Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENYEBAB PENURUNAN KUNJUNGAN PASIEN BERDASARKAN MODEL

SERVICE QUALITY GAPS

ABSTRACT
In healthcare services, gap between quality service by provider and the expectation of
consumer are frequently found. This research was aimed to analyze why the number of
outpatient visit in Usada Hospital Sidoarjo gradually decreased. This research identified 7
kind of gap using service quality gaps model. This was cross-sectional study with descriptive
approach. Interview using questionnaire had done to 100 outpatient, 13 management official,
and 18 Usada hospital’s employees. The expected service¸ perceived service, external
communication to consumer, service delivery, service quality specification, management
perceptions of consumer expectations, and employee perceptions of consumer expectation
were measured using service quality Key Quality Characteristics Assessment for Hospitals
(KQCAH) scale. The research showed that the only gap which has the positive value was gap
3. This means that the service provided by the hospital was still not fulfilled the patient
expectation. By improve the employee commitment, hold marketing research, and upgrade
the task standardization for quality improvement goal, hospital can increase the number of
patient visit.
Keywords: gap, service quality, outpatient

PENDAHULUAN Hasil penelitian diharapkan dapat


Rumah sakit merupakan suatu digunakan sebagai bahan pertimbangan
industri jasa yang padat karya, modal dan untuk perencanaan dan evaluasi dalam
teknologi. Fokus rumahsakit yaitu peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada pasien sesuai dengan standar yang PUSTAKA
ada, sehingga setiap rumah sakit perlu Kualitas Jasa
berusaha menjaga serta meningkatkan Kualitas jasa adalah tingkat
mutu pelayanannya. Mutu pelayanan keunggulan yang diharapkan dan
rumah sakit merupakan hal yang sangat pengendalian atas tingkat keunggulan
penting. Upaya untuk meningkatkan mutu tersebut untuk memenuhi keinginan
pelayanan, dapat menggunakan konsep pelanggan. Dengan kata lain, ada dua
service quality. Inti dari service quality faktor utama yang mempengaruhi kualitas
yaitu memberikan kepuasan kepada jasa, yaitu expected service dan perceived
customer, baik itu kualitas pelayanan service (Parasuraman,et al., 1985). Apabila
maupun kualitas produk. Semuanya dapat jasa yang diterima atau dirasakan
tercapai apabila proses, sistem dan (perceived service) sesuai dengan yang
manusia saling terintegrasi satu sama lain. diharapkan, maka kualitas jasa
Rumah Sakit Usada selama ini dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
mengalami penurunan jumlah kunjungan jasa yang diterima melampaui harapan
pasien rawat jalan.Penurunan jumlah pelanggan, maka kualitas jasa
kunjungan ini dapat disebabkan karena dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.
adanya gap kualitas pelayanan kesehatan Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih
yang diharapkan oleh pasien dengan yang rendah daripada yang diharapkan, maka
disediakan oleh rumah sakit. Penelitian ini kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan
bertujuan untuk menganalisis penyebab demikian, baik tidaknya kualitas jasa
penurunan kunjungan pasien di Instalasi tergantung pada kemampuan
Rawat Jalan RS Usada Sidoarjo. penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten.
Harapan konsumen terhadap telah ditetapkan. Menurut Tjiptono (2008)
terhadap layanan yang dijelaskan kedalam faktor penyebab terjadinya gap 3, yaitu (a)
lima dimensi kualitas layanan harus bisa Kebimbangan peran karyawan; (b)
