Anda di halaman 1dari 88

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN DIET

DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS

DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

NABELA NOVA IRIANTY

21.01.033

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2023
PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN DIET

DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS

DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

NABELA NOVA IRIANTY

21.01.033

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2023
iii
v
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nabela Nova Irianty

NIM : 21.01.033

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal ini adalah hasil pemikiran saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran

yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebautkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagai

atau keseluruhan proposal ini merupakan hasil karya orang lain maka saya

bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa

gelar keserjanaan yang telah diperoleh dapat di tinjau kembali.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, Januari 2023

Yang membuat pernyataan

(Nabela Nova Irianty)

vi
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan

Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar”. Penyusunan proposal penelitian ini suatu syarat

untuk memeproleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Program Studi S1

Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar.

Dalam melakukan penyusunan proposal penelitian ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua Almarhum H. Ambo Tang dan Hj. Maryam dan juga kepada:

1. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM., M.Kep., selaku Plh. Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes., M.EDM., M. Biomed., selaku Ketua

STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan izin dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

3. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar yang telah memeberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penyusunan proposal penelitian ini.


4. Bapak Ns. I Kade Wijaya, S.Kep.,M. Kep selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta saran yang membangun dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

5. Bapak Ns. Hidayati Ismail, S.Kep., M.Kes selaku Pembimbing II yang juga

telah memberikan bimbingan, arahan serta saran yang membangun dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar yang

telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

7. Kepada saudara saya Natasha Novianty & Namera Shopianty tercinta serta

seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, dukungan serta doanya

kepada penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

8. Kepada teman-teman S1 Keperawatan Alih Jenjang (Konversi 21) atas segala

bantuan, dukungan dan kebersamaan selama kurang lebih 1,5 tahun ini dalam

menuntut ilmu di STIKES Panakkukang Makassar.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu

masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan

sangat membantu. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Januari 2023

Nabela Nova Irianty

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN..................................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Tinjauan Pustaka Tentang Diabetes Mellitus (DM)....................................7
B. Tinjauan Pustaka Tentang Dukungan Keluarga........................................21
C. Tinjauan Pustaka Tentang Kualitas Hidup.................................................29
D. Tinjauan Pustaka Tentang Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus...................34
E. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Diet dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Mellitus........................................................................38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...40
A. Kerangka konseptual..................................................................................40
B. Hipotesis penelitian....................................................................................41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..........................................................42
A. Jenis dan Desain Penelitian........................................................................42
B. Populasi, Sampel dan Sampling.................................................................42
C. Variabel Penelitian.....................................................................................44
D. Definisi Operasional...................................................................................46
E. Tempat Penelitian.......................................................................................48
F. Waktu Penelitian........................................................................................48
G. Instrumen Penelitian...................................................................................48
H. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................51
I. Tehnik Analisa Data...................................................................................52
J. Etika Penelitian..........................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................xi
LAMPIRAN.........................................................................................................xii

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan


Diet Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus.........................................40

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Definisi Operasional.............................................................................46

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang tidak

menular kronis yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi,

ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat berkurangnya massa dan atau

fungsi dari sel beta pankreas. Menurut World Health Organization (WHO)

tahun 2019, diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah yang terjadi akibat tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.

Tipe diabetes mellitus yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1

umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan disebabkan karena tidak

adanya produksi insulin sama sekali. Sedangkan DM tipe 2 yaitu diabetes

yang didapat setelah dewasa yang disebabkan karena tidak cukup dan tidak

efektifnya kerja insulin (P2PTM Kemenkes RI, 2018). Menurut International

Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, terdapat 537 juta orang di dunia usia

20-79 tahun mengalami diabetes melitus per tahun 2021. Angka ini

diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta orang pada tahun 2030 dan

783 juta orang pada tahun 2045. Indonesia menempati peringkat ke-5 dari 8

negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, yakni sekitar 90

juta penderita per tahun 2021 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 113

juta penderita pada tahun 2030 dan 151 juta penderita pada tahun 2045.

1
2

RISKESDAS (2018) data prevalensi DM untuk semua umur di

Sulawesi Selatan terdapat 50.127 kasus. Dan dari data rekam medis di Rumah

Sakit bulan Juli – September 2022 terdapat 380 kasus (Laporan Rekam Medis

Rumah Sakit Labuang Baji, 2022).

Dampak dari diabetes mellitus sangat berbahaya karena dapat

menimbulkan komplikasi. Komplikasi terjadi pada semua organ tubuh

dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung coroner dan 30%

akibat gagal jantung. Selain kematian, diabetes juga menyebabkan kecacatan,

sebanyak 30% pasien diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat

komplikasi retinopati dan 10% menjalani amputasi kaki (Nasution & Kurniati

Zendrato, n.d. 2021).

Penyakit diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, namun dengan

pengendalian melalui pengelolaan diet diabetes mellitus dapat mencegah

terjadinya komplikasi (Pardede, 2015 dalam Oktavia, 2022). Kendala utama

dalam penanganan diet diabetes mellitus adalah kejenuhan pasien dalam

mengikuti diet. Kunci utama diet adalah 3J yaitu: jumlah kalori, jenis

makanan dan jadwal makan, harus dipertimbangkan kegemaran pasien

diabetes mellitus terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan

yang biasa diikuti dan latar belakang etnik serta budayanya (Oktavia, 2022).

Penelitian tingkat kepatuhan terhadap pengelolaan diabetes mellitus didapati

75% tidak mengikuti diet yang di anjurkan. Ketidakpatuhan ini selalu menjadi

hambatan untuk tercapainya usaha pengendalian diabetes mellitus sehingga

pasien perlu pemeriksaan atau pengobatan (DCCT, 2008 dalam Chaidir,


3

2018). Oleh karena itu tujuan pengobatan pada diabetes melitus adalah

mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Salah satu caranya dengan pengaturan diet (Krisnatuti, Yunrina, & Rasjmida,

2014 dalam Chaidir, 2018). Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya DM

adalah pola makan yang tidak sehat dimana mereka cenderung terus-menerus

mengkonsumsi karbohidrat dan makanan sumber glukosa secara berlebihan,

sehingga dapat menaikkan kadar glukosa darah dan perlu adanya pengaturan

diet DM dalam mengkonsumsi makanan dan diterapkan dalam kebiasaan

makan sehari-hari sesuai kebutuhan tubuh. Penatalaksanaan DM terdiri dari 4

pilar yang salah satunya adalah terapi nutrisi medis (diet) (Komala, 2016

dalam Nurhaliza et al., n.d. 2021).

Salah satu sasaran terapi pada diabetes mellitus adalah peningkatan

kualitas hidup. Kualitas hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi

para professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan suatu

tindakan/intervensi atau terapi. Penyakit diabetes mellitus ini akan menyertai

seumur hidup penderita sebagai seumur hidup penderita sehingga sangat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika tidak ditangani dengan baik

dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung,

pembuluh darah, dan saraf yang akan membahayakan jiwa dan

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup yang rendah dapat

memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian.

Kualitas hidup merupakan persepsi atau pandangan seseorang

terhadap posisi hidupnya dalam konteks sistem nilai dan budaya dimana
4

mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan, standart dan fokus

hidupnya yang mencakup masalah kesehatan fisik, status psikologi, tingkat

kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada (WHO,

2012 dalam Yacob, 2018 dalam Suwanti et al., 2021). Kualitas hidup pasien

diabetes mellitus yang di maksud yaitu pasien yang bisa menerima

penyakitnya, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, pengelolaan

stress yang benar dan harus kooperatif dalam penatalaksanaan diabetes

mellitus. Menurut (Yusra, 2010 dalam Angraini et al., n.d. 2021) adapun

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien DM yaitu usia, jenis

kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, lama menderita penyakit, komplikasi,

pekerjaan dan dukungan keluarga. Dampak positif dari dukungan keluarga

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus yaitu dapat

mengontrol apa yang dianjurkan tenaga Kesehatan dalam menjalankan diet,

saling memngingatkan, serta saling memotivasi antar anggota keluarga untuk

mempertahankan atau memperbaiki kualitas hidupnya.

Dukungan keluarga terhadap penderita DM merupakan bantuan yang

berupa perhatian emosi, bantuan instrumental, maupun penilaian yang

diberikan oleh sekelompok anggota keluarga. Dari penelitian (Nuryatno,

2019) dukungan keluarga diartikan suatu sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dalam hal ini

penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010 dalam


5

Suwanti et al., 2021). Dukungan keluarga juga dapat menjadi faktor yang

memberikan dampak positif terhadap kepatuhan penatalaksanaan diet pada

pasien DM.

Berdasarkan data-data diatas peneliti tertarik ingin meneliti

“Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar”.

B. Rumusan Masalah
Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular kronik yang bisa

membuat kualitas hidup tidak stabil. Kualitas hidup dapat dipengaruhi dengan

kurangnya dukungan keluarga yang memberi motivasi untuk kepatuhan

penatalaksanaan DM yaitu diet, maka peneliti dapat merumuskan masalah

penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan

kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan

diet dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui dukungan keluarga pasien diabetes mellitus di

Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.


6

b. Untuk mengetahui kepatuhan diet pasien diabetes mellitus di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

c. Untuk mengetahui kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar.

e. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Manfaat untuk peneliti

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan ilmu keperawatan.

b. Manfaat untuk mahasiswa

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang ingin

meneliti sebagai tugas akhir.

c. Manfaat bagi Pustaka

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan bacaan bagi

pustakawan yang berkunjung ke perpustakaan untuk menambah

pengetahuan.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat untuk layanan kesehatan


7

Penelitian ini dapat sebagai sumber informasi dan dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan layanan kesehatan di

Rumah Sakit terutama dukungan keluarga dan kepatuhan diet

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

b. Manfaat untuk tenaga perawat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmu

keperawatan terutama kepada pasien diabetes mellitus tentang

kualitas hidup.

c. Manfaat untuk pasien diabetes mellitus

Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus dengan dukungan keluarga dan kepatuhan diet.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Diabetes Mellitus (DM)

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan tubuh tidak

dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat sehingga

kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi (Suryanti, 2021).

Menurut Castika & Melati (2019) diabetes mellitus (DM) juga

merupakan suatu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit

metabolik, dimana karakteristik utamanya yaitu tingginya kadar glukosa

dalam darah.

Menurut Kemenkes RI (2019), diabetes mellitus adalah penyakit

kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup

insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika

tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.

Sedangkan menurut American Diabetes Assosiation (ADA) tahun 2018

diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja

insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus

dikaitkan dengan kerusakan jangka Panjang, disfungsi dan kegagalan

berbagai organ, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh

darah.
8

2. Klasifikasi

American Disbetes Assosiation/World Health Organization

mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan

penyebabnya, yaitu: (Suiraoka, 2012)

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga dengan juvenile diabetes

(diabetes usia muda) namun ternyata diabetes ini dapat terjadi pada

orang dewasa, maka istilahnya lebih sering digunakan diabetes

zmellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

yaitu suatu tipe diabetes mellitus di mana penderitanya akan

bergantung pada pemberian insulin dari luar (Kurniadi &

Nurrahmani, 2014 dalam Suryanti, 2021).

Faktor penyebab diabetes mellitus tipe 1 adalah infeksi virus

atau auto imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang rusak sel-sel

penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas secara menyeluruh. Oleh

karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak dapat

menghasilkan insulin sehingga penderitanya harus diberikan insulin

dari luar atau suntikan insulin untuk tetap bertahan hidup (Kurniadi

& Nurrahmani, 2014 dalam Suryanti, 2021).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin

ataupun gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ target

terutama hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih belum


9

menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta

pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu

hyperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau sedikit

meningkat (Soewondo, 2012 dalam Suryanti, 2021).

90% dari kasus diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan

karakteristik gangguan sensitivitas insulin atau gangguan sekresi

insulin. Diabetes mellitus tipe 2 secara klinis muncul ketika tubuh

tidak mampu lagi memproduksi cukup insulin untuk

mengkompensasi peningkatan insulin resisten (Decroli, 2019).

Penderita diabetes mellitus tipe 2 mempunyai resiko penyakit

jantung dan pembuluh darah 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan

orang tanpa diabetes, mempunyai risiko hipertensi dan disiplidemia

yang dibandingkan orang normal. Kelainan pembuluh darah sudah

dapat terjadi sebelum diabetesnya terdiagnosis, karena adanya

resistensi insulin pada saat prediabetes (Decroli, 2019).

c. Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes Mellitus pada Kehamilan)

Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus,

tetapi memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan

dapat dikatakan telah menderita diabetes mellitus gestasional

(Suiraoka, 2012 dalam Suryanti, 2021).

Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa

berbagai derajat yang ditemukan pertama kali pada saat hamil.

Biasanya diabetes mellitus gestasional mulai muncul pada minggu


10

ke-24 kehamilan (6 bulan) dan akan secara umum akan menghilang

sesudah melahirkan. Namun hampir setengah angka kejadian

diabetes akan muncul kembali dimasa yang akan datang (Kurniadi &

Nurrahmani, 2014 dalam Suryanti, 2021).

d. Diabetes Mellitus Lainnya

Penyakit diabetes mellitus tipe lainnya dapat berupa diabetes

yang spesifik disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kelainan gen

etik yang spesifik (kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja

insulin), penyakit pada pankreas, gangguan endokrin lain, infeksi,

obat-obatan dan beberapa bentuk lain yang jarang terjadi (Suiraoka,

2014 dalam (Suryanti, 2021).

3. Etiologi

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui.

Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin (Fadila, 2012 dalam Suryanti, 2021).

Menurut Decroli (2019), etiologi dari diabetes mellitus tipe 2 yaitu:

a. Resistensi Insulin

Resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang lebih

tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan

normoglikemia. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot,

lemak, dan hati akibatnya memaksakan pankreas mengkompensasi

untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin


11

oleh sel beta pankreas tidak adekuat untuk digunakan dalam

mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa

darah akan meningkat.

b. Disfungsi Sel Beta Pankreas

Disfungsi sel beta terjadi akibat dari kombinasi faktor genetik

dan faktor lingkungan. Beberapa teori yang menjelaskan bagaiman

kerusakan sel beta mengalami kerusakan diantaranya teori

glukotoksisitas (peningkatan glukosa yang menahun), lipotoksisitas

(toksisitas sel akibat akumulasi abnormal lemak), dan penumpukan

amiloid (fibril protein di dalam tubuh).

c. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang juga memegang peranan

penting dalam terjadinya penyakit DMT2 yaitu adanya obesitas,

makan terlalu banyak, dan kurang aktivitas fisik. Penelitian terbaru

telah meneliti adanya hubungan antara DMT2 dengan obesitas yang

melibatkan sitokin proinflamasi yaitu tumor necrosis factor alfa

(TNFα) dan interleukin-6 (IL-6), resistensi insulin, gangguan

metabolism asam lemak, proses selular seperti disfungsi

mitokondria, dan stress retikulum endoplasma.

4. Faktor Resiko

Menurut Fatimah (2015) dalam Suryati (2021), faktor lain yang

terkait dengan risiko diabetes yaitu sebagai berikut:


12

a. Obesitas (kegemukan)

Adanya hubungan antara obesitas dengan kadar glukosa darah. Jika

derajat kegemukan dengan IMT > 23 bisa menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

b. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi memiliki hubungan yangt

erat dan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air ataupun

meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh

darah perifer.

c. Riwayat keluarga diabetes mellitus

Penderita diabetes mellitus diduga memiliki bakat diabetes karena

gen resesif, sehingga penderita diabetes mellitus dianggap memiliki

gen diabetes. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen

resesif diabetes yang menderita diabetes mellitus.

d. Dislipedimia

Dislipedimia merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya

kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >250 mg/dl). Pada pasien

diabetes sering ditemukan adanya hubungan antara kenaikan plasma

insulin dengan rendahnya HDL (< 35mg/dl).

e. Umur

Berdasarkan penelitian, usia terbanyak yang terkena diabetes

mellitus adalah usia > 45 tahun.


13

f. Riwayat persalinan

Riwayat persalinan yang berulang, melahirkan bayi yang cacat atau

bayi yang memiliki berat badan > 4000gram.

g. Faktor genetik

DM tipe 2 berasal dari faktor genetik dan faktor mental. Penyakit ini

sudah lama diduga memiliki hubungan dengan agregasi familial

(massa yang menggumpal). Munurut penelitian bahwa risiko

terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat

apabila orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit diabetes

mellitus.

h. Alkohol dan rokok

Salah satu perubahan yang dapat meningkatkan diabetes mellitus

yaitu perubahan dari lingkungan tradisional ke lingkungan kebarat-

baratan seperti perubahan-perubahan dalam mengkonsumsi rokok

dan alkohol. Alkohol akan meningkatkan tekanan darah dan

mempersulit regulasi gula darah sehingga mengganggu metabolisme

gula darah.

5. Manisfestasi Klinik

Menurut Fatimah (2015) dalam Suryati (2021), gejala diabetes

mellitus dibedakan menjadi akut dan kronik.

a. Gejala akut yaitu : banyak makan (Poliphagia), banyak minum

(Polidipsia), banyak buang air kecil dimalam hari (Poliuria), mudah


14

lelah, dan napsu makan bertambah tetapi berat badan turun drastis (5

sampai 10 kg dalam waktu 2 samapi 4 minggu).

b. Gejala kronik yaitu : kesemutan, rasa kebas dikulit, keram,

kulitterasa panas atau seperti tertusuk-tusuk oleh jarum, kelelahan,

mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah atau

lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria tidak bisa

ereksi atau mempertahankan ereksi (impotensi), dan pada ibu hamil

sering mengalami keguguran atau Intrauterine Fetal Death/IUFD

(kematian janin dalam kandungan) atau bayi yang memiliki berat

badan lebih dari 4 kg.

6. Patofisiologis

Menurut Williams & Hopper (2015) dalam Dewi (2022), jaringan

tubuh, dan sel-sel yang menyusunnya, menggunakan glukosa sebagai

energi. Glukosa adalah gula sederhana yang disediakan oleh makanan

yang dikonsumsi oleh manusia. Ketika karbohidrat masuk ke dalam

tubuh maka akan dicerna menjadi gula, termasuk glukosa, yang

kemudian diresap kedalam aliran darah. Karbohidrat menyediakan

sebagian besar glukosa digunakan oleh tubuh, protein dan lemak secara

tidak langsung dapat memberikan glukosa dalam jumlah yang lebih kecil.

Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya dengan bantuan insulin,

yaitu hormon yang diproduksi oleh sel beta di Pulau-pulau Langerhans

pankreas. Pada saat insulin bergabung dengan reseptor yang

memungkinkan aktivitasi transporter glukosa khusus di selaput. Dengan


15

membantu glukosa memasuki sel-sel tubuh, insulin akan menurunkan

kadar glukosa dalam darah. Insulin juga membantu tubuh menyimpan

kelebihan glukosa di hati dalam bentuk glikogen. Hormon lain yaitu

glukagon, diproduksi oleh alfa sel di Pulau Langerhans. Glukagon

meningkatkan darah glukosa bila diperlukan dengan melepaskan glukosa

yang disimpan dari hati dan otot. Insulin dan glukagon bekerja sama

untuk menjaga glukosa darah pada tingkat yang konstan.

Diabetes mellitus terjadi akibat kekurangan produksi insulin oleh sel

beta di pankreas, atau dari ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk

menggunakan insulin. Ketika glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel

tubuh dan tetap dalam aliran darah, maka akan mengakibatkan terjadinya

hiperglikemia. Sekresi glukagon abnormal mungkin juga berperan dalam

diabetes mellitus tipe 2.

7. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus yang berkaitan dengan kedua tipe DM

digolongkan akut dan kronis sebagai berikut (Dwinanjar, 2018 dalam

dalam Dewi, 2022).

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang abnormal

rendah yang terjadi apabila glukosa darah turun dibawah 50-60

mg/dl terjadi akibat penurunan insulin atau preparat oral yang


16

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.

Hipoglikemia ada 3 skala :

a) Hipoglikemia ringan : ketika kadar glukosa darah menurun

yang menyebabkan, saraf simpatik terangsangpelimpahan

adrenalin ke dalam darah yang mengakibatkan gajala

prespirasi, tremor, takikardi, kegelisahan dan rasa lapar.

b) Hipoglikemia sedang : penurunan kadar glukosa darah yang

menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan

bakar untuk bekerja. Yang mengakibatkan ketidak

mampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, penurunan

daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo,

perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin

pingsan.

c) Hipoglikemia berat : fungsi sistem saraf pusat mengalami

gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan

bantuan orang lain untuk mengatasi hipoglikemianya.

Gejalanya adalah kejang, sulit dibangunkan dari tidur,

hingga kehilangan kesadaran.

2) Ketoasidosis (DKA)

Ketoasidosis adalah dimana tidak adanya insulin atau insulin

tidak cukup jumlah yang nyata. Gambaran klinis ketoasidosis :

a) Dehidrasi

b) Kehilangan elektrolit
17

c) Asidosis

3) Sindrom HHNK (disebut juga koma Hiperglikemik

Hiperosmoler Nonketotik) atau bisa disebut HONK

(Hiperosmoler Nonketotik) adalah keadaan yang didominasi

oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan

tingkat kesadaran. Keadaan hiperglikemia pasien menyebabkan

duresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan

elektrolit.

b. Komplikasi kronik

Komplikasi kronik DM dapat menyerang semua sistem organ

dalam tubuh.

1) Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar) lebih sering

dijumpai pada DM tipe 2 yang lebih tua berbagai tipe penyakit

makrovaskuler tergantung pada lokasi aterosklerotik.

Makrovaskuler dapat terjadi pada pasien diabetes maupun

nondiabetes.

2) Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil) lebih sering

dijumpai pada DM tipe 1, mikrovaskuler merupakan

komplikasi yang unik yang hanya terjadi pada pasien DM,

penyakit ini ditandai oleh penebalan membran basalis

pembuluh darah kapiler. Ada dua tempat dimana gangguan

fungsi kapiler dapat berakibat serius yaitu mikro sirkulasi pada

retina mata dan ginjal yang dapat menyebabkan kebutaan.


18

3) Neuropati sensori juga menyebabkan hilangnya perasaan nyeri

dan stabilitas tekanan, sedangkan neuropati otonom

menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentukan fisura

pada kulit (yang terjadi akibat penurunan prespirasi) penyakit

vaskuler perifer karena sirkulasi eksremitas bawah yang buruk

akan menyebabkan gangren.

8. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI (2015), penatalaksanaan diabetes melitus secara

umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita,

meminimalisir keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi

risiko terjadinya komplikasi akut merupakan tujuan jangka pendek.

edangkan tujuan jangka panjang mencegah dan menghambat faktor

progresivitas mikroangiopati dan makroangiopati. Turunnya morbiditas

dan mortalitas DM merupakan tujuan akhir dari pengelolaan DM.

Berikut beberapa upaya dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

a. Edukasi Kesehatan

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM

adalah memberikan dukungan dan nasehat yang positif dengan

memberikan informasi secara bertahap dimulai dengan hal-hal yang

sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti. Materi edukasi

yang diberikan pada tingkat awal meliputi pengenalan gejala dan

penanganan awal DM. Pada tingkat lebih lanjut materi edukasi

meliputi pengetahuan pencegahan dan penatalaksanaan


19

penyulit/komplikasi DM (PERKENI, 2015).

b. Perencanaan Makan/ Diet

Prinsip pengaturan makan pada penderita DM adalah

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan

zat gizi masing-masing individu. Pengetahuan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori perlu

diberikan pada penderita DM terutama pada mereka yang

menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi

insulin itu sendiri (PERKENI, 2015).

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani

yang dianjurkan seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan

berenang, dilakukan secara teratur 3 sampai 5 kali per minggu

selama 30 sampai 45 menit (PERKENI, 2015).

d. Intervensi Farmakologis

Ada dua jenis terapi farmakologis pada penatalaksanaan DM,

yaitu terapi per oral dan terapi melalui injeksi/suntik. Terapi per oral

yang biasa digunakan diantaranya obat untuk pemacu pengeluaran

insulin yaitu Sulfonilurea dan Glinid, dan obat untuk peningkat

sensitivitas insulin yaitu Metformin dan Tiazolidindion. Sedangkan

terapi melalui injeksi, yaitu insulin, agonis dan kombinasi keduanya


20

biasanya diberikan pada kondisi hiperglikemi berat yang disertai

ketosis atau gagal terapi per oral dengan dosis optimal (PERKENI,

2015).

e. Pemeriksaan Gula Darah

Follow up teratur merupakan hal yang penting dilakukan

untuk memantau keberhasilan terapi dan mengatur dosis dan pilihan

obat yang diberikan. Selain itu pemeriksaan rutin gula darah

bertujuan untuk deteksi dini kemungkinan munculnya komplikasi

(Suciana, 2019).

9. Diagnosis

Menurut PERKENI (2015), diagnosa DM ditegakkan atas dasar

pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan glukosa darah yang

dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan

plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan

dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan

glukometer. Diagnosa tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya

glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik,

seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan tanpa

sebab yang jelas. Keluhan lain seperti lemah badan, kesemutan, gatal,

mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita

perlu diwaspadai akan adanya penyakit DM.


21

Diagnosis DM dapat ditegakkan ketika dilakukan pemeriksaan

gula darah puasa selama 8 jam tanpa asupan kalori dengan hasil

pemeriksaan ≥126 mg/dl, atau hasil pemeriksaan glukosa darah plasma 2

jam setelah diberikan beban glukosa 75 gram didapatkan hasil ≥

200mg/dl, atau pemeriksaan glukosa sewaktu ≥ 200mg/dl dengan

keluhan klasik dan hasil pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin A1c) ≥ 6,5%

dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National

Glycohaemoglobin Standarrization Program (NGSP).

B. Tinjauan Pustaka Tentang Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Pasien diabetes melitus sering kali merasakan keputusasaan yang

berlebih dikarenakan masalah dalam dimensi kesehatan fisik, berupa

aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat-obatan, masalah tidur, istirahat,

mobilisasi. Pada dimensi kesejahteraan pasien DM mengalami masalah

psikologis berupa perasaan negatif, perasaan positif, spiritual/ agama/

keyakinan, berfikir. Pada hubungan sosial mencangkup relasi personal,

dukungan sosial akan aktivitas seksual dan dimensi hubungan dengan

lingkungan mencangkup kebebasan, keamanan, keselamatan fisik,

perawatan kesehatan sehingga diambil kesimpulan bahwa dukungan

keluarga sangat penting dan berhubungan dalam perawatan pasien DM

(Oktavia, 2022).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
22

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Departemen Kesehatan RI, 2014). Dari berbagai pendapat tentang

definisi keluarga, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan

sekumpulan orang yang hidup/tinggal dalam satu rumah yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan dan mempunyai hubungan darah

atau adopsi dan berinteraksi sesuai perannya masing-masing.

2. Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman (2010) dalam Fuadi ( 2017)

dalam Oktavia (2022), yaitu:

a. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari orng

tua dan anak yang menjadi tanggungjawabnya dan tinggal dalam

satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

b. Extended Family (keluarga besar), yaitu satu keluarga yang terdiri

dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan

saling menunjang satu sama lain.

c. Single Parent Family, yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh satu

kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih

bergantung kepadanya.

d. Nuclear Dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri

tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended Family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari

perkawinan pasangan yang masing-masing pernah menikah dan

membawa anak hasil perkawinan terdahulu.


23

f. Three Generation Family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga

generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

g. Single Adult Living Alone, yaitu suatu keluarga yang hanya terdiri

dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle Age atau Ederly Cuople, yaitu keluarga yang terdiri dari

sepasang suami istri paruh baya.

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam Oktavia (2022), sebagai

berikut:

a. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi mengembangkan peran di

masyarakat dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan

orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan hidup keluarga.

d. Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dalam bidang ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam

rangka memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan


24

keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang

tinggi.

4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai

peranan sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat.

Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan

masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat

ditanamkan lebih dini. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi

yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan, karena

masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi

antar anggota keluarga, yang pada akhirnya akan mempengaruhi

keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya. Menurut Friedman

(2010) sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami,

yaitu:

a. Mengenal adanya masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarganya

c. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit atau yang

tidak mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau

usianya yang terlalu muda.


25

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.

5. Pengertian Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung, selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dalam hal

ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010).

Dukungan keluarga terhadap pasien DM tipe 2 merupakan bantuan

yang berupa perhatian emosi, bantuan instrumental maupun penilaian

yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga, dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikisnya serta merupakan salah

satu bentuk dukungan sosial (Nuryatno, 2019).

6. Dimensi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasan seseorang

dalam menjalani kehidupan sehari-hari dimana peran keluarga sangat

penting dalam setiap aspek perawatan. Dimensi dukungan keluarga

menurut Sarafino et al (2011) dalam Nurhaliza et al., n.d.(2021), yaitu:

a. Dukungan emosional/simpati

Dukungan emosional dapat dijadikan sebagai tempat istirahat dan


26

tempat pemulihan serta membantu seseorang dalam mengelola emosi

dan meningkatkan moral keluarga (Friedman, 2010). Dukungan

emosional yang diberikan keluarga dapat berupa ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta atau

bantuan emosional. Dukungan emosional mengarahkan individu

untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati dan dicintai, serta ada

orang lain yang bersedia untuk memberikan perhatian.

b. Dukungan informasi

peran keluarga dalam dukungan informasi adalah keluarga sebagai

penyebar/pemberi informasi (Friedman, 2010). Informasi yang

diberikan dapat berupa nasehat dan saran, serta dengan melakukan

diskusi bersama anggota keluarga untuk mengambil keputusan

tentang bagaimana mengatasi dan memecahkan masalah yang

dihadapi.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan kongkrit yang

diberikan keluarga secara langsung berupa bantuan material, seperti

menyediakan tempat tinggal, bantuan finansial, bantuan dalam

mengerjakan tugas saat mengalami sakit.

d. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan merupakan bentuk penerimaan dan

penghargaan terhadap keberadaan seseorang dalam segala

kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Dengan memberikan


27

apresiasi positif terhadap ide-ide atau perasaan anggota keluarga

yang sakit merupakan salah satu bentuk dukungan penghargaan,

sehingga sebagai anggota keluarga merasa berharga, kompeten dan

dihargai.

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan

menurunnya mortalitas sehingga untuk mencapai kesembuhan dari sakit

lebih mudah (Friedman, 2010). Dukungan keluarga yang tinggi akan

memberikan kenyamanan dan ketenangan pada penderita Diabetes

(Suardana et al, 2014 dalam Angraini et al., n.d. 2021). Pemberian

dukungan keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal

yang keduanya saling berhubungan.

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

yang berasal dari individu itu sendiri, meliputi : (Nuryatno, 2019)

1) Tahap perkembangan

Pada setiap tahap perkembangan mulai bayi sampai

lansia, pemahaman dan respon terhadap masalah kesehatan

berbeda-beda. Dengan demikian dukungan keluarga yang

diberikan disesuaikan dengan rentang usia individu.

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang berkaitan dengan


28

kemampuan kognitif yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

dirasakan pasien akibat penyakitnya. kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan yang dimilki untuk

menjaga kesehatannya.

3) Emosi

Faktor emosi dapat mempengaruhi keyakinan terhadap

dukungan dan cara menyelesaikan masalah. Dalam menghadapi

berbagai permasalahan, dengan respon emosi yang baik akan

memberikan antisipasi penanganan yang baik, sebaliknya jika

dengan respon emosi yang buruk kemungkinan akan terjadi

penolakan atau penyangkalan terhadap permasalahan yang

dihadapi.

4) Spiritual

Aspek spiritual mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan oleh keluarga. Semakin tinggi tingkat spiritual

keluarga akan semakin tinggi pula dukungan yang akan

diberikan. Aspek spiritual membantu seseorang untuk dapat

melihat permasalahan yang dihadapi dengan lebih sederhana dan

jelas, sehingga mampu menemukan jalan keluar dengan pikiran

jernih.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi dukungan


29

keluarga yang berasal dari luar individu, meliputi : (Nuryatno, 2019)

1) Praktek di keluarga

Seseorang dalam melaksanakan kesehatannya sesuai dengan

bagaimana keluarga memberikan dukungan. Jika seorang

terbiasa melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit,

kemungkinan keluarga akan melakukan hal yang sama.

2) Sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga akan lebih cepat

berespon terhadap masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga

jika mengalami gangguan kesehatan akan segera mencari

pertolongan. Kelompok sosial dimana seseorang berada biasanya

menjadi tempat rujukan mencari solusi dan dukungan dalam

menyelesaikan masalah.

3) Latar belakang budaya

Keyakinan, nilai dan kebiasaan individu merupakan latar

belakang budaya yang akan mempengaruhi keluarga dalam

memberikan dukungan. Kebiasaan seseorang berobat ke

pelayanan kesehatan akan juga dilakukan oleh keluarga yang

lain.

C. Tinjauan Pustaka Tentang Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Menurut WHO dalam (Jacob & Sandjaya, 2018) mendefinisikan


30

kualitas hidup adalah persepsi individual dalam konteks budaya dan

sistem nilai tempat individual tersebut tinggal yang berkaitan dengan

tujuan, harapan, standar, dan perhatian individual tersebut. Konsep ini

adalah konsep luas yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik individual,

kondisi psikologis, kepercayaan seseorang, hubungan sosial dan

hubungan individual dengan lingkungan. Sampai saat ini turunnya

kualitas hidup pada manusia baik secara mandiri maupun kelompok

belum diketahui secara pasti. Masalahnya antara lain karena sulitnya

melakukan penelitian pada manusia untuk mencari sebab akibat. Diakui

masalahnya sangat kompleks dan multifaktorial yang berpengaruh

terhadap kualitas hidup manusia. Beberapa penulis mengatakan kualitas

hidup pada manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondis global,

ekstrenal, interpersonal, dan kondisi personal (Jacob & Sandjaya, 2018).

2. Domain Kualitas Hidup

Menurut (Kiik et al., 2018) menjelaskan bahwa secara umum terdapat

4 bidang (domain) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup, yaitu

kesehatan fisik, kesehatan psikologik, hubungan sosial dan lingkungan.

Bidang-bidang penilaian kualitas hidup tersebut antara lain:

a. Domain Kesehatan Fisik, hal-hal yang terkait didalamnya meliputi

aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan dan

pertolongan medis, tenaga dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas bekerja.

b. Domain Psikologis, hal-hal yang terkait didalamnya seperti body


31

image dan penampilan, perasaan-perasaan negatif dan positif,

spiritualitas/kepercayaan personal, pikiran, belajar, memori dan

konsentrasi.

c. Domain Sosial, hal-hal yang terkait didalamnya seperti hubungan

personal, hubungan sosial, serta dukungan sosial dan aktivitas

seksual.

d. Domain Lingkungan, berkaitan dengan sumber-sumber finansial,

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan

dan sosial (aksesibilitas dan kualitas), lingkungan rumah,

kesempatan untuk memperoleh informasi dan belajar keterampilan

baru, memiliki waktu luang, lingkungan fisik (polusi, kebisingan,

lalu lintas, iklim), serta tranportasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Penurunan fungsi tubuh dapat mempengaruhi keberhasilan

managemen diabetes yang akan berakibat munculnya gangguan

kesehatan sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien Diabetes

Melitus tipe 2 (Herdianti, 2017). Berbagai penelitian mengenai kualitas

hidup menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup,

diantaranya :

a. Usia

Seiring bertambahnya usia seseorang, akan menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi dan anatomi tubuh. Keadaan ini memungkinkan


32

seseorang mengalami penurunan kesehatan, sehingga akan

berakibat pada penurunan kualitas hidupnya (Purwaningsih,

2018).

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi kualitas hidup. Jenis

kelamin laki-laki biasanya memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dari pada perempuan, hal ini dikarenakan laki-laki lebih bisa

menerima keadaan akan penyakitnya dari pada perempuan

(Purwaningsih, 2018).

c. Lama menderita

Lama menderita DM berkaitan dengan tingkat efikasi diri seseorang.

Semakin lama seseorang menderita DM apalagi disertai komplikasi

akan memiliki efikasi diri yang rendah, sehingga keadaan ini

cenderung berpengaruh terhadap kualitas hidupnya (Chusmeywati,

2016).

d. Komplikasi

Komplikasi penyakit yang dialami penderita DM dapat

memperburuk kondisi kesehatannya, yang mana dengan kondisi

kesehatan yang menurun ini akan berpengaruh terhadap kinerja dan

aktivitas sehari-hari. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan

kualitas hidup (Purwaningsih, 2018).

e. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan kualitas hidup


33

karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, jika mengalami

penyakit yang serius akan memudahkannya memahami dan mengerti

dengan keadaan dirinya dan akan berusaha untuk mencari informasi

dan pengobatan (Hayek, et al, 2014) dalam (Purwansyah, 2019).

f. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang berhubungan dengan keadaan

finansialnya. Tingkat pendapatan yang rendah sangat berpengaruh

terhadap kualitas hidup pasien DM karena dari pendapatan yang

diperoleh akan menentukan kemampuannya dalam berobat

(Chusmeywati, 2016).

g. Pekerjaan

Kualitas hidup seseorang dipengaruhi pekerjaan yang dimiliki

karena dari penghasilan yang didapat dengan bekerja dapat

digunakan untuk biaya pengobatan. Kualitas hidup seseorang akan

meningkat seiring dengan adanya pekerjaan yang dimiliki seseorang

(Tamara et al 2014) dalam (Chusmeywati, 2016).

h. Dukungan keluarga

Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.

Individu yang memiliki keluarga yang utuh dan harmonis akan lebih

tinggi kualitas hidupnya. Dikarenakan keluarga dapat memberikan

dukungan dan kasih saying untuk meningkatkan kualitas hidup

(Purwaningsih, 2018).

4. Indikator Kualitas Hidup


34

Indikator yang berhubungan dengan kualitas hidup menurut

Burrough et al, (2014) dalam Purwansyah (2019),adalah :

a. Kepuasan

Yang termasuk dalam indikator kepuasan dalam hal ini adalah

individu merasakan kepuasan dalam aktivitas sehari-hari, istirahat

dan tidur, kemampuan kerja, pengobatan dan pengelolaan penyakit.

b. Dampak

Hal yang paling dirasakan individu merupakan indikator

dampak akibat dari penyakit yang diderita, diantaranya nyeri,

komplikasi, dan hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit.

D. Tinjauan Pustaka Tentang Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus

1. Definisi

Kepatuhan secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku

seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan

melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi

pelayanan kesehatan (Adi, 2015). Kepatuhan adalah tingkat perilaku

pasien yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam

bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau

menepati janji pertemuan dengan dokter (Bertalina & Purnama, 2016).

Diet memiliki makna yang luas bukan hanya sekedar membatasi

makanan. Diet yaitu pengaturan jumlah makanan dan waktu makanan

untuk berproses. Diet juga memiliki arti memadupadankan macam-


35

macam makanan sehingga dapat memiliki nilai yang lebih dan dapat

menyembuhkan penyakit (Ramayulis, 2016).

Kepatuhan diet penderita diabetes militus mempunyai fungsi

yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal,

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastol, menurunkan kadar

glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas

reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah (Supriyadi,

2017).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ario, Yesi, Bayhakki

(2009) ada beberapa faktor yang mempengarhui kepatuhan diet pada

pasien diabetes melitus yaitu:

a. Pengetahuan

Pada pasien diabetes melitus yang memiliki pengetahuan yang baik

memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi

masalah yang dihadapi dan mematuhi segala apa yang telah

dianjurkan oleh petugas kesehatan seperti diet yang telah ditentukan

untuk pasien diabetes melitus tersebut.

b. Sikap

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan.

Pasien dengan sikap positif cenderung mematuhi program diet yang

dianjurkan. Mereka yakin dengan patuh terhadap diet dapat


36

mencegah dan menghambat terjadinya komplikasi.

c. Motivasi

Motivasi dilatar belakangi oleh adanya kesadaran dari individu

tentang pentingnya menjalankan program diet. Semakin tinggi

motivasi yang dimiliki responden maka semakin tinggi pula

kesadaran untuk patuh dalam menjalankan diet DM.

d. Dukungan keluarga

Dukungan yang diberikan oleh keluarga, akan membuat responden

merasa diperdulikan dan dicintai, hal ini akan membuat responden

memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan program diet yang

sudah dianjurkan (Sugandi dkk., 2018).

3. Cara Pengukuran Diet

Untuk penetapan kebutuhan pasien, dihitung menggunakan

Perhitungan Kebutuhan Gizi pasien Diabetes Mellitus (Perkeni, 2015).

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori

basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut

ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis

kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara

perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca

yang dimodifikasi:
37

1) Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm -100) x 1 kg.

2) Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita

dibawah 150 cm, Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm –

100) x 1 kg. BB Normal: BB ideal ±10% Kurus : kurang dari

BBI – 10% Gemuk : lebih dari BBI +10%

b. Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB (kg)/TB(m)2

Klasifikasi IMT

1) BB kurang <18,5

2) BB normal 18,5-22,9

3) BB lebih ≥23,0

a) Dengan risiko 23,0-24,9

b) Obes I 25,0-29,9

c) Obes II ≥30

4. Faktor-faktor Yang Menentukan Kebutuhan Kalori

a. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori basal perhari untukperempuan sebesar 25

kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.

b. Umur

1) Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%

untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun.

2) Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.


38

3) Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.

c. Aktivitas atau pekerjaan

1) Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas

aktivitas fisik.

2) Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada

keadaan istirahat.

3) Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan:

pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga

4) Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang: pegawai

industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang.

5) Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh,

atlet, militer dalam keadaan latihan.

6) Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat: tukang

becak, tukang gali.

d. Stress metabolik

Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik

(sepsis, operasi, trauma).

e. Berat badan

1) Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi

sekitar 20- 30% tergantung kepada tingkat kegemukan.

2) Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20-

30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.

3) Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal


39

perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.

E. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Diet dengan Kualitas

Hidup Pasien Diabetes Mellitus

Menurut penelitian Angraini (2021) didapatkan dukungan keluarga

dapat mempengaruhi status kesehatan pasien itu sendiri serta kualitas

hidupnya. Artinya individu dengan dukungan keluarga baik memiliki kondisi

tubuh yang sehat dan mandiri. Semakin tinggi dukungan yang diperoleh maka

semakin rendah derajat depresi yang dialami penderita DM sehingga kualitas

hidupnya akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Dukungan keluarga

mempunyai dampak terhadap kesehatan fisik dan mental anggota keluarga

yang menderita DM. Dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan dan

mengurangi depresi pada penderita diabetes hingga akhirnya dapat

meningkatkan kualitas hidup penderita DM. Adapun hasil penelitian menurut

Nuryatyno (2019) Keluarga yang baik cenderung membuat kualitas hidup

penderita DM baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mendukung terhadap

kualitas hidup penderita DM, lebih banyak kualitas hidupnya tidak baik.

Maka dari itu, dukungan keluarga sangat diperlukan dalam menunjang

kesehatan penderita DM. Penderita merasa perlu adanya dukungan keluarga

yang membuat mereka memiliki semangat positif dalam menjalani hidup

dengan DM.

Studi kasus penelitian Chaidir (2018) kepatuhan dalam diet pada

pasien DM sangatlah penting karena untuk mempertahankan gula darah pada

pasien DM agar pasien dapat hidup secara normal dan apabila pasien patuh
40

akan diet dengan baik maka dapat mempertahankan kondisi agar tidak terjadi

komplikasi sehingga pasien dapat menikmati hidupnya. Apabila pasien DM

tidak mematuhi diet maka kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik,

sehingga menimbulkan komplikasi seperti jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Komplikasi yang terjadi akan mempengaruhi kualitas hidup pasien.


BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka konseptual

Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka hubungan variabel-

variabel independen dengan variabel dependen dapat dipetakan melalui

kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan keluarga
Kualitas hidup
pasien diabetes
Kepatuhan diet
mellitus

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Lama menderita
4. Tingkat
pendidikan
5. Status ekonomi
sosial
6. Pekerjaan

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel dependen
: Garis penghubung variabel yang diteliti
: Garis penghubung variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis penelitian
42

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit labuang Baji Makassar.

b. Tidak adanya hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di Rumah Sakit labuang Baji Makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di Rumah Sakit labuang Baji Makassar.

b. Adanya hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di Rumah Sakit labuang Baji Makassar


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

dilakukan dengan sistematis untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

telah ditetapkan, serta menggunakan metode statistika dalam mendapatkan

data hasil penelitian dengan keluaran berupa angka-angka (Hanaruddin &

Adhiwijaya, 2021). Penelitian ini adalah bersifat survey analitik dengan jenis

rancangan cross-sectional yaitu penelitian yang memberikan gambaran

tentang kesehatan suatu populasi pada waktu tertentu dan karena itu sering

digunakan untuk menggambarkan kejadian penyakit (Hanaruddin &

Adhiwijaya, 2021). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien diabetes.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan anggota (unit) penelitian, berupa

objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti, lalu dapat ditarik kesimpulan guna generalisasi

hasil penelitian (Hanaruddin & Adhiwijaya, 2021). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien penderita diabetes mellitus rawat inap

di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dimana jumlah populasi

sebanyak 127 populasi.


44

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2017 dalam Adwijaya, 2021). Untuk

menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan

rumus Solvin (Nursalam, 2017).

N
𝑛=
1 + N (d)2

Keterangan:
N = besar populasi
𝑛 = besar sampel
d = tingkat kepercayaan (0,05)

127
𝑛=
1 + 127 (0,05)2

127
𝑛=
1 + 127 (0,0025)

127
𝑛=
1,31
𝑛 = 96 sampel

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan diambil

dari populasi adalah 96 orang. Namun tidak menutup kemungkinan

jumlah sampel tersebut akan berkurang sehubungan dengan kriteria

sampel yang diajukan oleh peneliti.


45

Adapun kriteria inklusi dan esklusi yaitu :

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini:

1) Pasien yang menderita diabetes mellitus minimal 3 bulan.

2) Pasien diabetes mellitus yang bersedia jadi responden.

3) Pasien mellitus yang dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar.

b. Kriteria esklusi

1) Pasien diabetes mellitus yang tidak kooperatif.

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastro Asmoro & Ismail

dalam Nursalam, 2017).

Tehnik sampling atau cara pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu dengan nonprobability sampling jenis

Purposive Sampling. Purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang di

kehendaki peneliti pada kriteria inklusi dan esklusi.

C. Variabel Penelitian

Menurut Notoadmojo (2019) menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu

yang digunakan sebagai sifat, ciri dan ukuran yang dimiliki atau diperoleh
46

berdasarkan satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu,

misalnya umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan,

penyakit, pengetahuan, pendapatan dan sebagainya. Berdasarkan perannya

atau hubungan fungsional variabel dibedakan menjadi:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel yang lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel

dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan

keluarga dan kepatuhan diet.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai

akibat dari manupulasi variabel-variabel lain. Variabel dependen pada

penelitian ini adalah kualitas hidup pasien diabetes mellitus.


47

D. Definisi Operasional
Tabel 4. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Peneliti
1. Dukungan Dukungan keluarga Dukungan keluarga : Lembar Ordinal Kategori :
keluarga yang diberikan 1. Dukungan Kuesioner 1. Baik = ≥10
pasien keluarga berupa emosional dan 2. Kurang = ≤10
diabetes dukungan emosional, penghargaan
mellitus informasional, 2. Dukungan
(Independen) instrumental dan informasional
penghargaan. 3. Dukungan
instrumental
2. Kepatuhan Kepatuhan diet Ketaatan pasien dalam: Lembar Ordinal Kategori :
diet pasien merupakan perilaku jenis makanan, jadwal Kuesioner 1. Patuh = ≥ 25
diabetes pasien terhadap diet waktu, jumlah kalori 2. Tidak patuh =
mellitus yang dijalaninya. ≤25
(Independen)
3. Kualitas hidup Merujuk pada Kualitas hidup: Lembar Ordinal Kategori:
pasien emosional, sosial, 1. Dimensi Kesehatan kuesioner 1. Baik (41 – 80)
48

diabetes dan kesejahteraan fisik WHOQOL- 2. Buruk (21 – 40)


mellitus fisik seseorang serta 2. Kesejahteraan BREF
(Dependen) kemampuan aktifitas psikologis
dalam kehidupan 3. Hubungan social
sehari-hari. 4. Kesehatan
lingkungan
49

E. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2023.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh

peneliti dalam proses pemberian batas kuantitatif dan kualitatif pada variabel

sehingga dapat dinilai, dihitung besarannya ataupun nominalnya, diamati

serta variasi pada subjek tertentu (Hasmi, 2016).

1. Kuesioner dukungan keluarga

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner baku berisi

tentang dukungan keluarga yang bersumber dari Nursalam (2017).

Terdiri dari 12 pertanyaan, skala yang dipakai adalah skala likert dengan

pertanyaan positif. Setiap pertanyaan memiliki empat pilihan dengan

kriteria jawaban sebagai berikut 4 = selalu, 3 = sering, 2 = kadang-

kadang, dan 1 = tidak pernah.

Blue print kuisioner dukungan keluarga yaitu

a. Dukungan informasi dan penghargaan memiliki 4 pertanyaan yaitu

nomor 1-4.

b. Dukungan instrumental memiliki 4 pertanyaan yaitu nomor 5-8

c. Dukungan informasi memiliki 4 pertanyaan yaitu nomor 9-12.


50

Skoring dengan cara :

( jumlah soal x skor tertinggi)+( jumlah soal x skor terrendah)


2
( 4 x 4 ) +(4 x 1)
2
(20)
= 10
2
2. Kuesioner kepatuhan diet
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

penelitian lainnya pada tahun 2019 terkait perbedaan level pengetahuan

dan sikap pada kepatuhan diet pasien diabetes mellitus (Norita, 2019).

Kuesioner pada penelitian ini berisi kepatuhan diet DM yang terdiri dari

10 pertanyaan yang berisikan tentang jumlah makanan, jenis makanan

dan jadwal makan. Pemberian skor pada tiap pertanyaan menggunakan

skala likert yaitu selalu dengan nilai 4, sering dengan nilai 3, jarang

dengan nilai 2, dan tidak pernah dengan nilai 1.

Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh

peneliti sebelumnya dengan hasil semua butir pertanyaan valid, karena

memiliki p < 0,05. Sehingga kuesioner dapat digunakan untuk

pengumpulan data.

Skoring dengan cara :

( jumlah soal x skor tertinggi)+( jumlah soal x skor terrendah)


2

( 10 x 4 ) +(10 x 1)
¿
2
51

50
¿
2
¿ 25

3. Kuesioner kualitas hidup

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner baku

WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality Of Life – BREF)

Kuesioner tersebut terdiri dari 26 item, yang sudah terbagi dalam 5 aspek

yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, lingkungan, kualitas

hidup. Pemberian nilai untuk masing-masing pertanyaan dari 1- 5 sesuai

dengan respon skala pengukuran (Nursalam, 2016).

Pertanyaan nomor 1 dan 2 pada kuesioner mengkaji tentang

kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1

- Fisik terdapat pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18.

Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan

26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21, dan

22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14,

23, 24, dan 25. Instrumen ini juga terdiri atas pertanyaan positif, kecuali

pada tiga pertanyaan yaitu nomor 3,4, dan 26 yang bernilai negatif.

Hasil penelitian dari pertanyaan yang ada di WHOQOL-BREF

selanjutnya dihitung skor untuk masing – masing domain sesuai dengan

persamaan untuk menghitung skor domain sehingga diperoleh skor

mentah.

Setelah diperoleh skor mentah untuk masing – masing domain.


52

Peneliti selanjutkan melakukan transformasi skor/dirubah sesuai dengan

tabel tranformasi yang ada di WHOQOL-BREF yaitu tranformed score 4

- 20 dan transformed score 0 -100. Langkah selanjutnya menjumlahkan

skor yang telah dirubah untuk masing – masing domain kemudian dibagi

4 sehingga diperoleh skor kualitas hidup.

Cara pemberian skor dengan menggunakan kriteria sebagai

berikut: 0-20 = kualitas hidup sangat buruk, 21-40 = kualitas hidup

buruk, 41-60 = kualitas hidup sedang, 61-80 = kualitas hidup baik 81-100

= kualitas hidup sangat baik. Setelah dilakukannya penggabungan sel

menjadi:

a. Buruk = 21-40

b. Tidak Buruk= 41-80

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner atau juga data dari hasil wawancara peneliti dengan

narasumber. Responden akan diberikan lembar kuesioner, kuesioner 1

yaitu tentang dukungan keluarga, kuesioner 2 yaitu tentang kepatuhan

diet dan kuesioner 3 tentang kualitas hidup. Setelah responden mengisi

dengan benar dan telah dikoreksi kelengkapannya oleh peneliti, data akan

dikumpulkan untuk diolah.

2. Data Sekunder
53

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak

langsung sehingga hanya diperoleh dengan mengumpulkan data awal.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui berkas rekam medis

di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

I. Tehnik Analisa Data

1. Analisa Data

Analisa data dapat dilakukan dengan dua cara yakni (Sopiyuddin, 2014):

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel

atau per variabel. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu melihat distribusi frekuensinya.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis

hubungan dua variabel. Analisis data ditunjukan untuk menjawab

tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian. Untuk hal

tersebut, uji statistik yang akan digunakan adalah uji chi square.

2. Pengolahan Data

Data akan diolah dengan menggunakan aplikasi komputer untuk

memeriksa jawaban pada kuisioner sudah lengkap, jelas dan relevan

(Sujarweni, 2014). Setelah data diolah, kemudian langkah selanjutnya

dilakukan sebagai berikut :


54

b. Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data dan analisa data atau setelah data terkumpul.

c. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan data pengolahan data dan analisa data

menggunakan komputer.

d. Tabulasi atau entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

membuat tabel kontigensi.

J. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan marupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan merupakan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan. Menurut (Hidayat, 2018) masalah etika yang perlu diperhatikan

antara lain sebagai berikut yaitu:

1. Informed Consed (Lembar konfirmasi)

Informed Consed merupakan lembar persetujuan antara peneliti dan

responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed Consed

yaitu responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa nama)


55

Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti

dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran

pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
56

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan diet dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar telah dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari sampai tanggal 10

Maret 2023. Berdasarkan pasien rawat inap dan kriteria inklusi responden

penelitian berjumlah 96 orang yang dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar. Dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji Chi Square. Adapun hasil penelitian di jelaskan sebagai

berikut:

1. Analisis Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,


pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Data karakteristik responden ini
dijelaskan pada tabel 5.1 sampai dengan 5.4 adalah sebagai berikut.
a. Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan usia Responden Di Rumah Sakit
Labuang Baji Makassar
Kelompok Usia n %
45-59 Tahun 42 43.8
60-74 Tahun 46 47.9
75-90 Tahun 8 8.3
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
57

Pada tabel 5.1 diatas menunjukkan distribusi frekuensi


berdasarkan kelompok usia responden terbanyak distribusi usia 60-
74 tahun memiliki distribusi 46 responden (47.9%) dan tersedikit
distribusi usia 75-90 tahun memiliki distribusi sebanyak 8
responden (8.3%).
b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 37 38.5
Perempuan 59 61.5
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh data berjenis kelamin laki-
laki memiliki distribusi sebanyak 37 responden (38.5%), dan
perempuan memiliki distribusi sebanyak 59 responden (61.5).
c. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Pendidikan n %
Tidak Sekolah 38 39.5
SD 20 20.8
SMP 21 21.9
SMA 11 11.5
Perguruan Tinggi 6 6.3
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
Berdasarkan 5.3 diatas diperoleh data dari responden dengan
pendidikan terakhir tidak sekolah memiliki distribusi sebanyak 38
58

responden (39.5%), SD memiliki distribusi sebanyak 20 responden


(20.8%), SMP memiliki distribusi sebanyak 21 responden (21.9%),
SMA memiliki distribusi sebanyak 11 responden (11.5%) dan
perguruan tinggi memiliki distribusi sebanyak 6 responden (6.3%).
d. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden Di Rumah
Sakit Labuang Baji Makassar
Pekerjaan n %
Tidak bekerja 40 41.7
Wiraswasta 38 39.6
Petani 18 18.8
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh data distribusi pekerjaan
responden yang tidak bekerja sebanyak 40 responden (41.1%),
wiraswasta dengan distribusi sebanyak 38 responden (39.6%) dan
petani dengan distribusi sebanyak 18 responden (18.8%).

2. Variabel Yang Diteliti


a. Analisa Univariat
1) Dukungan Keluarga
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Diabetes
Mellitus Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Dukungan Keluiarga n %
Baik 76 79.2
Kurang 20 20.8
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
59

Didalam tabel 5.5 dijelaskan bahwa dukungan keluarga pada


responden diabetes mellitus di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar didapatkan data dari 96 responden dengan dukungan
keluarga baik sebanyak 76 responden (79.2%) dan kurang
sebanyak 20 responden (20.8%).

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Dimensi Dukungan Keluarga Di Rumah
Sakit Labuang Baji Makassar
Dukungan n %
Keluarga
Emosional dan Baik 30 31.3
Penghargaan
Kurang 66 68.8
Total 96 100.0
Instrumental Baik 54 56.3
Kurang 42 43.8
Total 96 100.0
Informasi Baik 85 88.5
Kurang 11 11.5
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
Berdasarkan tabel 5.5 diatas distribusi frekuensi dukungan
keluarga Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar didapatkan
data dari 96 responden. Distribusi dukungan emosional dan
penghargaan baik sebanyak 30 responden (31.3%) dan kurang
sebanyak 66 responden (68.8%). Distribusi dukungan
instrumental baik sebanyak 54 responden (56.3%) dan kurang
sebanyak 42 responden (43.8%). Distribusi dukungan
informasi baik sebanyak 85 responden (88.5%) dan kurang
sebanyak 11 responden (11.5%).
60

2) Kepatuhan Diet
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus
Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Kepatuhan Diet n %
Patuh 68 70.8
Tidak patuh 28 29.2
Total 96 100.0
Sumber: Data Primer 2023
Tabel 5.7 berdasarkan distribusi frekuensi kepatuhan diet Di
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar didapatkan data 96
responden, dengan responden yang patuh sebanyak 38
responden (39.4%) dan tidak patuh sebanyak 58 responden
(60.4%).
3) Kualitas Hidup
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Kualitas Hidup n %
Baik 48 50
Buruk 48 50
Total 96 100.0
Sumber: Data primer 2023
Tabel 5.7 berdasarkan distribusi frekuensi kepatuhan diet Di
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar didapatkan data 96
responden, dengan responden yang kualitas hidupnya baik
sebanyak 48 responden (50%) dan buruk sebanyak 48
responden (50%).
61

b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dan kepatuhan diet dengan variabel independent
(dukungan keluarga dan kepatuhan diet) dan variabel dependent
(kualitas hidup pasien diabetes mellitus) dengan uji Chi-Square
(Continuity Correction).
1) Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus
Tabel 5.9
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Dukungan Kualitas Hidup Total P
Keluarga Baik Buruk value
n % n % n %
Baik 42 87.5 34 70.8 76 79.2 0,044
Kurang 6 12.5 14 29.2 20 20.8
Total 48 100 48 100 96 100
Sumber: Uji chi square
Berdasarkan tabel 5.9 diatas menunjukkan bahwa dari 96
responden (100%) yang mempunyai dukungan keluarga baik
sebanyak 76 responden (79.2%), adapun yang memiliki
kualitas hidup yang baik sebanyak 42 responden (87.5%) dan
yang memiliki kualitas hidup yang buruk sebanyak 34
responden (70.8%). Sedangkan responden yang memiliki
dukungan keluarga yang kurang sebanyak 20 responden
(20.8%), adapun yang memiliki kualitas hidup yang baik
sebanyak 6 responden (12.5%) dan yang memiliki kualiatas
hidup yang buruk sebanyak 14 responden (29.2%).
62

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji


Chi-Square diperoleh nilai p = 0,044 < (α=0,05) maka Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus.
2) Hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus
Tabel 5.10
Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
Kepatuhan Kualitas Hidup Total P
Diet Baik Buruk value
n % n % n %
Patuh 29 60. 39 81. 68 70.8 0,025
4 2
Tidak 19 39. 9 18. 28 29.2
Patuh 6 8
Total 48 100 48 100 96 100
Sumber: Uji chi square
Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa dari 96
responden (100%) yang kepatuhan dietnya baik sebanyak 68
responden (70.8%), adapun yang memiliki kualitas hidup baik
sebanyak 29 responden (60.4%) dan yang memiliki kualitas
hidup yang buruk sebanyak 39 responden (81.2%). Sedangkan
yang kepatuhan dietnya kurang sebanyak 28 responden
(29.2%), adapun yang memiliki kualiatas hidup yang baik
sebanyak 19 responden (39.6%) dan yang memiliki kualitas
hidup yang buruk sebanyak 9 responden (18.8%).
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji
Chi-Square diperoleh nilai p = 0,025 < (α=0,05) maka Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
63

hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien


diabetes mellitus..
DAFTAR PUSTAKA

Adi, S. (2015). Kompensus Pengelolaan dan Pencengahan Diabetes Mellitus Tipe

2 Di Indonesia. PB PERKENI.

Angraini, S. S., Apriyeni, E., & Jesica, F. (n.d.). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. 7.

Assosiation, A. D. (2018). Standart of Medical Care in Diabetes. American

Diabetes Assosiation.

Bertalina, & Purnama. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi

pasien dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes

Mellitus. Jurusan Gizi Poltekkes Tanjungkarang.

Chaidir, R. (2018). Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup Pada

Penderitas Diabetes Mellitus. 2, 6.

Chusmeywati, V. (2016). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

penderita diabetes mellitus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit

II.

Decroli. (2019). Diabetes Mellitus Tipe 2 (1st ed.). Pusat Penelitian Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalan.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia.

Dewi, R. (2022). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus.

Deepublish.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan

Praktek. Edisi 5. EGC.

xi
Hanaruddin, D., & Adhiwijaya, A. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yayasan Kita Menulis.

Hasmi. (2016). Metode Penelitian Kesehatan. In Media.

Herdianti. (2017). Determinan Kualitas Hidup Pemderita DM Tipe 2 di RSUD

Ajjappange. Journal Endurance, 2(2), 74–80.

Hidayat, A. A. A. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Salemba Medika.

International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2021.

Jacob, D. E., & Sandjaya. (2018). Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup masyarakat Karubaga district sub district Tolikara propinsi Papua.

Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 1(69), 1–16.

Kemenkes, R. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Balitbangkes Kemenkes

RI.

Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup Di

Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 21(2), 109–116.

Laporan Rekam Medis Rumah Sakit Labuang Baji. (2022). Rumah Sakit Labuang

Baji.

Nasution, Z., & Kurniati Zendrato, E. (n.d.). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kepatuhan Menjalani Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Di

Puskesmas Padang Bulan Medan. 8(1), 23–30.


Norita, R. (2019). Perbedaan Level Pengetahuan Dan Sikap Pada Kepatuhan Diet

Pasien Diabetes Mellitus. Universitas Andalas.

https://scholar.unand.ac.id/45560

Notoadmojo, S. (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka.

Nurhaliza, S., Mulfianda, R., & Putra, Y. (n.d.). Hubungan Motivasi Dan

Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes

Mellitus. 2, 6.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Nuryatno. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Helvetia Medan. 1(1).

http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp/article/view/5

Oktavia, S. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet

Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas

Cikalong Kulon Tahun 2021. 2(1).

https://dohara.or.id/index.php/isjnm/article/view/223

PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Indonesia. PERKENI.

Purwaningsih, N. (2018). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.

Moerwardi. Publikasi Ilmiah, Surakarta.


Purwansyah, D. (2019). Hubungan Self Stigma Dengan Kualitas Hidup Pada

Pasien Diatebes Mellitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RS Tingkat III

Baladhika Husada Kabupaten Jember.

Sopiyuddin, D. M. (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 6.

Salemba Medika.

Suciana. (2019). Penatalaksanaan 5 Pilar Pengendalian DM Terhadap Kualitas

Hidup Pasien DM Tipe 2. Junal Ilmiah Pernas, 9(4), 311–318.

Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan

Mengurangi. Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif (Pertama). Nuha

Medika.

Suryanti, I. (2021). Buku Keperawatan Latihan Efektif untuk Pasien Diabetes

Mellitus Berbasis Penelitian. Deepublish.

Suwanti, E., Andarmoyo, S., & Purwanti, L. E. (2021). Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Health

Sciences Journal, 5(1), 70. https://doi.org/10.24269/hsj.v5i1.674


L
A
M
P
I
R
A
N

xii
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi SI
Keperawatan Panakkukang Makassar.

Nama : Nabela Nova Irianty

Nim : 21.01.033

Alamat : Jl. Tamangapa Raya V

Judul : “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah sakit Labuang Baji Makassar”

Saya harap penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negative serta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga jawaban dan hasil observasi benar-
benar dirahasiakan. Dengan demikian secara suka rela dan tidak ada unsur pemaksaan
dari siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat dengan suka rela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebangaimana mestinya.

Makassar, Februari .2023


Responden,

(.................................)
KUESIONER PENELITIAN
No Kuesioner :
Tanggal Wawancara :
Petunjuk Penelitian :
Beri tanda (X) pada pilihan pertanyaan dibawah ini:

IDENTITAS RESPONDEN
Nama

Jenis kelamin
Laki-laki

Perempuan

Umur

Alamat

No. Telepon

Pekerjaan

Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi
(D3/D4/S1/S2)
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
dialami
2. Penilaian setiap pertanyaan diberikan nilai : selalu = 4, sering = 3, kadang-
kadang = 2, dan tidak pernah = 1

No Jenis Dukungan Keluarga Selalu Serin Kadang- Tidak


(4) g kadang Pernah
(3) (2) (1)
1 Dukungan Emosional dan
penghargaan
1. Keluarga selalu mendampingi
saya dalam perawatan
2. Keluarga selalu memberi
pujian dan perhatian kepada
saya
3. Keluarga tetap mencintai dan
memperhatikan keadaan saya
selama saya sakit
4. Keluarga memaklumi bahwa
sakit yang saya alami sebagai
suatu musibah
2 Dukungan Instrumental
5. Keluarga selalu menyediakan
waktu dan fasilitas jika saya
memerlukan untuk keperluan
pengobatan
6. Keluarga sangat berperan aktif
dalam setiap pengobatan dan
perawatan sakit saya
7. Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan
saya
8. Keluarga selalu berusaha
untuk mencarikan kekurangan
sarana dan peralatan
perawatan yang saya perlukan
3 Dukungan informasi
9. Keluarga selalu memberitahu
tentang hasil pemeriksaan dan
pengobatan dari dokter yang
merawat kepada saya
10. Keluarga selalu mengingatkan
saya untuk kontrol, minum
obat, olahraga dan makan
11. Keluarga selau mengingatkan
saya tentang perilaku-perilaku
yang memperburuk penyakit
saya
12. Keluarga selalu menjelaskan
kepada saya setiap saya
bertanya hal-hal yang tidak
jelas tentang penyakit saya
KUESIONER KEPATUHAN DIET
Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
dialami
2. Penilaian setiap pertanyaan diberikan nilai : selalu = 4, sering = 3, jarang = 2,
dan tidak pernah = 1

No Pernyataan Selalu Sering Jaran Tidak


(4) (3) g (2) pernah
(1)
1. Setiap hari saya makan tiga kali

2. Saya secara rutin mengontrol kadar gula


darah ke pelayanan kesehatan untuk
menentukan kebutuhan diet saya
3. Saya makan makanan sesuai dengan
anjuran dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya
4. Saya setiap hari selalu makan sayur dan
buah sesuai dengan anjuran dokter
5. Saya setiap hari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung vitamin dan
mineral
6. Saya setiap hari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung protein seperti
telur dan daging
7. Saya selalu melakukan variasi makanan
pada jadwal diet makan saya agar tidak
terjadi kebosanan
8. Saya memakai gula pengganti seperti
gula jagung pada saat ingin
mengkonsumsi makanan/minuman manis
9. Saya makan tepat waktu sesuai jadwal
yang sudah dikonsultasikan dokter dan
petugas kesehatan lainnya
10. Setiap bulan saya secara rutin
menimbang berat badan
KUESIONER KUALITAS HIDUP

Petunjuk penelitian :
1. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
dialami

No Pertanyaan Sangat Biasa Sangat


Buruk Baik
buruk saja baik
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Bagaimana menurut
Bapak/Ibu kualitas
hidup anda?
Sangat
Tidak Biasa Sangat
tidak Puas
puas saja puas
puas (4)
(1) (2) (3) (5)
2. Seberapa puas
Bapak/Ibu terhadap
kesehatan anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering Bapak/Ibu mengalami
hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir.
Tidak Dalam Dalam
Sangat
sama Sedikit jumlah jumlah
sering
sekali (4) sedang banyak
(5) (3) (2) (1)
3. Seberapa jauh rasa
sakit fisik Bapak/Ibu
sehingga mencegah
anda dalam
beraktivitas
sesuai kebutuhan
anda?
4. Seberapa sering
Bapak/Ibu
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari?
Tidak Sedikit Dalam Dalam
Sangat
sama (2) jumlah jumlah
sering
sekali sedang banyak
(4)
(1) (3) (5)
5. Seberapa jauh
Bapak/Ibu menikmati
hidup anda?
6. Seberapa jauh
Bapak/Ibu merasa
hidup anda berarti?
7. Seberapa jauh
Bapak/Ibu mampu
berkonsentrasi?
8. Secara umum,
seberapa aman
Bapak/Ibu rasakan
dalam
kehidupan sehari-hari?
9. Seberapa sehat
lingkungan tempat
tinggal Bapak/Ibu?
(berkaitan dengan
sarana dan prasarana)

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa penuh Bapak/Ibu alami hal-hal


berikut ini dalam 4 minggu terakhir ?
Tidak Dalam Dalam
Sangat
sama Sedikit jumlah jumlah
sering
sekali (2) sedang banyak
(1) (3) (4) (5)
10. Apakah Bapak/Ibu
memiliki vitalitas yang
cukup untuk beraktivitas
sehari-hari?
11. Apakah Bapak/Ibu dapat
menerima penampilan
tubuh anda?
12. Apakah Bapak/Ibu
memiliki cukup uang
untuk memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh
ketersediaan informasi
bagi Bapak/Ibu dari
hari ke hari?
14. Seberapa sering
Bapak/Ibu memiliki
kesempatan untuk
bersenang-senang/rekrea
si?

Sangat Biasa Sangat


Buruk Baik
buruk saja baik
(1) (2) (3) (4) (5)
15. Seberapa baik
kemampuan Bapak/Ibu
dalam bergaul?

Sangat
Tidak Biasa Sangat
tidak Puas
puas saja puas
puas (4)
(1) (2) (3) (5)
16. Seberapa puas
Bapak/Ibu terhadap
kesehatan anda?
17. Seberapa puas
Bapak/Ibu dengan
kemampuan anda
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan anda
sehari-hari?
18. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu dengan
kemampuan anda untuk
bekerja?
19. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu terhadap
diri anda?
20. Seberapa puaskan
Bapak/Ibu denga
hubungan personal/
sosial anda?
21. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu dengan
kehidupan seksual anda?
22. Seberap puaskah
Bapak/Ibu dengan
dukungan yang anda
peroleh dari teman anda?
23. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu dengan
kondisi tempat tinggal
anda saat ini?
24. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu dengan akses
pada layanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah
Bapak/Ibu dengan
transportasi yang harus
anda jalani?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering Bapak/Ibu merasakan atau
mengalami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir.
Tidak Cukup Sangat
Jarang Selalu
pernah sering sering
(5) (4) (3) (2) (1)
26. Seberapa sering
Bapak/Ibu memiliki
perasaan negatif seperti
“feeling blue”
(kesepian), putus asa,
cemas, dan depresi?

Anda mungkin juga menyukai