Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PRE-EKLAMSIA DI RSIA PERTIWI MAKASSAR

DAHLIA SALAM

21.01.025

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKUKANG MAKASSAR

PRODI S1 KEPERAWATAN

2023
SKRIPSIAN JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PRE-EKLAMSIA DI RSIA PERTIWI MAKASSAR

DAHLIA SALAM

21.01.025

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKUKANG MAKASSAR

PRODI S1 KEPERAWATAN

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dahlia Salam

NIM : 21.01.025

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal ini adalah hasil pemikiran saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan ntuk memperoleh gelar di

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran

yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebautkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagai

atau keseluruhan proposal ini merupakan hasil karya orang lain maka saya

bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa

gelar keserjanaan yang telah diperoleh dapat di tinjau kembali.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, April 2023

Yang membuat pernyataan

(Dahlia Salam)

v
ABSTRAK
DAHLIA SALAM : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PRE-EKLAMSIA DI RSIA PERTIWI MAKASSAR

PEMBIMBING: Muaningsih , Asriyanti.


Pendahuluan : Pre-eklamsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pre-eklamsia dapat terjadi dimasa kehamilan,
persalinan, maupun setelah persalinan atau masa nifas. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
pre-eklamsia antara lain: paritas, usia, obesitas dan riwayat pre-eklamsia keluarg. Ibu dengan pre-
eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar masih tinggi.
Tujuan : Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pre-eklamsia di
RSIA Pertiwi Makassar.
Metode penelitian : Penelitian ini adalah bersifat Survey Analtik dengan jenis rancangan
cross sectional. Besar sampel 77 responden. Tehknik sampling yaitu purposive sampling.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2023 di RSIA Pertiwi Makassar.
Hasil penelitian ini: berrdasarkan hasil uji chi square terdapat hubungan antara paritas,
usia, obesitas dan riwayat keluarga dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar
dengan nilai signifikan paritas p value = 0.000 (< a = 0.05), usia p value =0.000 (< a = 0.05),
obesitas p value = 0.031(< a = 0.05), dan riwayat penyakit keluarga p value = 0.031 (< a = 0.05).
Kesimpulan dan saran: Ada hubungan faktor, paritas, usia, obesitas dan riwayat pre-
eklamsia keluarga dengan kejadian pre-eklamsia. Diharapkan instansi pelayanan kesehatan, dapat
meningkatkan kegiatan yang mengedukasi ibu dan calon terkait tentang faktor-faktor pre-eklamsia
serta penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang belum diteliti dengan sampel yang
lebih banyak
Kata kunci : Pre-eklamsia, paritas, usia, obesitas , riwayat pre-eklamsia keluarga.
Referensi: 20 (2014-2022)

vi
ABSTRACT

vii
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Pre-eklamsia Di RSIA Pertiwi Makassar”. Penyusunan skripsi ini

suatu syarat untuk memeproleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Program

Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar.

Dalam melakukan penyusunan skripsi penelitian ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua Abdul Salam dan Irani dan juga kepada:

1. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM., M.Kep., selaku Plh. Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes., M.EDM., M. Biomed., selaku Ketua

STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan izin dalam

penyusunan skripsi ini.

viii
3. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar yang telah memeberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penyusunan proposal penelitian ini.

4. Ns. Muaningsih, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta saran yang membangun dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Asriyanti, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan, arahan serta saran yang membangun dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Ns. Risky Pratiwi, M. Kep selaku Penguji I yang telah memberikan masukan

dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ns Evi Lusiana, S.Kep. M.Kep selaku Penguji II yang telah memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar yang

telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

9. Kepada saudara-saudara saya Azhar, Akbar, Rasmi, Nur, Dina & Fikram

tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, dukungan

serta doanya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada om dan tante saya, Mustari Dan Nur Asinta tercinta yang telah

memberikan motivasi, dukungan serta doanya kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

ix
11. Kepada teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan Alih Jenjang

(Konversi21) atas segala bantuan, dukungan dan kebersamaan selama kurang

lebih 1,5 tahun ini dalam menuntut ilmu di STIKES Panakkukang Makassar.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu

masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan

sangat membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-

pihak yang terkait.

Makassar, Januari 2023

Dahlia Salam

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Umum............................................................................................3
D. Tujuan Khusus...........................................................................................3
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Tinjauan Umum Tentang Pre-eklamsia.....................................................6
B. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Pre-eklamsia...........................12
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...21
A. Kerangka Konseptual..............................................................................21
B. Hipotesis Penelitian.................................................................................22
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................23
A. Desain Penelitian.....................................................................................23
B. Populasi, Sample dan Sampling Penelitian.............................................23
C. Variabel Penelitian..................................................................................26
E. Tempat Penelitian....................................................................................31
F. Waktu Penelitian.....................................................................................31
G. Instrumen Penelitian................................................................................31
H. Prosedur Pengumpulan Data...................................................................33
I. Teknik Analisa Data....................................................................................33
J. Etika Penelitian...........................................................................................35

x
Tabel 4. 1 Definisi Operasional.............................................................................28
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Paritas
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Usia
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Obesitas
Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Riwayat Pre-eklamsia Keluarga
Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Kejadian Pre-eklamsia
Tabel 5. 7 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Pre-eklamsia
Tabel 5. 8 Hubungan Usia Dengan Kejadian Pre-eklamsia
Tabel 5. 9 Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Pre-eklamsia
Tabel 5. 11 Hubungan Riwayat Pre-eklamsia Keluarga Dengan Kejadian Pre-
eklamsia

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre-eklamsia merupakan sindrom terutama terkait dengan penurunan

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi

dengan peningkatan tekanan darah dan protein urin selama kehamilan.

(lalenoh, 2018 dalam Indriani Rike, 2022). Pre-eklamsia memiliki tanda dan

gejala yang khas yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan

proteinuria (Agustina Malina Pegi et al.2022).

Menurut World Health Statistic (2020), bahwa sekitar 810 wanita

meninggal karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan persalinan dan

kehamilan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS. Tahun 2018)

jumlah AKI di Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan

Rekapitulasi data Kabupaten/Kota menunjukan jumlah kasus kematian ibu di

Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021 sebanyak 195 kasus. Angka ini

mengalami peningkatan sebanyak 62 kasus dari tahun sebelumnya (tahun

2020 = 133 kasus). Berdasarkan survey awal yang diperoleh dari rekam medis

di RSIA Pertiwi Makassar didapatkan informasi data ibu hamil dengan pre-

eklamsia masih tinggi di RSIA Pertiwi Makassar yaitu 96 dari bulan Januari

sampai Oktober 2022. ibu dengan pre-eklamsia di tahun 2022.

1
2

Pre-eklamsia mempunyai dampak yang sangat berbahaya bagi ibu hamil

diantaranya: dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai terjadi

kejang (eklamsia). Sedangkan pada janin bisa menghambat aliran darah dalam

plasenta, kondisi ini bisa mengakibatkan bayi berat badan lahir rendah. Pada

saat persalinan akan menyebabkan perdarahan, kejang hingga kematian, bayi

yang dilahirkan akan mengalami asfiksia. Pada ibu nifas pre-eklamsia dapat

mengakibatkan perdarahan masa nifas, edema paru, gangguan ginjal, sampai

terjadi gagal ginjal (Indriani Rike, 2022).

Penyebab pre-eklamsia belum diketahui secara pasti. Banyak faktor

yang berhubungan dengan pre-eklamsia tersebut diantaranya: paritas, usia,

obesitas, dan riwayat keluarga ( Wati dan Widayanti, 2020 dalam (Mariati et

al., 2022). Pre-eklamsia saat ini masih menjadi salah satu penyebab utama

kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Sindrome pre-

eklamsia adalah suatu kondisi bila ibu hamil mengalami gejala hipertensi atau

tekanan darah tinggi, adanya proteinuria dalam urine dan edema (Mariati et

al., 2022). Kondisi pre-eklamsia dapat berlanjut menjadi eklamsia yaitu

terjadinya kejang yang dialami ibu hamil (Siswoko, 2022).

Faktor paritas Jika jarak kehamilan > 5 tahun, risiko pre-eklampsia

meningkat. Proses degeneratif mengurangi kekuatan otot rahim dan panggul

(nurul et al., 2022). Faktor usia ibu hamil < 20 tahun dan > 35 tahun dapat

berisiko terjadinya pre-eklamsia (Ariesta 2020 dalam Oktiana 2022) . Obesitas

akan berisiko menderita hipertensi ( Fulla Sofia, 2020 dalam (liya, 2022).

Sedangkan faktor riwayat keluarga karena kecenderungan faktor genetik


3

tersebut menunjukan pre-eklampsia disebabkan oleh faktor genetik yang

ditentukan oleh gen ibu (Pohan, 2021)

Pre-eklamsia menjadi masalah kesehatan perempuan di Indonesia yang

berpengaruh pada ibu dan janin baik pada kondisi hamil, melahirkan dan

setelah melahirkan. Dari beberapa jurnal yang saya baca terkait judul yang

sama namun berbeda lokasi, namun ada yang menemukan hubungan antara

variabel dan ada yang tidak berhubungan. Sejauh ini belum Kejadian pre-

eklampsia berhubungan dengan paritas, usia, obesitas, dan riwayat keluarga,

khususnya di RSIA Pertiwi Makassar. Oleh karena itu, penulis ingin

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi preeklampsia di

RSIA Pertiwi Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Apakah Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadin pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar?

C. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pre-eklamsia di

RSIA Pertiwi Makassar.

D. Tujuan Khusus

1. Diketahui hubungan faktor paritas dengan kejadian Pre-eklamsia di di

RSIA PERTIWI Makassar.

2. Diketahui hubungan faktor usia dengan kejadian Pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar.
4

3. Diketahui hubungan faktor obesitas dengan kejadian Pre-eklamsia di di

RSIA Pertiwi Makassar.

4. Diketahui hubungan faktor riwayat pre-eklamsia keluarga dengan

kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat untuk peneliti

Hasil penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti

dan menambah ilmu pengatahuan terkait faktor yang berhubungan

dengan kejadian pre-eklamsia.

b. Manfaat untuk mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan

wawasan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian pre-eklamsia.

c. Manfaat bagi pustaka

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah reverensi bahan

pustaka, dan memanfaatkan hasil preservasi bahan pustaka dalam

upaya menyebarkan informasi. Dengan adanya penelitian ini di

harapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola perpustakaan untuk

lebih meningkatkan kemampuan tentang kegiatan preservasi bahan

pustaka khususnya dalam dunia ilmu keperawata maternitas.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat untuk layanan kesehatan


5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber informasi bagi pengambil dan pelaksanaan kebijakan dalam

mengatasi masalah yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia.

b. Manfaat untuk tenaga perawat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah sumber informasi,

menambah ilmu pengatahuan perawat dan referensi mengenai faktor

yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia. Sehingga mampu

memeberikan hubungan data dan informasi kepada pasien khususnya

kepada ibu hamil. Sebagai referensi untuk evaluasi membuat kebijakan

dalam menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh komplikasi

kehamilan.

c. Manfaat untuk ibu dengan pre-eklamsia

Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu ibu dalam mengenal

faktor yang mempengaruhi pre-eklamsia sehingga ibu hamil dapat

melakukan pemeriksaan ANC secara teratur.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pre-eklamsia

1. Definisi Pre-eklamsia

Pre-eklamsia adalah Penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya

timbul pada Triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya,

misalnya pada Mola Hidatosa (vitiasaridessy, 2019)

Pre-eklamsia merupakan kondisi berisiko lainnya pada hamil. Pre-

eklamsia adalah salah satu jenis penyakit tinggi atau hipertensi yang

terjadi pada ibu hamil. Setelah usia kehamilan 20 minggu (≥20 minggu).

Pre-eklampsia, di sisi lain, dapat terjadi pada kehamilan, persalinan, atau

setelah persalinan atau masa nifas (kurniawati et al., 2022)

2. Klasifikasi Pre-eklamsia

Klasifikasi pre-ekalmsia dibagi menjadi 2 golongan (kurniawati et al.,

2022)

a. Pre-eklamsia Ringan

Gejala pre-eklamsia ringan adalah: tekanan darah/tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg selama minimal seminggu, proteinuria + 1

pada pemeriksaan urin di puskesmas atau pusat pelayanan, tidak ada

keluhan sakit kepala berat, dan penglihatan jernih.

b. Pre-eklamsia Berat
8

Gejala pre-eklampsia berat antara lain mual, sesak napas, janin

kecil yang tidak berkembang dengan baik, masalah hati, pusing, nyeri

terus-menerus, sakit kepala, penglihatan kabur, bintik-bintik yang

terlihat seperti titik di depan mata, nyeri di perut, pusing. , dan tekanan

darah yang lebih timggi dari 160/110 mmHg.

3. Etiologi Pre-eklamsia

Penyebab pasti pre-eklampsia tidak diketahui saat ini. Faktor risiko

terkait kehamilan untuk pre-eklamsia meliputi hal-hal berikut:(kurniawati

et al., 2022)

a. Pre-eklamsia sebelumnya dan keluarga yang pernah mengalamai pre-

eklamsia saat hamil

b. Paritas

c. Ibu hamil dengan usia < 20 dan > 35 tahun

d. Obesitas

e. Primigravida

f. Kehamilan kembar

g. Ibu hamil dengan penyakit kencing manis atau diabetes melitus

h. Ibu hamil yang mempunyai penyakit hipertensi atau darah tinggi

4. Patofisiologi Pre-eklamsia

Pre-eklamsia terjadi pada spasme pembuluh darah spasme

pembuluh darah yang disertai dengan retensi g aram dan air. Biopsi ginjal

menunjukkan kejang arteriol glomerulus yang parah. Dalam beberapa

kasus, lumen arteriol sangat sempit sehingga bahkan satu sel darah merah
9

dapat melewatinya dengan jelas. Akibatnya, jika semua arteriol tubuh

menjadi tegang, tekanan darah akan meningkat untuk melawan

peningkatan tekanan perifer dan memastikan cukup oksigen mencapai

jaringan.

Sementara itu, retensi air yang berlebihan di ruang usus dapat

menyebabkan penambahan berat badan dan edema akibat retensi garam

dan air. Perubahan spesma arteriol dapat menyebabkan proteinuria

(vitiasaridessy, 2019)

5. Gejala Pre-eklamsia

Pre-eklampsia biasanya muncul dengan penambahan berat badan yang

berlebihan, diikuti oleh edema, tekanan darah tinggi, dan proteinuria.

Tidak ada gejala subyektif pada preeklampsia ringan; pada pre-

eklampsia, ada sakit kepala di daerah frontal, skotoma, penglihatan

kabur, nyeri epigastrium, mual, dan muntah. Tanda-tanda ini, yang sering

menyertai pre-eklampsia yang memburuk, menunjukkan timbulnya

eklampsia.

Gejala pre-ekalmsia biasanya timbul dalam urutan pertambahan berat

badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya

proteinuria. Pada pre-ekalmsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala

subyektif, pada pre-ekalmsia ditemukan sakit kepala di daerah frontal,

skotoma, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual dan

muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-ekalmsia


10

yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsi akan timbul.

(vitiasaridessy, 2019)

6. Perubahan Psikologi

Normotensive pada wanita hamil dihubungkan dengan perubahan

cardivasculer termasuk meningkatnya kerja jantung, volume darah dan

cardiovasculer output (Gant Etal 1973). Hal ini membuat sel-sel endotel

rusak sehingga hubungan antara vasodilator: vasokonstriksi. Dukungan

hipertensi adalah alasan untuk perbandingan ini. Di hadapan hipertensi

dan sel endotel yang rusak, pembuluh darah menjadi terpengaruh,

menghasilkan produksi edema yang menyebar ke jaringan.

Cairan intravaskular berkurang akibat hipoluemia dan

hemokonsentrasi dan ini merupakan refleks hematokrit yang meningkat.

Pada kasus yang parah, adanya cairan dapat menyebabkan paru-paru

menjadi sesak, menyebabkan edema paru, penipisan oksigen, dan

sianosis.

Koagulasi aktif terjadi sebagai akibat dari vasokonstriksi dan

gangguan sel endotel. Disseminated Intravascular Cougelation (DIC)

disebabkan oleh peningkatan produksi trombositopenia. Di ginjal,

vasospasme menghasilkan arteriol yang menyebabkan penurunan aliran

darah ke ginjal yang menyebabkan hipoksia dan edema (vitiasaridessy,

2019)

7. Pencegahan Pre-eklamsia (vitiasaridessy, 2019)

a. Melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan


11

b. Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan

c. Tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol

d. Rutin berolaraga

e. Menjaga kadar gula darah normal apabila mendertita diabetes

f. Mengontrol tekanan darah tinggi

g. Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam

8. Penanganan pre-eklamsia (vitiasaridessy, 2019)

a. Penanganan Pre-eklamsia Ringan

1) Rawat jalan

a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)

b) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat) tablet febobarbital

3x30 mg peroral selama 2 hari

d) Raboransia

e) Kunjungan ulang tiap 1 mg

2) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit:

a) Pada Kehamilan Preterm (kurang dari 37 minggu)

(1) Jika tekanan darah mencapai normtensif selama

perawatan persalinan ditunggu sampai aterm

(2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai

normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat

diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu

b) Pada Kehamilan Aterm (lebih dari 37 minggu)


12

Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk

melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

3) Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala

II dengan bantuan bedah obstetri.

b. Penanganan pre-eklamsia berat di Rumah Sakit

1) Penaganan Aktif:

a) Indikasi

Indikasi perawatan aktif ialah bila di dapatkan satu atau lebih

keadaan ini pada ibu:

(1) Kehamilan lebih dari 37 minggu

(2) Adanya tanda-tanda impending

(3) Kegagalan terjadi pada perawatan konservatif

Pada janin:

(1) Adanya Tanda-tanda Fetaldistres

(2) Adanya Tanda-tanda IUFD

9. Diagnosis Pre-eklamsia

Diagnosis pre-eklamsia dapat ditegakan dari gambaran klinik dan

pemeriksaan labolatorium. Dari hasi diagnosis, maka pre-eklamsia dapat

diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu: (Geraldo et al/. 2017 dalam

(Bulqies, 2021)

a. Pre-eklamsia bila disertai keadaan sebagai berikut:


13

1) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15

mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih

setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah

normal.

2) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif + 1 atau +

2 pada urine kateter atau midstream.

b. Pre-eklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif

+3/4.

3) Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri

di epigastrium.

5) Terdapat edema paru dan sianosis

6) Trombositopeni

7) Gangguan fungsi hati

8) Pertumbuhan janin terhambat

B. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Pre-eklamsia

1. Menurut (Mariati et al., 2022) faktor yang berhubungan dengan pre-

eklamsia sebagai berikut:

a. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang lahir, hidup maupun

meninggal,. paritas ≥ 4 kali memiliki pertaruhan kematian yang lebih


14

serius, dan ibu yang berulang kali hamil mempertaruhkan penyakit, ,

kematian dan juga anaknya (Depkes Ri, 2008)

Paritas berisiko terjadinya pre-eklampsia. Sistem reproduksi

ditemukan kurang efisien pada ibu dengan paritas ≥ 4 kali. Terlebih

lagi, persamaan yang bagus jika 4 < kali, dan buruk jika ≥ 4 kali.

Selain itu, semakin sering ibu melahirkan, miometriumnya melemah,

sehingga meningkatkan risiko pre-eklampsia. Lebih banyak jaringan

elastis yang hilang akibat peregangan dari kehamilan hingga

melahirkan saat terjadi kehamilan dan persalinan terus menerus.

Kelainan pada kandungan ibu dapat diakibatkan oleh rusaknya

jaringan tubuh, yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam

kandungan ibu dan mengakibatkan ibu melahirkan bayi yang tidak

sehat. Kelainan ini akan berdampak signifikan pada kondisi janin

(Wiknjosastro, 2007 dalam (Andi et al., 2022)

b. Usia ibu yang ekstream (lebih mudah dari 20 tahun atau lebih tua

dari 35 tahun)

Pada usia <20 tahun dan 35 tahun dapat menyebabkan kegagalan

"remodeling arteri spiralis", dengan hasil bahwa plasenta mengalami

iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan

menghasilkan oksidan yang disebut juga revolusioner bebas.

Senyawa, atom, atau molekul dengan elektron tidak berpasangan

yang menerima elektron dikenal sebagai oksidan atau radikal bebas.

Salah satu oksidan penting yang dihasilkan oleh iskemik plasenta


15

adalah hidroksil revolusioner yang sangat berbahaya, terutama pada

lapisan sel endotel pembuluh darah. sehingga preeklampsia

merupakan akibat dari kejadian tersebut. Pre-eklamsia dapat

dipengaruhi oleh usia ibu karena usia merupakan faktor penting dalam

status reproduksi. Usia berdampak pada kesehatan seseorang karena

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh.

(Transyah, 2018 dalam (Pohan, 2021)

c. Obesitas

Obesitas adalah jenis lemak tubuh yang dapat menyebabkan

disfungsi endotel dan iskemia plasenta melalui mekanisme yang

dimediasi kekebalan Hal ini mengakibatkan produksi mediator

inflamasi yang berdampak signifikan terhadap respon inflamasi pada

ibu dan terjadinya pre-eklampsia. Karena obesitas dan pola makan

yang tidak seimbang sangat erat kaitannya, IMT juga berpengaruh

terhadap angka kejadian pre-eklampsia. Kelebihan berat

meningkatkan risiko penyakit jantung. Karena itu, orang yang masih

muda cenderung menyepelekan preekampsi (staff, 2019 dalam

(Bulqies, 2021)

Saat BMI naik (dari kelebihan berat badan menjadi obesitas tingkat

3), kelebihan berat badan meningkatkan risiko preeklampsia dan

gastritis. Obesitas selama kehamilan meningkatkan stres oksidatif,

dislipidemia, resistensi insulin, hiperinsulinemia, perubahan fungsi

endotel, dan keadaan proinflamasi tipikal yang tercermin dalam


16

peningkatan protein C-reaktif, yang semuanya meningkatkan risiko

preeklampsia. ( Fernandez Alba et al, 2018 dalam(Bulqies, 2021).

