Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN TENAGA KESEHATAN, PERAN


ORANG TUA DAN SIKAP DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
ISLAM TERPADU RAFLESIA
KOTA DEPOK
TAHUN 2023

LALA MONICA
15402KH622007

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KARYA HUSADA
TAHUN 2022/2023

i
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAN TENAGA KESEHATAN, PERAN
ORANG TUA DAN SIKAP DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI DI SMA
ISLAM TERPADU RAFLESIA
KOTA DEPOK
TAHUN 2023

Disusun sebagi salah satu syarat memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr. Keb)

LALA MONICA
15402KH622007

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KARYA HUSADA
TAHUN 2022/2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh:


Nama : Lala Monica
NPM : 15402KH622007
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Judul Skripsi : Hubungan peran tenaga Kesehatan, peran orang tua dan
sikap dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA islam terpadu rafflesia
Kota Depok Tahun 2023 Telah disetujui pada tanggal 27 juni 2023 oleh
pembimbing dan ketua program studi diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk sidang proposal pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
di Politeknik Karya Husada (POKADA).

Jakarta, 26 Juni 2023


Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing : Dr. Sobar Darmaja, S.Psi., MKM .......................

Ketua Program Studi : Eka Bati W., S.ST., M.Kes .......................

iii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN PERAN TENAGA KESEHATAN, PERAN
ORANG TUA DAN SIKAP DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
SMA ISLAM TERPADU RAFLESIA
KOTA DEPOK
TAHUN 2023

Lala Monica
15402KH522007

Telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada sidang hasil skripsi dan
diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan pada Program
Studi Sarjana Terapan Kebidanan di Politeknik Karya Husada (POKADA)
Jakarta, …… 2023

Mengesahkan:
Penguji 1 Penguji 2

Dr. Bd Nurhandayani Dr. Sobar Darmaja,


S.SiT.,M.Kes S.Psi., MKM

Mengetahui:

Prodi Sarjana Terapan Kebidanan


Ketua,

Eka Bati W., S.ST., M.Kes

iv
ABSTRAK

Nama : Lala Monica


NPM : 15402KH622007
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Judul : Hubungan peran tenaga Kesehatan, peran orang tua dan sikap
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA islam terpadu
rafflesia Kota Depok Tahun 2023

Latar Belakang: Anemia membawa dampak yang negatif bagi kesehatan seorang
remaja jika terjadi secara terus menerus. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
seorang siswi yang mengalami anemia dapat mengalami penurunan perhatian di
dalam kelas dan juga kemampuan kognitif sehingga berdampak pada lamanya
periode kelulusan sekolah Tujuan: untuk mengetahui Hubungan Peran Tenaga
Kesehatan, Peran Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023. Metodologi: Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survei
dengan penelitian deskriptif dan analitik kuantitatif dengan desain penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional. Uji Analisa yang dalam penelitian ini
menggunakan Chi Square. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
Sampling. Sampel ibu nifas yang didapatkan adalah 125 responden. Hasil: Berdasarkan
Bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Peran Tenaga Kesehatan
(p=0,000), Peran Orang Tua (p=0,000), dan Sikap (p=0,001).

Kata Kunci: Anemia, Peran Orang Tua, Peran Tenaga Kesehatan, Sikap
Daftar Pustaka:

v
HALAMAN PERNYATAAN

Nama : Lala Monica


NPM : 15402KH622007
Tempat,Tanggal lahir : Pagaralam, 11 Januari 2023
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Judul Skripsi : Hubungan peran tenaga Kesehatan, peran orang
tua dan sikap dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA islam terpadu
reflesia Kota Depok Tahun 2023
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan
(S.Tr.Keb) di Politeknik Karya Husada (POKADA).
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Politeknik Karya Husada (POKADA).
3. Bahwa data yang disajikan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan fakta
lapangan.
4. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan/ plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Politeknik Karya Husada (POKADA).
5. Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Karya Husada hak bebas royalti non ekslusif (berhak menyimpan,
mengalih media atau memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya dengan mencantumkan nama
saya sebagai penulis) atas karya ilmiah saya.

Jakarta, 27 Juni 2023

(Penulis)

vi
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat


allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “ hubungan peran
tenaga Kesehatan, peran orang tua dan sikap dengan kejadian anemia pada
remaja putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023” yang
dilaksanakan pada tahun 2023.
Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir
program studi sarjana terapan kebidanan politeknik karya husada. Dalam proses
penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari
pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan yang
setingi-tingginya kepada, antara lain:
1. Kepada Dr. Sobar Darmaja, S.Psi., MKM, sebagai Direktur Politeknik Karya
Husada dan Pembimbing sekaligus Penguji II skripsi yang telah memberikan
motivasi, arahan, dukungan untuk diselesaikannya skripsi.
2. Kepada Wiwin Nur Fitriani, S.ST., MKM, sebagai Wakil Direktur Akademik
Politeknik Karya Husada yang telah memfasilitasi dalam bidang akademik
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini tepat waktu.
3. Kepada Yulianti, SE., MM, sebagai Wakil Direktur Non Akademik Politeknik
Karya Husada yang telah memberikan banyak kesempatan dalam menunjang
perkuliahan khususnya penyelesaian skripsi ini.
4. Kepada Dr. Bd Nurhandayani S.SiT.,M.Kes, sebagai penguji I skripsi yang
telah memberikan motivasi, arahan dan bimbinganya untuk terselesaikannya
skripsi.

vii
5. Kepada Eka Bati Widyaningsih, S.ST., M.Kes, sebagai Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Karya Husada yang telah memberikan
arahan dan dukungan untuk diselesaikannya skripsi.
6. Kepada kedua orang tua, saya mengcapkan terima kasih kareana kalian selalau
memberikan dukungan, memberikan Do’a, dan mendampingi saya sampai
sekarang, dan kepada keluarga besar saya terima kasih telah memberikan
dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
7. Rekan-rekan dan sahabat saya Angkatan 2019 yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan penelitian ini.
8. Kepada responden yang telah bekerjasama dan bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan laporan penelitian ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan selama penyusunan laporan
penelitian ini.
Penulis menyadari keterbatasan baik pengetahuan, serta teori daam
penulisan laporan penelitian ini, untuk itu penulis tidak menutup diri dan
mengharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
dan menyempurnakan penulisan laporan penelitian ini.
Semoga allah SWT senantiasa memberikan semua Rahmat dan
hidayah-Nya, penulis berharap skripsi ini daapt bermanfaat untuk kita semuanya
dan khususnya untuk penlis.

Jakarta, 27 Juni 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 17
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 17
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 21
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 21
1.3.1. Tujaun Umum ................................................................................ 21
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................... 22
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 22
1.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 22
1.4.2. Manfaat Metodologis..................................................................... 22
1.4.3. Manfaat Praktis ............................................................................. 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 25
2.1 Kejadian Anemia Pada Remaja .......................................................... 25
2.1.1 Defenisi Anemia ............................................................................. 25
2.1.2 Indikator Anemia .......................................................................... 27
2.1.3 Cara Mengukur Anemia ............................................................... 28
2.1.4 Sintesis Anemia .............................................................................. 28
2.1.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya ................................................ 28

ix
2.2 Peran Tenaga Kesehatan...................................................................... 35
2.2.1 Definisi Peran Tenaga Kesehatan ................................................ 35
2.2.2 Indikator Peran Tenaga Kesehatan ............................................. 36
2.2.3 Cara Mengukur Peran Tenaga Kesehatan ................................. 37
2.2.4 Sintesis Peran Tenaga Kesehatan ................................................ 37
2.2.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya ................................................ 37
2.3 Peran Orang Tua .................................................................................. 38
2.3.1 Indikator Peran Orang Tua ......................................................... 41
2.3.2 Cara Mengukur Peran Orang Tua .............................................. 42
2.3.3 Sintesis Peran Orang Tua ............................................................. 42
2.3.4 Teori dan Penelitian Sebelumnya ................................................ 42
2.4 Sikap ....................................................................................................... 43
2.4.1 Definisi Sikap ................................................................................. 43
2.4.2 Indikator sikap............................................................................... 43
2.4.3 Cara Mengukur Sikap .................................................................. 44
2.4.4 Sintesis Sikap ................................................................................. 44
2.4.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya ................................................ 44
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN . 46
3.1. Kerangka Teori ..................................................................................... 46
3.1.1. Teori Modifikasi UNICEFF/WHO 1998 (peran tenaga
Kesehatan terhadap kejadian anemia) ...................................................... 46
3.1.2. Teori Modifikasi UNICEF/WHO 1998 ( peran orang tua
terhadap kejadian anemia ) ........................................................................ 46
3.1.3. Teori Modifikasi UNICEF/WHO 1998 ( sikap remaja terhadap
kejadian anemia ) ........................................................................................ 46
1.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 47
2.2 Hipotesis Penelitian............................................................................... 47
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 48
4.1. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 48
4.2. Polulasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel . 48
4.2.1 Populasi .......................................................................................... 48

x
4.2.2 Sampel ............................................................................................ 48
4.2.3 Besar Sampel .................................................................................. 49
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 49
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 50
4.4. Tahap Penelitian ................................................................................... 50
4.5. Analisis Data .......................................................................................... 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 54
5.1. Hasil Penelitian ..................................................................................... 54
5.1.1. Hasil Analisis Univariat ................................................................ 54
5.1.2. Hasil Analisis Bivariat ................................................................... 55
5.1.3. Pembahasan Penelitian ................................................................. 58
BAB VI PENUTUP............................................................................................. 65
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 65
6.2. Saran ...................................................................................................... 65

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metaanalisis Penelitian Terkait………………………………………37

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 2 kejadian anemia…………………………………………………..


