Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/ desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari
sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan
lebih proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.4
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-
pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan
diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan
pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang
berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang
sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau
bahkan mungkin menggabungkannya.4,5
Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut
paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan para ahli nampak menggunakan
istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama,
untuk itu guna menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini,
berikut akan dikemukakan penamaan yang dipakai para ahli dalam penyebutan
kedua istilah tersebut seperti terlihat dalam tabel 1 berikut ini.4,6

Tabel 1. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif : Label Alternatif


Kuantitatif Kualitatif Pengarang
Rasionallistic Naturalistic Guba &Lincoln (1982)
Inquiry from the Outside Inquiry from the inside Evered & Louis (1981)
functionalist Interpretative Burrel & Morgan (1979)
Positivist Constructivist Guba (1990)
Positivist Naturalistic-ethnographic Hoshmand (1989)
Dikutip dari Julia Brannen, 1992
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul
penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun

4
5

materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis.


Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang
kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif
berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun
memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.7
Memahami landasan filosofis penelitian kualitatif dalam perbandingannya
dengan penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi
pemahaman yang tepat terhadap penelitian kualitatif, namun demikian bagi
seorang peneliti penguasaan dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi
agar dalam pelaksanaan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis, dan
penelitian benar-benar dilaksanakan dalam suatu bingkai pendekatan yang jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan.1,6
Dalam tatanan metodologis perbedaan landasan filosofis terefleksikan
dalam perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam
metode penelitian kuantitatif sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam
metode penelitian kualitatif. Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara
diametral, meskipun belakangan ini terdapat upaya untuk menggabungkannya
baik dalam bentuk paralelisasi maupun kombinasi, adapun perbedaan antara
metode kuantitatif dengan kualitatif adalah sebagai berikut.4

Tabel 2. Perbedaan Metode Kualitatif dengan Kuantitatif


No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
1 Menggunakan hipotesis yang Hipotesis dikembangkan sejalan
ditentukan sejak awal penelitian dengan penelitian/saat penelitian
2 Definisi yang jelas dinyatakan sejak Definisi sesuai konteks atau saat
awal penelitian berlangsung
3 Reduksi data menjadi angka-angka Deskripsi naratif/ kata-kata, ungkapan
atau pernyataan
4 Lebih memperhatikan reliabilitas skor Lebih suka menganggap cukup
yang diperoleh melalui instrumen dengan reliabilitas penyimpulan
6

penelitian
5 Penilaian validitas menggunakan Penilaian validitas melalui
berbagai prosedur dengan pengecekan silang atas sumber
mengandalkan hitungan statistic informasi
6 Mengunakan deskripsi prosedur yang Menggunakan deskripsi prosedur
jelas (terinci) secara naratif
7 Sampling random Sampling purposive
8 Desain/kontrol statistik atas variabel Menggunakan analisis logis dalam
eksternal mengontrol variabel ekstern
9 Menggunakan desain khusus untuk Mengandalkan peneliti dalam
mengontrol bias prosedur mengontrol bias
10 Menyimpulkan hasil menggunakan Menyimpulkan hasil secara naratif/
statistic kata-kata
11 Memecah gejala-gejala menjadi Gejala-gejala yang terjadi dilihat
bagian-bagian untuk dianalisis dalam perspektif keseluruhan
12 Memanipulasi aspek, situasi atau Tidak merusak gejala-gejala yang
kondisi dalam mempelajari gejala terjadi secara alamiah /membiarkan
yang kompleks keadaan aslinya
Dikutip dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1993

Selain dari perbedaan di atas, di dalam penelitian kualitatif juga dikenal tata
cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui studi pustaka dan studi
lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan tinjauan pustaka) dilakukan dengan cara
mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan
perundangan, dan diploma/ sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan sumber
primer maupun sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat primer
atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi
alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan
situasi lapangan misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi
kelompok (focused group discussion), atau terlibat langsung dalam penilaian.6-8
Selanjutnya teknik analisis dan interpretasi dalam penelitian kualitatif tidak
berhubungan langsung dengan angka biasanya berbentuk verbal (narasi, deskripsi,
atau cerita) dan seringkali berbentuk visual (foto atau gambar). Selain itu
penelitian kualitatif tidak memiliki rumus yang bersifat mutlak untuk mengolah
7

dan menginterpretasikan data, tetapi berupa pedoman untuk mengorganisasikan


data, pengkodean (kodifikasi) dan analisis data, penghayatan dan pengkayaan
teori, serta interpretasi data.7,8
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode
penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian
kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif,
sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif.2 Bersifat
konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji
hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara
teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik
dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu
yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-
teori yang membangunnya.2,9
Penelitian kualitatif bersifat eksploratoris karena berusaha mengeksplorasi
terhadap suatu permasalahan walaupun dengan sedikit informan. Cara yang paling
praktis dilakukan adalah dengan melakukan wawancara mendalam maupun
dengan proses Focus Group Discussion (FGD). Logika dalam penarikan
kesimpulan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan logikan induktif
yaitu berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menuju ke hal-hal yang
bersifat umum berdasarkan informasi-informasi yang membangunnya kemudian
dikelaskan ke dalam suatu konsep.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif
dengan kualitatif seperti berikut ini.7
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan
pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan
menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang
berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh
peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-
indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat
kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya.
8

Sebaliknya penelitian kualitatif lebih menggunakan persepektif emik.


Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para
informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan
informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep
(variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian
dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya.
Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa
pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian
para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan
konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat
dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif
mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal,
yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian
kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada
maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian
“dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan
penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan
penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi
atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara
pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin
mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail
para responden dan latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample)
pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat
representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus,
persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum
pengumpulan data.
9

Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika


pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali
dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti
sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak
memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada
informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi”
melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama
atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian
kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses
pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses
secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian
pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif
berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh
data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan
dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi,
kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai
temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel,
sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail
sesuai bahasa dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya,
sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan
mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah
variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi
operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan
emik lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah
menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek
penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10. Dari segi analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir
pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang
penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi
10

melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung”


informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir
memberi interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa
peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi
dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat
diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka
dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif
instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti
melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab
merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap
data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan
penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu
dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering
digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif
“sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau
analisis statistik.
Berikut merupakan tabel yang dapat memberikan gambaran mengenai
perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara ringkas.7

Tabel 3. Perbedaan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

Kualitatif Kuantitatif

Humanistik Ilmiah

Subjektif Objektif

Informasi: suara, gambar, foto Data angka

Informasi dikumpulkan secara personal Informasi dikumpulkan melalui resep

Permintaan dari dalam Permintaan dari luar


11

Induktif Deduktif

Idealis Realistis

Makna dan pemahaman Penjelasan dan prediksi

Spesifik Umum

Ideografik Nomotetis

Individual Populasi

Jumlah sampel sedikit Jumlah sampel besar

Konsep dan kategori Insidensi dan frekuensi

Ekstrapolasi Generalisasi

Alamiah Artifisial

Mikro Makro

Peserta Subjek/ objek

Diri Masyarakat

Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai


perbedaan paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan
kualitatif. Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki
perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif. Secara garis besar,
perbedaan dimaksud mencakup beberapa hal:11

Tabel 4. Perbedaan Paradigma Kualitatif dan Kuantitatif


Kualitatif Kuantitatif
Fenomenologik Positivistik
Induktif Deduktif hipotesis
Holistik Partikularistik
Subyektif Obyektif
Berorientasi kepada proses Berorientasi kepada hasil
Menggunakan pandangan ilmu sosial/ Menggunakan pandangan ilmu
12

antrapologi pengetahuan alam

Lebih lanjut perbedaan paradigma kedua jenis penelitian ini dapat


dielaborasi sebagai berikut:10,11

Tabel 5. Elaborasi Paradigma Kualitatif dan Kuantitatif


Paradigma Kualitatif Paradigma Kuantitatif
Cenderung menggunakan metode Cenderung menggunakan metode
kualitatif, baik dalam pengumpulan kuantitatif, dalam pengumpulan dan
maupun dalam proses analisisnya. analisa data, termasuk dalam penarikan
sampel.
Lebih mementingkan penghayatan dan Lebih menekankan pada proses
pengertian dalam menangkap gejala berpikir positivisme logis, yaitu suatu
(fenomenologis). cara berpikir yang ingin menemukan
fakta atau sebab dari sesuatu kejadian
dengan mengesampingkan keadaan
subyektif dari individu di dalamnya.
Pendekatannya wajar, dengan Peneliti cenderung ingin menegakkan
menggunakan pengamatan yang bebas obyektifitas yang tinggi, sehingga
(tanpa pengaturan yang ketat). dalam pendekatannya menggunakan
pengaturan-pengaturan secara ketat
(obstrusive) dan berusaha
mengendalikan stuasi (controlled).
Lebih mendekatkan diri pada situasi Peneliti berusaha menjaga jarak dari
dan kondisi yang ada pada sumber situasi yang diteliti, sehingga peneliti
data, dengan berusaha menempatkan tetap berposisi sebagai orang “luar”
diri serta berpikir dari sudut pandang dari obyek penelitiannya.
“orang dalam”.
Bertujuan untuk menemukan teori dari Bertujuan untuk menguji suatu
lapangan secara deskriptif dengan teori/pendapat untuk mendapatkan
menggunakan metode berpikir induktif. kesimpulan umum (generasilisasi) dari
Jadi bukan untuk menguji teori atau sampel yang ditetapkan.
hipotesis.
13