Obesitas menyebabkan iritasi pembuluh darah ibu yang akan

menghambat jalannya plasentasi. Karena gangguan plasentasi ini,

perfusi plasenta intervillous akan menjadi lebih buruk, sehingga lebih

mungkin mengembangkan aterosklerosis, yang dapat menyebabkan

pre-eklampsia (staff, 2019 dalam (Bulqies, 2021)

Obesitas selama kehamilan mengacu pada kenaikan berat badan

kehamilan lebih dari 12 hingga 16 kilogram, yang menimbulkan risiko

yang cukup signifikan sehingga kemungkinan dapat menyebabkan

komplikasi selama persalinan dan persalinan.( Siswono, 20117;

Detiana 2010 dalam (Ella Gabriella et al., 2019)

Obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi

berdasarkan IMT. IMT merupakan rumus kehamilan yang

berhubungan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan

dikomunikasikan sebagai berat badan dalam kg dibagi dengan kuadrat

tinggi badan dalam meter (Meldia M, 2018 dalam (Aisyah et al.,

2022)

c. Riwayat pre-eklamsia keluarga

Pre-eklamsia cenderung meningkatkan lebih sering terjadi pada

keturunan ibu hamil dengan pre-eklampsia dibandingkan pada wanita

itu sendiri. Anak perempuan yang ibunya memiliki riwayat

preeklampsia mencapai 20-40% kasus. 11-37% wanita memiliki


17

saudara perempuan yang mengalami pre-eklampsia, dan 22-47%

wanita memiliki anak kembar yang mengalami kondisi tersebut.

(Lelenoh, 2018 dalam (Pohan, 2021)

Faktor risiko pre-eklamsia meliputi riwayat keluarga. Perubahan di

dekat lokus genon fms-like tyrosine kinase1 (FLTI) janin terkait

dengan pre-eklampsia, menurut penelitian (Phipss et al., 2019 dalam

(Bulqies, 2021)

Meskipun sebagian besar kasus terjadi pada wanita tanpa riwayat

keluarga pre-eklampsia, risiko seorang wanita untuk mengalami pre-

eklampsia berat meningkat dua hingga empat kali lipat ketika kerabat

tingkat pertama mengalami pre-eklampsia. (Sudarman et.al., 2021)

2. Menurut (Monalisa et al., 2022) faktor yang berhubungan dengan pre-

eklamsia sebagai berikut:

a. Primigravida

Primigravida adalah keadaan ibu hamil dengan kemungkinan

pertaruhan yang tinggi, sehingga memerlukan perawatan antenatal,

natal dan pasca kehamilan. Penting untuk diketahui bahwa hanya

kehamilan pertama yang termasuk dalam kategori rentan. Sementara

itu, pada kehamilan kedua dan ketiga, pertaruhan akan berkurang

tanpa bantuan orang lain. Namun, risikonya akan meningkat di masa

depan selama kehamilan keempat dan berikutnya karena sang ibu

menghadapi risiko pendarahan dalam siklus persalinan. Pada usia


18

yang rentan, kehamilan pertama dianggap berisiko. Risiko kehamilan

pertama meningkat akibat beberapa faktor tambahan. Pre-eklampsia

lebih sering terjadi pada primigravida daripada multigravida, terutama

pada primigravida yang lebih muda. Jika dibandingkan dengan ibu

hamil multipara, peluangnya empat sampai lima kali lebih tinggi pada

ibu primipara. Hal ini dapat terjadi karena antibodi pemblokiran

terhadap antigen plasenta biasanya tidak terbentuk pada kehamilan

pertama, yang menyebabkan respons imun yang tidak baik dan

preeklamsia.

Primigravida adalah keadaan ibu hamil dengan kemungkinan

resiko tinggi, sehingga dibutuhan perawatan antenatal, natal, dan

postnatal. Yang perlu diketahui kategori rawan ternyata hanya berlaku

pada kehamilan anak pertama. Sedangkan pada kehamilan anak kedua

dan ketiga, risiko akan menurun dengan sendirinya. Namun bahaya

akan kembali meningkat saat kehamilan keempat dan berikutnya

karena ibu menghadapi risiko perdarahan pada proses persalinan.

Kehamilan pertama dianggap berisiko pada usia rawan, risiko

kehamilan anak pertama tersebut meningkat karena ada beberapa

faktor tambahan. Pada primigravida frekuensi pre-eklmsia lebih tinggi

bila di bandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda.

Ibu hamil primipara memiliki kemungkinan 4-5 kali dibandingkan

dengan ibu hamil multipara. Hal ini dapat terjadi karena pada

kehamilan pertama cenderung terjadi kegagalan pembentukan


19

blocking antibodies terhadap antigen plasenta sehingga timbil respon

imun yang tidak menguntungkan yang mengarah pada pre-eklamsia.

(Wiknjosastro 2013 dalam (Monalisa et al., 2022)

b. Usia

Usia merupakan bagian penting dari status regeneratif. Umur

berpengaruh terhadap status kesehatan karena berkaitan dengan

peningkatan atau penurunan fungsi tubuh. Usia regeneratif yang aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Sementara itu,

orang yang berusia ≥ 35 tahun cenderung memburuk. Ada perubahan

patologis, seperti kejang pada pembuluh darah arteriolar yang menuju

ke organ alami tubuh yang penting dan menyebabkan masalah

metabolisme dan sirkulasi jaringan. (Manuaba, IAC., I Bagus dalam

(Monalisa et al., 2022)

Pre-eklampsia 3-4 kali lebih sering terjadi pada wanita < usia 20 tahun

atau > dari 35 tahun dibandingkan pada ibu antara usia 20 dan 35

tahun. Hal ini disebabkan fakta bahwa kesehatan manusia dan fungsi

tubuh dapat berubah seiring bertambahnya usia (Wiknjosastro 2013

dalam (Monalisa et al., 2022)

Pada usia >35 tahun, terjadi proses degeneratif yang

mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional yang terjadi pada

pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab terhadap perubahan

tekanan darah. Ibu hamil dengan umur >35 tahun, tubuhnya

mengalami proses pengapuran. Keadaan ini nantinya akan


20

mempengaruhi kesehatan janinnya. Wiknjosastro 2013 (Monalisa et

al., 2022)

Proses degeneratif terjadi ketika seseorang berusia ≥ 35 tahun,

mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada pembuluh

darah perifer yang mempengaruhi tekanan darah. Wanita di atas usia

35 tahun yang sedang hamil mengalami pengapuran pada tubuhnya.

Kesehatan janin akan terpengaruh oleh situasi ini. (Wiknjosastro 2013

dalam monalisa)

c. Obesitas

Pada wanita gemuk dengan berat badan (BMI) antara 25 dan 29,9

kg/m2, kenaikan berat badan seharusnya normal jika ibu hamil

bertambah 7 sampai 11 kg. Bila indeks massa tubuh (IMT) ibu lebih

besar dari 30 kg/m2, ibu tersebut mengalami obesitas sebelum hamil

dan mengalami kenaikan berat badan. Karena faktor gaya hidup

seseorang, seperti pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas

fisik, yang dapat menyebabkan obesitas dan penyakit kardiovaskular,

ibu hamil yang mengalami obesitas lebih mungkin mengalami pre-

eklampsia. Obesitas, di sisi lain, dapat dihindari jika mereka mampu

menjalankan pola makan yang sehat dan cukup berolahraga. Wanita

yang melakukan aktivitas fisik pada tahap awal kehamilan ditemukan

memiliki risiko lebih rendah terkena pre-eklamsia. (Kemenkes RI.

2013 dalam (Monalisa et al., 2022)

d. Riwayat hipertensi
21

Riwayat hipertensi Hipertensi dapat memburuk pada beberapa

wanita dengan riwayat hipertensi, terutama pada kehamilan

berikutnya. Pre-eklamsia superimposed mengacu pada jenis

hipertensi yang diinduksi kehamilan ini bila disertai dengan

proteinuria dan edema patologis. Bila dibandingkan dengan pre-

eklampsia murni, pre-eklampsia yang tumpang tindih sering terjadi

pada awal kehamilan dan biasanya parah. Riwayat hipertensi adalah

ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau sebelum 20

minggu masa inkubasi. Para ibu yang memiliki latar belakang yang

ditandai dengan hipertensi berisiko lebih tinggi menghadapi toksemia,

serta kesuraman yang meluas, kematian ibu dan bayi yang lebih

tinggi. Ditemukannya toksemia tergantung pada perluasan tekanan

sirkulasi yang diikuti oleh proteinuria dan edema (Cunningham 2013

dalam (Monalisa et al., 2022)

Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

preeklampsia pada ibu hamil, hipertensi kronis adalah riwayat

hipertensi sebelum hamil. Hipertensi yang terus-menerus membuat

jantung seseorang benar-benar lemas, akhirnya kondisi ini

menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, otak

dan mata. Khususnya pada ibu hamil, terjadi peningkatan fungsi

jantung yang pada umumnya akan meningkatkan denyut nadi yang

dapat menyebabkan terjadinya pre-eklampsia (Saifuddin 2016 dalam

(Monalisa et al., 2022)


22

e. Kehamilan kembar/ganda

Kehamilan kembar atau kehamilan ganda merupakan kehamilan

dengan dua janin. Baik ibu dan anak yang belum lahir mungkin

berisiko lebih besar selama kehamilan kembar. Akibat beban

tambahan sirkulasi darah janin, pertumbuhan janin kembar lebih

sering terganggu daripada janin tunggal, seperti pada kejadian pre-

eklampsia. (Purwanto, 2009 dalam (Andriani et al., 2022). Ketika ibu

dengan kehamilan kembar dibandingkan dengan ibu tanpa kehamilan

kembar, prevalensi pre-eklampsia adalah 8,22 kali lebih tinggi (Grum

et al., 2017 dalam (Parantika et al., 2021). Kehamilan kembar

memiliki risiko 3 kali lipat untuk menghadapi pre-eklampsia. Ada

lebih banyak perubahan dalam sistem kardiovaskular pada kehamilan

kembar, dan memiliki lebih dari satu janin dapat memperburuk

respons fisiologis ibu terhadap kehamilan. Perfusi plasenta menurun

ketika seorang wanita hamil dua kali karena plasentanya lebih besar.

