oleh:
SIS SUKARNO
NIM : 22020118183016
i
ii
ii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score System (EWSS) di Rumah Sakit
pengetahuan perawat terhadap EWSS di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawann
Salatiga. Pengetahuan EWSS yang baik akan berdampak pada persepsi dan sikap
perawat dalam menerapkan EWSS. Penerapan EWSS yang sesuai standar akan
menurunkan angka kejadian henti jantung dan menurunkan angka transfer emergensi
yang tidak direncanakan ke ICU dan mencegah terjadinya severe adverse event.
Proposal penelitian ini memiliki kekurangan dan kelebihan yang diharapkan dapat
Penulis,
Sis Sukarno
v
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Pengetahuan Perawat tentang Early warning Score System (EWSS) di Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga” Proposal Penelitian ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mendapat gelar akademik Sarjana Keperawatan di Departemen
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
10. Segenap Direksi, pejabat struktural dan teman-teman perawat di rumah sakit
paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang memfasilitasi penelitian ini dan semua
pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan selama proses penyusunan proposal penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian
ini masih jauh dari kesempurnaan, maka peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dikemudian hari.
Sis Sukarno
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus:................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................9
1.4.1 Bagi rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga........................................9
1.4.2 Bagi pendidikan tinggi Keperawatan............................................................9
1.4.3 Bagi Peneliti.................................................................................................9
BAB II.........................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................10
2.1 Early Warning Score System (EWSS)...............................................................10
2.1.1 Definisi Early Warning Score System.........................................................10
2.1.2 Tujuan Penggunaan EWSS.........................................................................11
2.1.3 Indikasi Penggunaan EWSS.......................................................................11
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi responden perawat di rumah sakit paru dr. Ario Wiarawan
Salatiga (n=171)...................................................................................................40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 kerangka teori pengetahuan perawat tentang EWSS di rumah sakit paru
DAFTAR LAMPIRAN
Undip....................................................................................................................62
Lampiran 1. 2 Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit Paru dr
Wahyuningsih,SKep,.M.Kep., Sp KMB..............................................................69
PENDAHULUAN
perorangan secara paripurna meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap
dan pelayanan gawat darurat.1 Rawat inap merupakan bagian integral dari pelayanan
rumah sakit yang memberikan semua pelayanan dan jenis penyakit. Tindakan
pelayanan di rawat inap dilakukan sesuai dengan kebutuhan fisiologis pasien. Hal ini
pasien yang tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan henti jantung.
penanganan perburukan sebelum henti jantung dan jika terjadi henti jantung, segera
harapan hidup pasien. Penanganan kegawatan oleh rapid response team telah
menurunkan 17- 65% angka kejadian henti jantung di rumah sakit setelah intervensi.
1
2
pasien henti jantung mengalami penurunan fisiologis yang signifikan dalam 8 jam
sebelum terjadi henti jantung. Perubahan tanda-tanda vital seperti tekanan darah
perburukan pasien.7 Kesulitan pengisian formulir tanda-tanda vital karena tidak ada
pemahaman yang jelas terhadap skala dan variable yang dipakai untuk melihat
perburukan kondisi pasien.8 Hal tersebut berakibat hasil observasi tanda-tanda vital
tidak dicatat lengkap dan tidak dianalis.9 Pengukuran tanda-tanda vital dilakukan
perawat sebagai pekerjaan rutin dan sebagian besar dimonitor karena perintah
penanganan penyakit.9
kondisi pasien adalah early warning score system (EWSS). EWSS merupakan
sistem deteksi dini berdasarkan perubahan fisiologi pasien untuk meminta bantuan
pada semua pasien. EWSS digunakan sebagai deteksi awal pada pasien yang
pada pengamatan perawat, dokter ataupun tenaga terlatih lainnya. Perameter yang
dinilai mencakup tekanan darah sistolik, denyut nadi, jumlah pernafasan, saturasi
oksigen, suhu, dan perubahan tingkat kesadaran. Setiap parameter dinilai dan
dijumlahkan kemudian nilai yang tinggi menunjukkan bacaan tidak normal. Semakin
tinggi skor yang didapat menunjukkan kondisi mengancam jiwa atau pada skor
tertentu perlu mengaktifasi code blue. . Nilai EWSS memandu perawat bangsal
12,13
kepada pasien, melaporkan kepada tim pemberi pelayanan seperti perawat senior,
