Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA

PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA DI SMA NEGERI 07

OKU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

SHERLY DEA AMANDA

202322090

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS‘AISYIYAH SURAKARTA

TAHUN 2023

i
PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA

PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA DI SMA NEGERI 07

OKU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

SHERLY DEA AMANDA

202322090

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS‘AISYIYAH SURAKARTA

TAHUN 2023
ii
PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP PENINGKATAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI

ANEMIA DI SMA NEGERI 07 OKU

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan


Pada Program StudiAlih Jenjang Kebidanan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta

Oleh :

SHERLY DEA AMANDA

202322090

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS‘AISYIYAH SURAKARTA

TAHUN 2023

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP PENINGKATAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI

ANEMIA DI SMA NEGERI 07 OKU

Yang dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi Sarjana

Kebidanan pada Program Studi S1 Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta,

sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang

sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatan gelar kesarjanaan

dilingkungan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta maupun di Perguruan Tinggi atau

Istansi manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini

merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya

bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

berdasarkan aturantata tertib di Universitas ‘Aisyiyah Surakarta

Surakarta, Februari 2024

Sherly Dea manda


NIM 202322090

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademis Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, saya yang

bertandatangan dibawah ini:

Nama : Sherly Dea Amanda

NIM : 202322090

Jenis Karya : Skripsi

Judul : PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA

PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA DI SMA NEGERI 07

OKU

Dengan ini menyetujui dan memberikan Hak Bebas Royaliti Non-esklusif

(NonExclusive Royalty- Free Right) Kepada Universitas ‘Aisyiyah Surakarta atas

karya ilmiah saya beserta perangkat yang ada di dalamnya demi pengembangan

ilmu pengetahuan, Universitas ‘Aisyiyah Surakarta berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pengakalan data (data base), merawat

dan mempublikasikan skripsi saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai

penulis/ pencipta dan sebagai hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surakarta, Deesember 2023

Sherly Dea Amanda


v
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi Dengan Judul:

PENGARUH PEMBERIAN TELUR REBUS TERHADAP PENINGKATAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG

MENGALAMI ANEMIA DI SMA NEGERI 07 OKU

Dinyatakan telah di setujui untuk diujikan pada ujian seminar Proposal Program

Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah

Surakarta.

Surakarta, Desember 2023

Pembimbing

(Kamidah, S.SiT., M.Kes)


NIDN. 0623077501

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan

(Sri Handayani, S.SiT., M.Keb)


NIDN. 0627017401

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian

Pemberian Telur Rebus Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri

Yang Mengalami Anemia Di SMA Negeri 07 Oku dengan baik, sebagai salah satu

syarat menyelesaikan Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas

‘Aisyiyah Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:

1. Riyani Wulandari, S.Kep selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah

Surakarta.

2. Sri Kustiyati, S.ST., M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

sekaligus penguji utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis.

3. Sri Handayani, S.SiT., M.Keb selaku Ketua Prodi Sarjana Kebidanan

Alih Jenjang.

4. Kamidah, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing yang telah memeberikan

kritik, saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Semua dosen Universitas ‘Aisyiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan

Program Studi S1 Kebidanan yang telah banyak membantu, memberi

ilmu serta motivasi kepada penulis.

6. SMA Negeri 07 OKU sebagai lokasi tempat penelitian dalam studi

kasus ini.

vii
7. Seluruh teman-teman mahasiswi Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah

Surakarta yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi

maupun bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh pasien yang bersedia untuk menjadi subjek penelitian studi

kasus ini.

9. Diri saya, terimakasih sudah sabar dan terus berusaha menyelesaikan

skripsi ini dengan semaksimal mungkin.

10. Kepada Ayah , Bunda , Adek dan keluarga yang selalu mendoa’kan,

memberi semangat, motivasi dan dukungan tiada henti.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga

berbagai kekurangan ini akan menjadikan pembelajaran yang bermanfaat bagi

masa yang akan datang. Penulis mengharapkan karya tulis memberikan manfaat

bagi teman sejawat kebidanan dan lembaga Kesehatan.

Surakarta, Desember 2023

Sherly Dea Amanda

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ............................................................................................ i

SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii

SAMPUL DALAM ......................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... v

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan ............................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

E. Keaslian Penelitian ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10

A. Landasan Teori ................................................................................. 10

B. Kerangka Teori ................................................................................. 25

C. Kerangka Konsep.............................................................................. 26
ix
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 27

4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 27

4.2 Teknik Sampling ............................................................................. 30

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................. 32

4.4 InstrumenPenelitian ........................................................................ 34

4.5 Lokasi dan WaktuPenelitian ........................................................... 34

5.6 Prosedur Pengumpulan data ........................................................... 34

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data................................................. 36

4.8 Etika Penelitian ............................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Zat Besi (Fe) ................................................................................. 18

Gambar 1. Telur ............................................................................................. 19

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori ............................................................................... 25

Bagan 2. Kerangka Konsep ............................................................................ 26

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 33

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan global yang patut diperhatikan,

terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Diperkirakan sekitar 1/3

populasi dunia menderita anemia. Proporsi anemia pada perempuan lebih tinggi

dibandingkan pada remaja laki-laki sehingga remaja putri merupakan salah satu

populasi yang rentan terkena masalah anemia. Anemia didefiniskan sebagai

berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit. Anemia diukur dengan

melihat dari kadar haemoglobin seseorang. kadar hemoglobin normal untuk

wanita dengan usia diatas 15 tahun yakni >12,0 g/dl (>7,5 mmol) (Fajrian Noor K,

2021).

Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dengan rentang usia antara

10-19 tahun sedangkan menurut peraturan meateri kesehatan RI Nomor 25 tahun

2014, remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun.7 Fase remaja

merupakan fase yang rentan terhadap resiko kesehatan karena didalam fase

remaja, terjadi perkembangan tubuh yang pesat sehingga diperlukan sumber gizi

yang cukup.8 Akan tetapi, kebutuhan gizi yang cukup tersebut sering diabaikan

oleh para remaja sehingga akan tampak beberapa masalah kesehatan yang

ditimbulkan seperti kejadian anemia pada remaja.

Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan

darah pada saat menstruasi. Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami

anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan
1
dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan

komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan

anak. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab utama

kematian ibu adalah pre-eklampsia dan eklampsia (32,4%) serta perdarahan paska

persalinan (20,3%) (Sensus Penduduk, 2010).

Rematri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi.

Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain itu

diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri sangat

dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa

hamil, kebutuhan zat besi meningkat tiga kali lipat karena terjadi peningkatan

jumlah sel darah merah ibu untuk memenuhi kebutuhan pembentukan plasenta

dan pertumbuhan janin. Suplementasi zat besi berkaitan secara signifikan dengan

penurunan risiko anemia [WHO, 2011; 2016].

Rematri yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko

melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting. Anemia gizi besi

menjadi salah satu penyebab utama anemia, diantaranya karena asupan makanan

sumber zat besi yang kurang. Hasil penelitian di Tangerang tahun 2004

(Kurniawan YAI dan Muslimatun, 2005) menunjukkan bahwa asupan total zat

besi pada anak perempuan usia 10–12 tahun yang menderita anemia hanya sebesar

5,4 mg/hari, lebih rendah daripada kebutuhan perhari sebesar 20 mg/hari sesuai

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka ini menunjukkan bahwa

asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya sekitar 25% dari AKG. Penelitian
2
tersebut juga menunjukkan konsumsi besi heme sebesar 0,8 mg/hari dan besi non-

heme sebesar 4,6 mg/hari.

Menurut data hasil Riskedas tahun 2013 remaja putri mengalami anemia

yaitu 37,1%, mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada Riskesdas 2018,

dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun.

Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja

diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya vitamin A,

vitamin C, folat, riboflavin dan vitamin B12, kesalahan dalam konsumsi zat besi

misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain yang dapat mengganggu

penyerapan zat besi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode review article.

Sumber data penelitian ini berasal dari literatur yang diperoleh melalui internet

berupa hasil penelitian dari publikasi jurnal. Berdasarkan hasil dari article review

yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan angka terjadinya

anemia pada remaja disebabkan oleh karena kurangnya edukasi tentang asupan

gizi yang seimbang

Masa Remaja (Adolescence) merupakan masa transisi dari kanak-kanak

menuju masa dewasa ditandai dengan terjadi perubahan-perubahan baik fisik,

psikis dan psikososial. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja ditandai dengan

pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Sehingga tubuh membutuhkan gizi

tinggi karena berhubungan dengan komposisi tubuh, kurangnya zat gizi seperti zat

besi pada remaja dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan seperti

Anemia. Pengaruh konsumsi telur rebus dan madu terhadap kadar hemoglobin

remaja putri di posyandu remaja raemadia wilayah kerja Puskesmas Seba Nusa
3
Tenggara Timur Saran: Telur rebus dan madu dapat di jadikan alternatif pilihan

dalam meningkatkan dan menjaga kestabilan kadar hemoglobinn bagi remaja putri

namun perlu ditambah dengan suplemen Fe sehingga dapat meningkatkan kadar

hemoglobin yang maksimal ( Delvy Aplirizani 2023 ).

Telur merupakan salah satu makanan yang memiliki protein yang bermutu

tinggi, karena telur memiliki susunan asam amino yang lengkap sehingga sering

dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein dari berbagai bahan pangan

lainnya. Hemoglobin dalam darah terdiri dari asam amino dan zat besi, serta

lipoprotein yang terdiri dari asam amino dan lemak.Telur juga memiliki sususan

protein yang mudah diserap tubuh, selain itu telur juga makanan yang populer,

murah dan banyak digunakan dalam pembuatan roti rumah tangga atau komersial.

Telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D (dalam

kuning telur) dan mengandung banyak zat gizi yang sangat penting bagi kesehatan

dan pencegahan penyakit. Telur merupakan makanan yang sangat baik bagi anak-

anak maupun orang dewasa dan khususnya berguna sekali bagi para vegetarian.

Penyajiannya pun beragam, dapat direbus, di goreng dan didadar. Namun pada

bayi dan anak kecil, sebaiknya tidak diberi telur setengah matang tetapi telur rebus

(matang), karena “ovomucoid” berpengaruh pada enzim tripsin bayi dan anak

kecil yang lebih peka terhadap protein tersebut dibandingkan dengan orang

dewasa ( Dewi Susanti,2019).

4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dibahas dalam penelitian ini adalah

“Adakah Pengaruh Pemberian Pemberian Telur Rebus Terhadap Peningkatan

Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pemberian

Telur Rebus Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang

Mengalami Anemia

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Frekuensi kadar hemoglobin pada remaja putri yang

mengalami anemia sebelum diberikan rebusan telur.

b. Mengidentifikasi Frekuensi kadar hemoglobin pada remaja putri yang

mengalami anemia sesudah diberikan rebusan telur.

c. Menganalisa pengaruh Pemberian Pemberian Telur Rebus Terhadap

Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah keragaman pustaka bagi Universitas ‘Aisyiyah Surakarta


5
khususnya Program Studi S1 Kebidanan tentang hasil aplikasi

mahasiswa.

b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan bagi puskesmas

dalam penanggulangan pengobatan nonfarmakologi khususnya

Pengaruh Pemberian Pemberian Telur Rebus Terhadap Peningkatan

Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Di SMA

Negeri 07 Oku Tahun 2023.

c. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengobatan

nonfarmakologi dengan Pemberian Telur Rebus Terhadap Peningkatan

Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Di SMA

Negeri 07 Oku

2. Manfaat Teoris

Memberikan informasi dan menambah wawasan tentang terapi

nonfarmakologi manfaat pengobatan nonfarmakologi dengan pemberian

Telur Rebus Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang

Mengalami Anemia Di SMA Negeri 07 Oku.

E. Keahlian Penelitian

1. Penelitian Risa Hidayati (2021) yang berjudul Pengaruh Pemberian Telur

Rebus Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang

Mengalami Anemia . Kadar Hemoglobin merupakan parameter yang


6
paling mudah digunakan dalam menentukan status anemia. Menurut

World Health Organization (WHO) tahun 2016 prevalensi anemia dunia

berkisar 40-88%. Prevalensi anemia di Indonesia cukup banyak yaitu

48,9%. Telur merupakan salah satu makanan yang mengandung zat besi

sebesar 7,2 mg/butir, Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh

pemberian telur ayam kampung rebus terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada remaja putri teknik pengambilan sampel yaitu Purposive

Sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar skrining dan alat cek

Hb menggunakan Easy touch. Analisa data menggunakan uji T dependent

dengan taraf signifikan 95%. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar

hemoglobin pada remaja putri sebelum diberikan telur ayam kampung

rebus 13.5 gr/dL dan sesudah diberikan telur ayam kampung rebus, P-

value yaitu 0.000. Ada pengaruh pemberian telur ayam kampung rebus

dan buah pepaya terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada remaja putri.

Disarankan agar memberikan makanan yang banyak mengandung zat besi

dan vitamin C untuk menghindari terjadinya anemia pada siswa karena

anemia akan berpengaruh terhadap minat dan prestasi belajarnya.

2. Penelitian Berel Stiesia, Stiesia (2023) yamng berjudul pengaruh pmberian

telur rebus terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri. Masa Remaja

(Adolescence) merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju masa

dewasa ditandai dengan terjadi perubahan-perubahan baik fisik, psikis dan

psikososial. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja ditandai dengan

pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Sehingga tubuh membutuhkan


7
gizi tinggi karena berhubungan dengan komposisi tubuh, kurangnya zat

gizi seperti zat besi pada remaja dapat menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan seperti Anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adanya pengaruh pemberian telur rebus terhadap kadar

hemoglobin remaja putri di Posyandu remaja raemadia wilayah kerja

Puskesmas Seba Nusa Tenggara Timur. Metodologi: Desain penelitian ini

yaitu quasi eksperimen dengan pre and post test design with control group

yaitu melakukan pre test - post test. Populasi pada penelitian adalah 34

remaja putri yang anemia. Tehnik sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling yaitu 30 sampel, dan dibagi menjadi 2

yaitu 15 sampel untuk kelompok intervensi dan 15 untuk kelompok

kontrol. Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan uji statistic

menggunakan uji Independent t-test diperoleh mean pada selisih kelompok

intervensi dan selisih kelompok kontrol sebanyak 0,019 gr/dl dan nilai p

0,000 (p <0,05). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

konsumsi telur rebus terhadap kadar hemoglobin remaja putri: Telur rebus

dapat di jadikan alternatif pilihan dalam meningkatkan dan menjaga

kestabilan kadar hemoglobinn bagi remaja putri namun perlu ditambah

dengan suplemen Fe sehingga dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang

maksimal,

3. Penelitian jurnal ilmiah kebidanan Imelda ( 2022 ) yang berjudul pengaruh

konsumsi telur ayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja


8
putri. Remaja putri lebih berisiko menderita anemia akibat menstruasi

sehingga membutuhkan zat besi lebih banyak dibandingkan remaja putra.

Permasalahannya adalah remaja putri tidak mau mengonsumsi tablet Fe

sehingga memerlukan alternatif untuk meningkatkan hemoglobin seperti

mengkonsumsi telur ayam. Telur ayam mengandung berbagai vitamin dan

mineral, termasuk vitamin A dan zat besi yang cukup baik untuk

mencegah anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

konsumsi telur ayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja

putri di SMAN 3 Siak Hulu. Desain penelitian pra-eksperimental dengan

desain one group pretest postest design. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Januari-Agustus 2020. Sampel diambil dengan teknik simple

random sampling sebanyak 14 responden. Instrumen penelitiannya adalah

lembar observasi dan Hb sahli. Data dianalisis menggunakan uji

Dependent T test. Kadar Hemoglobin sebelum konsumsi telur ayam

kampung <12 gr/dl sebanyak 85,7%. Setelah konsumsi telur ayam kadar

hemoglobin ≥ 12 gr/dl sebanyak 57,1%. Rata-rata Hb pretest 11,464 gr/dl

(SD = 0,5444 gr/dl) dan Hb posttest 12,307 gr/dl (SD = 0,6330 gr/dl).

Hasil uji Dependent T test menunjukkan adanya pengaruh konsumsi telur

ayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMAN

3 Siak Hulu (ρ = 0,000) < 0,05. Disarankan bagi remaja putri untuk

mengonsumsi satu butir telur rebus setiap hari sebagai upaya pencegahan

anemia pada remaja, terutama remaja yang tidak mau mengonsumsi tablet

tambah darah.
9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anemia

1.1.1 Pengertian Anemia

Anemia merupakan kondisi yang banyak terjadi pada remaja putri,

yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti status gizi, menstruasi

dan sosial ekonomi. Anemia bisa menyebabkan seseorang mengalami

penurunan daya tahan tubuh dan mengakibatkan tubuh mudah terkena

masalah Kesehatan (Abdul Basid,2017).

Anemia merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)

di dalam darah lebih rendah dari angka normal. Indonesia merupakan

sebuah negara dengan kejadian anemia yang cukup tinggi. Prevalensi

kejadian anemia yang terjadi pada Remaja Indonesia yaitu 32%, hal ini

memiliki arti 3-4 dari 10 remaja di Indonesia menderita anemia. Program

pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) adalah salah satu cara yang

dapat digunakan sebagai upaya di dalam penanganan anemia ( Septa Inra

P, 2021).

Anemia merupakan masalah kesehatan global yang patut

diperhatikan, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia.1,2

Diperkirakan sekitar 1/3 populasi dunia menderita anemia.3,4 Prevalensi

kejadian anemia di Indonesia terbilang cukup tinggi. Pasalnya menurut


10
Kemenkes RI (2018) bahwa angka prevalensi anemia pada remaja usia

15-24 tahun sebesar 32%, artinya diperkirakan sebanyak 3-4 remaja dari

total 10 remaja menderita anemia. Proporsi anemia pada perempuan

(27,2%) lebih tinggi jika dibandingkan pada laki-laki (20,3%).5

Bagaimana pun, Remaja putri merupakan salah satu populasi yang rentan

terkena masalah anemia.

Anemia didefiniskan sebagai berkurangnya konsentrasi

hemoglobin dalam eritrosit sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan

fisiologis dalam tubuh.10,11 Menurut WHO, kadar hemoglobin normal

untuk wanita dengan usia diatas 15 tahun yakni >12,0 g/dl (>7,5

mmol).12-14 Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul akibat

anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap

penurunan hemoglobin pada semua jenis anemia. Gejala-gejala tersebut

meliputi lemah, letih, lesu, sakit kepala, pusing, dan mata berkunang-

kunang.

1.1.2 Faktor Anemia

Terdapat beberapa faktor penyebab anemia pada remaja putri,

antara lain pola menstruasi, pola makan yang kurang baik, infeksi

cacingan, kebiasaan mengkonsumsi teh atau kopi setelah makan, durasi

tidur, kurangnya asupan vitamin C dan faktor ekonomi. Resiko menderita

anemia pada remaja putri lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-

laki. Hal ini disebabkan karena remaja putri mengalami masa pubertas

11
berupa menstruasi. Ketika menstruasi terdapat proses peluruhan lapisan

dinding rahim yang mengandung banyak sel pembuluh darah, jika pola

menstruasi yang dialami remaja putri tidak teratur dan dalam frekuensi

yang sering maka dapat berakibat pada pendarahan yang lebih banyak

dan berpengaruh terhadap pembentukan kadar hemoglobin (Hb) di dalam

tubuh dan berakibat pada terjadinya anemia4 . Pola makan yang kurang

baik seperti kurangnya asupan makan bergizi misalnya protein nabati

atau hewani, sayuran-sayuran hijau serta makanan lain yang merupakan

sumber dari zat besi dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya

anemia. Makanan bergizi yang mengandung zat besi diperlukan untuk

membantu proses terjadinya pembentukan sel darah merah yang akan

meningkatkan jumlah hemoglobin (Hb) di dalam tubuh.

1. Infeksi cacingan merupakan infeksi penyakit yang disebabkan oleh

nematoda yang ditularkan ke manusia. Jenis cacing yang umum

menginfeksi manusia yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,

Necator americanus dan Ancylostoma duodenal . Infeksi cacingan

dapat menyebabkan anemia karena pada kondisi tersebut sebagian

besar cacing melekat pada kait oral yang kemudian dapat

menyebabkan iritasi, alergi sampai dengan kehilangan darah pada

manusia.

2. Kebiasaan minum kopi, teh serta mengkonsumsi kacang kedelai

setelah makan dapat menjadi faktor terjadinya anemia. Hal ini

dikarenakan pada makanan dan minuman tersebut terdapat


12
kandungan kafein, tanin, oksalat, fitat yang merupakan inhibitor atau

penghambat dari penyerapan zat besi5 . Durasi normal remaja dan

dewasa untuk tidur adalah 6-8 jam. Tidur merupakan kebutuhan

penting manusia yang harus dipenuhi agar tubuh dapat berfungsi

dengan baik dan normal. Pada saat kondisi tidur, tubuh akan

mengalami proses pemulihan untuk dapat mengembalikan energi dan

stamina tubuh, sehingga pada saat bangun tubuh akan berada dalam

kondisi yang prima dan optimal .

3. Kurangnya asupan vitamin C dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Vitamin C dibutuhkan tubuh untuk dapat membantu proses

penyerapan zat besi dengan cara melakukan reduksi terhadap Fe3+

sehingga berubah menjadi Fe2+ di dalam usus halus. Akibatnya zat

besi menjadi lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh. Selain dengan

mereduksi Fe3+, keasaman dari vitamin C dapat meningkatkan

penyerapan zat besi hingga mencapai 30%5

4. Faktor ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya anemia, hal ini

dikarenakan pada golongan yang memiliki pendapatan lebih rendah

akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makanan

yang beragam dan bergizi. Golongan yang secara ekonomi kurang

baik sehari-harinya cenderung mengkonsumsi protein nabati

misalnya tahu dan tempe dan sumber lauk hewani pun terbatas.

Sumber protein hewani seperti daging merah yang merupakan salah

satu sumber makanan dengan kandungan zat besi tinggi akan sangat
13
jarang mereka konsumsi hal ini dikarenakan biayanya yang mahal.

1.1.3 Klafikasi Anemia

Menurut Proverawati (2011) dalam Septi, dkk 2022 klasifikasi

anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Anemia defisiensi besi Adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu asupan zat

besi dan tablet besi. Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi

besi dapat dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan. Kebutuhan

zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.

2) Anemia megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh

kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin

B12.

3) Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh

hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk

diagnostik diperlukan pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan

retikulasi.

4) Anemia hemolitik Adalah anemia yang disebabkan oleh

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

pembuatannya. Gejala utama dengan kelainan gambaran darah,

kelelahan, kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan

pada organ-organ vital (Septi, dkk 2022).

14
1.1.4 Gejala Anemia

Gejala anemia pada ibu hamil diantaranya cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turn

(anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan

keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda, tanda-tanda

anemia yang klasik yaitu :

1) Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha

member oksigen lebih banyak ke jaringan

2) Peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha

menyediakan lebih banyak oksigen kepada darah

3) Pusing, akibat berkurangnya darah ke otak

4) Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ

termasuk tot jantung dan rangka

5) Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi

6) Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf

pusat.

7) Penurunan kualitas rambut dan kulit (Priyanti Sari dkk, 2020).

2. Suplemen zat besi (Fe)

2.1 Definisi zat besi (Fe)

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini

terutama diperlukan dala m hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu

sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang


15
mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri

dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe)

(Septi, dkk 2022). Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro

(Fe?*) dan ferri (Fet). Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah.

Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri

karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport

transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi

dalam bentuk ferro (Septi, dkk 2022). Tablet zat besi sering disebut tablet

tambah darah yang mengandung 60 mg besi dan 0,25 mg asam folat yang

dikonsumsi selama hamil. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan

semua sistem biologi dalam tubuh dan merupakan komponen dari

hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Zat

ini diperlukan dalam pembentukan darah yaitu sintesis hemoglobin (Hb)

(Septi, dkk 2022). b. Metabolisme Zat Besi Besi yang terdapat di dalam

tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut

berada di dalam sel-sel darah merah atau Hb (lebih dari 2,5 g),

myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang

(> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian

fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang

merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim

hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-

55 mg/kg berat badan (Irmawati&Rosdianah, 2020). c. Faktor yang

Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi 1) Peningkatan kebutuhan zat besi.


16
Ketika cadangan besi berkurang, tubuh akan merespon rangsangan

tersebut dengan meningkatkan penyerapan besi. 2) Protein hewani

meningkatkan penyerapan besi sebesar 20% 3) Protein nabati

meningkatkan penyerapan besi sebesar 5 - 10% 4) HCl yang rendah akan

menurunkan penyerapan. HCI dapat mengubah Fe menjadi Fe2 sehingga

besi lebih mudah diserap oleh mukosa usus. 5) Vitamin C dan asam

amino sulfur dapat meningkatkan penyerapan besi. Vitamin C dapat

merubah Fe3 menjadi Fe dan melalui pembentukan kompleks ferro

askorbat dapat meningkatkan penyerapan besi 25-50%. 6) Penyakit

infeksi menurunkan penyerapan besi. 7) Fitat, serat, tanat, dan polifen ol

menurunkan penyerapan besi (Irmawati&Rosdianah, 2020). d.

Kebutuhan zat besi pada Ibu Hamil Selama hamil, wanita perlu

mengkonsumsi tambahan zat besi. Suplemen zat besi secara ekstensif

diperlukan ibu hamil untuk mencegah dan memperbaiki kekurangan zat

besi selama masa kehamilan disebagian besar negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Suplemen ini direkomendasikan sebagai bagian

dari perawatan antenatal untuk mengurangi risiko anemia karena

kekurangan zat besi. (Septi, dkk 2020). Ibu hamil tidak hanya dituntut

memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga untuk

pertumbuhan janinnya. Wanita hamil memerlukan tambahan zat besi

sekitar 800 mg, tetapi sebgaian besar wanita tidak mempunyai cukup

persediaan zat besi pada awal hamil. Pengobatan dengan tablet zat besi

lebih baik diberikan dalam keadaan perut kosong, namun apabila timbul
17
efek samping maka dapat diberikan bersamaan dengan maknan meskipun

terjadi penurunan penyerapan zat besi sebesar 50% (Septi, dkk 2020).

Menurut Irmawati&Rosdianah (2020) kebutuhan zat besi ibu hamil

adalah sebagai berikut: a) Trimester I: Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari,

(kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin

dan sel darah merah b) Trimester II: Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari,

(kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300

mg dan concepatus 115 mg c) Trimester III: Kebutuhan zat besi ± 5

mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah

merah 150 mg dan concepatus 223 mg.

Gambar 1. Zat Besi (Fe)

3. Telur

Telur merupakan salah satu makanan yang memiliki protein yang

bermutu tinggi, karena telur memiliki susunan asam amino yang lengkap

sehingga sering dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein dari

berbagai bahan pangan lainnya. Hemoglobin dalam darah terdiri dari

asam amino dan zat besi, serta lipoprotein yang terdiri dari asam amino

dan lemak.Telur juga memiliki sususan protein yang mudah diserap


18
tubuh, selain itu telur juga makanan yang populer, murah dan banyak

digunakan dalam pembuatan roti rumah tangga atau komersial.

Telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan

D (dalam kuning telur) dan mengandung banyak zat gizi yang sangat

penting bagi kesehatan dan pencegahan penyakit. Telur merupakan

makanan yang sangat baik bagi anak-anak maupun orang dewasa dan

khususnya berguna sekali bagi para vegetarian. Penyajiannya pun

beragam, dapat direbus, di goreng dan didadar. Namun pada bayi dan

anak kecil, sebaiknya tidak diberi telur setengah matang tetapi telur rebus

(matang), karena “ovomucoid” berpengaruh pada enzim tripsin bayi dan

anak kecil yang lebih peka terhadap protein tersebut dibandingkan

dengan orang dewasa ( Dewi Susanti,2019).

Gambar 1. Telur

4. Penatalaksanaan Anemia Pada Remaja Putri

Anemia bisa dicegah dengan cara farmakologi dan non

farmakologi. Berikut beberapa terapi farmakologi dan non farmakologi

19
yang biasa diberikan oleh remaja yang mengalami anemia.

Masalah anemia pada remaja putri telah menarik perhatian

pemerintah untuk segera ditanggulangi. Salah satu upaya

penanggulangan anemia pada remaja putri yaitu dengan puskesmas

memberikan tablet tambah darah (TTD) yang terdiri dari 4 tablet yang

dikonsumsi selama 1 bulan, 1 tablet dikonsumsi setiap minggunya.

Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak

menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare

(terkadang juga konstipasi). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan

ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung. Pengobatan dan

pencegahan anemia bisa dilakukan dengan cara memakan makanan yang

mengandung zat besi, baik yang berasal dari hewani (daging, ayam, ikan,

hati, telur), maupun yang berasal dari nabati (sayuran yang berwarna

hijau tua, kacang-kacangan, tempe dll).

Telur merupakan salah satu makanan yang memiliki protein yang

bermutu tinggi, karena telur memiliki susunan asam amino yang lengkap

sehingga sering dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein dari

berbagai bahan pangan lainnya. Hemoglobin dalam darah terdiri dari

asam amino dan zat besi, serta lipoprotein yang terdiri dari asam amino

dan lemak.Telur juga memiliki sususan protein yang mudah diserap

tubuh, selain itu telur juga makanan yang populer, murah dan banyak

digunakan dalam pembuatan roti rumah tangga atau komersial.

Telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan


20
D (dalam kuning telur) dan mengandung banyak zat gizi yang sangat

penting bagi kesehatan dan pencegahan penyakit. Telur merupakan

makanan yang sangat baik bagi anak-anak maupun orang dewasa dan

khususnya berguna sekali bagi para vegetarian. Penyajiannya pun

beragam, dapat direbus, di goreng dan didadar. Namun pada bayi dan

anak kecil, sebaiknya tidak diberi telur setengah matang tetapi telur rebus

(matang), karena “ovomucoid” berpengaruh pada enzim tripsin bayi dan

anak kecil yang lebih peka terhadap protein tersebut dibandingkan

dengan orang dewasa ( Dewi Susanti,2019).

5. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi bisa dengan pemberian tablet fe , Namun,

penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan efek samping baik pada

remaja. Untuk itu pengobatan farmakologi salah satu pengobatan

alternatif untuk mengurangi mual dan muntah pada kehamilan (jurnal

serina abdimas 2023).

1. Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk anemia pada

remaja putri adalah dengan pemberian rebusan telur.

Semakin berkembangan ilmu pengetahuan, dengan berbagai hasil

penemuannya seperti buah-buahan yang mengandung berbagai macam

zat nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Hasil penemuan yang telah

dipublikasikan membuat banyak orang tahu mengenai manfaat dari


21
bahan-bahan makanan yang dihasilkan oleh alam salah satu yaitu telur.

Telur yang telah lama dikenal oleh masyarakat dan dikonsumsi ternyata

memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan. Terapi diet yang

diberikan kepada para pendonor darah setelah darahnya diambil biasanya

diberikan susu dan sebutir telur guna memulihkan stamina dan mencegah

terjadinya anemia (IDI, 2009). Telur merupakan sumber protein yang

murah dan mudah diperoleh demikian pula kandungan asam amino

esensialnya, hampir setara dengan yang berasal dari air susu ibu.

Beragam vitamin juga terdapat dalam telur,: vitamin A, D, serta vitamin

B kompleks termasuk B 12. Telur juga menyimpan zat-zat mineral

lainnya seperti zat besi, kalsium, fosfor, sodium dan magnesium. Telur

sama sekali tidak mengandung karbohidrat meskipun memiliki kalori 59

kalori ( Dewi Susanti,2019).

2. Prosedur Pemberian telur rebus

Peningkatan kadar Hb pada remaja usia 19 tahun yang mengalami

anemia defisiesi besi dengan pemberian 2 butir telur ayam rebus per hari

(100 gram) dan tambahan vitamin C (300 mg) per hari selama 15 hari.

2. Hemoglobin

2.1 Definisi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan suatu protein tetrametrik eritrosit yang

mengikat molekul bukan protein, yaitu senyawa porifin besi yang disebut

heme. Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam


22
tubuh manusia, yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan

pengangkutan karbondioksida dan proton dari jaringan perifer ke organ

respirasi (Saraswati, 2021). Hemoglobin (Hb) didefinisikan sebagai suatu

kumpulan komponen pembentukan sel darah merah yang memiliki fungsi

sebagai alat transportasi dari oksigen. Komponen yang terkandung dalam

Hemoglobin adaah protein, garam, besi, dan zat warna. Seseorang yang

memiliki kadar Hemoglobin rendah disebut anemia yang memiliki gejala

lemah, letih, lesu, kepala pusing, nadi cepat, irama jantung tidak teratur,

dan telinga berdenging. Gejalagejala tersebut berkaitan dengan daya

konsentrasi seseorang (Saraswati, 2021).

2.2 Struktur Hemoglobin

Pada pusat molekul terdiri dari globin, apoprotein, dan empat

gugus heme suatu molekul organic dengan satu atom besi. Mutasi pada

gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit

menurun yang disebut hemoglobinopati, diantaranya yang paling sering

ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia. Fungsi hemoglobin adalah

mengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk

dibawah ke jaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen disebut

oksihemoglobin (HbO₂). Disamping oksigen, hemoglobin juga membawa

karbondioksida dan dengan karbonmonoksida membentuk ikatan karbon

monoksida, ikatan karbon mooksihemoglobin (HbCO) (Hasanan, 2018).

Anemia diukur dengan melihat nilai haemoglobin seseorang.


23
Seseorang yang memiliki nilai haemoglobin dibawah nilai normal, maka

seseorang tersebut dapat dikatakan menderita anemia. Berikut nilai

normal hemoglobin :

• Pada laki-laki : 13.5 - 18.0 g/dL

• Pada perempuan :12.0 - 15.0 g/l

• Pada anak-anak :11.0 - 16.0 g/dL

• Pada ibu hamil :>10.0 g/dL (Fajrian Noor K,2021).

2.3 Pengukuran kadar hemoglobin

Metode Pengukuran Hemoglobin Metode yang digunakan adalah

metode Digital (hemoglobin testing system Quik-Check) menggunakan

alat Easy Touch GCHb yang merupakan alat kesehatan digital

multicheck. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan alat ini tidak

menimbulkan rasa sakit, dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.

Alat ini sudah cukup akurat terbukti karena sudah lulus uji dan proses

untuk mengetahui hasilnya cukup cepat serta sangat mudah dalam

penggunaannya. Keakuratan dari alat ini dijadikan sebagai standar

patokan dalam pengukuran hemoglobin karena mendekati hasil yang

sebenarnya bila dibandingkan dengan alat yang lain (Kusumawati, 2018).

24
B. Kerangka Teori

Faktor langsung
1. Asupan Fe
2. Kurang gizi
3. Kehilangan darah yang
banyak (pada menstruasi) Anemia
4. Penyakit kronis (TBC,
paru-paru, cacing usus,
malaria)
Faktor tidak langsung Hemoglobin
1. Jumlah kelahiran (paritas)
2. Tingkat pendidikan remaja
3. Status ekonomi
Farmakologi Nonfarmakologi
4. Jarak kehamilan yang dekat Suplemen zat - Telur rebus)
besi (Fe)

Telur Rebus

- Vitamin (A, B,C dan E)


-
- Mineral (zat besi,
amilun, kalsium,
magnesium, seng dll

Diaborsi dalam tubuh

Penyerapan zat besi

Peningkatan kadar
Hemoglobin

Bagan 1. Kerangka Teori


Sumber : (Sumiyasri dkk, 2018) (Nurkhasanah dkk,2020)

25
C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kadar HB
Telur Rebus

Bagan 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis penelitian. hipotesis ini

menyatakan adanya suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.

Ha (hipotesis alternatif) : Ada Pengaruh pemberian telur rebus untuk

meningkatkan kadar hemoglobin pada remaja putri yang mengalami anemia.

26
BAB 3

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian kuasi eksperimen sangat banyak, ada beberapa tipe dari

jenis penelitian kuasi eksperimen, tetapi dalam penelitian ini menggunkan desain

kuasi eksperimen dengan pretest dan posttest. Data dikumpulkan sebelum dan

sesudah intervensi diberikan .

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yaitu kelompok intervensi yang

diberi aromaterapi lemon. Sebelum diberikan aromaterapi lemon pada kelompok

akan dilakukan pengukuran mual dan muntah (pre-test), kemudian mual dan

muntah diukur kembali sesudah diberikan intervensi (post-test).

Pretest Post Test

O1 O2

Skema 1. Skema desain penelitian

Keterangan:

X : Telur Rebus

O1 : Anemia sebelum diberikan telur rebus pada kelompok / intervensi

O2 : Anemia sesudah diberikan telur rebus pada kelompok intervensi

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yaitu kelompok intervensi yang

diberi intervensi telur rebus .Penelitian diawali dengan pre-test untuk

27
mengidentifikasi frekuensi kadar hb remaja putri yang anemia. Sebelum

diberikan intervensi.Pre-test dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Kemudian kelompok intervensi diberikan intervensi telur rebus. Setelah itu

dilakukan kembali post-test pada kelompok intervensi dengan menggunakan

kuesioner.

4.1.1 PopulasiPenelitian

4.1.2 Populasi

Populasi adalah seluruh kumpulan atau gabungan kaus dimana peneliti

tertarik untuk menelitinya sesuai criteria yang ditetapkan dan dapat diakses

untuk penelitian (Polit & Beck, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil trimester pertama yang mengalami mual dan muntah di

SMA 07 OKU sebanyak 36 orang

4.1.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi, yang merupakan unit

paling dasar tentang data yang dikumpulkan (Polit & Beck, 2012).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total

sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria dan tujuan

penelitian, (Polit and Beck, 2012). Adapun kriteria responden untuk

penelitianadalah:

1. Remaja putri usia 14-15 tahun

2. Remaja putri dengan usia 15-16 tahun

3. Remaja putri dengan usia 16-17 tahun

28
Adapun kriteria eklusi pada penelitian ini adalah:

1. Remaja putri yang mengalami anemia

Besaran sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang. Jumlah dan Besar

Sampel

( 𝑡 − 1 𝑥 ( 𝑛 − 1 ) ≥ 15
Keterangan untuk prediksi :
t = Jumlah kelompok
n= jumlah subjek per kelompok
dalam penelitian ini jumlah populasinya sebanyak 36 orang, maka :
( 𝑡 − 1 𝑥 ( 𝑛 − 1 ) ≥ 15
t = jumlah kelompok
n = jumlah subjek per kelompok
( 𝑡 − 1 𝑥 ( 𝑛 − 1 ) > 15

= ( 1 − 0 ) 𝑥 ( 36 − 1 ) ≥ 15

= 35 𝑥 1 ≥ 15

= ≥ ( 15 + 1 )

= 16
Berdasarkan perhitungan besar sampel, jumlah subjek yang dibutuhkan adalah 16

orang. Apabila diperkirakan terdapat drop out dalam penelitian sebesar 10% ( 0,1),

makabesar sampel dengan drop out dihitung dengan rumus :

𝑛𝑑𝑜= 𝑛
(
1−𝑑𝑜
)
𝑛𝑑𝑜= 16
(
1−0,1
)

𝑛𝑑𝑜= 17,021=18

29
Berdasarkan perhitungan tersebut maka besar sampel total untuk masing masing

kelompokadalah 18 orang

4.2 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling. total

sampling merupakan suatu metode penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sesuai dengan tujuan dan

masalah sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

ditentukan oleh peneliti sebelumnya (Nursalam, 2017). Peneliti memilih sampel

sesuai dengan kriteria inklusi sejumlah responden intervensi sesuai dengan rumus

sampel.

30
Kerangka Kerja Penelitian

dilakukan.

Populasi :
Remaja putri yang mengalami anemia berjumlah 36orang

Sampel :
Sebagian remaja putri yang mengalami anemia yang berjumlah 36
orang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Sampling : total sampling

Variabel

Variable terikat
Variable bebas anemia pada remaja
Terapi telur rebus putri

Desain Penelitian :
Pra Experimental Design (One Group Pra-Post Test
Design)

Pengolahan data :
Editing, Coding, Scoring, Entry, Tabulating, dan, Cleaning

Analisa data :
wilcoxcon

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

31
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.3.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah prilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel dalam penelitian ini adalah

diberikan terapi telur rebus.

1. Variabel dependent (Variabel bebas)

Variabel dependent adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

mempengaruhi variabel lainya (Nursalam, 2016) variabel bebas dalam penelitian

ini adalah diberikan terapi telur rebus.

2. Variabel independent (Variabel terikat)

Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya yang di

tentukan oleh Variabel lain (Nursalam, 2016) Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah skor anemia pada remaja putri.

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah batasan atau cara pengukuran variabel yang

di teliti. Definisi operasional variabel di susun dalam bentuk matrik, yang berisi :

nama variabel, devinisi operasional, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang

digunakan (nominal, ordinal, interval, rasio). Definisi operasional dibuat untuk

memudahkan dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan

interprestasi serta membatasi ruang lingkup variabel.

32
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


operasional ukur Ukur
1. Independen Pemberian Definisi Alat ukur - Sesuai dengan
: Pemberian Terapi telur Pemberian, Yang standar operasional
Terapi telur rebus Solusi Cara digunakan
rebus Meningkatkan Pemberian adalah
kadar Telur rebus SOP
hemoglobin
2. Variabel Aemia adalah Definisi Alat ukur Ordinal Menggunakan
Dependen : keluhan yang Anemia Yang datakuensioner
Anemia dialami remaja digunakan - Anemia Berat =
putri adalah nilai 1-6
kuesioner - Anmia ringan
= nilai7-14
- Anemia
Sedang =nilai
15-
20

33
4.4 InstrumenPenelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi,

1. Kuesioner data demografiresponden

Data karakteristik responden diperoleh melalui lembar pengumpul

data berupa kuesioner. Pengumpulan data demografi dilakukan

peneliti. Setiap item harus diisi lengkap yaitu inisial, nomor

responden,usia remja putri, Data ini diisi oleh peneliti berdasarkan

keterangan dari Remaja Putri.

2. Kuesioner Anemia

Metode Pengukuran Hemoglobin Metode yang digunakan adalah

metode Digital (hemoglobin testing system Quik-Check)

menggunakan alat Easy Touch GCHb yang merupakan alat kesehatan

digital multicheck. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan alat ini

tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digunakan kapan saja dan dimana

saja. Alat ini sudah cukup akurat terbukti karena sudah lulus uji dan

proses untuk mengetahui hasilnya cukup cepat serta sangat mudah

dalam penggunaannya. Keakuratan dari alat ini dijadikan sebagai

standar patokan dalam pengukuran hemoglobin karena mendekati

hasil yang sebenarnya bila dibandingkan dengan alat yang lain

(Kusumawati, 2018).

4.5 Lokasi dan WaktuPenelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA N 07 Kabupaten OKU pada

periode bulan Januari-Maret 2023.

34
4.6 Prosedur Pengumpulan data

Langkah-langkah yang di lakukan peneliti dalam pengumpulan data

penelitian :

1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Universitas

Aisyiyah Surakarta kepada SMA Negeri 07 OKU .

2. Setelah mendapat izin dari SMA Negeri 07 OKU selanjutnya surat

izin di tunjukan kepada kepala SMA Negeri 07 OKU Kabupaten OKU

untuk melakukan penelitian.

3. Peneliti mengunjungi rumah calon responden memberikan penjelasan

kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan berisi

tujuan, manfaat,prosedur penelitian.apabila bersedia menjadi

responden dipersilahkan menandatangani inform consent.

4. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan dibantu asisten

sejumlah 3 orang, sebelum asisten peneliti melakukan intervensi

peneliti menjelaskan cara pemberian intervensi kepada asisten peneliti

untuk di berikan ke responden. untuk mencatat hal-hal yang di

perlukan pada saat pengumpulan data. Peneliti dan berberapa asisten

peneliti mecari responden dengan menunggu di ruang rawat inap yang

akan di teliti.

5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang prosedur yang akan

dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian bila bersedia responden,

maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani inform

consent.

6. Penelitian dilakukan face to face kepada siswi di SMA Negeri 07


35
OKU

7. Pemberian rebusan telur dilakukan sekitar jam bangun tidur ( 06.00) –

selesai penelitian dilaukan dalam 15 hari hari pertama dilakukan

pretest dan hari terakhir dilakukan .

8. Mengukur frekuensi kadar HB pada remaja putri sebelum

dilakukannya pemberian telur rebus .

9. Memberikan telur rebus kepada responden selama 15 hari.

10. Mengukur frekuensi bertambahnya kadar HB setelah di lakukan terapi

menggunakan telur rebus .

11. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.2 Pegolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini melalui tahap-tahap antara lain :

4.7.2.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini, data

yang diperoleh diteliti kembali dengan maksud untuk mengetahui

kelengkapan data yang diberikan. Setiap data yang terkumpul

dilakukan pengecekan apakah semua data telah lengkap, jika belum

lengkap akan dicari selengkapnya.

4.7.2.2 Coding

Peneliti melakukan penyusunan secara data mentah ke dalam nemtuk

yang sudah dibaca untuk pengolahan data. Peneliti membuat kode

untuk hasil penelitian yang didapat. Coding merupakan kegiaan


36
pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

berberapa kategori pada Variabel independent yaitu tingkat mual

muntah peneliti menggunakan kode jawaban berupa:

Coding sebelum perlakuan

1 . Anemia ringan = nilai 1 – 6

2 . Anemia Berat = nilai 7 – 14

3 . Anemia Sedang = nilai 15–20

Coding sesudah perlakuan

1 . Anemia ringan = nilai 1 – 6

2 . Anemia Berat = nilai 7 – 14

3 . Anemia Sedang = nilai 15–20

4.7.2.3 Scoring

Scoring adalah pengolahan data yang digunakan dengan cara

memberikan skor pada item yang perlu diberi skor. Tahapan ini

dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi

sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi sehingga

setiap jawaban responden atau hasil observasi yang diberikan skor

(Arikunto, 2011) Pemberian skor mual muntah dengan menggunakan

Numeric Rating Scale :

1 . Anemia Ringan = nilai 1 – 6

2 . Anemia Berat = nilai 7 – 14

3 . Anemia Sedang = nilai 15–20

4.7.2.4 Data Entry (Memasukan data)

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke

37
dalam program atau “software’’ komputer. Dalam proses ini dituntut

ketelitian dari orang yang melakukan “entry” ini. Apabila tidak maka

terjadi bias meskipun hanya memasukan data.

4.7.2.5 Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2016).

4.7.2.6 Cleaning(pembersihan data)

Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses

ini disebut pembersihan data (data cleaning).

4.7.3 Analisa Data

Untuk melakukan pengujian hipotesis, analisa data yang dapat di lakukan

adalah :

4.7.3.1 AnalisaUnivariat

Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat. Analisis

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2018).

4.7.3.2 AnalisaBivariat

Untuk menentukan uji statistik, maka harus disesuaikan dengan

skala pengukuran jenis penelitian. Pengolahan dan analisis data dalam

38
penelitian ini adalah dengan analisis bivariat. Analisis bivariat yaitu

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen, digunakan uji non parametric yaitu uji

Wilcoxon test (Dahlan, 2018).

4.8 Etika Penelitian

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang

sesuatu yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban seseorang

dalam kelompok sosial. Penelitian adalah suatu upaya untuk mencari

kebenaran terhadap fenomena kehidupan manusia, fenomena tersebut

dapat berbentuk fenomena alam, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan,

ekonomi, politik, dan lain sebagainya guna melakukan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara pada kesehatan manusia

(Notoatmodjo, 2012).

Berikut prinsip etik yang harus dipegang dalam sebuah penelitian

(Notoatmodjo, 2012).

1. Menghornati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


Penelitian perlu Mempertimbangkan hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dari

penelitian tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan

formulir persetujuan (inform concent) yang mencakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Persetujuan subjek dalam menjawab dan menerapkan setiap


39
perrtanyaan dan anjuran yang diberikan oleh peneliti kapan saja.

d. Jaminan nonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian(respect for

privacyand confidentiality)

Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk hak privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi mengenai identitas

subjek. Peneliti cukup menggunakan inisianl sebagai engganti identita

responden.

3. Keadilan dan Keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan keadilan perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian, yakni dilakukan dengan

menjelaskan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan maanfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin dan meminimalisir kerugian bagi masyarakat umumnya dan

subjek pada khususnya. Penelitian ini akan memberikan manfaat.

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basith,2017. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI. Lampung

Dewi Susanti,20198. PENGARUH PEMBERIAN TELUR AYAM REBUS DAN

BUAH PEPAYA TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN

PADA SISWI ANEMIA. Padang.

Budianto, 2016. Anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh Tingkat pengetahuan

tentang anemia

Fajrian Noor Kusnadi,2021. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI.

Mahmud Jaelani,2017. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada

Remaja Putri.Bengkulu.

Marsya Kamila Savitri,2021. HUBUNGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET

TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI:

A SYSTEMATIC REVIEW. Jakarta

Ika Purnama S, 2019 PENGARUH KONSUMSI TELUR PUYUH TERHADAP


KADAR HEMOGLOBIN DAN KOLESTEROL PADA REMAJA UMUR 13-15
TAHUN
Rini Nuraeni,2021. Peningkatan Kadar Hemoglobin melalui Pemeriksaan dan Pemberian
Tablet Fe Terhadap Remaja yang Mengalami Anemia Melalui “Gerakan Jumat
Pintar”

Rita Sari, 2020. PENGARUH KONSUMSI TELUR TERHADAP PENINGKATAN


KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI
ANEMIA

Sri Karyati . 2016. PENGARUH KONSUMSI TELUR TERHADAP PENINGKATAN


KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI
ANEMIA DI KUDUS. Kudus

41
LAMPIRAN

42
PENGARUH KONSUMSI TELUR REBUS PADA REMAJA PUTRI YANG
ANEMIA

CHECK LIST
Konsumsi Putih Telur Rebus Ayam Ras

Nama Remaja :

Waktu Dilakukan
No Tanggal Hari Ke
Pagi Sore

Petujuk pengisian :
Check () : Jika mengkonsumsi putih telur pagi & sore

43
PENGARUH KONSUMSI TABLET FE PADA REMAJA PUTRI

CHECK LIST
Konsumsi Tablet Fe

Nama Remaja :

No Tanggal Hari Ke Malam

Petujuk pengisian :
Check () : Jika mengkonsumsi Tablet Fe malam hari

44

Anda mungkin juga menyukai