Pre-eklampsia lebih mungkin terjadi pada wanita yang hanya memiliki

satu anak karena kecil kemungkinan jaringan plasenta akan menerima

perfusi yang memadai. Akibatnya, ibu hamil yang memiliki banyak

anak memerlukan perawatan khusus dan pemantauan ketat.. ( Duckitt

et al., 2019 dalam (Parantika et al., 2021)

f. Penyakit Kencing Manis atau Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan ciri khas dari diabetes melitus,

sekelompok kondisi metabolisme yang disebabkan oleh malfungsi


23

sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya. Infeksi yang menyertai

diabetes melitus memengaruhi pre-eklampsia. karena penyakit ini

merupakan kondisi genetik yang ditandai dengan glikogenesis rendah,

kadar gula darah tinggi, dan berkurangnya kadar insulin dalam darah.

Banyak tantangan muncul selama kehamilan dengan diabetes.

Penderita yang juga hamil akan mengalami perubahan metabolisme

dan hormonal akibat penyakit ini. Diabetes akan mempengaruhi

kehamilan dan persalinan. (Mochtar, 2017 dalam (Rezeki &

Rahmawati, 2022)

Diabetes disebabkan oleh kurangnya insulin atau kurangnya insulin

yang merupakan bahan kimia penting untuk pencernaan karbohidrat.

Istilah umum untuk reaksi kimia yang memungkinkan tubuh berfungsi

adalah metabolisme. Pencernaan dan penyerapan karbohidrat, lemak,

dan protein merupakan titik awal untuk setiap jalur metabolisme

dalam tubuh. Setelah itu, tubuh menggunakan nutrisi tersebut untuk

mendapatkan energi dan zat alami yang dibutuhkannya (Bothamley,

2018 dalam (Rezeki & Rahmawati, 2022)

g. Penyakit Hipertensi

Selama kehamilan, ibu dan janin dapat meninggal karena hipertensi.

Hipertensi yang disertai dengan peningkatan protein urin dapat

menyebabkan pre-eklmpsia/eklampsia yang dapat membuat ibu

mengalami kebingungan yang lebih parah seperti plasenta tiba-tiba,

drainase otak, dan pingsan hebat. Ibu yang mengalami


24

pre-eklmpsia/eklampsia dapat menyebabkan bayi yang dikandungnya

mengalami persalinan sebelum waktunya, perkembangan embrio di

dalam perut terhambat dan hipoksia. (Tri, 2022)

Faktor dengan latar belakang yang ditandai dengan hipertensi

memiliki resiko 6,42 kali terjadinya pre-eklmpsia dibandingkan

dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Efek

tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat berkisar dari pre-

eklamsia ringan hingga berat. Pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia

berat, eklampsia, dan hipertensi superimposed (wanita hamil yang

mengalami hipertensi sebelum kehamilan dan terus mengalami

hipertensi selama kehamilan) adalah berbagai jenis hipertensi terkait

kehamilan. Ada perbedaan antara tanda dan gejala dari masing-masing

jenis hipertensi dan cara pengobatannya (Khodiyah, 2016 dalam

(Sabgustina & Anjani, 2018)


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka hubungan variabel-variabel

independen dengan variabel dependen dapat dipetakan melalui kerangka

konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Paritas

Usia

Obesitas

Riwayat keluarga

Kehamilan
kembar
Pre-
eklamsia
Ibu hamil dengan
penyakit kencing
manis atau DM

Ibu hamil dengan


penyakit
hipertensi

Primigravida

21
21

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Arah yang kemungkinan terjadi pengaruh

: Variabel yang tidak ditelitih


22

B. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan paritas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar

b. Tidak ada hubungan usia dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar

c. Tidak ada hubungan obesitas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar

d. Tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian pre-eklamsia

di RSIA Pertiwi Makassar

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan paritas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi

Pertiwi Makassar

b. Ada hubungan usia dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi

Makassar

c. Ada hubungan obesitas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar

d. Ada hubungan riwayat pre-eklamsia keluarga dengan kejadian pre-

eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar.


24

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross-

sectional sebagai desain penelitian. Pengukuran sesaat digunakan untuk

menguji hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen sesaat

(Salam, 2017) Kejadian pre-eklampsia merupakan variabel terikat dalam

penelitian ini, sedangkan paritas, usia, obesitas, dan riwayat keluarga sebagai

variabel bebas. Di RSIA Pertiwi Makassar, tujuan variabel penelitian adalah

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-

eklampsia..

B. Populasi, Sample dan Sampling Penelitian

1. Populasi

Menurut (sujarweni, 2014). jenis penelitian ini disebut penelitian

kuantitatif karena dilakukan secara sistematis dan menggunakan metode

statistik untuk memperoleh hasil penelitian. Keluaran dari jenis penelitian

ini berupa angka populasi, yang mewakili seluruh jumlah obyek atau

subyek yang memiliki sifat dan kualitas tertentu yang telah ditentukan oleh

peneliti untuk diteliti. Dari Januari hingga Oktober 2022 di RSIA Pertiwi

Makassar, populasi penelitian ini adalah 96 ibu hamil dengan

preeklampsia.
25

2. Sampel

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Salam, 2017).

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih pasien yang sesuai kriteria

eksklusi dan inklusi.

Pada penelitian pengambilan sampel dengan menggunakan

rumus slovin (Salam, 2017) yaitu :

N
n= 2
1+ N (d) 2itu , 2017 ngambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin al . nk

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

D : Tingkat signifikansi (d=0,05)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah:

N
n= 2
1+ N ( d ) 2itu , 2017 ngambilan sampel dengan menggunakanrumus slovin al . nklusi . te

96
n= 2
1+ 96(0 , 05) 2 itu , 2017 ngambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin a

96
n= 2
1+ 96 ( 0,0025 ) 2 itu , 2017 ngambilan sampel dengan menggunakanrumu

96
n=
1+0 ,24 2 itu , 2017 ngambilan sampel dengan menggunakanrumus slovin al .nklusi .teknika
26

96
n=
1 , 24 2 itu ,2017 ngambilan sampel denga n menggunakan rumus slovin al . nklusi . teknikan

n=77

Sampel yang diambil dari populasi tersebut adalah 77 ibu hamil

sesuai dengan rumus di atas. Namun, jika kriteria yang diinginkan

peneliti tidak terpenuhi, mungkin perlu dilakukan pengurangan jumlah

sampel..

3. Sampling

Sampling adalah cara paling umum untuk memilih bagian dari

populasi yang menggambarkan populasi saat ini. Cara pengambilan

sampel yang digunakan untuk memperoleh sampel yang benar-benar

mewakili seluruh topik penelitian disebut sebagai teknik pengambilan

sampel. (Sastro asmoro & Ismail) dalam buku (Salam, 2017).

Dalam penelitian ini digunakan metode Purposive sampling untuk

pengambilan sampel.P urposive sampling adalah strategi pengujian dengan

kontemplasi khusus. Purposive sampling digunakan untuk penelitian

kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan

generalisasi(sugiyono, 2016).

Adapun kriteria sampel yang dimaksud adapun kriteria inklusi dan

eklusi yaitu:

a. Kriteria inklusi pada penelitian :

1) Ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar


27

2) Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di RSIA Pertiwi

Makassar

3) Ibu hamil dengan pre-eklamsia yang dirawat inap di di RSIA

Pertiwi Makassar

b. Kriteria Ekslusi pada penelitian :

1) Ibu hamil yang tidak mau menjadi responden

2) Ibu hamil dengan faktor kehamilan ganda dengan kejadian pre-

eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar

3) Ibu hamil dengan faktor penyakit kencing manis atau DM dengan

kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar

C. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2019) Menjelaskan bahwa variabel adalah

sesuatu yang digunakan sebagai kualitas, sifat, ciri dan ukuran yang dimiliki

atau diperoleh dari suatu unit eksplorasi pada suatu konsep pengujian tertentu,

misalnya paritas, usia, obesitas dan riwayat keluarga. Variabel dikategorikan

sebagai berikut sesuai dengan fungsi atau hubungannya satu sama lain:

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memiliki efek pada variabel lain

atau yang nilainya ditentukan oleh variabel. Variabel dependen

dipengaruhi oleh aktivitas stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti. Faktor

bebas dalam penelitian ini adalah paritas, usia, obesitas dan riwayat

keluarga.
28

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain disebut variabel

dependen.Prevalensi pre-eklampsia adalah variabel dependen penelitian.


24
28

D. Definisi Operasional

1. Variabel independent

tabel 4. 1 variabel independent dan dependen

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


1. Variabel independen Paritas adalah jumlah anak yang 1. Paritas baik Kuesioner Ordinal 1. Paritas baik <
(paritas) hidup atau jumlah kehamilan <4 4
yang menghasilkan janin yang 2. Paritas 2. Paritas buruk
mampu hidup diluar rahim. Dan
buruk ≥ 4 ≥4
dikatakan paritas baik < 4dan
paritas buruk ≥ 4
2. Variabel independen Usia atau umur pada ibu dengan 1. Berisiko Kuesioner Ordinal 1. Berisiko (usia
(usia) pre-eklamsia berisiko (usia < 20 (usia < 20 < 20 tahun dan
tahun dan ≥ 35 tahun) tidak tahun dan ≥ ≥ 35 tahun)
berisiko (usia 20-35 Tahun). 35 tahun) 2. Tidak berisiko
2. tidak (usia 20-35
berisiko Tahun)
(usia 20-35
Tahun)
3. Variabel independen Obesitas pada ibu dengan pre- 1. Obesitas jika Observasi Ordinal 1. Obesitas jika
(obesitas) eklamsia dikatakan jika IMT IMT ≥ 30 IMT ≥ 30
≥ 30 dan tidak obesitas jika 2. Tidak 2. Tidak obesitas
IMT < 30. obesitas jika jika IMT < 30
IMT < 30
29

4. Variabel independen Riwayat keluarga cenderung 1. Ada Kuesioner Ordinal 1. Ada riwayat
(riwayat keluarga) meningkat pada wanita yang riwayat keluarga yang
mempunyai ibu dan saudara keluarga mempunyai
yang mempunyai pre- eklamsia. yang pre-eklamsia
mempunyai 2. Tidak ada
pre- riwayat
eklamsia keluarga yang
2. Tidak ada mempunyai
riwayat pre-eklamsia
keluarga
yang
mempunyai
pre-
eklamsia

2. Variabel dependen
30

No Variabel penelitian Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Pre-eklamsia Pre-eklamsia merupakan 1. Ibu hamil Kuesioner ordinal 1. Ibu hamil
komplikasi kehamilan berpotensi yang yang
berbahaya yang di tandai dengan menderita menderita
tekanan darah tinggi, edema dan pre-eklamsia pre-eklamsia
proteinuria. Kondisi ini biasanya 2. Ibu hamil 2. Ibu hamil
terjadi ketika usia kehamilan yang tidak yang tidak
mencapai 20 minggu. menderita menderita
pre-eklamsia pre-eklamsia
31

E. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSIA Pertiwi Makassar

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2023-13 Maret 2023

G. Instrumen Penelitian

Kuesioner dengan pertanyaan untuk dijawab responden adalah instrumen yang

digunakan dalam penelitian. Skala guttman digunakan dalam penelitian ini.

Skala guttman ini berhubungan dengan pertanyaan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia, responden diminta untuk

menyelesaikan pertanyaan pada skala ordinal secara verbal pada sejumlah

kategori tertentu. Ada juga penentuan dalam rancangan aturan-aturan yang

sebenarnya, yaitu sebagai berikut:

Peneliti sebelumnya telah memvalidasi jawaban atas semua pertanyaan

pada kuesioner ini, yang telah diuji validitas dan rehabilitasinya. karena nilai p

nya adalah < 0,05 Jadi survei dapat digunakan untuk informasi bermacam-

macam.
32

1. Kuesioner pre-eklamsia

Kuesioner ini menggunakan sumber dari (Astuti, 2015)

Kuesioner pre-eklamsia tediri dari 5 pertanyaan ya dan tidak, dan

dikatakan ada pre-eklamsia jika skor jawaban ≥ 3 dan dikatakan tidak ada

pre-eklamsia jika skor jawaban < 3

2. Kuesioner faktor paritas

Kuesioner ini menggunakan sumber dari (Astuti, 2015)

Kuesioner faktor paritas tediri dari 1 pertanyaan ya dan tidak, dan

dikatakan ada faktor paritas jika skor jawaban ≥ 1 dan dikatakan tidak ada

paritas jika skor jawaban < 1

3. Kuesioner faktor usia

Kuesioner ini menggunakan sumber dari (Astuti, 2015)

Kuesioner faktor usia tediri dari 1 pertanyaan ya dan tidak, dikatakan ada

faktor usia jika skor jawaban ≥ 1 dan dikatakan tidak ada usia jika skor

jawaban <1

4. Kuesioner faktor riwayat pre-eklamsia keluarga

Kuesioner ini menggunakan sumber dari (Astuti, 2015)

Kuesioner faktor Riwayat pre-eklamsia keluarga tediri dari 1 pertanyaan

ya dan tidak, dan dikatakan ada faktor riwayat keluarga jika skor jawaban

≥ 1 dan dikatakan tidak ada riwayat penyakit jika skor jawaban <1

5. Observasi faktor obesitas

Lembar observasi ini menggunakan sumber dari (Astuti, 2015)


33

Lembar obsevasi faktor obesitas tediri dari 2 pertanyaan dengan jawaban

IMT, dikatakan ada faktor obesitas jika skor jawaban ≥ 1 dan dikatakan

tidak ada obesitas jika skor jawaban < 1

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang dikumpulkan dari responden melalui kuesioner atau hasil

wawancara dengan peneliti atau informan merupakan data primer.

Kuesioner pre-eklampsia, kuesioner paritas, kuesioner usia, dan kuesioner

riwayat keluarga akan diberikan kepada responden. Setelah responden

mengisi formulir dengan benar dan peneliti memverifikasi

kelengkapannya, data akan dikumpulkan dan diolah. Selain itu,

pengukuran antropometri akan digunakan untuk melengkapi kelima

lembar observasi obesitas.

2. Data sekunder

Data yang tidak langsung berasal dari kumpulan data awal disebut sebagai

data sekunder. Informasi opsional dalam penelitian ini diperoleh melalui

dokumen rekam medis di di Rumah sakit RSIA Pertiwi Makassar.

I. Teknik Analisa Data

Untuk memastikan jawaban kuesioner lengkap, dapat dipahami, dan relevan,

pengolahan data dilakukan pada komputer yang dilengkapi dengan perangkat

lunak SPSS (Statistical Package for Social Science) untuk memastikan bahwa

tanggapan responden terhadap kuesioner lengkap, dapat dipahami, dan relevan


34

(sujarweni, 2014) Setelah semua data selesai kemudian diolah melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

a. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian

instrument pengumpulan data.

b. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap

pertanyaan yang terdapat dalam instrument penelitian pengumpulan

data menurut variabel.

c. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel

induk penelitian.

d. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realibitas

instrument pengumpulan data.

e. Tahap mendeksripsikan data, yaitu tabel frekuensi atau diagram serta

berbagai ukuran terdensi sentral, maupun ukuran disperse. Tujuannya

memahami karakteristik data sampel penelitian.

f. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi

yang dibuat apakah proposisi tersebut di tolak atau di terima.

J. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa data dapat dilakukan dengan dua cara yakni (Sopiyuddin,

2014): Investigasi univariat adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

satu faktor atau per variabel. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

gambaran umum dengan melihat distribusi frekuensi dari setiap

variabel yang digunakan dalam penelitian dan mendeskripsikannya.


35

b. Analisa Brivariat

Tujuan analisis brivariat adalah untuk menyelidiki hubungan yang ada

antara dua variabel. Tujuan analisis data adalah untuk menguji

hipotesis dan menjawab tujuan penelitian. Untuk hal tersebut uji

statistik yang akan digunakan adalah uji chi square

K. Etika Penelitian

Menurut (Hidayat, 2018) penelitian apa pun, terutama yang melibatkan subjek

manusia, tidak boleh melanggar etika. Akibatnya, setiap peneliti menggunakan

subjek untuk mendapatkan persetujuan mereka.

Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan

masalah etika yang meneliti:

1. Lembar persetujuan (Informed Consed)

Formulir informed consent yang ditandatangani oleh responden dan

peneliti sebelum penelitian disebut sebagai informed consent. Informed

Consed tujuan, atau responden yang dapat memahami maksud dan tujuan

penelitian, Peneliti harus menghormati hak responden jika responden

menolak.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Dengan tidak menuliskan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pendataan, Anonimity menjamin

penggunaan subjek penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
36

kerahasian adalah bahwa semua informasi yang dikumpulkan dipesan oleh

peneliti, hanya pengumpulan data tertentu yang disimpan dalam hasil

eksplorasi.
31

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan

pada hasil riset.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSIA Pertiwi Makassar pada tanggal 20 Februari

sampai dengan 13 Maret 2023. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan

menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah

seluruh ibu hamil yang berkunjung ke poliklinik KIA sebanyak 77 responden.

Uji statistik SPSS dan Chi-Square digunakan untuk mengolah data. Hasil

pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Analisis Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah pendidikan, pekerjaan

dan usia kehamilan ibu. Data karakteristik responden ini dijelaskan pada

tabel 5.1. sebagai berikut :

a. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan usia

kehamilan responden.

37
38

Tabel 5. 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di RSIA Pertiwi Makassar
Karakteristik n %
Pendidikan
SMA 71 92.2
D3 3 3.9
S1 3 3.9
Total 77 100

Pekerjaan
PNS 4 5.2
Wiraswasta 2 1.3
IRT 71 9.2
Total 77 100

Usia kehamilan
Trimester 1 4 5.2
Trimester 2 38 49.4
Trimester 3 35 45.5
Total 77 100
Sumber: Data primer 2023

Pada Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi karekteristik responden

tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SMA 71 (92.2%), jenis

pekerjaan responden yang lebih mayoritas IRT 71 (92.2%), dan usia

kehamilan responden yang lebih banyak trimester 2 yaitu 38 (49.4%)

2. Analisa Univariat

Analisa univariat variabel independen dan dependen dalam

penelitian ini menggunakan instrument kuesioner yang telah dibagikan

kepada responden serta lembar observasi yang digunakan untuk

mengamati responden. Hasil tersebut telah dianalisa menggunakan analisis

univariat dan disajikan pada tabel berikut:


39

a. Paritas

Tabel 5. 2
Distribusi Frekuensi Paritas Responden Di RSIA Pertiwi Makassar
Paritas n %
Baik 48 62.3
Buruk 29 37.7
Total 77 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan adanya faktor paritas pada

ibu hamil, terbanyak adalah ibu hamil yang memiliki paritas baik 48

responden (62.3%) dan paling sedikit paritas buruk 29 responden

(37.7%).

b. Usia

Tabel 5. 3
Distribusi Frekuensi Usia Responden Di RSIA Pertiwi Makassar
Usia n %
Tidak berisiko (usia 51 66.2
20-35 tahun)
Berisiko (usia < 20 26 33.8
dan ≥ 35 tahun)
Total 77 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan adanya faktor usia,

terbanyak adalah ibu hamil yang memiliki usia 20-35 tahun 51

responden (66.2%) dan paling sedikit usia < 20 dan ≥ 35 tahun 26

responden (33.8%).
40

c. Obesitas

Tabel 5. 4
Distribusi Frekuensi Obesitas Responden Di RSIA Pertiwi Makassar
Obesitas n %
IMT < 30 60 66.2
IMT ≥ 30 17 33.8
Total 77 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan adanya faktor obesitas,

terbanyak adalah ibu hamil yang memiliki IMT < 30, 60 responden

(66.2%) dan paling sedikit usia< 20 dan ≥ 35, 17 responden (33.8%).

d. Riwayat Pre-eklamsia Keluarga

Tabel 5. 5
Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Responden Di RSIA Pertiwi
Makassar
Riwayat Pre-eklamsia n %
keluarga
Tidak ada riwayat pre- 60 77.9
eklamsia keluarga
Ada riwayat pre-eklamsia 17 22.1
keluarga
Total 77 100
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan adanya faktor riwayat pre-

eklamsia keluarga, terbanyak adalah ibu hamil yang tidak memiliki

riwayat pre-eklamsia keluarga 60 responden (77.9%) dan paling sedikit

ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit keluarga 17 responden

(22.1%).
41

e. Kejadia Pre-eklamsia

Tabel 5. 6
Distribusi Frekuensi Kejadia Pre-eklamsiaResponden Di RSI Pertiwi
Makassar
Pre-eklamsia n %
Tidak ada kejadian 41 53.2
Ada kejadian 36 46.8
Total 77 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan kejadian pre-eklamsia

terbanyak adalah ibu hamil yang tidak memiliki kejadian pre-eklamsia

41 responden (53.2%) dan yang paling sedikit yang memliki kejadian

pre-eklamsia 36 responden (46.8%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui gambaran terkait

hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pre-eklamsia

dengan variabel independen (Paritas, Usia, Riwayat pre-eklamsia keluarga

dan Obesitas) dan variabel independen (Kejadian Pre-eklamsia) dengan uji

stastic menggunakan uji Chi-Square (Continuity Corection).

a. Faktor paritas dengan kejadian pre-eklamsia

Tabel 5. 7
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Pre-eklamsia Di RSIA Pertiwi Makassar
Paritas Tidak pre- Pre-eklamsia Total P value
eklamsia
n % n % n %
Baik 39 95.1 9 25.0 48 62.3 0,000
Buruk 2 4.9 27 75.0 29 37.7
Total 41 100 36 100 77 100
Sumber: Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa dari 77 responden

(100%) di RSIA Pertiwi Makassar. Ada hubungan paritas baik dengan


42

kejadian pre-ekalmsia sebanyak 9 responden (25.0%), paritas baik dengan

tidak ada kejadian pre-eklamsia sebanyak 39 responden (95.1%), ada

hubungan paritas buruk dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 27

responden (75.0%), dan ada paritas buruk dengan tidak ada kejadian pre-

eklamsia sebanyak 2 responden (4.9%).

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

(Continuity Corrections) dengan nilai Hasil p Value 0,000 jika

dibandingkan dengan a= (0.05) maka p value : a (0.05). Hasil tersebut

menunjukan bahwa Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa p value 0,000 sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan paritas

dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar 2023.

b. Faktor usia dengan kejadian pre-eklamsia

Tabel 5. 8
Hubungan usia Dengan Kejadian Pre-eklamsia Di RSIA Pertiwi Makassar
Usia Tidak pre- Pre- Total P
eklamsia eklamsia value
N % n % n %
Tidak berisiko 39 95.1 12 33.3 51 66.2 0,000
20-35 tahun
Berisiko <20 2 4.9 24 66.7 26 33.8
dan ≥ 35 tahun
Total 41 100 36 100 77 100
Sumber: Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan bahwa dari 77 responden

(100%) di RSIA Pertiwi Makassar. Ada hubungan usia 20-35 tahun dengan

kejadian pre-ekalmsia sebanyak 12 responden (33.3%), tidak ada hubungan

pre-eklamsia dengan usia 20-35 tahun sebanyak 39 responden (95.1), ada

hubungan usia <20 dan ≥ 35 dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 24


43

responden (66.7%), dan ada hubungan usia 20 dan ≥ 35 tahun dengan tidak

kejadian pre-eklamsia sebanyak 2 responden (4.9%).

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

(Continuity Corrections) dengan nilai Hasil p Value 0,000 jika

dibandingkan dengan a= (0.05) maka p value : a (0.05). Hasil tersebut

menunjukan bahwa Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa p value 0,000 sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan usia

dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar 2023.

c. Faktor obesitas dengan kejadian pre-eklamsia

Tabel 5. 9
Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Pre-eklamsia Di RSIA Pertiwi
Makassar
Obesitas Tidak pre- Pre-eklamsia Total P value
eklamsia
n % n % n %
IMT < 30 36 87.8 24 66.7 60 77.9 0,050
IMT ≥ 30 5 12.2 12 33.3 17 22.1
Total 41 100 36 100 77 100
Sumber: Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 5.9 diatas menunjukan bahwa dari 77 responden

(100%) di RSIA Pertiwi Makassar. Ada hubungan obesitas IMT < 30

dengan kejadian pre-ekalmsia sebanyak 24 responden (66.7%), tidak ada

hubungan obesitas IMT < 30 dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 36

responden (87.8%), ada hubungan obesitas IMT ≥ 30 dengan kejadian pre-

eklamsia sebanyak 12 responden (33.3%), dan ada Obesitas IMT < 30

dengan tidak ada kejadian pre-eklamsia sebanyak 5 responden (12.2%).


44

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

(Continuity Corrections) dengan nilai hasil p Value 0.050 jika dibandingkan

dengan a= (0.05) maka p value : a (0.05). Hasil tersebut menunjukan bahwa

Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa p value 0.050

sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan obesitas dengan kejadian

pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar 2023.

d. Faktor riwayat keluarga dengan kejadian pre-eklamsia

Tabel 5. 10
Hubungan Riwayat Pre-ekalmsia Keluarga Dengan Kejadian Pre-
eklamsia Di RSIA Pertiwi Makassar
Riwayat Tidak pre- Pre-eklamsia Total P value
Pre- eklamsia
ekalamsia n % n % N %
Keluarga
Tidak ada 36 87.8 24 66.7 60 77.9 0,050
riwayat
Ada riwayat 5 12.2 12 33.3 17 22.1
Total 41 100 36 100 77 100
Sumber: Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukan bahwa dari 77 responden

(100%) di RSIA Pertiwi Makassar. Tidak ada hubungan riwayat pre-

ekalamsia keluarga dengan kejadian pre-ekalmsia sebanyak 24 responden

(66.7%), tidak ada riwayat pre-ekalamsia keluarga dengan tidak ada

kejadian pre-eklamsia sebanyak 36 responden (87.8%), ada hubungan

riwayat pe-ekalamsia keluarga dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 12

responden (33.3%), dan ada hubungan riwayat pre-ekalamsia keluarga

dengan tidak ada kejadian pre-eklamsia sebanyak 5 responden (12.2%).


45

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

(Continuity Corrections) dengan nilai Hasil p Value 0,050 jika

dibandingkan dengan a= (0.05) maka p value : a (0.05). Hasil tersebut

menunjukan bahwa Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa p value 0,050 sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan riwayat

keluarga dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar 2023.

B. Pembahasan

1. Faktor Paritas Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-

eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bivariat

bahwa faktor paritas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi

Makassar yaitu sebanyak 77 responden (100%) , didapatkan ada hubungan

paritas buruk dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 27 responden

(75.0%), dan ada paritas buruk dengan tidak ada kejadian pre-eklamsia

sebanyak 2 responden (4.9%), hal ini dikarenakan responden melakukan

pemeriksan rutin selama kehamilan, rutin berolaraga, mengontrol tekanan

darah tinggi dan mengurangi konsumsi makanan tinggi garam. Hasil uji

analisis chi square di dapatkan nilai p = 0.000 (<a=0.05) maka dengan

demikian ada hubungan paritas dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA

Pertiwi Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Debi

Sintia Dewi (2017) mengenai hubungan paritas dengan kejadian pre-

eklamsia di RSUD DR M. Yunus Bengkulu. Hasil penelitian diperoleh ada


46

hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian pre-eklamsia (p

value = 0,027).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi

Juliah Pohan (2021) mengenai hubungan paritas dengan kejadian pre-

eklamsia di RSUP Haji Adam Medan. Hasil penelitian diperoleh ada

hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian pre-eklamsia (p

value = 0,001).

Adapun penelitian yang tidak sejalan ini dikarenakan oleh beberapa

faktor sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan

Tigor H. Situmorang., et.al (2019) ini tidak ada kesusaian dengan teori

karena menurut peneliti persepsi dan asumsi yang berbeda mengenai

adanya hubungan antara paritas dengan kejadian pre-eklamsia, dimana

Mayoritas ibu hamil yang berkunjung ke Poliklinik KIA RS Anutapura Palu

berpendapat bahwa jumlah bayi yang dilahirkan tidak ada hubungannya dengan

kejadian pre-eklampsia; bagi mereka, selama memiliki kemampuan untuk

melahirkan, mereka berusaha untuk tidak selalu mengkhawatirkan janinnya dan

selalu percaya bahwa hal tersebut tidak ada hubungannya dengan preeklampsia.

Menurut peneliti, hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa paritas

dengan kejadian pre-eklamsia berisiko. Paritas merupakan jumlah anak yang

dilahirkan baik lahir hidup maupun meninggal. Paritas ≥ 4 kali mempunyai resiko

yang lebih besar untuk terjadi perdarahan, demikian dengan ibu yang terlalu

sering hamil menyebabkan resiko untuk sakit, kematian dan juga (Depkes Ri,

2008).
47

Menurut asumsi peneliti bahwa faktor paritas memiliki hubungan

dengan kejadian pre-eklamsia karena jika ibu memiliki paritas berisiko

mengalami pre-eklamsia, dibandingkan dengan ibu yang tidak paritas

namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu yang tidak paritas tidak

akan mengalami pre-eklamsia untuk itu perlunya melakukan anamnesa

selengkap-lengkapnya kepada pasien terutama yang berhubungan dengan

paritas, karena di khawatirkan ibu yang memiliki paritas akan berisiko

mengalami pre-eklamsia pada kehamilan lanjut maupun pada saat

persalinan.

2. Faktor Usia Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-

eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil di

RSIA Pertiwi Makassar yaitu sebanyak 77 responden (100%) ada

hubungan usia < 20 dan ≥ 35 dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 24

responden (66.7%), dan ada hubungan usia < 20 dan ≥ 35 tahun dengan

tidak kejadian pre-eklamsia sebanyak 2 responden (4.9%), hal ini

dikarenakan responden melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan,

rutin berolaraga, mengontrol tekanan darah tinggi, dan mengurangi

konsumsi makanan tinggi garam. Hasil analisa uji statistik dengan

menggunakan Uji Chi-Square (Continuity Corrections) dengan nilai Hasil

p Value 0,000 jika dibandingkan dengan a= (0.05) maka p value : a (0.05).

Hasil tersebut menunjukan bahwa Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa p value 0,000 sehingga disimpulkan ada hubungan


48

signifikan usia dengan kejadian pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar

2023.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Debi Sintia Dewi (2017), mengenai hubungan usia ibu < 20 dan ≥ 35

dengan kejadian pre-eklamsia di RSUD DR M. Yunus Bengkulu.Hasil

penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara usia dengan

kejadian pre-eklamsia (p value = 0,024).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Astri Seto., et al (2018). Yang menunjukan bahwa tidak ada

hububungan antara usia dengan kejadian pre-eklamsia dengan nilai p

value = 0,837), disebabkan oleh beberapa faktor sehingga tidak ada

kesesuaian dengan teori disebabkan karena faktor keadaan ibu hamil yang

sangat baik dan terhindar dari stress, ibu hamil yang rutin melaukan

pemeriksaan ANC secara teratursehingga komplikasi pada kehamilan

tidak terjadi. Sedangkan menurut penelitu hal ini sesuai dengan konsep

yang menyatakan bahwa pada ibu hamil yang berusia < 20 tahun dan ≥ 35

memiliki kemungkinan 3-4 kali lebih besar untuk mengalami pre-eklamsia

di bandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun, dan usia dapat

mempengaruhi peningkatan dan penurunan fungsi tubuh manusia serta

kesehatan manusia (Wiknjosastro 2013 dalam Monalisa et.al., 2022)

Menurut asumsi peneliti bahwa faktor usia < 20 tahun dan ≥ 35

memiliki hubungan dengan kejadian pre-eklamsia karena jika ibu memiliki

usia < 20 tahun dan ≥ 35 berisiko mengalami pre-eklamsia, dibandingkan


49

dengan ibu usia 20-35 tahun namun tidak menutup kemungkinan bahwa

ibu dengan usia 20-35 tahun tidak akan mengalami pre-eklamsia untuk itu

perlunya melakukan anamnesa selengkap-lengkapnya kepada pasien

terutama yang berhubungan dengan paritas, karena di khawatirkan ibu

yang memiliki usia < 20 tahun dan ≥ 35 akan berisiko mengalami pre-

eklamsia pada kehamilan lanjut maupun pada saat persalinan.

3. Faktor Obesitas Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-

eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil di

RSIA Pertiwi Makassar yaitu sebanyak 77 responden (100%), ada

hubungan obesitas IMT ≥ 30 dengan kejadian pre-eklamsia sebanyak 12

responden (33.3%), dan ada Obesitas IMT < 30 dengan tidak ada kejadian

pre-eklamsia sebanyak 5 responden (12.2%), hal ini dikarenakan

responden melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, menjaga berat

badan ideal sebelum dan selama kehamilan, rutin berolaraga, mengoontrol

tekanan darah tinggi, dan mengurangi konsumsi makanan tinggi garam.

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square (Continuity

Corrections) dengan nilai hasil p Value 0.050 jika dibandingkan dengan a=

(0.05) maka p value : a (0.05). Hasil tersebut menunjukan bahwa Ha

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa p value 0.050

sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan obesitas dengan kejadian

pre-eklamsia di RSIA Pertiwi Makassar 2023.


50

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Melda Meldia (2018), mengenai hubungan obesitas ibu dengan kejadian

pre-eklamsiadi RSUD Pasar Minggu Jakarta.Hasil penelitian diperoleh ada

hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian pre-eklamsia (p

value = 0,000).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Marissa Perinica Asman (2021) , mengenai hubungan obesitas ibu dengan

kejadian pre-eklamsia di RSUD Palembang.Hasil penelitian diperoleh ada

hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian pre-eklamsia (p

value = 0,002).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurul Syuhfal Ningsih (2019), yang menunjukan bahwa tidak ada

hububungan antara obesitas dengan kejadian pre-eklamsia dengan nilai p

value = 0,332), di sebabkan oleh beberapa faktor sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil penelitian oleh Nurul Syuhfal Ningsih ini tidak

ada kesesuaian dengan teori disebabkan kemungkinan ibu dengan faktor

obesitas, lebih mengontrol berat badannya, mengatur pola pola makan dan

rutin melakukan pemeriksaan ANC secara teratur. Sedangkan menurut

peneliti hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa ibu hamil

yang mengalami obesitas sebelum dan saat hamil dengan indeks massa

tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2 maka peningkatan berat badan di katakan

obesitas. Kehamilan dengan obesitas akan sangat berisiko untuk


51

mengalami pre-eklamsia (Kemenkes RI. 2013 dalam Monalisa et.al.,

2022)

Menurut asumsi peneliti bahwa faktor obesitas memiliki hubungan

dengan kejadian pre-eklamsia karena jika ibu memiliki IMT ≥ 30

berisiko mengalami pre-eklamsia, dibandingkan dengan ibu IMT <30

namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu dengan IMT <30 tidak

akan mengalami pre-eklamsia untuk itu perlunya melakukan anamnesa

selengkap-lengkapnya kepada pasien terutama yang berhubungan dengan

paritas, karena di khawatirkan ibu yang memiliki IMT ≥ 30 akan berisiko

mengalami pre-eklamsia pada kehamilan lanjut maupun pada saat

persalinan.

4. Faktor Riwayat Pre-ekalmsia Keluarga Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Pre- eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil di

RSIA Pertiwi Makassar yaitu sebanyak 77 responden (100%). Ada

hubungan riwayat pe-ekalamsia keluarga dengan kejadian pre-eklamsia

sebanyak 12 responden (33.3%), dan ada hubungan riwayat pre-

ekalamsia keluarga dengan tidak ada kejadian pre-eklamsia sebanyak 5

responden (12.2%), hal ini dikarenakan responden melakukan pemeriksaan

rutin selama kehamilan, rutin berolaraga, mengontrol tekanan darah tinggi,

dan mengurangi konsumsi makanan tinggi gara. Hasil analisa uji statistik

dengan menggunakan Uji Chi-Square (Continuity Corrections) dengan

nilai Hasil p Value 0,050 jika dibandingkan dengan a= (0.05) maka p value
52

: a (0.05). Hasil tersebut menunjukan bahwa Ha diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa p value 0,050 sehingga disimpulkan

ada hubungan signifikan riwayat keluarga dengan kejadian pre-eklamsia di

RSIA Pertiwi Makassar 2023.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Budi Rahayu (2020), mengenai hubungan riwayat pre-eklamsia keluarga

ibu dengan kejadian pre-eklamsia di RSU Slamet Garut.Hasil penelitian

diperoleh ada hubungan yang bermakna antara riwayat pre-eklamsia

keluarga dengan kejadian pre-eklamsia (p value = 0,001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Titin Dewi (2019), mengenai hubungan riwayat pre-eklamsia keluarga ibu

dengan kejadian pre-eklamsia di RSU dr.Ismoyo Kendari. Hasil penelitian

diperoleh ada hubungan yang bermakna antara riwayat pre-eklamsia

keluarga dengan kejadian pre-eklamsia (p value = 0,002).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mia Shofia (2022) yang menunjukan bahwa tidak ada hububungan

antara riwayat pre-eklamsia keluarga dengan kejadian pre-eklamsia

dengan nilai p value = 0,442). disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian oleh Mia Shofia ini tidak ada

kesesuaian dengan teori karena kemungkinan ibu dengan faktor riwayat

pre-ekalmsia keluarga, rutin melakukan pemeriksaan ANC secara teratur,

dan petugas kesehatan memberikan pelayanan konseling, sehingga

komplikasi pada kehamilan dapat terdeteksi secara dini. Sedangkan


53

menurut peneliti hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa

Pre-eklamsia cenderung meningkatkan pada wanita yang memiliki ibu

dengan pre-eklamsia serta frekuensi pre-eklamsia meningkat pada

keturunan ibu hamil dengan pre-eklamsia . 20 – 40 % terjadi pada anak

perempuan yang ibunya mempunyai riwayat Pre-eklamsia. Pada wanita

yang memiliki saudara perempuan dengan riwayat Pre-eklamsia 11 – 37%

dan pada wanita yang mempunyai saudara kembar dengan riwayat

penyakit 22 – 47 % (Lelenoh, 2018 dalam (Pohan, 2021).

Menurut asumsi peneliti bahwa faktor riwayat pre-eklamsia

keluarga memiliki hubungan dengan kejadian pre-eklamsia karena jika ibu

memiliki riwayat pre-eklamsia keluarga berisiko mengalami pre-eklamsia,

dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat pre-eklamsia

keluarga namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu yang tidak

memiliki riwayat pre-eklamsia keluarga tidak akan mengalami pre-

eklamsia untuk itu perlunya melakukan anamnesa selengkap-lengkapnya

kepada ibu hamil terutama yang berhubungan dengan riwayat pre-

eklamsia keluarga, karena di khawatirkan ibu yang memiliki riwayat pre-

eklamsia keluarga akan berisiko mengalami pre-eklamsia pada kehamilan

lanjut maupun pada saat persalinan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun

demikian masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini


54

adalah peneliti tidak melalui uji etik penelitian dikarenakan keterbatasan

waktu pada saat penelitian, mengingat terget responden harus mencukupi.

D. Implikasi dalam keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi acuan kebijakan dalam profesi keperawatan

agar memberikan pendidikan kesehatan, terkait faktor-faktor yang

berhubungan kejadian pre-eklamsia yang diderita sebelum kehamilan dan saat

kehamilan, serta pentingnya pemeriksaan ANC khususnya bagi ibu yang

memiliki faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia.

Penangan yang tepat dapat menjadi dasar dalam pengendalian sebuah penyakit

bagi individu.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan signifikan paritas dengan kejadian pre-eklamsi

2. Ada hubungan signifikan usia dengan kejadian pre-eklamsia

3. Ada hubungan signifikan obesitas dengan kejadian pre-eklamsia

4. Ada hubungan signifikan riwayat pre-eklamsia keluarga dengan kejadian

pre-eklamsia

B. Saran

1. Insitusi Pelayanan Kesehatan

a. Memberikan edukasi kepada ibu dan calon ibu terkait dengan hal-hal

yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan untuk meningkatkan

pengatahuan dan wawasan ibu.

b. Menginformasikan tentang bahaya kehamilan pada ibu yang berusia

terlalu muda dan terlalu tua juga faktor-faktor lainnya yang berisiko

meningkatkan terjadinya pre-eklamsia beserta dampak yang akan

terjadi pada ibu dan janin. Informasi dapat diberikan melalui leaflet dn

poster pada tempat-tempat pelayanan kesehtan maupun kegiatan

penyuluhan kepada ibu hamil.

55
56

2. Ibu hamil

a. Melakukan konsultasi dan memeriksakan kesehatan di tempa pelayanan

kesehatan sebagai persiapan untuk merencanakan kehamilan dan

mencegah terjadinya kehamilan yang berbahaya.

b. Melakukan pemeriksaan antenatal care secara rutin di fasilitasi

kesehatan untuk mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janin

serta untuk mendeteksi adanyan komplikasi pada kehamilan

3. Peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut

dengan faktor-faktor risiko yang tidak diteliti pada penelitian. Seperti

riwayat risiko lainnya yang berkontribusi dalam perkembangan

penyakit pre-eklamsia pada kehamilan.

b. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sebih lanjut dengan

populasi yang lebih besar dan metode yang berbeda sehingga diketahui

hasil yang lebih konkret secara biologis

c. Peneliti selanjutnya dapat mengupayakan responden yang mengalami

pre-eklamsia agar penelitian dapat akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, Sembiring, Br. J., & Sikumbang, R. S. (2022). Faktor Yang

berhubungan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil. 2.

https://scholar.google.com/scholar?as_ylo=fak

tor+berhubungan+dengan_kejadian+preeklamsia&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs

-gabs&t=1674177408013&u=%23p%3DaL8yFII5OOEJ

Andi, A. N., Gayatri, W. S., & Pramono, dwi sigit. (2022). Hubungan Usia dan

Paritas Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Bersalin. 2, 4.

Andriani, R., Murdianingsih, & Rahmadani, P. S. (2022). Hubungan Karakteristik

Ibu Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil. 7(2).

Astuti, (2015). Faktor-faktor yang berhubugan dengan pre-eklamsia.

Bulqies, Z. A. (2021). Hubungan faktor risiko terhadap kejadian preeklamsia

pada ibu bersalin.

Depkes Ri. (2008). Faktor Paritas yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-

eklamsia.

Ella Gabriella, J. E., Azhari, H., & Syukur, A. N. (2018). Hubungan Obesitas

Dengan Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester II dan III. Samarinda.

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/840/

Kurniawati, Dini, Septiyono Afdi, E., & sari, R. (2022). Preeklamsia dan

Perawatannya. KHD Production. Http://digilin.uinkhas.ac.id/2832/1/Buku

%20preeklampsia%20dan%20perawatannya.pdf

xi
liya, lugita Sari. (2022). Hubungan obesitas berhubungan dengan kejadian

preeklamsia. 2(1), 3–6.

Mariati, P., Anggraini, H., Rahmawati, E., & Suprida, S. (2022). Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester

III. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 7(2). https://doi.org/10.36729/jam.v7i2.872

Monalisa, A., Afrika, E., & Rahmawati, E. (2022). Faktor-faktor ynag

berhubungan dengan kejadian preeklamsia di Wilayah kerja Puskesmas

Muara Telang. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 710–

719. https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.3009

Nurul, Aziza Andi, Wahyuni, Sri gayatri, & Pramono, Dwi sigit. (2022).

Hubungan usia dan paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu

bersalin. 2, 1–8.

Parantika, W. R., Hardianto, G., & Anis, W. (2021). Hubungan Obesitas,

Kehamilan Kembar Dan Riwayat Pre-eklamsia Sebelumnya Dengan

Kejadian Preeklamsia. 5(5–9), 10.

Pohan, D. J. (2021). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.

Primadevi Inggit, & Indriani Rike. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Preeklmasia pada kehamilan Primigravida. 3(1), 19–26.

Rezeki, A. S., & Rahmawati, E. (2022). Hubungan Diabetes Melitus, Obesitas

Dan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Pre-eklamsia. Jember, 3(7).

RISKESDAS. (2018). Data Angka Kematian Ibu Di Indonesia.

xii
Sabgustina, V. P., & Anjani, D. A. (2018). Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan

Kejadian Pre-eklamsia Pada Ibu Bersalin. 8(3), 3–9.

Salam, N. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Salemba Medika.

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Gava Media.

Tri, W. (2022). Hubungan Pre-eklamsia Dengan Kejadian Persalinan Pretrem.

Yogyakarta, 2(3), 7–9.

Vitiasaridessy, feny. (2019). Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal

Dan Neonatal. Pustaka Panasea.

xiii
L

xiv
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini.


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat tinggal:
Menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dari:
Nama : Dahlia Salam
NIM : 2101025
STIKES : Panakukang Makassar
Setelah saya membaca prosedur penelitian yang terlampir, saya
mengerti dan memahami dengan benar prosedur penelitian dengan judul
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PRE-EKLAMSIA DI RSIA PERTIWI MAKASSAR” saya menyatakan
snaggup menjadi sampel penelitian beserta segala resikonya dengan
sebenar-benarnya tanpa satu paksaan dari pihak manapaun.

Makassar, Februari 2022


Responden

xv
Kuesioner

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah data yang ada pada lembar kuesioner ini dengan benar.
2. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberi tanda ceklis () pada
jawaban yang diangap benar.
3. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini pada peneliti atau petugas
yang memberi kuesioner ini.
4. Bila ada pertanyaan yang tidak jelas, diperbolehkan untuk bertanya.
5. Partisipasi dalam menjawab sangat bermanfaat dalam penelitian ini.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Usia kehamilan :

No Daftar Pertanyaan Ya Tidak Jawaban


Pre-eklamsia

1. Pada saat pemeriksaan kehamilan apakah


ibu diukur tekanan darahnya?
2. Berapakah tekanan darah ibu pada saat itu?

xvi
/ mmHg
3. Pada saat kehamilan apakah ibu diperiksa
protein dalam urine nya oleh tenaga
kesehatan?

xvii
4. Berapakah proteinuria dalam urine tersebut?

5. Apakah selama kehamilan ibu mengalami


edema (bengkak) pada bagian tubuh?
4. Apakah ibu selama pemeriksaan kehamilan
dinyatakan mengalami atau berisiko pre-
eklamsia

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pre-eklamsia

Daftar Pertanyaan Jawaban


Paritas
Jumlah kehamilan ibu berapa kali?
Usia
Usia ibu saat hamil berapa ?
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah orang tua ibu (ibu), keluarga,
saudara ibu mempunyai riwayat
preeklamsia?
LEMBAR OBSERVASI

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Usia kehamilan :

Obesitas
Pengukuran antropometri Jawaban
1. Berat badan

2. Tinggi badan
HASIL UJI SPSS

Karakteristik Responden
Statistics

USIA.KEHAMIL
PENDIDIKAN PEKERJAAN AN.IBU

N Valid 77 77 77

Missing 0 0 0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMA 71 92.2 92.2 92.2

D3 3 3.9 3.9 96.1

S1 3 3.9 3.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 71 92.2 92.2 92.2

WIRASWASTA 2 2.6 2.6 94.8

PNS 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

USIA.KEHAMILAN.IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TRIMESTER 1 4 5.2 5.2 5.2

TRIMESTER 2 38 49.4 49.4 54.5

TRIMESTER 3 35 45.5 45.5 100.0

Total 77 100.0 100.0


Analisis Univariat
Statistics

R.W.KELUARG
PARITAS USIA OBESITAS A PREEKLAMSIA

N Valid 77 77 77 77 77

Missing 0 0 0 0 0

PARITAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PARITAS BAIK 48 62.3 62.3 62.3

PARITAS BURUK 29 37.7 37.7 100.0

Total 77 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK BERISIKO


51 66.2 66.2 66.2
(Usia 20-35 tahun

Berisiko (usia < 20 dan


26 33.8 33.8 100.0
≥ 35 tahun)

Total 77 100.0 100.0

OBESITAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko obesitas


60 77.9 77.9 77.9
IMT <30

Berisiko obesitas IMT


17 22.1 22.1 100.0
≥ 30

Total 77 100.0 100.0

R.W.KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada riwayat pre-eklamsia


60 77.9 77.9 77.9
keluarga

Ada kejadian riwayat pre-


17 22.1 22.1 100.0
eklamsia

Total 77 100.0 100.0

PREEKLAMSIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK ADA KEJADIAN 41 53.2 53.2 53.2

ADA KEJADIAN 36 46.8 46.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

Analisis Bivariat
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PARITAS * PREEKLAMSIA 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

PARITAS * PREEKLAMSIA Crosstabulation

PREEKLAMSIA

Tidak ada
kejadian Ada kejadian Total

PARITAS PARITAS BAIK Count 39 9 48

Expected Count 25.6 22.4 48.0

% within PARITAS 81.3% 18.8% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 95.1% 25.0% 62.3%

% of Total 50.6% 11.7% 62.3%

PARITAS BURUK Count 2 27 29

Expected Count 15.4 13.6 29.0

% within PARITAS 6.9% 93.1% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 4.9% 75.0% 37.7%

% of Total 2.6% 35.1% 37.7%


Total Count 41 36 77

Expected Count 41.0 36.0 77.0

% within PARITAS 53.2% 46.8% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 53.2% 46.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 40.146a 1 .000


b
Continuity Correction 37.215 1 .000
Likelihood Ratio 45.537 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 39.625 1 .000
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.56.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * PREEKLAMSIA 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

USIA * PREEKLAMSIA Crosstabulation

PREEKLAMSIA

Tidak ada Ada


kejadian kejadian Total

USI Tidak berisiko (usia 20-35 tahun) Count 39 12 51


A Expected Count 27.2 23.8 51.0

% within USIA 76.5% 23.5% 100.0%

% within
95.1% 33.3% 66.2%
PREEKLAMSIA

% of Total 50.6% 15.6% 66.2%

Berisiko (usia < 20 dan ≥ 35 Count 2 24 26


tahun)Berisiko (usia < 20 dan ≥ Expected Count 13.8 12.2 26.0
35 tahun) % within USIA 7.7% 92.3% 100.0%
% within
4.9% 66.7% 33.8%
PREEKLAMSIA

% of Total 2.6% 31.2% 33.8%


Total Count 41 36 77

Expected Count 41.0 36.0 77.0

% within USIA 53.2% 46.8% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 53.2% 46.8% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 32.723 1 .000
b
Continuity Correction 30.018 1 .000
Likelihood Ratio 36.667 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 32.298 1 .000
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

OBESITAS * PREEKLAMSIA 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

OBESITAS * PREEKLAMSIA Crosstabulation

PREEKLAMSIA

Tidak ada kejadian Ada kejadian Total

OTidak berisiko obesitas IMT Count 36 24 60


B<30
Expected Count 31.9 28.1 60.0
E
S % within OBESITAS 60.0% 40.0% 100.0%
I
T % within PREEKLAMSIA 87.8% 66.7% 77.9%
A
% of Total 46.8% 31.2% 77.9%
S
Berisiko obesitas IMT ≥ 30 Count 5 12 17

Expected Count 9.1 7.9 17.0

% within OBESITAS 29.4% 70.6% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 12.2% 33.3% 22.1%

% of Total 6.5% 15.6% 22.1%

Total Count 41 36 77
Expected Count 41.0 36.0 77.0

% within OBESITAS 53.2% 46.8% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 53.2% 46.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.979a 1 .026


Continuity Correctionb 3.826 1 .050
Likelihood Ratio 5.061 1 .024
Fisher's Exact Test .031 .025
Linear-by-Linear Association 4.914 1 .027
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,95.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


R.P.KELUARGA *
77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%
PREEKLAMSIA
R.P.KELUARGA * PREEKLAMSIA Crosstabulation

PREEKLAMSIA

Tidak ada kejadian Ada kejadian Total

RTidak ada riwayat pre-eklamsia Count 36 24 60


. keluarga Expected Count 31.9 28.1 60.0
P % within R.P.KELUARGA 60.0% 40.0% 100.0%
.
% within PREEKLAMSIA 87.8% 66.7% 77.9%
K
% of Total 46.8% 31.2% 77.9%
E
Ada kejadian riwayat pre- Count 5 12 17
L
eklamsia Expected Count 9.1 7.9 17.0
U
A % within R.P.KELUARGA 29.4% 70.6% 100.0%

R % within PREEKLAMSIA 12.2% 33.3% 22.1%


G % of Total
6.5% 15.6% 22.1%
A
Total Count 41 36 77

Expected Count 41.0 36.0 77.0

% within R.P.KELUARGA 53.2% 46.8% 100.0%

% within PREEKLAMSIA 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 53.2% 46.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.979a 1 .026


b
Continuity Correction 3.826 1 .050
Likelihood Ratio 5.061 1 .024
Fisher's Exact Test .031 .025
Linear-by-Linear Association 4.914 1 .027
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,95.
b. Computed only for a 2x2 table
DOKUMENTASI PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dahlia Salam


Tempat, Tanggal Lahir : Merauke, 21 September 2000
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tamangapa Raya V, Manggala,
Makassar, Sulawesi Selatan
Alamat Domisili : Jalan Raya Mandala gg. Kelinci 1
Nomor Handphone : 082199858093
Email : dahlliasalam2000@gmail.com

Pendidikan Formal
1. SD Inpers Kepi Kabupaten Mappi tamat pada tahun 2012
2. SMP Negeri 1 Obaa Kabupaten Mappi tamat pada tahun 2015
3. SMA Negeri 1 Obaa Kabupaten Mappi tamat pada tahun 2018
4. Prodi DIII Keperawatan Merauke tahun 2018-2021
5. STIKES Panakkukang Makassar 2021-2023

Anda mungkin juga menyukai