dokter jaga, dokter penanggung jawab atau melakukan aktivasi Code blue bila
diperlukan.14
kondisi fisiologis pasien dan ketepatan merespon perubahan klinis berdasarkan skor
klinis dan mengelola perburukan pasien.6 Penelitian di sebuah rumah sakit di Jakarta
EWSS.16 Hal ini menyebabkan penerapan EWSS di ruang rawat inap tidak sesuai
yang diharapkan dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur.17 Perawat
4
kondisi pasien sekaligus sebagai first responder dalam kegawatan dituntut memiliki
parameter EWSS.18 EWSS dikenal sebagai sistem “melacak (track)” and “memicu
skala eskalasi pada EWSS.5 Skala eskalasi pada EWSS memberikan intruksi jelas
tingkat perburukan pasien.5,20,21 Skala eskalasi EWSS dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu tingkat rendah, sedang dan tinggi. Ketepatan merespon perburukan klinis
berdasar skala eskalasi mampu menurunkan kejadian henti jantung pasien yang
ditransfer ke ICU.21 Mengurangi insiden aktifasi code blue pada kasus henti jantung
(0,4%) hingga 0,2%). Penurunan proporsi pasien yang diterima di ICU setelah CPR
terjadinya Severe Adverse Event seperti henti jantung dan kecacatan.23 Kesalahan
perhitungan skor EWSS juga menyebabkan kondisi pasien terlihat memburuk karena
EWSS dinilai tinggi. Ketidaksesuaian respon klinis sering ditemukan pada pasien-
pasien yang dirawat pada akhir pekan dan di shift jaga malam.23 Kurangnya
kematian.4,9
secara lengkap dan tidak dianalisis dari waktu ke waktu. Hal tersebut berakibat pada
transfer ke icu yang tidak direncanakan. Data rumah sakit paru dr. ario Wirawan dari
tahun 2017 – November 2019 menyebutkan angka kematian di ICU berkisar 35-40
% dari jumlah pasien yang dirawat serta Bed accupancy Ration (BOR) ruang ICU
EWSS agar dapat mencegah meningkatnya transfer pasien yang tidak direncanakan
ke ruang ICU. Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga belum menerapkan
EWSS tetapi rumah sakit harus melaksanakan EWSS karena Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNAR) mewajibkan staf klinis dilatih untuk mengenali
perubahan kondisi perburukan pasien dan melakukan tindakan. Data di rumah sakit
menunjukkan bahwa 60% perawat telah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dan
mendapat sosialisasi dari pokja pelayanan dan asuhan pasien (PAP). Perawat rumah
sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga sebagai first responder terhadap perburukan
kondisi pasien. Penelitian tentang EWSS belum dilakukan di rumah sakit paru dr.
Ario Wirawan Salatiga sehingga tingkat pengetahuan perawat terhadap EWSS belum
diketahui.
Salatiga didapatkan tujuh dari sepuluh orang perawat telah memahami pengertian
EWSS dengan baik tetapi perawat hanya mampu menyebutkan empat dari enam
sepuluh perawat yang menyebutkan tindakan yang benar untuk mengatasi perburukan
pasien, delapan dari sepuluh perawat melaporkan perburukan pasien kepada dokter
jaga yang merupakan kebiasaan yang ada di rumah sakit. Berdasarkan fenomena yang
ada di rumah sakit, Peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan perawat tentang
early warning score system di rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
7
pasien ke ICU menjadi meningkat. Hal ini didukung dengan tingginya Bed accupancy
Ration (BOR) ruang ICU mencapai 90-100% dan angka kematian di ICU berkisar 35-
40 % dari jumlah pasien yang dirawat serta. Karena itu, diperlukan sistem deteksi dini
pasien untuk meminta bantuan dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. EWSS
semua pasien. EWSS digunakan sebagai deteksi awal pada pasien dengan penyakit
perubahan kondisi pasien sekaligus sebagai first responder dalam kegawatan dituntut
yang dilakukan. Kesalahan tindakan akan berpengaruh pada keselamatan pasien dan
8
atau kematian.
pelatihan dan simulasi early warning score system dan sisanya mendapat sosialisasi
dari pokja pelayanan dan asuhan pasien (PAP). Perawat rumah sakit paru dr. Ario
Wirawan Salatiga sebagai first responder terhadap perburukan kondisi pasien, belum
tentang gambaran pengetahuan tentang early warning score system di rumah sakit dr.
EWSS
mengenai pengetahuan perawat tentang early warning score system di rumah sakit
paru dr. Ario Wirawan Salatiga sehingga dapat ditindaklanjuti dengan menyediakan
pelatihan atau simulasi secara teratur agar dapat melaksanakan deteksi dini dan
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Early warning score system adalah sistem pelacak dan pemicu ( track
and trigger) untuk mengidentfikasi dan merespon secara efektf terhadap kondisi
pasien yang baru datang atau pasien dengan kondisi penyakit akut, sebelum terjadi
mengelompokkan tingkat keparahan penyakit pasien dan pada skor tertentu, perawat
suatu sistem yang digunakan oleh tim perawatan rumah sakit untuk mengenali tanda-
10
1
tanda awal perburukan klinis pasien, dan digunakan untuk memulai intervensi dan
1. Alat bantu penilaian klinis untuk mendeteksi dan merespon secara efektif
1. Perawat dewasa dengan usia lebih besar atau sama dengan 16 tahun
2. Tidak digunakan pada anak dengan umur kurang dari 16 tahun dan pada wanita
hamil.
