OLEH :
VIDYA NIRMALA
KELAS 24.A
I. URAIAN SINGKAT
Sebuah Rumah Sakit kelas B memiliki 15 pelayanan dengan jumlah dokter spesialis 95
orang dan dokter umum 30 orang yang dipimpin oleh Direktur Utama dengan para Wakil
Direktur dan tingkat hunian dan BOR 30 %.
Selain itu hubungan Direksi dengan Pemilik tentang arah dan kebijakan RS terutama
soal rekruitment tenaga dokter, soal pengadaan alkes dan investasi lainnya untuk
kepentingan pelayanan RS.
Belakangan ini kasus dugaan malpraktek dimana dokter penanggung jawab pasien tidak
jelas dan Perawat serta Bidan sering melakukan tindakan tanpa pendelegasian wewenang
yang jelas sehingga menimbulkan berbagai masalah.
Untuk itu pimpinan Rumah Sakit meminta Saudara sebagai Lulusan MARS untuk
memberikan saran, pendapat dan masukan dalam menghadapi masalah tersebut dengan
meminta menyusun berbagai SOP, Pedoman dan HBL/MSBL
II. SOAL
a. Uraikan masalah - masalah yang dihadapi RS dimaksud secara terperinci dan berikan
saran, pendapat serta masukan Saudara untuk tiap kasus diatas secara jelas dan tepat.
Uraikan hal-hal apa yang harus dilakukan Direktur RS guna mengatasi masalah ini.
b. Uraikan secara jelas Kebudayaan, Pedoman, dan SOP yang harus dibuat atau
diperbaiki masalah yang dihadapi RS. Sebutkan jenis Kebudayaan, Pedoman, dan SOP
yang akan dibuat untuk sesuai dengan jumlah pelayanan yang dimiliki RS.
c. Konsepkan HBL/MBSL untuk Rumah Sakit tersebut secara lengkap dengan tahapan
penyusunannya dan pelaksanaannya
Catatan:
Tugas ini dikerjakan masing - masing dalam waktu 14 hari dan dikirim melalui email paling
lambat tanggal 05 Maret 2016 ke alamat fresleyhutapea@yahoo.com
Terima kasih.
SELAMAT BEKERJA
No Keadaan
1. BOR 30%
Permasalahan
- Kunjungan Rendah
- Income Rendah
- Profitabilitas menurun
- Target omset tidak tercapai
2. Hubungan SMF dengan Direksi Rumah Sakit kurang baik menyangkut jasa medik yang
jumlah nominal belum jelas dan sering terlambat dibayarkan dan jumlah nominal belum sesuai.
Perhitungan dan jadwal pembayaran tercantum dalam MOU / perjanjian kerjasama antara dokter
dan Rumah Sakit, Adanya hubungan yang tidak baik atau konflik antara direksi dan bagian SMF
dikarenakan pembayaran jasa medik yang selalu terlambat dan jumlah nominalnya tidak jelas
- Direksi membuat aturan yang jelas dalam pembayaran jasa medik dan nominal nya sesuai
dengan kesepakatan antara direksi dan bagian SMF, serta batas waktu pembayaran paling lambat
1 minggu setelah dokter memberikan terapi apabila terjadi keterlambatan pembayaran karena
sesuatu hal agar segera di konfirmasi ke seluruh dokter spesialis dan dokter umum yang ada di
Rumah Sakit dan waktu keterlambatan tidak boleh lebih dari 1 bulan. Aturan tersebut harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk kebijakan yang di keluarkan direksi melalui rapat direksi dan
di ketahui oleh pemilik rumah sakit. Kebijakan tesebut berupa SOP pembayaran Insetif Jasa
Dokter
Hubungan Direksi dengan Pemilik tentang arah dan kebijakan RS terutama soal rekruitment
tenaga dokter, soal pengadaan alkes dan investasi lainnya untuk kepentingan pelayanan RS.
Direktur
- Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi (pelayanan, administrasi,
keuangan, evaluasi, dan pelaporan visi misi strategi kepada seluruh manajemen) (PPRI No.
77 Tahun 2015)
a. Pemilik selalu ikut dalam penenteuan kebijakan terutama dalam perekrutan tenaga dokter
b. Pengadaan alat kesehatan serta investasi lainnya untuk kepentingan pelayanan RS
dilakukan oleh keluarga pemilik
-Mengoptimalkan komite medik untuk menjalankan peran dan fungsinya, khususnya dalam
proses kredential, sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada direktur untuk rekruitment
tenaga dokter
- Dalam mengelolah sebuah rumah sakit ada baiknya pemilik tidak terlalu ikut campur dalam
pengelolaan rumah sakit apa lagi dalam hal perekrutan tenaga dokter, dalam perekrutan tenaga
dokter tentunya direksi dan jajaran memiliki kriteria yang harus di penuhi oleh seorang pelamar
(tenaga dokter). Apabila direksi salah dalam perekrutan akan berakibat fatal dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit tersebut. Dan akan berakibat kuranganya keinginan dan kepercayaan
masyarakat untuk datang ke rumah sakit tersebut sehingga dapat mempengaruhi kinerja rumah
sakit hal ini dapat dilihat bed oppertuniti rate nya hanya 30% ini jauh dibawah batas normal.
Alangkah baik nya pemilik memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada direksi dan jajaran
untuk mengelolah rumah sakit nya sehingga kualitas rumah sakit nya benar-benar bermutu
sehingga dapat bersaing dengan para kompetitor yang ada di sekitar daerah tersebut, dan direksi
juga harus berkomitmen kepada pihak pemilik bahwa tenaga dokter yang mereka rekrut benar-
benar para dokter yang memiliki komitmen yang kuat dan memiliki kompetensi, hal tersebut
harus dilaporkan secara tertulis oleh pihak rumah sakit di kemukan melalui rapat direksi bersama
pemilik.
- untuk pengadaan alat kesehatan dilakukan lelang kepada pihak ketiga yang tidak memiliki
hubungan emosional baik dari pemilik maupun direksi dan jajaran.
- Direksi Membentuk panitia lelang pengadaan bidang medis (obat, vaksin, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan) dan bidang non medis (bangunan, sarana prasarana, furniture, ATK) yang
diketahui oleh pemilik
- setelah diketahui Hasil lelang direksi dan jajaran serta pemiliki melakukan seleksi kembali
kepada perusahan yang memenangkan lelang apakah perusahan tersebut benar-benar mampu
berkomitmen dan bekerja sebaik mungkin dalam setiap pengadaan sarana dan prasarana, adanya
baik tidak 1 perusahan yang mengambil semua kebutuhan baik itu medis dan non medis minimal
perusahan yang di gunakan oleh rumah sakit harus lebih dari 2. Sehingga hasil yang dicapai juga
maksimal
- Memilih dan mengangkat direktur RS yang memiliki kesesuaian visi-misi dengan pemilik
RS dan mampu membawa RS lebih baik
Terjadi kasus dugaan malpraktek dimana dokter penanggung jawab pasien tidak jelas.
Perawat serta Bidan sering melakukan tindakan tanpa pendelegasian wewenang yang jelas
sehingga menimbulkan berbagai masalah.
Komite Medik
- sda
Komite Keperawatan
- Melakukan kredential & rekredential tenaga keperawatan dan bidan
- Menetapkan standar mutu dan pengawasan, serta peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan
- Jadwal praktek, jadwal jaga, oncall, visite dokter belum efektif
- Dokter kurang disiplin
- Pembagian wewenang klinis dokter belum jelas
- Uraian tugas dan wewenang keperawatan belum efektif
- Bersama dengan Manager Medis, Komite Medik, Komite Keperawatan, melakukan
pengawasan dan evaluasi / audit mutu pelayanan
- Bersama Manager Medis menetapkan jadwal praktek dokter, jadwal jaga, jadwal oncall,
jadwal visite dokter
- Bersama Manager Medis menetapkan alur dan SOP pelayanan medis dan komunikasi
Keadaan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher adalah salah satu Rumah Sakit Umum yang
pertama di wilayah Jambi milik pemerintah propinsi yang secara wajib menjalankan fungsi
sosialnya terutama bagi keluarga kurang mampu/miskin. Sedangkan pengelolaannnya dilakukan
dengan prinsip bisnis agar RSUD Raden Mattaher PropinsiJambi Mampu Mandiri, paling Tidak
rumah sakit mampu membiayai diri sendiiri pembiyaan operasonalnya dana tidak terbebani
pemerintah propinsi. Rumah sakit raden Mattaher berdiri tahun 1948 dengan tipe C dan
bergabung degan dinas kesehatan tentara jambi, kemuian pada tahun 1972 rumah sakit di
pindahkan ke lokasi di telanaipura jambi semula rumah sakit ini bernama rumah sakit proinsi
Jambi dan pada tahun 1999 di berinama dengan nama seorang pahlawan dari derah jamb yaitu
Raden Mattaher. Maksud dan tujuannya adalah dalam rangka mempermudah pemberian
pelayanan serta fasilitas kesehatan pada masyarakat jambi pada umumnya yang sebelumnya
belum mengenal pelayanan dokter Spesialis. Makin besarnya minat masyarakat terhadap
kebutuhan pelayanan Kesehatan secara umum Rumah Sakit
C. Manfaat HBL
Pertama, sebagai landasan hukum yang tertulis, jelas dan dapat mengatur hubungan segi tiga
yang seimbang antara Pemilik dengan Direktur sebagai pengelola manajemen dan pelanggan
dalam pelanggan luar, baik hak-hak maupun kewajibannya untuk mengantisipasi kejadian
internal dan eksternal yang tidak diinginkan.