dipahami oleh provider (penyedia layanan) Terjadinya konflik peran; (c)
dan diupayakan untuk bisa diwujudkan. Ketidakcocokan antara karyawan dengan
Tentu hal ini merupakan tugas berat bagi pekerjaannya; (d) Ketidaksesuaian
provider, sehingga dalam kenyataannya teknologi dengan pekerjaan; (e)
sering muncul keluhan dari konsumen Pengawasan sistem kontrol yang tidak
karena layanan yang diterima tidak sesuai sesuai; (f) Kurangnya kerja sama tim.
dengan layanan yang mereka harapkan. Gap 4, antara layanan yang diberikan
Hal inilah yang disebut dengan gap dengan komunikasi eksternal kepada
(kesenjangan). Ada tujuh gap konsumen, hal tersebut disebabkan karena
(kesenjangan) besar dalam konsep kualitas ketidakmampuan provider untuk
pelayanan, model service quality gaps memenuhi janji yang telah
berasal dari Parasuraman, et al (1985), dikomunikasikan secara eksternal.
kemudian model tersebut dikembangkan Menurut Tjiptono (2008) faktor penyebab
oleh ASI Quality Systems (1992); Curry terjadinya gap 4, yaitu (a) Komunikasi
(1999); dan Luk dan Layton (2002). horisontal yang tidak memadai; (b)
Menurut Tjiptono (2008) dijelaskan bahwa Kecenderungan memberi janji secara
gap (kesenjangan) yang biasanya terjadi berlebihan. 184 Jurnal Administrasi
dan berpengaruh terhadap kualitas layanan Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 2
meliputi Gap 1, antara harapan konsumen April-Juni 2013
dengan persepsi manajemen, yang Gap 5, antara harapan konsumen dengan
disebabkan oleh kesalahan manajemen layanan yang diterima (dirasakan)
dalam memahami harapan konsumen. konsumen yang disebabkan tidak
Menurut Tjiptono (2008) faktor terpenuhinya harapan konsumen. Menurut
penyebab terjadinya Shahin (2006) gap 5 merupakan gap yang
gap 1, yaitu (a) Riset pemasaran yang disebabkan oleh gap 1, 2, 3, 4, 6, dan 7.
tidak tepat; (b) Hubungan yang kurang Gap ini terjadi karena pihak perusahaan
baik antara manajemen dengan konsumen; tidak dapat memberikan apa yang
(c) Jenjang antara kontak personal dan diinginkan konsumen. Kesenjangan ini
manajemen. dapat pula terjadi karena konsumen
Gap 2, antara persepsi manajemen atas mengukur kinerja atau prestasi perusahaan
harapan konsumen dengan spesifikasi dengan cara yang berbeda serta salah
kualitas layanan, yang disebabkan oleh dalam mempersepsikan kualitas jasa
kesalahan manajemen dalam tersebut. Perusahaan dapat memberikan
menerjemahkan harapan konsumen ke pelayanan yang terbaik kepada konsumen
dalam tolok ukur atau standar kualitas apabila mampu memperbaiki kualitas
pelayanan. Menurut Tjiptono (2008) faktor pelayanan yang diberikan.
penyebab terjadinya gap 2, yaitu (a) Gap 6, menurut Shahin (2006) merupakan
Kurangnya komitmen manajemen pada gap antara harapan pelanggan dan persepsi
kualitas pelayanan; (b)Persepsi karyawan, sebagai hasilnya dilihat
ketidakmampuan manajemen; (c) perbedaan dalam memahami harapan
Kurangnya penetapan standar; (d) Tidak pelanggan dengan front-line penyedia
adanya penetapan tujuan. layanan.
Gap 3, antara spesifikasi kualitas layanan Gap 7, menurut Shahin (2006) merupakan
dengan layanan yang diberikan, yang gap antara antara persepsi karyawan dan
disebabkan oleh ketidakmampuan sumber persepsi manajemen, sebagai akibat dari
daya manusia (SDM) provider dalam perbedaan dalam memahami harapan
memenuhi standar kualitas layanan yang
pelanggan antara manajer dan penyedia pelayanan (provider) dalam menyediakan
layanan. dan memberikan pelayanan atau perawatan
kepada pasien dengan penuh rasa hormat
Dimensi Mutu Pelayanan di Rumah dan sopan untuk memenuhi hak pasien