3. Digunakan untuk mengkaji pasien akut yang datang ke unit gawat darurat.
5. Pasien yangakan dipindahkan dari ruang intensif kebangsa lrawat inap atau
pasien yang akan pindah dari ruang rawat inap ke ruang Intensif.
tren dari waktu ke waktu dapat dikenali dan dinilai secara akurat. Dokumentasi yang
tidak konsisten dapat berkontribusi pada kesalahan dan potensi keterlambatan dalam
vital yang ada dalam EWSS telah disesuaikan dengan pemantauan A,B,C,D,E
saturasi oksigen, C masuk dalam pemeriksaan tekanan darah dan nadi, D diwakili
oleh temperatur. Enam parameter fisiologis sederhana yang digunakan sebagai dasar
1. Respiration
2. Saturasi oksigen
4. Temperature
5. Denyut nadi
Pasien memiliki onset awal kebingungan, disorientasi dan / atau agitasi, di mana
secara koheren, tetapi ada beberapa kebingungan, disorientasi dan / atau agitasi. Jika
1
diukur dengan skala GCS akan menunjukkan skor 3 atau 4 pada respon verbal.
vital pasien. Semakin tinggi skor yang didapat menunjukkan semakin tinggi tingkat
dan kebutuhan oksigen tambahan.. Suara nafas vesikuler merupakan tanda jalan
napas yang bersih dan tidak tersumbat. Jika ditemukan suara tambahan pada suara
pernafasan, maka dapat dipastikan terjadi sumbatan pada jalan nafas pasien. Tanda
yang muncul pada obstruksi jalan nafas atau distress pernafasan adalah peningkatan
penyakit akut dan distress pada semua pasien . Frekuensi pernafasan dapat juga
meningkat sebagai akibat dari rasa sakit, sepsis, gangguan sistem saraf pusat (SSP)
menit, satu kali inspirasi dan ekspirasi dihitung satu kali nafas. Dalam melakukan
1
memunculkan polan nafas kussmaul (pernafasan cepat dan dalam), dan pada pasien
dengan gangguan batang otak atau gangguan fungsi jantung akan memperlihatkan
dinamakan apneu dan kesulitan nafas dinamakan dypsneu. Irama nafas orang dewasa
biasanya teratur.
seseorang. Tidal volume adalah jumlah udara yang masuk setiap menarik nafas.
Orang dewasa normal memiliki tidal volum sebesar 300 sampai 500 mililiter.
dalam penilaian klinis pasien akut. Pengukuran saturasi oksigen dengan pulse
oximetri dianggap lebih lebih praktis dan efektif karena alat tersebut dapat melakukan
1
penilaian fungsi jantung dan paru secara bersamaan. Alat untuk mengukur saturasi
dengan pulse oxymetri, tetapi, pada pasien dengan hipovolemia, hipotensi dan
merupakan faktor yang sangat pentuing dalam mengkaji keparahan penyakit akut.
Hipotensi merupakan gangguan sikulasi akibat dari sepsis, penurunan curah jantung,
gangguan irama jantung, depresi system saraf pusat,hipo adrenalin dan atau
merupakan efek dari obat-obatan penurun tekanan darah. Hal penting yang perlu
dicatat adalah bahwa beberapa orang mempunyai tekanan darah yang rendah
(<100mmhg) dan ini normal selama pasien dalam kondisi baik didukung oleh semua
parameter fisiologis yang lain juga menunjukkan angka normal merujuk pada catatan
tekanan darah sebelumnya. hipertensi memberi dampak yang kurang signifikan pada
pengkajian penyakit akut. Hipertensi yang parah seperti pasien dengan tekanan 220
mmhg, akan menimbulkan keluhan nyeri atau distress tetapi juga menjadi
pertimbangan bahwa penyakit akut juga memiliki tanda dan gejala yang sama dan
EWSS karena tidak menambahkan nilai pada peneilaian. Meskipun tekanan darah
2.4.1.4 Nadi
kondisi klinis pasien. Takikardi merupakan indikasi gangguan sikulasi akibat dari
sepsis dan penurunan volume darah, gagal jantung, demam, atau rasa sakit dan
penting. Pada beberapa orang, denyut jantung yang rendah mungkin normal dengan
kondisi fisik yang sehat, atau karena konsekuensi pengobatan, seperti pengobatan
blok jantung.
kode merah dalam skor tunggal. Nilai 3 dalam skor EWSS membutuhkan respon
mendesak.
a. Alert : menunjukkan pasien sadar penuh. Pasien dapat membuka mata spontan,
berespon dengan dengan rangsang suara dan memiliki fungsi motorik yang baik.
akut. Perubahan confusion dari onset awal hingga memburuk, memjadi perhatian
mendesak.
c. Voice : pasien akan memiliki respon yang berbeda ketika anda berbicara dengan
pasien. Respon yang diberikan oleh pasien, dapat berupa disalah satu dari
respon mata, suara, gerak atau respon dari ketiganya sekaligus. Contohnya
pasien akan membuka mata ketika ditanya, “apakah anda baik-baik saja?”.