Berorientasi pada proses, dengan Berorientasi pada hasil, yang berarti


mengandalkan diri peneliti sebagai juga kegiatan pengumpulan data lebih
instrumen utama. Hal ini dinilai cukup dipercayakan pada intrumen (termasuk
penting karena dalam proses itu sendiri pengumpul data lapangan).
dapat sekaligus terjadi kegiatan
analisis, dan pengambilan keputusan.
Kriteria data/informasi lebih Kriteria data/informasi lebih
menekankan pada segi validitasnya, ditekankan pada segi realibilitas dan
yang tidak saja mencakup fakta biasanya cenderung mengambil data
konkret saja melainkan juga informasi konkrit (hard fact).
simbolik atau abstrak.
Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi Walaupun data diambil dari wakil
pada kasus-kasus singular, sehingga populasi (sampel), namun selalu
tekannya bukan pada segi ditekankan pada pembuatan
generalisasinya melainkan pada segi generalisasi.
otensitasnya.
Fokus penelitian bersifat Fokus yang diteliti sangat spesifik
holistik,meliputi aspek yang cukup luas (particularistik) berupa variabel-
(tidak dibatasi pada variabel tertentu). variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat
holistik.

Lexy J Moleong mengungkapkan bahwa pendekatan kuantitatif dan


9
kualitatif dapat digunakan secara bersamaan. Peneliti kuantitatif biasanya tidak
puas dengan hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data yang dikumpulkan
dengan kuesioner, analisis statistik dilakukan untuk menemukan hubungan antara
dua atau lebih variabel. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada
hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk
itu, ia lalu mengadakan wawancara mendalam (in-depth interview) untuk
melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif tersebut
menggunakannya secara bersama-sama, namun dengan pendekatan kualitatif
sebagai pegangan utama.12
14

Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun


yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif
bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat
digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan
paradigma lainnya hanyalah sebagai pelengkap saja. Pendapat ini sama dengan
yang dikatakan oleh Glaser dan Strauss (1980, h. 18), yaitu bahwa dalam banyak
hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan kuantitaif menguji kualitatif,
melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan, apabila dibandingkan,
masing-masing dapat digunakan untuk menyusun teori.12,13
Bryman menyebutkan sejumlah cara menggabungkan penelitian kuantitatif
dan kualitatif sebagai berikut: 10
1. Logika ‘triangulasi’.

Temuan-temuan dari satu jenis studi dapat dicek pad a temuan-temuan yang
diperoleh dari jenis studi yang lain. Misalnya, hasil-hasil penelitian
kualitatif dapat dicek pada studi kuantitatif. Tujuannya secara umum adalah
untuk memperkuat kesahihan temuan-temuan.

2. Penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif.

Penelitian kualitatif dapat membantu memberikan informasi dasar tentang


konteks dan subjek, berlaku sebagai sumber hipotesis dan membantu
konstruksi skala.

3. Penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif.

Biasanya, ini berarti penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan


subjek bagi penelitian kualitatif.

4. Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk


memberikan gambaran umum.
15

Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan-


kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif. Karena, misalnya peneliti
tidak bisa berada pada lebih dari satu tempat di saat yang bersamaan. Jika
tidak, mungkin tidak seluruh masalah dapat diterima semata bagi penelitian
kuantitatif atau semata bagi penelitian kualitatif.

5. Struktur dan proses

Penelitian kuantitatif terutama efisien pada penelusuran ciri-ciri ‘struktural’


kehidupan sosial, sementara studi-studi kualitatif biasanya lebih kuat dalam
aspek-aspek operasional. Kekuatan ini dapat dihadirkan bersama-sama
dalam satu studi.

6. Perspektif peneliti dan perspektif subjek

Penelitian kuantitatif biasanya dikemudikan oleh perhatian peneliti,


sementara penelitian kualitatif mengambil perspektif subjek sebagai titik
tolak. Penekanan-penekanan ini dapat dihadirkan bersama-sama dalam satu
studi.

7. Masalah kegeneralisasian

Kelebihan beberapa fakta kuantitatif dapat membantu menyederhanakan


fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan menggeneralisasi (dalam arti
statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian kualitatif.

8. Penelitian kualitatif dapat membantu interpretasi hubungan antara ubahan-


ubahan.

Penelitian kuantitatif dengan mudah memberi jalan bagi peneliti untuk


menemukan hubungan antara ubahan-ubahan, tetapi seringkali lemah ketika
ia hadir untuk mengungkap alasan-alasan bagi hubungan-hubungan itu.
Studi kualitatif dapat digunakan untuk membantu menjelaskan faktor-faktor
yang mendasari hubungan yang terbangun.
16

9. Hubungan antara tingkat makro dan mikro

Penggunaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat memberikan sarana


untuk menjembatani kesenjangan makro-mikro. Penelitian kuantitatif sering
dapat mengungkap ciri-ciri struktural kehidupan sosial skala besar.
Sementara penelitian kualitatif cenderung menyentuh aspek-aspek
behavioral skala kecil. Ketika penelitian berupaya mengungkap kedua
tingkat itu, maka pemaduan penelitian kuantitatif dan kualitatif bisa
menjadi keharusan.

10. Tahap-tahap dalam proses penelitian

Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif bisa menjadi selaras untuk


tahapan-tahapan yang berbeda untuk suatu studi longitudinal.

11. Cangkokan

Contoh utama cenderung terjadi penelitian kualitatif dilakukan dalam


desain penelitian kuasi-eksperimental (yakni kuantitatif).

Intinya, dapat disimpulkan bahwa kedua pendekatan kualitatif dan


pendekatan kuantitatif pada dasarnya dapat digunakan secara bersama-sama.
Keduanya bersifat saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Jika
pendekatan kuantitatif menghasilkan data angka tetapi belum memadai untuk
interpretasi, maka salah satunya cara adalah dengan memadukannya dengan
penelitian kualitatif dengan cara menambah data wawancara. Dan juga sebaliknya,
jika dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti tidak puas dengan data
wawancara yang ada, maka bisa didukung dengan dukungan data kuantitatif, dan
seterusnya.10 Berikut akan dijelaskan penelitian kualitatif secara lebih mendalam.

2. 1. Pengertian Penelitian Kualitatif


17

Secara harfiah, sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif adalah jenis


penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang
menggunakan ukuran angka.11,14
Menurut Creswell (2003), pendekatan kualitatif adalah pendekatan
untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-
konstruktif (misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman
individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun
teori atau pola pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif
partisipatori (misalnya: orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau
perubahan), atau keduanya. Lebih jelasnya, pengertian tersebut adalah
sebagai berikut: 11,14
A qualitative approach is one in which the inquirer often makes
knowledge claims based primarily on constructivist perspectives (i.e. the
multiple meanings of individual experiences, meanings socially and
historically constructed, with an intent of developing a theory or pattern) or
advocacy/ participatory perspectives (i.e. political, issue-oriented,
collaborative or change oriented) or both.6
Menurut Strauss dan Corbin (1997), yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). 11,15
Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari
suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam
suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,
komprehensif, dan holistik. 12,16
18

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting


tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud
menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa
terjadi dan bagaimana terjadinya. Jadi riset kualitatif adalah berbasis pada
konsep “going exploring” yang melibatkan in‐depth and case‐oriented
study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal. Tujuan utama penelitian
kualitatif adalah membuat fakta mudah dipahami (understandable) dan
kalau memungkinan (sesuai modelnya) dapat menghasilkan hipotesis baru.12
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.
Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas
jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti
menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat
nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk
mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial,
untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembangan.5

2. 2. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui
perbedaan tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu:13
1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli
atau alamiah (natural setting).
2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama
pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan
pengamatan dan wawancara
3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara
deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh
dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
19

4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya


dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari
berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan
demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan
hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data
langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak
mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan
penelitian di lapangan.
6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang
dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi
sumber data.
7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan
mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap
bertalian dengan masalah yang diteliti.
8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak
sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan
responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan
segi pendiriannya.
10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang
bertentangan atau negatif.
11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan
sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan
mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh
langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan
dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang
memadai.
20