Sakit sebagai manusia. 7. Safety, dimensi ini
Sower et al (2001) mengembangkan merupakan keamanan pengobatan dan
dimensi KQCAH (Key Quality perawatan dari efek samping, infeksi,
Characteristics Assesment for Hospitals) cedera atau dampak negatif lainnya.
scale yang dapat digunakan untuk 8. Timeliness, dimensi ini merupakan
membantu penilaian rumah sakit dalam ketepatan waktu petugas kesehatan dalam
mengukur kualitas pelayanan kesehatan. memberikan perawatan atau pelayanan
KQCAH scale dikembangkan berdasarkan kepada pasien.
sembilan dimensi JCAHO (Joint
Commission on Accreditation of METODE
Healthcare Organizations) yang sudah ada Penelitian ini merupakan penelitian
yaitu efficacy, appropriateness, efficiency, observasional dengan rancang bangun
respect and caring, safety, continuity, cross sectional. Penelitian ini bersifat
effectiveness, timeliness, dan availability. deskriptif yang dilakukan di RS Usada
Namun dimensi kualitas yang Sidoarjo selama November 2012 - Juli
dikembangkan Sower, et al (2001) 2013. Populasi penelitian ini adalah
berdasarkan dimensi JCAHO, tanpa seluruh pasien di Instalasi Rawat Jalan RS
mengikutkan dimensi efficacy. Dimensi Usada, seluruh manajemen RS Usada dan
KQCAH scale dapat digunakan untuk seluruh karyawan (dokter dan perawat) RS
mengukur kepuasan dan persepsi pasien Usada. Sampel penelitian terdiri dari 100
terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. pasien rawat jalan RS Usada, 13 orang
Dimensi mutu tersebut dijelaskan sebagai perwakilan manajemen RS Usada, dan 18
berikut karyawan di Instalasi Rawat Jalan RS
1. Appropriateness, dimensi ini merupakan Usada (12 dokter dan 6 perawat).
kelayakan suatu rumah sakit yang tampak Pengumpulan data dilakukan dengan cara
nyata. wawancara berdasarkan panduan
2. Availability, dimensi ini dinilai dari kuesioner. Analisa data dilakukan dengan
ketersediaan perawatan atau pelayanan cara menghitung hasil mean setiap item
yang disediakan untuk kebutuhan pasien pada kuesioner, membuat tabel gabungan
yang membutuhkannya serta kebutuhan sesuai gap yang diteliti serta menghitung
informasi yang diterima pasien. nilai gap berdasarkan hasil mean.
3. Continuity, dimensi ini merupakan
keberlanjutan layanan dari waktu ke waktu HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diberikan kepada pasien sehubungan Deskripsi Karakteristik Responden
dengan layanan lain. Mayoritas pasien rawat jalan 64%
4. Effectiveness, dimensi ini merupakan perempuan, 52% berusia ≤ 40 tahun dan
keberhasilan dari pelayanan atau 58% bekerja dibidang swasta. Pihak
perawatan tertentu untuk mencapai hasil manajemen RS Usada yang menjadi
yang diinginkan responden dalam penelitian ini mayoritas
pasien. berjenis kelamin perempuan sebesar
5. Efficiency, dimensi ini merupakan 84,6%, dan umurnya termasuk dalam
kesinambungan antara hasil perawatan dan golongan muda (≤ 40 tahun) sebesar
sumber daya yang digunakan untuk 84,6%. Karyawan RS Usada yang menjadi
memberikan perawatan pada pasien. responden dalam penelitian ini antara yang
6. Respect and Caring, dimensi ini berjenis kelamin perempuan dengan laki-
merupakan perilaku dan tindakan pemberi laki adalah sama besar yaitu 50% dan
mayoritas yang berprofesi sebagai dokter menurut Tjiptono (2008) disebabkan
sebesar 66,6%. beberapa faktor antara lain
a. Riset pemasaran yang tidak tepat
Pelayanan yang diharapkan Pasien Riset pemasaran merupakan kunci
dengan Persepsi Manajemen Atas utama untuk dapat memahami keinginan
Harapan Pasien Berdasarkan Dimensi pasien. Apabila manajemen tidak
KQCAH Scale melakukan riset pemasaran dan tidak
Pelayanan yang diharapkan pasien memahami hasil riset pemasaran, maka
dengan persepsi manajemen atas harapan dapat mengakibatkan kesenjangan semakin
pasien tentu saja berbeda. Hasil besar.
perhitungan kesenjangan berdasarkan b. Hubungan yang kurang baik antara
dimensi mutu pelayanan menurut Key manajemen dengan pasien.
Quality Characteristics Assesment for Kurangnya pihak manajemen
Hospitals (KQCAH) scale ditunjukan pada dalam berinteraksi langsung dengan
tabel berikut ini. pasien, sehingga tidak mengetahui
Tabel 1 Pelayanan yang diharapkan pasien pelayanan yang diharapkan pasien dapat
dengan persepsi manajemen atas harapan menyebabkan adanya kesenjangan pada
pasien gap ini.
c. Jenjang antara kontak personal dan
MEAN manajemen
Expected Managemen GAP
No DIMENSI
Service t 1 Jenjang yang terlalu banyak dapat
Perceptions mengakibatkan semakin banyak informasi
1. Appropriateness 3,49 3,46 -0,03
Availability
yang hilang atau bahkan salah menafsirkan
2. 3,66 3,51 -0,15
3. Continuity 3,50 3,36 -0,14 antara keinginan pasien dengan pihak
4. Effectiveness 3,60 3,43 -0,17 manajemen.
5. Efficiency 3,50 3,41 -0,09
6. Respect and 3,79 3,28 -0,51
caring Persepsi Manajemen Atas Harapan
7. Safety 3,56 3,38 -0,18 Pasien
8. Timeliness 3,44 3,28 -0,16 dengan Spesifikasi Kualitas Pelayanan
MEAN TOTAL 3,57 3,39 -0,18
Berdasarkan Dimensi KQCAH Scale
Harapan pasien yang dipersepsikan
Berdasarkan Tabel 1, nilai gap negatif
oleh manajemen tentu berkaitan juga
terbesar yaitu pada dimensi respect and
dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang
caring (-0,51). Hal inimenunjukkan bahwa
diberikan oleh penyedia jasa dalam hal ini
harapan pasien terhadap dimensi ini yang
adalah rumah sakit. Hasil perhitungan
tertinggi dibandingkan harapan pasien
kesenjangan berdasarkan dimensi mutu
yang dipersepsikan oleh manajemen.
pelayanan menurut KQCAH scale
Dimensi respect and caring ini terdiri
ditunjukan pada tabel berikut ini.
menuntut tenaga kesehatan untuk
Tabel 2 Persepsi manajemen atas harapan
memberikan perhatian khusus kepada
pasien dengan spesifikasi kualitas
pasien serta menunjukkan kesabaran dan
pelayanan
ketanggapan petugas kesehatan. Mean
total gap 1 sebesar -0,18 yang berarti
bahwa harapan pasien jauh lebih tinggi
dibandingkan harapan pasien yang
dipersepsikan oleh manajemen.
Kesenjangan ini karena manajemen tidak
selalu benar mempersepsikan keinginan
dan harapan klien (Zeithaml dan
Parasuraman, 1990). Kesalahan tersebut
MEAN Pihak Manajemen mungkin
Management Service GAP
No DIMENSI
Perceptions Quality 2 menganggap tingkat kepentingan dan
Specifications kebutuhan pasien tersebut belum layak
1. Appropriatenes 3,46 3,00 -
s 0,46
dipenuhi berkaitan dengan kemampuan
2. Availability 3,51 3,13 - rumah sakit.
0,38 c. Kurangnya penetapan standar
3. Continuity 3,36 3,06 - Standarisasi tugas sulit dilakukan
0,30
4. Effectiveness 3,43 3,19 - karena tidak dilakukan secara rutin oleh
0,24 pihak penyedia jasa. Tidak dilakukan
5. Efficiency 3,41 3,07 - standarisasi tugas secara rutin
0,34
6. Respect and 3,28 3,31 -
menyebabkan adanya gap karena
caring 0,03 kesalahan pihak manajemen dalam
7. Safety 3,38 3,43 - menerjemahkan harapan pasien ke dalam
0,05
8. Timeliness 3,28 2,95 -
standar kinerja.
0,33 d. Tidak adanya penetapan tujuan
MEAN TOTAL
3,39 3,14 - Tidak adanya penentuan sasaran
0,25 sebagai arah membuat karyawan sulit
memberikan pelayanan yang berkualitas
Berdasarkan tabel 2, nilai gap kepada pasien secara konsisten.
negatif terbesar yaitu pada dimensi
appropriateness (-0,46). Hal ini terjadi Spesifikasi Kualitas Pelayanan dengan