Gambar 2. 3 peran orang tua pada keluarga…………………………………….59
Gambar 3. 1 konsep peran tenaga kesehatan dengan konsep kejadian anemia.....71
Gambar 3. 2 konsep peran orang tua terhadap konsep kejadian anemia………...71
Gambar 3. 3 konsep sikap dengan konsep kejadian anemia……………………..71
Gambar 3. 4 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………….71

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian


Surat Balasan Penelitian
Hasil Olah Data Spss
Foto Dokumentasi Penelitian Di Sma Islam Terpadu Rafflesia
Lembar konsul

xiv
DAFTAR SINGKATAN

BB : berat badan
BKKBN : badan kependudukan dan keluarga berencana
nasional
BMI : body mass index
DEPKES RI : departemen Kesehatan republic Indonesia
HB : hemoglobin
ICM : international confederation of midwife
LILA : lingkar lengan atas
POKADA : Politeknik Karya Husada
RR : ragu-ragu
SOP : standard operational procedure
SMA IT : sekolah menengah atas islam terpadu
SS : sangat setujuh
S : setujuh
STS : sangat tidak setujuh
TS : tidak setujuh
TB : tinggi badan
WHO : World Health Organization

xv
dst

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap masalah gizi.
Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
anak-anak menuju ke masa dewasa yang disertai dengan perkembangan
semua aspek atau fungsi dalam memasuki masa dewasa. Kebutuhan zat
besi pada remaja baik perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan
cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan volume darah.
Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya
menstruasi (Sartika & Anggreni, 2021). Berdasarkan Permenkes Nomor
28 Tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk
masyarakat Indonesia, kebutuhan zat besi pada remaja perempuan usia 13-
18 tahun adalah 15 mg/hari (Kemenkes RI, 2019). Masalah kesehatan yang
sering dialami remaja putri adalah anemia. Anemia yang paling banyak
terjadi di Indonesia adalah anemia defisiensi besi (Mahmudiono et al.,
2021).
World Health Organization (WHO) dalam Worlwide Prevalence Of
Anemia tahun 2018 menunjukan bahwa prevalensi anemia di dunia masih
cukup tinggi yaitu sekitar 53,7%. Sebanyak 30% penduduk dunia
diperkirakan menderita anemia terutama remaja (Aulia, 2018). Prevalensi
anemia pada remaja putri masih cukup tinggi dengan kisaran 40-88% (Putri
dan Nasution 2019).
Di Asia Tenggara, 25- 40% remaja putri mengalami kejadian anemia
tingkat ringan dan berat.(Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2018) Sebagai salah satu negara berkembang di Indonesia
kejadian anemia masih cukup tinggi. Berdasarkan data riskesdas 2018 kasus
anemia remaja putri di Indonesia sebesar 48,9% sedangkan sedangkan
prevalensi anemia di Indonesia, sebesar 26,4% berumur 5-14 tahun dan 57%

17
18

berumur 15-24 tahun. Sejak tahun 1993 hingga 2005 diperkirakan bahwa
sekitar 1,6 miliar orang (seperempat dari populasi dunia) menderita anemia
(Petry et al. 2016). Indonesia sendiri masih mengalami masalah triple
burdenmalnutrition, dimana defisiensi zat gizi mikro yaitu anemia masih
menjadi salah satu masalah kesehatan yang diutamakan. Berdasarkan Data
Riskesdasdari tahun 2013 sampai 2018 prevalensi anemia meningkat dari
18,4% menjadi 32% atau 14,7 juta jiwa pada kelompok usia 15-24 tahun
(Balitbankes, 2018).
Anemia membawa dampak yang negatif bagi kesehatan seorang
remaja jika terjadi secara terus menerus. Penelitian sebelumnya menunjukan
bahwa seorang siswi yang mengalami anemia dapat mengalami penurunan
perhatiandi dalam kelas dan juga kemampuan kognitif sehingga berdampak
pada lamanya periode kelulusan sekolah (Mosino et al. 2020). Anemia juga
berpotensi dalam meningkatkan resiko terjadinya kelainan fungsi ginjal dan
dismenorhea saat menstruasi (Sato, et al. 2018; Raique et al. 2018).
Menurunnya perkembangan motorik, mental, kesehatan pada reproduksi,
tingkat kebugaran dan tinggi badan kemungkinan tidak maksimal
(Septyawati., 2021). Sebagai dampak jangka Panjang, anemia saat
memasuki masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kelahiran bayi
prematur (Rahmati et al. 2020).
Anemia paling umum diakibatkan oleh defisiensi zat besi (Darmawati,
et al. 2020; Febriana, 2018). Tingginya prevalensi anemia dapat disebabkan
oleh pengetahuan yang rendah tentang zat besi dan anemia yang rendah,
panjangnya durasi menstruasi, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi,
dan penyakit infeksi (Nabilla et al. 2022).
Menurut kemenkes RI tahun 2018, angka kejadian anemia di Jawa
Barat terbilang tinggi yaitu sebesar 57,7 % (Profil Dinkes Provinsi Jawa
Barat 2018). Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan
prevalensi anemia yang tergolong tinggi (Agustina, 2019). Berdasarkan data
Profil Dinkes Kota Depok, anemia pada remaja putri diketahui sebesar
35,7% (Profil Dinkes Kota Depok 2018).
19

Sikap remaja putri yang harus dimiliki mengenai anemia adalah sikap
remaja putri terhadap pernyataan mengenai anemia, yang meliputi gejala
dan tanda, penyebab, dan upaya pencegahan. Sikap remaja putri sangat
mempengaruhi kejadian anemia hal ini disebabkan asupan zat besi yang
kurang dan hilangnya sel darah merah akibat pendarahan kronis atau saat
menstruasi dapat menyebabkan anemia (Lestari et al. 2018). Zat besi
merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembentukan sel darah
merah, sehingga faktor yang paling dominan permasalahan anemia pada
remaja adalah sumber zat besi (Permatasari,Briawan dan Madanijah 2020).
Pengetahuan merupakan salah satu unsur faktor predisposisi yang
memengaruhi sikap. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam
sikap pencegahan anemia pada remaja putri, karena tingkatan pengetahuan
remaja putri memengaruhi sikapnya, semakin tinggi pendidikan atau
pengetahuannya, semakin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya
anemia. Pengetahuan gizi merupakan pemahaman mengenai makanan dan
komponen zat gizi, sumber zat gizi, makanan yang aman dikonsumsi, dan
cara yang tepat untuk mengolah bahan makanan, serta pola hidup sehat. KIE
atau Komunikasi, Informasi, dan Edukasi merupakan salah satu kegiatan
dalam program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
pada Remaja (Larasati et al., 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vini Asri Pratiwi
mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Anemia Dengan
Asupan Zat Besi Remaja Putri Di Sma Negeri 9 Depok Tahun 2022
didapatkan bahwa hubungan antara sikap siswi mengenai anemia dengan
asupan zat besi siswi diperoleh nilai p-value 0,021 yang artinya nilai p value
< 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
siswi dengan asupan zat besi pada remaja putri diSMAN 9 Depok.
Peran orang tua dengan pengetahuan anemia pada remaja putri,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran
keluarga dengan pengetahuan anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini
20

sesuai dengan pernyataan Hambali (2014) yang menyatakan bahwa pada


masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya menjadi figure yang paling
berarti bagi anak. Interaksi antara anak dan orang tua merupakan determinan
utama sikap anak. Sikap orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu
sama sepanjang hidup. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat
menentukan pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian anak.
Pendapat lain menyatakan bahwa orang tua memegang peranan penting
untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja secara umum dan khususnya
kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rukmaini, dkk mengenai
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Anemia Pada
Remaja Putri di SMAN 5 Kabupaten tangerang tahun 2020 pada peran
keluarga kurang dari 40 orang remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan
anemia kurang, yaitu sebanyak 26 orang (65%), sedangkan pada peran
keluarga baik dari 56 orang remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan
anemia baik sebanyak 39 orang (69,6%). Hasil uji statistik dengan Chi
Square diperoleh nilai p = 0,002 artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara peran keluarga dengan pengetahuan anemia pada remaja putri. Nilai
OR 4,261, artinya remaja putri dengan peran keluarga yang baik
mempunyai risiko 4,261 kali lebih besar memiliki pengetahuan anemia
yang baikdibandingkan dengan peran keluarga kurang.
Untuk mengatasi anemia pada remaja dalam pelaksanaannya
memerlukan peran tenaga kesehatan dalam memberikan pengetahuan
remaja mengenai anemia remaja, penyebab, efek samping juga cara
penanggulangannya. Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam hal
penanggulangan dini masalah kesehatan di lingkup daerahnya. Petugas
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya. Oleh karena itu peran penting
peran teaga kesehatan dalam hal penanggulangan anemia pada remaja putri
sangatlah dibutuhkan.
21

Berdasarkan hasil wawancara pada siswi SMA Islam Terpadu


Raflesia penelitimemperoleh informasi bahwa dari 10 remaja yang
mengalami anemia 6 diantaranya mengatakan kurangnya sosialisasi juga
informasi dari tenaga kesehatan setempat, 6 remaja putri mengatakan bahwa
kurangnya peran orang tua dalam pemberian pengetahuan tentang anemia
dan 7 diantaranya mengatakan karena kurangnya sikap remaja dalam
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan anemia, jadi hal inilah salah
satu penyebab dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia yang
dampak berdampak pada rentannya remaja terpapar anemia. Berdasarkan
kejadian ini, peneliti melakukan penelitian tentang hubungan peran tenaga
kesehatan, peran orang tua dan sikap dengan kejadian anemia pada remaja
putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara pada siswi SMA Islam Terpadu


Raflesia peneliti memperoleh informasi bahwa dari 10 remaja yang
mengalami anemia 6 diantaranya mengatakan kurangnya sosialisasi juga
informasi dari tenaga kesehatan setempat, 6 remaja putri mengatakan bahwa
kurangnya peran orang tua dalam pemberian pengetahuan tentang anemia
dan 7 diantaranya mengatakan karena kurangnya sikap remaja dalam
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan anemia, jadi hal inilah salah
satu penyebab dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia yang
berdampak pada rentannya remaja terpapar anemia. Dari data tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Peran
Tenaga Kesehatan, Peran Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun
2023.
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujaun Umum


