Anda di halaman 1dari 4

1.

Permasalahan yang saya ambil pada diskusi sebelumnya adalah Masalah yang ada
sekitar saya adalah semakin banyak anak yang kecanduan gadget. Kecanduan
gadget akan berakibat buruk terhadap tumbuh kembang anak, gadget akan mudah
merusak kornea mata sehingga anak akan terkena rabun jauh/minus. Selain itu,
kecanduan gadget akan membuat anak susah konsentrasi yang akan
mempengaruhi nilai sekolah.
Jadi, judul yang akan saya berikan adalah
“Pengaruh penggunaan gadget terhadap tumbuh kembang dan kesehatan mental
anak”
Alasan saya mengambil permasalahan itu karena sudah menjadi permasalahan
yang umum namun belum ada solusi yang tepat .Saya juga mengkhawatirkan
bagaimana calon penerus bangsa di masa depan namun sejak dini sudah banyak
yang terkena sakit di bagian mata dan kurang konsentrasi saat belajar.
Untuk penjelasan maupun prediksi suatu permasalahan penelitian, diperlukan adanya suatu teori
yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti. Suatu teori terutama berusaha menjawab
pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”. Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk
preposisipreposisi yang saling berkaitan, bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematik
tentang suatu gejala. Gambaran yang sistematik itu dijabarkan dengan menghubungkan suatu
konsep dengan konsep lainnya dalam suatu preposisi, dan menghubungkan satu preposisi dengan
preposisi lainnya yang bertujuan menjelaskan suatu gejala tertentu.

Pembentukan teori pada awalnya bisa bersumber dari teori-teori lain yang ada, ataupun dari
pengamatan dan penelitian maupun akal sehat (common sense) mengenai suatu gejala. Pada
dasarnya pembentukan suatu teori melalui dua proses berpikir, yaitu proses berpikir induksi dan
proses berpikir deduksi.

Berdasarkan permasalahan yang saya ambil maka teori yang tepat adalah proses berpikir induksi.
Proses berpikir induksi adalah suatu proses pembentukan teori melalui penarikan kesimpulan secara
umum dari gejala khusus. Jadi, mula-mula berasal dari gejala-gejala khusus, peristiwa-peristiwa yang
khusus, kemudian ditarik generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum.

2. Langkah-langkah dalam merumuskan permasalahan dalam penelitian


A. LANGKAH 1 :  Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
Masalah atau permasalahan akan muncul jika ada kesenjangan antara das Sollen dengan das
Sein, atau antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dengan kenyataan, dan semacamnya.
Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup
setidak tidaknya memperkecil kesenjangan itu.
B. LANGKAH 2 : Penelaahan pustaka atau landasan teori
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-
konsep, generalisasi-generalisasi yang diperoleh dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan
teori ini Ani perlu ditegakkan agar penelitian yang akan dilakukan memiliki dasar yang kokoh, dan
bukan sekedar kegiatan coba-coba (trial and error). Untuk memperoleh informasi tentang
berbagai hal yang disebutkan di atas, kita perlu melakukan telaah pustaka. Hal ini tidak bisa
dihindari, karena memang pada umumnya lebih dari 50% kegiatan penelitian adalah membaca
(melakukan telaah pustaka). Oleh karena itu, sumber bacaan adalah bagian penunjang penelitian
yang esensial.
Secara garis besar, sumber bacaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) sumber acuan
umum, dan (2) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat
ditemukan dalam sumber acuan umum, seperti: buku-buku teks, ensiklopedia, monograph, dan
semacamnya. Generalisasi-generalisasi dapat diperoleh dari laporan-laporan hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan maslah yang akan diteliti. Laporan-laporan hasil penelitian itu
umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan khusus, seperti: jurnal, buletin penelitian,
skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain semacamnya. Dalam melakukan telaah pustaka, perlu diingat
bahwa dalam mencari sumber bacaan, kita perlu memilih (selektif), artinya tidak semua sumber
yang ditemukan ditelaah. Ada dua kriteria yang biasa digunakan dalam memilih sumber bacaan,
yaitu (1) prinsip kemutakhiran (recency), dan (2) prinsip relevan (relevance).
C. LANGKAH 3 : Penyusunan hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang
kebenarannya masih harus diuji secara empirik. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian,
hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritik yang diperoleh dari
penelaahan kepustakaan.
Secara teknis hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis
merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Secara implisit, hipotesis juga menyatakan prediksi. Misalnya, hipotesis yang menyatakan ada
hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, mengandung prediksi bahwa
mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai cara belajar yang baik akan memiliki nilai ujian yang
tinggi.
Taraf ketepatan prediksi, sangat tergantung pada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan
teoritik yang mendasarinya. Landasan teori yang kurang sehat atau kurang tepat akan melahirkan
hipotesis yang prediksinya kurang tepat.
D. LANGKAH 4 : Identifikasi, klasifikasi, dan penentuan definisi operasional variabel-variabel
Sebelum melakukan penelitian, Anda juga tentunya sudah mengidentifikasi variabel-variabel apa
yang hendak diteliti. Setelah melakukan identifikasi variabel-variabel penelitian, Anda perlu
mendefinisikan variabel-variabel tersebut secara operasional. Perumusan definisi operasional ini
perlu karena akan mengarahkan kepada alat pengumpul data yang tepat untuk digunakan dalam
penelitian dimaksud.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang didefinisikan
yang dapat diamati atau diobservasi. Definisi Operasional variabel yang dapat diamati atau dapat
diobservasi ini penting karena variabel yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang
lain untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk
diuji kembali oleh orang lain.
Ada beragam cara menyusun definisi operasional, namun secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) yang menekankan kegiatan (operation) apa
yang perlu dilakukan, 2) yang menekankan bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) yang
menekankan sifat-sifat statis variabel yang didefinisikan. Untuk memudahkan pemahaman anda,
kelompok tersebut kami beri nama Pola, sehingga ada definisi pola I. definisi pola II, dan definisi
pola III.
E. LANGKAH 5 : Penyusunan desain penelitian
Desain penelitian ditentukan oleh variabel penelitian yang sudah diidentifikasi, dan hipotesis yang
akan diuji kebenarannya. Dalam menentukan desain penelitian, perlu selalu diingat bahwa
seluruh komponen penelitian harus terjalin secara rapi dan tertib. Pada umumnya, desain
penelitian sekaligus juga merupakan desain analisis data.
F. LANGKAH 6 : Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
Dalam suatu penelitian, alat pengumpul data atau instrumen menentukan kualitas data yang
dapat dikumpulkan, dan kualitas data menentukan kualitas penelitian. Karenanya, alat
pengumpul data harus digarap secara cermat.
G. LANGKAH 7 : Penentuan populasi dan sampel penelitian
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan, diramal, atau dikendalikan dapat
diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja
dari hal-hal yang tadinya ingin diteliti. Jadi penelitian kadang hanya dilakukan terhadap sampel,
bukan terhadap seluruh populasi. Meskipun demikian, hasil penelitian dapat dikarenakan atau
digeneralisasikan pada populasi.
Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung risiko kekeliruan atau ketidaktepatan, karena
sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel
dengan populasinya, makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Oleh karena itu,
tekrik penentuan sampel menjadi sangat penting dalam kegiatan penelitian. Berbagai teknik
penentuan sampel pada dasarnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi
dari sampel ke populasi. Hal ini akan dapat dicapai jika diperoleh sampel yang representatif, yaitu
sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
H. LANGKAH 8 : Pengumpulan data
[Seperti telah dijelaskan di atas, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengumpul datanya.
Kalau alat pengumpul datanya valid dan reliabel, maka data yang terkumpul juga akan valid dan
reliabel. Meskipun demikian, masih ada satu lagi faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu
kualifikasi pengumpul data. Beberapa alat pengumpul data menuntut persyaratan kualifikasi
pengumpul datanya secara ketat. Persyaratan ini bagaimanapun juga harus dipenuhi.
Selain itu, prosedur yang dituntut oleh setiap metode pengumpulan data yang digunakan juga
harus dipenuhi secara tertib. Akan lebih baik jika peneliti menyusun panduan pengumpulan data,
sehingga jika pengumpulan data dilakukan oleh orang lain maka peneliti dapat memperoleh
keyakinan bahwa data yang diperolehnya benar-benar telah dikumpulkan dengan prosedur yang
benar.
I. LANGKAH 9 : Pengolahan dan analisis data
Data yang terkumpul kemudian harus diolah. Pertama-tama data harus diseleksi berdasar
reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya, digugurkan dan data
yang kurang lengkap diganti dengan data substitusi. Kemudian data yang sudah diseleksi itu
diatur dalam tabel, matriks, atau yang lainnya agar mudah dianalis.
Menganalisis data merupakan langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus
memastikan teknik analisis mana yang akan dia gunakan, apakah analisis statistik atau analisis
non-statistik. Pemilihan jems analisis tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Analisis
statistik digunakan jika data yang dikumpulkan berbentuk kuantitas atau dapat dikuantifikasi,
yaitu data yang berbentuk bilangan. Anahsis non-statisuk cocok untuk data yang berbentuk
deskripsi atau data textular. Data deskripuf sering hanya dianalisis menurut isinya, yang
karenanya sering juga disebut dengan analisis isi (content analysis).
J. LANGKAH 10 : Interpretasi hasil analisis data
Hasil analisis data boleh dikatakan masih faktual, belum bermakna apaapa, sehingga masih harus
diberi arti oleh peneliti. Hasil penelitian bisa dibandingkan dengan hipotesis penelitian,
didiskusikan atau dibahas, dan akhirnya disimpulkan. Dalam setiap penelitian, peneliti selalu
mengharapkan hipotesisnya tahan uji, atau terbukti kebenarannya. Jika hipotesisnya terbukti,
maka peran pembahasan atau diskusi bisa tidak menonjol. Tetapi jika hipotesis tidak terbukti,
atau ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting karena peneliti harus dapat
menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Peneliti wajib mengeksplorasi segala sumber yang
mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian. Beberapa kemungkinan sebab
hipotesis tidak terbukti adalah faktor: landasan teori, sampel, alat pengumpul data, desain
penelitian, perhitungan-perhitungan, dan variabel-variabel luaran.
K. LANGKAH 11 : Penyusunan laporan
Langkah terakhir dari seluruh rangkaian penelitian adalah penyusunan laporan. Laporan
penelitian ini merupakan langkah yang sangat penting karena dengan laporan itu syarat
keterbukaan ilmu pengetahuan dan penelitian dapat dipenuhi. Melalui laporan itu ilmuwan dapat
memahami, menilai, kalau perlu menguji kembali hasil-hasil penelitian yang diperoleh. Dengan
cara demikian pemecahan masalah akan memperoleh pemantapan dan kemajuan.

SUMBER :
BMP ISIP4216

Anda mungkin juga menyukai