Kedua, melindungi hak dan kewajiban semua pihak (Pemilik yaitu Pemerintah daerah dengan
Direktur sebagai pengelola manajemen dan pelanggan luar dan dalam) secara seimbang keadilan,
dalam rangka menuju pelayanan Rumah Sakit yang baik. (good corporate and dinical govemance).
Ketiga, merupakan pedoman baku bagi semua pihak, dapat sebagai perpanjangan tangan/acuan
hukum bagi pihak-pihak yang berselisih, dapat merupakan sarana peningkatan mutu pelayanan,
serta merupakan salah satu syarat memperoleh sertifikat akreditasi Rumah Sakit tingkat lanjut.
Keempat, mengatur hak dan kewajiban Pemilik/ pemerintah, hak dan kewajiban dan
kewenangan Direktur Rumah Sakit, hak dan kewajiban petugas Rumah Sakit dan pasien serta
kewajiban RS terhadap pemerintah dan aparat penegak hukum.
BUKU KESATU
PERATURAN INTERNAL KORPORASI
(CORPORATE BYLAWS)
BAB I
KETENTUAN UMUM
A. Definisi
Peraturan internal (Hospital By Laws) atau Statuta Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari adalah
aturan dasar dalam hal pengelolaan rumah sakit yang ditetapkan oleh pemilik rumah sakit dalam
hal ini Pemerintah Propinsi Jambi
B. Batasan
Dalam peraturan internal ini yang dimaksud dengan :
1. Statuta atau peraturan internal adalah aturan dasar rumah sakit (Hospital By Laws) ---------------
-----------------------------------------------------------------------
2. Peraturan perundangan adalah segala ketentuan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan yang berlaku di Indonesia. -----------------------------------
3. Pemerintah Proinsi Jambi adalah organisasi Pemerintah yang dibentk berdasarkan
peraturan daerah dan perundang-undangan dan berdasarkan menteri jasa layanan kesehatan
yang berstatus Badan Hukum dengan Surat Akta pendirian Pemerintah Propinsi Jambi oleh
Ny. Aprianti Rahmi, SH., MKN selaku pejabat pemuat akta tanah (notaris) di Jambi No.09
tanggal 19 November 1999 dan telah didaftarkan dalam daftar yang telah disediakan untuk
keperluan itu oleh kepaniteraan Pengadilan Negeri Jambi Nomor :
34/XII/BH.YYS/1999/PN.Mkt tanggal 7 Desember 1999. -------------------
4. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yang merupakan Badan
Usaha Milik pemerntah propinsi dan berkedudukan di jalan Letjen Uprapto No 31
Telanaipura Jambi dan dipimpin oleh Direktur yang telh di tunjuk Kepala Daerah guna yang
menyediakan sarana dan fasilitasnya untuk dimanfaatkan oleh dokter atau profesi lain dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. -----------------------------------------
---------------------------------------
5. Pemilik dan Pendiri adalah Yayasan Kartini Mojosari. ------------------------
6. Pengelola Rumah Sakit adalah Direktur Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
beserta pejabat struktural Rumah Sakit. ----------------------------------
7. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas RUMAH SAKIT UMUM Raden Mattaher
Jambi yang terdiri sekelompok orang yang ditunjuk oleh Rapat Pleno pemerintah daerah dan
ditunjuk oleh kepala daerah untuk membina, mengawasi dan memberikan masukan kepada
Direktur Rumah Sakit, baik teknis maupun keuangan dalam rangka penyelenggaraan Rumah
Sakit. --------------------------
8. Direktur adalah seseorang yang ditunjuk oleh Raden Mattaher Jambi untuk menduduki
jabatan sebagai pimpinan tertinggi RUMAH SAKIT UMUM Raden Mattaher Jambi yang
pengelola rumah sakit dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Propinsi serta mewakili
Rumah Sakit baik di dalam maupun diluar pengadilan. Dalam hal yang bersangkutan tidak
ada, maka pengertian ini juga meliputi orang-orang yang akan ditunjuk oleh Pemerintah
daerah untuk bertindak dalam jabatan tersebut untuk sementara waktu. --------------------------
-------------------------------------------------------------
9. Staf Medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis yang telah
terikat perjanjian dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan
penempatan di rumah sakit dari Direktur dan memiliki kewenangan untuk melakukan
tindakan medis di rumah sakit, termasuk tindakan medis diagnostik maupun terapuetik. ------
---
10. Staf Medis Pengganti adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis,
yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat
keputusan penempatan di rumah sakit dari Direktur Utama dan hanya memiliki kewenangan
untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit dalam rangka menggantikan tugas profesi
seorang staf medis yang berhalangan. -----------------------------------------------------------------
11. Staf Medis Konsultan Tamu adalah seorang dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan
dokter gigi spesialis yang telah diketahui memiliki reputasi tinggi dibidang keahliannya yang
diminta oleh rumah sakit untuk melakukan tindakan medis tertentu untuk jangka waktu
tertentu. ----------------------------
12. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
govermance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medi dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
Merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di Rumah Sakit oleh Direktur Rumah
Sakit. ----------------------------------------------------------------------------------------
13. Sub Komite adalah kelompok kerja dibawah komite medik yang dibentuk untuk
menanggulangi masalah keprofesian medik tertentu. ----------------------
14. Kelompok Staf Medis (KSM) adalah sekumpulan staf medis dengan spesialisasi dan/ atau
keahlian yang sejenis, atau hampir sejenis. ---------------
15. Komiter Keperawatan, merupakan perangkat rumah sakit yang berfungsi sebagai wahana
bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-hal
yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan. ------------------------------------------------
-------------------------------
16. Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah karyawan rumah sakit yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Direktur Utama untuk melakukan kegiatan pengawasan secara internal
terhadap program-program yang dijalankan. ------
17. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) adalah aturan dasar yang mengatur
kewajiban kewenangan, hak dan tanggung jawab pemilik rumah sakit, Dewan Pengawas,
Direktur dan staf medis dalam mengelola rumah sakit sehingga dapat efektif, efisien, dan
berkualitas serta ditetapkan oleh Kepala Daerah. ------------------------------------------------------
------
18. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) aturan internal yang mengatur tata
kelola klinis (clinical govermance) peran dan fungsi Pemilik, Dewan Pengawas, Direksi,
manajemen dan staf medis untuk menjaga profesionalisme staf medis di Rumah Sakit yang
ditetapkan oleh Direktur dan diketahui oleh Kepala Daerah. ----------------------------------------
-------
19. Kewenangan Klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode
tertentu yang dilaksanakan berfasarkan penugasan klinis (clinical appointment). ---------------------
-----------------------------
20. Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur rumah sakit kepada
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu berdasarkan
daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan. ---------
21. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege). --------------------------
22. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang memiliki kewenangan klinis
(criminal privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut. ---------
----------------------------------------------------
23. Audit Medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh
profesi medis. ------------------------------------
24. Mitra Bestari (peer group) adalah sekolah staf medis dengan reputasi dan kompetensi profesi
yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis. --------------------------
----------------------------------------------------
25. Rapat rutin adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas yang
bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus. ---------------
26. Rapat tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap tahun. ------
-------------------------------------------------------------------------
27. Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas diluar jadwal rapat
rutin untuk mengambil putusan hal-hal yang dianggap khusus.--------------------------------------
------------------------------------------------
28. Pelaksanaan rumah sakit adalah seluruh karyawan RSU Raden Mattaher.
BAB II
IDENTITAS
Bagian Pertama
Nama dan Kedudukan Rumah Sakit
Stempel
1. Di RSU Raden Mattaher Jambi ditentukan satu bentuk stempel induk dengan spesifikasi
bergambar sebuah sentaja Tradisional Prpoinsi Jambi dengan bentangan sungai batanghari dan
berdiri sebuah masjid. Tulisan Raden Mattaher Jambi dan SepucukJambi Sembilan Lurah
melingkari logo, bentuk bulat (lingkaran) dengan menggunakan satu warna biru sebagaimana
berikut :
2. Ukuran stempel ditetapkan dengan diameter 3 (tiga) centimeter yang penempatannya di Bagian
Administrasi dan Bagian Keuangan.
3. Stempel induk digunakan untuk legalisasi surat yang ditanda tangani oleh Direktur Rumah Sakit
dan pejabat struktural lainnya ditempatkan di Bagian Administrasi, sedangkan untuk legalisasi
administrasi keuangan ditempatkan di Bagian Keuangan (kasir).
4. Bentuk stempel unit pelayanan diatur lebih lanjut dalam surat keputusan direktur rumah sakit.
5. Penggunaan stempel rumah sakit diatur lebih lanjut oleh pejabat struktural yang berwenang
untuk itu.
Bagian Kedua
Visi, Misi, Falsafah, dan Tujuan
VISI
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Dengan Pelayanan Prima dan Rumah Sakit Pendidikan Yang
Berkualitas.
MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan prima untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat.
2. Menyelenggarakan administrasi dan pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel, dan
terintegrasi.
3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk menghasilkan sumber daya
keehatan yang berkualitas
4. Mewujdkan kecukupan sarana dan prasana kesehatan untuk menjamin kepastian pelatihan dan
pendidikan kesehatan.
FALSAFAH
Mengutamakan kemitraan dan kekeluargaan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan paripurna.
TUJUAN
1. Tujuan Umum RSU Raden Mattaher Jambi adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat adil dan
makmur melalui pendekatan promotif, prevetif, kuratif dan rehabilatif yang dilaksanakan secara
menyeluruh dan dengan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Tujuan khusus RSU Raden Mattaher Jambi adalah :
a. Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang paripurna, terpadu, bermutu tinggi, dan terjangkau
oleh masyarakat
b. Meningkatkan sarana dan prasana rumah sakit untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan
c. Mewujudkn sistem informasi dan dministrasi manajemen rumah sakit yang
terpadu/teriegrasi secara komputerisasi
d. Meningkatkan SDM rumah sakit yang berprofsionl melalui pendidikan dan penelitian
e. Meningkatkan kesejateraan karyawan/wati Rumah Sakit.
Bagian Ketiga
Nilai-nilai, Motto, Logo
NILAI DASAR
Kejujuran
Dalam bertindak senantiasa menujung tinggi kejujuran dan bkerja ikhlas dan tidak untuk
kpentingan sendiri
Keterbukaan
a. Terbuka dalam mengemukakan dn memberikan pendapat
b. Saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain
Kebersamaan
a. Menyadari bahwa semua pekerjaan baik tidak dapat di selesaikan sendiri sehingga perlu
kerjasama tim
b. Kebersamaan dalam pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
Kerendahan Hati
Bersikap dan berbudi bahasa yang santun dalam pelayanan.
Kerja Keras
Memiliki kesungguhan kerja dalam melaksanakan tugas
Loyalitas
Dengan keterbatasan sumber daya yang ada bekerja keras dengan sungguh-sungguh dan ikhlas.
Selalu memberikan pelayanan yang terbaik serta dapat di pertanggung jawabkan sesuai dengan
kemampuan profesi yang ada
MOTTO
Komitmen dalam mutu, melayanai dengan nurani
BAB III
DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Kedudukan dan Keanggotaan
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
A. Rapat Rutin
1. Rapat Rutin Dewan Pengawas
a. Rapat rutin item Dewan Pengawas dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) bulan sekali
dengan interval yang tetap, pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan oleh Ketua
Dewan Pengawas.
b. Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada peserta rapat paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
c. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Ketua Dewan Pengawas sebagai diatur
dalam butir diatas harus melampirkan :
1) Satu salinan agenda dan atau
2) Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu
2. Rapat koordinasi dengan Direktur
Rapat koordinasi dengan Direktur paling sedikit dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali dengan
interval yang tetap dan dilaksanakan di RSU Raden Mattaher dan setiap waktu apabila
diperlukan serta apabila ada keperluan yang sangat mendesak.
B. Rapat Khusus
1. Dewan Pengawas mengundang rapat khusus dalam hal :
a. Diperintahkan oleh Kepala Daerah
b. Membahas masalah yang perlu penanganan segera
c. Permintaan yang diajukan oleh paling sedikit tiga anggota Dewan Pengawas dalam waktu
dua puluh empat jam sebelumnya.
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan kepada peserta rapat paling lambat dua puluh
empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan
3. Udangan rapat khusus harus mencamtumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
C. Rapat Tahunan
1. Rapat tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender
2. Rapat tahunan Dewan Pengawas membahas materi utama yaitu laporan Direktur tentang
hasil kegiatan RSU Raden Mattaher selama 1 (satu) tahun termasuk laporan keuangan,
sebagai pertanggungjawaban dan sebagai bahan pembuatan Rencana Anggaran Pendapat dan
Belanja (RAPB) tahun berikutnya yang dipimpin oleh Dewan Pengawas.
3. Dewan Pengawas menyampaikan undangan tertulis kepada para peserta dan undangan lain
paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan.
D. Undangan Rapat
Setiap rapat Direksi dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara pantas, kecuali
seluruh anggota Yayasan yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
E. Peserta Rapat
1. Setiap rapat intern Dewan Pengawas dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Pengawas.
2. Setiap rapat koordinasi Dewan Pengawas dengan Direktur dihadiri oleh anggota Dewan
Pengawas dan Direktur Rumah Sakit dengan pejabat struktural lainnya, bila dianggap perlu
juga dihadiri oleh staf Manajemen rumah sakit yang telah ditentukan oleh Direktur RSU
Raden Mattaher.
3. Pada rapat tahunan Dewan Pengawas dihadiri oleh Kepala Daerah, Dewan Pengawas dan
Direktur Rumah Sakit dengan pejabat struktural lainnya juga serta staf Manajemen rumah
sakit yang telah ditentukan oleh Direktur RSU Raden Mattaher Jambi.
F. Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka
dalam hal kuorum telah tercapai anggota yang Telah Dipilih oleh Kepala daerah memilih pejabat
Ketua untuk mempimpin rapat.
G. Kuorum
1. Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai
2. Kuorum dianggap tercapai bila dihadiri oleh paling sedikit setengah dari seluruh anggota
yang mempunyai hak suara.
3. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat dapat dilanjutkan sesuai dengan agenda yang telah ditentukan dan
segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas
berikutnya.
H. Risalah Rapat
1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggungjawab Sekretaris
Dewan Pengawas.
2. Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam rapat berikutnya dan segala putusan
dalam risalah rapat tersebut tidak boleh disahkan sebelum disahkan dalam rapat berikutnya.
A. Pengangkatan
1. Pengelola rumah sakit adalah Direktur Rumah Sakit yang diangkat oleh Kepala daerah
propinsi Jambi sebagai pimpinan tertinggi dalam pengelolaan rumah sakit yang dalam
pelaksanaannya dengan dibantu oleh jajaran pejabat strukutural.
2. Direktur bertugas melaksanakan kebijakan pengelolaan Rumah Sakit yang disetujui oleh
Dewan Pengawas dan diketahui oleh Kepala Daerah Propinsi Jambi.
3. Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah Propinsi Jambi sebagai Pemilik.
B. Persyaratan Direktur
1. Warga Negara Indonesia yang tidak tersangkut masalah hukum
2. Berakhlaq baik
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dokter Umum/ Dokter Gigi/ Gokter Spesialis
5. Diutamakan S2 Administrasi RS (M.Kes/ MARS)
6. Berstatus karyawan tetap/ kontrak
7. Telah berpengalaman memimpin RS, Institusi Kesehatan lain yang setara dengan RSU Raden
Mattaher Jambi atau menjadi pejabat setingkat Wadir minimal 4 (empat) tahun
8. Memiliki pengalaman berorganisasi
9. Mampu mengoperasikan komputer, minimal microsoft office
Bagian Ketig
Aturan Merangkap Jabatan, Tugas dan Wewenang, Tanggung Jawab
dan Hak Direktur
D. Hak Direktur
1. Mendapat imbalan jasa/ upah dan fasilitas Rumah Sakit sebagai pengelola.
2. Mendapat imbalan jasa/ upah lembur
3. Hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja
4. Hak atas cuti
5. Hak atas jaminan sosial tenaga kerja
6. Hak atas Tunjangan Hari Raya Keagamaan
7. Hak untuk dipenuhi persyaratan minimal sarana dan prasarana Rumah Sakit baik fisik
maupun perijinan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang belaku oleh Pemerintah
Propinsi Jambi sebagai Pemilik Rumah Sakit.
8. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum.
Bagian Keempat
Rapat-Rapat
Jenis-jenis atau bentuk rapat di RSU Raden Mattaher Jambi yaitu :
1. Rapat Pimpinan RSU Raden Mattaher
2. Rapat Staf RSU Raden Mattaher
3. Rapat Komite Medik RSU Raden Mattaher i
4. Rapat Staf Medik Fungsional RSU Raden Mattaher
5. Rapat Komite Keperawatan RSU Raden Mattaher
6. Rapat Satuan Pengawas Internal RSU Raden Mattaher
7. Rapat Pleno RSU Raden Mattaher
Kegiatan rapat dan tatacara rapat diatur oleh Direktur RSU Raden Mattaher
BAB V
KOMITE MEDIK DAN KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Pertama
Komite Medik
Komite medik dibentuk dengan tujuan utnuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
goverment) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi.
Untuk mewujudkan pelayanan klinis yang baik, efektif, profesional, dan aman bagi pasien,
sering terdapat kegiatan pelayanan yang terkait erat dengan masalah keprofesian. Direktur rumah
sakit bekerjasama dengan komite medik untuk menyusun pengaturan layanan medis (medical staff rules
and regulations) agar pelayanan yang professional terjamin mulai saat pasien masuk rumah sakit hingga
keluar dari rumah sakit.
1. Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh Direktur.
2. Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan dari
staf medis.
3. Susunan organisasi dan Keanggotaannya, tugas dan fungsinya, kewenangan, hubungan dengan
Direktur dan lain hal yang berkaitan dengan Komite Medik diatur di Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws).
Bagian Kedua
Komite Keperawatan
Komiter Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari struktur
organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan mengkomunikasikan
pendapat dan ide-ide perawat/ bidan sehingga memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan,
keterampilan, dan ide dari staf profesional keperawatan.
Komite keperawatan merupakan perangkat rumah sakit yang berfungsi sebagai wahana bagi
tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait
masalah profesi dan teknik keperawatan.
Komiter Keperawatan dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis
(clinical govermance) yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan pasien lebih terjamin
dan terlindungi.
1. Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang dibentuk dirumah sakit oleh
Direktur.
2. Komiter Keprerawatan dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan dari staf
paramedis.
3. Susunan Organisasi dan Keanggotaannya, tugas dan fungsinya, kewenangan, hubungan dengan
Direktur dan lain hal yang berkaitan dengan Komite Keperawatan diatur di Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws).
BAB VI
SATUAN PENGAWAS INTERNAL
Bagian Pertama
Keanggotaan, Syarat dan Masa Bakti
A. Keanggotaan
Satuan Pengawas Internal terdiri dari :
1. Kepala Satuan Pengawas Internal merangkap Anggota
2. Anggota Satuan Pengawas Internal
3. Jumlah Minimal Satuan Pengawas Internal 3 (tiga) orang
B. Syarat
Yang diangkat menjadi susunan pengawas internal adalah :
1. Memenuhi kriteria integritas, dan pengalaman dibidang Auditor perumahsakitan
2. Berkelakuan baik, mampu bersikap obyektif dan independen
3. Memiliki dedikasi tinggi untuk mengawasi dan menilai kegiatan rumah sakit
Bagian Kedua
Tugas, Tanggung Jawab, Tugas Pokok dan Wewenang
B. Tanggung Jawab
1. Satuan pengawas internal bertanggung jawab terhadap pengawasan dan penilaian pelaksaan
pelayanan medik, administrasi keuangan, dan kerumahtanggaan rumah sakit.
2. Satuan pengawas internal bertanggungjawab kepada direktur
Bagian Ketiga
Aturan Merangkap Jabatan, Pemberhentian SPI
C. Tata Cara Pemberhentian Kepala Satuan Pengawas Internal Sebelum Habis Masa
Jabatannya
1. Pemberhentian kepala satuan pengawas internal sebelum habis masa jabatannya bila yang
bersangkutan :
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
c. Terlihat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit;
d. Dipidana penjarak karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau kesalahan
yang berkaitan dengan pengurusan rumah sakit.
2. Ada pemberitahuan secara tertulis dari Direktur kepada Kepala Satuan pengawas Internal
yang bersangkutan tentang rencana pemberhentian yang disertai dengan alasan
pemberhentian dan jenis kesalahannya.
3. Yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri sebelum Direktur mengeluarkan Surat
Keputusan Pemberhentian.
4. Pembelaan diri dimaksud ayat (4) dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada direktur
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Kepala Satuan Pengawas Internal yang bersangkutan
diberitahukan secara tertulis.
5. Bila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan yang bersangkutan tidak memberikan pembelaan
sebagaimana dimaksud ayat (4), maka Direktur dapat langsung membuat Surat Keputusan
Pemberhentiannya.
6. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses, maka Kepala Satuan Pengawas Internal
yang bersangkutan dapat melanjutkan tugasnya.
7. Bila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian pembelaan diri
sebagaimana dimaksud ayat (4) Direktur tidak memberikan keputusan pemberhentian Kepala
Satuan Pengawas Internal tersebut maka rencana pemberhentian menjadi batal.
BUKU KEDUA
PEDOMAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF BY LAWS)
RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER JAMBI
BAB VII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Keanggotaan Staf Medis Fungsional
A. Secara administratif, SMF berada dibawah Direktur namun secara fungsional sebagai profesi
bertanggungjawab kepada Komiter Medik.
1. SMF dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh anggotanya.
2. SMF paling sedikit terdiri dari 2 orang dokter
3. Apabila ada dokter dengan spesialis tertentu hanya 1 (satu) orang maka dokter tersebut dapat
bergabung dengan dokter Spesialisasi yang fungsinya hampir sama.
4. SMF ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur dengan masa kerja 3 (tiga) Tahun.
5. Tugas Ketua SMF adalah menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja SMF yang
dimpimpinnya.
6. Pengaturan SMF secara rinci diatur tersendiri oleh surat keputusan Direktur.
B. Staf Medis Fungsional RSU Raden Mattaher Jambi
Staf Medis Fungsional adalah kelompok-kelompok yang beranggotakan para tenga profesional
medik yang memberikan pelayanan langsung secara mandiri dalam jabatan fungsional, seperti
Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Apoteker dan Psikolog Klinis.
Bagian Kedua
Kewajiban dan Kewenangan Kelompok Staf Medis Fungsional (SMF)
1. Semua dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan apoteker yang memiliki izin praktek dan
bekerja di RSU Raden mattaher dalam jabatan Fungsional baik sebagai dokter atau dokter
organik, dokter tamu maupun dokter paruh waktu, wajib menjadi anggota Staf Medik Fungsional
RSU Raden Mattaher .
2. Penempatan dokter ke dalam Staf Medik Fungsional RSU Raden Mattaher termasuk dokter
tamu maupun dokter paruh waktu ditetapkan dengan Surat Keputusan Ditrektur RSU Radn
Mattaher dengan ketentuan, untuk dokter tamu dan dokter paruh waktu, penempatannya
kedalam Staf Medik Fungsional RSU Raden Mattaher harus dilengkapi dengan perjanjian kerja.
Bagian Ketiga
STAF MEDIS
Bagian Kesatu
Bagian Keempat
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Staf Medis
A. Kewajiban staf medik rumah sakit Raden Mattaher adalah sebagai berikut :
1. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Mentaati semua peraturan internal rumah sakit (Hospital Bylaws);
3. Menyusun standar prosedur operasional pelayanan medik yang terdiri dari :
a. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi / manajerial antara lain meliputi
pengaturan tugas rawat jalan, pengaturan tugas rawat inap, pengaturan tugas jaga,
pengaturan tugas rawat intensif, pengaturan tugas kamar operasi, kamar bersalin,
pengaturan visite ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus (kasus kematian, kasus sulit,
kasus langka, kasus penyakit tertentu), prosedur konsultasi dan lain-lain.
b. Standar Prosedur Operasional pelayanan medik bidang keilmuan/ keprofesian
c. Standar Prosedur Operasional pelayanan medik bidang administrasi
4. SMF yang bekerja sebagai dokter mitra, bertanggungjawab sepenuhnya atas segala bentuk
kerugian yang dialami pasien sebagai akibat dari kesalahan medik yang dilakukan.
