NIM : 223180012
1. Mesin Inferensi.
Mesin inferensi atau Inference Engine merupakan proses yang digunakan system pakar untuk
menghasilkan informasi baru dari informasi yang belum diketahui. Mesin Inferensi mengandung
pola piker dan penalaran dalam menyelesaikan masalah. Mesin inferensi merupakan suatu
program computer untuk memberikan metodolgi penalaran tentang informasi yang ada dalam
basis pengetahuan dan dalam workplace untuk mengformulasikan kesimpulan. Dalam system
pakar, proses inferensi dilakukan dalam suatu modul yang di sebut dengan mesin inferensi.
Pengontrolan inferensi berbasis aturan di bagi dua yaitu forward chaining dan backward chaining.
Dalam forward chaining aturan akan diuji satu persatu dalam uruta tertentu. Saat tiap aturan
diuji, system akan mengevaluasi apakah kondisi benar atau salah. Penalaran dimulai dari fkta
dulu untuk menguji hipotesis. Forward chaining adalah data-data driven karena inferensi di mulai
dengan informasi yang tersedia dan kemudian konklusi akan di peroleh. Dalam backward
chaining, pelacakan dimulai dari tujuan selanjutnya dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut
untuk kesimpulannya. Setelah itu proses pelacakan menggunakan premis untuk aturan tersebut
sebagai tujuan baru sebagai kesimpulannya. Pada system pakar umumnya mesin inferensi
tersebut di implementasikan dalam bentuk baris-baris coding dalam bahasa pemrograman
tertentu. Maka sudah dapat di perkirakan bahwa system pakar dengan beberapa knowledge
hanya dapat di isi beberapa kepakaran yang memiliki teknik inferensi yang sama dan memiliki
struktur knowledge base yang sama. Fungsi dari Mesin Inferensi adalah :
Memberikan pertanyaan kepada user.
Menambah jawaban pada working memory (balckboard)
Menambahkan fakta baru dari suatu rule ( hasil inferensi)
Menambahkan fakta baru tersebut pada working memory.
Mencocokkan fakta pada working memory dengan rule.
3. Aturan Inferensi.
Aturan Inferensi adalah bentuk logis yang terdiri dari fungsi yang mengambil premis,
menganalisis sintaksisnya dan mengembalikan kesimpulan. Terdapat banyak aturan yang
mencakup aturan inferensi yaitu Modus ponens, Modul Tolen dan Silogisme; Aturan konjungsi,
aturan Silogisme Disjungtif, Aturan Kontradiksi, Aturan Simplifikasi konjungsi, aturan Bukti
bersyarat, aturan bukti per kasus, aturan dilemma konstruktif, aturan dilemma destruktif,
argument dan diagram venn. Modus ponens mengambil dua premis, satu dalam bentuk “ jika p
lalu q” dan yang lain dalam bentuk “p”, dan mengembalikan kesimpulan “q”. Aturan ini berlaku
sehubungan dengan semantic logika klasik serta semantic banyak logika non-klasik lainnya, dalam
arti bahwa jika premisnya benar atau di bawah interpretasi, maka demikian juga kesimpulannya.
Ketika terdapat banyak premis, beberapa aturan inferensi di perlukan untuk menunjukan bahwa
sebuah argument valid. Aturan inferensi biasanya menjaga kebenaran, property semantic. Dalam
banyak logika dihargai, ia mempertahan kan sebutan umum. Tetapi aturan inferensi adalah murni
sintaksis dan tidak perlu mempertahankan property semantic. Fungsi apapun dari rangkaian
rumus hingga rumus dianggap sebagai aturan inferensi, Biasanya hanya aturan yang bersifat
rekursif yang penting yaitu aturan sedemikian sehingga ada prosedur yang efektif untuk
menentukan apakah formula yang di berikan adalah kesimpulan dari serangkaian formula yang di
berikan sesuai aturan. Contoh aturan yang tidak efektif dalam hal ini adalah aturan ω infinitary.
Aturan popular inferensi dalam logika proporsional termasuk modus ponens, modus tollens, dan
contraposition. Logika predikat orde pertama mengunakan aturan inferensi untuk berurusan
dengan quantifiers logis. Ada beberapa istilah dalam aturan inferensi yaitu teorema adalah
pernyataan yang dapat di buktikan kebenarannya. Teorema sederhana di sebut proposisi.
Kebenaran suatu teorema ditunjukan dengan pembuktian. Pembuktian adalah argumentasi valid
yang menetapkan kebenaran suatu teorema. Aksioma atau postulat termasuk pernyataan yang di
gunakan dalam pembuktian, yang mana merupakan pernyataan yang di asumsikan benar.
Teorema sederhana yang membantu pembuktian di sebut lemma. Pembuktian yang rumit
biasanya lebih mudah di pahami ketika di buktikan dengan lemma. Colollary ( Teorema Akibat )
adalah teorema yang dapat di tentukan langsung dari suatu torema yang telah di buktikan.
Dugaan adalah pernyataan yang di usulkan menjadi pernyataan yang benar, biasanya dasar dari
beberapa bukti parsial, argument heuristis, atau intuisi seorang ahli. Dalam logika formal, aturan
inferensi biasanya diberikan dalam bentuk standard berikut :
Premis # 1
Premis # 2
...
Premis # n
Kesimpulan
Ungkapan ini menyatakan bahwa setiap kali dalam beberapa deviasi logis tempat yang diberikan
telah di peroleh, kesimpulan yang ditentukan dapat di ambil begitu saja juga. Bahsa formal yang
tepat yang di gunakan untuk menggambarkan premis dan kesimpula tergantung pada konteksnya
dari derivasi tersebut. Contoh kasus sederhana dapat menggunakan rumus logis seperti :
A→B
A_____
B
Ini adalah aturan mode dari logika prposisional. Aturan inferensi sering dirumuskan schemata
yang menggunakan metavariabel. Dalam aturan diatas, metavariabel A dan B dapat di pakai
untuk setiap elemen alam semesta untuk seperangkat aturan yang tak terbatas. Suatu system
bukti di bentuk dari seperangkat aturan yang di rantai bersama untuk membentuk bukti, juga di
sebut serivasi. Derivasi apapun hanya meiliki satu kesimpulan akhir, yaitu pernyataan yang
dibuktikan atau diturunkan. Jika premis di biarkan tidak puas dalam derivasi, maka derivasi
adalah bukti dari pernyataan hipotesis: “ jika premis itu berlaku, maka kesimpulannya berlaku”.