Anda di halaman 1dari 6

METODE INFERENSI

Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah: Manajemen Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

Dosen: Dr. dr. Lili Indrawati, M.Kes.

dr. Rizky Gumelar Pramudika

NPM: 216080073

Kelompok 1

Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit

Universitas Respati Indonesia

Penyimpulan / Inferensi
I. Definisi
Inferensi adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang
diketahui. Inferensi juga dikatakan suatu konklusi logis atau implikasi berdasarkan
informasi yang tersedia. Istilah inferensi digunakan untuk menunjukkan dari hal yang
khusus menuju ke hal yang umum.

Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks


penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur
adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang
terkatakan (eksplikatur). Inferensi terdiri dari tiga hal, yaitu inferensi deduktif, inferensi
elaboratif, dan inferensi percakapan.

II. Jenis – Jenis Inferensi

2.1 Inferensi Induksi


Penarikan kesimpulan (inferensi) dari premis terhadap konklusinya bisa benar
tetapi juga bisa salah, karena premisnya masih “mungkin”. Inferensi dari premis
menuju konklusi yang hanya berdasarkan atas kemungkinan saja dinamakan
inferensi induksi.
2.2 Inferensi Deduksi
Penarikan kesimpulan berdasarkan pemberian alasan logik dimana kesimpulan
harus berdasarkan premis.
2.3 Inferensi Intuisi
Pengambilan kesimpulan tanpa teori yang menjamin atau mendasari. Jawaban
muncul melalui pola acak atau secara tidak disadari.
2.4 Inferensi Heuristic
Pengambilan kesimpulan berdasarkan aturan yang didasari oleh pengalaman.
Digunakan dalam pengambilan keputusan yang cepat.
2.5 Inferensi Generate & Test
Pengambilan kesimpulan berdasarkan perencanaan. Menggunakan metode trial &
error.
2.6 Inferensi Abduksi
Pemberian alasan Kembali dari kesimpulan yang benar ke premis. Merupakan
bentuk dari proses deduksi yang mengijinkan inferensi plausible. Plausible
dimaksudkan konklusi mungkin bisa mengikuti informasi yang tersedia, tetapi
juga bisa salah.
2.7 Inferensi Default
Pengambilan kesimpulan berdasarkan pengetahuan umum.
2.8 Inferensi Autoepistemic
Pengambilan keputusan atau kesimpulan berdasarkan pengetahuan pribadi.
2.9 Inferensi Non-Monotonic
Pengetahuan yang belum tentu benar atau mungkin tidak benar jika bukti baru
didapatkan.
2.10 Inferensi Analogi
Kesimpulan berdasarkan pada persamaan pada situasi yang sudah ada
sebelumnya. Biasanya digunakan untuk membantu memahami situasi baru atau
objek baru.

III. Inferensi Resolusi & Non Resolusi


3.1 Resolusi
Strategi inferensi yang digunakan pada sistem logika untuk menentukan kebenaran
dari suatu penegasan.

3.2 Non-Resolusi
Pada resolusi , tidak ada pembedaan dalam antara tujuan, premis, ataupun aturan.
Semua dianggap sebagai aksioma dan diproses dengan cara resolusi untuk
inferensi. Cara ini dapat menyebabkan kebingungan karena menjadi tidak jelas apa
yang ingin dibuktikan. Non-resolusi menjadi solusi dalam masalah ini dengan
menyediakan beberapa statement sebagai tujuannya.

IV. Inferensi Forward & Backward Chaining


Inferensi denga aturan-aturan merupakan implementasi dari modus ponen, yang
direfleksikan dalam mekanisme pencarian.
 Firing a rule: bagaimana semua hipotesis pada aturan memberikan pernyataan
benar
 Dapat mengecek semua aturan pada knowledge base dalam arah forward maupun
backward
 Proses dapat berlanjut sampai tidak ada aturan yang dapat digunakan (FIRE), atau
sampai sebuah tujuan tercapai.
 Ada dua metode inferensi dengan rules, yaitu: Forward atau data-driven dan
Backward atau goal-driven.

4.1 Backward Chaining


Pendekatan Goal-Driven, dimulai dari ekspektasi apa yang diinginkan terjadi,
kemudian memeriksa kembali sebab-sebab yang mendukung dari ekspektasi tersebut.
Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang sempit dan dalam, maka backward
chaining dapat menjadi pilihan. Beberapa sifat dari backward chaining, adalah:

 Baik untuk mendiagnosa.


 Melihat dari saat ini sampai masa lalu.
 Bekerja konsekuen.
 Penalaran yang sangat baik.
 Bekerja mundur untuk menemukan fakta yang mendukung hipotesis.
 Pencarian mendalam.
 Konsekuensi dalam menentukan pencarian.
 Memfasilitasi penjelasan.

4.3 Forward Chaining


Merupakan grup dari beberapa inferensi yang melakukan pencarian dari suatu
masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi, maka proses
akan menghasilkan konklusi. Merupakan data-driven karena informasi dimulai
dari yang sudah tersedia kemudian dapat diambil konklusi. Beberapa sifat dari
forward chaining adalah sebagai berikut:
 Baik dalam perencanaan, mengontrol dan megawasi.
 Melihat dari saat ini ke masa depan.
 From antecendent to consequent.
 Penalaran dari bawah sampai atas.
 Bekerja ke depan untuk menemukan solusi mengikuti fakta.
 Memfasilitasi pencarian yang luas.
 Tidak memfasilitasi penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://rudity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36675/4-Metode+Inferensi.pdf
2. https://anzdoc.com/download/sistem-pakar-metode-inferensi-1-kelas-a-b-jonh-fredrik-
ulyss.html
3. http://repository.uin-suska.ac.id/3800/3/BAB%20II.pdf'

Anda mungkin juga menyukai