Anda di halaman 1dari 133

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVERPROTECTIVE ORANG TUA

DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA PADA SISWA SMA


DI KOTA MAKASSAR

DIAJUKAN OLEH:

ANNISA NORADTASYA RACHIM


4519091062

SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA
2023

i
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVERPROTECTIVE ORANG TUA
DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA PADA SISWA SMA
DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Universitas Bosowa Sebagai


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

OLEH:

ANNISA NORADTASYA RACHIM


4519091062

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA
2023

ii
iii
iv
v
PERSYARATAN ORISINALITAS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan antara

perilaku Overprotective orang tua dengan penyesuaian diri remaja pada siswa

SMA di kota Makassar” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya dari

peneliti sendiri bukan hasil plagiat. Peneliti siap menanggung resiko/sanksi

apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika

keilmuan dalam karya yang telah peneliti buat, termasuk adanya klaim dari pihak

terhadap keaslian penelitian ini.

Makassar, 5 September 2023

Annisa Noradtasya Rachim

vi
PERSEMBAHAN

Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas berkat pertolongan,

pengampunan serta petunjuk. Kita berlindung kepada Allah SWT dari segala

kejahatan dan keburukan.

Pertama. Skripsi ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri yang telah

mampu berjuang dan bertahan sampai saat ini untuk dapat menyelesaikan

perkuliahan. Kemudian, untuk kedua orang tua yang senantiasa selalu menyertai

di setiap doa dan limpahan kasih sayang yang tak ternilai dan saudara-saudara

saya yang selalu mendukung dan memberikan saya motivasi.

Serta, skripsi ini saya persembahkan kepada seluruh dosen dan staff

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa yang bersedia membagikan ilmunya,

memberikan arahan, serta semangat dalam memberikan pengalaman yang sangat

berharga bagi peneliti selama empat tahun berproses diperkuliahan.

vii
MOTTO

rus Maju MeskPelan, yang Penting Tidak Berhenti."

"Keberanian Mengubah Mimpi Menjadi Kenyataan

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sesehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat

kelulusan Studi pada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar, dengan

judul: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVERPROTECTIVE ORANG

TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA PADA SISWA SMA DI

KOTA MAKASSAR

Dalam penulisan ini peneliti menyadari banyak kekurangan sehingga masih

jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik

yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini yang dapat berguna

bagi kita semua pada masa yang akan datang.

Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua, yang telah membesarkan, menyayangi dalam

selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tak tergantikan

serta selalu memberikan dukungan moral dan materi.

2. Ibu Patmawaty Taibe, S.Psi., M.A., M.Sc., Ph,D. selaku dekan Fakultas

Psikologi Universitas Bosowa Makassar.

3. Ibu A. Nur Aulia Saudi, S.Psi., M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Bosowa Makassar.

ix
4. Andi Muhammad Aditya, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Dosen

Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dalam penyusunan

skripsi.

5. Tarmizi Thalib, S.Psi., M.A. selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga dalam penyusunan skripsi.

6. Kepada seluruh staff tata usaha yang telah membantu dalam mengurus

administrasi ujian peneliti.

7. Seluruh dosen Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Bosowa

Makassar yang telah meluangkan waktunya untuk membagi ilmu dan

pengalaman.

8. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2019 yang telah

membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Kepada sahabat seperjuangan saya Saenab, Ria, Deo, Indah, Nabila,

Iswan, Christin yang banyak membantu dan menemani dalam

pengerjaan skripsi ini.

10. Kepada seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu-

persatu, terima kasih partisipasinya telah membantu dan menemani

peneliti selama pengerjaan skripsi ini.

Demikian penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

x
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVERPROTECTIVE ORANG TUA
DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA PADA SISWA SMA
DI KOTA MAKASSAR

Annisa Noaradtasya Rachim


4519091062
Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar
Annisachacaca000@gmail.com

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara overprotective parenting


orang tua dengan penyesuaian diri remaja SMA di kota Makassar. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 376 responden siswa SMA di kota Makassar. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan skala penyesuaian diri yang di konstruksi oleh Nurfadila (2020)
berdasarkan aspek dari Desmita (2017) dan skala overprotective parenting yang di
konstruksi oleh Musdalifah (2012) berdasarkan aspek dari Yusuf (2005). Hasil
penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
overprotective parenting orang tua dengan penyesuaian diri pada siswa SMA di
Kota Makassar dengan nilai pearson correlation 0,891 yang menunjukkan
hubungan yang kuat.

Kata Kunci : Perilaku overprotective ; Orang tua; penyesuaian diri; remaja.

xi
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTAL OVERPROTECTIVE
BEHAVIOR AND ADOLESCENT ADJUSTMENT IN HIGH
SCHOOL STUDENTS IN MAKASSAR CITY
Annisa Noaradtasya Rachim
4519091062
Faculty of Psychology, University of Bosowa Makassar
Annisachacaca000@gmail.com

The research aims to determine the relationship between parents' overprotective


parenting and the adjustment of high school adolescents in the city of Makassar.
The sample in this study was 376 high school student respondents in the city of
Makassar. This research uses quantitative methods with data collection techniques
using a self-adjustment scale constructed by Nurfadila (2020) based on aspects
from Desmita (2017) and an overprotective parenting scale constructed by
Musdalifah (2012) based on aspects from Yusuf (2005). The results of this study
found that there was a significant relationship between parents' overprotective
parenting and self-adjustment in high school students in Makassar City with a
Pearson correlation value of 0.891 which shows a strong relationship.

Keywords: overprotective behavior; Parent; adjustment; teenager.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN HASIL PENELITIAN ................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI HASIL PENELITIAN ............... v
PERSYARATAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
MOTTO ............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12
2.1 Penyesuaian diri ..................................................................................... 12
2.1.1 Pengertian Penyesuaian diri ....................................................... 12
2.1.2 Aspek Penyesuaian Diri ............................................................. 15
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri ........................... 17
2.1.4 Dampak Penyesuaian Diri .......................................................... 22
2.1.5 Pengukuran Penyesuaian Diri .................................................... 23
2.2 Over Protective Orang tua ..................................................................... 23
2.2.1 Pengertian Over Protective Orang tua ....................................... 23

xiii
2.2.2 Dimensi Over Protective ............................................................ 26
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Over Protective ... 27
2.2.4 Pengukuran Over Protective ...................................................... 27
2.2.5 Pengukuran Over Protective ...................................................... 28
2.3 Remaja .................................................................................................... 29
2.3.1 Pengertian Remaja ..................................................................... 29
2.3.2 Ciri-ciri Remaja .......................................................................... 30
2.3.3 Tugas Perkembangan Remaja .................................................... 32
2.4 Hubungan Over Protective dengan Kemampuan Penyesuaian diri
Remaja .................................................................................................... 35
2.5 Kerangka Penelitian ............................................................................... 38
2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 40
3.1 Pendekatan ............................................................................................. 40
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 40
3.3 Definisi Variabel .................................................................................... 40
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 43
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 45
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 50
4.1 Hasil ........................................................................................................ 50
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 69
4.3 Limitasi Penelitian .................................................................................. 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 78
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 78
5.2 Saran....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 84

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .................................................................. 38


Gambar 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 50
Gambar 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ......................................... 50
Gambar 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Asal Sekolah............................ 51
Gambar 4.4 Deskripsi Subjek Berdasarkan Kelas ........................................ 52
Gambar 4.5 Kategorisasi Variabel Overprotective Parenting ..................... 53
Gambar 4.6 Kategorisasi Variabel Penyesuaian Diri .................................. 57
Gambar 4.7 Kategorisasi Overprotective Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 57
Gambar 4.8 Kategorisasi Overprotective Berdasarkan Usia ........................ 58
Gambar 4.9 Kategorisasi Overprotective Berdasarkan Asal Sekolah .......... 59
Gambar 4.10 Kategorisasi Overprotective Berdasarkan Kelas ...................... 61
Gambar 4.11 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 62
Gambar 4.12 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Usia .................... 63
Gambar 4.13 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Asal Sekolah ....... 64
Gambar 4.14 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Kelas ................... 65

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Penyesuaian Diri.................................................................. 44


Tabel 3.2 Skala Overprotective Parenting .................................................... 45
Tabel 3.3 Blueprint Penyesuaian Diri ........................................................... 46
Tabel 3.4 Blueptint Overprotective Parenting .............................................. 47
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 48
Table 3.6 Tabel Interpretasi Uji Pearson Product Moment .......................... 49
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Overprotective Parenting............................... 52
Tabel 4.2 Interval Kategorisasi ..................................................................... 53
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Penyesuaian Diri ............................................ 55
Tabel 4.4 Interval Kategorisasi ..................................................................... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 66
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 67
Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Korelasi ............................................................ 67
Tabel 4.8 Klarifikasi Hubungan ................................................................... 68

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur ..................................................................................... 85


Lampiran 2 Tabulasi Data ............................................................................... 90
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ............................................ 101
Lampiran 4 Analisis Deskriptif ....................................................................... 109
Lampiran 5 Kategorisasi Variabel .................................................................. 111
Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Dan Uji Hipotesis ........................................... 115

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dimana seseorang tidak dikatakan

anak-anak namun juga tidak dikatakan orang dewasa, Dengan kata lain Pada

masa ini menandai transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

(Musthofa,2020). Remaja awal merupakan usia yang berlangsung antara tiga

belas tahun sampai enam belas tahun, dan remaja akhir yaitu usia yang

berlangsung antara enam belas tahun sampai delapan belas tahun. Masa ini

merupakan priode kritis yang menjadi dasar berhasil atau tidak menjalankan

tugas perkembangan selanjutnya, Havighurst (dalam Hurlock, 1994) .

Pada masa remaja, remaja dituntut untuk mengembangkan tugas-tugas

perkembangan agar bisa mencapai jati diri, kemandirian emosional,

kematangan hubungan sosial, dan juga persiapan dalam meneliti karir. Pada

masa ini juga remaja dituntut agar dapat berperan dilingkungannya, karena

masa ini disebut periode perubahan, baik perubahan perilaku maupun fisik,

sehingga bagi sebagian remaja hal ini dapat menimbulkan masalah baru, dan

dapat dikatakan masa ini adalah masa bermasalah (Musthofa,2020). Pada

masa ini juga, seorang remaja sedang berusaha untuk mencari jati dirinya

sehingga mempunyai keingin tahuan yang luas, dan bentuk rasa keingin

tahuan tersebut juga dapat direalisasikan melalui sosialisasi yang semakin

luas (Pranindhita,2020).

1
2

Pada masa remaja, individu akan dihadapkan pada suatu situasi untuk

menentukan keputusannya sendiri, seperti bersama siapa mereka akan

berteman, dan juga perbuatan apa yang akan mereka lakukan (Sunstein

dalam santrock, 2012). Masa remaja juga dicirikan dengan pencarian

identitas dimana remaja akan melakukan berbagai macam eksperimen, dan

juga berbagai macam peran, dan ingin merasakan kebebasan untuk

berekspresi (Piaget dalam Santrock,2012). Untuk menciptakan kebutuhan

fisik dan psikologis yang terpenuhi, remaja dituntut agar dapat menyesuaikan

diri dan berbaur dengan lingkungan sekitar dan juga dapat menjalin

hubungan akrab dengan orang lain.

Penyesuaian diri akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu

remaja memasuki masyarakat yang lebih luas dan juga merupakan salah satu

syarat penting untuk menciptakan kesehatan fisik dan mental individu.

Banyak remaja tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam hidupnya

dikarenakan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya seperti di

lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan lingkungan masyarakat pada

umumnya dengan baik. Sedemikian rupa sehingga nantinya mereka

cenderung menjadi remaja dengan harga diri rendah, introvert, suka

menyendiri, kurang percaya diri, dan merasa malu jika berada di lingkungan

asing atau baru bagi mereka.

Schneiders (1960) mendefinisikan penyesuaian diri adalah suatu proses

yang melibatkan respon mental dan juga tingkah laku berupa dorongan yang

dimiliki individu untuk menyesuaikan diri dengan keinginan dari dalam diri
3

sehingga terciptanya keselarasan antara keinginan dan harapan lingkungan.

Seorang remaja dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

agar dapat menghadapi suatu tantangan dan juga perubahan yang ada, serta

terpenuhnya suatu kebutuhan dan juga keinginan dalam diri (Abubakar &

Ngalimun, 2019). Kegagalan dalam penyesuain diri juga akan membuat

individu merasakan stress dan depresi dalam hidupnya (Mu’tadin, 2002).

Penelitian Meichati (1983) menyatakan ketika anak memasuki masa

remaja yaitu masa transisi anak-anak ke masa dewasa, pada saat ini

kebanyakan orang tua belum berubah perlakuannya, remaja masih

diperlakukan seperti anak-anak dan juga tidak memiliki banyak kesempatan

untuk memutuskan tindakan apa yang mereka inginkan, mereka masih terlalu

diawasi atau dipantau setiap kegiatan yang mereka lakukan oleh orang

tuannya sehingga perlakuan tersebut membuat sebagian remaja merasa resah

dan juga timbulnya perasaan tertekan karena tidak dapat menentukan

keputusan atau pilihan dari dalam dirinya sendiri.

Dalam penelitian Ali dan Asrori (2004) juga mempertegas bahwa salah

satu penyebab penyesuaian diri remaja adalah perilaku overprotective orang

tua, secara sepintas perilaku overprotective tersebut akan terlihat bahwa

remaja akan merasa aman, Namun secara psikologis justru akan

memunculkan suatu perasaan ancaman dan juga ketidak nyamanan bagi

remaja. Anak-anak yang diasuh oleh orang tua yang overprotective

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri karena tidak mampu mandiri,

kurang percaya diri dengan kemampuannya sendiri, merasa pilihannya


4

terbatas, dan tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas tindakannya, hal

Ini dikarenakan mereka dilindungi dari berbagai tantangan setiap saat dan

terus-menerus diberikan bantuan, Menurut Kartono (2000). Dampak dari

perilaku overprotectiv orang tua tersebut akan memunculkan sifat remaja

yang mudah gugup dan merasa tidak percaya diri seperti tidak yakin akan

kemampuan yang dimilikinya, dan juga akan mempengaruhi kualitas dirinya

dalam penyesuaian diri.

Yusuf (2011) menyatakan bahwa perilaku overprotective orang tua

merupakan perilaku dimana orang tua memberikan perlindungan yang

berlebihan terhadap anaknya, seperti memberikan bantuan secara terus

menerus, kontak yang berlebihan, keinginan untuk selalu mengawasi

kegiatan anak secara berlebihan, dan juga selalu memecahkan masalah anak.

Vreeke et al., (2013) juga menyatakan bahwa Pengawasan overprotective

adalah kecenderungan orangtua dalam melindungi anak dari bahaya dan juga

kesusahan secara berlebihan. Mappier (1982) menyatakan bahwa

overprotective merupakan cara orang tua yang mendidik anaknya dengan

kurang memberi kesempatan bagi anak untuk mengurusi keperluannya

sendiri, membuat suatu rencana, menyusun alternatif, mengambil keputusan

sendiri serta bertanggung jawab dengan keputusannya.

Penelitian Musthofa (2020) menemukan bahwa terdapat hubungan antara

perilaku overprotektive orangtua dengan penyesuaian diri remaja, yang

menunjukan bahwa perilaku overprotective orang tua berdampak sedang

terhadap penyesuaian diri seorang remaja. Penelitian serupa juga dilakukan


5

oleh pratiwi (2017) yang mendapatkan hasil signifikan terhadap pola asuh

overprotective dengan penyesuaian diri remaja didesa. Penelitian diperkuat

oleh Malau, dkk., (2021) menyatakan bahwa overprotective orangtua

memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 21,4%.

Peneliti juga telah melakukan wawancara terhadap remaja yang merasa

bahwa dirinya mendapatkan pola asuh orang tua yang overprotective terkait

dengan kemampuan penyesuaian dirinya tersebut untuk memperkuat

fenomena yang ada. Berdasarkan hasil wawacara yang diperoleh, Pada

aspek pertama yaitu kematangan emosional, dua responden menyatakan

bahwa dirinya belum bisa mengontrol emosinya dengan baik, seperti mudah

tersinggung dengan perkataan orang lain dan juga menjadi pribadi yang

gampang marah, responden juga mengatakan bahwa dirinya sering merasa

kesal terhadap orang tuanya karena merasa pergaulannya dibatasi dan merasa

terlalu dikekang, hal tersebut membuat responden menjadi pribadi yang keras

kepala dan suka membangkang terhadap orang tuanya.

Pada aspek kedua yaitu Kematangan intelektual, tiga responden

menyatakan bahwa dirinya selalu ragu dalam mengambil keputusan atas

kemauannya sendiri dikarenakan orang tuanya selalu mencampur tangani

setiap kegiatan yang dilakukan responden sehingga harus meminta

persetujuan orang tuanya terlebih dahulu, responden juga merasa tidak

percaya akan kemampuan dalam dirinya seperti merasa orang lain lebih

hebat dibandingkan dirinya, dan selalu merasa gugup & lebih banyak diam

jika tampil dihadapan orang banyak.


6

Pada aspek ketiga yaitu Kematangan sosial, dua responden menyatakan

responden kurang pandai dalam membangun relasi pertemanan

dikarenakankan responden memiliki sifat pemalu apa lagi dihadapan orang

baru, responden terkadang hanya diam dan tidak banyak bicara pada orang

yang baru ia kenal. Dan satu responden menyatakan bahwa dirinya juga

kurang bergaul terhadap lingkungan teman sebayanya dan ketika waktu

luang responden hanya menghabiskan waktunya dirumah. Pada aspek

keempat yaitu tanggung jawab atas dirinya sendiri, empat responden

mengatakan bahwa dirinya masih kurang produktif dalam mengembangkan

diri, seperti masih sering bermalas-malasan dirumah dan juga malas

bersosialisa pada lingkungan luar selain disekolahnya.

Dari data awal seperti yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

pola asuh overprotective orangtua berpengaruh terhadap penyesuaian diri

remaja dan berdasarkan fenomena yang dipaparkan juga ditemukan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada remaja adalah

perilaku overprotective orangtua, dimana ketika orangtua terlalu berlebihan

memberikan perlindungan terhadap anaknya apalagi saat anak sudah

memasuki tahap remaja, anak akan merasa sulit dalam menyesuaikan dirinya,

hal tersebut dikarenakan anak selalu bergantung kepada orangtuanya dan

sulit mengatasi sesuatu sendirian, hal tersebut juga akan melemahkan daya

juang dan ketabahan remaja dalam mengatasi masalah.

Menurut Adriano (2008) menyatakan bahwa orang tua yang

overprotective akan membuat anak menjadi seorang yang kurang terampil


7

dalam bersosialisasi, dikarenakan orangtua cenderung terlalu membatasi

ruang lingkup pergaulan anak karena takut akan terjadi hal buruk terhadap

anak sehingga membuat keterampilan bersosialisasi anak tidak berkembang

dan cenderung membuat anak menjadi pribadi introvert dan sulit

meyesuaikan diri.

Dipertegas oleh penelitian Darajat (1983) menyatakan bahwa masalah

atau dampak yang dihadapi remaja ketika memiliki penyesuaian diri yang

kurang baik akan membuat remaja menjadi pribadi yang suka menyendiri

atau menjauhkan diri dari pergaulan, dan juga memiliki sifat pemalas,

penakut, merasa malu ditempat umum, sering melamun, dan juga akan

terlihat bodoh dilingkungan sekolahnya dikarenakan sifatnya yang suka

menyendiri dan tidak mau bergaul terhadap teman sebayanya.

Hurlock (1990) menyatakan bahwa sabaiknya orang tua memperlakukan

anaknya yang sudah memasuki fase remaja dapat disesuaikan dengan

perkembangnya, seperti tidak mengatur dan diawasi secara berlebihan dan

tidak menganggap anaknya seperti anak kecil terus menerus, karena pada

fase ini remaja akan mempresepsikan dengan baik perlakuan apa saja yang

diberikan terhadap mereka sehingga hal tersebut dapat membantu remaja

dalam mengembangkan penyesuaian diri mereka. Perlakuan yang diberiakan

oleh orang tua juga dapat memberikan suatu pengaruh kepada remaja seperti

bagaimana remaja akan menyikapi suatu masalah, menilai, dan juga

bagaimana remaja akan bersikap terhadap orang lain serta mempengaruhi

kuliatas dalam berhubungan di lingkungan sekitarnya.


8

Dalam penelitian yang dilakukan Fitria (2013) menyatakan bahwa pola

asuh yang diberikan oleh orang tua merupakan salah satu dari sekian

banyaknya faktor yang menyatakan suatu pengaruh terhadap penyesuaian

diri remaja, yang dimana saat orang tua memberikan kepercayaan terhadap

remaja maka remaja tersebut akan meningkatkan penyesuaian diri mereka

dengan baik dikarenakan remaja mendapat dukungan atau respon yang baik

terhadap orang tuanya dalam beradaptasi dilingkunganya. Namun hal

sebaliknya, jika orang tua remaja memiliki sifat overprotective yang

memberikan batasan terhadap mereka dalam bergaul, hal tersebut dapat

menghambat penyesuaian diri mereka dan juga akan memunculkan sifat yang

selalu bergantung kepada orang tua dan sulit menyelesaikan masalah yang

dialami sendiri.

Menurut Herlina, dkk (2021) memukakan bahwa lingkungan keluarga

merupakan faktor penting bagi remaja dalam pengaruh dalam penyesuaian

dirinya dikarenakan lingkunga keluarga merupakan media sosiali bagi

perkembangan remaja. Remaja akan mengalami keterlambatan dalam

menjalani tugas – tugas perkembangan remaja, jika orang tua terlalu ikut

serta dalam memberikan bantuan terhadap remaja. Dipertegas oleh fatimah

(2006) bahwa lingkungan keluarga merupakan proses sosial serta interaksi

sosial pertama remaja dalam kehidupannya.

Peneliti sebelumnya mempunyai keterhambatan dalam pemilihan subjek

yang kurang spesifik dan latar belakang tempatnya yang masih umum, dan

juga kekurangan dalam penelitian sebelumnya terdapat pada alat ukurnya,


9

seperti penelitian yang dilakukan oleh syarafina dan sugiasih (2020)

menyatakan bahwa pembuatan alat ukur yang kurang maksimal akan

mempengaruhi hipotesis yang tidak signifikan, Alat ukur yang seharusnya

digunakan pada penelitian variable overprotective dan penyesuaian diri harus

benar–benar kuat dan berada dititik tertinggi, di karenakan hubungan antara

variabel perilaku overprotective orang tua (X) terhadap variabel (Y) dalam

penelitian tersebut jika digambar akan membentuk suatu kurva normal.

Penelitian diperkuat oleh (chusna,2008) memukakan bahwa pada saat

menyusun alat ukur yang kurang maksimal, hasil yang didapatkan juga akan

kurang maksimal, maka yang terjadi saat alat ukur yang digunakan kurang

maksimal yang seharusnya hasil uji hipotesis yang seharusnya signifikan

negatif, malah yang diperoleh adalah hasil uji hipotesis yang berupa

signifikan positif. Pada penelitian sebelumnya, kebanyakan jurnal yang

hanya meneliti Hubungan antara overprotective orang tua terhadap

penyesuaian diri remaja tanpa adanya subjek yang lebih spesifik. Namun kali

ini peneliti akan mencoba meneliti hubungan antara perilaku overprotective

orang tua terhadap penyesuaian diri remaja pada Siswa sekolah menenga atas

(SMA) dari kelas 1-3 pada kota Makassar.

Hasil dari riset peneliti, peneliti belum menemukan jurnal atau penelitian

sebelumnya yang mengobservasi variable tersebut terhadap remaja sekolah

menengah atas di kota Makassar, jadi peneliti berniat melakukan observasi

tersebut bertepatan pada lokasi sekota Makassar. Hal ini merupakan daya

beda antara penelitian yang akan diteliti dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, selain itu juga hasil dari penelitian ini dengan penelitian
10

sebelumnya akan mengalami perbedaan di karenakan subjek, tempat, dan

juga cara yang akan digunakan juga berbeda, sehingga penelitian ini

memiliki posisi yang layak untuk diteliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yaitu untuk melihat

hubungan perilaku overprotective orang tua terhadap penyesuaian diri pada

remaja SMA di kota Makassar. Perilaku overprotectiv orang tua pada

penelitiaan ini merupakan faktor eksternal yang mungkin dapat

mempengaruhi individu dalam proses penyesuaian dirinya dan juga cara

beradaptasi dalam lingkungan sosialnya. Selanjutnya dalam penelitian ini

penyesuaian diri merupakan suatu usaha agar seorang individu dapat diterima

pada suatu kelompok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti

diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, apakah ada hubungan

antara perilaku Overprotective orang tua terhadap penyesuaian diri Remaja

SMA dikota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Overprotective orang

tua terhadap penyesuaian diri Remaja SMA dikota Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas

mengenai ada atau tidaknya hubungan perilaku Overprotective orang tua

dengan penyesuaian diri pada remaja SMA di kota Makassar.


11

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat memberikan pemahaman terhadap orang tua

mengenai hubungan antara perilaku Overprotective orangtua dengan

penyesuaian diri remaja, serta dapat dijadikan sebagai sumber bahan yang

penting bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan kualitas penelitian.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumber informasi mengenai perilaku overprotective orang

tua terhadap penyesuaian diri remaja agar dapat menjadikan sesuatu yang

sesuai dengan aturan dan bersifat wajar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyesuaian Diri

2.1.1. Pengertian Penyesuaian Diri

Desmita (2017) mendefinisikan penyesuaian diri adalah suatu

proses penyesuaian yang melibatkan reaksi mental dan perilaku

individu dalam upaya untuk berhasil mengatasi kebutuhan dalam

dirinya, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga

terjadi keselarasan antara tuntutan dalam dirinya dengan apa yang

diharapkan oleh lingkungan dapat terwujud. Individu dapat memiliki

penyesuaian yang baik ketika mereka mampu menanggapi situasi

dengan tepat, efektif, dan memuaskan. Mereka juga dapat menangani

konflik, frustrasi, tantangan pribadi, dan situasi sosial tanpa

mengganggu hal-hal yang tidak terkait dengan masalah tersebut,

sehingga menghasilkan hubungan interpersonal dan kebahagiaan

bersama dengan orang-orang di sekitar mereka.

Penyesuaian diri sangat dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan

konflik dari diri sendiri terkaitn, kecemasan, dan hal-hal menyangkut

lingkungan. Penyesuaian diri dibutuhkan untuk dapat mencapai

keselarasan dan keharmonisan tentang tuntutan dari lingkungan dan

keinginan diri sendiri. Dalam hal penyesuaian diri, akan melibatkan

interaksi secara berlanjut baik dengan pribadi sendiri, tubuh, pikiiran,

perasaan, orang lain, lingkungan, dan perilaku (Sutafti & Rasyid,

2022).

12
13

Penyesuaian diri sangat penting dilakukan dalam hidup bersosial.

Hal tersebut merupakan suatu cara yang dilakukan mengurangi adanya

tekanan dari lingkungan yang mampu mengganggu aktivitas, pola

pikir, dan kegiatan sehari-hari. Keberhasilan dari penyesuaian diri

dapat dilihat dengan cara melihat sikap orang lain terhadap kita.

Penyesuaian diri dapat diterima apabila orang lain dapat terlihat

menyenangkan, asyik, bahkan nyaman berbicara serta berinteraksi

(Maimunah, 2020).

Penyesuaian diri atau self adaption adalah suatu hal yang perlu

diperjuangkan melalui proses untuk dapat menanggapi mental serta

perilaku orang lain terhadap kita dan menyesuaikan hal tersebut. Selain

itu, penyesuaian diri juga perlu dilakukan untuk dapat memenuhi

kebutuhan pribadi serta menghindari adanya ketegangan sosial,

kesenjangan sosial, frustasi, dan berbagai macam konflik lainnya.

Keselarasan dan kedamaian juga dapat terbentuk dengan adanya ke

penyesuaian diri yang baik (Suryadi et al., 2020).

Penyesuaian diri disebut suatu bentuk keanggupan untuk

menciptakan hubungan baik antara individu dengan orang lain maupun

individu dengan lingkungan. Penyesuaian diri juga dapat dimaknai

sebagai suatu cara seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan

keadaan lingkungan ataupun mengubah keadaan lingkungan sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan. Terdapat dua macam cara yang

dapat digunakan untuk menyesuaikan diri yaitu dengan cara pasif dan
14

cara aktif. Cara pasif yang digunakan untuk menyesuaikan diri yaitu

dengan cara mengubah diri sendiri untuk menyelaraskan dengan

keadaan sekitar. Sedangkan penyesuaian diri dengan cara aktif yaitu

berusaha merubah suasana luar atau lingkungan sehingga dapat sesuai

dengan apa yang diinginkan (Sunaryo, 2016).

Terdapat berbagai macam bentuk penyesuaian diri atau

penyesuaian diri yang dapat dilakukan oleh seorang diantaranya yaitu

dengan cara menghadapi masalah secara langsung, penyesuaian yang

dilakukan dengan mengeksplorasi terlebih dahulu situasi yang terjadi,

penyesuaian diri yang dilakukan dengan bertindak menghadapi

masalah sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman, penyesuaian

diri dengan cara mengganti kegagalan yang dimiliki, penyesuaian diri

dengan memanfaatkan serta mencari kemampuan diri penyesuaian diri

dengan cara pengendalian diri atau penyesuaian diri bersifat pasif dan

penyesuaian dengan penyusunan strategi yang terkait segala keputusan

untung dan ruginya yang akan diambil (Suharsono & Anwar, 2020)

Berdasarkan penjabaran tersebut maka dapat diketahui bahwa

penyesuaian diri merupakan cara yang dilakukan untuk mencari titik

tengah antara konflik lingkungan dengan diri sendiri sehingga dapat

menjadikan adanya keselarasan dan rasa nyaman. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara mengubah diri sendiri untuk menyesuaikan

dengan lingkungan atau mengubah lingkungan untuk sesuai dengan

kemauan diri.
15

2.1.2. Aspek Penyesuaian Diri

Terdapat beberapa aspek Penyesuaian Diri yang dikemukakan

oleh Desmita (2017) diantaranya yaitu:

a. Kematangan emosional

Kematangan emosional merupakan kemampuan individu

bersikap tenang dalam melakukan suatu hal, dimana individu

tersebut memiliki sifat tidak mudah tersinggung atas masalah yang

terjadi ataupun adanya perbedaan pendapat. Individidu dengan

penyesuain diri yang baik ialah individu yang mampu mengontrol

emosinya, hal tersebut akan menjadi suatu keharmonisan antar

individu dengan yang lainnya, dan juga kondisi dimana individu

telah mencapai tingkat kedewasaan pada perkembangan

emosionalnya.

b. Kematangan Intelektual

Kematangan intelektual adalah suatu kemampuan individu

dalam mengambil keputusan dan juga mampu memahami orang

lain. Dalam penyesuain diri, individu diharapkan mampu

mengambil keputusan berdasarkan kemauan ataupun kesesuaian

dengan keadaan dirinya, dan juga mampu mepertimbangkan

terlebih dahulu apa yang akan dirinya lakukan sebelum melakukan

tindakan. Fromm (1957) juga menyatakan bahwa individu dengan

kematangan intelektual mencakup bagaimana proses kognisi yang

terjadi dalam diri individu tersebut.


16

c. Kematangan Sosial

Kematangan emosional merupakan dimana individu dapat

beradaptasi terhadap lingkungannya maupun orang lain, sehingga

individu tersebut mampu terlibat dalam partipasi sosial, kesediaan

tolong menolong, dan juga membangu relasi atau keakraban

dengan orang lain. Menurut (Kovrygin & Kazantseva, 2013)

bahwa kematangan sosial merupakan kemampuan individu dalam

menerima suatu informasi dengan mendengarkan, membaca,

maupun mengobservasi berbagai sumber informasi yang bertujuan

untuk mengintegrasikan informasi, mengetahui maksud dari

informasi tersebut dan mengubah informasi tersebut menjadi

perilaku yang sesuai.

d. Tanggung Jawab

Individu dengan penyesuaian diri yang baik ialah dimana

individu tersebut mampu bertanggung jawab dalam setiap

perbuatan yang dirinya lakukan. Menurut Fromm (1957)

menyatakan bahwa tanggung jawab yang muncul dalam diri

individu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam

penyesuaian dirinya. Tanggung jawab merupakan suatu

kemampuan dalam memberikan keputusan yang lebih efektif dan

sesuai dengan batas-batas normal sosial (Wiyoto, 2001).


17

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri

Terdapat beberapa faktor yang dapat menguasai penyesuaian

diri diantaranya yaitu kondisi fisik, kepribadian, pendidikan,

lingkungan dan agama.

a. Kondisi fisik merupakan suatu keadaan tubuh untuk dapat

beraktivitas dengan baik. Terdapat tiga macam aspek yang masuk

ke dalam kondisi fisik yaitu:

1. Hereditas dan konstitusi fisik dalam mencari pengaruh

hereditas terhadap penyesuaian diri. Hereditas atau yang bisa

disebut sebagai pewaris sifat keturunan merupakan pendekatan

yang lebih mudah digunakan dan lebih dekat dari sistem

kondisi fisik.

2. Sistem poros tubuh atau sistem pergerakan yang dapat

dilakukan oleh individu meliputi sistem saraf, kelenjar, otot,

dan tulang.

3. Kesehatan fisik yaitu suatu keadaan tubuh terhindar dari

penyakit maupun gejala penyakit. Fisik yang sehat dapat

memudahkan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri

dibandingkan dengan fisik yang tidak sehat (Saputro &

Sugiarti, 2021).

b. Kepribadian merupakan segala sesuatu hal yang terdapat di dalam

diri manusia sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku

manusia meliputi sikap, pola pikir, emosi, sifat, dll. Terdapat


18

beberapa hal yang termasuk dalam kategori kepribadian

diantaranya yaitu:

1. Keinginan seorang merubah diri serta mampu melaksanakan

keinginan tersebut dapat mempengaruhi kepribadian dan juga

sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri.

2. Pengaturan diri akan sangat erat kaitannya dengan penyesuaian

diri titik hal tersebut disebabkan karena pengaturan diri adalah

bentuk penyesuaian yang terdapat di dalam diri sendiri meliputi

pengaturan emosional mengatur diri untuk tetap stabil mental,

dan kemampuan untuk mengarahkan diri.

3. Realisasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan dari

adanya penyesuaian serta sangat erat kaitannya dengan

perkembangan kepribadiian.

4. Inteligensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki dengan

mengkaitkan pengetahuan untuk dapat memberikan solusi

terhadap suatu masalah. Intelegensi seseorang dapat juga

disebut sebagai kualitas yang dimiliki karena dapat dijadikan

patokan terkait kecerdasan (Edi, 2021).

c. Pendidikan merupakan suatu pembelajaran oleh seseorang maupun

sekelompok baik dengan cara pengajaran penelitian dan pelatihan.

Terdapat beberapa macam pendidikan yang dimaksud diantaranya

yaitu:
19

1. Belajar atas kemauan sendiri ialah penting untuk menguasai

kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki oleh tiap individu.

Tersebut disebabkan karena belajar merupakan salah satu tahap

dalam penyesuaian diri.

2. Pengalaman merupakan salah satu pendidikan yang kita

peroleh dari sesuatu perbuatan di masa lalu baik kejadian pada

diri kita maupun orang lain. Terdapat dua macam pengalaman

yaitu pengalaman yang terbenah dan pengalaman yang

membuat trauma. Pengalaman terbenah merupakan suatu

peristiwa yang pernah terjadi kepada seseorang dan dapat

membuat rasa puas bahkan ingin kembali ke peristiwa tersebut.