B. Staf Medik yang bekerja di rumah sakit dengan status sebagai dokter RSU Raden Mattaher
berhak memperoleh hak sesuai peraturan yang berlaku, meliputi :
1. Penghasilan yang layak berupa gaji, tunjangan dan penghasilan lain yang sah serta jasa
pelayanan sesuai dengan Sistem Remunisasi yang ditetapkan oleh rumah sakit;
2. Kenaikan pangkat, pengembangan karir, cuti tahunan, cuti sakit, cuti hamil, cuti khusus, cuti
alasan penting dan cuti lainnya; c. lingkungan kerja yang sehat serta perlindungan terhadap
kecelakaan kerja;
3. Pemeriksaan kesehatan berkala, rutin dan khusus sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh RSU
Kartini;
4. Uang duka bagi keluarganya apabila meninggal dunia;
5. Penghasilan setelah pensiun;
6. Menggunakan fasilitas yang dimiliki rumah sakit untuk melakukan layanan kesehatan
berdasarkan standar mutu layanan yangh optimal;
7. Meminta konsultasi kepada dokter lain yang tercatat sebagai staf medik rumah sakit; dan
8. Mendampingi dokter tamu (vising doctor) yang tidak tercatat sebagai staf medik rumah sakit,
baik untuk kepentingan konsultasi atau untuk membantu melaksanakan sebagian pekerjaan
yang tidak dapat dilaksanakannya setelah memperoleh izin dari Direktur atau pejabat lain
yang ditunjuk.
C. Staf Medik yang bekerja dirumah sakit dengan status sebagai mitra (attending physician)
konsultan atau dokter tamu (visiting doctor) berhak atas :
1. Penghasilan yang layak sesuai peraturan yang berlaku atau kesepakatan yang dibuat oleh
pihak rumah sakit dengan staf medik yang bersangkutan;
2. Lingkungan kerja yang sehat mendapatkan perlindungan terhdap kecelakaan kerja;
3. Kesempatan untuk merawat pasien di rumah sakit;
4. Penggunaan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit melakukan layanan kesehatan
berdasarkan standar mutu layanan yang tinggi;
5. Kesempatan untuk berkonsultasi dengan dokter lain yang tercatat sebagai staf medik RSUD;
6. Kesempatan untuk mendatangkan dokter tamu (visiting doctor) yang tidak tercatat sebagai
staf medik rumah sakit, baik untuk kepetingan konsultasi atau untuk membantu
melaksanakan sebagian oekerjaan yang tidak dapat dilaksanakannya setelah mendapat izin
dari Direktur atau Pejabat yang ditunjukkan;
7. Kesempatan tidak bekerja untuk sementara waktu karena sakit atau karena alasan-alasan lain
yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB VIII
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILAGE)
1. Pelayanan medis di RSU Raden Mattaher hanya dilaksanakan oleh staf medis yang telah
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege) yaitu izin dan hak khusus untuk melakukan
pelayanan medis tertentu atas rekomendasi dan komite medik setelah dikredensial.
2. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) kepada setiap staf medis sesuai
dengan kompetensinya yang nyata.
3. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut harus melibatkan komite
medik yang dibantu oleh mitra bestarinya (peer group) sebagai pihak yang paling mengetahui
masalah keprofesian yang bersangkutan.
4. Kewenangan klinis (clinical privilege) setiap staf medis dapat saling berbeda walaupun mereka
memiliki spesialisasi yang sama dan harus dirinci lebih lanjut (delineation of clinical privilege).
5. Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi di rumah sakit
ditetapkan oleh komite medik dengan berpedoman pada norma keprofesian yang ditetapkan
oleh kolegium setiap spesialisasi.
6. Komite medik wajib menetapkan dan mendokumentasi syarat-syarat yang terkait dengan
kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan setiap jenis pelayanan medis sesuai dengan
ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedokteran. Dokumentasi syarat untuk melakukan
pelayanan medis tersebut disebut sebagai Buku Putih (white paper).
7. Dalam keadaan tertentu, suatu pelayanan medis tertentu ternyata dilakukan oleh para staf medis
dari jenis spesialisasi yang berbeda maka komite medik wajib menyusun Buku Putih (white
paper) untuk pelayanan medis tertentu tersebut dengan melibatkan mitra bestari (peer group) dari
beberapa spesialisasi terkait.
8. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis seorang staf medis tidak hanya didasarkan pada
kredensial terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, akan tetapi juga didasarkan
pada kesehatan fisik, kesehatan mental, dan perilaku (behavior) staf medis tersebut.
BAB IX
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
Bagian Kesatu
Umum
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan dan pengelolaan asuhan medis seorang pasien.
1. DPJP melakukan pelayanan sesuai dengan keahliannya, dalam era saat ini, pelayanan medis harus
sesuai dengan kompetensinya.
2. Berikaitan dengan hal tersebut diatas, maka masing-masing SMF menetapkan dan mengatur
DPJP nya.
3. Bila melakukan rawat bersama maka ditetapkan salah seorang dokter sebagai Ketua Tim yang
mengkoordinasikan kegiatan, sekaligus menjamin komunikasi dan kesepakatan antar professional
yang menjamin keselamatan pasien.
4. Dokter spesialis wajib bertanggung jawab pada pelayanan dan pengelolaan asuhan medis seorang
pasien yang dirawatnya.
5. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk terjadinya
kejadian yang diharapkan dan tidak diharapkan.
6. Diterapkan metode dan tata laksana agar rumah sakit mampu melakukan evaluasi, analisis, dan
tindak lanjut dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien.
Bagian Kedua
Tujuan
Asuhan medis/ pelayanan pasien dilakukan oleh dokter yang berkompeten sesuai dengan kasusnya/
penyakitnya.
Bagian Ketiga
Kebijakan
1. Ketua kelompok staf medis diberi wewenang untuk menetapkan dan mengatur jadwal dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP).
2. Bila rawat bersama maka ketua tim adalah dokter yang pertama menerima pasien.
3. Dokter umum bisa sebagai DPJP bila mendapat izin dari dokter yang terkait (pasien dengan
kasus bedah harusnya DPJP dokter bedah tapi rumah sakit memberi zin dokter umum sebagai
DPJP atas izin dan tanggung jawab dokter bedah tersebut.
4. Ketentuan kebijakan ditetapkan lebih rinci lagi dengan keputusan Direktur.
BAB X
PENUGASAN KLINIS (CLININAL APPOINTMENT)
1. Direktur menerbitkan Penugasan Klinis (clinical appointment) yaitu surat keputusan untuk
menugaskan staf medis yang bersangkutan untuk melakukan pelayanan medis tertentu di rumah
sakit setelah mendapat rekomendasi rincian kewenangan klinis dari komite medik.
2. Dalam keadaan tertentu direktur dapat menerbitkan surat penugasan klinis sementara (temporary
clinical appointment), misalnya untuk konsultan tamu yang diperlukan sementara oleh rumah sakit.
3. Direktur rumah sakit dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu, atau mengakhiri
penugasan klinis (clinical appointment) seorang staf medis berdasarkan pertimbangan komite medis
atau alasan tertentu.
BAB XI
KOMITE MEDIK
Bagian Kesatu
Nama dan Susunan Organisasi
1. Komite medik dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
2. Susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya tersiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Sub komite
3. Keanggotaan komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan mempertimbangkan
sikap profesional, reputasi dan perilaku.
4. Ketua komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan memperhatikan masukan dari
staf medis yang bekerja di rumah sakit.
5. Sekretaris komite medik dan ketua subkomite ditetapkan oleh direktur rumah sakit berdasarkan
rekomendasi dari ketua komite medik dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang
bekerja di rumah sakit.
6. Anggota komite medik terbagi ke dalam sub komite.
7. Sub komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri dari :
a. Subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf medis.
b. Subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan profesionalisme
staf medis; dan
c. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku
profesi staf medis.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
1. Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di
rumah sakit dengan cara:
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanna medis di
rumah sakit;
b. Memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
2. Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi untuk melaksanakna hal
tersebut:
a. Penyusunan dna pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian;
1) Kompetensi;
2) Kesehatan fisik dan mental;
3) Perilaku;
4) Etika profesi.
c. Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/ kedokteran gigi berkelanjutan;
d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis yang adekuat.
e. Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
f. Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendais kewenangan klinis
kepada komite medik;
g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis
dan adanya peremintaan dari komite medik; dan
h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
3. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki fungsi
untuk melaksanakan hal berikut:
a. Pelaksanaan audit medis;
b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medis;
c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis
rumah sakit tersebut; dan
d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.
4. Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika dan perilakuprofesi staf medis komite medik
memiliki fungsi untuk melaksanakna hal berikut:
a. Pembinaan etika dan disiplin etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
d. Pemberian nasehat/ pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis
pasien.
5. Dalam menjalankan tugas fungsinya, komite medik senantiasa melibatkan mitra bestari untuk
mengambil keputusan profesional.
Bagian Ketiga
Kewenangan Komite Medik
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenangan;
1. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineaction of clinical privilege);
2. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis clinical appointment);
3. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu; dan
4. Memberikan rekomendasi perubahan/ modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege);
5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
6. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
7. Memberikan rekomendasi pendampingan
8. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Bagian Keempat
Pola Hubungan Komite Medik dengan Direktur
1. Direktur rumah sakit menentapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dna fungsi komite medik.
2. Ketua komite medik bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.
3. Komite medik wajib memberikan laporna tahunan dan laporan berkala tentnag kegiatan
keprofesian yang dilakukan kepada direktur.