Respon bisa brerupa sedikit gerak anggota badan, rintihan atau suara gerutuan.
d. Pain : pasien berespon dengan stimulus nyeri. Pada pasien tidak sadar yang
tidak berespon dengan suara, kemungkinan akan berespon dengan nyeri dengan
gerakan menunjuk rangsang nyeri, atau melakukan gerakan fleksi atau menjauhi
rangsang nyeri
1
e. Unresponsif : sama dengan kondisi ‘tidak sadar’. Pasien dinyatakan tidak sadar
ketika tidak membuka mata, tidak bersuara atau tidak memiliki repon motorik
2.4.1.6 Temperatur
metabolism sel. Temperatur yang stabil dikontrol dan dipelihara oleh hypothalamus.
metabolism, menggigil, kontraksi otot, olahraga, dan kerja thyroid) dan panas yang
lebih banyak panas maka temperatur akan naik ( fever / hypertemia) dan jika tubuh
lebih banyak mengeluarkan lebih banyak panas maka temperatur akan menurun
(Hypothermia)
98,6 °F/(37°C) pada pemeriksaan melalui mulut. Pengukuran temperatur tubuh dapat
dilakukan melalui mulut, axilla, anus. Pengukuran temperatur juga dapat dilakukan di
Parameter fisiologis yang tidak masuk dalam parameter EWSS antara lain :
2.4.1 Usia
Usia yang lebih tua dikaitkan dengan resiko klinis yang lebih tinggi,
tetapi hubungan antara usia dengan respon fisiologis pada pasien akut sangatlah
komplek.
klinis. Tapi pengukuran keluaran urin tidak selalu tersedia pada saat melakukan
diberbagai rumah sakit. Karenanya EWSS tidak memasukkan keluaran urin sebagai
2.4.3 Nyeri
Gejala nyeri harus dicatat dan ditanggapi oleh tim klinis. Nyeri tidak
selalu menghasilkan gangguan fisiologis yang harus dideteksi oleh penilain EWSS.
2.4.5 Kehamilan
kehamilan. Ada system ews atau EWSS yang kurang tepat untukmemperkirakan
hasil klinis. Pada banyak komorbiditas telah mempunyai penilaian spesifik, yang
tidak ada pada EWSS. Karena EWSS harus bersifat umum dan mencerminkan
pasien akut yang mungkin membutuhkan intervensi klinis yang mendesak ( misalnya
sepsis) atau membutuhkan transfer keperawatan yang lebih tinggi atau rumah sakit.
dalam skala EWSS standar. Besarnya skor pada EWSS menunjukkan besarnya
a. Pernafasan
b. Saturasi oksigen
1. ≤ 91 % : nilai 3
2. 92-93 % : nilai 2
3. 94-95 % : nilai 1
4. ≥ 96% : nilai 0
c. Temperatur
2. ≥ 39,1 °C : nilai 2
1. ≤ 90 mmHg : nilai 3
e. Denyut nadi
dilakukan mulai dari pasien masuk rumah sakit / unit gawat darurat dan berlanjut
ketika pasien dirawat di rawat inap. Hal tersebut dilakukan untuk deteksi awal
terhadap pasien dengan penyakit akut atau pasien dengan perburukan kondisi yang
dirawat di rumah sakit. EWSS digunakan untuk menentukan urgensi dan skala yang
2.6.1 Tingkat Penanganan Berdasarkan Ambang Batas dan Pemicu (threshold and
1. Skor EWSS 0 - 4 masuk dalam kategori respon klinik rendah dan dilakukan
penanganan dari dokter atau tim dengan kompetensi pengkajian dan pengobatan
2. Skor merah /red skor ( mempunyai skor 3 hanya pada satu parameter) masuk
dalam kategori respon klinik rendah – sedang dan dilakukan respon berbasis
2
berupa penanganan dari dokter atau tim dengan kompetensi pengkajian dan
3. Agregat skor 5-6 masuk dalam kategori respon klinik menengah dan merupakan
ambang batas untuk respon yang mendesak ( key threshold for urgent response).
Respon berupa penanganan dari dokter atau tim dengan kompetensi pengkajian
dan pengobatan penyakit akut dan dalam mengenali perubahan eskalasi yang
4. Agregat skor 7 atau lebih masuk dalam kategori respon klinik tinggi dan
2.6.2 Frekuensi Monitoring dan Tindakan yang Dilakukan Berdasarkan Skala EWSS
frekuensi monitoring kondisi pasien dan tindakan yang harus dilakukan berdasarkan
pada skala eskalasi. Standar frekuensi monitoring dan tindakan yang dilakukan
1. Skor EWSS 0 maka perlu dilakukan monitoring minimal 12 jam, tindakan yang
lembar EWSS.