Pengalaman traumatik merupakan suatu peristiwa yang terjadi

di masa lalu dan bersifat tidak menyenangkan mulai dari

menyedihkan hingga dapat membuat trauma.

3. Latihan-latihan merupakan salah satu bentuk belajar yang

berikan saya sangat mampu mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri seseorang. Hal tersebut juga berkaitan dengan

keterampilan yang dimiliki baik di bidang psikologis maupun

sosiologi.

4. Determinasi diri yang merupakan satu hal yang sangat penting

dalam proses penyesuaian diri. Setiap individu di tuntut untuk

mengetahui dirinya sendiri sehingga dapat menyesuaikan

dengan keadaan lingkungan sekitar (Ahmad et al., 2020).


20

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kesatuan yang terdapat di

sekitar manusia baik berupa benda, sumber daya, energi, makhluk

hidup lain, keadaan, yang dapat mempengaruhi suatu tindakan,

kehidupan, dan kesejahteraan manusia. Terdapat tiga macam

lingkungan yang akan dibahas dalam hal ini diantaranya yaitu

1. Liingkungan keluarga merupakan lingkungan yang awal bagi

seseorang. Dengan keluarga juga berkaitan dengan hereditas

atau faktor keturunan yang dapat diwariiskan dari orang tua

kepada anak dan dapat mempengaruhi penyesuaian diri yang

dimiliki. Lingkungan keluarga merupakan suatu lingkungan

utama yang dijadikan sebagai pembelajaran maupun patokan

dari individu. Terdapat beberapa karakteristik menonjol yang

dimiliki oleh orang tua dan dapat diwariskan kepada anak di

antaranya yaitu: penerimaan, identifikasi, idealisasi identifikasi

negatif, identifikasi menyilang, penolakan, tindakan hukuman

serta kedisiplinan, perlindungan, kecemasan, dan kebencian

2. Lingkungan sekolah adalah kondisi yang juga dapat

mempengaruhi adanya penyesuaian diri, dengan semakin baik

atau justru memperlambat (Suryadi et al., 2020).

3. Lingkungan masyarakat adalah faktor lingkungan terluar dari

keluarga dan sekolah karena akan melibatkan lebih banyak

individu maupun kelompok yang harus disesuaikan. Maka


21

lingkungan masyarakat ialah hal yang dapat mempengaruhi

kesanggupan penyesuaian diri (Saputro & Sugiarti, 2021)

e. Agama memiliki sumbangan yang cukup penting terkait

kemampuan pengembangan diri karena akan mengisi sebagian

nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, tujuan, keseimbangan hidup rumah dan

kestabilan yang dimiliki oleh seseorang (Wahyuningsih & Sari,

2014).

Berdasarkan hasil penjabaran seluruh faktor tersebut maka, dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan suatu hal yang mempengaruhi penyesuaian

diri berasal dari dalam diri sendiri diantaranya yaitu konsep diri atau

cara memandang, pola pikir yang dimiliki, sikap terkait segala sesuatu

yang dihadapi koma minat yang dimiliki, dan kepribadian yang

meliputi sifat dan karakter (Musthofa, 2020).

Selain itu faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar

diri sendiri dan mampu mempengaruhi penyesuaian diri seseorang

diantaranya yaitu faktor keluarga terutama polah asuh, faktor suasana

sekolah, faktor kelompok teman sebaya, faktor prasangka masyarakat

dan hukum serta norma yang berlaku di lingkungan (Zacky, 2022).


22

2.1.4. Dampak Penyesuaian Diri

Terdapat dua macam penyesuaian diri (Penyesuaian diri)

berlaku pada seseorang sehingga serta memiliki dampak yang berbeda

yaitu penyesuaian diri positif dan penyesuaian diri negatif.

a. Penyesuaian diri positif merupakan suatu penyesuaian diri yang

dapat dilakukan dengan baik tanpa menimbulkan adanya konflik

dari dalam diri secara psikologis maupun sosial. Penyesuaian diri

secara rsional ditandai dengan tidak terdapat suatu ketegangan

emosional tidak mmperlihatkan adanya gangguan psikologi tidak

menunjukkan bentuk frustasi, dapat berpikir secara rasional, dapat

belajar dengan baik mampu menghargai pengalaman, dapat diri

dan bersikap realistis serta objektif (Candrawati, 2019).

b. Penyesuaian diri negatif merupakan suatu penyesuaian yang

kurang dapat dilakukan dengan baik oleh seseorang. Hal tersebut

disebabkan karena adanya kesalahan individu dalam proses

penyesuaian diri. Dengan adanya penyesuaian diri yang negatif

memberikan dampak tidak baik terhadap diri sendiri diantaranya

yaitu, memiliki sikap agresif, tidak dapat berpikir realistis lebih

tidak terarah, dan memiliki emosional yang tidak tertata. Terdapat

3 reaksii dalam penyesuaian yang salah yaitu bertahan menyerang

dan melarikan diri (Sutafti & Rasyid, 2022).


23

2.1.5. Pengukuran Penyesuaian Diri

Skala penyesuaian diri yang akan digunakan dalam penelitian ini

ialah skala yang dikembangkan berdasarkar aspek-aspek dari Desmita

(2017). Teori ini menjelaskan empat aspek dalam penyesusain diri

yaitu Kematangan Emosional, Kematangan Intelektual, Kematangan

sosial, dan juga tanggung jawab. Skala ini dikonstruk oleh Nurfadila

(2020). Dalam skala ini terdapat 34 item, namun setelah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas diperoleh 2 item yang dinyatakan tidak valid.

2.2 Overprotective Orang tua

2.2.1. Pengertian Overprotective Orang tua

Pola asuh Overprotective yaitu memperlakukan remaja dengan

kontak yang berlebihan, memberikan perawatan dan bantuan kepada

remaja meskipun remaja sudah tahu bawah dia dapat merawat dirinya

sendiri, terlalu memberikan pengawasan pada remaja, Remaja yang

didik oleh orang tuanya dengan model tersebut akan memunculkan

perasaan tidak aman, mudah putus asa, melarikan diri dari

tanggungjawab, sulit memutuskan hal dengan sendirinya. perilaku

overprotective orang tua juga dapat mengakibatkan seorang remaja

merasa tidak aman jika jauh dari orang tua, sangat tergantung atau

tidak mampu mandiri, lemah hati, kurang mampu mengendalikan

emosi, kurang percaya diri, suka bertengkar, sulit dalam bergaul dan

lain-lain, dan hal tersebut dikarenakan anak sering dibantu orang tua

dalam berbagai hal dan tidak dibiasakan untuk mandiri. (Yusuf, 2005).
24

Orang tua selalu mengharap kebaikan untuk anak dan seringkali

beranggapan bahwa telah melakukan pola asuh yang terbaik kepada

anak. Sebuah pola asuh yang dilakukan kepada remaja dalam proses

pertumbuhan serta perkembangan yaitu dengan memberikan kasih

sayang yang baik, berikan kebebasan untuk memilih, mengarahkan

serta memberi pengertian, dan tidak terlalu memanjakan anak.

Seringkali orang tua memiliki pola asuh yang kurang baik terhadap

anak dan berdampak negatif yaitu pada anak yaitu suatu pola asuh

yang dilakukan atas keragu-raguan yang dimiliki oleh orang tua terkait

kemampuan anak (Romlah, 2022).

Overprotective merupakan salah satu sikap yang terbentuk di

dalam pola asuh yang kurang baik. Overprotective parenting memiliki

kecenderungan untuk ingin melindungi anak secara berlebihan dari

segala gangguan sehingga anak tidak memiliki kebebasan yang cukup

dan selalu bergantung kepada orang tua. Sikap overprotective orang

tua kepada anak yaitu dengan terlalu melindungi, mengambil

keputusan yang seharusnya melibatkan anak, membuat rencana tanpa

melibatkan anak dan selalu menjadi tanggung jawab berkat apapun

yang dipilihkan untuk anak (Febiola & Izzati, 2019).

Perilaku overprotective merupakan sikap orang tua yang

menunjukkan rasa sayangnya secara berlebihan kepada anak sehingga

membuat adanya batasan kebebasan yang dimiliki oleh anak dan dapat

menjadikan hambatan untuk perkembangan anak serta kemandirian


25

yang dimiliki. Sikap overprotective merupakan sikap pengawasan yang

berlebihan kepada anak baik pengawasan perilaku maupun tindakan.

Sikap overprotective cenderung mempertimbangkan dengan berlebihan

terkait segala hal berkaitan dengan anak (Febiola & Izzati, 2019).

Suatu perilaku orang tua untuk memberikan perlindungan yang

berlebih terhadap anak dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan

tingkat kemandirian. Hal tersebut merupakan overprotective parenting

yang terdiri dari tiga ciri-ciri diantaranya yaitu memberikan

perlindungan kepada anak untuk terhindar dari segala masalah dan

memberikan bantuan dari gangguan fisik maupun psikisnya,

pengawasan yang dilakukan secara berlebihan kepada anak yaitu

dengan cara memantau gerak, perilaku, sehingga anak tidak memiliki

ruang yang cukup luas untuk mengeksplorasi apa yang diinginkan.

Selain itu, ciri overprotective parenting yaitu sikap orang tua

melakukan pencegahan untuk kemandirian anak dengan tidak

membiarkan anak melakukan pekerjaan yang sebenarnya telah mampu

dilakukan atas dasar takut membahayakan (Darna, 2021).

Berdasarkan hasil uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

overprotective merupakan salah satu bentuk pola asuh yang berlebihan

dari orang tua untuk dapat melindungi anak terhadap segala gangguan

dan tidak memberikan peluang kepada anak untuk mengandili

keputusan. Hal tersebut dapat membahayakan perkembangan yang

dimiliki anak karena dapat menimbulkan.


26

2.2.2. Aspek Overprotective

Yusuf (2005) menyatakan bahwa, orang tua yang mempunyai

sifat overprotektive terlihat dari beberapa Aspek, yaitu kontak yang

berlebihan, perawatan atau pemberian bantuan kepada anak,

mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, dan memecahkan masalah

anak. Berikut penjelasan setiap aspeknya :

1. Kontak yang Berlebihan

Memberikan pengawasan dan perhatian yang berlebih sehingga

mengganggu kebebasan anak. Selain itu juga dapat menjadikan

anak tidak memiliki ruang lingkupnya sendiri karena terlalu

banyak batasan yang diberikan dan harus dijalankan oleh orangtua

melalui adanya pengawasan yang ketat. Hal ini juga dapat

memicu adanya kecemasan hingga tekanan psikologis anak.

2. Perawatan atau pemberian bantuan terus-menerus

Perawatan atau pemberian bantuan kepada anak yang terus-

menerus, meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri

orang tua tetap membantu.

3. Mengawasi Kegiatan secara berlebihan

Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, orang tua senantiasa

mengawasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak.

4. Memecahkan Masalah

Memecahkan masalah anak, orang tua tidak membiasakan anak

agar belajar memecahkan masalah, selalu membantu memecahkan


27

masalah-masalah pribadi anak, meskipun masalah yang dialami

bisa diatasi sendiri

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Overprotective

Berikut faktor-faktor yang menjadikan sumber alasan perilaku

over protective orang tua antara lain:

a. Adanya khawatir orang tua berlebih terhadap ancaman yang bisa

dihadapi oleh anak sehingga muncul rasa was-was untuk

melindungi.

b. Keinginan tanpa sadar untuk membantu dan memfasilitasi

kehidupan anaknya.

c. Karena orang tua takut kesulitan, tidak mau berjerih payah dan

ingin enak. Para orang tua takut saat anaknya bertindak atau keras

kepala dan terus mendesak jika kemauannya tidak diikuti.

d. Orang tua mempunyai pengetahuan yang rendah. Kebanyakan

orang tua, baik yang tidak terpelajar, mengetahui apa yang

diperbolehkan dan apa yang harus dihilangkan. Perilaku orang tua

terhadap anaknya antara lain kecemasan yang berlebihan, selalu

menuruti keinginan anak, penerapan perkembangan anak yang

salah, serta penerapan norma dalam keluarga yang terlalu ketat

(Hukma Salmin et al., 2021).

2.2.4. Dampak Overprotective

Perilaku overprotective yang diterapkan oleh orang tua terhadap

anak dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya yaitu:


28

a. Membiasakan anak untuk hidup tidak tertib disebabkan adanya

sikap orang tua yang berusaha melindungi anak dengan berbagai

cara

b. Berpengaruh terhadap perkembangan anak yang mengakibatkan

rendahnya rasa percaya diri akan kemampuan diri sendiri mental

yang lemah dan memiliki sisi keegoisan yang tinggi. Hal tersebut

menjadikan anak cenderung dapat dengan mudah mengalami

frustasi

c. Selain itu, dampak negatif juga ditemui apabila orang tua

memberikan pola asuh overprotective kepada anak yaitu dengan

bersikap iri, dengki, susah mengendalikan emosi, sulit dalam

bergaul, hal sering bertengkar dengan orang lain. Hal tersebut

merupakan suatu dampak yang berakibat kepada ketidaknyamanan

lingkungan atau orang lain (Hukma Salmin et al., 2021).

2.2.5. Pengukuran Overprotective

Skala overprotective orang tua yang akan digunakan dalam

penelitian ini ialah skala yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek

dari Yusuf (2005). Teori ini menjelaskan empat aspek dalam

overprotective yaitu kontak yang berlebihan kepada anak, perawatan

atau pemberian bantuan secara terus menerus, kontrol atau pengawasan

terhadap aktifitas-aktifitas yang dilakukan dan selalu pemecahan

masalah-masalah anak. Skala ini dikonstruk oleh Musdalifah (2012).

Dalam skala ini terdapat 60 item, namun setelah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas diperoleh 31 item yang dinyatakan tidak valid.


29

2.3 Remaja

2.3.1. Pengertian Remaja

Menurut KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) remaja memiliki

arti yaitu seseorang yang sudah mulai dewasa, seseorang yang sudah

siap kawin dan bukan kanak-kanak lagi. Masa remaja merupakan suatu

masa pergantian antara periode kehidupan anak dan periode kehidupan

dewasa, WHO memberi batas usia pada remaja yaitu antara 12 sampai

24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah masa yang sering

disebut dengan badai atau tekanan yaitu suatu masa terjadinya

ketidakseimbangan emosi yang dialami sehingga pada masa remaja

sangat sensitif dan rentan terhadap terjadinya stress karena terjadinya

perubahan fisik dan kelenjar (Safitri, 2019).

Fase transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa ialah remaja.

Pada masa ini seorang remaja membutuhkan banyak pengakuan dari

orang lain karena adanya perkembangan yang dialami mulai dari

perkembangan fisik, anatomi tubuh pola pikir, dan psikis. Fase transisi

atau fase peralihan yang dirasakan oleh remaja juga membutuhkan

banyak penyesuaian diri dengan hal-hal baru. Masa ini, seorang

individu sedang berusaha mencari jati dirinya sehingga mempunyai

rasa keingintahuan yang luas. Bentuk rasa keingintahuan tersebut juga

dapat direalisasikan melalui sosialisasi yang semakin luas (Pranindhita,

2020).
30

Masa remaja, ialah perpindahan dari kanak-kanak menuju dewasa.

Pada masa ini, pada umumnya manusia mengalami masa pubertas

yaitu periode istimewa yang dinanti oleh tiap orang. Pubertas memiliki

karakteristik tertentu yang hanya di alami dalam waktu singkat antara

2 – 4 tahun dengan adanya perubahan tertentu dan sebagai perantara

dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Masa penyesuaian diri

pada masa pubertas perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-

laki. Bahkan sebagian orang juga memiliki masa penyesuaian pubertas

yang lambat yaitu sekitar 3 – 4 tahun. Wanita mengalami pertumbuhan

pubertas secara pesat ada usia 8,5 – 11,5 tahun dan mencapai

kematangan ada usia 12,5 tahun (Aulya et al., 2021).

Masa remaja banyak hal yang harus dipenuhi, salah satunya itu

harapan masyarakat terhadap remaja karena adanya pertumbuhan serta

perkembangan sehingga dibutuhkan timbal balik dari hal tersebut.

Terdapat beberapa tugas perkembangan bagi remaja diantaranya yaitu

dapat menerima keadaan fisik memperoleh kebebasan emosional

mampu bersosialisasi dengan baik memahami kemampuan diri sendiri

menguatkan penguasaan diri terhadap norma yang berlaku dan

meninggalkan sikap serta hal-hal kekanak-kanakan (Saputro &

Sugiarti, 2021).

2.3.2. Ciri-ciri Remaja

Salah satu ciri yang dapat dilihat dari remaja terkait psikologisnya

yaitu adanya perkembangan psikologis dan mengamati dari kanak-


31

kanak menjadi dewasa. Sebuah proses perubahan yang terjadi di masa

remaja merupakan titik puncak dari perkembangan jiwa dan dari

kondisi entropy dan negentropy.

a. Entropy

Entropy merupakan suatu keadaan seseorang pada usia remaja

awal dengan pola pikir, emosi, dan psikis yang belum tertata

dengan baik, pada masa ini seorang remaja akan terus mencari dan

berusaha menyusun bagian-bagian hingga menjadi lebih baik lagi

dan mencapai negentropy. Adanya kesadaran yang kurang baik,

maka seringkali masa ini membuat remaja mempunyai pengalaman

buruk terhadap dirinya maupun orang lain (Safitri, 2019).

b. Negentropy

Negentropy merupakan suatu keadaan seorang remaja dalam

proses yang matang, yaitu dengan tersusunnya segala yang telah

dilakukan dengan cara mengkaitkan pengetahuan yang telah di

dapatkan dengan suatu permasalahan yang dihadapi sehingga lebih

memiliki kesiapan yang baik untuk menyesuaikan diri (Safitri,

2019).

Kedua ciri tersebut merupakan ciri remaja dalam sebuah proses

yang global. Selain itu, terdapat ciri remaja yang dapat dilihat atau

diidentifikasi secara nyata yaitu:

a. Rasa ingin tau yang tinggi

b. Memiliki keinginan sebagai pusat perhatian


32

c. Seringkali merasa benar serat emosi yang kurang terkontrol

d. Memiliki kebiasaan membantah karena merasa punya argumen

yang benar

e. Memiliki keinginan untuk memberontak dan terus

bereksplorasi

f. Memiliki banyak keinginan

g. Seringkali mencari perhatian terutama kepada lawan jenis

h. Memiliki imajunasi yang tinggi (Karlina, 2020).

Berdasarkan hasil penjelasan tersebut, maka dapat diketahui

bahwa masa remaja ialah masa pencarian jati diri seseorang

sehingga seringkali justru menjadi masa dimulainya kenakalan-

kenakalan dari diri seseorang sehingga seringkali ada pengkajian

terkait kenakalan remaja (Pranindhita, 2020) .

2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja proses yang dilalui setiap orang sebelum menuju ke

masa dewasa. Dalam masa ini terdapat banyak perubahan serta

permasalahan yang akan hadir di kehidupan sehingga diperlukan

adanya penyesuaian diri yang baik. Berikut merupakan beberapa tugas

perkembangan bagi remaja menurut Hurlock (1980:10) :

a. Mampu menerima keadaan fisik yang dimiliki

Dalam masa remaja tedidapati banyak perubahan oleh

seseorang termasuk terkait perubahan fisik baik laki-laki maupun

perempuan. Seringkali perubahan fisik yang terjadi pada remaja


33

tidak sesuai dengan harapan diri sendiri maupun lingkungan

sehingga banyak remaja yang merasa tidak puas dan tidak mampu

menerima perubahan fisik yang dimiliki. Oleh karena itu menerima

keadaan fisik sekaligus memanfaatkan keadaan fisik tersebut

dengan baik merupakan salah satu hal yang menjadi tugas penting

perkembangan remaja (Singgih, 2018).

b. Mendapatkan sebuah kebebasan emosional

Suatu bentuk kebebasan emosional yang dimiliki oleh remaja

bukanlah hanya sebuah hak tetapi tugas yang harus dilaksanakan.

Dalam sebuah kebebasan emosional remaja berhak menerima

hubungan yang lebih matang atau erat dengan teman sebayanya

laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, kebebasan

emosional merupakan sebuah hal yang harus ditanggung dan

dikondisikan oleh remaja (Singgih, 2018).

c. Mampu bersosialisasi

Masa remaja merupakan masa perkembangan dalam berbagai

macam bidang salah satunya yaitu bidang sosial. semakin

bertambah usia seseorang maka ruang lingkup sosial yang dimiliki

juga akan semakin banyak. oleh karena itu, pada masa remaja

seseorang dituntut untuk dapat berinteraksi serta bersosialisasi

dengan baik kepada lingkungan sehingga dapat menciptakan

suasana yang baik (Singgih, 2018) .


34

d. Menemukan sebuah cara untuk dapat menganalisis diri sendiri

maupun lingkungan

Pada masa remaja terjadi perubahan serta permasalahan yang

dialami. Oleh karena itu kemampuan untuk menganalisis serta

memecahkan masalah terkait diri sendiri maupun lingkungan

adalah tugas bagi remaja yang menyangkut perkembangan diri.

Dengan adanya analisa yang baik, maka terciptalah sebuah solusi

yang baik terkait suatu permasalahan. Dalam hal ini seorang

remaja dituntut untuk menjadi seorang yang kritis untuk dapat

memperoleh banyak pengetahuan serta pengalaman (Singgih,

2018).

e. Dapat memahami serta menerima kemampuan sendiri

Dalam masa remaja seseorang cenderung memiliki cara berpikir

dan minat terhadap suatu hal. Cara berpikir yang semakin luas dan

minat yang semakin meningkat menjadikan adanya keinginan serta

kemungkinan dalam angan-angan seseorang. Dengan adanya rasa

menerima kemampuan diri sendiri dapat mencegah diri dari sikap

frustasi akibat adanya suatu hal yang tidak diinginkan terjadi

(Singgih, 2018).

f. Memperkuat penguasaan dengan cara memperbanyak edukasi atas

dasar skala nilai dan aturan yang harus dilakukan

Pada masa remaja merupakan salah satu proses pencarian jati

diri. Oleh sebab itu, pada masa ini remaja cenderung mudah
35

terpengaruh terhadap suatu hal. Dengan adanya edukasi serta

pengetahuan yang banyak dapat mengarahkan atau menuntun

remaja kepada norma yang baik dan untuk di lakukan (Singgih,

2018).

g. Meninggalkan sifat kanak-kanak yang sebelumnya dimiliki

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Oleh karena itu pada masa ini seorang

remaja diharuskan untuk dapat menghapus sedikit demi sedikit

sifat kekanak-kanakan yang semula merekat dengan diri sendiri

dan digantikan dengan sifat serta karakteristik orang dewasa

(Singgih, 2018).

2.4 Hubungan Overprotective dengan Kemampuan Penyesuaian diri Remaja

Keluarga merupakan lingkungan pusat yang akan didapat oleh anak dan

dapat berpengaruh secara efektif terhadap perkembangan anak. Anak adalah

suatu hal yang penting dalam anggota keluarga karena seringkali dinantikan

kehadirannya oleh setiap orang yang telah berumah tangga sehingga orang tua

cenderung akan menyayangi anak tersebut dengan sepenuh hati. Seringkali

rasa sayang serta keinginan untuk melindungi anak dari orang tua

terealisasikan dengan cara yang berlebihan atau overproctive. Pada

kenyataannya, pola asuh yang baik merupakan sebuah pola asuh yang

bertujuan untuk membimbing anak mulai dari perkataan, perilaku, dan sikap

yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku serta membentuk

kepribadian anak dengan mengutamakan kebutuhan di atas keinginan. Seluruh


36

bentuk pola asuh tersebut dilakukan dengan adanya pengawasan dan kontrol

yang baik serta tidak dengan cara berlebihan sehingga menjadikan anak lebih

mandiri, mengerti, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat

mengambil keputusan dengan baik (Sutafti & Rasyid, 2022).

Setiap orang tua yang juga memiliki orang tua mengalami sebuah pola

asuh dalam keluarga. Pola asuh tersebut seringkali dijadikan bahan yang dapat

dicontoh untuk mendidik anak atau bisa didapatkan dari orang tuanya sendiri

sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan suatu hal yang bisa

diwariskan. Dengan adanya perkembangan teknologi dan pengetahuan dapat

menjadikan seorang anak mampu bebas mengekspresikan dan menyalurkan

imajinasi serta pikiran yang dimiliki untuk membentuk sebuah kemandirian

(Ahmad et al., 2020).

Setiap orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat

memilih apa yang diinginkan. Hal tersebut merupakan salah satu yang dapat

mempengaruhi adanya kemampuan penyesuaian diri (Penyesuaian diri ) baik

dari diri sendiri maupun ke orang lain serta lingkungan. Penyesuaian diri

merupakan seluruh hal yang melingkupi kemungkinan yang akan dialami oleh

seseorang baik yang berhubungan dengan individual maupun kelompok.

Remaja merupakan suatu tahap pencarian jati diri dan masa membutuhkan

adanya penyesuaian diri dengan cukup tinggi, sehingga tidak jarang remaja

yang justru mengalami penyesuaian diri kurang baik. Bentuk penyesuaian diri

kurang baik dapat ditandai dengan sikap bertahan, penyerangan, dan

melarikan diri (Jojon et al., 2017).


37

Sikap overprotektive orang tua yang ditujukan kepada anak dengan cara

mengawasi secara berlebihan dan mengatasi segala permasalahan yang

dihadapi oleh anak menjadikan adanya penundaan atau bahkan

menghilangkan kesempatan anak untuk bersikap mandiri. Hal tersebut

menjadikan permasalahan yang serius karena anak cenderung tidak dapat

mengendalikan permasalahannya sendiri baik di dalam diri maupun dengan

orang lain. Dengan segala sesuatu yang serba dilakukan oleh orang tua dan

tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk bersikap menjadi kan anak

memiliki mental yang rapuh, emosional yang tidak terkontrol, kesulitan dalam

pergaulan dan tidak mampu menghadapi permasalahan yang terjadi sehingga

rentan terhadap frustasi (Sutafti & Rasyid, 2022).

Berdasarkan seluruh penjabaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

sikap overprotektive orang tua terhadap anak akan berdampak buruk terhadap

kepribadian dan tingkah laku anak sehingga dapat mempersulit dan

kemampuan menyesuaikan diri yang rendah.


38

2.5 Kerangka Penelitian


Overprotective
Parenting

Das Sein Das sollen

1. Orang tua terlalu mencampur 1. Orang tua membiarkan anak


tangani urusan anak berperilaku mandiri
2. Orang tua memberikan batasan 2. Orang tua membiarkan anak
ketat terhadap anak untuk bersosialisasi
3. Orang tua terlalu berpikiran dilingkungan sekitarnya
negatif pada setiap aktivitas 3. Orang tua memberikan
anak kepercayaan terhadap anak

Pola asuh orang tua kepada anak


secara berlebihan

 Hidup tidak tertib


 Mudah memiliki masalah
psikologis
 Sulit bersosialisasi
 Mental dan kemampuan rapuh

Mengalami masalah

Penyesuaian diri

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian


39

Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, maka dapat dilihat bahwa

perilaku Overprotective Parenting dapat mempengaruhi Penyesuaian diri atau

kemampuan penyesuaian diri melalui dampak dari perilaku Overprotective

Parenting itu sendiri.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pemikiran atau dugaan awal terkait penelitian.

Dalam hal ini hipotesis yang dikeluarkan yaitu jawaban sementara dari

hubungan antar variabel yang dijadikan sebagai permasalahan dalam

penelitian ini adalah: Terdapat hubungan yang signifikan antara overprotective

orang tua dengan penyesuaian diri pada remaja.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pengukuran dan perhitungan dalam proses penyelesaian penelitian

(Kusumastuti,2020). Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang

dilakukan untuk menyelidiki masalah dengan pengambilan data. Dalam

penelitian ini data yang diambil yaitu data overprotectif parenting dengan

penyesuaian diri untuk dapat mengetahui korelasi di antara kedua variabel.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala aspek atau atribut yang diteliti dalam suatu

penelitian (Kusumastuti,2020). Terdapat 2 variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Overprotective
Penyesuaian diri
Orang tua

3.3 Definisi Variabel

3.3.1. Definisi Konseptual

a. Penyesuaian Diri

Desmita (2017) mendefinisikan penyesuaian diri adalah suatu

proses penyesuaian yang melibatkan reaksi mental dan perilaku

individu dalam upaya untuk berhasil mengatasi kebutuhan dalam

40
41

dirinya, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialaminya,

sehingga terjadi keselarasan antara tuntutan dalam dirinya dengan

apa yang diharapkan oleh lingkungan dapat terwujud.

b. Overprotective orang tua

Yusuf (2005) menyatakan Pola asuh Overprotective yaitu

dimana orang tua memperlakukan remaja dengan kontak yang

berlebihan, memberikan perawatan dan bantuan kepada remaja

meskipun remaja sudah tahu bawah dia dapat merawat dirinya

sendiri, terlalu memberikan pengawasan pada remaja, Remaja yang

didik oleh orang tuanya dengan model tersebut akan memunculkan

perasaan tidak aman, mudah putus asa, melarikan diri dari

tanggungjawab, sulit memutuskan hal dengan sendirinya.

3.3.2. Definisi Operasional

a. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

kondisi dimana individu mampu beradaptasi secara optimal dengan

mengikuti norma yang ada dilingkungannya.

b. Overprotective orang tua

Over protective orang tua merupakan kecenderungan orang tua

untuk melindungi remaja terhadap gangguan fisik maupun

psikologis secara berlebihan, kurang memberi kesempatan kepada

remaja untuk membuat rencana, menyusun alternatif, mengurus

keperluan-keperluannya sendiri dan mengambil keputusan. Orang

tua menghindarkan remaja melakukan pekerjaan yang sebenarnya


42

bisa dilakukan sendiri, orang tua memberikan kontrol secara

berlebihan sehingga remaja tidak bebas melakukan tindakan yang

sebenarnya ingin dilakukan.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Hadi (2002) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan

individu atau penduduk yang masuk dalam penelitian untuk diteliti.

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya

(sugiyono 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa

SMA di kota Makassar.

3.4.2.Sampel

Sampel merupakan subjek yang akan dilibatkan langsung dalam

penelitian dan menjadi wakil dalam populasi. Penelitian ini tidak

menggunakan seluruh populasi dari penelitian, tapi menggunakan

sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto:2002,109). Jumlah populasi penelitian yang digunakan

sebanyak 376 siswa sebagai sampel penelitian, karena penentuan

sampel pada penelitian ini menggunakan tabel issac michael pada taraf

kesalahan 5% dengan populasi sampel tidak terhingga.

3.4.3.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel pada penelitian ini yaitu teknik

purposive sampling, Purposive sampling adalah suatu teknik yang


43

digunakan untuk memilih sekelompok subjek berdasar ciri-ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2002:82).

Dalam penelitian ini kriteria subjek yaitu :

a. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Makassar

b. Memiliki orang tua / sejak kecil diasuh oleh ayah, ibu, atau

keduannya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan

data penelitian. Untuk dapat mendapatkan data yang sesuai, maka peneliti

harus memilih teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Skala Penyesuaian diri

Skala penyesuaian diri dalam penelitian ini menggunakan skala yang

siap digunakan yang di konstruksi oleh Nurfadila (2020) berdasarkan

aspek dari Desmita (2017). Skala ini terdiri dari empat aspek yaitu

Kematangan Emosional, Kematangan Intelektual, kematangan sosial, dan

juga tanggung jawab. Skala ini terdiri dari 32 item dengan jenis skala yang

digunakan yaitu skala likert yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat

Tidak Sesuai (STS).


44

Tabel 3.1 Skala Penyesuaian Diri


Aspek- Nomor Total
No Indikator Total
Aspek Aitem Aitem
Kemampuan
1,5 2
mengontrol Emosi
Mampu membangun
kedekatan emosional 2,6 2
Kematangan dengan orang lain
1. 7
emosional Kemampuan dalam
mengekspresikan 3 1
emosi
Kemampuan
4, 7 2
memahami diri sendiri
Percaya akan
kemampuan diri 8, 12 2
sendiri
Kemampuan
Kematangan memahami orang lain 9, 13 2
2. 8
Intelektual dan keragaman
Kemampuan
10, 14 2
mengambil keputusan
Keterbukaan dalam
11, 15 2
mengenal lingkungan
Keterlibatan dalam
16, 21 2
partisipasi sosi
Kesediaan kerjasama 17, 22 2
Kematangan Kemampuan
3. 18, 23 2 10
sosial kepemimpinan
Sikap toleransi 19, 24 2
Keakraban dalam
20, 25 2
pergaulan
Sikap produktif
dalammengembangkan 32 2
diri
Melakukan
perencanaan dan
27, 33 2
melaksanakannya
Tanggung secara fleksibel
4. 9
jawab Sikap altruisme,
empati, bersahabat
28 1
dalam hubungan
interpersonal
Kesadaran akan etika
29 2
dan hidup jujur
Melihat perilaku dari 30 1
45

segi konsekuensi atas


dasar sistem nilai
Kemampuan bertindak
31 1
independen
Jumlah 19 32 32 32

2. Skala Overprotective Orang Tua

Skala Overprotective orang tua dalam penelitian ini menggunakan

skala yang siap digunakan yang di konstruksi oleh Musdalifah (2012)

berdasarkan aspek dari Yusuf (2005). Skala ini terdiri dari empat aspek

yaitu Kontak berlebih, perawatan atau pemberian bantuan terus menerus,

mengawasi kegiatan secara berlebihan, dan memecahkan masalah. Skala

ini terdiri dari 60 item dengan jenis skala yang digunakan yaitu skala likert

yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 3.2 Indikator Skala Over protective parenting


Nomor butir
No. Aspek Jumlah
Fav Unfav
2,3,21,22,27,3
1. Kontak yang berlebih 6,8,16 9
0
Perawatan atau
2. 15,17,18,26,31 13,20,25 8
pemberian terus menerus
Mengawasi kegiatan 9,10,12,14,24,
3. 11,28 8
secara berlebihan 29
4. Memecahkan masalah 1,4,5 7,19,23 6
Jumlah 21 11 31

3.6 Validitas dan Reliabillitas

a. Validitas Konstruk

Validitas merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji

sebuah kuesioner sehingga dapat memenuhi standar dan layak digunakan

untuk penelitian. Uji validitas konstrak dilakukan dengan menganalisis


46

masing-masing aspek maupun tipe hingga mencapai nilai P-value (>0,05)

dan nilai RMSEA (<0,05).

Berdasarkan indeks korelasi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan

bahwa kuesioner dapat dikatakan valid apabila memiliki indeks korelasi

>0,196 (Hidayat, 2021). Berdasarkan nilai Confirmatory Factor Analysis

(CFA) diperoleh bahwa terdapat satu item yang tidak valid pada skala

penyesuaian diri dan 31 item yang valid, Sedangkan pada skala

overprotective parenting seluruh item valid.

Berikut merupakan blueprint skala penyesuaian diri setelah dilakukan

validitas konstrak:

3.3 Blueprint setelah uji validitas


Nomor Total
No. Aspek Indikator Total
Aitem Aitem
Kemampuan
5 1
mengontrol Emosi
Mampu membangun
kedekatan emosional 2,6 2
Kematangan 6
1. dengan orang lain
emosional
Kemampuan dalam
3 1
mengekspresikan emosi
Kemampuan
4, 7 2
memahami diri sendiri
Percaya akan
8, 12 2
kemampuan diri sendiri
Kemampuan
memahami orang lain 9, 13 2
Kematangan
2. dan keragaman
Intelektual
Kemampuan
10, 14 2
mengambil keputusan 8
Keterbukaan dalam
11, 15 2
mengenal lingkungan
Keterlibatan dalam
16, 21 2
Kematangan partisipasi sosi
3.
sosial Kesediaan kerjasama 17, 22 2
Kemampuan 18, 23 2
47

kepemimpinan 10
Sikap toleransi 19, 24 2
Keakraban dalam
20, 25 2
pergaulan
Sikap produktif
dalammengembangkan 32 1
diri
Melakukan
perencanaan dan
27, 33 2
melaksanakannya
secara fleksibel
Sikap altruisme,
Tanggung empati, bersahabat
4. 28 1
jawab dalam hubungan
interpersonal
Kesadaran akan etika
29 1 7
dan hidup jujur
Melihat perilaku dari
segi konsekuensi atas 30 1
dasar sistem nilai
Kemampuan bertindak
31 1
independen
Jumlah 31

Berikut merupakan Tabel blueprint skala overprotective setelah

dilakukan validitas konstrak:

Tabel 3.4 Blueprint setelah uji validitas


Favorable Unfavorable Jumlah
No. Indikator
Item Valid
Kontak yang berlebihan
1. 2,3,21,22,27,30 6,8,16 9
pada anak
Perawatan atau bantuan
2. kepada anak terus- 15,17,18,26,31 13,20,25 8
menerus
Mengawasi kegiatan anak
3. 9,10,12,14,24,29 11,28 8
secara berlebihan
Memecahkan masalah
4. 1,4,5 7,19,23 6
anak
Jumlah 21 11 31
48

b. Realibitas

Reliabilitas merupakan suatu bentuk konsistensi dari pengukuran

maupun serangkaian alat ukur dalam sebuah penelitian sehingga dapat

diandalkan untuk menghasilkan hasil data yang konsisten. (Hidayat,

2021). Angka yang ditetapkan pada uji reliabilitas dengan menggunakan

Cronbach’s Alpha yaitu memiliki nilai lebih dari 0,6 (Asmarina et al.,

2021). Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner self adaption dan

overprotective parenting diketahui bahwa dinyatakan reliabel karena

memiliki nilai angka Cronbach’s Alpha>0,6. Berikut hasil uji reliabilitas

skala penyesuaian diri dan skala overprotective parenting:

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas


Alat Ukur Cronbach Alpha Jumlah Item
Penyesuaian Diri 0.844 31
Overprotective Parenting 0.890 31

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang

telah didapatkan dengan menggunakan SPSS 21 sebagai berikut:

a. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal sehingga data dapat digunakan dalam penelitian.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data normal atau tidak.


49

2. Uji Linieritas

Uji liniieritas digunakan untuk mengetahui apakah data dari

penelitian bersifat linier atau tidak Uji linier dalam penelitian ini

menggunakan test of linearity. Data dapat dikatakan linier apabila

memiliki nilai sig < 0,05 (Gunawan, 2020).

b. Uji hipotesis

Data yang telah didapatkan dianaliss menggunakan teknik korelasi. uji

korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan antar

variabel. Dalam penelitian ini yaitu digunakan untuk mengetahui

keterkaitan antara variabel overprotectif parenting dengan variabel

penyesuaian diri. Uji korelasi yang digunakan yaitu Uji Pearson Product

Moment.

Uji Pearson Product Moment digunakan untuk mengetahui

keterkaitan antar variabel yaitu variabel overprotecttif parenting dengan

variabel Penyesuaian diri. Dalam uji pearson product moment, memiliki

nilai korelasi dari 0 sampai 1. Berikut merupakan interpretasi hasil dari uji

pearson product moment sebagai berikut:

Tabel 3. 6 Tabel Interpretasi uji pearson product moment


Parameter
Koefisien Korelasi Interpretasi
kekuatan
0,0 – 0,2 Hubungan Sangat lemah
Kekuatan 0,2 – 0,4 Hubungan Lemah
Korelasi (r) 0,4 – 0,6 Hubungan Sedang
0,6 – 0,8 Hubungan Kuat
0,8 – 1,0 Hubungan sangat kuat
Semakin tinggi variabel A,
Arah Korelasi Positif
semakin tinggi variabel B
Semakin tinggi variabel A,
Negatif
semakin rendah variabel B
Nilai P Nilai p>0,05 Korelasi tidak bermakna
Nilai p<0,05 Korelasi bermakna
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

Subjek dalam penelitian ini adalah 376 siswa SMA di kota Makassar.

Berikut merupakan gambaran responden secara umum:

1. Deskripsi Demografi

a. Jenis Kelamin

225

151

Laki-laki Perempuan
Gambar 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini berjumlah 376 responden, diantaranya sebanyak 151

orang (40,2%) yang berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 225

orang (59,8%) yang berjenis kelamin perempuan.

b. Usia

162
132
82

17 tahun 18 tahun 19 tahun


Gambar 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia

50
51

Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini merupakan siswa SMA di kota Makassar berusia 17, 18,

dan 19 tahun. Sebanyak 132 orang (35,1%) berusia 17 tahun,

sebanyak 82 orang (21,8%) berusia 18 tahun, dan sebanyak 162 orang

(43,1%) berusia 19 tahun..

c. Asal Sekolah

106 113

61

29 23 25
19

SMAN 1 SMAN 17 SMKN 5 SMA SMA 4 SMA 22 SMA 21


Makassar Makassar Makassar Hangtuah Makassar Makassar Makassar
Makassar
Gambar 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Asal Sekolah

Berdasarkan diagram di atas, asal sekolah dibagi menjadi 7

kategorisasi yang terdiri dari SMAN 1 Makassar, SMAN 17

Makassar, SMKN 5 Makassar, SMA Hangtuah Makassar, SMA 4

Makassar, SMA 22 Makassar, dan SMA 21 Makassar. Responden

yang berasal dari SMAN 1 Makassar sebanyak 106 (28.2%) orang,

berasal dari SMAN 17 Makassar sebanyak 113 (30.1%) orang, berasal

dari SMKN 5 Makassar sebanyak 61 (16.2%) orang, berasal dari SMA

Hangtuah Makassar 29 (7,7%) orang, berasal dari SMA 4 Makassar

sebanyak 19 (5.1%) orang, berasal dari SMA 22 Makassar sebanyak

23 (6,1) orang, serta berasal dari SMA 21 Makassar sebanyak 25

(6,6%) orang.
52

d. Kelas

233

68 75

IPA IPS Bahasa


Gambar 4.4 Deskripsi Subjek Berdasarkan Kelas

Berdasarkan diagram di atas, responden yang berasal dari kelas

IPA, IPS, dan kelas Bahasa, sebanyak 233 (62%) orang dari kelas

IPA, sebanyak 68 (18.1%) orang dari kelas IPS, dan sebanyak 75

(19.9%) orang dari kelas Bahasa.

2. Deskripsi Overprotective Parenting

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Overprotective Parenting


Jumlah Skor Standar
Mean
Sampel Minimum Maximum Deviasi

376 112,63 49 149 18,35

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada variabel overprotective

parenting memperoleh mean sebesar 112,63, skor minimum sebesar 49,

skor maksimum sebesar 149, dan standar deviasi sebasar 18,35. Berikut

kategorisasi skor yang diperoleh subjek yang dibagi kedalam 5 kategori

yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah dengan

rumus sebagai berikut:


53

Tabel 4.2 Interval Kategorisasi


Batas Kategori Kategorisasi
X > X+1,5 σ Sangat Tinggi
X+0,5 σ < X< X+1,5 σ Tinggi
X - 0,5 σ < X< X+0,5 σ Sedang
X - 1,5 σ < X< X- 0,5 σ Rendah
X <X-1,5 σ Sangat Rendah

155

97
80

23 21

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


Gambar 4.5 Kategorisasi Variabel overprotective parenting

Berdasarkan kategorisasi di atas terlihat bahwa overprotective

parenting rata-rata subjek penelitian ini berada dalam kategori sedang.

Berdasarkan hasil kategorisasi diatas menunjukkan sebanyak 23 orang

(6.1%) berada dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 80 orang (21.3%)

berada dalam kategori tinggi, 155 orang (41.2%) berada dalam kategori

sedang, 97 orang (25.8%) berada dalam kategori rendah, dan 21 orang

(5.6%) berada dalam kategori sangat rendah.

Distribusi Frekuensi Aspek Overprotective Parenting

Persentase
No. Aspek
ST T S R SR
Kontak yang
1. 4% 25% 45.2% 19.4% 6.4%
berlebihan pada anak
Perawatan atau
2. bantuan terus 4.8% 23.4% 47.9% 16.2% 7.7%
menerus
54

Mengawasi kegiatan
3. anak secara 5.3% 27.1% 36.7% 22.6% 8.2%
berlebihan
Memecahkan
4. 4.3% 25.8% 38.6% 21.3% 10.1%
masalah
Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa SMA di kota Makassar

dengan bentuk perilaku overprotective dapat dilihat dengan kontak yang

berlebihan pada anak sebanyak 4% atau dialami 15 siswa dalam kategori

sangat tinggi, sebesar 25% atau 94 siswa dalam kategori tinggi, sebesar

45.2% atau 170 siswa dalam kategori sedang, sebesar 19.4% atau 73

siswa berada pada kategori rendah, dan sebesar 6.4% atau 24 siswa

berada pada kategori sangat rendah. Siswa yang orang tua memberikan

perawatan atau bantuan terus menerus sebanyak 4.8% atau 18 siswa

dalam kategori sangat tinggi, sebesar 23.4% atau 88 siswa berada pada

kategori tinggi, 47.9% atau 180 siswa dalam kategori sedang, 16.2% atau

61 siswa berada pada kategori rendah, dan 7.7% atau 29 siswa berada

pada kategori sangat rendah.

Siswa yang orang tua mengawasi kegiatan anak secara berlebihan

sebanyak 5.3% atau 20 siswa dalam kategori sangat tinggi, sebesar

27.1% atau 102 siswa berada pada kategori tinggi, 36.7% atau 138 siswa

dalam kategori sedang, 22.6% atau 85 siswa berada pada kategori rendah,

dan 8.2% atau 31 siswa berada pada kategori sangat rendah. Siswa yang

orang tua membantu memecahkan masalah anaknya sebanyak 4.3% atau

16 siswa dalam kategori sangat tinggi, sebesar 25.8% atau 97 siswa

berada pada kategori tinggi, 38.6% atau 145 siswa dalam kategori
55

sedang, 21.3 % atau 80 siswa berada pada kategori rendah, dan 10.1%

atau 38 siswa berada pada kategori sangat rendah.

3. Deskripsi Penyesuaian Diri

Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Penyesuaian Diri


Jumlah Skor Standar
Mean
Sampel Minimum Maximum Deviasi

376 104,24 61 155 13,88

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada variabel penyesuaian diri

memperoleh mean sebesar 104,24, skor minimum sebesar 61, skor

maksimum sebesar 155, dan standar deviasi sebasar 13,88. Berikut

kategorisasi skor yang diperoleh subjek yang dibagi kedalam 5 kategori

yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah dengan

rumus sebagai berikut:

Tabel 4.4 Interval Kategorisasi


Batas Kategori Kategorisasi
X > X+1,5 σ Sangat Tinggi
X+0,5 σ < X< X+1,5 σ Tinggi
X - 0,5 σ < X< X+0,5 σ Sedang
X - 1,5 σ < X< X- 0,5 σ Rendah
X <X-1,5 σ Sangat Rendah

Distribusi Frekuensi Aspek Penyesuaian Diri

Persentase
No Aspek
ST T S R SR
1. Kematangan Emosional 8.2% 21.8% 31.6% 33.5% 4.8%
2. Kematangan Intelektual 6.9% 28.2% 27.4% 31.9% 5.6%
3. Kematangan Sosial 5.1% 26.9% 37% 25.3% 5.9%
4. Tanggung Jawab 6.6% 23.1% 33.8% 29.3% 7.2%
56

Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa SMA di kota Makassar

dengan bentuk perilaku penyesuaian diri dapat dilihat dengan

kematangan emosional sebanyak 8.2% atau dialami 31 siswa dalam

kategori sangat tinggi, sebesar 21.8% atau 82 siswa dalam kategori

tinggi, sebesar 31.6% atau 119 siswa dalam kategori sedang, sebesar

33.5% atau 126 siswa berada pada kategori rendah, dan sebesar 4.8 %

atau 18 siswa berada pada kategori sangat rendah. Siswa dengan

kematangan intelektual sebanyak 6.9% atau 26 siswa dalam kategori

sangat tinggi, sebesar 28.2% atau 106 siswa berada pada kategori tinggi,

27.4% atau 103 siswa dalam kategori sedang, 31.9% atau 120 siswa

berada pada kategori rendah, dan 5.6% atau 21 siswa berada pada

kategori sangat rendah.

Siswa dengan kematangan sosial sebanyak 5.1% atau 19 siswa dalam

kategori sangat tinggi, sebesar 26.9% atau 101 siswa berada pada

kategori tinggi, 37% atau 139 siswa dalam kategori sedang, 25.3% atau

95 siswa berada pada kategori rendah, dan 5.9% atau 22 siswa berada

pada kategori sangat rendah. Siswa dengan rasa tanggung jawab

sebanyak 6.6% atau 25 siswa dalam kategori sangat tinggi, sebesar

23.1% atau 87 siswa berada pada kategori tinggi, 33.8% atau 127 siswa

dalam kategori sedang, 29.3 % atau 110 siswa berada pada kategori

rendah, dan 7.2% atau 27 siswa berada pada kategori sangat rendah.
57

155

93
79

22 27

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


Gambar 4.6 Kategorisasi Variabel Penyesuaian Diri
Berdasarkan kategorisasi di atas terlihat bahwa penyesuaian diri rata-

rata subjek penelitian ini berada dalam kategori sedang. Hal tersebut

ditunjukkan berdasarkan hasil kategorisasi diatas menunjukkan sebanyak

22 orang (5.9%) berada dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 93 orang

(24.7%) berada dalam kategori tinggi, 155 orang (41.2%) berada dalam

kategori sedang, 79 orang (21%) berada dalam kategori rendah, dan 27

orang (7.2%) berada dalam kategori sangat rendah.

4. Deskripsi Overprotective Parenting Berdasarkan Demografi

a. Deskripsi Overprotective Parenting Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

86
69
60
46
33 33
14 19
8 8

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


Gambar 4.7 Kategorisasi Overprotective Parenting Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden berjenis kelamin

laki-laki, sebanyak 8 responden berada pada kategori sangat tinggi,


58

sebanyak 33 orang berada dalam kategori tinggi, 69 orang berada

dalam kategori sedang, 33 orang berada dalam kategori rendah, dan 8

orang berada dalam kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden yang berjenis kelamin perempuan,

sebanyak 14 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 60 orang

berada dalam kategori tinggi, 86 orang berada dalam kategori sedang,

46 orang berada dalam kategori rendah, dan 19 orang berada dalam

kategori sangat rendah.

b. Deskripsi Overprotective Parenting Berdasarkan Usia

17 tahun 18 tahun 19 tahun

68
55

35 37 35
32
28
21
16
11 10 11
4 7 6

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.8 Kategorisasi Overprotective Parenting Berdasarkan Usia


Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden dengan usia 17

tahun, sebanyak 4 responden berada pada kategori sangat tinggi, 35

orang pada kategori tinggi, 55 orang pada kategori sedang, 28 orang

pada kategori rendah, dan 10 orang pada kategori sangat rendah . Pada

usia 18 tahun, sebanyak 7 orang pada kategori sangat tinggi, 21 orang

pada kategori tinggi, 32 orang pada kategori sedang, 16 orang pada

kategori rendah, dan 10 orang pada kategori sangat rendah.


59

Adapun dari 376 responden dengan usia 18 tahun, sebanyak 7

orang berada dalam kategori sangat tinggi, 21 orang berada dalam

kategori tinggi, 32 orang berada dalam kategori sedang, 16 orang

berada dalam kategori rendah, dan 6 orang berada dalam kategori

sangat rendah. Dan pada usia 19 tahun, sebanyak 11 orang berada

pada kategori sangat tinggi, 37 orang pada kategori tinggi, 68 orang

pada kategori sedang, 35 orang berada pada kategori rendah, dan 11

orang pada kategori sangat rendah.

c. Deskripsi Overprotective Parenting Berdasarkan Asal Sekolah

SMAN 1 Makassar SMAN 17 Makassar


SMKN 5 Makassar SMA Hangtuah Makassar
SMA 4 Makassar SMA 22 Makassar
SMA 21 Makassar

4745
36
24 27 25
17 19
13 9 9977
8 8 7735
365000 2554 6 3 122

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


Gambar 4.9 Kategorisasi Overprotective Parenting Berdasarkan Asal Sekolah

Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden kategorisasi

berdasarkan asal sekolah bahwa dari SMAN 1 Makassar sebanyak 3

responden berada pada kategori sangat tinggi, 24 responden pada

kategori tinggi, 47 responden pada kategori sedang, 25 responden

pada kategori rendah, dan 7 responden pada kategori sangat rendah.

