di dalam undang-undang no
23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan bahwa setiap orang hidup
produktif baik secara social maupun ekonomi.
Sasaran umum upaya kesehatan adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar melalui
puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan melalui rumah sakit baik rumah sakit
pemerintah maupun rumah sakit swasta yang didukung oleh peran serta masyarakat dan
system pembiayaan praupaya (dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat). Focus
upaya terutama diberikan pada pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya
ungkit yang tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan sesuai dengan masalah yang
ada di lingkungan setempat.
Agar penyelenggaraan upaya kesehatan berjalan sesuai dengan tujuan, kebijakan dan
strategi yang telah ditetapkan maka dibutuhkan kebijakan dan manajemen sumber daya
yang efektif dan efisien serta di dukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
sehingga pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas dapat tercapai. Sumber daya
tersebut terdiri atas sumber daya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu pengetahuan, serta
teknologi dan informasi.
Diawali dengan pencarian tempat/lokasi untuk pendirian rumah sakit yang baik tentu proses
pencarian ini tidak mudah dengan melalui berbagai tahap dan proses pendekatan yang
cukup menyita waktu serta pemikiran,, maka dipilihlah sebuah tempat yang sangat
strategis, terletak tepat dipinggir jalan. Sebuah lokasi yang dipandang akan memberikan
nilai lebih kemudian hari, dimana lokasi yang dipilih ini berdekatan dengan kantor-kantor
pemerintahan.
Keinginan yang begitu luhur, guna dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bernilai
dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar dengan tetap mengedepankan mutu dan kualitas
pelayanan yang baik, serta tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan, maka semakin
memperkuat keinginan untuk segera memperoleh pengakuan yang resmi dari instansi
terkait khususnya Dinas Kesehatan.
Dengan sebuah harapan baru, guna peningkatan pelayanan kesehatan dengan menjadi
RS, sebagai langkah awal menuju sebuah harapan baru ini dimulai bentuknya tim kerja
pendirian “RS Graha Makasar” tim kerja bertugas untuk mempersiapkan segala hal yang
dibutuhkan guna pengurusan izin pendirian hingga beroperasinya RS, dengan dilandasi
optimisme dan keinginan mulia, maka mulailah dilakukan pembahasan-pembahasan guna
pendirian RS oleh tim kerja “RS Graha Makasar” dari hari kehari harapan baru itu semakin
Nampak dan kian nyata.
Proses pengajuan untuk mendirikan “RS Graha Makasar”, mulai dikerjakan sekitar awal Juli
2018, kami berharap proses pengajuan ini dapat berjalan dengan dukungan doa dari
semua pihak, kami berkeyakinan apa yang kami cita-citakan dapat segera terwujud.
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar
dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi fungsi layanan
yang tepat dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan (;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah
setempat (;climate), lahan yang tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen RS
(;budget).
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan
dalam mewujudkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan suatu Rumah Sakit agar
baik dan benar yang akan menjadi acuan bagi pengelola rumah sakit maupun bagi
konsultan perencana sehingga masing-masing pihak dapat memiliki persepsi yang sama.
Pedoman ini akan menjelaskan langkah-langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam
menyusun suatu Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit.
Adapun manfaat dari pembuatan feasibility study adalah untuk menentukan kelayakan
suatu proyek, dalam hal ini untuk mengetahui tingkat kelayakan pembangunan RS GRAHA
MAKASAR. Di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti
kelayakannya, sehingga hasil studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah
sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Secara
umum, rencana pendirian rumah sakit ini akan dapat membantu Pemerintah Kota Makasar
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi bagi masyarakat dengan pelayanan yang
memadai, membentuk integrasi dalam bidang kesehatan dari berbagai disiplin ilmu,
disamping juga memenuhi aspek ekonomis sebagaimana layaknya bidang usaha yang lain.
Bila dilihat dari segi proyek, studi kelayakan merupakan suatu cara dari owner/investor
terkait dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, Bank
berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran
pengembaliannya. Sedangkan dari sisi stakeholder, hasil studi diharapkan bermanfaat
untuk menetapkan kebijaksanaan, perencanaan, pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan RS GRAHA MAKASAR dikemudian hari, sehingga
diharapkan target pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana.
1.3.2 Tujuan
c. Studi kelayakanan yang disusun akan dievaluasi dan dianalisa untuk diputuskan
apakah proyek tersebut layak atau tidak dengan memperhatikan berbagai aspek
sebagai bahan pertimbangan seperti:
Aspek kesehatan
Aspek tehnis
Aspek pengorganisasian
Aspek keuangan
d. Secara khusus menyusun analisa keuangan bagi PT Graha Jaya kaitanya dengan
rencana pembangunan rumah sakit Graha Makasar.
Ruang lingkup dalam studi kelayakan rumah sakit ini secara materi adalah:
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 Analisis Aspek Eksternal
Berdasarkan tabel diatas , Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015
adalah 8.520.304 jiwa dengan komposisi laki-laki sejumlah 4.160.975 jiwa dan perempuan
sejumlah 4.359.329 jiwa. Penduduk terbanyak di Ibukota Makasar dengan jumlah
1.449.401 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kepulauan Selayar
berjumlah 130.199 jiwa.
2015
Kelompok Umur (0-4) Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 427238 410783 838021
5‒9 416124 398048 814172
10‒14 410239 390093 800332
15‒19 414623 398946 813569
20‒24 369104 373793 742897
25‒29 326379 345347 671726
30‒34 300429 330467 630896
35‒39 293205 320156 613361
40‒44 278833 300925 579758
45‒49 244474 267652 512126
50‒54 196793 222260 419053
55‒59 155615 176150 331765
60‒64 118800 136861 255661
65+ 209119 287848 496967
Jumlah 4160975 4359329 8520304
Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas Rumah
Sakit Pemerintah kelas A, Yayasan RS dan RS swasta ada 20 RS rata-rata adalah kelas B
dan C dengan 25 Puskesmas sebagai berikut :
Prakiraan kebutuhan jumlah TT dapat menggunakan rasio minimal 1/1000 artinya dari
jumlah penduduk pada wilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah 1000 orang 1 TT. Dari
data diatas terutama dari jumlah tempat tidur yang tersedia dapat dilihat terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan akan rumah sakit saat ini dengan jumlah penduduk.
Seharusnya di Provinsi Sulawesi Selatan membutuhkan 7000 TT dan saat ini baru terdapat
1600 TT untuk RS tipe B. Oleh sebab itu RS Graha Makasar didirikan memenuhi
kebutuhan akan rumah sakit di Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Kota Makasar.
Jumlah Tenaga Kesehatan Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 ( Diambil dari
Badan Pusat Statistik 2011 )
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan Memiliki
potensi tenaga kesehatan yang cukup banyak, maka diharapkan RS Graha Makasar dapat
memanfaatkan peluang ini untuk menggunakan tenaga medis yang berkualitas.
Sejalan dengan visi Kementerian Kesehatan yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan maka RS Graha Makasar sebagai rumah sakit umum tipe B dengan Layanan
Unggulan Jantung Terpadu memiliki visi, misi dan tujuan
2.3. 1. VISI
Dalam usahanya menjadi Rumah Sakit swasta dengan layanan unggulan Jantung terpadu
di Makasar dan dapat berperan penting sebagai penasihat dan konsultan kesehatan
Jantung Graha Makasar senantiasa menyediakan pelayanan perawatan kesehatan terbaik
melalui pelayanan, pengetahuan terkini dan pelaksanaan tindakan yang prima.
2.3. 2. MISI
Memberikan pelayanan kesehatan jantung terpadu yang mengutamakan keselamatan
pasien melalui konsistensi dalam penerapan standar kualitas yang tinggi, pengembangan
kemampuan tenaga professional yang berkelanjutan, pengembangan budaya kerjasama
tim dalam pelayanan, pengembangan daya inovasi dan kreativitas untuk menciptakan
pelayanan yang efisien dan efektif serta didukung dengan fasilitas dan peralatan terkini
dalam bidangnya.
B. Persaingan
Dalam peninjauan aspek pasar, kita perlu membandingkan adanya pesaing
ataupun pembanding dalam penentuan penjualan jasa. Meskipun di Provinsi Sulawesi
Selatan sudah terdapat beberapa rumah sakit, namun masih banyaknya kasus
penyakit jantung yang belum tertangani dengan baik sehingga dapat disimpulkan
persaingan dalam pelayanan jantung tidak ada. Namun kita tetap perlu
membandingkan pelayanan yang akan dibahas pada analisa benchmarking.
Benchmarking adalah melakukan identifikasi terhadap fasilitas eksternal yang
memiliki fungsi yang sama dengan proyek yang akan dijalankan maupun terhadap
fasilitas internal yang memiliki fungsi yang hampir sama. Penting bagi owner untuk
mengadakan studi banding dengan rumah sakit lain yang mempunyai hal-hal tertentu
yang lebih baik, misalnya menekan cost yang rendah namun mutu layanan tetap baik.
Untuk membuat benchmarking ini, RS Graha Makasar melakukan survei ke rumah
sakit yang mempunyai praktik-praktik (hal-hal) yang lebih baik dengan lokasi yang tidak
jauh dari lokasi rencana. Adapun hal-hal tersebut antara lain:
Quality : laboratorium, isi dan pelayanan medis termasuk klinik, pelayanan
perawatan, dan lainnya.
C. Strategi Pemasaran
1. Produk
Produk yang ditawarkan RS Graha Makasar adalah Pelayanan Unggulan Jantung
Terpadu dengan kualitas pelayanan yang baik, didukung oleh peralatan modern dan
tenaga ahli yang kompeten. Selain itu juga menyediakan pemeriksaan kesehatan
lengkap, paket medical check up, layanan operasi dan edukasi kepada seluruh
kalangan masyarakat.
2. Harga
Pelayanan kesehatan dengan kualitas pelayanan yang ramah, hangat namun tetap
berstandar mutu yang tinggi dan harga yang terjangkau merupakan tujuan kami
sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan.
3. Promosi
Untuk menunjang realisasi pendirian RS Graha Makasar, perlu media promosi yang
disesuaikan dengan target sasaran. Promosi dapat berbentuk edukasi atau seminar
awam yang bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat. Kerjasama
dengan para perujuk, puskesmas, rumah sakit sekitar. Dapat pula melalui kegiatan
seperti senam kebugaran (senam jantung sehat) dan lain sebagainya.
4. Sumber Daya Manusia
Pendirian RS Graha Makasar hendaknya diikuti dengan perekrutan dokter-dokter
umum, spesialis dan subspesialis yang kompeten di bidangnya (jumlah, spesialisasi,
dan kualifikasi). Untuk menunjang layanan rawat jalan, jam praktek dibuat bervariasi.
5. Proses
Perlunya sistem yang komprehensif mulai dari proses pelayanan saat mendaftar
hingga pasien selesai berobat.
6. Fasilitas
D. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) merupakan
suatu kegiatan menganalisa kelebihan dan kekurangan yang ada bila proyek RS Graha
Makasar ini jadi dilaksanakan. Hal-hal kelebihan ataupun kekurangan yang berpotensi
datang dari Internal disebut dengan Strength dan Weakness. Sedangkan yang
berpotensi dari Lingkungan atau Eksternal biasa disebut dengan Opportunities, dan
Threats. Berdasarkan analisa terhadap tapak, maka dapat dilakukan analisa SWOT
untuk menilai faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan suatu
lahan. Faktor yang menjadi keunggulan harus dapat dioptimalkan, sedangkan faktor
yang menjadi kelemahan harus dapat dieliminasi sehingga tidak memberikan pengaruh
buruk. Hasil analisis SWOT diuraikan dalam tabel berikut.
W O
T
Grafik 2.1 Matriks SWOT RS Graha Makasar
E. Keputusan Strategi
Dari analisa SWOT yang telah dibuat sebelumnya, dirancang sejumlah strategi
atas masing-masing poinnya seperti berikut :
No S-O Strategies W-O STRATEGIES
1. Melakukan promosi terkait Melakukan promosi kepada warga sekitar
pelayanan dan produk unggulan tentang rumah sakit dan produk
ke media unggulannya
2. Mengadakan training secara rutin Menjalin kerjasama dengan asuransi dan
untuk tenaga medis untuk perusahaan
mengupdate pengetahuan terkini
3. Memberikan pelayanan bermutu Melakukan penilaian kinerja karyawan,
didukung fasilitas yang telah memberikan reward bagi karyawan yang
tersedia berprestasi
4. meningkatkan mutu pelayanan Melakukan audit terhadap pengelolaan
secara berkesinambungan manajemen
5. Melakukan kalibrasi dan
maintenance rutin terhadap
fasilitas, terutama peralatan medis
6. Melakukan inovasi yang menarik,
paket pemeriksaan kesehatan, dan
tawaran yang menarik dalam
memberikan pelayanan di RS
Graha Makasar
Rumah Sakit Graha Makasar adalah Rumah Sakit Umum Kelas B yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar,
4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua) subspesialis
dasar serta memiliki layanan unggulan Jantung Terpadu sebagai pembeda dengan RS
disekitar .
Rumah Sakit Graha Makasar merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki kapasitas 200
TT. Sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang disusun
oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan tahun 2008.
2. Cito Operation.
4. Cito Lab.
5. Cito Radiodiagnostik.
6. Cito Darah.
4. Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum tulang
belakang; kateterisasi Jantung (;Cathlab); dll)
Ruang Kebidanan
Pelayanan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Kelas B meliputi :
1. Pelayanan persalinan.
Pelayanan persalinan meliputi : pemeriksaan pasien baru, asuhan persalinan kala I,
asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan), dan asuhan bayi baru lahir.
2. Pelayanan nifas.
Pelayanan nifas meliputi : pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas bermasalah
(post sectio caesaria, infeksi, pre eklampsi/eklampsi).
3. Pelayanan KB (Keluarga Berencana).
Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi/penyakit kandungan, Fetomaternal,
Onkologi Ginekologi, Imunoendokrinologi, Uroginekologi Rekonstruksi, Obgyn
Sosial.
4. Pelayanan tindakan/operasi kebidanan
Pelayanan tindakan/operasi kebidanan adalah untuk memberikan tindakan, misalnya
ekserpasi polip vagina, operasi sectio caesaria, operasi myoma uteri, dll.
5. Dan pelayanan sub spesilistik lainnya di bidang kebidanan dan penyakit kandungan.
Pelayanan Psikologi
Rehabilitasi Medik Spesialistik Terpadu, berada pada unit pelayanan terpadu rumah
sakit (UPT-RS), meliputi : Muskuloskeletal, Neuromuskuler, Kardiovaskuler,
Respirasi, Pediatri, Geriatri
Ruang Radioterapi
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Pelayanan radioterapi meliputi :
Pelayanan radioterapi eksternal, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan
sumber radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat
penyinaran.
Pendistribusian obat, alat kesehatan, regensia radio farmasi & gas medis.
Gudang penyimpanan tabung gas medis RS diletakkan pada gudang tersendiri (di
luar bangunan instalasi farmasi).
Tersedia ruang khusus yang memadai dan aman untuk menyimpan dokumen dan
arsip resep.
Ruang Radiodiagnostik
Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan/ imejing
(;imaging technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan
cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-X (;X-Ray) yang
dipancarkan oleh pesawat sinar-X atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam
rangka memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan/imejing kedokteran
(;medical imaging).
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Ruang Radiologi melakukan pelayanan sesuai kebutuhan dan permintaan dari unit-unit
kesehatan lain di RSU tersebut. Unit Radiologi dapat pula melayani permintaan dari
Ruang Laboratorium
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu patologi
klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat inap,
rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter
Praktek Swasta.
Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah :
Patologi klinik dengan pemeriksaan :
Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank darah,
Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana/ immunologi,
Parasitologi dan mikologi, Mikrobiologi, Bakteriologis air, Kimia Klinik.
Patologi Anatomi
Histopatologi lengkap, Sitologi lengkap, Histokimia, Imunopatologi, Patologi
Molekuler Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat
forensik
Otopsi forensik, Perawatan/pengawetan mayat, Visum et repertum mayat, Visum et
repertum korban hidup, Medikolegal, Pemeriksaan histopatologi forensik,
Pemertiksaan serologi forensik, Pemeriksaan forensik lain, Toksikologi forensik
Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut :
Blood Sampling
Melakukan uji saring darah donor terhadap penyakit infeksi menular (HIV, Hepatitis
B, Hepatitis C dan sifilis)
Persyaratan Khusus
Lokasi mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi rawat jalan.
4. Otopsi jenazah.
Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.
2. Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non-
infeksius.
Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
merendamnya dengan menggunakan desinfektan.
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
8. Pengangkutan
Menggunakan kereta dorong yang berbeda warna dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan desinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor.
Ruang Sanitasi
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Kegiatan pada Ruang sanitasi meliputi :
Pengolahan air limbah rumah sakit dan pemeriksaan kualitas air limbah yang
dilakukan 3-4 kali dalam setahun.
Pemeriksaan sanitasi di ruang instalasi dapur utama yang dilakukan 3-4 kali
dalam setahun.
Pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan 2-3 kali dalam setahun.
Analisa kerusakan
Proses pengadaan komponen/suku cadang
Pelaksanaan perbaikan/pemasangan komponen
Perbaikan bangunan ringan
Listrik/ Elektronik
Telpon / Aiphone / Audio Visual.
LAYANAN UNGGULAN
BAB IV
ANALISIS KEBUTUHAN SARANA, PRASARANA DAN ALAT (SPA)
PERSYARATAN UMUM BANGUNAN RUMAH SAKIT
Lokasi Rumah Sakit.
Pemilihan lokasi.
(1) Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi,
Lokasi terletak dipusat kota Makasar dekat ke jalan raya dan tersedia infrastruktur
dan fasilitas dengan mudah, misalnya tersedia pedestrian, Aksesibel untuk
penyandang cacat
(2) Kontur Tanah
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus
dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah juga
berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak
bangunan dan lain-lain.
(3) Fasilitas parkir.
Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS 1,5 s/d 2 kendaraan/tempat tidur
(37,5m2 s/d 50m2 per tempat tidur). Tempat parkir dilengkapi dengan rambu parkir.
(4) Tersedianya utilitas publik.
Rumah sakit memiliki utilitas air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur
telepon.
(5) Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
RS dilengkapi dengan persyaratan pengendalian dampak lingkungan antara lain :
Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang ditimbulkan oleh RS terhadap
lingkungan disekitarnya, dibuat dalam bentuk implementasi Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), yang selanjutnya
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan (KepmenKLH/08/2006).
Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan non–infeksius (sampah
domestik).
Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan
polusi atmosfer yang datang dari berbagai sumber.
Kenyamanan;
Zonasi.
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi
dan zonasi berdasarkan pelayanan.
(1) Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat
jalan.
area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang
menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi,
rehabilitasi medik.
area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya
area tertutup, misalnya seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang
kebidanan, ruang rawat inap.
Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : ruang farmasi, ruang
radiodiagnostik, laboratorium, ruang diagnostik terpadu, ruang
sterilisasi/CSSD), dapur utama, laundri, pemulasaraan jenazah dan forensik,
ruang sanitasi, ruang pemeliharaan sarana.
a. Bangunan Umum
1.Rasio bangunan minimal 50 m2 setiap penyediaan 1 (satu) tempat tidur.
2. Bangunan meliputi :
a. Bangunan atau ruangan untuk rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan kamar
operasi.
b. Bangunan instalasi penunjang medik yang terdiri dari yaitu laboratorium,
radiologi, farmasi dan sterilisasi.
c. Bangunan administrasi, ruang komite medik/ruang tenaga medis, ruang tenaga
keperawatan dan ruang pertemuan staf.
d. Bangunan atau ruangan penunjang sarana rumah sakit meliputi dapur, gudang,
cuci, bengkel, kamar jenazah dan lain sebagainya.
3. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan
ruang isolasi sebagai berikut :
a. Ruang bayi :
Ruang perawatan minimal 2 m2/ tempat tidur
Ruang isolasi minimal 3, 5 m2/ tempat tidur
b. Ruang dewasa/ anak :
Ruang perawatan minimal 4,5 m2/ tempat tidur
Ruang isolasi minimal 6 m2/ tempat tidur
4 Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keselamatan dan keamanan, sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
Aspek keselamatan dan keamanan pasien antara lain :
2. Kamar Operasi
a) Kamar operasi adalah unit kerja tempat dilakukan tindakan operasi.
b) Rancang bangunan kamar operasi harus memenuhi syarat:
1. Mudah dicapai, baik untuk kasus rutin maupun kasus darurat.
2. Penerimaan pasien berdekatan dengan perbatasan daerah steril dan non-
steril.
3. Ada kebebasan bergerak bagi tempat tidur (brancard) pasien dengan sedikit
persimpangan.
3. Ruang Laboratorium
a. Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang kedap air.
b. Tinggi langit-langit antara 2,70 – 3.30 m dari lantai.
c. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 m
d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
e. Semua kotak kontak dan saklar dipasang sekitar meja kerja beton.
f. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang dan
tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia.
g. Lokasi mudah dicapai pasien
h. Luas ruangan minimal 30 m2
i. Meja beton dilapisi dengan porselin/ keramik dengan tinggi 0, 80 – 1, 00 m.
j. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getaran.
4. Ruang Sterilisasi
a. Dinding dan langit-langit dari bahan yang kedap air.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air dan berwarna
terang.
c. Langit-langit terbuat dari bahan-bahan yang kuat.
d. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
e. Ambang bawah jendela minimal 1, 00 m dari lantai.
f. Meja beton dilapisi porselin atau keramik dengan tinggi 0, 80 – 1, 00 m dari
lantai.
g. Semua kotak kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1, 40 m dari
lantai.
h. Gudang untuk ruang sterilisasi harus benar-benar steril.
i. Perlu handswitch untuk sterilisasi dengan kapasitas daya listrik besar.
5. Ruangan Radiologi
a. Ruangan untuk Diagnostik Radiologi (Ruang Radiodiagnostik)
1. Dinding ruangan terbuat dari pasangan batu bata dengan campuran 1
semen : 3 pasir, bagian dalam dilapisi dengan lempengan timah hitam
(Plumbum/Pb), setebal 2 mm, sebelum diplester minimal setinggi 2 m dari
lantai Atau dinding ruangan terbuat dari beton setebal 15 cm, dengan
9. Kamar Isolasi
Disain :
a. Pasien didalam satu ruangan tersendiri, bila tidak tersedia, penempatan pasien
dapat secara kohorting dan jarak antar tempat tidur minimal 2 meter dan disekat
b. Ruangan bertekanan negatif dengan 6 – 12 ACH per jam atau menggunakan
HEPA filter
c. Pintu harus tertutup
d. Jendela berukuran tinggi 0,5 m dan lebar 0,5 m, membuka keluar dan tidak
mengarahkan ke daerah publik
e. Alur masuk tidak sama dengan alur keluar
f. Memiliki ruang ganti anteroom
g. Memiliki kamar mandi pasien dan petugas
h. 1 wastafel tiap 6 TT
i. Kamar Isolasi Khusus misalnya : Avian Influenza, kamar mandi petugas
dilengkapi dengan shower
10. ICU (Intensive Care Unit)
a. Prasarana
1. Lokasi : Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih,
berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat,
laboratorium dan radiologi
2. Disain : Standar ICU yang memadai ditentukan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat
a. Bangunan ICU :
Terisolasi (dirancang khusus agar terhindar dari faktor luar ruang,
misal: bakteri, udara kotor, kebisingan suara, dll)
h. Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang
bertugas dan pimpinannya
i. Ruang staf Dokter
Tempat kegiatan organisasi admistrasi termasuk kantor Kepala Bagian
dan staf , dan kepustakaan
j. Ruang tunggu keluarga pasien
k. Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan
terpusat
b. Peralatan
1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi
ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku
2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat
3. Peralatan dasar meliputi:
Ventilator
Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
Alat hisap
Peralatan akses vaskuler
Peralatan monitor invasif dan non invasif
Defibrilator dan alat pemacu jantung
Alat pengatur suhu pasien
Peralatan drain thorax
Pompa infus dan pompa syringe
4. Ruang Operasi
a. Sarana :
Ruang operasi yang berhubungan langsung dengan kamar induksi
Ruang pulih sadar (recovery room)
Ruang scrub
Ruang pra-anestesi
Ruang sterilisasi
Ruang menyimpan peralatan
Ruang penyimpanan lines bekas pakai
Ruang ganti petugas
Ruang staf jaga
b. Alat Medis
Anestesi APP Laser coagulator
Operating lamp Refrigerator
Operating table Infusion pump
Electro surgery UV sterilizer
Suction pump Ultrasound cleaner
Respirator USG
Defibrilator Mobile operating lamp
Autoclave
c. Alat non medis
Kursi ruang tunggu Komputer
Meja kerja Printer
Kursi kerja Lampu
/Tempat tidur petugas Locker
5. Ruang rawat inap khusus (NICU dan ICU)
a. Sarana :
Ruang khusus pasien
Ruang peyimpanan peralatan dan barang bersih
Ruang tempat pembuangan barang kotor
Laboratorium terpusat
b. Alat Medis
Ventilator
Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan napas
Suction
Bed side monitor invasif dan non-invasif
Defibrilator
Stetoskop
Drain thorax
Infus pump
Syringe pump
Tempat tidur khusus
Lampu tindakan
Continous renal replacement
Forsep magil
Tounique untuk pemasangan akses vena
Alat pemantauan untuk tekanan darah non invasif, EKG, pulse
oxymetry, kapnografi
c. Alat non medis
Kursi ruang tunggu
Meja kerja
Kursi kerja
Komputer
Printer
Lampu
Locker
BAB V
ANALISIS KEBUTUHAN SDM
Rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks dengan adanya berbagai
jenis layanan yang saling tekait satu dengan yang lain. Meskipun layanan medis
merupakan layanan utama di rumah sakit, namun demikian layanan medis tidak
dapat berdiri sendiri tanpa layanan penunjang dan serangkaian kegiatan
administratif yang mengikutinya. Hal tersebut mengharuskan rumah sakit untuk
mengumpulkan berbagai macam kualifikasi dan profesi sumberdaya manusia.
Selain jenis layanan, yang membuat rumah sakit semakin kompleks adalah
sebagian besar pelanggan yang dilayani adalah orang sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur pada
instalasi rawat inap. Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
- Peta instalasi rawat inap, di awal pendirian hingga tahun ke-5 jumlah tempat
tidur RS GRAHA MAKASAR adalah sebanyak 200 TT dan diasumsikan bed
occupancy rationya (BOR)-nya adalah 40 %
- Setiap BOR mencapai angka 70 % atau lebih, rumah sakit menambah
jumlah tempat tidurnya. Pada perhitungan kebutuhan SDM ini penambahan
TT diasumsikan terjadi pada tahun ke-5.
Pada awal pendirian hingga tahun ke-10 kunjungan rawat jalan di RS GRAHA
MAKASAR diperhitungkan berkisar antara 30-40 pasien per-klinik per hari. Jumlah
kurang lebih tersebut diasumsikan merupakan jumlah puncak dan tidak
bertambah lagi karena disesuaikan dengan pertumbuhan penduduk dan wilayah
cakupan RS GRAHA MAKASAR
Kebutuhan SDM khususnya tenaga dokter, sejak awal pendirian sudah dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan minimal yaitu 5 orang dokter dalam 3 shift (1 orang
setiap shift) sedangkan untuk perawat dengan jumlah 5 orang setiap shift.
SDM yang dialokasikan untuk IGD dan HCU adalah 15 perawat yang dibagi
dalam 3 shift yang sudah terlatih kegawatdaruratan.
Rawat Inap
Kebutuhan tenaga dokter untuk rawat inap dipenuhi dengan sistem dokter tamu
(visite). Sedangkan kebutuhan perawat, pada awal pendirian dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan jumlah pasien dengan 100 TT dan BOR 40 % yaitu 40 orang
dengan perbandingan 1 perawat : 2 TT. Pada tahun ke 5, kebutuhan tenaga
perawat bertambah sesuai dengan ditambahnya jumlah TT menjadi 200 TT
dengan BOR 60 %. Sehingga setelah tahun ke 5, jumah perawat menjadi 60
orang (1 TT : 2 perawat). Terkait jumlah bidan, penambahannya selain untuk
kamar bersalin juga untuk ruang nifas yang secara umum kebutuhan bidan
sampai pada tahun ke-5 adalah 8 orang (1 shif sebanyak 2 orang bidan).
Rawat Jalan
Kenaikan jumlah kunjungan rawat jalan pada awal pendirian hingga tahun ke-10
diperkirakan tidak terlalu tinggi. Perkiraan maksimum jumlah pasien rawat jalan
per hari pada satu klinik (khusus klinik umum dan Jantung) adalah 40 pasien.
Sedangkan klinik yang lain berkisar antara 25-40 pasien per hari per klinik. Untuk
melayani jumlah pasien tersebut, kebutuhan SDM dapat dipenuhi dengan jumlah
minimal yaitu 1 dokter didampingi oleh 2 orang tenaga perawat kecuali untuk klinik
kebidanan dibantu 1 bidan. Tenaga dokter umum dan dokter gigi menggunakan
dokter tetap, sedangkan dokter spesialis dengan dokter tamu.
Ruang Operasi
SDM kamar operasi merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Pada 1 kamar
operasi dibutuhkan 4 komponen SDM yang harus ada, yaitu dokter anestesi,
perawat anestesi, asisten bedah dan perawat instrumen.
Pada perhitungan, untuk RS GRAHA MAKASAR ini, SDM selain dokter untuk
kamar operasi dipenuhi dengan jumlah minimal yaitu masing- masing 2 orang
untuk 1 shif saja (pagi) diluar waktu tersebut dilakukan sistem on call. Dokter yang
melakukan operasi adalah dokter yang bertugas di rawat jalan. Pada awal
pembangunan didesain 4 kamar operasi dan mempunyai dokter anestesi tetap.
Unit penunjang bagi sebuah rumah sakit sama pentingnya dengan unit pelayanan
medis. Unit penunjang di rumah sakit memegang peranan penting dalam
menciptakan mutu pelayanan medis yang baik. Gambaran kebutuhan SDM unit
penunjang medis RS GRAHA MAKASAR disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Kebutuhan SDM Pelayanan Penunjang Medis
.Untuk unit gizi, selain untuk pengaturan diet, unit ini bisa langsung dinilai oleh pasien
berkaitan dengan masakan yang disajikan dan pelayanan yang baik. Berdasarkan hal
tersebut, maka untuk unit gizi ini, untuk setiap shift harus dipenuhi dengan komposisi
3 orang untuk ahli masak yang juga bertugas untuk distribusi ke pasien dan dikepalai
oleh seorang ahli gizi. Shift kerja diatur dengan 3 shift, pagi (05.00 – 13.00) siang
(13.00 – 21.00) dan malam ( 21.00 – 07.00 ). Untuk unit laboratorium dengan
pembagian 3 shift karena harus 24 jam maka dibutuhkan 4 orang tenaga analis medis
sedangkan unit farmasi direncanakan 4 orang apoteker dan 8 orang pelaksana
farmasi.
Selain penunjang medis, kebutuhan SDM untuk penunjang non medis sangat
berkaitan dengan kebutuhan SDM yang dapat digambarkan pada tabel berikut
ini :
Laundry 6 6 6
Pemeliharaan 3 3 6
Sarana
Keamanan 10 12 15
Parkir 0 0 0
Kebersihan 40 40 40
Sopir 4 4 4
Ambulance
Sanitasi merupakan komponen penting di rumah sakit yang harus dikelola dengan
baik dan benar, sehingga rumah sakit akan selalu bersih baik secara fisik, biologis
maupun klinis. Untuk itu dibutuhkan tenaga khusus dengan latar pendidikan yang
tepat akan mengelolanya. Pada GRAHA MAKASAR dengan kapasitas 200 TT,
dengan perencanaan yang sudah dibuat maka tenaga sanitarian yang dibutuhkan
sebanyak 4 orang.
Keamanan diatur dengan 3 shift masing-masing 8 jam per shift. Dengan model
bangunan yang dimiliki oleh RS GRAHA MAKASAR dengan tiga pintu keluar, maka
dapat menghemat jumlah tenaga keamanan. Tenaga keamanan direncanakan sebanyak 4
orang untuk 3 shift
Tenaga sopir ambulance dibutuhkan 4 orang yang diatur dalam 3 shift kerja sehari dengan
7 jam setiap shift.
Sejalan dengan perencanaan pengelolaan rumah sakit yang baik pada sisi
pelayanan medis dan unit penunjang, unit lain yang tak kalah pentingnya adalah
tenaga administrasi. Peranan tenaga administrasi juga mempengaruhi kecepatan
pelayanan sehingga juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Selain itu,
fungsi pendokumentasian kegiatan rumah sakit dilakukan oleh tenaga
administrasi. Fungsi pendokumentasian akan sangat berguna untuk menetapkan
perencanaan di masa yang akan datang. Tabel berikut menyajikan gambaran
tenaga administrasi dan rencana pemenuhannya.
Keuangan 5 5 5
Kasir 20 20 20
Rekam Medik 10 10 10
Resepsionis 10 10 10
Rawat Jalan
ANALISIS STAKEHOLDER
Setiap pihak dalam proyek RS GRAHA MAKASAR ini memiliki tugas, hak dan
kewajiban atas perannya didalam proyek.
Dengan didasarkan atas asas saling pecaya secara profesional (trust worthy)
mereka membentuk kesepakatan. Ahli konstruksi memberikan pelayanan jasa
melalui keahliannya sedangkan pemberi tugas menyediakan imbalan tertentu atas
pelayanan yang diberikan tersebut.
Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini merupakan pihak yang bertugas sebagai regulator,
pihak yang mengeluarkan peraturan atas tata guna lahan, perpajakan dan
perizinan. Seluruh kegiatan proyek harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Lender
Merupakan badan atau lembaga yang dapat meminjamkan dana kepada proyek
dalam proses pembangunan sebagai tambahan dana selain ekuitas pemilik
proyek. Lender ini biasanya berupa bank, asuransi, leasing company atau
lembaga keuangan lainnya.
Insurance Company
Perusahaan asuransi disini adalah pihak yang diberikan kepercayaan oleh owner
atas investasi yang dimilikinya yaitu bangunan dan alat-alat medisnya
Customer / Pasien
Dalam sebuah rumah sakit, pasien merupakan konsumen utama. Pasien ini dapat
merujuk untuk berobat rawat inap, rawat jalan, poliklinik, atau sekedar menebus
obat di apotik. Dengan kondisi keuangan yang berbeda- beda, pasien diberikan
kebebasan untuk memilih kelas rawat inap sesuai dengan kemampuan.
Kontraktor Utama
Setelah tersusun dokumen perencanaan yang terdiri dari gambar arsitektur dan
gambar detail teknis, spesifikasi teknis serta administratif barulah kemudian
dilaksanakan pembangunan fisik. Sehingga peran utama kontraktor adalah
sebagai pengelola sumber daya yang bertugas untuk mengubah dokumen
perencanaan menjadi keluaran-keluaran berupa bangunan fisik.
Konsultan
Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk owner untuk merencanakan
dan mendesain bangunan. Pekerjaan konsultan adalah memberikan dan
menuangkan pemikiran, gagasan, atau ide yang lebih bersifat perangkat lunak
(software). Konsultan mendapatkan tugas atas penunjukkan langsung oleh pihak
owner dan terkait dalam perjanjian yang telah dibuat diantara keduanya.
Tugas dan wewenang konsultan perencana bidang arsitektur antara lain:
Tugas dan wewenang konsultan bidang Mekanikal dan Elektrikal (M/E) yaitu
merencanakan dan memasang instalasi mekanikal dan listrik.
Dokter Tamu
Dokter tamu adalah pihak yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
terkait dengan profesinya sebagai dokter yang terikat dengan kode etik
kedokteran.
Supplier Farmasi
Dari keterkaitan yang terjadi antar stakeholder maka suatu proyek rumah sakit
dikatakan layak jika semua stakeholder bersedia untuk memenuhi kewajibannya
sehingga mendapatkan hak yang sesuai dengan perjanjian awal yang telah
disepakati. Sehingga terjadi suatu hubungan mutualisme yang saling
menguntungkan baik antar pihak yang terlibat atau dengan kata lain semua
ekspektasi stakeholder telah terpenuhi.
STRUKTUR ORGANISASI
Komite Medis
PT GRAHA JAYA
Kabid Keperawatan
MAKASAR
DIREKTUR RS GRAHA
Kabag
Umum
Program
Internal
Satuan Pengawas
Pemasaran
Subag Humas &
Kamar Operasi
maternal
UGD
Unit Gizi
Laboratorium
Unit
Unit Farmasi
Dengan adanya struktur organisasi rumah sakit maka akan dilakukan penjelasan
tugas pokok dan fungsi termasuk visi, misi, tujuan dan budaya organisasi. Selain itu juga
akan dilakukan penataan terhadap rencana strategis yang nantinya akan diterjemahkan
dalam suatu rencana bisnis (business plan) untuk menata produk apa yang akan ditawarkan
ke masyarakat. Titik berat perencanaan adalah pada unsur pemasaran agar RS GRAHA
MAKASAR dapat berkembang menjadi suatu brand image pelayanan rumah sakit yang
mudah untuk diingat dan dikenal masyarakat.
No Jabatan Jumlah
1 Direktur 1
Pejabat Struktural (Kabid, Kepala Bidang/Bagian,
2 8
kasubag)
3 Perawat (1 Perawat : 2 TT) 20
4 Bidan 8
5 Apoteker 13
6 Asisten Apoteker 27
7 Analis Laboratorium 15
8 Administrasi 20
9 Ahli Gizi 8
10 Tenaga Kebersihan 15
11 Satpam 15
Total 150
Job Description
4) Kabag Umum
a) Bertanggung jawab dalam Pembelian kebutuhan proyek,
penentuan staff dan karyawan yang dibutuhkan.
b) Melakukan penyebaran informasi mengenai perkembangan
dan permasalahan kegiatan di rumah sakit
c) Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan
d) Bertanggung jawab dalam hal keuangan proyek, pengelolaan
dana dan pengawasan pemakaian dana.
e) Melakukan analisa keuangan untuk semua hal yang berkaitan
dengan kegiatan di rumah sakit.
f) Melaporkan semua perkembangan dan permasalahan yang
diketemui berkaitan dengan keuangan kegiatan kepada
direktur rumah sakit.
g) Melaporkan semua perkembangan dan permasalahan yang
diketemui berkaitan dengan bidang SDM dan umum kepada
direktur rumah sakit.
5) Kabid Keperawatan
a) Menyediakan semua kebutuhan keperawatan
b) Melaporkan semua perkembangan dan permasalahan yang
diketemui berkaitan dengan bidang keperawatan kepada
direktur rumah sakit.
Untuk mengorganisir antar bagian agar dapat menghasilkan kinerja yang lebih
efektif dan efisien, manajemen perlu menyiapkan sistem aplikasi pembantu
komputer (software), diantaranya :
Analisis yang dipakai dalam mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar
penerimaan atau penolakan suatu proyek yang biasa dipakai adalah :
NPV suatu proyek adalah selisih present value benefit dengan present value
arus biaya. Rumusan NPV adalah sebagai berikut :
n
NPV = -Ao + A1
∑
t=1 (1+r)t
Dengan :
Dalam evaluasi suatu proyek, tanda “go” dinyatakan oleh nilai NPV ≥ 0. Artinya
suatu proyek dapat dinyatakan bermanfaat untuk dilaksanakan bila NPV proyek
≥ 0. Jika nilai NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
social opportunity factor produksi modal. Jika NPV < 0, maka prloyek tidak bisa
menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan oleh sebab itu
pelaksanaannya harus ditolak. Hal ini berarti bahwa sumber-sumber yang
seyogyanya dipakai untuk proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada
penggunaan lain yang lebih menguntungkan.
2. Payback Period
Biaya Investasi
Biaya investasi pendirian RS GRAHA MAKASAR ini sebesar 53 miliar rupiah meliputi
pengadaan tanah (lahan), biaya konstruksi, biaya konsultan, biaya sistem informasi
rumah sakit, pekerjaan elektrikal dan mekanikal, biaya pembelian peralatan medis
maupun non medis, biaya pembelian kendaraan ambulance dan kendaraan
operasional serta biaya operasional rumah sakit tahun pertama.
Adapun rincian dari nilai investasi ini ditampilkan dalam tabel berikut :
PEMBULATAN Rp 55.000.000.000
Rawat Inap
Pemasukan diperoleh dari rawat inap meliputi rawat inap Klas I, II, III, R. Operasi,
UGD, R.ICU,Neonatus, PICU, R. Persalinan
Tabel Biaya Pelayanan Rawat Inap
Untuk mengetahui jumlah pasien rawat inap digunakan asumsi bahwa pada 2 tahun
pertama pasien rawat inap sebesar 40% dari tempat tidur yang ada. Selanjutnya
pada tahun ketiga dan
keempat 50%, pada tahun kelima dan keenam 60%, pada tahun ketujuh dan
kedelapan 70% dan pada tahun kesembilan dan seterusnya 75%.
Pemasukan dari pasien rawat jalan (poliklinik) pada manajemen rumah sakit adalah
pemasukan setelah dikurangi biaya pemeriksaan dokter spesialis. Dimana
pemasukan dari rawat jalan tersebut senilai Rp 40.000,- setiap pasien.
Untuk menghitung jumlah pasien rawat jalan diasumsikan pada tahun pertama rata-
rata ada 40 pasien dokter spesialis setiap hari, 5 pasien dokter spesialis anak per
hari,. Pasien rawat jalan ini diperkirakan pada tiap tahunnya ada peningkatan sebesar
40%.
Operasi
Asumsi jumlah pasien operasi sama dengan asumsi jumlah pasien rawat inap.
Laboratorium
Pendapatan dari kegiatan laboratorium ini sebesar Rp 30.000,- per pasien. Untuk
menentukan jumlah pasien yang menggunakan jasa laboratorium digunakan asumsi
bahwa 80% pasien rawat inap, 30% pasien rawat jalan.
Farmasi
Penghasilan yang dihasilkan dari aktivitas farmasi adalah pendapatan bersih yang
diterima pihak manajemen rumah sakit dikurangi kebutuhan biaya pembelian obat.
Pendapatan dari kegiatan farmasi ini rata-rata adalah sebesar Rp 30.000,- per pasien.
Untuk menentukan jumlah pasien yang menggunakan jasa farmasi digunakan asumsi
bahwa 80% pasien rawat inap, rawat jalan, operasi, ICU dan UGD. Sedangkan
kenaikan jumlah pasien rawat inap, rawat jalan, operasi, ICU dan UGD menyesuaikan
dengan asumsi yang sudah ada sebelumnya.
Pengeluaran rumah sakit tiap bulan terdiri dari beberapa komponen yang ditunjukkan
oleh tabel di bawah ini :
Pada tahun operasional dan pemeliharaan ini diasumsikan pada setiap tahunnya
mengalami kenaikan sebesar 10%.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan merupakan usaha yang perlu terus dikembangkan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkembangnya suatu daerah. Sulawesi
Selatan khususnya kota Makasar merupakan daerah berkembang yang memiliki tingkat
kepadatan yang cukup tinggi dan merupakan daerah pariwisata yang banyak dikunjungi
pada saat saat ini. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin
meningkatnya jumlah kasus penyakit jantung membuat investor berkeinginan
membangun rumah sakit yang memiliki layanan unggulan jantung terpadu. Hal ini
menjadi peluang yang besar karena rumah sakit Graha Makasar merupakan RS
Umum tipe B dengan layanan unggulan jantung terpadu.
Rumah Sakit di Kota Makasar terdapat RS tipe A, RS Yayasan dan RS Swasta ada 20
RS rata-rata adalah kelas B dan C, dengan 25 Puskesmas, tetapi belum memiliki
layanan jantung terpadu yang lengkap. Dengan berdirinya rumah sakit Graha Makasar
ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan penduduk akan pelayanan kesehatan
untuk yang menyeluruh dan diharapkan kedepannya mampu menurunkan angka
kematian akibat penyakit jantung.
B. Rekomendasi
Rumah sakit Graha Makasar tidak bisa dibangun dengan penanaman modal asing
(PMA),dikarenakan berdasarkan :
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56
TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT PASAL
65 bahwa Rumah Sakit penanaman modal asing merupakan Rumah Sakit dengan
pelayanan spesialistik dan subspesialistik.Sementara RS Graha Makasar
rencananya akan dibangun sebagai RS Umum tipe B dengan layanan unggulan
jantung terpadu.
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia nomor 15
tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal bahwa Lokasi di seluruh Ibu kota Provinsi di Indonesia Timur
kecuali Makasar dan Manado;
Pembangunan rumah sakit khusus juga membutuhkan banyak tenaga ahli baik
spesialis maupun subspesialis untuk mendukung kekhususannya. Untuk daerah
Makasar belum banyak dokter spesialis dan subspesialis jantung sehingga akan
sulit menjalankan rumah sakit khusus jantung dan pembuluh darah dengan
tenaga medis yang terbatas.
Oleh karena itu RS Graha Makasar layak dibangun tetapi dengan mencari
investor baru yaitu investor dalam negeri (PMDN).
BAB IX
PENUTUP
1. Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia
jasa perencanaan, Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan
pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan, guna menjamin kesehatan penghuni bangunan dan
lingkungan terhadap bahaya penyakit.
2. Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini oleh
masingmasing daerah disesuaikan dengan kondisi daerah.
6. Kewaspadaan Isolasi
7. Pasien MRSA
1.2 SPO K3
6. SPO Pemesanan/Peresepan
8. SPO Pendistribusian
pasien
2.1 PANDUAN
1. Skrining Pasien
2. Pemulangan Pasien
5. Informasi Pelayanan
6. Pelayanan Ambulance
7. Identifikasi Pasien
3.1 PEDOMAN
1.1 KEBIJAKAN
18. Perdir Kebijakan Instalansi Pelayanan Intensif (ICU,ICCU, HCU, PICU, NICU)
Panduan Praktik Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
PPK Koroner
1. Penyakit jantung koroner asimtomatik
2. Non STEMI
3. STEMI
4. Syok Kardiogenik
5. Prosedur angiografi koroner perkutan
6. Prosedur Intervensi koroner perkutan
PPK Gagal jantung dan Penyakit Miokard
1. Kardiomiopati dilatasi
2. Kardiomiopati hipertrofi
3. Gagal jantung akut dekompensata
4. Gagal jantung kronik
5. Hipertensi refrakter
6. Hipertensi Krisis
7. Penyakit jantung hipertensi
PPK Penyakit katup
1. Stenosis mitral
2. Regurgitasi mitral
3. Stenosis aorta
4. Regurgitasi aorta
5. Stenosis tricuspid
6. Gangguan katup kompleks
Aritmia
1. Supra ventrikular takikardi
2. Ekstra sistol ventrikel
3. Ventrikular takikardi
4. Blok AV derajat 1
5. Blok AV derajat 2
6. Blok AV derajat 3 (Total AV blok)
7. Prosedur Ablasi Septal pada HOCM
8. Ablasi
9. Fibrilasi Atrium
10. Cardiac Resyncronization Therapy (CRT)
11. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
12. Alat Pacu Jantung Permanen
13. Studi Elektrofisiologi
Pediatrik
1. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
2. Atrial Septal Defect (ASD)
3. Ventricle Septal Defect (VSD)
4. Atrio ventricular septal defect
5. Tetralogy of Fallot
6. Spell hipoksik
7. Double outlet right ventricle
8. Pulmonary atresia dengan intact septum ventricle
9. Anomali drainase vena pulmoner
10. Transposition of the great arteries (TGA)
11. Trikuspid atresia
12. Fistula koroner
13. Anomali muara koroner dan pulmonal
14. Coarctatio Aorta
15. Interuptus arkus aorta
16. Demam rematik akut
17. Infektif endokarditis
18. Pericarditis
19. Gagal jantung kongestif pada anak
20. Hipertensi pada anak dan remaja
21. Aritmia pediatric
Penyakit Vaskular
1. Diseksi aorta
2. Aneurisma Aorta Torakalis
3. Aneurisma Aorta abdominalis
4. Pseudo aneurisma
5. Sindroma Raynaud’s
6. Penyakit Buerger
7. Stenosis arteri karotis
8. Stenosis arteri renalis
9. Iskemik mesenterika
10. Iskemik tungkai kronist tidak kritis (klaudikasio intermittent)
11. Iskemia tungkai kritis
12. Iskemia tungkai akut
13. Emboli paru
14. Trombosis vena dalam
15. Arteriovenous Fistula
16. Insufisiensi vena