4. Direktur bersama komite medik untuk menyusun pengaturan layanan medis (medical staff niles and
regulations) agar pelayanan profesional terjamin mulai saat pasien masuk hingga keluar dari rumah
sakit.
Bagian Kelima
Panitia Adhoc
1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia adhoc.
2. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh direktur rumah sakit
berdasarkan asuhan ketua komite medik.
3. Panitia Adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang tergolong
sebagai mitra lestari.
Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berasal
dari rumah sakit lain perhimpunan spesialis/ dokter gigi spesialis, kolegium dokter/ dokter gigi,
kolegium dokter spesialis/ dokter gigi spesialis, dan/ atau institusi pendidikan kedokteran/
kedokteran gigi.
Bagian Kedua.
1. Rapat komite medik terdiri atas rapat rutin, rapat khusus, dan rapat pleno.
2. Setiap rapat komite medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara paritas
kecuali seluruh anggota komite medik yang berhak memberikan suara menolak undangan
tersebut.
Bagian Kedua
Kuorum
1. Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan kepada seluruh anggota
komite medik. Kuorum rapat tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah
pengurus komite medik ditambah satu yangberhak untuk hadir dan memberikan suara.
2. Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.
Bagian Ketiga
Pengambilan Keputusan Rapat
Kecuali telah diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) ini maka:
1. Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat;
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara berdasarkan
suara terbanyak dari anggota yang hadir; dan
3. Dalamhal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang membuat keputusan
hasil rapat
Bagian Keempat
Tata Tertib Rapat
1. Setiap rapat komite medik berhak dihadiri oleh seluruh pengurus komite medik.
2. Rapat dipimpin oleh ketua komite medik atau yang ditunjuk oleh ketua komite medik.
3. Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah ketua.
4. Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
5. Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengna seijin pimpinan rapat.
6. Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
7. Hal-hal yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh ketua sebelum rapat
dimulai.
Bagian Kelima
Notulen Rapat
1. Setiap rapat harus dibuat notulennya.
2. Semau notulen rapat komite medis dicatat oleh sekretaris komite medis atau penggantinya yang
ditunjuk.
3. Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yagn berhak hadir sebelum rapat berikutnya.
4. Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan
notulen tersebut.
5. Notulen rapat ditandatangani oleh ketua komite medik dan sekretaris komite medik pada rapat
berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah.
6. Sekretaris memberikan salinan notulen direktur paling lambat satu minggu setelah ditandatangani
oleh ketua dan sekretaris komite medis.
BAB XII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Tujuan
1. Tujuan umum penetapan SubKomite Kredensial adalah untuk melindungi keselamatan pasien
dengan memastikan bahwa staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit
kredibel.
2. Tujuan khusus penetapan Subkomite Kredensial adalah:
a. Mendapatkan dan memastikan staf medis yang profesional dan akuntabel bagi pelayanan di
rumah sakit;
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (dinical privilege) bagi setiap staf medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran/
kedokteran gigi yang ditetapkan oleh kolegium kedokteran/kedokteran gigi indonesia;
c. Dasar bagi kepala/ direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical
appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
d. Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di hadapan
pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit lainnya.
Bagian Kedua
Konsep Kredensial
1. Setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh staf medis yang
benar-benar kompeten, yang meliputi dua aspek, kompetensi profesi medis yang terdiri dari
pengetahuan, keterampilan dan perilaku profesional serta kompetensi fisik dan metal.
2. Komite medik wajib melakukan verifikasi kembali keabsahan bukti kompetensi seorang dan
menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan pelayanan medis dalam lingkun spesialisasi
tersebut (credentialing).
3. Setelah dilakukan kredensial medis dinyatakan kompeten maka komite medik dan menerbitkan
rekomendasi kewenangan klinis.
4. Dalam hal pelayanan medis seorang staf medis membahayakan pasien maka kewenangan klinis
(clinical privilege) seorang staf medis dapta saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk
melakukan untuk melakukan pelayanan medis terttentu di lingkungan rumah sakit tersebut.
5. Pencabutan kewenangna klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui prosedur tertentu yang
melibatkan komite medik.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
1. Subkomite kredensial di rumah sakti terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf medis
yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari
disiplin ilmu yang berbeda.
2. Pengorganisasian subkomite kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, Sekretaris, dan
anggota yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medik.
Bagian Keempat
Mekanisme Kredensial dan Pemberian Kewenangan Klinis
1. Direktur rumah sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf medis untuk
memperoleh kewenangan klinis.
2. Tahapan pemberian kewenangan klinis meliputi:
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada direktur dengan mengisi
formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan
dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh direktur rumah sakit
kepada komite medik.
c. Kajian terhadpa formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh pemohon.
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia adhoc
dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang
diminta berdasarkan buku putih (white paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc dengan
mempertimbangkan reputasi adanya konflik kepentingan, bidang disiplin, dan kompetensi
yang bersangkutan.
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :
1. Kompetensi;
a. Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yagn disahkan oleh lembaga
pemerintah yang berwenang untuk itu;
b. Kognitif;
c. Afektif;
d. Psikomotor;
2. Kompetensi fisik;
3. Kompetensi mental/ perilaku;
4. Perilaku etis (ethical standing).
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derjat kompetensi dan cakupan praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan cara:
1. Menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari setiap
Kelompok Staf Medis;
2. Mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
3. Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis; dan dilakukan secara
periodik.
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh kimite medik berdasarkan
masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnyamasa berlaku surat penugasan klinis (clinical appointment)
dengan rekomendasi berupa :
1. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan.
2. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah.
3. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi.
4. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu.
5. Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi.
6. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
k. Bagi staf medis yagn ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau menambah
kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada komite medik
melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite medik menyelenggarakan
pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan (proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan klinis:
1. Pendidikan;
a. Lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran luar
negeri dan sudah diregistrasi.
b. Menyelesaikan program pendidikan konsultan.
2. Perizinan (lisensi);
a. Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
b. Memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku;
3. Kegiatan penjagaan mutu profesi;
a. Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya;
dan
b. Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi klinis.
4. Kualifikasi personal;
a. Riwayat disiplin dan etik profesi;
b. Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diikuti;
c. Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat terlarang
dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien;
d. Riwayat keterlibatan dalam tindak kekerasan;
e. Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance)
5. Pengalaman di bidang keprofesian;
a. Riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
b. Riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjadi profesi.
m. Berakhirnya kewenangan klinis;
1. Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis
masa berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit.
2. Surat penugasan klinis untuk setiap staf medis memiliki masa berlaku untuk periode
tertentu.
3. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit melakukan
rekredensial terhadap staf medis yang bersangkutan.
4. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal
sebagaimana diuraikan di atas karena sudah memiliki informasi setiap staf medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
n. Pencabutan perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis;
1. Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja profesi di lapangan misalnya staf medis yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental;
2. Pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang
diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite medik;
3. Kewenangan klinis yang dicabut sebagaimana dimaksud dalam diktum 1) dan 2) diatas
dapat diberikan kembali bila staf medis tersebut dianggap telah pulih kompetensinya;
4. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang staf medis diakhiri, komite medik akan
meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
kompetensi yang bersangkutan pulih kembali.
5. Komite medik dapat merekomendasikan kepada direktur rumah sakit pemberian kembali
kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.
BAB XIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Tujuan
Subkomite mutu profesi berperan dalam menjaga mutu profesi medis dengan tujuan:
1. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis yang
bermutu, kompeten, etis dan profesional;
2. Memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan memelihara
kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis (clinical privilege);
3. Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);
4. Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui upaya pemberdayaan,
evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun
evaluasi kinerja profesiyang terfokus (focused professional practice evaluation);
Bagian Kedua
Konsep Mutu Profesi
1. Kualitas pelayanan medis yang diberikan oleh staf medis sangat ditentukan oleh semua aspek
kompetensi staf medis dalam melakukan penatalaksanaan asuhan medis (medical care management);
2. Untuk mempertahankan mutu dilakukan upaya pemantauan dan pengendalian mutu profesi
melalui :
a. Memantau kualitas, misalnya morning report, kasus sulit, ronde ruangan, kasus kematian
(death case), audit medis, journal reading;
b. Tidak lanjut terhadap temuan kualitas, misalnya pelatihan singkat (short course), aktivitas
pendidikan berkelanjutan, pendidikan kewenangan tambahan.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
1. Subkomite mutu profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf medis
yagn memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari
disiplin ilmu yang berbeda;
2. Pengorganisasian subkomite mutu profesi sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan
anggota, yang ditetapkan oleh dan bertangung jawab kepada ketua komite medik.
Bagian Keempat
Mekanisme Kerja
1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja subkomite
mutu profesi berdasarkan masukan komite medik;
2. Direktur rumah sakit wajib memfasilitasi agar seluruh kegiatan dalam mekanisme menjaga mutu
profesi medis yang meliputi:
A. Audit medis
1. Dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen klinis dalam rangka penerapan tata
kelola klinis yang baik di rumah sakit dan tidak digunakan untuk mencari ada atau
tidaknya kesalahan seorang staf medis dalam satu kasus;
2. Audit medis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua staf medis (no
blaming culture) dengan cara tidak menyebutkan nama (no naming), tidak mempersalahkan
(no blaming), dan tidak mempermalukan (no shaming).
3. Audit medis dilakukan dengan melibatkan bestari (peer group) yang terdiri dari kegiatan
peer-review, surveilance dan assesment terhadap pelayanan medis di rumah sakit;
4. Evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice evaluation) dapat
dilaksanakan di tingkat rumah sakit, komite medik, atau masing-masing kelompok staf
medis.
5. Pelaksanaan audit medis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran penting, yaitu :
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-masing staf
medis pemberi pelayanan di rumah sakit;
b. Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (chlinical privilege) sesuai kompetensi
yang dimiliki;
c. Sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan pencabutan atau
penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege); dan
d. Sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan perubahan/ modifikasi
rincian kewenangan klinis seorang staf medis.
6. Langkah-langkah pelaksanaan audit medis dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit memperhatikan jumah kasus atau
epidemiologi penyakit yang ada di rumah sakit dan adanya keinginan untuk
melakukan perbaikan;
b. Pemilihan dan penetapan topik atau masalah yang ingin dilakukan audit dipilih
berdasarkan kesepakatan komite medik dan kelompok staf medis;
c. Penetapan kriteria dan standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci terkait dengan
topik tersebut;
d. Penetapan jumlah kasus/ sampel yang akan diaudit;
e. Membandingkan standar kriteria dengna pelaksanaan pelayanan;
f. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
g. Kasus-kasus tersebut dianalisa dan didiskusikan apa kemungkinan penyebabnya dan
mengapa terjadi ketidaksesuaian dengan standar.tim pelaksana audit dan Mitra bestari
(peer group) melakukan tindakan korektif terhadap ketidaksesuaian secara kolegial, dan
menghindari blaming culture. Hal ini dilakukan dengan membuat rekomendasi
supaya perbaikannya, cara-cara pencegahan dan penanggulangan, mengadakan
program pendidikan dan latihan, penyusunan dan perbaikan prosedur yang ada dan
lain sebagainya;
h. Rencana reaudit untuk topik yagn sama untuk mengetahui apakah suda ada upaya
perbaikan;
i. Memilih topik yang lainnya.
C. Memfasilitasi Proses Pendampingan (Proctoring) bagi Staf Medis yang membutuhkan dengan
rincian sebagai berikut:
1. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf medis yang akan mendampingi staf
medis yang sedang mengalami sanksi disiplin/ mendapatkan pengurangan clicinal privilege.
2. Komite medik berkoordinasi dengan direktur rumah sakit untuk memfasilitasi semua
sumberdaya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring) tersebut.
BAB XIV
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Tujuan
Subkomite etika dan disiplin profesi komite medik di rumah sakit dibentuk dengan tujuan:
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak
layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinicalcare); dan
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit.
Bagian Kedua
Konsep Etika dan Disiplin Profesi
1. Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit harus menerapkan prinsip-
prinsip profesionalisme kedokteran sehingga dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik
sehingga pasien akan memperoleh asuhan medis yang aman dan efektif.
2. Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan melaksanakan program
pembinaan profesionalisme kedokteran dna upaya pendisiplinan berperilaku profesional staf
medis di lingkungan rumah sakit.
3. Dalam penanganan asuhan medis tidak jarang dijumpai kesulitan dalam pengambilan keputusan
etis sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang dapat membantu memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis tersebut.
4. Pelakasnaan keputusan subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit merupakan upaya
pendisiplinan oleh kimite medik terhadap staf medis di rumah sakit yang bersangkutan.
5. Landasan kerja Subkomite ini antara lain:
a. Peraturan internal rumah sakit;
b. Peraturan internal staf medis;
c. Etik rumah sakit, norma etika medis dengan norma-norma beretika.
6. Tolak ukur dalam upaya pendispilinan perilaku profesional staf medis, antara lain adanya:
a. Pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
b. Prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. Daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white paper) di rumah
sakit;
e. Kode etik kedokteran Indonesia;
f. Pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan praktik kedokteran yang
baik);
g. Pedoman pelanggaran disiplin kedokteran;
h. Pedoman pelayanan medik/ klink;
i. Standar prosedur operasional asuhan medis.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
1. Subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
staf medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
2. Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris, dan anggota yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medik.
Bagian Keempat
Mekanisme Kerja
1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja subkomite
disiplin dan etika profesi berdasarkan masukan komite medis.
2. Direktur rumah sakit menyediakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini
dapat terselenggara.
3. Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua subkomite
etika dan disiplin profesi.
4. Panel terdiri dari 3 (tiga) orang staf medis atau lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai
berikut:
a. 1 (satu) orang dari sub komite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu yang
berbeda dari yang diperiksa;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengna yang diperiksa dapat
berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik atas permintaan komite medik
dengan persetujuan direktur rumah sakit;
c. Panel tersebut juga melihat mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit. Pengikutsertaan
mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh
rumah sakit berdasarkan rekomendasi komite medik.
5. Program atau kegiatan yang harus dilakukan Subkomite Etika dan Disiplin Profesi meliputi:
a. Upaya Pendisiplinan Perilaku Profesional, dengan mekanisme pemeriksaan sebagai berikut:
1) Sumber Laporan
a) Notifikasi (laporan) yang berasal dari perorangan, antara lain :
(1) Manajemen rumah sakit;
(2) Staf medis lain;
(3) Tenaga kesehatan lain atau tenaga non kesehatan;
(4) Pasien atau keluarga pasien.
b) Notifikasi (laporan) yang berasal dari non perorangan berasal dari:
(1) Hasil konferensi kematian;
(2) Hasil konferensi klinik.
2) Dasar Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi, dengan keadaan dan situasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin profesi oleh seorang staf medis
adalah hal-hal yang menyangkut, antara lain:
a) Kompetensi klinis;
b) Penatalaksanaan kasus medis;
c) Pelanggaran disiplin profesi;
d) Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran di rumah sakit;
e) Ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumahs akit yang dapat membahayakan
pasien.
3) Pemeriksaan
a) Dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi;
b) Melalui proses pembuktian;
c) Dicatat oleh petugas sekretariat komite medik;
d) Terlapor dapat didampingi oleh personil dari rumah sakit tersebut;
e) Panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai kebutuhan;
f) Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi bersifat tertutup dan
pengambilan keputusan bersifat rahasia.
4) Keputusan
a) Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin profesi diambil
berdasarkan suara terbanyak, untuk menentukan ada atau tidak pelanggaran disiplin
profesi kedokteran di rumah sakit;
b) Bagaimana terlapor merasa keberatan dengan keputusan panel, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatannya dengan memberikan bukti baru
kepada subkomite etika dan disiplin yang kemudian akan membentuk panel baru;
c) Keputusan ini bersifat final dan dilaporkan kepada direksi rumah sakit melalui
komite medik.
5) Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional, pemberian rekomendasi tindakan
pendisiplinan profesi pada staf medis oleh subkomite etika dan disiplin profesi di rumah
sakit berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
c) Bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh yang mempunyai kewenangan
untuk pelayanan medis tersebut;
d) Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
6) Pelaksanaan Keputusan, ketua komite medik memberikan rekomendasi hasil keputusan
subkomite etika dan disiplin profesi tentang pemberian tindakan disiplin profesi
diserahkan kepada direktur rumah sakit untuk ditindaklanjuti.
BAB XV
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Nama dan Susunan Organisasi
1. Komite keperawatan dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit;
2. Susunan organisasi komite keperawatan sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Subkomite.
3. Keanggotaan komite keperawatan ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan perilaku.
4. Ketua komite keperawatan ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan memperhatikan
masukan dari staf perawat yang dbekerja di rumah sakit.
5. Sekretaris komite keperawatan dan ketua subkomite ditetapkan oleh direktur rumah sakit
berdasarkan rekomendasi dari ketua komite keperawatan dengan memperhatikan masukan dari
staf keperawatan yang bekerja di rumah sakit.
6. Anggota dipilih dari perwakilan bidang keahlian dan kelompok tenaga keperawatan, misalnya
medikal bedah anak, kritikal dan kelompok perawat klinik, peer manager, dll.
Bagian Kedua
Prinsip Kegiatan, Tujuan dan Peran
A. Prinsip kegiatna komite keperawatan
Prinsip sinergisme yang memperlihatkan thinking power kelompok terpilih untuk bersama-sama
berupaya memperoleh keluaran yang lebih efektif.
Tenaga keperawatan profesional diberdayakan untuk berkontribusi secara kolektif terhadap
proses pengambilan keputusan yangberhubungan dengan pelayanan keperawatan.
B. Tujuan pembentukan komite keperawatan
Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan:
1. Mengorganisasi kegiatan pelayanan keperawatan melalui penggabungan pengetahuan
keterampilan dan ide-ide.
2. Mengggabungkan sekelompok orang yang menyadari pentingnya sinergi dan kekuatan
berpikir agar dapat memperoleh output yang paling efektif.
3. Meningkatkan otonomi tenaga keperawatan dalam pengolahan pelayanan keperawatan di RS.
C. Peran komite keperawatan
1. Fasilitator pertumbuhan dan perkembangna profesi melalui kegiatan yang terkoordinasi.
2. Tim kendali mutu untuk mempertahankan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman.
3. Problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang terkait dengan etik dan sikap
moral perawat.
4. Investigator, kelompok peneliti yang mengkaji berbagai aspek keperawatan untuk
meningkatkan pelayanan.
5. Implementator, menjami diterapkan standar praktek, asuhan, dan prosedur.
6. Human relation team, menjamin hubungan kerja dengan staf.
7. Designer/ implementator/ pemantau dan evaluator ide baru.
8. Komunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi terhadap hasil kerja staf.
Bagian Ketiga
Fungsi Komite Keperawatan
A. Dalam kaitan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit
1. Menjamin tersedianya norma-norma: standar praktek/asuhan/prosedur keperawatan sesuai
lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting asuhan di seluruh area keperawatan.
2. Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu keperawatan tingkat
rumah sakit, menetapkan alat-alat pemantauan, besar sampel, nilai batas, metodologi
pengumpulan data, tabulasi, serta analisa data.
3. Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi keperawatan, jenis kegiatan,
jadwal pemantauan dan evaluasi, penanggung jawab pelaksana.
4. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana rumah sakit untuk
menemukan kecenderungan dan pola kinerja yang berdampak pada lebih dari satu
departemen atau pelayanan.
5. Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada semua yang terkait,
misalnya komite mutu rumah sakit.
6. Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait dengan keprofesionalan
tenaga dan asuhan dalam sistem pemberian asuhan misalnya sistem pelaporan pasien,
penugasan staf.
7. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
8. Berpartisipasi dalam komite mutu tingkat rumah sakit.
9. Mempertahankan keterkaitan antara teori, riset dan praktek.
B. Dalam kaitan dengan anggota
1. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional tenaga keperawatan.
2. Merumuskan norma-norma, harapan dan pedoman perilaku.
3. Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
4. Memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kinerja anggota.
5. Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika profesi keperawatan.
6. Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
7. Merumuskan sistem rekrutmen dan retensi staff.
Bagian Keempat
Tugas dan Peran Komite Keperawatan
A. Garis besar tugas komite keperawatan
1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di RS.
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Menyusun model praktek keperawatan profesional.
4. Memantau dan membina perilaku etika dan profesional tenaga keperawatan.
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dan perilaku yang baik.
6. Bekerja sama dengan direktur bidang keperawatan dalam merencanakna program untuk
mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan
sejalan dengan rencana strategi RS.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenagan profesi bagi tenaga keperawatan
yang akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan,menyampaikan laporan kegiatan
Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali) kepada seluruh tenaga keperawatan RS.
B. Peran Organisasi Komite Keperawatan
1. Ketua Komite
Tujuan : memberi kepemimpinan dan arah kepada sub komite.
Lingkup tugas:
a. Mereview berbagai isu yang disajikan dan merujuk ke sub komite yang sesuai.
b. Menjaga dan merekomendasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
c. Memberi bimbingan dan dukungan kepada sub komite.
d. Memfasilitasi proses penetapan tujuan tahunan sub komite.
e. Mereview jadwal operasional tahunan.
Bagian Kelima
Hubungan dengan Direktur
Hubungan komite dengan Direktur/Bidang Keperawatan:
Komite mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu direktur dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Hubungan komite dengan Direktur/ Bidang keperawatan bukan hubungan atasan-
bawahan, melainkan hubungan kerjasama, koordinasi, kemitraan, dan saling menguatkan.
BAB XVI
PEMBINAAN PROFESIONALISME MEDAN ETIKA
Pembinaan Profesionalisme Kedokteran
1) Subkomite etika dan disiplin profesi menyusun materi kegiatan pembinaan profesionalisme
kedokteran.
2) Pelaksanaan pembinaan profesionalisme kedokteran dapat diselenggarakan dalam bentuk
ceramah diskusi simposium, lokakarya, dsb yang dilakukan oleh unit kerja rumah sakit terkait
seperti unit pendidikan dan latihan, komite medik dan sebagainya.
BAB XVII
MUTU ASUHAN PROFESIONAL KEPADA PASIEN
Bagian Kesatu
Pemeliharaan Rekam Medis
1. Staf medis harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin kelengkapan rekam
medis tiap pasien yang ditanganinya di RSU Raden Mattaher Jambi terpelihara dengan baik,
adekuat dan dalam waktu yagn secukupnya;
2. Pelanggaran atas ketentuan ini, staf medis dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengiriman Jaringan untuk Pemeriksaan Patologi
1. Staf medis wajib mengirimkan jaringan yagn dikeluarkan pada waktu operasi untuk pemeriksaan
patologi;
2. Staf medis melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti pada waktu masuk rawat dan
mencatat diagnosa pra-bedah.
Bagian Ketiga
Kesempatan Konsultasi
Staf medis wajib membeberkan kesempatan yang cukup bagi pasien yagn hendak melakukan
konsultasi mengenai penyakit dan/ atau keluhan yang dideritanya sebelum dilakukan upaya medis.
Bagian Keempat
Persetujuan Tindkan Medis
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadpa pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan
yagn diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
4. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang dibuat dalam bentuk pernyataanyagn tertuang dalam formulir khusus yang dibuat
untuk itu dan ditandantangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
5. Tindakan kedokteran yagn tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat diberikan dengan perstujuan lisan dan diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk
gerakan menganggukkan kepala yang dapta diartikan sebagai ucapan setuju.
6. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
7. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran, tindakan yang dilakukan dicatat di
dalam rekam medik, dan dokter atau dokter gigi wajib membeberkan penjelasan sesegera
mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.
8. Dokter dan/ atau staf medis yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab
utama memberikan informasi dan penjelasan yagn diperlukan kepada pasien dan/ atau keluarga
pasien.
9. Informasi dan penjelasan atas persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yagn dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
f. Perkiraaan pembiyaan.
BAB XVIII
AMANDEMEN
1. Hospital By Law dan Medical Staff by Laws akan ditinjau ulang secara periodik untuk menilai apakah
masih relevan dengan kemajuan jaman dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Peninjauan ulang dapat dilakukan atas inisiatif dari Kepala Daerah Propinsi Jambi maupun dari
Direktur atas usulan dari Komite Medis maupun dari Komite Keperawatan.
3. Hospital by Law dan Medical Staff by Laws dapat diamendemen melalui rapat khusus dari
Pemerintah Daerah Propinsi Jambi dan Direktur Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi
BAB XIX
PEMBIAYAAN
Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan peraturan ini dibebankan pada anggaran Rumah Sakit
Umum Raden Mattaher Jambi dan Pemerintah Daerah.
BAB XX
PENGESAHAN
1. Pengesahan Hospital By Law dan Medical Staff by Laws dan amandemen Hospital By Law dan Medical
Staff by Laws dilakukan melalui musyawarah dan mufakat di Rapat Khusus dari Kepala Daerah
Propinsi Jambi dan Direktur Rumah Sakit Umum Rden Mattaher Jambi
2. Bila tidak didapatkan sepakat akan dilakukan voting dengan suara terbanyak.
3. Hospital By Law dan Medical Staff by Laws ditetapkan dan ditanda tangani oleh Direktur Rumah
Sakit Umum Raden Mattaher Jambi dan diketahui oleh Kepala Daerah Propinsi Jambi
BAB XXI
ATURAN PERALIHAN
1. Hospital By Law dan Medical Staff by Laws akan berlaku efektif paling lama setelah 30 hari sejak
ditetapkan secara sah oleh Pemerintah Propinsi Jambi
.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
1. Hospital By Law dan Medical Staff by Laws ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Semua peraturan Rumah Sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya Hospital By Law dan Medical
Staff by Laws ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Internal
ini.