Pada SMAN 17 Makassar, sebanyak 6 orang pada kategori sangat

tinggi, 36 orang pada kategori tinggi, 45 orang pada kategori sedang,


60

19 orang pada kategori rendah, dan 7 orang pada kategori sangat

rendah. Pada asal sekolah SMKN 5 Makassar, sebanyak 5 orang pada

kategori sangat tinggi, 17 orang pada kategori tinggi, 27 orang pada

kategori sedang, 9 orang pada kategori rendah, dan 3 orang pada

kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden asal sekolah SMA Hangtuah

Makassar, sebanyak 0 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 2

orang berada dalam kategori tinggi, 13 orang berada dalam kategori

sedang, 9 orang berada dalam kategori rendah, dan 5 orang berada

dalam kategori sangat rendah. Dan asal sekolah SMA 4 Makassar,

sebanyak 2 orang berada pada kategori sangat tinggi, 8 orang pada

kategori tinggi, 7 orang pada kategori sedang, 1 orang berada pada

kategori rendah, dan 0 orang pada kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden asal sekolah SMA 22 Makassar,

sebanyak 0 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 5 orang berada

dalam kategori tinggi, 9 orang berada dalam kategori sedang, 7 orang

berada dalam kategori rendah, dan 2 orang berada dalam kategori

sangat rendah. Dan asal sekolah SMA 21 Makassar, sebanyak 8 orang

berada pada kategori sangat tinggi, 4 orang pada kategori tinggi, 8

orang pada kategori sedang, 3 orang berada pada kategori rendah, dan

2 orang pada kategori sangat rendah.


61

d. Deskripsi Overprotective Berdasarkan Kelas

IPA IPS Bahasa

99

59
44
33
18 16 23 18 17 16
15
3 4 6 5

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.10 Kategorisasi Overprotective Berdasarkan Kelas


Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden kategorisasi

berdasarkan kelas subjek yaitu dari kelas IPA, IPS, dan Bahasa. Dari

kelas IPA sebanyak 15 responden berada pada kategori sangat tinggi,

59 responden pada kategori tinggi, 99 responden pada kategori

sedang, 44 responden pada kategori rendah, dan 16 responden pada

kategori sangat rendah.

Subjek dari asal IPS sebanyak 3 orang pada kategori sangat tinggi,

18 orang pada kategori tinggi, 23 orang berada pada kategori sedang,

18 orang pada kategori rendah dan 6 orang pada kategori sangat

rendah. Subjek dari kelas Bahasa sebanyak 4 orang pada kategori

sangat tinggi, 16 orang pada kategori tinggi, 33 orang pada kategori

sedang, 17 orang pada kategori rendah, dan 5 orang pada kategori

sangat rendah.
62

5. Deskripsi Penyesuaian Diri Berdasarkan Demografi

a. Deskripsi Penyesuaian Diri Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

85
70
61
50
30 36

9 14 15
6

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


Gambar 4.11 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden berjenis kelamin

laki-laki, sebanyak 9 responden berada pada kategori sangat tinggi,

sebanyak 30 orang berada dalam kategori tinggi, 70 orang berada

dalam kategori sedang, 36 orang berada dalam kategori rendah, dan 6

orang berada dalam kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden yang berjenis kelamin perempuan,

sebanyak 14 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 50 orang

berada dalam kategori tinggi, 85 orang berada dalam kategori sedang,

61 orang berada dalam kategori rendah, dan 15 orang berada dalam

kategori sangat rendah.


63

b. Deskripsi Penyesuaian Diri Berdasarkan Usia

17 tahun 18 tahun 19 tahun

68
55
35 37 32 35
28
21 16
4 7 11 10 6 11

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.12 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Usia

Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden dengan usia 17

tahun, sebanyak 6 responden berada pada kategori sangat tinggi, 28

orang pada kategori tinggi, 56 orang pada kategori sedang, 32 orang

pada kategori rendah, dan 10 orang pada kategori sangat rendah . Pada

usia 18 tahun, sebanyak 8 orang pada kategori sangat tinggi, 18 orang

pada kategori tinggi, 33 orang pada kategori sedang, 20 orang pada

kategori rendah, dan 3 orang pada kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden dengan usia 18 tahun, sebanyak 8

orang berada dalam kategori sangat tinggi, 18 orang berada dalam

kategori tinggi, 33 orang berada dalam kategori sedang, 20 orang

berada dalam kategori rendah, dan 3 orang berada dalam kategori

sangat rendah. Dan pada usia 19 tahun, sebanyak 9 orang berada pada

kategori sangat tinggi, 34 orang pada kategori tinggi, 66 orang pada

kategori sedang, 45 orang berada pada kategori rendah, dan 8 orang

pada kategori sangat rendah.


64

c. Deskripsi Penyesuaian Diri Berdasarkan Asal Sekolah

SMAN 1 Makassar SMAN 17 Makassar


SMKN 5 Makassar SMA Hangtuah Makassar
SMA 4 Makassar SMA 22 Makassar
SMA 21 Makassar

4745
36
24 27 25
17 19
13 9 9977
8 6 8 7735
365000 2554 3 122

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.13 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Asal Sekolah

Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden kategorisasi

berdasarkan asal sekolah bahwa dari SMAN 1 Makassar sebanyak 5

responden berada pada kategori sangat tinggi, 31 responden pada

kategori tinggi, 36 responden pada kategori sedang, 26 responden

pada kategori rendah, dan 8 responden pada kategori sangat rendah.

Pada SMAN 17 Makassar, sebanyak 13 orang pada kategori sangat

tinggi, 24 orang pada kategori tinggi, 45 orang pada kategori sedang,

29 orang pada kategori rendah, dan 2 orang pada kategori sangat

rendah. Pada asal sekolah SMKN 5 Makassar, sebanyak 1 orang pada

kategori sangat tinggi, 10 orang pada kategori tinggi, 38 orang pada

kategori sedang, 10 orang pada kategori rendah, dan 2 orang pada

kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden asal sekolah SMA Hangtuah

Makassar, sebanyak 0 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 1

orang berada dalam kategori tinggi, 11 orang berada dalam kategori


65

sedang, 14 orang berada dalam kategori rendah, dan 3 orang berada

dalam kategori sangat rendah. Dan asal sekolah SMA 4 Makassar,

sebanyak 2 orang berada pada kategori sangat tinggi, 1 orang pada

kategori tinggi, 3 orang pada kategori sedang, 10 orang berada pada

kategori rendah, dan 3 orang pada kategori sangat rendah.

Adapun dari 376 responden asal sekolah SMA 22 Makassar,

sebanyak 0 orang berada dalam kategori sangat tinggi, 5 orang berada

dalam kategori tinggi, 10 orang berada dalam kategori sedang, 6 orang

berada dalam kategori rendah, dan 2 orang berada dalam kategori

sangat rendah. Dan asal sekolah SMA 21 Makassar, sebanyak 2 orang

berada pada kategori sangat tinggi, 8 orang pada kategori tinggi, 12

orang pada kategori sedang, 2 orang berada pada kategori rendah, dan

1 orang pada kategori sangat rendah.

d. Deskripsi Penyesuaian Diri Berdasarkan Kelas

IPA IPS Bahasa


95

62
53
35
25 21
12 10 14 13 14 11
1 5 5

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.14 Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Kelas

Berdasarkan gambar diatas dari 376 responden kategorisasi

berdasarkan kelas subjek yaitu dari kelas IPA, IPS, dan Bahasa. Dari

kelas IPA sebanyak 12 responden berada pada kategori sangat tinggi,


66

53 responden pada kategori tinggi, 95 responden pada kategori

sedang, 62 responden pada kategori rendah, dan 11 responden pada

kategori sangat rendah.

Subjek dari asal IPS sebanyak 10 orang pada kategori sangat

tinggi, 14 orang pada kategori tinggi, 25 orang berada pada kategori

sedang, 14 orang pada kategori rendah dan 5 orang pada kategori

sangat rendah. Subjek dari kelas Bahasa sebanyak 1 orang pada

kategori sangat tinggi, 13 orang pada kategori tinggi, 35 orang pada

kategori sedang, 21 orang pada kategori rendah, dan 5 orang pada

kategori sangat rendah.

6. Hasil Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Variabel *K-S Z **Sig Keterangan

Berdistribusi
Overprotective 0.869 0.437
normal
Berdistribusi
Penyesuaian Diri 1.061 0,210
Normal
Keterangan:
*K-S Z = Nilai Kolmogorov-Smirnov Z
** Sig. = Nilai signifikansi, p > 0.05
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan bantuan software SPSS,

21 dilihat bahwa nilai uji normalitas pada variabel overprotective

adalah sebesar 0.869 dan nilai signifikansi sebesar 0.437 (p > 0.05).

Sehingga bedasarkan hasil tersebut, maka dinyatakan bahwa data

penelitian ini berdistribusi secara normal. Adapun pada variabel

penyesuaian diri adalah sebesar 1.061 dan nilai signifikansi sebesar

0,210 (p > 0,05).


67

b. Uji Linearitas

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas


Deviation from
Variabel Linearity Keterangan
Linearity
Overprotective
dan Penyesuaian 0.854 0.000 Linear
Diri

Berdasarkan hasil uji linearitas menggunakan bantuan software

SPSS 21, menunjukkan bahwa nilai signifikansi deviation from linearity

sebesar 0.854 (p > 0.05) dan nilai signifikansi linearity sebesar 0.000 (p

< 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear

antara overprotective parenting dan penyesuaian diri.

c. Uji Hipotesis

Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Korelasi


Pearson
Variabel Signifikan Ket.
Correlation
Overprotective
parenting dan 0,891 0,000 Signifikan
Penyesuaian diri
Keterangan: Pearson Correlation = Hubungan
Signifikan = Nilai signifikansi, p < 0.05

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan software

SPSS 21. Jika analisis menunjukkan nilai signifikansi dibawah 0.05 (p <

0.05) maka H1 diterima. Sedangkan jika nilai signifikansi diatas 0.05 (p

> 0.05) maka H0 ditolak.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara overprotective orang tua

dengan penyesuaian diri remaja pada siswa SMA di Kota

Makassar.
68

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara overprotective

orang tua dengan penyesuaian diri remaja pada siswa SMA di

Kota Makassar.

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa hasil

hipotesis menunjukkan hubungan yang signifikan sebesar 0.000 karena

ketentuan nilai signifikansi yaitu dibawah 0.05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada

hubungan antara perilaku overprotective orang tua dengan penyesuaian

diri remaja pada siswa SMA di Kota Makassar ditolak. Sehingga

hipotesis yang menyatakan Terdapat hubungan yang signifikan antara

perilaku overprotective orang tua dengan penyesuaian diri remaja pada

siswa SMA di Kota Makassar diterima.

Untuk melihat kekuatan korelasi dari tiap veriabel dapat

menggunakan pedoman klarifikasi dari Periantolo (2019). Pedoman

tersebut sebagai berikut :

Tabel 4.8 tabel klarifikasi hubungan


Koefisien Klasifikasi Makna
0.00 – 0.19 Sangat rendah Tidak bias ditentukan
0.20 – 0.39 Rendah Ada kemungkinan
0.40 – 0.79 Sedang Kemungkinan
0.60 – 0.79 Tinggi Kemungkinan besar
0.80 – 0.99 Sangat Tinggi Dipastikan
1 Sempurna Pasti
Berdasarkan table diatas dan hasil dari nilai korelasi pada perilaku

overprotective orang tua dengan penyesuaian diri remaja pada siswa SMA

di Kota Makassar sebesar 0.891 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara kedua variable tersebut.


69

4.2 Pembahasan

1. Gambaran Overprotective Parenting Remaja Pada Siswa SMA Di Kota

Makassar

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran overprotective

parenting oleh 376 responden pada remaja siswa SMA di kota Makassar,

yaitu hasil kategorisasi menunjukkan sebanyak 23 orang (6.1%) berada

dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 80 orang (21.3%) berada dalam

kategori tinggi, 155 orang (41.2%) berada dalam kategori sedang, 97 orang

(25.8%) berada dalam kategori rendah, dan 21 orang (5.6%) berada dalam

kategori sangat rendah. Sehingga, berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa remaja siswa SMA di Kota Makassar mengalami

overprotective parenting yang cenderung berada dalam kategori sedang.

Hal ini berarti bahwa beberapa remaja siswa SMA di kota Makassar

mengalami keadaan overprotective parenting. Overprotective yaitu

memperlakukan remaja dengan kontak yang berlebihan, memberikan

perawatan dan bantuan kepada remaja meskipun remaja sudah tahu bawah

dia dapat merawat dirinya sendiri, dan terlalu memberikan pengawasan

pada remaja. Akibat dari overprotective orang tua kepada anak ialah

mengakibatkan anak remaja merasa tidak aman, bergantung dan tidak bisa

mandiri, serta mudah putus asa, melarikan diri dari tanggungjawab, juga

sulit memutuskan hal dengan sendirinya (Yusuf, 2005).

Overprotective parenting memiliki kecenderungan untuk ingin

melindungi anak secara berlebihan dari segala gangguan sehingga anak


70

tidak memiliki kebebasan yang cukup dan selalu bergantung kepada orang

tua. Sikap overprotective orang tua kepada anak yaitu dengan terlalu

melindungi, mengambil keputusan yang seharusnya melibatkan anak,

membuat rencana tanpa melibatkan anak dan selalu menjadi tanggung

jawab berkat apapun yang dipilihkan untuk anak (Febiola & Izzati, 2019).

Suatu perilaku orang tua untuk memberikan perlindungan yang

berlebih terhadap anak dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat

kemandirian. Overprotective parenting membuat anak tidak memiliki

ruang yang cukup luas untuk mengeksplorasi apa yang diinginkan. Selain

itu, ciri overprotective parenting yaitu sikap orang tua melakukan

pencegahan untuk kemandirian anak dengan tidak membiarkan anak

melakukan pekerjaan yang sebenarnya telah mampu dilakukan atas dasar

takut membahayakan (Darna, 2021).

Overprotective parenting dapat terjadi karena faktor orang tua yang

khawatir berlebihan, keinginan orang tua yang tanpa sadar berlebihan

membantu kehidupan anaknya, orang tua takut anaknya menghadapi

kesulitan, serta orang tua memiliki pengetahuan yang rendah mengenai apa

yang dibolehkan dan apa yang harus dihilangkan. Sehingga overprotective

dapat berdampak pada anak akan bersikap iri, dengki, susah

mengendalikan emosi, sulit dalam bergaul, hal sering bertengkar dengan

orang lain (Hukma Salmin et al, 2021).

Selain itu dapat berdampak pada erhadap perkembangan anak yang

mengakibatkan rendahnya rasa percaya diri akan kemampuan diri sendiri


71

mental yang lemah dan memiliki sisi keegoisan yang tinggi. Hal tersebut

menjadikan anak cenderung dapat dengan mudah mengalami frustasi.

2. Gambaran Penyesuaian Diri Remaja Pada Siswa SMA Di Kota

Makassar

Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana

ditemukan hasil bahwa tingkat penyesuaian diri siswa SMA di Kota

Makassar ditunjukkan berdasarkan hasil kategorisasi diatas menunjukkan

sebanyak 22 orang (5.9%) berada dalam kategori sangat tinggi, sebanyak

93 orang (24.7%) berada dalam kategori tinggi, 155 orang (41.2%) berada

dalam kategori sedang, 79 orang (21%) berada dalam kategori rendah, dan

27 orang (7.2%) berada dalam kategori sangat rendah.

Hal diatas dapat menjelaskan bahwa sebagian besar siswa SMA yang

menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat penyesuaian diri

yang sedang. Seperti yang diketahui dari hasil analaisis data yang telah

dilakukan dalam penelitian ini memiliki penyesuaian diri dalam kategori

“Sedang” yang paling tinggi, baik dari dalam lingkungan pertemanan

mapun lingkungan sekolah. Misalnya dalam lingkungan berinteraksi

sosial, menyesuaikan pada pengelolaan emosi. Penyesuaian dalam

mencapai kinerja akademik yang baik dan menangani tuntutan belajar di

sekolah dan berpenyesuaian baik biasanya aktif dan terlibat dalam

kegiatan sekolah dan masyarakat.

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang melibatkan reaksi mental

dan perilaku individu dalam upaya untuk berhasil mengatasi kebutuhan


72

dalam dirinya, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialaminya,

sehingga terjadi keselarasan antara tuntutan dalam dirinya dengan apa

yang diharapkan oleh lingkungan dapat terwujud. Penyesuaian diri sangat

penting dilakukan dalam hidup bersosial. Penyesuaian diri dilakukan untuk

mengurangi adanya tekanan dari lingkungan yang mampu mengganggu

aktivitas, pola pikir, dan kegiatan sehari-hari.

Dalam penelitian ini, remaja siswa SMA memiliki penyesuaian diri

yang cenderung sedang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik

atau kesehatan fisik, karena fisik yang sehat dapat memudahkan seseorang

untuk dapat menyesuaikan diri dibandingkan dengan fisik yang tidak sehat

(Saputro & Sugiarti, 2021). Selain fisik, kepribadian seseorang juga

memengaruhi remaja dalam penyesuaian diri. Kepribadian merupakan

segala sesuatu hal yang terdapat di dalam diri manusia sehingga dapat

berpengaruh terhadap perilaku manusia meliputi sikap, pola pikir, emosi,

dan sifat.

Selain faktor yang telah dijelaskan diatas, bahwa penyesuaian diri

dibagi menjadi faktor internal yang mempengaruhi penyesuaian diri dari

dalam diri sendiri diantaranya yaitu konsep diri atau cara memandang,

pola pikir yang dimiliki, sikap terkait segala sesuatu yang dihadapi koma

minat yang dimiliki, dan kepribadian yang meliputi sifat dan karakter

(Musthofa, 2020). Dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri sendiri

dan mampu mempengaruhi penyesuaian diri seseorang diantaranya yaitu

faktor keluarga terutama polai asuh faktor suasana sekolah, faktor


73

kelompok teman sebaya faktor prasangka masyarakat dan hukum serta

norma yang berlaku di lingkungan tersebut (Zacky, 2022). Penyesuaian

diri berdampak positif dan negatif.

3. Hubungan Overprotective Parenting Orang Tua Dengan Penyesuaian

Diri Remaja Pada Siswa SMA Di Kota Makassar

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, korelasi antara

overprotective parenting dengan penyesuaian diri remaja pada siswa di

kota Makassar memperoleh taraf signifikan sebesar 0,00 (dimana 0,000 <

0,05) menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, Sehingga hipotesis

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara overprotective

parenting dengan penyesuaian diri remaja pada siswa di kota Makassar.

Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.891 yang menyatakan hubungan

antara overprotective parenting dengan penyesuaian diri memiliki korelasi

yang sangat kuat, karena nilai korelasi 0.8-1.0 diinterpretasikan hubungan

sangat kuat (Gunawan, 2020).

Dari nilai korelasi yang didapatkan terdapat hubungan dengan arah

positif antara overprotective parenting dengan penyesuaian diri remaja

pada siswa di kota Makassar. Maksud dari hubungan dengan arah positif

tersebut yaitu, apabila variabel X mengalami peningkatan maka variabel Y

akan mengalami peningkatan juga. Artinya hasil dari penelitian ini berbeda

dengan asumsi awal peneliti yang dipaparkan pada BAB II sub bab

kerangka pikir bahwa kedua variabel memiliki hubungan dengan arah

yang positif.
74

Dalam hal ini disebabkan oleh usia yang beranjak dewasa sehingga

membuat remaja justru menganggap overprotective akan berhubungan

baik dengan penyesuain diri, hal ini didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Adhisty, D (2015) bahwa tidak ada hubungan negatif

antara perilaku overprotective orang tua dengan penyesuaian diri remaja

putri dengan nilai korelasi 0.093 sehingga overprotective orang tua dengan

penyesuaian diri berhubungan positif. Dan juga sejalan dengan penelitian

Chaniago, M. A. (2011) bahwa tidak terdapat hubungan negatif antara

persepsi terhadap sikap overprotective orang tua dengan penyesuaian diri

pada remaja kelas X Madrasah Aliyah Swasta dengan nilai korelasi 0,688.

Sehingga overprotective dengan penyesuaian diri berhubungan secara

positif.

Selaras dengan penelitian Andriyani, J (2016) bahwa Lingkungan

keluarga memiliki peran yang sangat penting dan signifikan terhadap

penyesuaian diri remaja dengan koefisien korelasi penelitian adalah r =

0,769 dan signifikansi (P) 0,000 (P < 0,01) Hal ini menjelaskan bahwa

semakin baik hubungan lingkungan keluarga maka semakin baik

penyesuaian diri remaja, begitu juga sebaliknya semakin tidak baik

hubungan lingkungan keluarga yang diterima oleh individu maka semakin

tidak baik pula penyesuaian diri remaja tersebut.

Beberapa anak beranggapan bahwa perilaku overprotective orang tua

merupakan suatu kelekatan orang tua, hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Pranata, D., & Pratikto, H. (2022) yang menyatakan bahwa

remaja yang mempunyai kelekatan aman pada ibu akan membantu remaja
75

tersebut dalam menyesuaikan diri dalam hal sosioemosional, sedangkan

remaja yang mempunyai kelekatan aman pada ayah akan membantu

remaja tersebut dapat diterima dilingkungan sosial dan menjadi lebih

berani dilingkungan keluarga.

Dengan demikian, hasil tersebut dapat dipahami bahwa peneliti

menemukan bahwa ketika orang tua terus-menerus memberikan

perlindungan yang berlebihan kepada anak dan selalu memanjakannya

dalam segala hal, serta memberikan pengawasan yang sangat ketat untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak, beberapa anak

beranggapan bahwa hal tersebut positif dikarenakan orang tua ingin

dirinya bergaul dengan baik.

Selain itu peneliti menyimpulkan faktor-faktor yang menghubungkan

perilaku overprotective orang tua dan penyesuaian diri siswa, diantaranya;

kurang mandiri, kutergantungan emosional, kurang pengalaman sosial,

kurang dukungan diri, kurang kemampuan sosial, kurang kemampuan diri

dan kurang dukungan berkembang. Hal tersebut relevan dengan

pernyataan Soeparwoto dkk (2004) yakni masalah penyesuaian diri pada

remaja dapat muncul bukan hanya karena perilaku overprotective orang

tua. Ada banyak faktor lain yang dapat memengaruhinya, seperti motif,

konsep diri, persepsi, sikap, kecerdasan dan minat, kepribadian, situasi di

sekolah, interaksi dengan teman sebaya, dan faktor lainnya. Ketika faktor-

faktor ini tidak mendapatkan perhatian, mereka dapat menyebabkan

masalah dalam penyesuaian diri remaja yang semakin meningkat.


76

Kebiasaan orang tua yang terlalu berlebihan dalam melindungi anak

dapat mengakibatkan dampak negatif. Anak cenderung tidak memiliki

akuntabilitas atas tindakan mereka, serta kurangnya kemandirian,

keyakinan diri, dan rasa terbatasnya lingkup pengalaman. Sebagai remaja

yang diasuh oleh orang tua yang overprotective, mereka jarang

menghadapi konflik karena perlindungan yang selalu diberikan oleh orang

tua. Situasi semacam ini mengurangi kesempatan bagi remaja untuk

belajar berbagai norma dan etika pergaulan di lingkungan mereka. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika mereka menghadapi kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial mereka.

Selain itu dari hasil analisis korelasi pada penelitian ini terdapat adanya

kontra dengan asumsi dan harapan dari peneliti, karena pada pendahuluan

dijelaskan bahwa penyesuaian diri dikarenakan adanya perilaku

overprotective orang tua seperti kontak yang berlebihan, perawatan atau

pemberian bantuan terus-menerus, mengawasi kegiatan secara berlebihan

dan memecahkan masalah remaja. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa penyesuaian diri disebabkan oleh perilaku overprotective orang tua.

4.3 Limitasi Penelitian

Penelitian ini jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak keterbatasan

dari peneliti. Sehingga keterbatasan dalam peneltian ini yaitu, Pada

penyebaran data, peneliti tidak menyebarkan secara keseluruhan pada siswa

SMA di Kota Makassar, sehingga hasil tersebut tidak dapat disamaratakan.


77

Hal ini dikarenakan jumlah responden dalam penelitian ini tidak dapat

mewakili seluruh populasi siswa SMA di Kota Makassar, namun penelitian

ini bisa menjadi awal untuk menggali lebih lanjut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai overprotective orang

tua dengan penyesuaian diri remaja pada siswa SMA di kota Makassar, maka

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat overprotective orang tua terhadap remaja pada siswa SMA di

kota Makassar menunjukkan sebanyak sebanyak 23 orang berada dalam

kategori sangat tinggi, sebanyak 80 orang berada dalam kategori tinggi,

155 orang berada dalam kategori sedang, 97 orang berada dalam kategori

rendah, dan 21 orang berada dalam kategori sangat rendah. Untuk itu,

berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja pada siswa

SMA di Kota Makassar memiliki tingkat overprotective orang tua yang

bervariasi, dan pada umumnya berada dalam kategori sedang.

2. Tingkat penyesuaian diri remaja pada siswa SMA di kota Makassar

menunjukkan sebanyak 22 orang berada dalam kategori sangat tinggi,

sebanyak 93 orang berada dalam kategori tinggi, 155 orang berada dalam

kategori sedang, 79 orang berada dalam kategori rendah, dan 27 orang

berada dalam kategori sangat rendah. Untuk itu, berdasarkan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja pada siswa SMA di Kota

Makassar memiliki tingkat penyesuaian diri yang bervariasi, dan pada

umumnya berada dalam kategori sedang.

78
79

3. Overprotective orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan

penyesuaian diri remaja pada siswa SMA di kota Makassar dengan nilai

pearson correlation sebesar 0.891 yang menunjukkan hubungan yang

kuat dan menunjukan arah yang positif.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang diberikan oleh peneliti

yaitu sebagai beriku

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai

overprotective orang tua diharapkan dapat mengaitkan dengan variabel lain

selain penyesuaian diri, misalnya kemandirian. Atau lebih memfokuskan

mengenai overprotective orang tua, misalnya mengenai faktor apa saja yang

memengaruhi orang tua yang overprotective.


DAFTAR PUSTAKA

Adi Kusumastuti, Ahmad Mustamil Khoiron, T. A. A. 2020. Metode Penelitian


Kuantitatif. Informasi Dan Statistik, 61–73.

Adhisty, D. D. (2015). Hubungan Antara Pengasuhan Overprotective Orang Tua


Dengan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Putri. Skripsi. Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.

Ahmad, H., Irfan, A. Z., & Ahlufahmi, D. 2020. Hubungan Antara Pola Asuh
Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Siswa. Realita : Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 5(1).

Andriyani, J. (2016). Korelasi peran keluarga terhadap penyesuaian diri


remaja. Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu
Dakwah, 22(2).

Aisyah, S. 2021. Hubungan Over Protektif Parenting Dengan Penyesuaian diri


Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Irfan Nusantara Tangerang 2021/2022.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–
115.

Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Al Gifari, P. N., & Herlina, H. Kaitan Antara Pola Asuh Otoriter Terhadap
Kemampuan Interpersonal yang Dimoderasi oleh Dukungan Teman
Sebaya pada Remaja di Kota Bandung. Psikobuletin: Buletin Ilmiah
Psikologi, 2(3), 197-204.

Asmarina, N. L. P. G. M., Ni nyoman, & Ni wayan. 2021. Pengaruh Perceived Of


Use Dan Perceived Usefulness Terhadap Niat Beli Kembali. Pascal
Bookss.

Aulya, Y., Kundaryanti, R., & Rena, A. 2021. Hubungan Usia Menarche dan
Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Dismenore Primer Pada
Siswi Di Jakarta Tahun 2021. Jurnal Menara Medika, 4(1), 10–21.

Candrawati, D. 2019. Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Dan Konsep Diri
Terhadap Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa. Psikostudia : Jurnal
Psikologi, 8(2), 99.

Chaniago, M. A. (2011). Hubungan Persepsi Terhadap Sikap Over Protective


Orangtua dengan Penyesuaian Diri pada Remaja Kelas X Madrasah
Aliyah Swasta YASPI Labuhan Deli (Doctoral dissertation, Universitas
Medan Area).

Darajat, Z. (1983) Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung.

80
81

Darna, I. W. 2021. Studi Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perilaku Belajar,


Interaksi Sosial dan Tingkat Spiritual Mahasiswa. Cetta: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(3), 395–408.
Desmita. (2017). Psikologi perkembangan peserta didik; Panduan bagi orang tua
dan guru dalam memahami psikologi anak, usia SD, SMP, dan SMA.
Bandung: Resmaja Rosdakarya
Djaali. 2016. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan . Jakarta: Izin Grasindo.
Edi, F. R. 2021. Asasmen dan Intervensi Psikososial. Yogyakarta: Jejak Pustaka.
Fatimah, E. (2006). Perkembangan peserta didik. Pustaka Setia: Bandung, 149-
159.
Febiola, F., & Izzati, I. 2019. Perilaku Asuh Orangtua Over Protective Terhadap
Perkembangan Sosial Anak Di Tk Islam Khaira Ummah Ikur Koto
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. In Generasi Emas (Vol. 2, Issue 1,
p. 21).
Gunawan, C. 2020. Mahir Menguasai SPSS Panduan Praktis Mengolah Data
Penelitian New Edition Buku Untuk Orang Yang (Merasa) Tidak Bisa Dan
Tidak Suka Statistika. Yogyakarta: Deepublish.
Harlina, D., Novitasari, V., Sari, M. N., & Rianti, E. (2018). Sikap Over
Protective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak. Jurnall Penelitian
Guru Indonesiia, 2(2), 1–8.
Hidayat, A. A. 2021. Menyusun Instrumen Penelitian & Uji Validitas Reliabilitas.
Health Books Publishing.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidawati. Jakarta. Erlangga.
Hukma Salmin, A., Nasrudin, D., Sandi Hidayat, M., & Winarni, W. 2021. The
Effect of Overprotective Parental Attitudes on Children’s Development.
Jurnal BELAINDIKA (Pembelajaran Dan Inovasi Pendidikan), 3(1), 15–
20.
Jojon, Wahyuni, T. D., & Sulasmini. 2017. Hubungan pola asuh over protective
orang tua terhadap perkembangan anak usia sekolah di SDN Tlogomas 1
kecamatan Lowokwaru Malang. Nursing News, 2(2), 524–535.
Karlina, L. 2020. Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Edukasi Nonformal,
1(2), 147–158.

Maimunah, S. 2020. Pengaruh Dukungan Sosial dan Efikasi Diri Terhadap


Penyesuaian Diri. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(2), 275.
82

Malau, R. Y., & Nasution, F. Z. (2021). Hubungan antara perilaku over protective
orang tua dengan penyesuaian diri remaja di Universitas Potensi
Utama. Jurnal Mahasiswa Fakultas Psikologi, 2(1), 62-71.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja.

Meichati, S., & Walgito, B. (1983). Kesehatan mental: Dasar-dasar praktis bagi
pengetahuan dan kehidupan bersama. Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi, Universitas Gadjah Mada.

Musthofa, M. E. 2020. Perilaku Over Protective Orang Tua dengan Penyesuaian


Diri Remaja di SMA Negeri 1 Wiradesa. IJIP : Indonesian Journal of
Islamic Psychology, 2(2), 242–266.

Pranata, D., & Pratikto, H. (2022). Penyesuaian diri pada remaja: Bagaimana
peranan kelekatan orang tua?. INNER: Journal of Psychological
Research, 2(3), 342-353.

Pranindhita, B. R. 2020. Meningkatkan Kecerdasan Emosional Remaja Melalui


Layanan Bibliotherapy. Journal Of Education, Psychology and
Counseling, 2(2), 22–30.

Pratiwi, I. (2017). Hubungan antara perilaku overprotective dengan penyesuaian


diri pada remaja di desa Bandar Khalifah. Jurnal Edukasi, 3(2), 23-40.

Romlah, S. 2022. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN


PENYESUAIAN DIRI. .000–.002 ,)7202.0.8(000 ,‫הארץ‬.

Safitri, A. 2019. Hubungan Keharmonisan Keluarga Dengan Kenakalan Remaja


Di Pkbm Al-Jauhar Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Jurnal Obor
Penmas: Pendidikan Luar Sekolah, 2(1), 97.

Santrok. (2012). Life span development. Edisi ke tigabelas. Jakarta. Erlangga.

Sapitri, Y., Martina, & Alfiandi, R. 2022. Citra Tubuh, Perilaku Makan. V, 165–
173.

Saputro, Y. A., & Sugiarti, R. 2021. Pengaruh Dukungan sosial teman sebaya dan
Konsep Diri terhadap Penyesuaian Diri pada Siswa SMA Kelas X.
PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 5(1), 59.

Savira, Fitria dan Yudi Suharsono. (2013). Self-Regulated Learning (SRL) dengan
Prokrastnasi Akademik pada Siswa Akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan.

Schneiders, A. A. (1960). Personality development and adjustment in


adolescence. Bruce Publishing Company.
83

Singgih. 2018. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: PT BPK


Gunung Mulia.

Soeparwoto dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Suharsono, Y., & Anwar, Z. 2020. Analisis stress dan penyesuaian diri pada
mahasiswa. Cognicia, 8(1), 41–53.

Sumargo, B. 2020. Teknik Sampling. In UNJ Press. UNJ Press.

Sunaryo. 2016. Psikologi Kepribadian Untuk Keperawatan. In EGC. Jakarta:


EGC.

Suryadi, Triyono, Nur, A., & Dianto, M. 2020. Hubungan penyesuaian diri dan
motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. Neo Konseling, 2(1), 1–9.

Suryana, D. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini . Jakarta: Kencana.

Sutafti, S., & Rasyid, H. Al. 2022. Pengaruh Perilaku Over Protective Orang Tua
Terhadap Kemampuan Penyesuaian Diri Anak. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 4128–4138.

Syarafina, N. P., & Sugiasih, I. (2021). Hubungan Antara Konsep Diri Dan
Perilaku Over Protective Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas
Vii Mts Negeri Pemalang. Prosiding Konstelasi Ilmiah Mahasiswa
Unissula (KIMU) Klaster Humanoira.

Vreeke, L. J., Muris, P., Mayer, B., Huijding, J., & Rapee, R. M. (2013). Skittish,
shielded, and scared: Relations among behavioral inhibition,
overprotective parenting, and anxiety in native and non-native Dutch
preschool children. Journal of anxiety disorders, 27(7), 703-710.

Wahyuningsih, E., & Sari, L. P. 2014. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan


Kejadian Dismenore Pada Siswi Kelas Xi Sma Negeri 1 Wonosari Klaten.
Jurnal Involusi Kebidanan, 4(7), 67–78.

Wardani, C. D. M., & Setyawan, I. 2020. Hubungan Antara Persepsi Terhadap


Keberfungsian Keluarga Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Di Sma
Negeri 1 Batang. Jurnal EMPATI, 10(2), 142–154.

Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung


Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Zacky, M. (2022). Hubungan Penyesuaian Diri Dengan Stres Lingkungan Pada


Santri Baru Tahun. 8.5.2017, 2003–2005.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

84
85

LAMPIRAN 1

ALAT UKUR
86

ALAT UKUR PENYESUAIAN DIRI

No. Pernyataan Pilihan Jawaban


Saya memiliki banyak tuntutan dalam
1
pekerjaan saya

2 Saya khawatir dengan masa depan saya


Banyak orang yang sangat tidak menyukai
3
saya
Saya kurang memiliki semangat dan
4
inisiatif dibandingkan dengan orang lain
Saya bertanya-tanya apakah semua yang
5
saya pikirkan normal
Saya takut apabila menertawakan diri
6
saya sendiri

7 Orang lain lebih terampil dibanding saya


Saya takut berbicaran dengan orang yang
8
tidak saya kenal
Saya memiliki banyak pekerjaan yang
9
saya kerjakan secara bersamaan
Saya ingin belajar tentang cara berbicara
10
yang baik dengan orang lain
Saya ingin memiliki rasa percaya diri yang
11
lebih besar
Saya ingin mengetahui cara agar orang
12
lain bisa sependapat dengan saya

13 Saya terlalu rendah hati


Saya suka menerima pujian dari orang
14
lain
Orang lain tidak memiliki hak untuk
15
berpendapat tentang saya
Saya tidak memiliki seseorang untuk
16
menceritakan masalah pribadi saya
87

17 Orang terlalu mengharapkan saya

Orang tidak memperhatikan pekerjaan


18
yang saya lakukan

19 Saya mudah bingung

20 Orang lain tidak mengerti saya

Saya merasa tidak aman dengan lingkungan


21 saya

Saya sering khawatir pada hal yang tidak


22
semestinya
Saya tidak senang apabila memasuki
23
ruangan yang sudah ada beberapa orang
Orang lain membicarakan tentang saya di
24
belakang saya

25 Saya tidak memusuhi orang lain

Orang lain lebih mudah untuk mendapatkan


26 segalanya dibanding saya

Saya takut apabila sesuatu yang tidak


27
baik terjadi pada saya
Saya memikirkan cara orang lain
28
memberikan perlakuan pada saya

29 Saya ingin lebih mudah bergaul


Ketika berdiskusi, saya hanya berbicara
30 jika saya merasa yakin dengan jawaban
saya
Saya memikirkan harapan orang lain kepada
31 saya
88

ALAT UKUR OVERPROTECTIVE PARENTING

No Pernyataan SS S JR TP
Orang tua saya menanyakan apa yang membuat
1
saya sedih
Orang tua saya membawa saya pergi ke mall
2
untuk belanja
Orang tua saya menyuruh saya mencari teman
3
dari keluarga yang baik
Setiap ada masalah saya tergantung dengan
4
orang tua saya
5 Orang tua saya khawatir apabila saya murung
Orang tua saya melarang bermain dengan
6
teman-teman dari keluarga yang tidak baik
Orang tua saya menyuruh saya untuk
7 menyelesaikan masalah dengan cara saya
sendiri
Setiap saya keluar dengan teman-teman orang
8 tua saya tidak pernah menanyakan keberadaan
saya
Saya ikut kegiatan diluar sekolah orang tua saya
9 akan ikut menentukan mana yang harus saya
ikuti
Setiap saya pergi keluar dengan teman, orang
10 tua saya selalu ingin tahu saya pergi kemana
dan dengan siapa
Setiap saya pergi keluar malam dengan teman,
11
orang tua saya diam saja
Saya pergi dengan teman-teman, orang tua saya
12
menyuruh orang lain untuk menjaga saya
Orang tua saya tidak memberikan pembelaan
13
ketika saya berbuat kesalahan disekolah
14 Orang tua saya mengawasi setiap kegiatan saya
Saya telat makan orang tua saya selalu
15
membujuk saya untuk segera makan
Orang tua saya memberikan kebebasan dalam
16
bergaul
Orang tua saya memanjakan saya dengan
17
memberikan fasilitas yang mewah
18 Orang tua saya sangat memanjakan saya
Orang tua saya membiasakan saya untuk bisa
19
memecahkan masalah saya sendiri
89

Orang tua saya tidak menyuruh saya untuk


20
makan ketika jam makan tiba
Orang tua saya sangat aktif menanyakan kondisi
21
saya saat disekolah
Orang tua saya memperhatikan saya dalam
22
pergaulan
Orang tua saya tidak membiasakan saya untuk
23 bergantung kepadanya apabila menghadapi
masalah
Orang tua saya suka ikut sertadalam
24
pembicaraan saya dengan teman-teman saya
Orang tua saya membiasakan saya untuk hidup
25
mandiri
Orang tua saya selalu memberikan pembelaan
26
kepada saya ketika saya ada masalah disekolah
Setiap saya keluar dengan teman-teman orang
27
tua saya tidak henti-hentinya menelpon saya
28 Orang tua saya sangat cuek dengan kegiatan saya
Orang tua saya memilihkan saya tempat
29
bimbingan belajar yang baik
30 Saya demam orang tua saya sangat panik
Saya ada masalah, orang tua saya ikut serta
31
untuk menyelesaikannya
90

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA
91

TOTAL TOTAL
Penyesuaian Overprotective
diri Orang tua
102 117
105 122
89 89
98 112
91 92
95 116
90 113
90 137
101 86
96 128
108 114
107 127
103 118
107 97
99 125
106 133
104 139
103 115
106 134
103 130
113 133
109 101
111 149
121 115
119 95
103 120
95 145
102 144
85 104
113 102
123 128
88 122
106 108
105 109
105 113
106 107
116 115
92

98 114
108 107
95 128
117 98
103 107
105 102
99 132
106 91
100 76
98 131
102 147
102 141
111 109
102 122
91 137
106 97
76 86
107 117
92 130
109 134
118 122
97 115
114 118
105 117
105 144
110 105
102 134
104 77
116 123
95 105
105 112
107 109
99 134
116 139
111 109
109 125
106 122
98 143
92 134
114 109
93

96 104
109 103
107 120
102 121
117 116
99 103
125 121
89 119
108 141
95 129
100 118
106 121
114 106
109 120
119 117
95 90
121 109
85 116
114 99
100 120
101 78
102 121
97 97
109 110
115 123
112 118
117 90
126 135
113 97
99 111
113 115
110 129
106 117
91 111
102 110
121 116
142 134
110 112
119 140
117 106
94

128 118
125 87
112 111
111 125
110 103
95 115
129 93
135 110
127 132
99 137
129 143
138 136
107 126
120 103
135 113
92 92
106 129
123 110
111 106
93 123
99 117
106 131
104 125
111 139
114 138
106 128
90 122
108 119
95 129
95 140
106 129
93 144
88 109
97 143
105 122
102 119
89 84
103 125
104 87
111 130
95

95 127
91 106
90 126
96 126
95 142
97 114
100 106
89 119
107 139
110 139
104 77
96 123
78 97
108 114
101 149
100 140
100 139
107 114
100 136
106 117
94 138
108 148
124 145
121 145
124 142
114 147
128 146
104 140
116 109
109 111
96 67
121 60
110 142
118 104
136 109
127 82
111 101
103 133
105 95
119 100
96

107 128
107 79
112 90
101 75
112 102
119 115
119 110
101 97
97 110
97 88
93 111
78 97
89 134
85 110
109 116
116 126
116 115
92 69
107 96
96 98
88 56
115 106
104 100
129 99
105 109
67 117
104 110
125 123
99 108
136 114
117 107
91 114
116 113
91 99
119 104
61 110
112 98
104 114
114 84
81 109
97

88 104
128 103
116 98
87 130
99 139
103 101
111 103
105 102
117 133
117 102
98 109
86 119
112 99
91 77
62 118
69 100
78 111
103 125
79 98
121 80
119 98
107 112
124 89
115 115
94 116
87 112
120 98
111 119
92 104
105 117
88 142
92 116
75 122
104 94
127 126
115 130
114 121
121 118
82 130
93 101
98

74 128
83 103
87 126
142 97
91 104
83 119
87 97
95 129
85 113
95 122
91 106
122 128
124 105
92 96
91 118
87 49
87 118
87 86
99 127
131 132
103 128
109 103
100 121
96 113
137 56
107 130
104 116
116 108
72 58
118 87
124 118
124 117
107 113
106 104
106 116
94 118
87 103
116 121
105 112
155 110
99

115 85
114 136
100 112
100 124
128 119
118 125
148 84
120 99
126 115
114 73
110 96
96 141
94 108
110 103
112 120
114 78
93 121
104 110
110 122
105 99
107 88
121 137
112 113
93 116
111 119
93 100
98 88
103 107
91 122
90 96
93 119
105 105
93 58
81 106
111 111
93 104
105 101
105 107
93 101
80 116
100

104 93
94 113
93 82
90 96
94 111
98 124
90 87
92 107
81 103
66 58
93 109
93 88
84 68
99 117
105 101
99 81
105 102
101

LAMPIRAN 3

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


102

1. VARIABEL PENYESUAIAN DIRI


 ASPEK 1

 ASPEK 2
103

 ASPEK 3

 ASPEK 4
104

PROPERTI PSIKOMETRIK PENYESUAIAN DIRI


No Factor
Item Loading Error t-value Aspek Keterangan
1 -0.09 (0.07) -1.30 Kematangan emosional Tidak Valid
2 0.50 (0.07) 7.00 Kematangan emosional Valid
3 0.19 (0.06) 3.00 Kematangan emosional Valid
4 0.39 (0.06) 6.19 Kematangan emosional Valid
5 0.29 (0.07) 4.26 Kematangan emosional Valid
6 0.51 (0.08) 6.31 Kematangan emosional Valid
7 0.51 (0.08) 6.31 Kematangan emosional Valid
8 0.29 (0.07) 4.12 Kematangan Intelektual Valid
9 0.11 (0.07) 1.97 Kematangan Intelektual Valid
10 0.19 (0.07) 2.65 Kematangan Intelektual Valid
11 0.27 (0.07) 3.82 Kematangan Intelektual Valid
12 0.04 (0.07) 1.97 Kematangan Intelektual Valid
13 0.07 (0.07) 2.98 Kematangan Intelektual Valid
14 0.55 (0.08) 6.75 Kematangan Intelektual Valid
15 0.59 (0.08) 6.98 Kematangan Intelektual Valid
16 0.67 (0.05) 12.39 Kematangan Sosial Valid
17 0.38 (0.06) 6.58 Kematangan Sosial Valid
18 0.72 (0.06) 12.83 Kematangan Sosial Valid
19 0.37 (0.06) 5.92 Kematangan Sosial Valid
20 0.65 (0.05) 11.94 Kematangan Sosial Valid
21 0.28 (0.07) 3.90 Kematangan Sosial Valid
22 0.14 (0.06) 2.42 Kematangan Sosial Valid
23 0.10 (0.06) 1.97 Kematangan Sosial Valid
24 0.28 (0.06) 4.69 Kematangan Sosial Valid
25 0.22 (0.06) 3.78 Kematangan Sosial Valid
26 0.57 (0.06) 9.02 Tanggung Jawab Valid
27 0.25 (0.07) 3.65 Tanggung Jawab Valid
28 0.47 (0.06) 8.15 Tanggung Jawab Valid
29 0.52 (0.06) 9.04 Tanggung Jawab Valid
30 0.11 (0.06) 1.96 Tanggung Jawab Valid
31 0.60 (0.06) 9.68 Tanggung Jawab Valid
32 0.62 (0.06) 10.86 Tanggung Jawab Valid
105

2. VARIABEL OVERPROTECTIVE PARENTING


 ASPEK 1

 ASPEK 2
106

 ASPEK 3

 ASPEK 4
107

PROPERTI PSIKOMETRIK OVERPROTECTIVE PARENTING


Factor
Item Loading Error t-value Aspek Keterangan
1 0.82 (0.07) 11.67 Memecahkan Masalah Valid
2 0.49 (0.06) 8.86 Kontak yang berlebihan Valid
3 0.02 (0.06) 1.96 Kontak yang berlebihan Valid
4 0.45 (0.06) 8.16 Memecahkan Masalah Valid
5 0.00 (0.05) 10.97 Memecahkan Masalah Valid
6 0.74 (0.05) 14.06 Kontak yang berlebihan Valid
7 0.33 (0.05) 6.08 Memecahkan Masalah Valid
8 0.74 (0.05) 13.80 Kontak yang berlebihan Valid
Mengawasi kegiatan
9 0.41 (0.05) 8.29 Valid
secara berlebihan
Mengawasi kegiatan
10 0.89 (0.05) 19.53 Valid
secara berlebihan
Mengawasi kegiatan
11 0.36 (0.10) 3.58 Valid
secara berlebihan
Mengawasi kegiatan
12 0.09 (0.05) 1.96 Valid
secara berlebihan
13 0.69 (0.05) 13.55 Perawatan terus menerus Valid
Mengawasi kegiatan secara
14 0.30 (0.05) 6.03 Valid
berlebihan
15 0.70 (0.05) 13.84 Perawatan terus menerus Valid
16 0.56 (0.05) 10.35 Kontak yang berlebihan Valid
17 0.64 (0.05) 12.29 Perawatan terus menerus Valid
18 0.59 (0.05) 11.05 Perawatan terus menerus Valid
19 0.87 (0.07) 12.49 Memecahkan Masalah Valid
20 0.52 (0.05) 9.53 Perawatan terus menerus Valid
21 0.44 (0.06) 7.35 Kontak yang berlebihan Valid
22 0.34 (0.06) 6.02 Kontak yang berlebihan Valid
23 0.57 (0.06) 9.86 Memecahkan Masalah Valid
Mengawasi kegiatan secara
24 0.00 (0.04) 22.79 Valid
berlebihan
25 0.51 (0.06) 9.25 Perawatan terus menerus Valid
26 0.40 (0.06) 6.93 Perawatan terus menerus Valid
27 0.34 (0.06) 5.89 Kontak yang berlebihan Valid
28 Valid
Mengawasi kegiatan secara
29 0.07 (0.05) 1.96 Valid
berlebihan
30 0.74 (0.05) 14.06 Kontak yang berlebihan Valid
31 0.53 (0.05) 9.85 Perawatan terus menerus Valid
108

1. VARIABEL PENYESUAIAN DIRI

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.844 31

2. VARIABEL OVERPROTECTIVE PARENTING

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.890 31
109

LAMPIRAN 4

ANALISIS DESKRIPTIF
110

JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 151 40.2 40.2 40.2
Valid 2 225 59.8 59.8 100.0
Total 376 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 132 35.1 35.1 35.1
2 82 21.8 21.8 56.9
Valid
3 162 43.1 43.1 100.0
Total 376 100.0 100.0

AsalSekolah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 106 28.2 28.2 28.2
2 113 30.1 30.1 58.2
3 61 16.2 16.2 74.5
4 29 7.7 7.7 82.2
Valid
5 19 5.1 5.1 87.2
6 23 6.1 6.1 93.4
7 25 6.6 6.6 100.0
Total 376 100.0 100.0

Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 233 62.0 62.0 62.0
2 68 18.1 18.1 80.1
Valid
3 75 19.9 19.9 100.0
Total 376 100.0 100.0
111

LAMPIRAN 5

KATEGORISASI VARIABEL
112

KategorisasiY
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 23 6.1 6.1 6.1
2 80 21.3 21.3 27.4
3 155 41.2 41.2 68.6
Valid
4 97 25.8 25.8 94.4
5 21 5.6 5.6 100.0
Total 376 100.0 100.0

Kat_X
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 22 5.9 5.9 5.9
2 93 24.7 24.7 30.6
3 155 41.2 41.2 71.8
Valid
4 79 21.0 21.0 92.8
5 27 7.2 7.2 100.0
Total 376 100.0 100.0

KategorisasiY * JenisKelamin Crosstabulation


Count
JenisKelamin Total
1 2
1 9 14 23
2 30 50 80
KategorisasiY 3 70 85 155
4 36 61 97
5 6 15 21
Total 151 225 376

KategorisasiY * Usia Crosstabulation


Count
Usia Total
1 2 3
KategorisasiY 1 6 8 9 23
113

2 28 18 34 80
3 56 33 66 155
4 32 20 45 97
5 10 3 8 21
Total 132 82 162 376
KategorisasiY * AsalSekolah Crosstabulation
Count
AsalSekolah Total
1 2 3 4 5 6 7
1 5 13 1 0 2 0 2 23
2 31 24 10 1 1 5 8 80
KategorisasiY 3 36 45 38 11 3 10 12 155
4 26 29 10 14 10 6 2 97
5 8 2 2 3 3 2 1 21
Total 106 113 61 29 19 23 25 376
KategorisasiY * Kelas Crosstabulation
Count
Kelas Total
1 2 3
1 12 10 1 23
2 53 14 13 80
KategorisasiY 3 95 25 35 155
4 62 14 21 97
5 11 5 5 21
Total 233 68 75 376
Kat_X * JenisKelamin Crosstabulation
Count
JenisKelamin Total
1 2
1 8 14 22
2 33 60 93
Kat_X 3 69 86 155
4 33 46 79
5 8 19 27
Total 151 225 376
114

Kat_X * Usia Crosstabulation


Count
Usia Total
1 2 3
1 4 7 11 22
2 35 21 37 93
Kat_X 3 55 32 68 155
4 28 16 35 79
5 10 6 11 27
Total 132 82 162 376

Kat_X * AsalSekolah Crosstabulation


Count
AsalSekolah Total
1 2 3 4 5 6 7
1 3 6 5 0 0 0 8 22
2 24 36 17 2 5 5 4 93
Kat_X 3 47 45 27 13 6 9 8 155
4 25 19 9 9 7 7 3 79
5 7 7 3 5 1 2 2 27
Total 106 113 61 29 19 23 25 376

Kat_X * Kelas Crosstabulation


Count
Kelas Total
1 2 3
1 15 3 4 22
2 59 18 16 93
Kat_X 3 99 23 33 155
4 44 18 17 79
5 16 6 5 27
Total 233 68 75 376
115

LAMPIRAN 6

HASIL UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS


116

1. UJI ASUMSI
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
y1 X
N 376 376
Mean 44.8694 112.63
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 19.77195 18.357
Absolute .045 .055
Most Extreme Differences Positive .025 .028
Negative -.045 -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .869 1.061
Asymp. Sig. (2-tailed) .437 .210
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

2. UJI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
(Combined) 121807.202 81 1503.793 17.833 .000
Between Linearity 116274.422 1 116274.422 1378.881 .000
Groups Deviation from 5532.780 80 69.160 .820 .854
y1 * X
Linearity
Within Groups 24791.616 294 84.325
Total 146598.818 375

3. UJI KORELASI
Correlations
y1 X
**
Pearson Correlation 1 .891
y1 Sig. (2-tailed) .000
N 376 376
**
Pearson Correlation .891 1
X Sig. (2-tailed) .000
N 376 376
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai