Anda di halaman 1dari 10

NAMA : RASTA BINTANG PRAMUDITYA H.

NIM : G.331.18.0069
UJIAN TENGAH SEMESTER
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

1. Berikan penjelasan lengkap serta komprehensif, mengapa MPK Kualitatif dan


Kuantitatif sangat berbeda!
A. PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang
kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di laporan.
Penelitian kualitatif adalah penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji
secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara
sosial, hubungan erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang
membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial
sekaligus perolehan maknanya.

B. PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF


Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala
secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kuantitatif bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif. Proses dan
makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan
mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan nilai-nilai
otentik.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada pengukuran dan
analisis hubungansebab-akibat antara bermacam-macam variabel, bukan prosesnya,
penyelidikan dipandang berada dalam kerangka bebas nilai.

C. PERBEDAAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF


Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
mengambil jarak antara peneliti dengan obyek yang diteliti, menggunakan
instrumen-instrumen formal, standar, dan bersifat mengukur. Sedangkan penelitian
kualitatif menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti, menggunakan peneliti
sebagai instrumen.
Berdasarkan Williams (1988) ada lima pandangan dasar perbedaan antara
pendekatan kuantitatif (istilah Williams dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif.
Kelima pendangan dasar  perbedaan tersebut adalah:
1. Bersifat realitas, pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal,
konkrit, teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif
melihat realitas ganda (majemuk), hasil konstruksi dalam pandangan holistik.
Sehingga peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya langsung pada obyek
generalis, meragukan dan mencari fenomena pada obyek yang realitas.
2. Interaksi antara peneliti dengan obyek penelitiannya, pendekatan kuantitatif
melihat sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya
pendekatan kualitatif melihat sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan
bahkan partisipasif.
3. Posibilitas generalis, pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan
waktu (nomothetic statements), sedangkan pendekatan kualitatif terikat dari
ikatan konteks dan waktu (idiographic statements).
4. Posibilitas kausal, pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil
temporal simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan akibat-
akibatnya. Sedangkan pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha
memisahkan sebab dengan akibat, apalagi secara simultan.
5. Peranan nilai, pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai,
obyektif dan harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif
melihat segala sesuatu tidak pernah bebas nilai, termasuk si peneliti yang
subyektif.

Berikut perbedaan penelitian dalam bentuk tabel menurut Fraenkel dan Wallen
(1993), yaitu :

KUALITATIF KUANTITATIF

1. Pengukuran validitas melalui cek 1. Menekankan hipotesis jadi yang


silang dari sumber informasi dirumuskan sebelumnya
2. Menekankan informasi ekspert untuk 2. Menekankan definisi operasional
mendapatkan sampel purposif yang dirumuskan sebelumnya
3. Menekankan prosedur penelitian 3. Data diubah menjadi skor numeric
deskriptif naratif 4. Menekankan pengukuran dan
4. Menekankan analisis logis untuk penyempurnaan keajegan skor yang
pengotrolan variabel ekstranus diperoleh dari instrument
5. Menekankan kejujuran peneliti dalam 5. Pengukuran validitas melalui
pengontrolan prosedur bias rangkaian perhitungan statistic
6. Menekankan rangkuman naratif 6. Menekankan teknik acak untuk
dalam hasil penelitian mendapatkan sampel representatif.
7. Menekankan deskripsi holistik dari 7. Menekankan prosedur penelitian
fenomena-fenomena yang kompleks yang baku
8. Menekankan sifat alamiah dari 8. Menekankan desain untuk
fenomena-fenomena yang terjadi. pengontrolan variabel ekstranus
9. Menekankan desain pengontrolan
khusus untuk menjaga bias dalam
prosedur penelitian
10. Menekankan rangkuman statistik
dalam hasil penelitian
11. Menekankan penguraian fenomena
kompleks menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil
12. Menekankan manipulasi aspek,
situasi, kondisi, dalam mengkaji
fenomena yang kompleks.
13. Menekankan hipotesis yang
berkembang dalam pelaksanaan
penelitian
14. Menekankan definisi dalam konteks
atau perkembangan penelitian
15. Menekankan deskripsi naratif
16. Menekankan pada asumsi bahwa
keajegan inferensi ckup kuat

2. Berikan penjelasan mengapa menggunakan interview guide dilarang dalam menggali


data melalui wawancara mendalam dengan narasumber!
Karena interview guide merupakan penggalian secara mendalam terhadap satu topik
yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud diadakan wawancara tersebut)
dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan ini untuk
mengetahui pendapat mereka berdasarkan perspektif responden dalam memandang
sebuah permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan oleh seorang pewawancara
dengan mewawancarai satu orang secara tatap muka (face to face). Pembahasan
masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat sensitif, maka
pewawancara perlu berhati-hati dikarenakan adanya keterikatan emosi antara ke
duanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai), untuk itu diperlukan kerja sama
yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarainya.
Maka agar wawancara berjalan dengan baik perlu beberapa teknik, yaitu :
a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
- Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata responden
(nama, alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu lama (±5 menit)
- Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar responden
memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan supaya lebih
transparan kepada responden (adanya kejujuran).
- Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan aktifitas
yang lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga memberikan rasa
“nyaman” bagi responden (tidak adanya tekanan), misalnya responden boleh
merokok, minum kopi/teh, makan dan lain-lain
- Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting,
kerjasama dan bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang
responden berikan akan dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban yang
salah atau benar dalam wawancara ini. Semua pendapat yang responden
kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan penelitian ini.
b. Mengadakan probing

Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan
karena :
- Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
- Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
- Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran
c. Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu kepada

responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat) responden bukan
merupakan pendapat dari responden itu sendiri
d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan jawaban
responden, hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik agar responden
tetap memiliki rasa “nyaman” dalam sesi wawancara tersebut. Hal yang dapat
dilakukan misalnya; mengambil minum, ngobrol hal yang lain, membuat candaan dll)
e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga memberikan
jawaban yang diharapkan oleh pewawancara
f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga membuat
responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan tersebut
g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses wawancara tersebut
h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang ditunjukan oleh
responden, misalnya responden merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukan
oleh pewawancara, pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan
informasi yang diterima tidak lengkap
i. Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat mengontrol
waktu. Hal ini dikuatirkan responden dapat menjadi bosan, lelah sehingga informasi
yang diharapkan tidak terpenuhi dengan baik. Waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan wawancara-mendalam yang dilakukan secara tatap muka adalah 1-2
jam, tergantung isu atau topik yang dibahas.

3. Berikan penjelasan mengapa tacit knowledge yang dimiliki interviewers sangat


berperan dalam memperoleh data yang valid!
Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang terdapat di dalam otak atau pikiran
seseorang sesuai dengan pemahaman dan pengalaman orang itu sendiri. Biasanya
pengetahuan ini tidak terstruktur, susah untuk didefinisikan dan diberitahukan dengan
bahasa formal kepada orang lain dan isinya mencakup pemahaman pribadi.
Pengetahuan ini umumnya belum terdokumentasi karena pengetahuan ini masih
terdapat di dalam pikiran seseorang. Tacit Knowledge memiliki ciri-ciri, yaitu:
- Tacit diperoleh dari pengalaman, pengalaman yang pernah dirasakan
- Tidak mudah dikomunikasikan atau diberikan kepada orang lain karena sulit
untuk di ekspresikan
- Pengetahuannya dapat di transfer secara efektif melalui bertatap muka
(person to person), yaitu pengetahuan yang di dapat oleh kita akan mudah
untuk di transfer melalui percakapan dari kita ke orang lain.
Maka dengan adanya tacit knowledge yang dimiliki interviewers dapat memberikan
hasil wawancara yang murni dan nyata. Karena pada dasarnya tacit knowledge
pengetahuan yang sangat bersifat pribadi juga sangat sulit untuk dibentuk (Sangkala,
2007). Hasil jawaban wawancara yang didapat juga tidak mungkin sama dengan orang
lain karena berdasarkan pengalaman pribadi seseorang.
Contoh:
Saat seseorang ingin belajar masak, orang tersebut melihat dulu video memasak melalui
acara televisi atau youtube, lalu kemudian mempraktekkannya.
Ketika seorang chef yang sedang memasak kemudian memberitahukan resepnya
dengan berbicara: beri saja garam “secukupnya” atau beri saja gula “secukupnya”, kata
secukupnya ini sulit untuk diutarakan karna orang tersebut tidak pernah mengukur
seberapa banyak gula atau garam yang dibutuhkan.

4. Penelitian komunikasi Kualitatif itu lebih mementingkan makna penelitian. Berikan


penjelasan, mengapa demikian!
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil atau lebih
mementingkan makna penelitian. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang
sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dan pada dasarnya
penelitian ini bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Karena lebih
cenderung mengandalkan analisis, cenderung lebih luas penelitiannya dan kalkulasi nya
tidak seketat kuantitatif maka dari itu proses lebih di tekankan di sisi proses. Sehingga
tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memberikan pemahaman (to
understand) terhadap fenomena atau gejala sosial yang sedang diteliti.
5. Berikan penjelasan secara lengkap terkait etnimetodologi sebagai salah satu
pendukung dalam penelitian komunikasi kualitatif!
Penelitian Etnometodologi didefinisikan sebagai studi praktik tentang keseharian
individu. Penelitian ini muncul sebagai bentuk pengungkapan tentang dunia yang
digeluti individu tersebut. Etnometodologi mempelajari tentang bagaimana individu
menciptakan metode dalam mencapai dan memahami kehidupan sehari-hari.
Metode ini menjadi sebuah bentuk kritik terhadap bias postivisme dalam penelitian
sosial, karena dinilai bahwa pemahaman terhadap peristiwa sosial tidak cukup dengan
hanya menarik kesimpulan mengenai gejalanya tanpa memperhatikan aspek internal
individu. Beberapa aspek yang kerap diteliti melalui penelitian Etnometodologi adalah
kesadaran, pandangan, tindakan, interaksi, hingga kebiasaan. Setiap aspek ini dipelajari
kemudian digambarkan secara kualitatif sehingga erat kaitannya dengan subjektivitas.
Subjektivitas dalam hal ini bergantung pada pemahaman peneliti terhadap suatu situasi
kemudian dibebaskan untuk mendefinisikannya. Artinya, seorang Etnometolog dapat
menulis tentang suatu situasi berdasarkan apa yang diamati dan didengarnya.
Etnometodologi merupakan pendetailan dari paradigma yang sebelumnya telah ada
dalam ilmu sosial seperti fenomenologi, sehingga keduanya memiliki kesamaan (Coulon,
2003). Namun, penelitian Etnometodologi terfokus pada peran individu sebagai anggota
atau bagian dari sebuah struktur yang lebih luas, misalnya masyarakat. Sehingga
penelitian ini bukan hanya sebatas untuk mengetahui tentang individu tersebut, tetapi
juga alasan, aturan, atau pengaruh struktur yang membuat individu melakukan
tindakan-tindakan.
Sejalan dengan hal tersebut, Giddens dan Turner (dalam Amal, 2010) menyatakan
beberapa fokus kajian etnometodologi antara lain:
- Pengakuan terhadap jangkauan yang luar biasa mengenai sumber tertentu
untuk mempertahankan kekonsistenan pengertian pada suatu kejadian atau
peristiwa.
- Objektivitas dan ketidakraguan terhadap sesuatu yang tampak.
- Adanya proses indeksikalitas (indexicality), indeks menimbulkan pengertian
yang dapat dipahami hanya dalam konteks sebuah situasi.
- Adanya proses refleksitas, yakni suatu sifat khas kegiatan sosial yang
menyaratkan kehadiran sesuatu yang diamati secara bersamaan.
- Asas resiprositas (bolak-balik) dalam artian saling menyetarakan maksud dan
tujuan antara peneliti dan aktor yang terlibat.
Berdasarkan fokus kajian etnometodlogi tersebut, maka variasi kerja penelitian
Etnometodologi menurut Ritzer (dalam Susilo, 2017) digambarkan sebagai berikut:
- Berlatar belakang analisis institutional (studies of institutional setting).
Studi etnometodologi yang pertama kali dilakukan terjadi dalam setting non-
institutional, kemudian berkembang untuk mempelajari praktik-praktik
keseharian dalam setting institutional yang lebih luas. Tujuan studi semacam
ini untuk memahami cara masyarakat dalam setting tersebut melakukan
tugas-tugas resminya dalam proses pembentukan institusi.
- Studi Etnometodologi mengutamakan analisis percakapan (conversation
analysis), dengan tujuan untuk memahami secara detail struktur
fundamental dari interaksi antara peneliti dan aktor. Ritzer merangkum
dasar-dasar analisis percakapan ke dalam lima premis, yaitu:
a. Analisis percakapan membutuhkan data percakapan yang detail. Data
ini tidak hanya meliputi kata-kata tetapi juga keragu-raguan, desah
nafas, sedu sedan, gelak tawa, perilaku non-verbal dan berbagai
aktivitas lainnya, sebab semua itu menggambarkan perbuatan
percakapan aktor yang terlibat.
b. Detail percakapan harus dianggap sebagai suatu prestasi, dimana
percakapan diatur oleh aktivitas metodis dari para aktor itu sendiri.
c. Interaksi umumnya dan percakapan khususnya mempunyai sifat-sifat
yang stabil dan teratur hingga keberhasilan para aktor akan
dilibatkan.
d. Landasan fundamental dari percakapan adalah organisasi
yang sequential.
e. Keterikatannya dengan interaksi percakapan diatur dengan bergilir.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian Etnometodologi tidak diartikan sebagai
metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, tetapi lebih terfokus pada
bagaimana memilih pokok permasalahan yang akan diteliti. Sebagaimana yang
dijelaskan sejarah kemunculan metode penelitian ini, bahwa istilah Etnometodologi
bermakna penekanan pada metode pemilihan masalah yang dikaji bukan metode
memperoleh datanya.

Anda mungkin juga menyukai