2
2. Total Skor EWSS 1-4 masuk klasifikasi Rendah maka perlu dilakukan
monitoring minimal 4-6 jam, tindakan yang dilakukan adalah memberi tahu
perawat penanggung jawab pasien untuk menilai pasien lebih lanjut, Perawat
3. Skor EWSS 3 pada satu parameter masuk klasifikasi sedang maka perlu
penanggung jawab pasien menginformasikan tim medis dan atau konsul DPJP,
lebh tinggi.
4. Total skor EWSS 5-6 masuk klasifikasi sedang maka perlu dilakukan monitoring
pasien segera menginformasikan tim medis dan atau DPJP, Perawat penangung
jawab pasien meminta dokter atau tim reaksi cepat/ code blue untuk melakukan
5. Total skor 7 atau lebih masuk klasifikasi tinggi maka perlu dilakukan monitoring
termasuk dokter jaga dengan kompetensi ahli dalam penatalaksanaan jalan nafas,
2
pertimbangkan untuk mengirim pasien ke intensve care unit ( ICU ) atau high
2.7 Pengetahuan
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pada saat seseorang melakukan penginderaan melalui mata dan telinga,
pada intensitas perhatian dan persepsi seseorang terhadap objek yang diamati.27
berbeda-beda, secara garis besar dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, sebagai berikut
: 27- 28
nyamuk aedes aigepti.29 Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus
mengaplikasikan tentang apa yang telah dipahami pada situasi atau kondisi real
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya, dapat menganalisa
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Contohnya seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga.
diantaranya : 27,30
2.7.3.1.1. Usia
telah cukup umur dalam menyelesaikan masalah dari pada seseorang yang belum
cukup dewasa. 28
Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja pada
suatu kantor, instansi dan lain sebagainya. Semakin lama seseorang menggeluti
bidang yang sama maka seseorang akan semakin berpengalaman dibidangnya. Cara
memperoleh pengetahuan dari masa kerja adalah mengulang pekerjaan yang sama
2.7.3.1.3 Pendidikan
yang baru kana terhambat pada seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah.28
2.7.3.1.4 Pekerjaan
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki dan perempuan,
2.7.3.2.1 Informasi
Seseorang yang aktif mencari informasi tentang suatu objek, akan ahli terhadap objek
tersebut. Misalnya, Pemberian informasi yang jelas, dapat menjadi salah satu faktor
2.7.3.2.2 Lingkungan
dengan menggunakan satu cara, dan jika gagal maka akan menggunakan cara yang
lain.
3
menggunakan cara yang lebuh sitematis, logis dan alamiah. Cara ini sering disebut
merupajan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal tersebut. Prilaku bila
dilihat dari aspek biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makluh
hidup yang bersangkutan. Manusia yang menjadi bagian dari makluk hidup memiliki
bentang kegiatan yang sangat luas. Secara garis besar bentang aktifitas manusia
dibagi menjadi dua yaitu aktifitas-aktifitas yang dapat diamati seperti bernyanyi,
menulis dll. serta aktifitas-aktifitas yang tidak dapat diamati seperti berfantasi,
melamun dll.29
seseorang terhadap stimulus dari luar. Oleh karena itu, prilaku manusia terjadi
3
tertentu (Eliciting Stimulus), yang menimbulkan respon yang relative tetap, seperti :
stimulus atau rangsangan yang lain (reinforcing stimuli). Contohnya : jika petugas
kesehatan melakukan pekerjaanya dengan baik maka Ia kan memperoleh gaji yang
baik pula.
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.
3
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
3
Perawat mampu :
Sikap
Kepercayaan Nilai-nilai
Menurunkan
kejadian henti
jantung
Menurunkan tingkat
Faktor pendukung kematian
Faktor pendorong
Keterangan gambar :
: Berpengaruh
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2. 1 kerangka teori pengetahuan perawat tentang EWSS di rumah sakit paru
dr. Ario Wirawan Salatiga
Sumber : ,25-30
1. Ketepatan
Pelaksanaan Early Warning
identifikasi
Score System
perburukan Pasien
2. Ketepatan merespon
perubahan klinis
berdasarkan skor
EWSS
Gambar 2. 2 kerangka konsep penelitian pengetahuan perawat tentang EWSS di
rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pada masa kini, memaparkan atau menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi
secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan
dengan tanpa melakukan intervensi pada responden. Fenomena pada penelitian ini
disajikan secara lugas tanpa menipulasi dan peneliti tidak menganalisis fenomena
yang terjadi, sehingga penelitian deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Salah satu
distribusi, dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi.28 Pada penelitian
37
3
dan nilai. Penyebaran kuesioner merupakan salah satu metode yang digunakan
tentang EWSS di rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga untuk mengetahui
intervensi dan hanya meneliti tingkat pengetahuan semua perawat yang bekerja di
rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga tentang EWSS dengan menggunakan
kuesioner.
3.2.1. Populasi
mencakup semua elemen yang ada dalam suatu wilayah yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi
sasaran akhir penelitian. Populasi bersifat umum dan pada penelitian klinis dibatasi
dan dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.28 Populasi target dan populasi
3
terjangkau pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja rumah sakit paru
perhatian penelitian, berada dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.
mewakili populasi yang ada.28 Dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan
adalah semua perawat yang bekerja di rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
atau dengan kata lain teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi populasi
total samping. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah
karena jumlah anggota populasi dalam penelitian relatif kecil dan teknik ini sering
kali digunakan untuk penelitian yang ingin dibuat generalisasi dengan taraf kesalahan
sangat kecil.31 Pada penelitian ini besar sampel tidak sama dengan besar populasi, hal
ini dikarenakan ada 4 orang perawat yang tidak melaksanakan asuhan kepada pasien
4
belajar. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif pada
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. 28 Kriteria ekslusi dalam
penelitian ini adalah perawat rumah sakit paru dr. Ario Wirawan salatiga yang
tidak melakukan asuhan pada pasien karena menjadi struktural keperawatan, dan
Penelitian pengetahuan perawat tentang EWSS di rumah sakit paru dr. Ario Wirawan
Salatiga menggunakan total sampel. Total sampel adalah jumlah sampel yang
digunakan untuk penelitian sama dengan populasi yang ada. Besaran sampel setelah
dikurangi kriteria eksklusi adalah 171 orang yang terbagi dalam berbagai ruang
perawatan yaitu :
Tabel 3.1 Distribusi responden perawat di rumah sakit paru dr. Ario Wiarawan
Salatiga (n=171)
Ario Wirawan Salatiga akan dilaksanakan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga
3.4 Waktu
titik perhatian suatu penelitian. Variable dapat berupa atribut , sifat dari orang, objek
maupun kegiatan yang yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. 33
dari desain penilaian penomoran terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang
a. Kuesioner A
b. Kuesioner B
diadopsi dari tesis M Zuhri dalam tesisnya berjudul ”pengaruh penerapan early
fisiologi pasien rawat inap” yang terdiri dari 20 pertanyaan tertutup dengan
sehingga menghasilkan skore dan diukur sesuai alat ukur pada definisi
operasional.
dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur28. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh sesuai dan relevan dengan
tujuan dari pengukuran. Uji validitas dilakukan terhadap setiap pertanyaan pada
4
instrument, koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi item
dengan fungsi tes secara keseluruhan. Kuisioner tentang EWSS telah dilakukan
pengujian validitas dengan uji expert. Uji expert adalah pengujian instrument
(konstruksi dan validasi isi) dapat dilakukan dengan dikonsulkan kepada ahli /expert.
Seorang pakar diminta untuk menelaah kuisoner dan menentukan isi kuesioner telah
Expert yang telah menguji kuesioner EWSS diatas adalah Ns. Retno
Dyah Wahyuningsih, Skep., M.Kep Sp. KMB sebagai kasi mutu RSUD dr. Moewardi
Surakarta dan Ns. Sarinti, S.Kep., M. Kep sebagai kepala ruang ICU rumah sakit
Tugurejo Semarang.39
digunakan. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antar item dalam
instrument dengan total skor yang diukur. Jika r hitung > r table (0,3) maka
kuesioner tersebut valid dan siap digunakan, tetapi jika r hitung < r table (0,3)
maka kuesioner tersebut tidak valid.40 Uji validitas kuesioner EWSS akan dilakukan
kepada 30 orang perawat di rumah sakit umum pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
sebagai berikut :
Keterangan :
n = jumlah responden
X = skor pertanyaan
Y = skor total
pengukuran atau pengamatan pada fakta atau kenyataan yang dilakukan secara
berulang dalam waktu yang berlainan.28 Uji reabilitas menunjukkan bahwa suatu
instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Suatu alat ukur yang dibuat dalam bentuk kuesioner
memberikan hasil yang relative sama (tidak berbeda jauh). Koesioner pengetahuan
EWSS yang diadopsi dari penelitian M Zuhri belum dilakukan uji reabilitas. Oleh
karena itu peneliti bermaksud melakukan uji reabilitas kuesioner setelah menerima
masukan dari dosen pembimbing dan penguji proposal pada penelitian ini. Untuk
𝐾 𝑆𝑟2− Ʃ𝑆𝑟²
ɑ= (𝐾−1) ( 𝑆𝑥² )
4
Keterengan:
Uji reabilitas dengan alfa cronbach pada instrument penelitian dikatakan realibel
tidaknya distribusi sebaran data pada suatu kelompok data atau variable. Uji ini
sebagai persyaratan untuk melakukan analisis data dan dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Data yang layak dan baik untuk
membuktikan model-model penelitian yang diajukan. Data yang layak dan baik untuk
dasarnya data distribusi normal menunjukkan sebaran data yang seimbang dimana
sebagian besar data yang ada yaitu mendekati nilai mean. Data dikatakan tidak
normal, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (P<0,05). Jika P ≥ 0,05 maka
data dikatan tidak normal. Jika hasil uji normalitas didapatkan data terdistribusi
mean, sedangkan jika data terdistribusi tidak normal maka pengukuran menggunakan
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :
Salatiga.