14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di
lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
Sedangkan menurut Finlay, penelitian kualitatif memiliki beberapa
ciri. Ciri tersebut dapat dikaitkan dengan peranan peneliti, hubungan yang
dibangun, proses yang dilakukan, peran makna dan interpretasi serta hasil
temuan. Ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:12,17
1. Peranan Peneliti dalam membentuk pengetahuan
Dalam proses pembentukan/ konstruksi pengetahuan, peneliti
merupakan figur utama yang mempengaruhi dan membentuk
pengetahuan. Peran ini dilakukan melalui proses pengumpulan,
pemilihan dan interpretasi data. Jadi, sangatlah tidak mungkin untuk
melakukan penelitian, jika penelitian tidak terjun langsung pada obyek
yang diteliti. Konsekuensinya, peneliti harus terlibat secara langsung
dalam setiap tahap kegiatan penelitian dan harus berada langsung
dalam setting penelitian yang dipilih.
2. Arti penting hubungan peneliti dengan pihak lain
Penelitian kualitatif merupakan proses yang melibatkan peserta (yang
diteliti), peneliti dan pembaca serta hubungan yang mereka bangun.
Jadi, peneliti dipengaruhi oleh lingkungan sosial, historis dan kultural
dimana riset dilakukan. Konsekuensinya, ketika melakukan penelitian,
peneliti harus mampu membangun hubungan yang baik dengan obyek
penelitian dan mampu menyajikan hasil penelitian sehingga pembaca
dapat mengikuti dengan jelas alur pemikiran peneliti dalam
membangun suatu pengetahuan.
3. Penelitian bersifat inductive, exploratory dan hypothesis‐generating
Penelitian kualitatif selalu didasarkan pada fenomena yang menarik
dan dimulai dengan pertanyaan terbuka (open question); bukan dimulai
dengan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Jadi, penelitian
bertujuan menginvestigasi dan memahami social world bukannya
memprediksi perilaku. Penelitian dilakukan secara induktif dan
exploratif dengan melihat apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan
bagaimana terjadinya sehingga diharapkan dapat menghasilkan
hipotesis baru.
21

4. Peranan Makna (Meaning) dan Interpretasi


Penelitian kualitatif difokusan pada bagaimana individu memahami
dunianya dan bagaimana mereka mengalami peristiwa tertentu. Jadi,
penelitian ini berusaha menginterpretasikan fenomena dari kacamata
pelaku berdasarkan pada interpretasi mereka terhadap fenomena
tersebut
5. Temuan sangat kompleks, rinci, dan komprehensif
Penelitian kualitatif didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail,
karena mejawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Oleh karena
itu, penyajian atas temuan sangatlah kompleks, rinci dan komprehensif
sesuai dangan fenomena yang terjadi pada setting penelitian.

2. 3. Ukuran Sampel

Dalam sebuah penelitian kita tidak perlu mengumpulkan data dari


populasi yang diteliti agar penelitian yang dilakukan valid. Pada penelitian
kualitatif hanya dibutuhkan sebuah sampel dari suatu populasi. Tujuan
penelitian dan karakteristik dari populasi yang dipelajari (jumlah dan
keberagaman penduduk) akan menentukan berapa banyak sampel yang akan
diteliti. Pada penelitian kualitatif dikenal tiga macam cara penentuan besar
sampel yaitu convenience sampling, purposive sampling dan snowball
sampling.11,18,19

1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan


kemudahan

Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain


kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai
sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia
mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling –tidak disengaja– atau juga
captive sample (man-on-the-street). Jenis sampel ini sangat baik jika
dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).
22

Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,


hasilnya ternyata kurang obyektif.

2. Purposive Sampling

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan


tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini
dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
 Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah
pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.
Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses
produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information
rich”.
 Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan
secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan
secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai
laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin
mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi,
maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18
orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik
pengambilan ketigapuluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.
23

3. Snowball Sampling (Sampel Bola Salju)


Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang
berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel, karena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama
untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian
terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang
wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai,
peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa
mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian
yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa
mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga
dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok
sosial lain yang eksklusif (tertutup).

2. 4. Jenis Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu5,11,20:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya
yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-
arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment
atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi
atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek
seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap
makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh
kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell
24

(1998:54), pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian


tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan
ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah
membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti.
Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan
mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti
tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu
pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded
theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang
berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling
berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai
respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory
adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada
konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem
kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari
pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah
proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok,
dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian
hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota
kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap
perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam,
dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi
25

oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program,
peristiwa, aktivitas, atau individu.

Secara lebih rinci Patton (1990 : 88) mengemukakan penamaan


macam-macam penelitian kualitatif (Qualitative inquiry) berdasarkan
tradisi teoritisnya yang diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut4 :

Tabel 6. Jenis Penelitian Kualitatif : Tradisi Teoritis


N Perspektif Akar Ilmu Pertanyaan Utama
o
1 Ethnografi Anthropologi Apa kebudayaan masyarakat ini ?
2 Fenomelogi Filosofi Apa struktur dan esensi
pengalaman atas gejala-gejala ini
bagi masyarakat tersebut?
3 Heuristik Psikologi Apa pengalaman saya mengenai
Humanistik gejala-gejala ini dan apa
pengalaman essensial bagi yang
lain yang juga mengalami gejala ini
secara intens?
4 Etnometodologi Sosiologi Bagaimana orang memahami
kegiatan sehari-hari mereka
sehingga berprilaku dengan cara
yang dapat diterima secara sosial?
5 Interaksi simbolis Psikologi Apa simbul dan pemahaman umum
sosial yang telah muncul dan
memberikan makna bagi interaksi
sosial masyarakat?
6 Psikologi Psikologi Bagaimana orang-orang mencapai
ekologik lingkungan tujuan mereka melalui prilaku
tertentu dalam lingkungan yang
tertentu?
7 Teori sistem Interdisipliner Bagaimana dan kenapa sistem ini
berfungsi secara keseluruhan?
8 Teori Chaos: Fisika teoritis: Apa yang mendasari keteraturan
26

dinamika ilmu-ilmu gejala-gejala yang tak teratur jika


nonlinier alam ada?
9 Hermeneutika Teologi, Apa kondisi-kondisi yang
filsafat, kritik melahirkan prilaku atau produk
sastra yang dihasilkan yang
memungkinkan penafsiran makna?
10 Orientasional, Ideologi, Bagimana perspektif ideologi
kualitatif ekonomi seseorang berujud dalam suatu
politik gejala?

Dalam perkembangannya, belakangan ini nampaknya istilah


penelitian kualitatif telah menjadi istilah yang dominan dan baku, meskipun
mengacu pada istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang
berbeda pula, namun bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling
melengkapi/memperluas dalam suatu bingkai metodologi penelitian
kualitatif.4

2. 5. Proses Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif memiliki berbagai model tidak hanya hanya studi
kasus. Pemilihan model penelitian kualitatif sangat tergantung pada sudut
pandang yang digunakan peneliti dan tujuan penelitian. Beberapa penelitian
kualitatif dapat dilakukan dalam perspektif Symbolic Interactionism,
semiotics, existential phenomenology, constructivism dan critical. Misalnya,
ada fenomena yang muncul dalam masyarakat yang behubungan dengan
kecurangan keuangan. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat meneliti isu
berkaitan dengan fraud tersebut. Jawabannya tergantung pada pendekatan
yang digunakan seperti dalam tabel 4 berikut ini.12

Tabe 7. Model Penelitian Kualitatif


Model Tujuan Pertanyaan Penelitian Metode
Symbolic memahami makna Bagaimana auditor dan Studi kasus,
interavtionism yg muncul dari klien memberi makna wawancara,
27

interaksi sosial pada fraud ketika etnografi,


yang ada mereka berinteraksi? grounded
Apa makna fraud theory
menurut mereka?

Semiotics Memahami Apa makna yang wawancara,


makna dari diberikan analisis isi
symbol yang oleh pemakai Lembaga bacaan, studi
digunakan oleh Keuangan terhadap kasus,
individu atau opini tidak wajar atas etnografi,
kelompok fraud grounded
individu yang terjadi? theory
Existential Memahami esensi Apa sebenarnya esensi video,
Phenomenolog pengalaman fraud? Mengapa wawancara,
y seseorang dengan direktur interpretasi,
cara terlibat dalam fraud? etnografi,
mengelompokkan Mengapa auditor observasi,
isu yang ada dan terlibat grounded
memberikan dalam fraud? theory
makna atas isu
tersebut sesuai
pandangan orang
tsb
Constructivism Memahami Cara apa yang etnografi,
bagaimana digunakan naturalistic
individu seseorang untuk inquiry,
membentuk membentuk dunia wawancara,
realita mereka mereka sehingga observasi
sendiri mereka terlibat fraud?
Critical Theory Mengidentifikasi Bagaimana kapitalisme theory‐driven
adanya dominasi membuat manajemen interpretative
struktur sosial/ perusahaan tertentu essays,
28

ekonomi/ power terlibat wawancara,


yang dalam fraud? observasi
menyebabkan
ketidakadilan
dalam masyarakat
dan berusaha
mengubah
dominasi tersebut
Dikutip dari: Searcy and Mentzer, 2003

Atas dasar pilihan perspektif yang digunakan, langkah berikutnya adalah


mengikuti tahapan penelitian. Tahapan kegiatan dalam penelitian kualitatif
tidak berbeda jauh dengan penelitian lainnya, yaitu: menentukan research
problem, melakukan literature review, mengumpulkan data dan analisis
data.12

2.5. 1 Masalah Penelitian Kualitatif


Tahapan terberat dalam melakukan penelitian adalah memulainya: apa
yang mau diteliti dan dari mana mulainya. Penelitian kualitatif
dilakukan berdasarkan pada fenomena yang terjadi. Fenomena dapat
berasal dari dunia nyata (praktik) maupun kesenjangan teori dan
research gap. Fenomena tersebut kemudian digunakan sebagai dasar
dalam merumuskan masalah penelitian.12,21
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu
kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan
membuahkan hasil apa-apa.12
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga
sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang
mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai
29

fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena


yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya,
baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.21
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah
di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu
anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan
masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.12
Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat,
meliputi perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan
antar fenomena, dan perumusan masalah eksplanatoris, apabila
rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua
atau lebih fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu 12
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan
atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan
penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu
dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana
yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan
peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu
mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang
bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
Kriteria-kriteria perumusan masalah, ada setidak-tidaknya tiga
kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah
penelitian yaitu:12
30

1. Berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif,


baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun
pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang
menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam
kehidupan manusaia.
2. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas,
diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang
berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai
pengembangan teori-teori yang sudah ada.
3. Suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan
di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual,
sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang
relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses
pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian,
didapati beberapa variasi, antara lain
1. Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu
sistematika peneliti,
2. Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama
dengan latar belakang penelitian dan
3. Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.

Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan,


sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan
penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan
masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya,
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya
memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah
yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian,
31

hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian


yang telah dirumuskan.12,16

2.5.2 Literatur Review


Literature review merupakan hal yang penting dalam penelitian
kualitatitf. Kegiatan ini berkaitan dengan telaah atas teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena dan telaah penelitian
sebelumnya untuk menunjukkan keterkaitan antara penelitian yang
sedang dilakukan dengan yang telah dilakukan.12,22
Dalam penelitian kualitatif, teori berfungsi sebagai “cermin”
(lens) untuk memahami fenomena. Sehingga dengan menggunakan
teori tersebut, fenomena yang semula sulit untuk dipahami menjadi
lebih mudah dipahami dan bermakna. Oleh karena itu, untuk
memahami fenomena peneliti harus mampu memilih teori yang
relevan dengan aspek ontology atas isu penelitian yang digunakan dan
sesuai dengan masalah penelitian. Teori tidak sekedar “dijahit” dalam
penelitian tapi harus dijelaskan mengapa relevan dan harus dikaitkan
langsung dengan masalah penelitian. Perlu juga dipahami teori harus
dipilih karena relevansinya dengan penelitian bukankarena popularitas
dari teori tersebut.12
Ada beberapa alasan mengapa literatur review perlu
diperhatikan dalam penelitian kualitatif, yaitu12,16,23 :
1. Menunjukkan pemahaman tentang body of knowledge dan
kredibilitas peneliti
Literatur review menceritakan apa yang telah diketahui peneliti di
bidang pengetahuan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, literatur
review berfungsi untuk menunjukkan apakah kompetensi,
kemampuan dan background peneliti tercermin pada apa yang
ditulis.
2. Menunjukkan pola penelitian sebelumnya dan kaitannya dengan
riset yang sedang dilakukan
32

Literatur review dapat mengarahkan peneliti pada pertanyaan


penelitian dan menunjukkan perkembangan knowledge. Review
yang baik dapat menunjukkan apakah riset yang dilakukan
relevan dengan body of knowledge yang ada.
3. Menciptakan koherensi dan meringkas “what is known in an
area”
Literatur review memungkinkan peneliti untuk mengelompokkan
dan mensintesiskan hasil-hasil penelitian yang berbeda. Jadi
review yang baik dapat menggambarkan apakah literatur review
yang dilakukan dapat menunjukkan apa yang sudah dilakukan dan
apa yang belum dilakukan.
4. Belajar dari orang lain dan mendorong munculnya ide baru
Literatur review membatu peneliti untu menceritakan apa yang
telah ditemukan sehingga peneliti memperoleh manfaat dari yang
telah dikerjakan orang lain

2.5.3 Pengumpulan data


Untuk menentukan metode pengumpulan data, dapat didasari
pertimbangan berikut14:
a. Syarat kecukupan informasi: pemilihan metode yang dapat
memberi peluang peneliti untuk memperoleh pengertian yang
mendalam dan tepat.
b. Syarat efisiensi: data diperoleh secara mencukupi dengan
mengorbankan waktu, akses, dan biaya sekecil-kecilnya.
c. Syarat pertimbangan etika: metode yang dipilih tidak mengusik
rasa aman atau privasi, tidak mengandung bahaya atau resiko,
serta tidak menyalahi hak-hak asasi manusia.
Berikut merupakan uraian singkat mengenai perbedaan metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif14

Tabel 8. Tipe dan metode pengumpulan data


Metode Pengumpulan Data
Tipe Data Enumerasi & Pengamatan Wawancara
sampel Berperanserta Mendalam
33

Distribusi, Prototipe dan Umumnya tidak Kadang-kadang tetapi


frekuensi bentuk terbaik memadai dan tidak tidak selalu memadai;
efisien jika memadai maka
efisien
Kejadian, Tidak Prototipe dan bentuk Memadai dan efisien
sejarah memadai, terbaik asalkan berhati-hati
tidak efisien
Norma, Memadai, Memadai tetapi tidak Prototipe dan bentuk
status tetapi tidak efisien, kecuali terbaik
efisien menggali norma yang
tidak terucapkan

Peneliti sendiri perlu mempertimbangkan dirinya14,17:


a. Peneliti kualitatif cukup dekat dengan orang-orang atau situasi
yang diteliti sehingga dimungkinkan pemahaman mendalam dan
rinci tentang hal-hal yang sedang berlangsung.
b. Peneliti kualitatif berupaya menangkap hal-hal yang secara aktual
terjadi dan dikatakan subyek penelitian.14,18
Sumber data primer dalam pengumpulan data adalah responden
dan informan. Responden adalah sumber data tentang keragaman
dalam gejala-gejala, berkaitan dengan perasaan, kebiasaan, sikap,
motif, dan persepsi. Sedangkan informan adalah sumber data yang
berhubungan degan pihak ketiga dan data tentang hal-hal yang
melembaga atau gejala umum.14
Sesuai dengan sifat luwes dalam desain penelitian kualitatif,
maka tidak ada rincian jumlah dan tipe informan secara pasti. Hanya
ada rencana umum mengenai siapa yang akan diwawancarai dan
bagaimana menemukannya di lapangan. Responden dipilih secara
sengaja, setelah sebelumnya mempuat tipologi (ideal) individu dalam
masyarakat. Yang penting di sini bukanlah jumlah responden
kasusnya, tetapi potensi tiap responden kasus untuk memberi
34

pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.


Berikut merupakan macam metode penelitian.14
1. Pengamatan berperan serta
Pengamatan berperan serta merujuk pada proses studi yang
mempersyaratkan interaksi sosial antara peneliti dan subyek
penelitiannya dalam lingkungan subyek penelitian itu sendiri,
guna memperoleh data melalui teknik yang sistematis. Alasan
metodologis penggunaan teknik ini ialah:
a. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat,
merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan
gejala sosial di dalamnya, sebagaimana subyek penelitian
melihat, merasakan, dan memaknainya.
b. Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara
bersama-sama antara peneliti dan subyek penelitiannya
(intersubyektifitas).

Berdasarkan sejumlah aspek, metode pengamatan terbagi


sebagai berikut:14
a. Berdasarkan tingkat peran serta peneliti: peran serta penuh,
peran serta terbatas, dan tanpa peran serta (peneliti bertindak
sebagai penonton).
b. Berdasarkan tingkat keterbukaan peran peneliti: keterbukaan
penuh (semua subyek penelitian mengenal peneliti dan
mengetahui kegiatan pengamatannya), keterbukaan terbatas
(hanya sebagian subyek penelitian mengenal peneliti dan
mengetahui kegiatan pengamatannya), tertutup penuh (subyek
penelitian tidak mengenal peneliti dan tidak tahu-menahu
tentang kegiatan pengamatannya).
c. Berdasarkan tingkat keterbukaan tujuan penelitian: terbuka
penuh (dijelaskan seluruhnya kepada subyek penelitian),
keterbukaan terbatas (dijelaskan sebagian kepada subyek
penelitian), tertutup penuh (tanpa penjelasan kepada subyek
35

penelitian), dan pemalsuan (memberikan penjelasan palsu atau


bohong kepada subyek peneliti).
d. Berdasarkan tingkat kedalaman dan keluasan atau jangka
waktu pengamatan: jangka pendek (pengamatan tunggal dalam
waktu singkat, misalnya 2 jam) dan jangka panjang
(pengamatan berganda dalam waktu lama, misalnya bulanan
atau tahunan).
e. Berdasarkan himpunan pengamatan: himpunan sempit
(terhimpun pada suatu unsur saja), dan himpunan luas
(tinjauan holistik yang mencakup semua unsur)
Pedoman pengamatan berperan serta sebagai berikut:14
a. Pembatasan tegas terhadap sasaran pengamatan, sehingga
pengamatan terarah/ terumpun. Pembatasan ini disesuaikan
dengan tujuan dan masalah penelitian, apa yang akan ingin
diterangkan, dan fakta apakah yang digunakan untuk
menerangkan.
b. Pengamatan didasarkan pada suatu kerangka pemikiran,
walaupun itu bersifat longgar. Kerangka pemikiran ini
bukanlah untuk diuji secara empiris, melainkan sebagai
pedoman pengumpulan data. Dengan demikian menjadi jelas
peristiwa atau gejala apakah yang perlu diperhatikan, serta
bagaimana kaitan antar peristiwa/ gejala tersebut.
Teknik pengamatan berperan serta memiliki kekurangan
sebagai berikut14,23:
a. Peneliti dapat menjadi going native atau etnosentis, yaitu
benar-benar menjadi orang dalam sebagaimana subyek
penelitiannya, sehingga tidak bisa secara jernih merumuskan
hasil penelitian.
b. Masalah validitas: ketikaberbeda peneliti maka kemungkinan
kesimpulan penelitian akan berbeda, sebagai akibat dari:
persepsi dan penilaian selektif peneliti, kehadiran peneliti
36

berefek kepada perubahan subyek penelitian, peneliti tidak


mungkin menyaksikan seluruh aktivitas budaya masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti
dan subyek penelitian, dalam rangka memahami pandangan
subyek penelitian mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun
situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri.
Wawancara mendalam adalah percakapan dua arah dalam suasana
kesetaraan, akrab, dan informal.
Teknik ini sesuai pada situasi:
a. Aspek yang menjadi perhatian penelitian sudah jelas dan
dirumuskan dengan tepat.
b. Ajang dan orang-orang yang menjadi subyek penelitian tidak
terjangkau, misalnya menyangkut peristiwa masa lalu.
c. Peneliti menghadapi kendala waktu, sehingga tidak mungkin
melakukan pengamatan berperan serta penuh.
d. Penelitian tergantung pada ajang atau orang-orang dalam skala
luas/ besar.
e. Peneliti ingin menjelaskan pengalaman subyek manusia:
riwayat hidup memungkinkan peneliti mengenal subyek
penelitian secara akrab, melihat dunia lewat mata meraka dan
masuk lewat pengalaman mereka.
Wawancara mendalam bersifat luwes, terbuka, tidak
terstruktur, dan tidak baku, Intinya ialah pertemuan berulang kali
secara langsung antara peneliti dan subyek penelitian. Tujuannya
untuk memahami pandangan subyek penelitian tentang kehidupan,
pengalaman, atau situasi subyek penelitian, sebagaimana
diungkapkan dalam bahasanya sendiri.14
Dalam status sebagai teknik metodologis, maka
pewawancara dituntut untuk memenuhi dual hal sekaligus, yaitu:14
a. Mempelajari pertanyaan yang ditanyakan, dan bagaimana
menjawabnya.
37

b. Memperoleh jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Tidak


ada gunanya mengajukan pertanyaan yang peneliti sendiri
tidak mengerti bagaimana harus menjawabnya.
Berdasarkan substansinya, wawancara mendalam
dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Wawancara untuk menggali riwayat hidup sosiologis. Riwayat
hidup menyajikan pandangan orang mengenai kehidupannya
dalam bahasanya sendiri. Peneliti berupaya menangkap
pengalaman penting dalam kehidupan seseorang menurut
definisi orang tersebut.
b. Wawancara untuk mempelajari kejadian dan kegiatan, yang
tak dapat diamati secara langsung. Orang yang diwawancarai
ialah responden/ informan yang hidup di lingkungan sosial
yang diteliti. Mereka bertindak sebagai “pengamat” bagi
peneliti, mata, dan telingganya di lapangan. Responden/
informantidak saja mengungkapkan pandangannya, tetapi juga
menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana orang lain
memandang.
c. Wawancara untuk menghasilkan gambaran luas mengenai
sejumlah ajang, situasi, atau orang. Wawancara lebih tepat
untuk mempelajari sejumlah besar orang dalam waktu relatif
singkat dibandingkan pengamatan berpartisipasi.
Dari segi jumlah orang yang diwawancarai, wawancara
mendalam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wawancara
perorangan dan wawancara kelompok. Riwayat hidup individu
lazimnya dikumpulkan melalui wawancara perorangan.14,23
Beberapa kelemahan dalam wawancara mendalam:
a. Sebagai suatu percakapan, wawancara terbuka terdapat
kemungkinan pemalsuan, penipuan, pelebih-lebihan, dan
penyimpangan (distorsi). Dapat terjadi kesenjangan besar
antara yang dikatakan dan dilakukan responden/ informan.
38

b. Orang mengatakan dan melakukan hal yang berbeda dalam


situasi yang berbeda. Tidak dapat dianggap bahwa apa yang
dikatakan seseorang pada saat wawancara adalah apa yang
diyakini dan dikatakannya dalam situasi lain.
c. Sejauh pewawancara tidak mengamati langsung orang-orang
dalam kehidupan mereka sehari-hari, maka pewawancara
terjauhkan dari konteks yang penting guna memahami banyak
pandangan yang disorotinya.
1) Pedoman pertanyaan
Pada penelitian besar yang melibatkan sejumlah
pewawancara, suatu pedoman pertanyaan memungkinkan
pewawancara untuk menggali topik-topik kunci yang sama
dari responden/ informan. Pedoman pertanyaan bukanlah
daftar pertanyaan terstruktur melainkan berupa aspek-aspek
yang hendak digali oleh responden/ informan. Bagaimana
aspek tersebut ditanyakan perlu diputuskan oleh peneliti
sendiri di lapangan. Syarat penyusunan pedoman wawancara
mendalam ialah pengetahuan awal perihal topik wawancara
(misalnya dari literatur), dan orang yang hendak
diwawancarai.
2) Memulai wawancara
Pertemuan pertama sebaiknya diarahkan pada pembinaan
rapport yang baik. Pada tahap ini pertanyaan bersifat umum
saja. Jangan langsung masuk pada inti persoalan, sehingga
bisa merepotkan responden/ informan yang belum siap
diwawancarai. Pewawancara harus menemukan cara terbaik
untuk menuntun responden/ informan menjadi terbuka.
Terbuka berarti mereka bersedia mengungkapkan
pandangannya dan pengalamannya secara “lepas”. “Lepas”
ditunjukkan dengan tidak membakukan percakapan dan
39

membatasi hal-hal yang harus mereka katakan. Untuk itu ada


sejumlah cara:24,25
 Pertanyaan deskriptif. wawancara sebaiknya dimulai
dengan meminta responden/ informan untuk
menjelaskan, mendaftar, atau menguraikan ragam
kejadian, pengalaman, tempat, dan orang-orang yang
memiliki arti penting dalam kehidupannya. Pertanyaan
deskriptif memungkinkan orang untuk menceritakan
secarabebas apa yang dianggapnya penting.
 Meminta responden/ informan untuk menuliskan
kisahnya atau riwayat hidupnya. Peneliti memberi
petunjuk penulisan. Setelah selesai tulisan itu dibicarakan
bersama untuk melengkapinya.
 Wawancara berdasarkan catatan kegiatan harian.
Responden/ informan diminta untuk membuat catatan
selengkap mungkin tentang kegiatan mereka dalam
periode waktu tertentu. Catat tersebut perlu dilengkapi
perihal siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana
kegiatan tersebut. Catatan ini kemudian dijadikan dasar
atau acuan untuk melakukan wawancara mendalam.
 Dokumen pribadi, seperti diari, surat, potret, atau gambar,
rekaman, kenang-kenangan. Benda-benda ini dapat
digunakan untuk menuntun wawancara tanpa
memaksakan suatu struktur pembicaraan terhadap
responden/ informan.
3) Situasi wawancara
Situasi wawancara akan mempengaruhi derajat keumuman
informasi yang diperoleh dari responden/ informan. Semakin
formal, maka semakin tinggi derajat keumuman informasi.
Berdasarkan derajat keumuman, informasi yang terdapat
dalam masyarakat dapat terbagi dalam empat jenis: 24,25
40

 Informasi umum, yaitu informasi yang diketahui dan


dapat dibicarakan oleh siapapun, misalnya berita surat
kabar.
 Informasi kepercayaan, yaitu informasi yang diberikan
atas dasar kepercayaan, misalnya tentang konflik di desa.
Jika peneliti memperoleh informasi ini, maka ia harus
melindungi indentitas responden/ informannya.
 Informasi rahasia, yaitu informasi yang hanya diketahui
oleh anggota suatu kelompok eksklusif, sehingga sukar
diperoleh. Untuk memperoleh informasi rahasia, peneliti
harus mampu masuk ke dalam lingkaran kelompok
eksklusif tersebut.
 Informasi pribadi, yaitu rahasia pribadi yang sangat
jarang dibicarakan. Peneliti harus memperlakukan
informasi ini dengan hormat.14
Petunjuk untuk membangun situasi wawancara yang kondusif:
 Tidak menghakimi. Pewawancara harus menahan diri
untuk menilai responden/ informan secara negatif, dan
menerima mereka apa adanya. Teteramkanlah hati
mereka saat mengungkapkan informasi yang bersifat
personal atau memalukan. Sampaikan pengertian dan
empati, misalnya “Saya dapat memakluminya”, sehingga
mereka bersedia mengungkapkan informasi secara
terbuka.
 Biarkan mereka bicara. Ketika responden/ informan
berbicara panjang lebar tentang hal-hal yang tidak
bersangkut paut dengan topik penelitian, peneliti perlu
berusaha untuk tidak memotongnya, apalagi pada
wawancara pendahuluan. Mereka dapat diarahkan dengan
cara, misalnya peneliti berhenti manggut-manggut, atau
mengalihkan topik pembicaraan pada waktu jeda bicara.
Sebaliknya, ketika responden/ informan mulai berbicara
41

tentang hal yang penting bagi studi, biarkan


permbicaraan mengalir. Berikan respons positif lewat
gerakan tubuh atau pertanyaan yang relevan.
 Berikan perhatian. Pewawancara harus menunjukkan
perhatian serius kepada apa saja yang dikatakan
responden/ informan. Peneliti juga harus mengetahui
kapan dan bagaimana menggali maupun mengemukaan
pertanyaan yang mengena.
4) Menggali informasi lebih jauh
Salah satu kunci keberhasilan wawancara mendalam ialah
mengetahui kapan dan bagaimana cara menggali informasi
lebih jauh (probing), artinya peneliti meindaklanjuti topik
yang terungkap dengan cara: 24,25
 Menanyakan pertanyaan spesifik
 Mendorong responden/ informan untuk menerangkan
rincian pengalaman
 Meminta penjelasan lanjut mengenai ucapan responden/
informan
Pedoman pokok dalam penggalian informasi:
 Rumuskan ucapan responden/ informan dan mintalah
konfirmasi
 Mintalah responden atau informan untuk menyajikan
contoh tentang apa yang mereka maksudkan
 Katakan kepada responden/ informan jika ada sesuatu
yang kurang jelas
5) Cek silang
Cek silang penting untuk memastikan ketepatan data dengan
menerapkan teknik triangulasi. Caranya dengan
mewawancarai “pihak ketiga” yang menguasai topik yang
sedang diteliti.
6) Catatan harian
42

Setiap kali selesai wawancara dengan subyek penelitian,


peneliti harus meluangkan waktu untuk menuliskan kembali
hasil wawancara tersebut dalam bentuk catatan harian.
3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata,
laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa
macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan
harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta,
data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-
lain.16,26
4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan
data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan
tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman
sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap
pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.16,26

2.5.4 Validitas dan Reabilitas


Dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas sering dinamakan
kredibilitas. Penelitiankualitatif memiliki dua kelemahan utama: (a)
peneliti tidak dapat 100% independen dan netral daripengaturan
penelitian; (b) penelitian kualitatif sangat tidak terstruktur (kacau) dan
sangat interpretatif.Creswell dan Miller menawarkan 9 prosedur untuk
meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif: triangulasi,pembuktian
43

ketidakbenaran kejadian, refleksivitas penelitian, pemeriksaan


anggota, pemanjangan keterlibatan di lapangan,kolaborasi,
pemeriksaan jejak, deskripsi yang banyak dan berisi,dan
wawancararekan.
1. Triangulasi
Triangulasi artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam
melakukan penelitian.Artinya, dalam penelitian kualitatif, peneliti
dapat menggunakan berbagai sumber data, teori,metode dan
investigator agar informasi yang disajikan konsisten. Oleh karena
itu, untuk memahamidan mencari jawaban atas pertanyaan
penelitian, peneliti dapat mengunakan lebih dari satu teori,lebih
dari satu metode (wawancara, observasi dan analisis dokumen).12
Triangulasi ini dilakukan untuk menurunkan risiko dari adanya
asosiasi dan bias sistematik karena metode tertentu dan
memungkinkan penilaian yang lebih baik dari penjelasan umum
yang seseorang kembangkan.15
2. Pembuktian ketidakbenaran kejadian
Prosedur ini dilakukan dengan cara mencari tema dan kategori
yang konsisten danmenerapkan proses tertentu untuk
membuktikan ketidakbenaran (disconfirm) temuan tersebut.12 Hal
ini merupakan bagian penting dari pengujian validitas secara
logika pada penelitian kualitatif. Prinsip dasarnya yaitu peneliti
perlu memeriksa dengan ketat baik data pendukung maupun data
yang berbeda untuk menilai apakah lebih masuk akal untuk
mempertahankan kesimpulan atau memodifikasinya, menjadi
lebih sadar tentang semua tekanan untuk menolak data yang tidak
sesuai dengan kesimpulan peneliti.15 Langkah yang dilakukan
adalah mengidentifikasi tema riset, dan jika sudah teridentifikasi,
cari bukti negatif.12 Pada kasus yang sulit, hal yang terbaik untuk
peneliti lakukan adalah melaporkan bukti yang berbeda dan
44

memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi dan menarik


kesimpulan mereka sendiri.15
3. Refleksivitas penelitian
Dalam refleksivitas penelitian, peneliti menjelaskan aspek
ontologi, epistemologi, dan asumsi tipe manusia yang digunakan
dalam penelitian. Cara ini dilakukan untuk menunjukkan
kepadapembaca mengapa teori tertentu dan metode penelitian
tertentu diadopsi. Aspek ini perludiungkapkan, karena persepsi
peneliti dibentuk oleh sistem nilai dan keyakinan.12

4. Pemeriksaan anggota atau validasi responden


Pemeriksaan anggota dilakukan dengan cara kembali ke tempat
penelitianuntuk memverifikasi kredibilitas informasi atau dengan
kata lain pada metode ini peneliti meminta umpan balik tentang
data seseorang dan kesimpulan dari orang yang diteliti. 12,15Tujuan
dari langkah ini yaitu untuk mengesampingkan kemungkinan
salah tafsir mengenai makna apa yang peserta katakan dan
lakukan dan mengengai perspektif mereka tentang apa yang
terjadi. Selain itu hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi bias
peneliti dan kesalahpahaman dari yang peneliti alami.15 Langkah
yang dilakukan dalam prosedur ini adalah:
1) Setiap temuan harus didiskusikan dan dicek validitasnya
dengan orang dalam organisasiyang mengetahui fenomena
yang diteliti.
2) Apakah data/temuan tersebut benar dan diinterpretasikan sama
baik oleh peneliti maupunorang lain.
5. Pemanjangan keterlibatan di lapangan
Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian, peneliti dapat
mengalokasikan waktu yang cukup lama di tempat
penelitian(biasanya lebih dari 3 bulan, tergantung tujuan
penelitian).12 Pemanjangan waktu keterlibatan di lapangan dapat
45

memberikan data yang lebih lengkap tentang situasi dan kejadian


spesifik dibandingkan metode lainnya. Tidak hanya memberikan
lebih banyak data dan lebih banyak perbedaam data tetapi juga
data yang diberikan lebih langsung dan kurang tergantung dengan
dugaan. Selain itu hal ini juga memungkinkan kesempatan yang
lebih banyak untuk mengembangkan dan menuji hipotesis
alternatif selama masa penelitian.15 Langkah ini dapat mengurangi
kemungkinan munculnya:
1) Efek yang disebabkan pengamat(kondisi yang muncul
dilapangan karena keberadaan observer)
2) Bias pengamat(salah tafsirkarena keterbatasan data dan
pengetahuan)
3) Kesulitan dalam memperoleh akses atas data yang diperlukan
6. Kolaborasi
Atas dasar prosedur ini, peneliti dapat menunjuk seorang peserta
untuk diangkat sebagaiasisten penelitidalam proses penelitian.
Peserta tersebut berperan seperti “mata‐mata” yang bertugas
membantu mencari data, dan menginterpretasikan temuan. Agar
kredibel,pesertatersebut harus memiliki pengetahuan tentang
fenomena yang diteliti dan memiliki akses terhadap sumber data.12
7. Pemeriksaan jejak
Pemeriksaan jejak dapat dilakukan dengan cara peneliti
mengkonsultasikan hasil temuan penelitiandengan pihak eksternal
untuk menilai kredibilitas metode pengumpulan data, temuan
daninterpretasi yang dibuat. Pihak eksternal yang dipilih adalah
orang yang memahami fenomena danbebas.12
8. Deskripsi yang banyak dan berisi
Kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dipertahankan dengan
cara menggambarkan secara rinci dan jelas temuan penelitian.
Oleh karena itu peneliti harus mampu menggambarkan dengan
detail tentang tempat penelitian, peserta, tema penelitian, proses
pencarian data, proses interpretasi, dll.12 Pada metode wawancara,
data berisi yaitu data berupa transkrip kata demi kata dari
46

wawancara, tidak hanya catatan apa yang dirasakan secara


signifikan. Untuk metode observasi, data berisi adalah hasil yang
rinci, catatan deskriptif yang diambil dari rekaman video atau
transkrip dari kejadian yang spesifik dan nyata yang diamati.15
9. Wawancara rekan
Kredibilitas hasil penelitian dapat juga ditingkatkan dengan cara
melakukan review atas data dan kegiatan penelitian berdasarkan
pada keakraban peneliti atas fenomena yang diteliti. Perlu diingat
bahwa kesembilan prosedur tersebut tidak harus diterapkan
semuanya. Penelitian dapat memilih beberapa prosedur sesuai
dengan kondisi di lapangan dan fokus penelitian.12

2.5.5 Riset Lapangan


Riset lapangan dan analisis data merupakan proses yang tidak dapat
dipisahkan dalampenelitian kualitatif. Artinya, analisis data dilakuakn
bersamaan dengan pengumpulan data. Untuk memudahkan penelitian
lapangan, langkah berikut ini dapat diikuti12:
1. Mulai dengan benar
Untuk memulai penelitian dengan benar, seorang peneliti dapat
melakukan tahapan sebagai berikut:
1) Lihat fenomena yang ada, lengkapi dengan penelitian yang
sudah ada (Baca semualiteratur yang relevan.)
2) Defocusing dengan cara mengkosongkan konsep yang
selama ini ada di pikiran
3) Lakukan “penerawangan” secara terbuka untuk menyaksikan
berbagai jenis situasi, perilaku, dan setting sebelum
menentukan mana yang penting dan tidak penting dgan cara
mengabaikan peran “kita” sebagai peneliti.
2. Menentukan setting penelitian
Setting penelitian memainkan peranan dalammenghasilkan riset
yang berkualitas. Oleh karena itu, seorang peneliti dapat
melakukan langkah berikut:
47

1) Pilihlah tempatpenelitian yang unik, sesuai dengan fenomena


yang diteliti.
2) Tempat yang dipilih meliputi berbagai aktivitas, hubungan
sosial, dan kejadian lain yang dapatmemberikan banyak data
menarik.
3) Poin penting: mengapa tempat tersebut dipilih? bagaimana
memperoleh akses?
3. Memasuki wilayah penelitian
Ketika masuk ke dalam wilayah penelitian, peneliti dapat
melakukan langkah berikut ini agar riset berjalan lancar:
1) Lakukan perencanaan yang matang
2) Lakukan negosiasi
3) Jelaskan kepada orang yang terlibat di tempat penelitian
tentang diri peneliti dan ruang lingkup penelitian yang
dilakukan
Oleh karena peneliti merupakan instrumen utama dalam
penelitian, maka peneliti harus mampu membangun hubungan
yang baik dengan semua pihak. Dalam proses ini biasanya ada
semacam tekanan atas apa yangg terjadi dan adanya konsekuensi
pribadi yang ditanggung peneliti ketika membentuk hubungan
tersebut (relationship & personal feeling). Yang perlu
diperhatikan peneliti harus menyadari dirinya sebagai orang asing
dalam setting tersebut.
4. Ketika di wilayah penelitian
Pada waktu berada di tempatpenelitian, peneliti harus mampu
mengembangkan hubungan sosial dengan anggota organisasi
sehingga muncul kepercayaan diri dan mampu mengembangkan
sikap berteman (trust and friendly feeling). Untuk mewujudkan
kondisi ini, peneliti dapat melakukan langkah beriktu ini:
1) Perhatikan anggota yang tidak kooperatif dan atasi dengan
sabar
2) Pahami perilaku dengan mempelajari “bagaimana berpikir dan
bertindak dalam perspektif anggota organisasi”
48

3) Identifikasi bagaimana mengatasi stres personaldan masalah


lain sedini mungkin (pertanyaan bagaimana jika)
5. Observasi dan pengumpulan data
Agar peneliti dapat mengumpulkan data yang berkualitas dan
cukup, peneliti harus jeli melakukan observasi di lapangan untuk
melihat berbagai kejadian yang relevan dengan fenomena
penelitian. Untuk itu peneliti harus mampu mengembangkan
sikap berikut ini:
1) Melihat dan Mendengar
 Perhatikan, lihat dan dengar dengan hati‐hati (penelitian
sebagai instrumen).
 Fokuskan perhatian pada detail kejadian/peristiwa,
perilaku, kondisi fisik, percakapan,gerak tubuh, dan lain
lain.
 Fokuskan pada apa yang terjadi, dimana, siapa yang
terlibat, kapan terjadinya dan bagaimana kejadiannya.
2) Buat catatan
Ketika ada kejadian menarik, peneliti harus segera mencatat
apa yang dilihat sehingga mampu menggambarkan kondisi
yang sebenarnya dari fenomena yang terjadi.
6. Fokus pada tempat khusus
Satu hal yang perlu diperhatikan, ketika peneliti berada
dilapangan dan melakukan pengamatan, maka peneliti harus
mampu memfokuskan perhatiannya pada tempat khusus. Jadi
peneliti sebaiknya melihat hal‐hal secara umum, kemudian
fokuskan pada isu khusus. Ada tiga kejadian yang dapat
ditemukan di lapangan:
1) Kejadian rutin (peristiwa yang terjadi setiap hari. Peristiwa ini
bukannya tidak penting, namun bukan menjadi fokus utama
pengamatan, hanya perlu diketahui).
2) Kejadian khusus (peristiwa yang diumumkan dan direncankan
sebelumnya. Peristiwa ini perlu diperhatikan karena tidak
49

terjadi setiap hari, sehingga dipandang cukup penting dalam


penelitian).
3) Kejadian mendadak (peritiwa yang terjadi bergitu saja, tidak
bersifat rutin dan tidak pernahdirencanakan sebelumnya.
Peristiwa semacam ini yang sering menimbulkan kejutan
sehinggamampu menggambarkan kejadian menarik dari
obyek yang sedang diteliti)
7. Wawancara di lapangan
Wawancara di lapanganbiasanya dilakukan informal, karena cara
ini lebih mudah untuk membentuk hubungan sosial dan menggali
informasi sedalam dalamnya. Isu utama dalam tahap ini adalah
apa yang harus ditanyatakan? Ada tiga kelompok pertanyaan yang
dapat didesain untuk mengumpulkan informasi melalui
wawancara:
1) Pertanyaan deskriptif (mengeksplorasi tempat dan
mempelajari individu: apa, siapa, dimana, kapan, bagimana).
2) Pertanyaan structural (pertanyaan klasifikasi‐misal: apa
indikator keberhasilan manajer?)
3) Pertanyaan kontras(untuk mengembangkan analisis dgn
fokus persamaan dan perbedaanmisal: apa yang
membedakan manajer yang sukses dan manajer yang
gagal?12

2.5.6 Analisis data


Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam
analisis data. Pemilihanmetode sangat tergantung pada pertanyaan
penelitian(Baxter and Chua 1998); strategi penelitiandankerangka
teori(Glaser and Strauss 1967). Untuk melakukan analisis, peneliti
perlumenangkap, mencatat, menginterpretasikan dan menyajikan
informasi. Satu hal yang perludiperhatikan oleh peneliti adalah dalam
penelitian kualitatif, analisis data tidak dapat dipisahkan darikoleksi
data. Oleh karena itu, ketika data mulai terkumpul dari
wawancara,observasi dansumber arsip, analisis data harus segera
50

dilakukan untuk menentukan pengumpulan databerikutnya. Adapun


langkah analisis dapat dilakukan sebagai berikut12:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.1Reduksi data
intinya mengurangi data yang tidak penting sehingga data yang
terpilih dapatdiproses ke langkah selanjutnya. Dalam penelitian
kualitatif, data yang diperoleh dapat berupasimbol, pernyataan,
kejadian, dan lainnya. Oleh karena itu timbul masalah karena data
masih mentah, jumlahnya sangat banyak dan bersifat non‐
kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapatdigunakan
secara langsung untuk analisis. Oleh karena itu, data perlu
diorganisir kedalam formatyang memungkinkan untuk dianalisis.
Reduksi data yang mencakup kegiatan berikut ini:25,26
1) Organisasi data, menentukan kategori, konsep, tema, pola
Data dari wawancara ditulis lengkap dan dikelompokkan
menurut format tertentu (misalmenurut jabatan struktural,
diberi warna, dll). Responden dapat ditandai dengan inisial
(misalnya Si A, Manajer A, dll). Dengan cara ini, peneliti
dapat mengidentifikasi informasi sesuaipemberi informasi
dengan misalnya jabatan responden. Transkrip hasil
wawancara kemudiandapat dianalisis dan poin kuncidapat
ditandai untuk memudahkan pengkodeandan
pengklasifikasian.
Data dari observasi dan arsip biasanya berupa catatan
(catatan di lapangan). Prosesnya tidak berbeda jauh dengan
data hasil wawancara.Catatan di lapangan selama observasi
dapat diorganisir ke dalam form dengan judul tertentu,
misalnya: tanggal, jam, peristiwa, paserta, deskripsi peristiwa,
dimana terjadinya, bagaimana terjadi, apa yang dikatakan,
serta opini dan perasaan peneliti. Sementara itu, data dari
51

analisis catatan organisasi (arsip) dapat diorganisir ke dalam


format tertentu untuk mendukung data dari observasi dan
wawancara. Narasi (deskripsi) yang telah diorganisir dapat
dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan
kode. Pengelompokan tema tersebut harus koheren dengan
tujuan penelitian dan keyakinan yang dibuat oleh peneliti
sesuai dengan fenomena penelitian.
2) Pengkodean data
Data yang diperoleh dari langkah di atas, kemudian
dikelompokkan ke dalam tema tertentu dan diberi kode untuk
melihat kesamaan pola temuan. Jadi, pengkodeanharus
dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang
dikembangkan sebelumnya. Dengan cara ini,
pengkodeanmemungkinkan peneliti untuk mengkaitkan data
dengan masalah penelitian.
 Pengkodean terbuka
Merupakan langkah pertama pemberian kode, peneliti
menganalisis dan menentukan berbagai kategori tema.
 Pengkodean aksial
Peneliti menganalisis keterkaitan satu tema dengan tema
lainnya: sebab dan akibat, kondisi dan interaksi, strategi
dan prosesdan membuat “pengelompokan”
 Pengkodean selektif
Pembacaan data dan pengkodean yang dilakukan
sebelumnya setelah semua data lengkap, tema utama
muncul dan memudahkan peneliti untuk melakukan
interpretasi dan analisis.
2. Pemahaman (understanding) dan mengujinya
Atas dasar pengkodean, peneliti dapat memulai memahami data
secara detail dan rinci. Proses inidapat berupa “pemotongan” data
hasil wawancara dan dimasukkan ke dalamfolderkhusus
sesuaidengan tema/pattern yang ada. Hasil observasi dan analisis
dokumen dapat dimasukkan kedalam folderyang sama untuk
52

mendukung pemahaman atas data hasil wawancara. Data


kemudiandicoba dicari maknanya/diinterpretasi. Dalam
melakukan interpretasi, peneliti harus berpegangpada koherensi
antara temuan wawancara, observasi dan analisis dokumen.
3. Interpretasi
Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada
sehingga interpretasi tidakbersifat bias tetapi dapat dijelaskan
oleh teori tersebut. Perlu diingat bahwa dalam
melakukaninterpretasi, peneliti tidak boleh lepas dari kejadian
yang ada pada setting penelitian. Di samping itu,peneliti harus
mampu mengkaitkan temuan penelitian dengan berbagai teori
karena penelitiankualitatif berpegang pada konsep triangulation.
Untuk memudahkan analisis, peneliti dapat menggunakan
strategi di bawah ini:12,27
1) Narasi (ceritakan secara detail kejadian dalam setting)
2) Tipe ideal (bandingkan data kualitatif dengan model
kehidupan sosial yang ideal)
3) Penaksiran yang benar (kaitkan data dengan teori secara
berulang‐ulang, sampai perbedaannya hilang)
4) Metode ilustrasi (isi “kotak kosong” dalam teori dengan data
kualitatif)
5) Bagian ketergantungan dan kemungkinan (mulai dengan hasil
kemudian lacak balik urutan kejadianuntuk melihat jalur yang
menjelaskan kejadian tersebut)
6) Analisis wilayah (masukkan istilah‐istilah asli yang
menunjukkan ciri khas obyek yang diteliti)
7) Perbandingan analisis (identifikasi berbagai karakter dan
temuan kunci diperoleh, bandingkanpersamaan dan perbedaan
karakter tersebut untuk menentukan mana yang sesuai
dengantemuan kunci.12,28
2.5.7 Menulis laporan
Berikut adalah format laporan penelitian kualitatif:
1. Konteks Penelitian atau Latar Belakang
53

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk


maksud apa peelitian ini dilakukan, dan apa/siapa yang
mengarahkan penelitian.16
2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau


topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini.
Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian
berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian
dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini
diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan
di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung
oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.

Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai


dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan
naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi
pendahuluan di lapangan. 16

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
4. Landasan Teori
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari
teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan
54

terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian


kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada
sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.16
5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian
terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan
pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam
subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah
yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat
disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih
memang layak untuk dilakukan. 16
6. Metode Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah


penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
data, dan tahap-tahap penelitian.16

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada bagian ini peneliti perlu menjelaskan bahwa


pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,
dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan
ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi
teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna
suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik,
kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni
(hermeneutik). Peneliti juga perlu mengemukakan jenis
penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus,
grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris,
penelitian tindakan, atau penelitian kelas.16
55

b. Kehadiran Peneliti

Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak


sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen
selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya
terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen.
Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk
penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti
ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran
penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai
partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat
penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran
peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau
informan. 16

c. Lokasi Penelitian

Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi


karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta
bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi
hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis,
bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur
organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan
lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang
dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan
menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti
kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat
dengan rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau
peneliti telah mengenal orang-orang kunci. 16

d. Sumber Data
56

Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik


penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian
tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan,
bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan
informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan
itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga
kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari
informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball
sampling).

Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif


harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam
penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk
mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk
melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel
dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu. 16

e. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang


digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman
data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh
mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio
atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan
lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur
menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi
dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang
menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data,
dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain
itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan
57

data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan dalam


pengumpulan data.

f. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan


pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat
menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan,
pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta
pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan
penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif,
analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan
data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain,
analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis
tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik
nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian
tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang
operasional, misalnya matriks dan logika. 16

g. Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti


untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh
temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti
kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik
perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang
diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber,
metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus
negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan
anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-
tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability),
58

ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-


tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya
(confirmability) . 16

h. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikan proses pelaksanaan penelitian mulai


dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain,
penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah


disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya
digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks
tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan
pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan.

2. 6. Contoh Penelitian Kualitatif


Berikut adalah contoh penelitian kualitatif:17

SOCIAL SUPPORT IN ODHA


Farah Nurbani, ANITA ZULKAIDA, S.Psi., M.Si.
Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
59

Epidemi AIDS di Indonesia sudah berlangsung hampir 20 tahun


namun diperkirakan masih akan berlangsung terus dan memberikan
dampak yang tidak mudah diatasi. Menurut estimasi Nasional tahun 2006
di Indonesia terdapat 169.000 sampai 216.000 orang yang tertular HIV,
dan akan menjadi satu juta orang dalam 10 tahun jika tidak melakukan
upaya penanggulangan yang serius serta didukung oleh semua pihak
(Komisi Penanggulan AIDS, 2006).
Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus
tersebut. Para ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS, dan
obat itu disebut sebagai Antiretroviral Agents (ARV). Ternyata obat ini
tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya dapat memperlambat reproduksi
HIV pada tahap awal. (Taylor, 2006). Salah satu cara untuk membantu
pengelolaan masalah yang membuat perasaan tertekan/stres agar tidak
membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan adalah adanya dukungan
sosial. Emery dan Oltmanns (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial
merupakan bantuan secara emosional dan langsung yang diberikan kepada
seseorang. Dukungan ini bisa berasal dari pihak manapun yang merupakan
significant others bagi orang yang menghadapi masalah atau situasi stres,
seperti orang tua, pasangan, sahabat, rekan kerja ataupun dokter dan
komunitas organisasi. Dengan adanya dukungan sosial yang besar, stresor
yang tinggi tidak akan menimbulkan atau memperburuk penyakit. Dengan
rendahnya dukungan sosial terhadap seseorang yang mengalami stress
(tinggi maupun rendah) dapat mengarah pada timbulnya penyakit.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) bukanlah merupakan individu yang menakutkan bagi
lingkungannya. Mereka hanya sebagian individu yang terserang virus dan
kehilangan sebagian sistem kekebalan tubuhnya. ODHA bukan berarti
mereka tidak dapat berkembang dan tidak mampu hidup dalam lingkungan
masyarakat. Untuk hidup mereka sangat membutuhkan dukungan sosial
dari keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekitarnya karena mereka
60

merupakan sekelompok individu yang tidak seperti orang sehat pada


umumnya.
Oleh karena itu, penulis bermaksud memperoleh gambaran lengkap
mengenai bentuk dukungan sosial serta dampak dukungan sosial terhadap
ODHA.

B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka timbul pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran dukungan sosial pada ODHA?
2. Bagaimana dampak dukungan sosial pada ODHA?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan social pada
ODHA, serta dampak dukungan social pada ODHA.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Praktis
Memberikan masukan yang bermanfaat kepada para ODHA
mengenai perlunya dukungan sosial yang mereka terima atau
mereka butuhkan dari lingkungannya. Selain itu, juga diharapkan
dapat bermanfaat untuk keluarga dan lingkungan ODHA berada,
mengenai pentingnya dukungan sosial yang perlu diberikan pada
ODHA.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu psikologi antara lain psikologi kesehatan dan
psikologi sosial, yang berkaitan dengan dukungan sosial pada
ODHA.

BAB III
METODE PENELITIAN
61

A. Pendekatan penelitian
Metode kualitatif dalam bentuk studi kasus.

B. Subjek Penelitian
1. Karakteristik Subjek
Subjek adalah pria yang terpapar virus HIV.
2. Jumlah Subjek
Penelitian ini berjumlah satu orang atau individu yang terpapar virus HIV.

C. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian : Peneliti membuat pedoman wawancara yang
disusun berdasarkan beberapa teori-teori yang relevan dengan masalah.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian : Dalam penelitian ini, peneliti bertemu
langsung dengan subjek yang bersangkutan untuk menanyakan perihal
subjek yang sekiranya bersedia diwawancarai.

D. Teknik Pengumpulan Data


Wawancara dan observasi.

E. Alat Bantu Pengumpul Data


Pedoman Wawancara, pedoman observasi, alat perekam, dan alat tulis

F. Keakuratan Penelitian
1. Triangulasi Data
Peneliti menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen hasil
wawancara dan hasil observasi dari subjek dan significant other
2. Triangulasi Pengamat
Dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang
memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi Teori
62

Yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa


data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. berbagai teori tentang
gejal-gejala stress, sumber-sumber stress, dan strategi coping yang telah
dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data
tersebut.
4. Triangulasi Metode
Yaitu metode wawancara, metode observasi.

G. Teknik Analisis Data


Mengorganisasikan Data, Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema,
dan Pola Jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada Terhadap
Data, Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data, Menulis Hasil Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai