Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER

EKONOMI LAYANAN KESEHATAN

Nama: dr. Rizky Gumelar Pramudika


NPM: 216080073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
1. Tentukan klasifikasi biaya sesuai dengan dasar pengelompokannya !

No Biaya Fungsi dan lama Aktivitas sumber Skala


pemakaian alat biaya produksi
1. Gaji Direktur Operasional cost Indirect cost Fix cost
2. Jasa dokter Operasional cost Direct cost Variable cost
3. Air poli HD Operasional cost Direct cost Variable cost
4. Obat anaestesi di OK Operasional cost Direct cost Variable cost
5. Biaya Penelitian Operasional cost Indirect cost Fix cost
6. Pembelian spare part ventilator Maintenance cost Direct cost Fix cost

7. Renovasi gedung rawat jalan Maintenance cost Indirect cost Fix cost

8. Pemakaian listrik diruang rawat Operasional cost Indirect cost Fix cost
9. Pengelolaan limbah medik Operasional cost Indirect cost Variable cost
10 Biaya laundry pakaian pasien Operasional cost Direct cost Variable cost
2. Rumah sakit “ SEHAT” membeli mesin EKG dengan nilai investasi Rp
2.000.000.000 dengan umur ekonomis 6 tahun. Berapa nilai investasi setiap
tahunan dari alat tersebut sampai selesai dengan inflasi 10% ?

Jika tarif pemeriksaan EKG sebesar Rp 300.000 dengan volume pemeriksaan rata-
rata 2.500 pasien, kapan Back Periode untuk BEP alat tersebut

Jawaban:

1. Nilai Investasi awal EKG : 2.000.000.000


Umur ekonomis alat : 6 tahun
Nilai Inflasi : 10%

INFLASI 10%=0,1
DENGAN
DEPRESIASI
EKG 2.000.000.000 INVESTASI BEP TOTAL
PELAYANAN
UMUR TAHUN
1 366.666.666 750.000.000
2 400.000.000 750.000.000
3 433.333.333 750.000.000
4 500.000.000 750.000.000
5 533.000.000 BEP TAHUN KE-5
6 600.000.000 Tabungan Investasi 3.000.000.000

TOTAL 2.832.999.999 BEP PELAYANAN


TAHUN KE-4
ASUMSI Pelayanan Sama
Tarif USG 300.000,-
Volum Pemeriksaan pertahun 2500 pasien

Perhitungan Tanpa Depresiasi


BEP
Biaya Investasi: 2.000.000.000 BEP Total Pelayanan =
2.000.000.000 PendapatanPengeluaran
1 333.333.333 750.000.000
2 333.333.333 750.000.000
3 333.333.333 750.000.000
4 333.333.333
5 333.333.333
6 333.333.333 BEP-TAHUN
KE 6
TOTAL 2.000.000.000 2.250.000.000

BEP PELAYANAN
TAHUN KE-3
3. Dalam masa era disrupsi 4.0, maka semua organisasi di dunia dari berbagai bidang
termasuk bidang perumah sakitan akan mengahadapi perubahan yang tidak dapat
dipastikan. Dapatkah anda jelaskan bagaimana cara kita menghadapi perubahan
tersebut dan mengatur arah kebijakan RS dimasa peruahan tersebut ?

Jawaban:

Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama Revolusi Industri 4.0. Klaus (Shwab,
2016) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan bahwa dunia telah mengalami 4
tahapan revolusi, yaitu:
 Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga
memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal
 Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang
membuat biaya produksi menjadi murah
 Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan
komputerisasi
 Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa
intelegensia dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas
manusia dan mesin.

Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir,
hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang
yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik.

Transformasi digital telah berperan dalam hal revolusi berbagai industri, khususnya dalam
bidang kesehatan. Teknologi di bidang kesehatan memungkinkan seorang individu untuk
mendapatkan hidup yang lebih sehat, usia harapan hidup yang lebih panjang, dan kehidupan
yang lebih produktif. Sebagai contoh, pada tahun 2015, telemedicine diakses oleh lebih dari satu
juta penduduk. Angka ini meningkat secara signifikan di tahun 2018, dimana jumlah penduduk
yang mengakses telemedicine telah mencapai 7 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa
teknologi telah memberdayakan pasien bahkan sampai di area terpencil sekalipun untuk
mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Selain telemedicine, beberapa teknologi kesehatan lainnya di era industri 4.0 yang sudah
berkembang dan dimanfaatkan oleh berbagai fasilitas pelayanan antara lain adalah artificial
intelligence/ kecerdasan artifisial, blockchain, IoT (internet of things), dan pelayanan robotic.
Dari fakta ini, muncul pemikiran bahwa teknologi yang dimanfaatkan secara optimal akan
memberikan insight atau masukan yang sangat berguna terhadap kemajuan bisnis. Analisis data
yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat,
meningkatkan efektifitas sumber daya manusia, meningkatkan kualitas pelayanan, dan
mengurangi biaya layanan kesehatan. 

Berbagai tren perkembangan transformasi digital juga telah membentuk pola pikir beberapa


fasilitas kesehatan dan stakeholder di Indonesia untuk turut ambil bagian dalam proses
perkembangannya. Berikut dipaparkan beberapa tren digital di era kesehatan 4.0 ini:
 Meningkatnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan
 Pentingnya pemanfaatan big data dalam pelayanan kesehatan
 Mengobati pasien dengan teknologi VR (virtual reality)
 Alat kesehatan yang wearable (dapat dipakai manusia)
 Pelayanan berbasis analisis prediktif
 Perkembangan Artificial Intelligence
 Blockchain dan rekam medis elektronik

Big data muncul sebagai kumpulan data baru dengan volume besar yang berubah dengan
cepat, sangat kompleks dan bahkan melampaui jangkauan kemampuan analisis lingkungan
perangkat keras dan perangkat lunak yang umum digunakan untuk pemrosesan data. Peranan big
data tidak terlepas dari manfaatnya dalam tren analisis prediktif. Analisis prediktif merupakan
kemampuan analitik yang biasanya digunakan untuk memberikan prediksi atau estimasi atau
memperkirakan suatu kejadian yang akan datang yang berguna dalam pengambilan keputusan di
masa sekarang. Analisis prediktif merupakan teknik yang menggabungkan
kemampuan modelling, data mining, dan statistik serta artificial intelligence (AI) untuk
melakukan evaluasi historical dan real time data serta membuat prediksi akan masa depan.
Beberapa manfaat nyata yang diperoleh dengan analisis prediktif yaitu
meningkatkan efisiensi manajemen operasional, akurasi diagnosis dan pengobatan kedokteran,
serta mendapatkan insight atau gambaran untuk meningkatkan pengobatan di masa depan.

Kemajuan adopsi teknologi dalam sektor pelayanan kesehatan memberikan dampak positif


yang sangat besar terhadap proses praktik medis di Indonesia. Beberapa batu loncatan yang
sudah berhasil dikerjakan antara lain rekam medis elektronik, akses pemanfaatan big data dan
penyimpanan di sistem cloud (komputasi awan), software yang sangat maju dan berkembang,
serta teknologi aplikasi yang bisa digunakan di smartphone. Manfaat yang diperoleh dari
perkembangan ini yaitu kemudahan proses kerja, akses yang lebih cepat terhadap segala
informasi, penurunan biaya kesehatan, peningkatkan kesehatan publik dan kualitas hidup
masyarakat.

Tantangan terhadap sistem transformasi digital di pelayanan kesehatan seringkali berasal dari


aspek non-teknis. Menurut Harold F. Wolf, presiden dan CEO dari Healthcare Information and
Management Systems Society (HIMSS), perubahan kultur kerja seringkali menjadi hambatan
dalam pengembangan sistem tersebut. Banyak tantangan dari segi mindset atau pola pikir,
struktur organisasi, dan tata kelola organisasi. Berikut ini dipaparkan beberapa kondisi penting
yang dapat menjadi tantangan bagi penyelenggara kesehatan agar dapat mewujudkan sistem
transformasi digital yang sukses di negaranya. Adapun kondisi atau tantangan yang perlu
dihadapi antara lain:

 Peran pemerintah dalam mempromosikan sistem transformasi digital di pelayanan


kesehatan.

 Perlunya regulasi baru yang jelas dalam mengatur sistem transformasi digital.

 Sistem pelayanan kesehatan perlu berfokus kepada kebutuhan pasien.

 Peningkatakan manajemen pengetahuan sumber daya manusia.

 Investasi jangka panjang dibutuhkan untuk kesuksesan pembangunan transformasi


digital.
 Modernisasi sistem informasi teknologi (IT) dalam organisasi.

 Keamanan dan proteksi data, penyimpanan data serta kepatuhan sistem terhadap
regulasi yang ada.

Kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh pihak-pihak manajemen RS dalam


mengembangkan sistem transformasi digital terutama dalam hal pengisian data di fasilitas
pelayanan masing-masing antara lain:

1. Rumah sakit membutuhkan regulasi yang jelas dari pemerintah yang mengatur, dalam
hal:

 Sistem komputasi (cloud)


 Jumlat IT minimal dalam suatu RS yang menjadi acuan
 Kerahasiaan data dan prtoeksi dalam rekam medik elektronik
 Perlindungan konsumen terhadap pelayanan kesehatan berbasis online

2. Rumah sakit memerlukan kejelasan mengenai hukum perlindungan data pribadi untuk
melindungi data privasi konsumen yang terdapat di dalam Patient Health Record (PHR)
dan big data di sistem cloud.

3. Rumah sakit terutama RS swasta membutuhkan dukungan finansial dari pemerintah,


misalnya dengan pembuatan aplikasi teknologi kesehatan yang dapat diperoleh secara
gratis dan mudah digunakan.

4. Rumah sakit membutuhkan kemudahan mengakses sumber data untuk digunakan sebagai
data sharing. Integrasi data yang komprehensif dibutuhkan antar rumah sakit untuk
melakukan kegiatan ini. Di samping itu, perlunya himbauan agar semua RS berkewajiban
dan segera menerapkan SIMRS dari Kemenkes dalam organisasinya.
5. Rumah sakit membutuhkan sistem pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) terutama
tim programmer IT dan dokter pelaksana yang melayani pasien sehari-hari.
6. Rumah sakit terutama pihak pimpinan membutuhkan data untuk melakukan analisis
efisiensi organisasi. Data tersebut diharapkan dapat diperoleh secara cepat dan valid
sehingga dibutuhkan sistem penyimpanan dan pengolahan data yang optimal.

Berikut adalah kisi-kisi manajemen rumah sakit dalam menghadapi era globalisasi 4.0, yaitu:

 Pemberdayaan SDM di RS terkait peningkatan manajemen pengetahuan dan


keterampilan akan pentingnya SIMRS dan hal-hal yang berhubungan dengan sistem
transformasi digital, terutama kepada: IT dan dokter pelayanan medis.
 Kewajiban dan monitoring semua RS untuk segera menerapkan SIMRS dari
Kemenkes sehingga semua RS bisa memiliki sumber data yang sama.
 Keterbukaan RS untuk melakukan data sharing dengan pemerintah dan pihak terkait
lainnya guna tercapainya integrasi data yang komprehensif. Pada akhirnya, data dapat
dianalisis untuk melakukan evaluasi bisnis serta meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat.
 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengolahan dan analisa
data untuk mendapatkan insight mengenai kelemahan dan kekuatan organisasi
sehingga pada akhirnya akan digunakan oleh para decision maker untuk
mengembangkan bisnis yang ada.

Dari semua perubahan dan tantangan manajemen rumah sakit di era digital atau 4.0
diharapkan dapat meningkatkan komitmen penerapan SIMRS, manajamen pengetahuan analisis
big data dan sistem cloud, serta pemberdayan sumber daya manusia di dalam organisasi.
Rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal terwujudnya sistem kesehatan
berbasis digital yang mampu memberikan layanan kesehatan berkualitas untuk masyarakat
Indonesia.
4. Mohon dijelaskan apa yang dimaksud dengan hukum penawaran dan hukum
permintaan, apa saja yang mempengaruhi dan jelaskan juga apa yg dimaksud
dengan elastic demand dan inelastic demand. Mengapa kedua hal tersebut
memungkinkan terjadi dalam pelayanan kesehatan ?

Jawaban:

Hukum permintaan dan penawaran merupakan teori yang menjelaskan tentang interaksi
atau transaksi antara penjual yang menjual sebuah barang dan pembeli yang menginginkan
barang tersebut. Teori ini dibuat untuk mendefinisikan pengaruh keinginan atas suatu produk
atau barang tertentu terhadap harga jual produk tersebut.

Hukum ini merupakan salah satu hukum dasar dalam dunia perekonomian. Dalam
kehidupan nyata permintaan dan penawaran merupakan dua hal yang saling berlawanan hingga
nantinya pasar akan menemukan harga yang seimbang. Permintaan ataupun penawaran dapat
meningkat atau menurun, hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh banyak faktor.

Hukum Dasar Permintaan dan Penawaran

Kedua hal tersebut didasari oleh empat hukum. Hukum-hukum inilah yang dijadikan
sebagai pondasi dari teori ini. Hukum-hukum ini bisa dijadikan sebagai acuan oleh para pelaku
ekonomi untuk menjalankan usahanya. Karena di dalam hukum-hukum ini terdapat hal-hal yang
akan terjadi jika sesuatu terjadi.

Jadi para pelaku usaha dapat mengetahuinya dari hukum-hukum ini. Untuk mengetahui lebih
lanjut berikut adalah pembahasannya hukum dasar penawaran pada berbagai keadaan:

 Saat penawaran meningkat: Jika penawaran terhadap suatu barang meningkat, maka harga
yang ditawarkan akan semakin tinggi.
 Ketika penawaran menurun: Jika penawaran terhadap suatu barang menurun, maka harga
yang ditawarkan akan semakin rendah.
 Saat permintaan meningkat: Jika harga suatu produk sedang rendah, maka jumlah produk
yang diminta akan bertambah.
 Ketika permintaan menurun: Jika harga suatu produk naik, maka jumlah produk yang
diminta akan menurun.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turun atau naiknya permintaan maupun
penawaran. Faktor yang dapat mempengaruhi permintaan yakni berubahnya harga suatu produk,
pilihan dari konsumen, dan jumlah produk pengganti yang tersedia. Contohnya adalah saat harga
sebuah skincare dan make up sedang turun, maka permintaan terhadap skincare dan make up
tersebut menjadi meningkat.

Faktor yang mempengaruhi penawaran dibagi menjadi dua yakni faktor utama dan faktor
pendukung. Untuk faktor utama terdiri dari kapasitas atau kemampuan untuk memproduksi,
bahan baku dan tenaga kerja yang termasuk dalam biaya produksi, dan yang terakhir adalah
jumlah pesaing yang berpengaruh secara langsung.

Faktor pendukung yakni persediaan bahan baku, cuaca, dan luasnya jaringan pasokan.
Itulah tadi faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran. Faktor-
faktor itu seperti dasar terjadinya hukum penawaran dan permintaan.

Elastic Demand dan Inelastic Demand

Elastisitas permintaan atau price elasticity of demand (PED) adalah ukuran perubahan


jumlah permintaan barang (jumlah barang akan dibeli oleh pembeli) terhadap perubahan harga
barang itu. Pada umumnya, jika harga barang naik, kesediaan pembeli untuk membeli barang
tersebut akan menurun. Namun, tingkat perubahan ini berbeda-beda: untuk barang tertentu,
kenaikan harga yang kecil akan pengakibatkan permintaan turun dengan drastis, sedangkan
untuk barang lain pembeli tetap bersedia membelinya sekalipun harganya naik dengan tajam.
Dalam ilmu ekonomi, perbedaan ini diukur sebagai elastistias. Lebih gamblangnya, elastisitas
permintaan menunjukkan persentase perubahan jumlah permintaan jika terjadi kenaikan harga
1% dan semua hal lain tetap sama.

Karena jumlah permintaan hampir selalu turun jika harga naik, elastisitas permintaan
biasanya bernilai negatif, walaupun para praktisi kadang tidak menulis tanda negatif tersebut.
Permintaan suatu barang dikatakan bersifat elastis jika elastisitasnya lebih besar dari 1, artinya
kenaikan harga sebesar 1% menghasilkan penurunan permintaan yang lebih besar dari 1%.
Sebaliknya, permintaan inelastis adalah permintaan dengan elastisitas lebih kecil dari 1. Selain
itu, terdapat klasifikasi permintaan elastis sempurna memiliki elastisitas ∞ elastis
uniter (elastitas 1), inelastis sempurna (0) dan elastis sempurna (∞). Segelintir barang memiliki
elastisitas positif, sehingga merupakan anomali hukum permintaan, misalnya barang-barang
yang merupakan simbol status ("Barang Veblen") atau Barang Giffen.

Dalam teori ekonomi, pendapatan penjual mencapai titik maksimal saat harga diatur


sedemikian rupa sehingga elastisitas permintaannya menjadi uniter (1). Elastisitas permintaan
juga dapat digunakan untuk memprediksi efek atau beban yang ditimbulkan oleh pajak terhadap
barang tersebut. Terdapat beberapa metide untuk mengukur elastisitas permintaan di dunia nyata,
termasuk analisis data rekaman penjualan, model-model yang dihasilkan oleh survei konsumen,
serta analisis gabungan dari peringkat acuan konsumen.

Pelayanan kesehatan adalah upaya, pekerjaan atau kegiatan kesehatan yang ditujukan
untuk mencapai derajat kesehatan perorangan/ masyarakat yang optimal/ setinggi-tingginya.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi
yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung
terhadap demand akan kesehatan sendiri.

Cara Mengukur Demand Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Riset pasar
2. Forcasting demand

Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan

1. Insiden penyakit atau penyakit yang dirasakan


2. Peran provider (dokter) dalam permintaan terhadap pelayanan kesehatan
3. Karakteristik budaya-demografi
4. Factor ekonomi

Demand creation (penciptaan permintaan) yaitu permintaan yang diciptakan karena terjadi
suatu keadaan dimana dokter berperan sebagai penasehat pasien namun memiliki kepentingan
pribadi yang bertentangan yaitu sebagai penyedia pelayanan kesehatan.

Cara mengurangi demand creation, antara lain:

1. Meningkatkan Pengetahuan Pasien


2. Pengurangan Jumlah Operasi yang Tidak Perlu
3. Dorongan Financial
4. Mengubah biaya Reimbursment menjadi Kapitation

Anda mungkin juga menyukai