c. Proposal skripsi disetujui oleh dosen pembimbing dan kedua dosen penguji.
pembimbing dan dosen penguji di rumah sakit umum pusat dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
untuk bukti bahwa penelitian dilakukan sesuai prosedur dan tidak melanggar
aturan.
f. Mendapat surat ijin penelitian dari rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga
kesempatan pada responden untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti.
dahulu.
m. Mengolah data yang telah terkumpul dan menyajikan data serta mengambil
kesimpulan.
3.9.1.2 Editing
kembali daftar jawaban pada data demografi dan kuesioner. Langkah ini dilakukan
untuk memeriksa kelengkapan jawaban pada setiap item dan kesalahan responden
3.9.1.3 Coding
menjadi angka atau bilangan, untuk memudahkan dalam proses entry data. Pada
5
: 1 : 17-25 tahun
2 : 26-35 tahun
3 : 36-45 tahun
4 : 46-55 tahun
1 : laki-laki
2 : Perempuan
: 1 : Diploma
2 : Sarjana
3 : Magister
1 : ≤ 7 tahun
2 : 8-14 tahun
3 : 15-21 tahun
4 : > 22 tahun
: 1 : Benar
2 : Salah
5
3.9.1.4 Skoring
a) Skor 1 : Laki-laki
b) Skor 2 : Perempuan
a) Skor 1 : Diploma
b) Skor 2 : Sarjana
c) Skor 3 : Magister
a) Skor 1 : ≤ 7 tahun
a) Skor 1 : Benar
b) Skor 2 : Salah
menjadi bentuk angka, yang selanjutnya diproses agar mudah dianalisis. Untuk
menghindari kesalahan pada proses entri data. Peneliti merekap semua jawaban
yang dianalisa adalah data karakteristik responden dan pengetahuan perawat tentang
EWSS.
menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian agar mudah
dianalisa.
pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.
ilmiah, karena dengan analisa data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
5
univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik resonden dan pengetahuan tentang
EWSS. Data numerik yang ada dalam karakteristik responden adalah usia dan masa
kerja, maka akan dianalisis dalam bentuk tendensi sentral, yaitu mean, median,
standar deviasi, confindence interval, nilai minimal dan maksimal. Sedangkan data
jenis kelamin dan tingkat pendidikan merupakan data kategorik sehingga akan
dianalisis dalam bentuk distribusi frekuensi dan proporsi, begitu pula pengetahuan
tentang EWSS yang merupakan data kategorik sehingga akan disajikan dalam bentuk
Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik penelitian oleh komisi
Salah satu tindakan yang terkait dengan prinsip meghormati hak dan martabat
persetujuan yang diperoleh secara bebas tanpa adanya tekanan dan bujukan, setelah
disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh subjek penelitian. Oleh
akan dilaksanakan, manfaat dan resiko yang mungkin akan timbul, serta meyakinkan
subjek penelitian mengerti penjelasan peneliti. Setelah itu barulah subjek peneliti
manfaat yaitu bebas penderitaan, resiko (benefit rasio) dan bebas dari eksploitasi. 44
mempertimbangkan resiko dan keuntungan bagi subjek dan partisipasi subjek dalam
yang jelas dan desain penelitian harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dari subjek peneliti. Manfaat penelitian ini bagi responden yaitu perawat di rumah
5
sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga untuk mengetahui tentang ketepatan identifikasi
dilakukan.41,45
4.1.3 Justice
berupa hak untuk mendapatkan penjelasan dan informasi, hak untuk bertanya serta
2. Cummins R, Ornato JP, Thies WH, Pepe PE, Billi JE, Seidel J, et al.
Improving Survival From Sudden Cardiac Arrest : The " Chain of Survival
2014;85(12):1699–703.
2013;8(9):432–7.
nurses implementing the Modified Early Warning Score and a 24-hour on-call
Mobile Intensive Care Nurse: An exploratory study. Intensive Crit Care Nurs.
2016;34:33–41.
7. Mok W, Wang W, Cooper S, Ang ENK, Liaw SY. Attitudes towards vital
2015;27(3):207–13.
56
5
8. Rangkuti AH. Deteksi 4 Tanda Vital Pasien Rumah Sakit Berbasis Fuzzy
Care. 2012;27(4):424.e7-424.e13.