karena persepsi manajemen atas harapan Proses Penyampaian Pelayanan
pasien terhadap dimensi appropriateness Berdasarkan Dimensi KQCAH Scale
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Spesifikasi kualitas pelayanan atau
standar kinerja yang ada di RS Usada. bisa disebut dengan standar kinerja itu
Dimensi appropriateness ini terdiri dari berkaitan langsung dengan proses
item kebersihan ruang tunggu, kerapian penyampaian pelayanan yang diberikan
petugas kesehatan dan keberadaan kepada pasien. Hasil perhitungan
penunjuk arah ruangan. kesenjangan berdasarkan dimensi mutu
Hasil mean total pada gap 2 pelayanan menurut KQCAH scale
menunjukkan nilai negatif (-0,25), artinya menunjukkan nilai gap positif terbesar
standar kinerja sudah baik namun masih yaitu pada dimensi availability sebesar
lebih rendah dibandingkan harapan pasien 0,77. Dimensi availability ini terdiri dari
yang dipersepsikan oleh manajemen RS item keberadaan petugas saat dibutuhkan,
Usada. pemberian informasi dokter kepada pasien
Menurut Zeitham dan Parasuraman dan kejelasan informasi yang diberikan
(1990), kesenjangan ini terjadi saat bagian kepada pasien. Nilai gap positif
bisnis (strategic bisnis unit) tidak memiliki menunjukkan bahwa proses penyampaian
standar layanan minimal. Hal ini dapat jasa pada dimensi ini yang diberikan saat
terjadi karena tidak ada kebijakan untuk melayani pasien jauh lebih baik jika
layanan prima. Faktor penyebabnya lain dibandingkan dengan standar kinerja yang
menurut Tjiptono (2008) sebagai berikut: ada. Hasil mean total pada gap 3 sebesar
a. Kurangnya komitmen manajemen pada 0,33, bernilai positif artinya tidak ada
kualitas pelayanan kesenjangan antara spesifikasi kualitas
Tidak adanya kepemimpinan dan pelayanan dengan proses penyampaian
komitmen untuk memberikan pelayanan pelayanan. Dalam hal ini, bisa dikatakan
yang berkualitas menyebabkan karyawan bahwa proses penyampaian pelayanan
yang berhubungan langsung dengan kepada pasien diatas standar kinerja yang
pelanggan menjadi kehilanganarah. ada di RS Usada.
b. Persepsi ketidakmampuan manajemen
Proses Penyampaian Pelayanan dengan kepada pasien tidak sesuai dengan yang
Komunikasi Eksternal dengan Pasien dikomunikasikan oleh RS.
Berdasarkan Dimensi KQCAH Scale
Proses penyampaian pelayanan Pelayanan yang Diterima Pasien dengan
yang diberikan saat melayani pasien juga Pelayanan yang Diharapkan Pasien
berkaitan dengan komunikasi rumah sakit Berdasarkan Dimensi KQCAH Scale
dengan pasiennya. Hasil perhitungan Perbedaan pelayanan yang
kesenjangan berdasarkan dimensi mutu diharapkan pasien dengan pelayanan yang
pelayanan menurut KQCAH scale diterima pasien bisa menyebabkan adanya
menunjukkan gap dengan nilai negatif kesenjangan. Harapan pasien terhadap
terbesar yaitu pada dimensi efficiency (- pelayanan bisa saja lebih tinggi
1,15), dimana item pada dimensi ini terdiri dibandingkan kenyataan pelayanan yang
dari kesesuaian biaya yang dikeluarkan diterima pasien. Hasil perhitungan
pasien, kesediaan petugas menjelaskan kesenjangan berdasarkan dimensi mutu
tagihan pembayaran dan kecepatan dalam pelayanan menurut KQCAH scale
merespon keluhan pasien. Nilai gap ditunjukan pada tabel berikut ini.
negatif yang besar, artinya proses Tabel 3 Pelayanan yang diharapkan pasien
penyampaian pelayanan kepada pasien dengan pelayanan yang diterima pasien
pada dimensi efficiency jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan komunikasi keluar MEAN GAP
No DIMENSI Expected Perceived
dari pihak rumah sakit kepada pasien. Service Service 5

Hasil secara keseluruhan pada gap 1. Appropriateness 3,49 2,98 -0,51


2. Availability 3,66 2,94 -0,72
4 sebesar - 0,69, bernilai negatif.
3. Continuity 3,50 3,25 -0,25
Kesenjangan pada gap ini terjadi karena 4. Effectiveness 3,60 2,98 -0,62
komunikasi rumah sakit kepada pasien 5. Efficiency 3,50 2,86 -0,64
masih tergolong lebih rendah jika 6. Respect and 3,79 3,12 -0,67
caring
dibandingkan dengan proses penyampaian 7. Safety 3,56 2,95 -0,61
pelayanan kepada pasien. Menurut 8. Timeliness 3,44 3,14 -0,30
Tjiptono (2008), penyebab adanya MEAN TOTAL 3,57 3,03 -0,54
kesenjangan pada gap ini dikarenakan:
a. Komunikasi horisontal yang tidak Berdasarkan tabel 3, nilai gap
memadai dengan negatifterbesar yaitu pada dimensi
Kurang lancarnya komunikasi availability (-0,72). Artinya, harapan
dalam antar unit maupun antar bidang pasien terhadap pelayanan pada dimensi
dalam struktur organisasi RS dapat ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan
mengakibatkan konflik, sehingga dengan pelayanan yang diterima pasien.
menimbulkan salah pengertian dan rasa Dimensi availability ini terdiri dari item
saling tidak percaya. Hal tersebut dapat keberadaaan petugas saat dibutuhkan,
membuat proses penyampaian pelayanan penjelasan informasi dokter kepada pasien
yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dan kejelasan informasi yang diberikan.
dengan yang dikomunikasikan oleh RS. Hasil keseluruhan gap 5 sebesar -0,54,
b. Kecenderungan memberi janji secara bernilai negatif artinya harapan pasien
berlebihan. masih lebih tinggi jika dibandingkan
Tingginya intensitas persaingan dengan pelayanan yang diterima pasien
yang semakin tinggi menyebabkan RS sehingga menyebabkan adanya
mengalami tekanan yang lebih kuat. kesenjangan.
Kondisi inilah yang menyebabkan RS Menurut Supriyanto dan Wulandari
membuat janji yang berlebihan. Hal (2011), gap ini dapat terjadi bila pemberi
tersebut dapat membuat proses layanan langsung belum berfokus pada
penyampaian pelayanan yang diberikan pelanggan, sehingga salah dalam
mempersepsikan kebutuhan dan harapan kesenjangan ini yaitu terletak pada
pelanggan. Menurut Shahin (2006) dalam pemberi pelayanan langsung yaitu dokter
penelitiannya, ada enam kesenjangan yaitu atau perawat, sebab mereka berhubungan
gap 1, gap 2, gap 3, gap 4, gap 6 dan gap langsung dengan pasien. Dalam penelitian
7 yang diidentifikasi sebagai fungsi atau ini, adanya kesenjangan antara pelayanan
cara di mana pelayanan disampaikan, yang diharapkan pasien dengan persepsi
sedangkan gap 5 berkaitan dengan karyawan atas harapan pasien dikarenakan
pelanggan dan dengan demikian gap 5 ketidakpahaman karyawan rumah sakit
dianggap sebagai ukuran sebenarnya dari terhadap harapan pasien. Penurunan
kualitas pelayanan (service quality). Gap kunjungan pasien, bisa dikarenakan
di mana metode Service Quality hubungan yang kurang baik antara
berpengaruh adalah gap 5. karyawan dengan pasien.

Pelayanan yang Diharapkan Pasien Persepsi Karyawan Atas Harapan


dengan Persepsi Karyawan Atas Pasien Dengan Persepsi Manajemen
Harapan Pasien Berdasarkan Dimensi Atas Harapan Pasien Berdasarkan
KQCAH Scale Dimensi KQCAH Scale
Harapan pasien terhadap pelayanan Persepsi karyawan dan persepsi
dengan harapan pasien yang dipersepsikan manajemen atas pelayanan yang
karyawan yaitu dokter dan perawat belum diharapkan pasien bisa saja berbeda.
tentu sama. Hasil perhitungan kesenjangan Perbedaan persepsi tersebut bisa
berdasarkan dimensi mutu pelayanan menimbulkan adanya kesenjangan. Hasil
menurut KQCAH scale menunjukkan perhitungan kesenjangan berdasarkan
bahwa dimensi respect and caring dimensi mutu pelayanan menurut KQCAH
merupakan hasil gap dengan nilai negatif scale menunjukkan dimensi yang paling
terbesar (-0,40). Artinya, harapan pasien besar nilai gap negatif pada dimensi safety
terhadap pelayanan pada dimensi ini jauh (-0,12). Dimensi ini terdiri dari item
lebih tinggi jika dibandingkan dengan keandalan petugas kesehatan, keamanan
harapan pasien yang dipersepsikan oleh dari bahaya atau resiko dan kesesuaian
karyawan RS Usada. Dimensi respect and prosedur perawatan. Harapan pasien yang
caring ini terdiri dari keberadaan petugas dipersepsikan oleh karyawan pada dimensi
saat dibutuhkan, pemberian informasi safety lebih tinggi dibandingkan dengan
dokter kepada pasien dan kejelasan harapan pasien yang dipersepsikan oleh
informasi yang diberikan kepada pasien. manajemen RS Usada. Hasil total gap 7
Gap 6 secara keseluruhan nilainya sebesar sebesar -0,03, bernilai negatif. Adanya
-0,15, bernilai negatif. Adanya kesenjangan dikarenakan harapan pasien
kesenjangan dikarenakan perbedaan yang dipersepsikan oleh karyawan yaitu
harapan, dimana harapan pasien terhadap dokter dan perawat lebih tinggi jika
pelayanan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan persepsi manajemen
dibandingkan dengan harapan pasien yang atas harapan pasien.
dipersepsikan oleh karyawan RS Usada. Menurut Shahin (2006), dalam
Menurut Shahin (2006), dalam penelitiannya disebutkan bahwa perbedaan
penelitiannya disebutkan bahwa perbedaan antara persepsi karyawan dan persepsi
antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen merupakan hasil dari
karyawan atas harapan pelanggan perbedaan pemahaman tentang harapan
merupakan hasil dari perbedaan pelanggan antara manajer dan pemberi
pemahaman tentang harapan pelanggan pelayanan.
oleh Pada gap ini yang menjadi faktor utama
pemberi pelayanan pada front-line. Dalam penyebab adanya kesenjangan ini yaitu
hal ini faktor utama penyebab adanya terletak pada pihak manajemen rumah
sakit dan pemberi pelayanan langsung (1) Tingginya harapan pasien terhadap
yaitu dokter atau perawat. pelayanan kesehatan yang diterima, namun
persepsi manajemen dan persepsi
Penyebab Penurunan Kunjungan karyawan atas harapan pasien tidak terlalu
Pasien Instalasi tinggi. Kondisi tersebut membuat harapan
Rawat Jalan RS Usada Sidoarjo pasien susah terpenuhi;
Kualitas pelayanan di Instalasi Rawat (2) Penilaian pasien terhadap pelayanan
Jalan RS Usada dapat digambarkan oleh kesehatan yang diterima pasien masih
metode service quality gaps. Penurunan rendah atau tidak sesuai harapan,
kunjungan pasien rawat jalan RS Usada, walaupun menurut pihak manajemen
bisa saja terjadi karena ada rumah sakit, petugas kesehatan sudah
ketidaksesuaian antara harapan pasien memberikan proses pelayanan kesehatan
dengan kenyataan pelayanan yang diterima yang terbaik;
pasien. Penyebab penurunan kunjungan (3)Pelayanan yang diterima pasien masih
pasien rawat jalan menurut penelitian ini belum baik, dikarenakan kesalahan
disebabkan adanya nilai gap negatif.Gap manajemen dan karyawan dalam
yang bernilai negatif yaitu pada gap 1, gap mempersepsikan harapan pasien;
2, gap 4, gap 5, gap 6, dan gap 7. Gap (4)Pelayanan yang diterima pasien masih
yang bernilai negatif disebabkan adanya belum baik, dikarenakan rumah sakit
kesenjangan antar variabel satu dengan memiliki standar kinerja yang baik namun
variabel yang lain. Untuk mengetahui dalam pelaksanaannya, rumah sakit kurang
variabel apa saja yang menjadi penyebab mampu memberikan pelayanan kepada
penurunan kunjungan pasien rawat jalan, pasien yang sesuai dengan standar kinerja
berikut adalah gambar posisi setiap yang ada di rumah sakit;
variabel yang diteliti.
6

Service Delivery (3,47) Expected Service (3,57) External Communications to Customers (2,78)
1

Management perceptions of Employee perceptions of


2
consumer expectations (3,39) consumer expectations (3,42)
5
3

4
Perceived Service (3.03) Service Quality
Spesifications (3,14)

Keterangan :
: lebih rendah dari
: lebih tinggi dari

Berdasarkan gambar 1, dapat dijelaskan


bahwa penurunan kunjungan pasien rawat (5) Rumah sakit memiliki standar kinerja
jalan RSUsada disebabkan oleh: yang baik, namun rumah sakit kurang
mengkomunikasikan standar kinerjanya
kepada pasien. Kondisi tersebut membuat bulan sekali untuk meningkatkan kualitas
pasien tidak tahu dengan standar kinerja pelayanan kepada pasien.
yang ada di rumah sakit;
(6) Menurut penilaian pasien, pihak rumah DAFTAR PUSTAKA
sakit kurang berkomunikasi dengan pasien ASI Quality System. 1992. Quality
dalam hal proses pemberian pelayanan. Function Deployment - Practitioner
Namun menurut pihak manajemen rumah Workshop, American Supplier
sakit, petugas kesehatan sudah Institute Inc., USA.
memberikan proses pelayanan kesehatan Curry, A. 1999. Innovation in public
yang terbaik kepada pasien. service management. Managing
Service Quality, 9(3): 180-190.
SIMPULAN Luk, Sh.T.K. & Layton, R. 2002.
Penyebab penurunan kunjungan Perception Gaps in customer
pasien rawat jalan RS Usada Sidoarjo expectations: Managers versus service
adalah pada gap yang Gambar 1 Posisi providers and customers. The Service
variabel yang diteliti bernilai negatif yaitu Industries Journal, 22(2), 109-128.
gap 1, gap 2, gap 4, gap 5, gap 6, dan gap Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., & Berry,
7. Adanya kesenjangan dikarenakan (1) L.L. 1985. A Conceptual Model Of
Pelayanan yang diharapkan pasien masih Service Quality And Its Implications
jauh lebih tinggi dibandingkan harapan For Future Research. Journal Of
pasien yang dipersepsikan manajemen RS Marketing, 49(4): 41-50.
Usada; (2) Standar kinerja yang ada lebih Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., & Berry,
rendah dibandingkan harapan pasien yang L.L. 1990. Delivering Quality Service.
dipersepsikan manajemen RS Usada; (3) Balancing Customer Perception and
Proses penyampaian pelayanan kepada Expectations. New York: The Free
pasien sudah diatas standar kinerja yang Press
ada di RS Usada; (4) Komunikasi eksternal Shahin, A. 2006. SERVQUAL And Model
pihak rumah sakit kepada pasien masih Of Service Quality Gaps: A
tergolong lebih rendah jika dibandingkan Framework For Determining And
dengan proses penyampaian Prioritizing Critical Factors In
pelayanan kepada pasien; (5) Harapan Delivering Quality Services. Andhra
pasien masih jauh lebih tinggi jika Pradesh: ICFAI University Press.
dibandingkan dengan pelayanan yang Sower, V.E., Duffy,J.W., Kilbourne, G.,
diterima pasien; (6) Harapan pasien masih Kohers, dan P. Jones. 2001. The
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Dimensions of Service Quality For
harapan pasien yang dipersepsikan Hospitals: Development and Use of
karyawan RS Usada; (7) Harapan pasien the KQCAH Scale. Health Care
yang dipersepikan karyawan masih lebih Management Rev. Aspen Publishers,
tinggi jika dibandingkan dengan harapan 26(2): 47-59
pasien yang dipersepsikan manajemen RS Supriyanto, S., dan Wulandari, R.D. 2010.
Usada. Manajemen Mutu Pelayanan
Saran bagi rumah sakit untuk Kesehatan. Surabaya: Yayasan
meningkatkan kunjungan pasien dengan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.
meningkatkan komitmen seluruh karyawan Tjiptono, F. 2008. Service Management
RS Usada dengan cara memberikan Mewujudkan Layanan Prima.
reward kepada karyawan yang Yogyakarta: Andi
berprestasi, melakukan riset pemasaran
secara berkala untuk mengetahui kondisi
harapan pasien serta melakukan evaluasi
rutin terhadap standar kinerja setiap 6

Anda mungkin juga menyukai