22

Mengetahui Hubungan Peran Tenaga Kesehatan, Peran Orang Tua


Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA
Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023..
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran kejadian anemia pada remaja putri Di SMA


Islam Terpadu Raflesia Kota Depok tahun 2023.
2. Diketahui gambaran peran tenaga Kesehatan, peran orang tua
dan sikap Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun
2023.
3. Diketahui hubungan peran tenaga Kesehatan dengan kejadian
anemia pada remaja putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia
Kota Depok Tahun 2023.
4. Diketahui hubungan peran orang tua dengan kejadian anemia
pada remaja putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok
Tahun 2023.
5. Diketahui hubungan sikap remaja dengan kejadian anemia pada
remaja putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok
Tahun 2023.
1.4. Manfaat Penelitian
Bahwa secara mendasar manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis


Penelitian ini tidak menemukan teori baru tentang kejadian anemia
pada remaja, akan tetapi lebih pada mengkonfirmasi teori yang
sudah ada berguna untuk menjawab hipotesis dari penelitian ini dan
memberikan pengetahuan dan referensi dalam ilmu Pendidikan
untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Metodologis


Penelitian ini secara metodologi menggunakan penelitian jenis
penelitian survei, dengan desain penelitian adalah penelitian
23

deskriptif yang menghubungkan empat variabel yaitu peran tenaga


kesehatan, peran orang tua dan sikap dengan kejadian anemia pada
remaja putri
1.4.3. Manfaat Praktis
Dengan diketahuinya hubungan peran tenaga kesehatan, peran orang
tua dan sikap dengan kejadian anemia pada remaja putri di sma islam
terpadu rafflesia maka dapat menjadi masukan dalam perencanaan
kebijakan serta mendapatkan cara terbaik/ praktek baik dalam
mencegah komplikasi kejadian anemia pada remaja putri
24
25

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejadian Anemia Pada Remaja


2.1.1 Defenisi Anemia
Anemia atau anemia gizi besi adalah suatu kondisi dimana kadar
hemoglobin (HB) dalam darah kurang dari < 12 gr% (Pratiwi, 2013).
Anemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi
hemoglobin ataujumlah sel darah merah di bawah normal. Sedangkan
definisi anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin, hematokrit
dan jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal (Dieny,
2014).
Anemia adalah kondisi dimana kekurangan sel darah merah
(eritrosit) dalam siklus darah atau massa hemoglobin sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruhan
jaringan (Tarwoto, 2017).
a. Kadar Hb Normal
Menurut Dieny (2014), kadar hemoglobin yang normal
dibedakanberdasarkan pada usia dan jenis kelamin serta berbeda pula
ada tiap semester masa kehamilan. Berikut adalah kadar normal
hemoglobin pada remaja putri :
1. Remaja putri 12 – 14 tahun : 120 g/l
2. Remaja putri 14 tahun : 120 g/l
Menurut Tarwoto (2017), kemenkes RI menetapkan kategori derajat
anemia sebagai berikut :
1. Normal : Hb > 12 g/dl
2. Ringan : Hb 8 g/dl – < 11 g/dl
3. Sedang : Hb 5 g/dl - < 8 g/dl
4. Berat : Hb < 5 g/dl

25
26

b. Tanda-tanda Anemia
Menurut Dieny (2014), adapun tanda-tanda anemia yang dapat
terlihat pada penderitanya meliputi:
1. Wajah terlihat pucat
2. Kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
3. Terlihat gelisah
4. Irama jantung cepat (tachardia) dan nafsu makan berkurang.
5. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala umum anemia timbul karena iskemia organ target serta
akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan
hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb <7g/dl).
c. Faktor-faktor Penyebab Anemia Pada Remaja
Menurut Dieny (2014), secara umum penyebab anemia terdiri
atas dua faktor yakni: faktor zat gizi dan non gizi. Penyebab anemia
lainnya berdasarkan faktor-faktor zat gizi antara lain defisiensi protein,
asam folat, vitamin B 12, vitamin A, tembaga, selenium, dan lainnya.
Sedangkan penyebab anemia berdasarkan non zat gizi antara lain:
malabsorbsi akibat diare, peningkatan kebutuhan zat besi yang terjadi
selama masa bayi, remaja, ibu hamil dan menyusui dan peningkatan
eksresi karena pengeluaran darah haid atau menstruasi yang berlebihan.
d. Dampak Anemia Pada Remaja dan Wanita Usia Subur
Menurut Dieny (2014), Dampak Anemia pada remaja dan
wanita usia subur pada umumnya anemia berdampak terhadap
penurunan kualitas sumber daya manusia. Berikut adalah dampak dari
anemia, diantaranya :
1. Wanita Usia Subur
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.
2. Remaja Putri
27

a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.


b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapaioptimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
e. Pencegahan Anemia
Menurut Tarwoto (2017), upaya-upaya untuk mencegah anemia,
antara lain sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati
(sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan
tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu,
jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera
konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan cara
mengatasinya.
2.1.2 Indikator Anemia
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis tersebut
berbeda pada setiap orang, dimana dapat dipengaruhi oleh jenis
kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan.
Adapun klasifikasi anemia pada ibu hamil kemenkes RI (2017)
yang mengalami anemia adalah sebagai berikut:
28

Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia pada remaja putri

Klasifikasi HB
Normal > 12 g/dl
Ringan 8 g/dl – < 11 g/dl
Sedang 5 g/dl - < 8 g/dl
Berat 5 g/dl
Sumber : (kemenkes, 2017)
Hasil ukur dari kejadian anemia pada remaja putri yang digunakan
peneliti adalah :
Dikatakan “0” jika Anemia (5 - >11 g/dl)
Dikatakan “ 1” jika Tidak Anemia (> 12 g/dl)
Skala ukur variable anemia pada ibu hamil adalah skala nominal.
2.1.3 Cara Mengukur Anemia
Cara mengukur anemia pada remaja putri adalah sebagai berikut
: Menggunakan lembar checklist, dimana data didapatkan dari
kuesioner responden pasien di SMA Rafflesia Kota Depok
2.1.4 Sintesis Anemia
Suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (HB) dalam darah
kurang dari batas normal. Anemia dapat menimbulkan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah yang lebih rendah
dari normal.
2.1.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal atau turunya kadar sel darah
merah/hemoglobin dalam darah. Kadar hemoglobin normal
umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan penelitian Shariff, A. S, dan Akbar, N, menstruasi
yang dialami remaja putri secara normal berlangsung 2-7 hari setiap
bulannya yang dapat meningkatkan kejadian anemia. Ini disebabkan
karena volume darah haid yang keluar 35-50 ml/hari, pada periode
29

haid tersebut wanita kehilangan 30 mg besi. Banyaknya darah yang


hilang menyebabkan perempuan yang tengah haid mengalami
lemas, lesu, hingga berkunang-kunang dimana ini adalah salah satu
tanda-tanda anemia defisiensi besi. Ini dapat diperparah jika siklus
haid memanjang karena banyaknya volume darah yang keluar.
Penelitiantian yang dilakukan oleh Dani Yolanda Wandasari
mengenai Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosalam 1 Tahun
2022 menyatakan bahwa sebagian besar berusia 15-18 tahun yaitu
sebanyak 47 (54.7%). Sebagian besar pendapatan keluarga
responden <UMK yaitu sebanyak 44 (51,2%). Sebagian besar
responden memiliki ibu dengan pendidikan rendah yaitu sebesar 59
(68, 6%). Sebagian besar responden memiliki status gizi normal
yaitu sebesar 50 (58,1%). Sebagian besar responden tidak anemia
yaitu sebesar 63 (73,3%). Sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 60 (30,2%). Sebagian besar
responden memiliki pola makan tidak sehat yaitu sebesar 50
(58,1%). Sebagian besar responden memiliki pola menstruasi tidak
sehat yaitu sebesar 54 (62,8%). Sebagian besar responden memiliki
sikap kurang baik yaitu sebesar 52 (60,5%).
30

Tabel 2. 1 Metaanalisis Penelitian Terkait

No Judul Penelitian Pengarang Tahun Variabel Jenis & Desain Penelitian Analisis Statistik Hasil Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif


Faktor-Faktor Yang Faktor-Faktor korelasional dan mengetahui Terdapat hubungan antara
Memengaruhi Kejadian Yang hubungan antar variabel bebas sikap dengan kejadian
Anemia Pada Remaja Dani Yolanda Memengaruhi dan variabel terikat. Jenis anemia pada remaja putri di
1 2022 Distribusi frekuensi
Putri Di Wilayah Kerja Wandasari Kejadian penelitian ini termasuk wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Wonosalam Anemia Pada penelitian kuantitatif. Penelitian Wonosalam 1 didapatkan
1 Remaja Putri ini menggunakan metode nilai p value 0,000.
penelitian cross sectional
Pengaruh
Adanya peningkatan
Penyuluhan Jenis penelitian ini adalah jenis
Pengetahuan, skor pengetahuan,
Kesehatan penelitian kuantitatif dengan
Sikap Dan sikap, tindakan, dan
Tentang desain penelitian Pre
Annisa Fitri Tindakan pengaruh media booklet
2 Anemia 2021 Eksperimen, dengan rancangan Distribusi frekuensi
Adilla Pencegahan setelah diberikan
Dengan penelitian yang digunakan yaitu
Anemia Pada penyuluhan kesehatan
Media One Group Pretest- Postest
Remaja Putri pada remaja putri di
Booklet Design.
SMPN 20 kota bengkulu
Terhadap

30
31

Pengetahuan, tahun 2021 mengenai


Sikap Dan pencegahan anemia.
Tindakan
Pencegahan
Anemia Pada
Remaja Putri
Di Smpn 20
Kota
Bengkulu
Adanya
Jenis penelitian yang digunakan hubungan antara
Faktor – faktor yang
dalam penelitian ini adalah jenis peran tenaga
Berhubungan dengan Peran Tenaga
penelitian survei dengan kesehatan, peran
Pengetahuan Anemia Rukmaini Kesehatan,
3 2021 penelitian deskriptif dan analitik Distribusi frekuensi guru dang peran
Pada Remaja Putri di Ely Chandra Peran Guru,
kuantitatif. Penelitian ini keluarga dengan
SMAN 5 Kabupaten Peran Keluarga
menggunakan metode penelitian pengetahuan
Tengerang
cross sectional anemia pada
remaja putri.
Hubungan Pengetahuan Pengetahuan Jenis penelitian yang digunakan Ada hubungan
Dan Sikap Mengenai Vini Asri dan Sikap dalam penelitian ini adalah jenis antara
4 2022 Distribusi frekuensi
Anemia Dengan Pratiwi Mengenai penelitian survei dengan pengetahuan
Asupan Zat Besi Anemia Dengan penelitian deskriptif dan analitik dan sikap
32

Remaja Putri Di Sma Asupan Zat Besi kuantitatif. Metode penelitian mengenai
Negeri 9 Depok Remaja Putri Di yang digunakan adalah anemia dengan
Sma Negeri 9 kuantitatif observasional dengan asupan zat besi
Depok desain potongan lintang (cross pada remaja
sectional),
Tingkat
Hubungan tingkat penegtahuan
Jenis penelitian yang Ada ubungan antar
penegtahuan tentang
digunakan dalam penelitian ini tingkat penegtahuan
tentang anemia Fajrian noor anemia adalah penelitian kuantitatif.
5 2021 Distribusi frekuensi tentang anemia dengan
dengan kejadian kusnadi dengan Dengan menggunakan metode
kejadian anemia pada
anemia pada remaja kejadian deskriptif analitik dan desain
cross sectional. remaja putri
putri anemia pada
remaja putri
Fasilotas Ada Pengaruh Enam
Pengaruh Enam Kesehatan, Pendekatan yang dilakukan Variable Terhadap
Variable Terhadap peran tenaga ada;lah pendekatan Perilaku Konsumsi
Amanda A,
6 Perilaku Konsumsi 2020 Kesehatan, kuantitatif dengan Distribusi frekuensi Tablet Fe Pada Remaja
Darmadja S
Tablet Fe Pada pemberdayaan menggunakan desain creoss Putri yaitu pengaruh
Remaja Putri UKS, Peer sectional langsung dan tidak
group, langsung
33

ppengetahuan,
self awareness
Ada hubungan antara
Pengetahuan,
Factor factor yang Pengetahuan,
pendapatan Jenis penelitian ini bersifay
berhubungan dengan Novy Ramini pendapatan orang tua,
7 2018 orang tua, survei analitik dengan Distribusi frekuensi
kejadian anemia harahap status gizi dan
status gizi dan pendekatan cross sectiopnal
pada remaja putri menstruasi dengan
menstruasi
kejadian anemia
Lama
Ada hubungan antara
menstruasi,
Lama menstruasi,
Panjang siklus
Pendekatan yang dilakukan Panjang siklus
Factor factor yang Abdul basith, menstruasi,
ada;lah pendekatan menstruasi, tingkat
berhubungan dengan rismia tingkat
8 2017 kuantitatif dengan Distribusi frekuensi Pendidikan orang tua,
kejadian anemia Agustina, noor Pendidikan
menggunakan desain creoss tingkat pendapatan
pada remaja putri diani orang tua,
sectional orang tua dengan
tingkat
kejadian anemia pada
pendapatan
remaja putri
orang tua
34

Pendapatan
keluarga,
pendidiokan Ada hubungan anatara
ibu, kebiasaan Pendapatan keluarga,
Analisis factor factor minum the, pendidiokan ibu,
yang berhubungan indeks masa enis penelitian ini bersifay kebiasaan minum the,
9 dengan kejadian Akma listiana 2011 tubuh survei analitik dengan Distribusi frekuensi indeks masa tubuh
anemia gizi besi pada pengetahuan, pendekatan cross sectiopnal pengetahuan, sikap
remaja putri sikap keadaan keadaan dengan
menstruasi, kejadian anemia gizi
asupan besi pada remaja putri
suplemen zat
besi
Status gizi, Tidak ada hubungan
Kejadian anrmia
Ida farida pola makan, Jenis penelitian ini bersifay antara Status gizi, pola
pada remaja putri di
10 handayani, ugi 2018 konsumsi fe survei analitik dengan Distribusi frekuensi makan, konsumsi fe dan
SMP Budi Mulia
sugiarsih dan pendekatan cross sectiopnal pengetahuan dengan
Kabupaten Karawang
pengetahuan kejadian anemia
35

2.2 Peran Tenaga Kesehatan


2.2.1 Definisi Peran Tenaga Kesehatan
Menurut Handayani 2013, petugas kesehatan ialah orang- orang
yang terampil dalam bidang kesehatan. Petugas kesehatan berperan
pada tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi,
peran petugas kesehatan antara lain:
1) Sebagai komunikator, petugas seharusnya memberikan informasi
secara jelas kepada pasien . pemberian informasi sangat diperlukan
karena komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor
kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, mereka berprilaku sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Delam penanganan anemia kehamilan, petugas harus
bersikap ramah, sopan pada setiap kunjungan.
2) Sebagai motivator, petugas harus menanyakan kepatuhan ibu
hamil, minum tablet besi sesuai dengan ketentuandan
ketersediaanya cukup.tablet zat besi harus diminum satu tablet
sehari 90 hari.
3) Sebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
4) Petugas sebagai konselor dengan membantu ibu hamil mencapai
perkembangan yang optimal dalam batas-batas potensi yang
dimiliki dan mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat
a. Pihak-Pihak yang Terkait Dengan Tenaga Kesehatan
Menurut Cecep (2014), pihak-pihak yang berhubungan
dengan setiap kegiatan pelayanan kesehatan baik itu di rumah
sakit, puskesmas, klinik, maupun praktek pribadi, antara lain:

1. Dokter

Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan


izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan
36

kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit


berdasarkan hukum dan pelayanan di bidang kesehatan. Pasal
1 ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran menjelaskan defenisi dokter adalah
suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani
masyarakat.

2. Bidan

Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional


maupun internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia.
Defenisi bidan menurut International Confederation of
Midwife (ICM) Tahun 1972 adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri tersebut, bidan harus
mampu memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang
dibutuhkan wanita selama hamil, persalinan, dan masa pasca
persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya
sendiri serta asuhan pada bayi lahir dan anak. Asuhan ini
termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal
pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta
melakukan tindakan pertolongan gawat-darurat pada saattidak
ada tenaga medis lain.
2.2.2 Indikator Peran Tenaga Kesehatan
Peranan petugas kesehatan sebagai edukator dinyatakan telah tepat.
Bentuk informasi mengenai pentingnya mengkonsumsi tablet Fe untuk
mencegah terjadinya kekurangan darah pada saat kehamilan. Dalam
memberi edukasi mengenai pentingnya konsumsi obat, hingga efek
37

samping yang timbul dari obat kepada pasien agar minum obat sesuai
arahan yang di berikan oleh petugas kesehatan.
Indikator peran Tenaga Kesehatan terhadap kejadian anemia
pada remaja adalah :
a. Dikatakan “ 0” jika tidak berperan
b. Dikatakan “1” jika berperan
Skala ukur variabel peran Tenaga Kesehatan dengan kejadian anemia
adalah skala nominal.
2.2.3 Cara Mengukur Peran Tenaga Kesehatan
Cara mengukur Peran Tenaga Kesehatan dengan anemia
adalah sebagai berikut : Menggunakan lembar checklist, dimana data
didapatkan dari kuesioner responden di SMA islam terpadu rafflesia
Kota Depok.

2.2.4 Sintesis Peran Tenaga Kesehatan


Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam pencegahan dan
penanganan anemia pada remaja. Informasi yang disampaikan oleh
tenaga kesehatan dapat membatu dalam mengatasi anemia pada remaja
sejak dini.
2.2.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis (dokter, dan dokter gigi)
tenaga keperawatan (perawat, dan bidan), tenaga kefarmasian
(apoteker, analisis farmasi dan asisten apoteker), tenaga kesehatan
masyarakat (epidemiologi kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien) tenaga
keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis dan terapiswicara), tenaga
38

keteknisian medis (radiografer, radioterapi, teknisi gizi, teknisi


elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rukmaini, dkk mengenai
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Anemia Pada
Remaja Putri di SMAN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2020
didapatkan bahwa pada peran tenaga kesehatan kurang dari 31 orang
remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan anemia kurang, yaitu
sebanyak 20 orang (64,5%), sedangkan pada peran tenaga kesehatan
baik dari 65 orang remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan anemia
baik sebanyak 42 orang (64,6%). Hasil uji statistik dengan Chi Square
diperoleh nilai p = 0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara peran tenaga kesehatan dengan pengetahuan anemia pada remaja
putri. Nilai OR 3,320, artinya remaja putri dengan peran tenaga
kesehatan yang baik mempunyai risiko 3,320 kali lebih besar memiliki
pengetahuan anemia yang baik dibandingkan dengan peran tenaga
kesehatan kurang.
2.3 Peran Orang Tua
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008) orang tua adalah
ayah, ibu kandung. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah
dan ibu yang merupakan hail dari sebuah perkawinan yang sah yang
membentuk sebuah
keluarga.
Dukungan dan motivasi orang tua didapatkan dengan terlebih dahulu
memberikan sosialisasi dan edukasi kepada orangtua. Kerjasama orang tua
dan sekolah dalam memotivasi siswi meningkatkan kepatuhan minum TTD
merupakan hal yang sangat penting. Sekolah sebagai perpanjangan tangan
sektor kesehatan dalam pendistribusian TTD harus menggandeng orang tua
siswi agar kepatuhan siswi meningkat. Hal ini pernah dilakukan di Uttar
39

Pradesh India, dimana sebelum siswa diberikan Tablet tambah darah, orang
tua diminta mengisi formulir kesediaan dan diberikan pengarahan oleh kepala
sekolah
a. Peran Orangtua dalam Pola Makan
Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok
orang untuk memilih makanan dan Pola makan yang sehat selalu
mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi
sesuai dengan kebutuhan (DepkesRI, 2014). Pola makan memiliki 3
komponen yaitu :
1. Jenis Makan
Jenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang
dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan
utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau
sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jangung, sagu, umbi-
umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2012).
2. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-hari baik kualitatif
dan kuanitatif, secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus,
lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan, jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, jadwal
makanpun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani,
2011). Frekuensi makan dalam sehari meliputi makan pagi,
makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes RI,
2014). Makan selingan tidak boleh berlebihan karena dapat
menyebabkan nafsu makan saat menyantap makanan utama
berkurang akibat kekenyangan makanan selingan (Sari, 2012).
3. Jumlah Makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap
orang, jumlah dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara
40

makan seorang individu atau sekelompok orang dengan


mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat, protein,
sayuran dan buah.
Adapun jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang harus
dikonsumsi sesuai dengan “ISI PIRINGKU” menurut program
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) yaitu :
a. Panduan yang menunjukan sajian makanan dan minuman pada
setiap kali makan (misalnya sarapan, makan siang, makan
malam).
b. Visual piring makananku ini menggambarkan anjuran makan
sehat dimanaseparuh (50%) dari total jumlah makanan setiap
kali makan adalah sayur dan buah dan separuh (50%) lagi
makanan pokok dan lauk pauk.
c. Piring makanku juga menganjurkan makan porsi sayuran
harus lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok
lebih banyak dari lauk pauk.
d. Berdasarkan isi piringku untuk makan pagi berisi 1 porsi nasi
(100 gram), 1 potong tahu/tempe sedang (30 gram), 1 potong
sayap ayam (30 gram), 1 porsi sayur (100 gram), dan 1 buah
pisang (50 gram). Selain itu juga menganjurkan pentingnya
minum setiap kali makan, bisa sebelum, ketika, atau setelah
dengan jumlah sesuai kebutuhan.
e. Makanan, minuman dan alat makan harus aman dan bersih,
maka sejalan dengan prinsip gizi seimbang, dalam visual
piring makanku juga dianjurkan untuk cuci tangan sebelum
dan sesudah makan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan membentuk gambaran kebiasaan makan seseorang,
secara umumfaktor yang mempengaruhi pola makan meliputi :
a) Faktor intrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri manusia
41

1. Faktor psikologis : perasaan bosan, kecewa, putus asa,


stress adalah ketidak seimbangan kejiwaan yang dapat
mempengaruhi pola makan, keadaan psikologis remaja
putri yang sehat dengan yang tidak sehat akan berdampak
pada nafsu makan (Abd. Kadir, 2016).
2. Faktor pengetahuan : remaja putri yang memiliki
pengetahuan tentang gizi mampu memenuhi kebutuhan
energi tubuhnya dengan perilaku makannya karena
pengetahuan gizi berperan penting dalam menentukan apa
yang akan kita konsumsi setiap harinya.
b) Faktor ekstrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari luar
diri manusia (Sulistyoningsih, 2012)
1. Ekonomi : remaja putri dengan ekonomi menengah keatas
mempunyai kebiasaan makan yang cenderung banyak,
dengan komsusi rata-rata melebihi angka kecukupannya,
sebaliknya remaja putri dengan ekonomimenengah
kebawah mempunyai kebiasaan makan yang memberikan
nilai gizi dibawah kecukupan jaumlah maupun mutunya.
2. Sosial budaya : kebudayaan masyarakat memiliki pola
makan dengan cara sendiri, budaya mempunyai bentuk
macam pola makan seperti dimakan, bagaimana
pengolahanya, persiapan dan penyajian
3. Faktor agama : pantangan yang didasari agama disebut
haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa.
Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan
bahan makanan yang akan di kosumsi
2.3.1 Indikator Peran Orang Tua
Indikator peran orang tua terhadap kejadian anemia pada
remaja adalah :
c. Dikatakan “ 0” jika tidak berperan
d. Dikatakan “1” jika berperan
42

Skala ukur variabel peran Tenaga Kesehatan dengan kejadian


anemia adalah skala nominal.

2.3.2 Cara Mengukur Peran Orang Tua


Cara mengukur Peran Tenaga Kesehatan dengan anemia
adalah sebagai berikut : Menggunakan lembar checklist, dimana
data didapatkan dari kuesioner responden di SMA islam terpadu
rafflesia Kota Depok.

2.3.3 Sintesis Peran Orang Tua


Orang tua sangat berperan dalam mencegah anemia, salah
satunya dari unsur gizi sebagai komponen pembentukan
hemoglobin. Pengetahuan orang tua mengenai zat gizi juga dapat
memberikan pengaruh positif dalam penaganan dan pecegahan
anemia
2.3.4 Teori dan Penelitian Sebelumnya
Pembentukan dan perkembangan pribadi dan perilaku. Peran
ayah dan ibu dalam parenting memiliki paling sedikit empat dimensi.
Pertama, orangtua menjadi teladan bagi anak baik melalui perkataan
maupun tindakannya. Kedua, orangtua memberikan disiplin pada
anak dan memberikan penjelasan mengapa mereka mendukung
tingkah laku tertentu dan tidak mendukung tingkah laku yang lain.
Ketiga, orangtua sebagai orang yang utama dalam memenuhi
kebutuhan kasih sayang anak. Keempat, orangtua bertindak sebagai
penghubung antara anak dengan masyarakat yang lebih luas, dengan
cara : membawa tuntutan dan harapan masyarakat ke dalam rumah
dan melaksanakannya pada anak; berdasar pada posisi ayah dan ibu
di masyarakat, mereka memberikan status tertentu pada anak yang
khususnya menjadi penting ketika anak mulai memahami dunia luar
dimana ia berpijak (Hambali, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rukmaini, dkk
mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Kabupaten tangerang tahun
43

2020 pada peran keluarga kurang dari 40 orang remaja putri,


mayoritas dengan pengetahuan anemia kurang, yaitu sebanyak 26
orang (65%), sedangkan pada peran keluarga baik dari 56 orang
remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan anemia baik sebanyak
39 orang (69,6%). Hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh
nilai p = 0,002 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
peran keluarga dengan pengetahuan anemia pada remaja putri. Nilai
OR 4,261, artinya remaja putri dengan peran keluarga yang baik
mempunyai risiko 4,261 kali lebih besar memiliki pengetahuan
anemia yang baikdibandingkan dengan peran keluarga kurang.
2.4 Sikap
2.4.1 Definisi Sikap
Dalam theory of planned behavior keterkaitan sikap perilaku
dibangun dari terkumpulnya keyakinan dari seseorang tentang sesuatu
perilaku (Ajzen, 1980). Ajzen (2005) menjelaskan bahwa sikap
terhadap perilaku dibentuk dari keyakinan yang didapatkan berkaitan
dengan konsekuensi dari suatu perilaku yang dilakukan atau dapat
dikatakan juga behavioral beliefs. Keyakinan berkaitan dengan nilai-
nilai subjektif individu kepada dunia sekitarnya, pemahaman terkait diri
dan juga lingkungannya.
2.4.2 Indikator sikap
Menurut Notoatmodjo 2017 (putri, 2022 ) sikap terdiri dari beberapa
tingkatan yakni :
1. Menerima ( receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stumulus yang diberikan ( objek ).
2. Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, lepas pekerjaan itu benar atau salah, bearti orang menerima
ide tersebut
44

3. Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap
tingkat-tingkat tiga
4. Bertanggung jawab (responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Indikator dari sikap yang digunakan peneliti adalah :
a. Dikatakan “1” jika kurang baik
b. Dikatakan “2” jika baik
Skala ukur variabel sikap adalah skala nominal.
2.4.3 Cara Mengukur Sikap
Cara mengukur sikap dengan cara wawancara menggunakan kuesioner
kepada klien secara langsung.
2.4.4 Sintesis Sikap
Perilaku yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan,
dan menimbulkan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang
diyakini, sikap merupakan faktor yang mempermudah terbentuknya
perilaku dalam upaya pencegahan anemia.
2.4.5 Teori dan Penelitian Sebelumnya
Remaja umumnya dapat terbentuk sikapnya melalui lingkup
paling dekat dengan remaja, contohnya dalam lingkup keluarga inti,
kemudian adanya perubahan sikap di masyarakat, sehingga remaja
dapat membentuk jati diri. Sikap dapat terjadi melalui kebiasaan
yang berulang secara menerus. Dalam hal ini, remaja putri dapat
menerima, memproses, dan memilih apa yang masuk dari luar,
memutuskan apa yang diterima dan apa yang tidak. Hal yang sudah
pernah dilakukan oleh remaja pada sebelumnya akan mudah
diterima untuk menjadikan sikap lebih baik. Remaja putri akan lebih
mudah menerima bila hal tersebut telah diketahui sebelumnya.
Remaja putri yang sudah mengetahui dampak pallor dan mengetahui
45

banyaknya kasus yang berawal dari weakness akan mulai


memikirkan pencegahan iron deficiency pada usia muda, misalnya
dengan mulai memperhatikan makanan dengan pemenuhan zat gizi
(Indriani et al., 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dani Yolanda
Wandasari mengenai Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonosalam 1 Tahun 2022 menyatakan bahwa Variabel sikap,
didapatkan bahwa yang paling mendominasi adalah sikap baik
dengan kejadian tidak anemia yaitu sebesar 32 responden (94,1%)
jumlah tersebut lebih besar dibandingakan dengan sikap kurang baik
yaitu sebanyak 31 responden. Sedangkan untuk sikp baik dengan
kejadian anemia sebanyak 2 responden dan 21 untuk sikap tidak baik
dengan kejadian anemia. Selanjutnya hasil p 0,000 (<0,05) artinya
ada hubungan antara sikap dengan kejadian anemia
46

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

3.1.1. Teori Modifikasi UNICEFF/WHO 1998 (peran tenaga


Kesehatan terhadap kejadian anemia)

Peran Tenaga
Kesehatan Kejadian Anemia

Gambar 3. 1 Konsep peran tenaga Kesehatan terhadap kejadian anemia

3.1.2. Teori Modifikasi UNICEF/WHO 1998 ( peran orang tua


terhadap kejadian anemia )

Peran orang tua Kejadian Anemia

Gambar 3. 2Konsep peran orang tua terhadap Konsep kejadian anemia

3.1.3. Teori Modifikasi UNICEF/WHO 1998 ( sikap remaja terhadap


kejadian anemia )

Sikap Remaja Kejadian Anemia

Gambar 3. 3 Konsep sikap remaja terhadap konsep kejadian anemia


47

Dalam penelitian ini kerangka teori yang diambil menggunakan


modifikasi teori UNICEFF/WHO (1998) yang menerangkan faktor-
faktor yang berhubungan terhadap kejadian anemia 3 faktor yang
diambil di antaranya peran tenaga Kesehatan, peran orang tua dan
sikap

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

Peran Tenaga
Kesehatan

Peran Orang tua Kejadian Anemia

Sikap Remaja

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

kerangka berfikir yang dibuat mengambarkan hubungan peran tenaga Kesehatan, peran
orang tua dan sikap dengan kejadian anemia

2.2 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis 1:Ada hubungan antara peran tenaga Kesehatan dengan kejadian


anemia
2. Hipotesis 2: Ada hubungan antara peran orang tua dengan kejadian anemia
3. Hipotesis 3: Ada hubungan antara sikap remaja dengan kejadian anemia
48

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis


penelitian survei dengan penelitian deskriptif dan analitik kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskrippsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Dengan menggunakan desain
penelitian crossectional. Dimana variable yang diteliti diukur dalam waktu
yang sama dengan melakukan pengukuran sesaat dan pengukuran dilakukan
terhadap status karkter atau subjek pada saat pemeriksaan ( untari, 2017).
4.2. Polulasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian
atau objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi perempuan kelas X-XI di SMA Islam Terpadu Rafflesia
Tahun 2023 Kota Depok. Jumlah Populasi yang diambil dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 181 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi.
Adapun kriteria inklusi antara lain:….
1. Siswi putri di SMA Islam Terpadu Rafflesia Kota Depok Jawa
Barat
2. Bersedia menjadi sampel dan mau bekerja sama
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Sedang dalam keadaan sehat dan tidak terganggu jiwanya
49

Sedangkan kriteria esklusi dari penelitian ini adalah:


1. Tidak bersedia menjadi responden
2. Sedang dalam keadaan sakit
3. Dalam keadaan menstruasi
4.2.3 Besar Sampel
Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil dari populasi
penelitian menggunakan rumus yang diusulkan oleh orang
Slovenia dengan tingkat kepercayaan 95% dengan nilai d = 5%,
berikut adalah metode berikut (S. Notoatmodjo, 2020):

N
n=
1 + N (d2 )

Keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Jumlah Sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)
N 181 181
n= 2
= 2
=
1 + N (d ) 1 + 181 (0,05 ) 1 + 181(0,0025)
181
=
1 + 0,4525
181
n=
1,4525
n = 124,6 = dibulatkan menjadi 125 responden.

4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel ini sangat penting karena apabila
salah dalam pengambilan teknik sampling maka hasilnya pun akan
jauh dari kebenaran (penyimpangan). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. (S. Notoatmodjo, 2020).
50

.
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang di pilih adalah di SMA Islam Terpadu
Raflesia Kota Depok. Sedangkan penelitian ini dilakukan selama bulan mei
sampai dengan bulan juni 2023 terhadap remaja putri di SMA Islam
Terpadu Raflesia – Depok jawa barat.
4.4. Tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan proses pengecekan isian
formulir koisioner, apakah jawaban yang ada di koesioner sudah
lengkap (semua data sudah lengkap), jelas ( jawaban pertanyaan apakah
ditulisnya cukup jelas terbaca), releven ( jawaban yang ditulis apakah
relevan dengan pertanyaan), konsisten ( apakah jawaban antara
beberapa pertanyaan yang terkait isi jawabannya konsisten).
2. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data. Coding yang digunakan dalam penelitian ini adalah bila hasil
jawaban responden negatif maka codingnya 1, sebaliknya bila hasil
jawaban responden positif maka codingnya 2.
3. Entry
Entry Data merupakan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis
yaitu dengan meng entry atau memasukan data dari kuisioner ke dalam
paket program komputer. Proses entry data pada penelitian ini yaitu
setelah data kuesioner diinput kedalam master tabel (Ms. Excel)
kemudian peneliti melakukan entry data ke program SPSS dan
dilakukan uji normlitas untuk menetukan apakah data berdistribusi
normal sehingga dapat menggunakan mean ataukan data tidak
berdistribusi normal sehingga perlu menggunakan median. Salah satu
51

cara uji normalitas yaitu uji kolmogorov smirnov yang merupakan uji
beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku
(0,05). Apabila nilai signifikansi pada kolom kolmogrov smirnov diatas
0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan artinya data
tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya apabila nilai signifikansi
dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji memiliki perbedaan yang
signifikan dengan data normal baku artinya diketahui data tersebut
berdistribusi tidak normal.
4. Tahap Cleaning
Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng entry
data ke komputer.
4.5. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil
penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (S. Notoatmodjo, 2020). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

F
P= x 100%
N

Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100% = Bilangan tetap (S. Notoatmodjo, 2019)
2. Analisis bivariat
Analisis dilakukan dengan dua variabel yang diduga berhubungan atau
korelasi. Analisis bivariat juga ditujukan untuk menguji hipotesis
penelitian (S. Notoatmodjo, 2020). Analisis bivariat juga ditujukan untuk
52

menguji hipotesis penelitian. Jenis analisis bivariat menggunakan uji Uji


statistik Chi Square. Uji Chi Square termasuk kedalam statistik non-
parametrik. Adapun rumus uji Chi Square adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2019):
(O − E)²
X2 = ∑
E
Keterangan :
X2 : Chi Square
O : Frekuensi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan
Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan
nilai p (p value) dengan nilai α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95%
dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai  < α berarti ada Hubungan Peran Tenaga Kesehatan, Peran
Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023
2) Jika nilai  ≥ berarti tidak ada Hubungan Peran Tenaga Kesehatan,
Peran Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023
3) Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak
digunakan. Ada beberapa syarat di mana chi-square dapat digunakan
yaitu (Heriana, 2020):
4) Jenis data yang digunakan dalam uji che square harus berbentuk data
frekuensi berkala nominal atau ordinal atau dapat juga salah satu
data berskala nominal atau ordinal.
5) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga
Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).
6) Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell
saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected
count ("Fh") kurang dari 5. Apabila tidak memenuhi syarat yaitu ada
53

cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus


diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”.
7) Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari
20%. Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan test
kolmogorv smirnov.
54

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Hasil Analisis Univariat


1. Gambaran Intensitas Anemia Berdasarkan Frekuensi (f) dan
Presentasi (%).

Tabel 5. 1.Gambaran Anemia Berdasarkan Frekuensi (f) dan


Prosentasi (%)

Anemia Frekuensi Persentase


Anemia 80 64,0
Tidak Anemia 45 36,0
Jumlah 125 100,0

Dari tabel 5.1. menunjukan bahwa distribusi responden


menurut anemia yaitu responden yang mengalami anemia sebanyak
80 responden (64,0%) dan yang tidak anemia sebanyak 45
responden (36,0%.)

2. Gambaran Peran Tenaga Kesehatan berdasarkan frekuensi (f)


dan prosentasi (%).

Tabel 5. 2 Gambaran Peran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Frekuensi


(f) dan Prosentasi (%)

Peran Tenaga Frekuensi Persentase


Kesehatan
Tidak Berperan 90 72,8
Berperan 35 28,0
Jumlah 125 100,0

Dari tabel 5.2. menunjukan bahwa distribusi responden


menurut Peran Tenaga Kesehatan yaitu responden yang tidak
berperan sebanyak 90 responden (72,8%) dan yang berperan
sebanyak 35 responden (28,0%.)
55

3. Gambaran Peran Orang Tua berdasarkan frekuensi (f) dan


prosentasi (%).

Tabel 5. 3 Gambaran Peran Orang Tua Berdasarkan Frekuensi (f) dan


Prosentasi (%)

Peran Orang Tua Frekuensi Persentase


Tidak Berperan 90 72,8
Berperan 35 28,0
Jumlah 125 100,0

Dari tabel 5.3. menunjukan bahwa distribusi responden


menurut Peran Orang Tua yaitu responden yang tidak berperan
sebanyak 90 responden (72,8%) dan yang berperan sebanyak 35
responden (28,0%.)

4. Gambaran Sikap Frekuensi (f) dan Prosentasi (%).


Tabel 5. 4 Gambaran Sikap Berdasarkan Frekuensi (f) dan Prosentasi (%)

Sikap Frekuensi Persentase


Kurang Baik 102 81,6
Baik 23 18,4
Jumlah 125 100,0

Dari tabel 5.3. menunjukan bahwa distribusi responden


menurut Sikap yaitu responden yang bersikap kurang baik sebanyak
102 responden (81,6%) dan yang baik sebanyak 23 responden
(18,4%.)

5.1.2. Hasil Analisis Bivariat


1. Hubungan Antara Peran Tenaga Kesehatan dengan Anemia

Tabel 5. 5 Hubungan Antara Peran Tenaga Kesehatan dengan Anemia


56

Variabel Anemia OR
Peran Total Confident p-
Tenaga Anemia Tidak Anemia Interval value
Kesehatan f % f % f %
Tidak
Berperan 68 75,6 22 24,4 90 100,0 5,925 0,000
Berperan 12 34,3 23 65,7 35 100,0
Jumlah 80 64,0 45 36,0 125 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dari hasil analisis hubungan peran


tenaga kesehatan dengan anemia menunjukan bahwa proporsi
responden yang mengalami anemia dengan tenaga Kesehatan tidak
berperan yaitu 68 orang (75,6%) dan responden yang mengalami
anemia dengan tenaga kesehatan berperan 12 orang (34,3%) ,
sedangkan responden yang tidak mengalami anemia dengan peran
tenaga kesehatan tidak berperan yaitu 22 orang (24,4%) dan
responden yang tidak mengalami anemia dengan tenaga Kesehatan
berperan yaitu 23 orang (65,7%) Dari hasil uji statistic dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai p= 0,000 ,p < α (0,05),
artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara peran tenaga Kesehatan dengan anemia.
Nilai OR menunjukkan bahwa responden peran tenaga
Kesehatan yang tidak berperan berpeluang 5,9 kali mengalami
anemia dibandingkan responden yang tenaga Kesehatan berperan
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran tenaga
Kesehatan dengan anemia.

5. Hubungan Antara Peran Orang Tua dengan Anemia


Tabel 5. 6 Hubungan Antara peran orang tua dengan anemia
57

Variabel Anemia OR
Total Confident p-
Peran
Anemia Tidak Anemia Interval value
Orang Tua
f % f % f %
Tidak
Berperan 68 75,6 22 24,4 90 100,0 5,924
Berperan 12 34,3 23 65,7 35 100,0 0,000
Jumlah 80 64,0 45 36,0 125 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 dari hasil analisis hubungan peran


orang tua dengan anemia menunjukan bahwa proporsi responden
yang mengalami anemia dengan peran orang tua tidak berperan yaitu
68 orang (75,6%) dan responden yang mengalami anemia dengan
peran orang tua berperan 12 orang (34,3%) , sedangkan responden
yang tidak mengalami anemia dengan peran orang tua tidak berperan
yaitu 22 orang (24,4%) dan responden yang tidak mengalami anemia
dengan peran tua berperan yaitu 23 orang (65,7%) Dari hasil uji
statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p= 0,000 ,p
< α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat
hubungan antara peran orang tua dengan anemia.
Nilai OR menunjukkan bahwa responden peran tenaga
Kesehatan yang tidak berperan berpeluang 5,9 kali mengalami
anemia dibandingkan responden yang tenaga Kesehatan berperan
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran tenaga
Kesehatan dengan anemia.

6. Hubungan Antara Sikap dengan Anemia


Tabel 5. 7 Hubungan Antara Variabel sikap dengan anemia

Variabel Dependen (Y) OR


Total Confident p-
Sikap Anemia Tidak Anemia Interval value
F % f % f %
Kurang Baik 73 71,6 29 28,4 102 100,0 5,754 0,001
Baik 7 30,4 16 69,6 23 100,0
Jumlah 80 64,0 45 36,0 125 100,0
58

Berdasarkan tabel 5.7 dari hasil analisis hubungan sikap


dengan anemia menunjukan bahwa proporsi responden yang
mengalami anemia dengan sikap kurang baik yaitu 73 orang (71,6%)
dan responden yang mengalami anemia dengan sikap yang baik
yaitu 7 orang (30,4%) , sedangkan responden yang tidak mengalami
anemia dengan sikap yang kurang baik yaitu 29 orang (28,4%) dan
responden yang tidak mengalami anemia dengan sikap yang baik
yaitu 16 orang (69,6%) Dari hasil uji statistic dengan menggunakan
chi square diperoleh nilai p= 0,001 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak,
maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sikap dengan
anemia.
Nilai OR menunjukkan bahwa responden sikap yang kurang
baik berpeluang 5,7 kali mengalami anemia dibandingkan
responden yang sikap nya baik maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan anemia.

5.1.3. Pembahasan Penelitian


1. Hubungan antara Peran tenaga Kesehatan dengan anemia
a. Hasil Penelitian
Hasil analisis hubungan peran tenaga Kesehatan dengan
anemia menunjukan bahwa proporsi responden yang
mengalami anemia dengan peran tenaga Kesehatan berperan
yaitu 12 orang (34,3%) dan responden yang mengalami
anemia dengan tenaga Kesehatan tidak berperan 68 orang
(75,6%) , sedangkan responden yang tidak mengalami anemia
dengan peran tenaga Kesehatan berperan yaitu 23 orang
(65,7%) dan responden yang tidak mengalami anemia peran
tenaga Kesehatan tidak berperan yaitu 22 orang (24,4%) Dari
hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh
nilai p= 0,000 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat
59

disimpulkan terdapat hubungan antara peran tenaga Kesehatan


dengan anemia.

b. Hasil Penelitian Sebelumnya


Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan
Prawirohardjo (2016) yang menyatakan bahwa Bidan
mempunyai peranan penting dalam hal penanggulangan dini
masalah kesehatan di lingkup daerahnya. Bidan adalah salah
satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktik bidan. Bidan dalam menjalankan
profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana,
pengelola, pendidik dan peneliti. Oleh karena itu peran penting
bidan dalam hal penanggulangan anemia pada remaja putri
sangatlah dibutuhkan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nuradhiani
A, 2017 tentang dukungan tenaga kesehatan meningkatkan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di
Kota Bogor, menunjukkan bahwa pada responden dengan
sosialisasi dan kepedulian tenaga kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan sehingga membuat remaja putri
tinggi tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi tablet Fe
berakhir baik. Hal ini menggambarkan bahwa kepedulian dan
juga sosialisasi dari tenaga kesehatan sangat mempunyai andil
dalam membentuk kepatuhan siswi.
60

c. Teori Terkait
Bidan atau tenaga kesehatan mempunyai peranan
penting dalam hal penanggulangan dini masalah kesehatan di
lingkup daerahnya. Bidan adalah salah satu petugas kesehatan
yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan dalam
menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu
pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. Oleh karena itu
peran penting bidan dalam hal penanggulangan anemia pada
remaja putri sangatlah dibutuhkan. Selain dari peran bidan atau
tenaga kesehatan, peran gurupun sangat dibutuhkan oleh remaja
putri dalam memberikan pengetahuan akan pentingnya
mengkonsumsi tablet Fe guna mencegah anemia pada remaja
putri. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan
konsumsi TTD remaja putri dalam pelaksanaannya memerlukan
bantuan dari pihak luar, seperti guru. (Nuradhiani, 2017)

d. Asumsi/Kesimpulan Peneliti
Menurut peneliti adanya hubungan antara peran tenaga
kesehatan dengan anemia pada remaja putri Di SMA Islam
Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023 dikarenakan memang
peran serta tenaga kesehatan dalam hal kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan terlebih dalam hal peningkatan pengetahuan,
dikarenakan pengetahuan merupakan faktor dominan dalam
pembentukan perilaku kesehatan, semakin baik pengetahuan
maka akan semakin baik perilaku kesehatan orang itu, hal ini
tidak terlepas dari perilaku para remaja putri dalam
pemeliharaan kesehatan.

2. Hubungan peran orang tua dengan anemia


a. Hasil Penelitian
61

Hasil analisis hubungan peran orang tua dengan anemia


menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami anemia
dengan peran orang tua yang berperan yaitu 12 orang (34,3%) dan
responden yang mengalami anemia dengan peran orang tua tidak
berperan 68 orang (75,6%) , sedangkan responden yang tidak
mengalami anemia dengan peran orang tua berperan yaitu 23
orang (65,7%) dan responden yang tidak mengalami anemia
peran orang tua tidak berperan yaitu 22 orang (24,4%) Dari hasil
uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=
0,000 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara peran orang tua dengan anemia.

b. Hasil Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rukmaini, dkk
mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Kabupaten
tangerang tahun 2020 pada peran keluarga kurang dari 40 orang
remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan anemia kurang,
yaitu sebanyak 26 orang (65%), sedangkan pada peran keluarga
baik dari 56 orang remaja putri, mayoritas dengan pengetahuan
anemia baik sebanyak 39 orang (69,6%). Hasil uji statistik
dengan Chi Square diperoleh nilai p = 0,002 artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan
pengetahuan anemia pada remaja putri. Nilai OR 4,261,
artinya remaja putri dengan peran keluarga yang baik
mempunyai risiko 4,261 kali lebih besar memiliki pengetahuan
anemia yang baikdibandingkan dengan peran keluarga kurang.

c. Teori Terkait
Pembentukan dan perkembangan pribadi dan perilaku.
Peran ayah dan ibu dalam parenting memiliki paling sedikit
62

empat dimensi. Pertama, orangtua menjadi teladan bagi anak


baik melalui perkataan maupun tindakannya. Kedua, orangtua
memberikan disiplin pada anak dan memberikan penjelasan
mengapa mereka mendukung tingkah laku tertentu dan tidak
mendukung tingkah laku yang lain. Ketiga, orangtua sebagai
orang yang utama dalam memenuhi kebutuhan kasih sayang
anak. Keempat, orangtua bertindak sebagai penghubung antara
anak dengan masyarakat yang lebih luas, dengan cara :
membawa tuntutan dan harapan masyarakat ke dalam rumah dan
melaksanakannya pada anak; berdasar pada posisi ayah dan ibu
di masyarakat, mereka memberikan status tertentu pada anak
yang khususnya menjadi penting ketika anak mulai memahami
dunia luar dimana ia berpijak (Hambali, 2014).

d. Asumsi/Kesimpulan Peneliti
Peranan orang tua sangat penting dalam meningkatkan
kepatuhan siswi mengonsumsi Tablet Tambah Darah yang
dianjurkan WHO dan Kemenkes RI untuk mencegah dan
menanggulangi anemia pada remaja putri. Namun hasil
penelitian ini menemukan masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan sikap orang tua tentang anemia pada remaja putri. Hal ini
berdampak pada kurang optimalnya peran orang tua dalam
meningkatkan kepatuhan siswi mengonsumsi zat besi-folat.

3. Hubungan Antara Sikap dengan anemia

a. Hasil Penelitian
Hasil analisis hubungan sikap dengan anemia menunjukan
bahwa proporsi responden yang mengalami anemia dengan
sikap kurang baik yaitu 73 orang (71,6%) dan responden yang
mengalami anemia dengan sikap yang baik 7 orang (30,4%) ,
sedangkan responden yang tidak mengalami anemia dengan
63

sikap kurang baik yaitu 29 orang (28,4%) dan responden yang


tidak mengalami anemia dengan sikap baik yaitu 16 orang
(69,6%) Dari hasil uji statistic dengan menggunakan chi square
diperoleh nilai p= 0,000 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan antara peran orang tua
dengan anemia.

b. Hasil Penelitian Sebelumnya


Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian
Nugraheni pada tahun 2017 yang menyatakan adanya hubungan
pengetahuan dan perilaku pencegahan anemia (p-value =
0,006). Sejalan dengan penelitian ini, penelitian dari Rantika
juga menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara pengetahuan
mengenai anemia dengan tindakan untuk mencegah anemia zat
besi (p-value = 0,000).
Sikap remaja putri dalam mencegah anemia dipengaruhi
oleh pengalaman yang terjadi pada individu itu sendiri maupun
orang lain, keadaan lingkungan sekitar, media massa, budaya,
institusi pendidikan atau keagamaan, serta emosional.

c. Teori Terkait
Sikap yang mendukung terhadap pencegahan anemia gizi
besi akan mempengaruhi seseorang untuk mencegah dan
menanggulangi anemia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap manusia menurut Azwar (2011) adalah
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, dan media masa. Sikap dapat menimbulkan pola
berpikir tertentu dalam masyarakat dan pola berfikir yang
demikian akan berpengaruh pada tindakan dan perilaku
masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
hal pengambilan keputusan (Maulana, 2009).
64

d. Asumsi/Kesimpulan Peneliti
Menurut peneliti adanya hubungan antara sikap dengan
anemia pada remaja putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota
Depok Tahun 2023 dikarenakan memang sikap merupakan
faktor dominan dalam pembentukan perilaku kesehatan,
semakin baik sikap responden maka akan semakin baik perilaku
kesehatan orang itu, hal ini tidak terlepas dari perilaku para
remaja putri dalam pemeliharaan kesehatan.
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Hubungan Peran Tenaga
Kesehatan, Peran Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok Tahun 2023,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Disteribusi frekuensi yang anemia sebanyak 80 orang (64,0%) dan
yang tidak anemia sebanyak 45 orang (36,0%).
2. Distribusi frekuensi peran tenaga kesehatan yang berperan sebanyak
35 orang (28,0%) dan yang tidak berperan sebanyak 90 orang
(72,8%).
3. Distribusi frekuensi peran orang tua yang berperan sebanyak 35
orang (28,0%) dan yang tidak berperan sebanyak 90 orang (72,8%).
4. Distribusi frekuensi sikap baik sebanyak 23 orang (18,4%) dan yang
kurang baik sebanyak 102 orang (81,6%).
5. Dari hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh
nilai p= 0,000 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara peran tenaga Kesehatan
dengan anemia.
6. Dari hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh
nilai p= 0,000 ,p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara peran orang tua dengan
anemia.
7. Dari hasil uji dengan menggunakan chi squere diperoleh nilai p=
0,001 p < α (0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara sikap denga anemia.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

65
6.2.1. Bagi SMA Islam Terpadu Raflesia Kota Depok agar dapat
memperhatikan siswa dan siswi nya dan mengedukasi lebih
sering untuk pentingnya minum obat tablet Fe agar terhindar dari
anemia
6.2.2. Bagi para remaja diharapkan dapat lebih patuh untuk meminum
tablet penambah darah agar terhindar dari anemia
6.2.3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
lebih mendalam mengenai Hubungan Peran Tenaga Kesehatan,
Peran Orang Tua Dan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, Stoltzfus RJ, Dreyfuss ML. Prevention of Iron


Deficiency Anaemia in Adolescents Role of Weekly Iron Acid
Supplementation. Pediatrics [Internet]. 2013;138(1):46. Available from:
http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/guidelines_for_Ir
on_supplement ation.pdf
Melwani V, Dubey M, Khan A, Toppo M, Choudhary Y, Priya A. A study to
assess
the prevalence of anaemia amongst adolescent girls residing in selected
slum of Bhopal city. Int J Community Med Public Heal [Internet].
2018;5(3):1096–9. Available from: http://www.ijcmph.com Deshmukh
PR, Garg BS, Bharambe MS. Effectiveness of Weekly Supplementation
of Iron to Control Anaemia Among Adolescent Girls of Nashik ,
Maharashtra , India. J Heal Popul Nutr. 2008;26(1):74–8.
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta; 2019.
Roche M. Adolescent girls’ nutrition and prevention of anaemia: a school based
multisectoral collaboration in Indonesia. BMC Public Health.
2018;363:k4531:1–6.
Permatasari T, Briawan D, Madanijah S. E fektivitas Program Suplementasi Zat
Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor Effectiveness of Iron
Supplementation Programme in Adolescent girl at Bogor City. Media
Kesehat Masy Indones. 2018;14(1):1–8.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan:Kesehatan Remaja
2017. 2017.
Muro GS, Gross U, Gross R, Wahyuniar L. Increase in compliance with weekly
iron supplementation of adolescent girls by an accompanying
communication programme in secondary schools in Dar-es-Salaam,
Tanzania. Food Nutr Bull. 1999;
Contento IR. Nutrition Education.Linking Research, Theory and Practice. second
edi. United State: Jones and Bartlett Publisher;
Dwiriani CM, Rimbawan, Hardinsyah, Riyadi H, Martianto D. Pengaruh
Pemberian Zat Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi terhadap
Pengetahuan Gizi, Pemenuhan Zat Gizi dan Status Besi Remaja Putri. J
Gizi dan Pangan,. 2011;6(3):171–7.
Kheirouri S, Alizadeh M. Process evaluation of a national school-based iron
supplementation program for adolescent girls in Iran. BMC Public Health.
2014;
Tenri Y. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Gizi dan Faktor lain Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMA di
Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012. University of Indonesia; 2012.
Briawan D, Sulaeman A, Syamsir E, Herawati D, Center-lppm-ipb S, Masyarakat-
fema-ipb DG, et al. Efikasi Fortifikasi Cookies Ubi Jalar untuk Perbaikan
Status Anemia Siswi Sekolah Efficacy of Fortified Sweet Potato Cookies
for Improving Anemia Status in Female Students. 2013;45(4):206–12.
Lampiran
SPSS

Frequency Table

Anemia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Anemia 80 64.0 64.0 64.0

Valid Tidak Anemia 45 36.0 36.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Peran Tenaga Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Berperan 90 72.0 72.0 72.0

Valid Berperan 35 28.0 28.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Peran Orang Tua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Berperan 90 72.0 72.0 72.0

Valid Berperan 35 28.0 28.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang Baik 102 81.6 81.6 81.6

Valid Baik 23 18.4 18.4 100.0

Total 125 100.0 100.0


Peran Tenaga Kesehatan * Anemia

Crosstab

Anemia Total

Anemia Tidak Anemia

Count 68 22 90
Tidak
Expected Count 57.6 32.4 90.0
Berperan
Peran Tenaga % within Peran Tenaga Kesehatan 75.6% 24.4% 100.0%
Kesehatan Count 12 23 35

Berperan Expected Count 22.4 12.6 35.0

% within Peran Tenaga Kesehatan 34.3% 65.7% 100.0%


Count 80 45 125
Total Expected Count 80.0 45.0 125.0

% within Peran Tenaga Kesehatan 64.0% 36.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 18.629a 1 .000


Continuity Correctionb 16.881 1 .000
Likelihood Ratio 18.244 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.480 1 .000
N of Valid Cases 125

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Peran Tenaga Kesehatan (Tidak 5.924 2.538 13.826
Berperan / Berperan)
For cohort Anemia = Anemia 2.204 1.373 3.538
For cohort Anemia = Tidak Anemia .372 .241 .575
N of Valid Cases 125

Peran Orang Tua * Anemia

Crosstab

Anemia Total

Anemia Tidak Anemia

Count 68 22 90

Tidak Berperan Expected Count 57.6 32.4 90.0

% within Peran Orang Tua 75.6% 24.4% 100.0%


Peran Orang Tua
Count 12 23 35

Berperan Expected Count 22.4 12.6 35.0

% within Peran Orang Tua 34.3% 65.7% 100.0%


Count 80 45 125

Total Expected Count 80.0 45.0 125.0

% within Peran Orang Tua 64.0% 36.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 18.629a 1 .000


Continuity Correctionb 16.881 1 .000
Likelihood Ratio 18.244 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.480 1 .000
N of Valid Cases 125
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,60.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Peran Orang Tua (Tidak Berperan / 5.924 2.538 13.826
Berperan)
For cohort Anemia = Anemia 2.204 1.373 3.538
For cohort Anemia = Tidak Anemia .372 .241 .575
N of Valid Cases 125

Sikap * Anemia
Crosstab

Anemia Total

Anemia Tidak Anemia

Count 73 29 102

Kurang Baik Expected Count 65.3 36.7 102.0

% within Sikap 71.6% 28.4% 100.0%


Sikap
Count 7 16 23

Baik Expected Count 14.7 8.3 23.0

% within Sikap 30.4% 69.6% 100.0%


Count 80 45 125

Total Expected Count 80.0 45.0 125.0

% within Sikap 64.0% 36.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.783a 1 .000


Continuity Correctionb 12.055 1 .001
Likelihood Ratio 13.303 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.672 1 .000
N of Valid Cases 125
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap (Kurang Baik / Baik) 5.754 2.145 15.437
For cohort Anemia = Anemia 2.352 1.253 4.415
For cohort Anemia = Tidak Anemia .409 .271 .616
N of Valid Cases 125

Anda mungkin juga menyukai