10. Van Galen LS. Patient safety in the acute healthcare chain: Is it safer@home?
11. Jensen JK, Skår R, Tveit B. The impact of Early Warning Score and Rapid
based early warning score for ward patients: The association between score
14. The Royal College of Physicians. National Early Warning Score ( NEWS )
and optimizing the use of early warning scores in acute medical care for
score ews di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. UI; 2016.
Warning Score pada Kejadian Henti Jantung di Ruang Perawatan RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung yang Ditangani Tim Code Blue Selama Tahun 2017.
2019;7(1):33–41.
18. Prytherch DR, Smith GB, Schmidt PE, Featherstone PI. ViEWS-Towards a
Resuscitation. 2010;81(8):932–7.
2012;21(23–24):3451–65.
20. Le Lagadec MD, Dwyer T. Scoping review: The use of early warning
21. Kovacs C, Jarvis SW, Prytherch DR, Meredith P, Schmidt PE, Briggs JS, et al.
22. Moon A, Cosgrove JF, Lea D, Fairs A, Cressey DM. An eight year audit
before and after the introduction of modified early warning score (MEWS)
charts, of patients admitted to a tertiary referral intensive care unit after CPR.
Resuscitation. 2011;82(2):150–4.
5
Resuscitation. 2015;90:85–90.
24. Dean E. National Early Warning Score update. Nurs Older People.
2018;30(2):12.
25. Physicians TRC of. National Early Warning Score (NEWS) Standardising
Keperawatan. 1st ed. Nursalam, editor. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 101–
103 p.
29. Notoadmodjo S. Ilmu Perilakun Kesehata. IX. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
30. Bagaskoro SK. Teknonoli Informatika dan Komunikasi Data. 1st ed.
34. Jonathan S. Pintar Menulis Karangan Ilmiah - Kunci Sukses dalam Menulis
35. Kriyantono R. Teknik Praktis Riset Komunikasi. VII. Jakarta: Kencana; 2014.
159 p.
38. Arifin J. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi. I. Jakarta: Elex Media
2018.
37–39 p.
42. Rianto A. Aspek Hukum dalam Penelitian. I. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
43. Hanafiah Jusuf AA. Etika Kedokteran dan hukum Kesehatan. III. Jakarta:
6
45. Pamella J Brink MJW. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan.
46. Ketut SI. Metodologi Penelitian Kesehatan. II. Jogjakarta: Penerbit Adi; 2015.
171–178 p.
6
Lampiran 1. 2 Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit Paru dr
Ario Wirawan Salatiga
6
Tanggal :…………………………………………………………………
Ruang :…………………………………………………………………
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1. Early warning score system merupakan sitem sekoring
untuk mengetahui perubahan kondisi pasien
2. Tujuan diterapkan EWSS diantaranya untuk mendeteksi
6
Wirawan Salatiga.
(INFORM CONSENT)
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Yth :
Perawat tentang Early Warning Score System di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga”.
perawat tentang Early Warning Score System di Rumah sakit Paru dr. Ario
agar dapat melaksanakan deteksi dini dan penganan kegawatan dengan baik.
untuk meluangkan waktu kurang lebih 10-15 menit untuk mengisi kuesioner
yang telah saya sediakan. Jawaban dalam kuesioner yang saya berikan
Penelitian yang saya lakukan ini bersifat sukarela dan tidak ada unsur
akan digunakan untuk hal-hal merugikan dalam bentuk apapun dan saya
menghubungi saya :
No telp 085865204685
7
Demikian penjelasan dari saya, terima kasih atas perhatian dan partisipasi
menyatakan :
SETUJU/TIDAK SETUJU
Semarang,…........................2020
Peneliti, Responden,
JADWAL KONSULTASI
Hari/Tanggal :Jum’at/30/8/2019
Catatan :
Cari jurnal pendukung tentang caring perawat terhadap pasien yang menggunakan alat
berbasis berteknologi
Hari/Tanggal :Senin/9/9/2019
Catatan :
judul skripsi : Persepsi perilaku caring perawat terhadap pasien yang menggunakan alat berbasis tek
Buat pendahuluan
Catatan :
Hari/Tanggal :Rabu/25/9/2019
Catatan :
Judul skripsi pengetahuan dan sikap perawat tentang EWSS di rumah sakit
paru dr. Ario Wirawan Salatiga
Buat pendahuluan
Hari/Tanggal :Kamis/3/10/2019
Catatan :
Revisi pendahuluan :
hubungan antar peragraf belum koheren
perlu penambahan data-data berkaitan dengan manfaat EWSS
Hari/Tanggal :Kamis/31/10/2019
Catatan :
Lanjut ke Bab II
7
Hari/Tanggal :Senin/11/11/2019
Catatan :
Hari/Tanggal : Rabu/27/11/2019
Catatan :
Hari/Tanggal :Senin/2/12/2019
Catatan :
Hari/Tanggal :Senin/2/12/2019
Catatan :