Anda di halaman 1dari 147

IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

HUBUNGAN PARENTAL BONDING DAN SELF-ESTEEM DENGAN


PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

PENELITIAN CROSS SECTIONAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh :
WIWIN NUR INDAH CAHYANI
NIM. 131611123068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

i
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

ii
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERNYATAAN

iii
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PERSETUJUAN

iv
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

v
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MOTTO

“Kesederhanaan merupakan kemewahan yang sesungguhnya”

vi
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Parental bonding dan Self-esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja”

tepat pada waktunya. Skripsi ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan

Ners Fakultas Keperawatan Universita Airlangga. Bersama ini perkenankanlah

saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Elida Ulfiana,

S.Kep.,Ns., M.Kep dan Bapak Setho Hadisuyatmana, S.Kep.,Ns.,M.NS

(CommHlth&PC) selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan motivasi, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs.,(Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Surabaya.

2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Surabaya.

3. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ners Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro yang telah memberikan izin

pengambilan data penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Cabang Dinas Pendidikan wilayah Kota Bojonegoro yang telah

memberikan bantuan, izin pengambilan data penelitian, dan kerjasama untuk

penyusunan skripsi ini.

vii
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii

6. Kepala sekolah SMAN 1 Bojonegoro, SMAN 2 Bojonegoro. SMAN 3

Bojonegoro, SMAN 4 Bojonegoro serta SMAN DANDER yang dijadikan

tempat penelitian.

7. Ibu Suti’ah, S.Pd, terimakasih tak terhingga telah memberikan ketulusan

kasih sayang, doa, dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menyusun

skripsi ini. I made this specially for you moms.

8. Keluarga tercinta Bapak, kakak, om, tante dan adik yang telah memberikan

kasih sayang, doa, dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menyusun

skripsi ini.

9. Para responden di lima SMAN dalam Kota Bojonegoro yang telah bersedia

bekerja sama dan mau menjadi responden penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan Program B19, Kos 53A, serta MS Production

yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta dukungan selama

proses penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi penulis

berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu

keperawatan.

Surabaya, 19 Desember 2017

Penulis

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

CORRELATION OF PARENTAL BONDING AND SELF-ESTEEM WITH


ADOLESCENT’S SEXUAL BEHAVIOR
Cross sectional Study

Wiwin Nur Indah Cahyani

Introduction: Emotional parental attachment that occurs between parent and


parent (self-esteem) and individual self-esteem becomes one of the possible factors
in the development of adolescent sexual behavior. Lack of parental role is
considered to affect the increase in the number of early pregnancies during the last
3 years in adolescents in Bojonegoro. This study was purposed to explore the
correlation of parental bonding and self-esteem with adolescent’s sexual behavior
. Method: this study used quantitative method with cross sectional approach.
Samples were collected by using proportional random on senior high school
student in the X class involved 296 respondence on the center of Bojonegoro city.
Parental bonding were interpreted using modification of Parental bonding
Instrument (PBI) by Parker, Tuping & Brown, Self-esteem using Rosenberg Self-
esteem Scale (RSES) by Rosenberg, while sexual behavior level were interpreted
using quetioner. The correlation between variables was analized by Spearman’s
Rho test (α= 0,05). Result: The result of this study have shown that theres a
significant correlation between parental bonding and self-esteem with
adolescent’s sexual behavior (p=0,000). Discussion: Parental bonding which is
full of care but still gives space to teenagers without excessive limits, indicating
better (lower) adolescent sexual behavior. Self-esteem with self-denial and self-
displeasure makes teenagers more likely to feel useless and free to make choices
as they wish to show higher levels of sexual behavior. Approaches to parents and
adolescents need to be improved, to optimize care, protection or control and sefl-
esteem, so that adolescents are able to control their sexual behavior with healthy
and precise.

Key word: parental bonding, self-esteem, sexual behavior, adolescent.

ix
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

HUBUNGAN PARENTAL BONDING DAN SELF-ESTEEM DENGAN


PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA
Penelitian cross sectional

Wiwin Nur Indah Cahyani

Pendahuluan: Keterikatan orang tua secara emosional yang terjadi antara orang
tua dan keturunannya (parental bonding) serta self-esteem (self-esteem) individu
menjadi salah satu faktor kemungkinan dalam perkembangan perilaku seksual
remaja. Kurangnya peranan orang tua dianggap mempengaruhi dalam peningkatan
jumlah kehamilan diluar nikah remaja selama 3 tahun terakhir pada remaja di
Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan parental
bonding dan self-esteem dengan perilaku seksual pada remaja. Metode: penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Besar
sampel didapat dengan teknik proportional random sampling pada murid kelas X
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dalam kota di Kabupaten Bojonegoro
sejumlah 296 responden. Parental bonding diinterprestasikan menggunakan
Parental bonding Instrument (PBI) dari Parker, Tuping & Brown, Self-esteem
menggunakan Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) dari Rosenberg, serta perilaku
seksual dinilai dari kuisioner. Hubungan antara variabel dianalisis menggunakan
uji statistic Spearman Rho (α= 0,05). Hasil: Penelitian menunjukkan parental
bonding memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual remaja
(p=0,000), dan self-esteem memiliki hubungan yang signifikan pula dengan
perilaku seksual pada remaja (p=0,000). Diskusi: Ikatan dari orang tua (parental
bonding) yang penuh kepedulian namun tetap memberikan ruang kepada remaja
tanpa membatasi secara berlebih, menunjukkan tingkat perilaku seksual remaja
yang lebih baik (rendah). Penghargaan diri (self-esteem) dengan adanya
penolakan terhadap diri dan perasaan tidak senang terhadap diri sendiri, membuat
remaja cenderung merasa tidak berguna serta bebas menentukan pilihan sesuai
keiinginan mereka menunjukkan tingkat perilaku seksual yang lebih tinggi.
Pendekatan kepada orang tua serta remaja perlu ditingkatkan, untuk
mengoptimalkan care, protection atau control dan sefl-esteem agar remaja mampu
untuk mengontrol perilaku seksual mereka dengan sehat dan tepat. .

Kata kunci: parental bonding, self-esteem, perilaku seksual, remaja

x
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Konsep Parental bonding..................................................................... 6
2.1.1 Parental bonding ................................................................................ 6
2.1.2 Dimensi Parental bonding ................................................................ 6
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Parental Bonding ................. 8
2.1.4 Jenis Parental bonding ...................................................................... 9
2.2 Konsep Self-esteem ............................................................................ 10
2.3.1 Self-esteem......................................................................................... 10
2.3.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Self-esteem ..................................... 11
2.3.3 Aspek Self-esteem ............................................................................ 14
2.3.4 Tipe dan Tingkatan Self-esteem ..................................................... 17
2.3.5 Perkembangan Self-esteem Remaja ............................................... 20
2.3 Konsep Perilaku Seksual .................................................................... 22
2.3.1 Perilaku Seksual ............................................................................... 22
2.3.2 Bentuk Perilaku Seksual.................................................................. 23
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ................................ 29
2.3.4 Dampak Perilaku Seksual ............................................................... 31
2.4 Konsep Remaja .................................................................................. 32
2.4.1 Remaja ............................................................................................... 32

xi
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii

2.4.2 Ciri Remaja ....................................................................................... 33


2.4.3 Perkembangan Remaja .................................................................... 35
2.5 Konsep Dasar Teori ............................................................................ 40
2.5.1 Konsep Teori Kathryn E. Barnard ................................................. 40
2.5.1 Konsep Teori Stimulus Organisme (SOR).................................... 41
2.6 Keaslian Penelitian ............................................................................. 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 49
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................................... 49
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 50
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 51
4.1 Desain Penelitian ................................................................................ 51
4.2 Populasi, Sampel dan Sampling ......................................................... 51
4.2.1 Populasi ............................................................................................. 51
4.2.2 Sampel ............................................................................................... 52
4.2.3 Teknik Sampling .............................................................................. 52
4.3 Variabel Penelitian dan Defini Operasional Variabel ........................ 53
4.3.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 54
4.3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 55
4.4 Instrumen Penelitian ........................................................................... 58
4.4.1 Instrumen Pengukuran Parental bonding ..................................... 58
4.4.2 Instrumen Pengukuran Self-esteem ................................................ 59
4.4.3 Instrumen Pengukuran Perilaku Seksual ....................................... 60
4.5 Uji Validitas dan Reabilitas................................................................ 60
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 62
4.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 62
4.8 Analisis Data ...................................................................................... 63
4.9 Kerangka Operasional ........................................................................ 65
4.10Etik Penelitian .................................................................................... 66
4.11Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 67
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 68
5.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 68
5.2 Pembahasan.................................................................................................. 73
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 86
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 86
6.2 Saran ............................................................................................................. 87

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 88


Lampiran ............................................................................................................... 93

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Kathryn


E.Barnad (1994) dalam Alligood, Ann Marriner Tomey, (2010) . 40
Gambar 2.2 Teori Skinner (1938) “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons)
Sumber: (Notoatmodjo, 2014) Ilmu Perilaku Kesehatan .............. 43
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Hubungan Parental bonding dan self-esteem
dengan Perilaku Seksual pada Remaja Berdasarkan Teori Child
Health Assesment oleh Kathryn E. Barnard (1994) dan Teori
Stimulus Organisme (SOR) oleh Skinner (1938). ......................... 49
Gambar 4.1 Kerangka operasional penelitian hubungan parental bonding dan
self- ................................................................................................ 65

xiii
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keyword Development Hubungan Parental bonding dan Self-esteem


dengan Perilaku Seksual Remaja ....................................................... 44
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian Hubungan Parental Bonding dan Self-esteem
dengan Perilaku Seksual Remaja ....................................................... 45
Tabel 4.1 Hasil analisis besar sampel menggunakan aplikasi OpenEpi v.
3.01………………………………………………………………..…52
Tabel 4.2 Sebaran Jumlah Sampel Penelitian ..................................................... 53
Tabel 4.3 Definisi Operasional Hubungan Parental bonding dan Self-esteem
dengan Perilaku Seksual pada Remaja Sekolah Menengah Atas Kota
Bojonegoro ......................................................................................... 55
Tabel 4.4 Nilai Penyataan Parental bonding ....................................................... 58
Tabel 4.5 Blueprint Skala Parental bonding ....................................................... 59
Tabel 4.6 Blueprint Skala Self-esteem ................................................................ 59
Tabel 4.7 Penilaian Skala Self-esteem ................................................................ 60
Tabel 4.8 Tabulasi Validitas Kuesioner Perilaku Seksual .................................. 61
Tabel 4.9 Derajat kekuatan hubungan (koefisien korelasi) (Arikunto, 2006)..... 65
Tabel 5.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin, usia, dan tempat………69
Tabel 5 2 Distribusi responden berdasarkan parental bonding ........................... 70
Tabel 5 3 Distribusi responden berdasarkan self-esteem .................................... 70
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat perilaku seksual ................ 71
Tabel 5.5 Hubungan parental bonding dengan perilaku seksual......................... 72
Tabel 5.6 Hubungan self-esteem dengan perilaku seksual ................................. 72

xiv
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal .................................................... 93


Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian ............................................. 94
Lampiran 3 Surat Keterangan Lolos Uji etik ........................................................ 95
Lampiran 4 Surat Ijin pengambilan Data penelitian dari Dinas Terkait .............. 98
Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian .................................................................... 99
Lampiran 6 Penjelasan Penelitian Bagi Responden ............................................ 104
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ....................... 107
Lampiran 8 Kuisioner ......................................................................................... 108
Lampiran 9 Distribusi dan Tabulasi Jawaban Kuisioner .................................... 113
Lampiran 10 Uji Validitas dan Realibilitas ......................................................... 114
Lampiran 11 Uji Analisa Data ............................................................................ 115

xv
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


HIV/AIDS : Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency
Syndrome
KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan
KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
LSL : Laki-laki Suka Laki-laki
PKBI : Persatuan Keluarga Berencana Indonesia
PMS : Penyakit Menular Seksual
PBI : Parental bonding Instrumen
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri
VCD : Video Compact Disc
WHO : World Health Organization

xvi
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah fase individu mengalami masa peralihan, salah satunya

dalam mencapai kematangan seksual. Perkembangan identitas seksual yang baik

pada remaja, ditandai dengan kemampuan mereka untuk belajar menguasai

perasaan seksual dan tingkah laku seksual secara benar (Santrock, 2011). Namun,

seringkali remaja terjebak pada perilaku seksual yang tinggi (Hayyu, 2017).

Fenomena tersebut terjadi salah satunya karena remaja kurang mampu

menghargai diri sendiri, (Mayasari and Hadjam, 2000). Hal ini juga dapat terjadi

karena lemahnya keterikatan remaja dengan orang tuanya (Puspitadesi et al,

2013).

Tustikarana (2016) berpendapat kedekatan orang tua secara emosinal

(parental bonding) yang baik dipercaya memberikan pengaruh terhadap remaja,

khususnya self-esteem dan kemampuan berperilaku secara seksual dengan baik.

Namun, hubungan parental bonding dan self-esteem dengan perilaku seksual pada

remaja, hingga saat ini di Indonesia belum pernah dijelaskan.

WHO menjelaskan perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dengan

sesama maupun lawan jenis dianggap wajar selama tidak masuk dalam kategori

berisiko, yakni tidak adanya penggunaan alat kontrasepsi, upaya perlidungan diri

dari infeksi penyakit menular seksual hingga kehamilan yang terlalu dini

(Chandra-Mouli, Camacho and Michaud, 2013). Hal tersebut bertolak belakang

dengan Indonesia, yang mana segala bentuk perilaku seksual lazim atau wajarnya

dilakukan ketika telah masuk usia ideal menikah berdasarkan Undang-undang

1
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

pernikahan serta berpedoman terhadap nilai norma, budaya terutama agama

(Andarmoyo, 2014).

Perilaku seksual remaja menjadi sorotan tersendiri di Indonesia, dimulai

dari hasil riset oleh Norton Online Family Report (2010) yang menunjukkan

bahwa 96% remaja usia 10-17 tahun pernah membuka konten situs porno

sehingga menempatkan Indonesia di posisi kedua terentan dalam penetrasi konten

pornografi setelah Rusia. Riset KPAI (2016), pada pelajar SMP dan SMA di 12

kota besar menunjukkan 76 % responden perempuan dan 72% laki-laki telah

berpacaran dengan 16,3 % diantaranya telah melakukan making in love (ML).

Survei BKKBN (2014) tentang kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan

bahwa 8,3 % laki-laki dan 1% perempuan sudah melakukan hubungan seksual

yang tidak semestinya sejak usia paling muda 10 tahun, perilaku ini di antaranya

48,2% remaja laki-laki dan 29,4% perempuan mengaku pernah berciuman, dan

6,2% di antara kelompok remaja perempuan pernah saling merangsang, 46%

remaja berperilaku tersebut terjadi dalam rentang usia 15-19 tahun saat masih ada

yang berstatus sebagai pelajar SMP dan SMA. Salah satu konsekuensi yang

ditemukan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mencatat

tingginya peningkatan jumlah kelahiran di luar nikah dalam tiga tahun terakhir

tercatan tahun 2014 sebanyak 28 kasus, tahun 2015 sebanyak 19 kasus dan pada

tahun 2016 meningkat sebanyak 69 kasus, akibat kurangnya perhartian serta

pengawasan dari orang tua (Media center Bojonegoro, 2017). Hikmiya et al

(2014) menyatakan bahwa pengabaian dari orangtua juga dapat menyebabkan

perilaku seksual remaja perempuan cenderung tinggi.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Parenting selalu menjadi faktor penting dalam pencapaian anak saat

beranjak dewasa (Lind et al., 2017). Parental bonding memiliki peranan penting

dalam aspek berperilaku dan perkembangan anak terutama selama 16 tahun

pertama usia mereka (Karim and Begum, 2017). Parental bonding yang baik

membuat remaja menjadi lebih percaya diri, mandiri, merasa memiliki kompeten,

berprestasi di sekolah, self-esteem yang di miliki terhitung tinggi, serta remaja

menjadi jarang untuk menunjukkan perilaku yang bermasalah (Rice&Dolgin,

2008 dalam Tustikarana, 2016). Sebaliknya, perilaku pengasuhan yang di tandai

oleh permusuhan, penolakan, dan kontrol mengakibatkan kejiwaan yang negatif

sepanjang hidup (Lind et al., 2017). Hal ini dipercaya menyebabkan anak

terjerumus pada perilaku seksual berisiko semasa remaja (Shin et al., 2016).

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk mengeksplorasi

parental bonding dalam keluarga dan self esteem pada remaja, khususnya di kota

Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan kerangka teori oleh Kathryn E. Barnard

(1994), child health assesment model. Kerangka ini dipilih karena kemampuannya

mengkaji perilaku melalui sudut pandang interaksi orang tua dengan anak

(Alligood, Ann Marriner Tomey, 2010). Kerangka teori dari Teori Skinner (1938)

“S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons) juga digunakan sebagai lensa untuk

membahas temuan dalam penelitian ini .

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan antara parental bonding dan self esteem remaja

dengan perilaku seksual pada remaja ?

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara parental

bonding dan self esteem dengan perilaku seksual pada remaja.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi parental bonding dari orang tua terhadap remaja

2. Mengidentifikasi self esteem pada remaja

3. Mengidentifikasi perilaku seksual yang pernah dilakukan oleh remaja

4. Menganalisis hubungan parental bonding dengan perilaku seksual remaja

5. Menganalisis hubungan self esteem remaja dengan perilaku seksual remaja.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pendekatan asuhan

keperawatan keluarga, khususnya pada tahap Keluarga dengan Remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini akan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kota

Bojonegoro dalam bentuk laporan sebagai pertimbangan kebijakan lokal untuk

mengurangi dampak perilaku seksual berisiko serta sebagai bahan acuan

pengembangan program kesehatan reproduksi remaja.

2. Remaja sebagai responden

Atas kesediaan waktu dan partisipasinya responden mendapat insentive

berupa souvenir, serta edukasi seputar kesehatan reproduksi dan perilaku

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

seksual yang sehat pada remaja. Materi edukasi disampaikan melalui Tim

Pembina UKS sebagai bahan untuk disosialisasikan kepada siswa sekolah

setempat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan remaja.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Parental bonding

2.1.1 Parental bonding

Bonding merupakan hubungan dengan orang lain berupa kedekatan yang

terjalin antara orang tua dengan anak, parental bonding ialah pembentukan

timbal balik kedekatan emosional dan psikologis antara orang tua (pengasuh

utama) dengan anak mereka yang baru lahir bahkan sampai hari setelah mereka

lahir (Perry, 2001).

Parental bonding merupakan cerminan hubungan interpersonal anak

dengan orang tua sepanjang masa hidup mereka (Shin et al., 2016). Parental

bonding mengacu pada keterikatan emosional dan fisik yang terjadi antara figur

orang tua, terutama ibu, dan keturunannya yang dimulai sejak bayi lahir

(Luanpreda, 2015). Parental bonding juga memiliki peranan penting dalam aspek

berperilaku dan perkembangan anak terutama selama 16 tahun pertama usia

mereka (Karim and Begum, 2017).

2.1.2 Dimensi Parental bonding

Dimensi yang digunakan untuk parental bonding, yang dikembangkan

oleh Tupling& Brown dalam Parker 1983 meliputi dua dimensi, yaitu :

1. Care

Dikatakan tinggi dengan diperlihatkannya kasih sayang orang tua terhadap

anak, memahami anak, dan sikap orang tua dalam memperhatikan anak dan

6
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

akan dikatakan rendah apabila menunjukkan sikap yang membuat anak

merasa tidak diinginkan atau merasa ditolak. Pada dimensi ini hal-hal yang

tidak ditunjukkan adalah ketidakpedulian dan penolakan (Luanpreda, 2015).

Karakteristik pada dimensi ini adalah adanya rasa kepercayaan, merasa

fleksibilitas yang dipunya antara remaja dengan orang tua bagus, mau berbagi

sikap optimis, kemandirian dan kasih sayang.

2. Protection

Protection yang tinggi akan ditunjukkan dengan sikap dan perilaku orang

tua yang mengendalikan semua yang dilakukan anak, melanggar atau

memasuki ruang privasi anak, dan mengurangi semua yang terkait dengan

anak. Sedangkan protection yang rendah akan menunjukkan sikap

memberikan kebebasan sesuai dengan yang diinginkan anak serta sikap

lainnya yang berbanding terbalik dengan protection yang tinggi.

Sedangkan pada dimensi ini merupakan hal-hal uang berlawanan dengan

semua yang berbau otonom dan kebebasan (Luanpreda, 2015)

Perry, (2001) menjelaskan bahwa tindakan memegang, mengayun, bernyanyi,

memberi makan, menatap, mencium dan perilaku pengasuhan lainnya yang

terlibat dalam merawat bayi dan anak muda adalah pengalaman ikatan. Faktor-

faktor yang penting untuk ikatan mencakup waktu bersama (tingkat kelahiran,

kuantitas tidak penting), interaksi tatap muka, kontak mata, kedekatan fisik,

sentuhan dan pengalaman sensorik utama lainnya seperti bau, suara, dan rasa.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor yang paling penting dalam menciptakan

keterikatan adalah kontak fisik yang positif (mis., Memeluk, memegang, dan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

mengayun). Tidak mengherankan jika menahan, menahan, tersenyum, berciuman,

bernyanyi, dan tertawa menyebabkan aktivitas neurokimia tertentu di otak.

Aktivitas neurokimia ini menyebabkan organisasi normal dalam sistem otak yang

bertanggung jawab atas attaachment

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Parental Bonding

1. Kepribadian anak atau temperamen mempengaruhi ikatan. Pada anak usia dini

cenderung tidak responsif dibandingkan dengan anak yang tenang dan

menenangkan diri, ia akan memiliki lebih banyak kesulitan untuk

mengembangkan keterikatan yang aman. Kemampuan bayi untuk berpartisipasi

dalam interaksi ibu-bayi dapat dikompromikan menggunakan kondisi medis

seperti pra-jatuh tempo, cacat lahir, atau penyakit.

2. Caregiver : Perilaku pengasuh bisa mengganggu ikatan. Orang tua yang kritis,

menolak, dan mengganggu cenderung memiliki anak yang menghindari

keintiman emosional. Orang tua yang kasar cenderung memiliki anak yang

merasa tidak nyaman dengan keintiman dan penarikan diri. Ibu anak mungkin

tidak responsif terhadap anak karena depresi ibu, penyalahgunaan subtansi,

masalah pribadi yang luar biasa, atau faktor lain yang mengganggu

kemampuannya untuk konsisten mengasuh anak.

3. Environment : Hambatan utama keterikatan sehat adalah rasa takut. Jika bayi

tertekan karena rasa sakit, ancaman yang meluas atau lingkungan yang kacau,

mereka akan memiliki waktu yang sulit untuk berpartisipasi dalam hubungan

asuh yang mendukung sekalipun. bayi atau anak-anak dalam kekerasan dalam

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

rumah tangga, pengungsi, kekerasan masyarakat atau lingkungan zona perang

rentan terhadap pengembangan masalah keterikatan.

4. Fit : "fit" antara temperamen dan kemampuan bayi dan ibu sangat penting.

beberapa pengasuh bisa baik-baik saja dengan bayi yang tenang namun

terbebani dengan bayi yang mudah tersinggung. Proses untuk memperhatikan,

membaca isyarat non-verbal satu sama lain dan merespons dengan tepat sangat

penting untuk mempertahankan pengalaman ikatan yang terbentuk dalam

keterikatan yang sehat. Terkadang gaya komunikasi dan respons yang akrab

bagi seorang ibu dari salah satu anaknya yang lain mungkin tidak sesuai

dengan bayinya saat ini. Rasa frustrasi bersama karena "tidak sinkron" bisa

mengganggu ikatan

2.1.4 Jenis Parental bonding

Rentang jenis parental bonding dalam Karim and Begum, (2017) ialah

sebagai berikut:

1. Optimal Parenting (Care Tinggi dan Protection Rendah)

Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang peduli dengan remaja, tetapi

tetap memberikan ruang kepada remaja tanpa membatasi secara berlebihan.

2. Affectionate Constrait (Care Tinggi dan Protection Tinggi)

Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang paling kaku dalam

mengendalikan atau mengontrol remaja.

3. Affectionate Control (Care Rendah dan Protection Tinggi)

Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang peduli dengan remaja, tetapi

tetap memberikan ruang ke gerak remaja tanpa melihat kebutuhan remaja.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

4. Neglectful Parenting (Care Rendah dan Protection Rendah)

Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang tidak peduli dengan remaja

dan membebaskan remaja untuk berlaku sesuka hati mereka.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa perilaku pengasuhan yang di

tandai oleh permusuhan, penolakan, dan kontrol mengakibatkan kenegatifan

kejiwaan sepanjang hidup (Lind et al., 2017) ikatan orang tua yang tidak tepat

dapat mengancam self-esteem anak sehingga merasa tidak berdaya dan terpukul

(Shin et al., 2016). Penelitian oleh Hikmiya et al., (2014) didapatkan dari 196

responden, 35 % yang mengalami ikatan dari orang tua dalam bentuk lalai,

menunjukkan perilaku distructive lebih tinggi dibandingkan jenis ikatan yang lain.

2.2 Konsep Self-esteem

2.3.1 Self-esteem

Self-esteem adalah evaluasi diri yang bersifat global untuk menjelaskan

image atau penilaian positif seseorang untuk dirinya (Santrock, 2011).

Self-esteem (self-esteem) merupakan penilaian sesorang atas kelayakan

diri,tentang bagaimana standart dan penampilan sesorang itu dibandingkan

dengan orang lain dan ideal diri seseorang (Audrey Berman, Barbara Kozier,

2010). Self-esteem merupakan salah satu predictor utama kesejahteraan psikologis

(Valkenburg, Koutamanis and Vossen, 2017).

Self-esteem adalah sebagai pendapat personal akan keberhargaan diri yang

diekspresikan dalam sikap individu yang berpengaruh terhadap dirinya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

2.3.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Self-esteem

Pada remaja menurut Kreitner dan Kinicki dalam (Suhron, 2016) terdapat

enam faktor yang dapat mendukung self-esteem, yang biasanya disingkat dengan

G-R-O-W-T-H, yaitu :

a. Goal setting (merencanakan tujuan)

Pada masa remaja dalam menentukan tujuan hidup yang ingin dicapai

dibutuhkan usaha dan keinginan yang kuat (ambisi) untuk mencapainya

khususnya dalam belajar dan meraih prestasi.

b. Risk taking (mengambil resiko)

Berani untuk mengambil risiko untuk memenuhi dan mencapai tujuannya

karena remaja tidak akan pernah mengetahui kemauan diri sendiri jika tidak

mau mengambil risiko.

c. Opening up (membuka diri)

Jika remaja mau membuka diri dan berbagi rasa dengan orang lain maka

akan mudah baginya untuk mengenali dirinya sendiri.

d. Wisechoice making (membuat keputusan yang bijaksana)

Jika remaja biasa membuat keputusan yang benar maka akan

meningkatkan self confiedence dan self-esteem,

e. Time sharing (berjalan sesuai dengan waktu)

Jangan terlalu memberikan tekanan dan paksaan pada diri sendiri untuk

mendapatkan perubahan karena tidak mungkin perubahan bisa didapat secara

langsung. Dalam hal ini siswa dapat bertukar pendapat dan berdiskusi untuk

mendukung prestasi belajarnya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

f. Healing (penyembuhan)

Penyembuhan dalam arti fisik dan mental dan hal itu bisa dilakukan

dengan cara membuat komitmen dan bersyukur. Dalam hal ini remaja

bersyukur dan memahami potensi yang dimiliki untuk menunjang prestasi

belajarnya meskipun dalam meraih cita-citanya tidak mudah untuk

mencapainya.

Menurut McLoed & Owens, Powell, (2014) dalam (Suhron, 2016) faktor-

faktor yang mempengaruhi self-esteem antara lain :

a. Usia

Perkembangan self-esteem ketika seseorang memasuki masa anak-anak

dan remaja akan memperoleh harga diri mereka dari teman, orang tua dan

guru pada saat mereka bersekolah.

b. Ras

Keanekaragaman budaya serta ras tertentu dapat mempengaruhi self-

esteem nya untuk menjunjung tinggi rasnya.

c. Suku

Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat terdapat suku tertentu yang

menilai bahwa sukunya lebih tinggi derajatnya sehingga dapat mempengaruhi

self-esteem seseorang.

d. Pubertas

Periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa ditandai

munculnya karakteristik seks sekunder dan kemampuan reproduksi seksual

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

yang dapat menimbulkan perasaan menarik sehingga mempengaruhi self-

esteem.

e. Berat Badan

Rangkaian perubahan berat badan yang paling jelas yang tampak pada

masa remaja adalah perubahan fisik. Hormon-hormon baru diproduksi oleh

kelenjar endokrin, dan membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan

munculkan ciri-ciri seks sekunder. Individu mulai terlihat berbeda, sebagai

konsekuensi dari hormon yang baru dalam penambahan atau penurunan berat

badan, dia sendiri mulai merasa adanya perbedaan.

f. Jenis Kelamin

Remaja pria akan menjaga self-esteemnya untuk bersaing dan

berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari remaja putri dalam mencapai

prestasi belajar Hal ini dapat mempengaruhi self-esteem. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa remaja putrimudah mengalami gangguan citra diri.

Secara khusus, self-esteem remaja putri rendah, tingkat kesadaran diri mereka

tinggi dan citra diri mereka mudah terganggu dibandingkan remaja putra

(Rosenberg& Simmons dalam Steinberg, 1999).

Faktor lain yang turut mempengaruhi self-esteem menurut Coopersmith dalam

Burns, (1993) :

1. Pengalaman

Pengalaman adalah segala bentuk perasaan, tindakan dan peristiwa yang

pernah dialami individu yang kemudian meninggalkan kesan bermakna dan

relatif menetap sepanjang hidup individu.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2. Pola Asuh

Self-esteem dipengaruhi sikap orangtua ketika berinteraksi dengan

anaknya, seperti memberikan aturan, hadiah ataupun hukuman, dan termasuk

bagaimana orang tua memberikan afeksi dan perhatian kepada anaknya.

3. Lingkungan

Pengaruh terbesar dating dari orang tua atau keluarga, teman sebaya, dan

lingkungan sekitar, meliputi perasaan aman dan nyaman, serta merasa

diterima secara sosial.

4. Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi individu yang mempengaruhi cara dan sikap

individu dalam memenuhi kebutuhan sosialnya, beserta kemampuan

dukungan finansial pada kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Aspek Self-esteem

Menurut Coopersmith (1967) dalam (Machini et al., 2015) aspek-aspek

yang terkandung dalam self-esteem ada empat yaitu :

a. Kekuasaan (Power)

Kemampuan untuk mengontrol dan mengatur tingkah laku diri sendiri dan

orang lain.

b. Keberartian (Significance)

Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain,

hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain dan pertanda

penerimaan dan popularitasnya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

c. Kebajikan (Virtue)

Kegiatan mengikuti kode moral, etika dan prinsip-prinsip keagamaan yang

ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang dilarang dan

melakukan tingkah laku yang diperolehkan oleh moral, etika, dan agama.

d. Kemampuan (Competence)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi yang di tandai oleh leberhasilan

individu dalam mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan dengan baik dari

level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Menurut Rosenberg, (1995) self-esteem secara globlal menjadi lebih relevan

untuk kesejahteraan psikologis, dan spesifik self-esteem ynag menjadi lebih

relevan untuk perilaku. Self-esteem secara global lebih kuat berkaitan dengan

langkah-langkah kesejahteraan psikologis, sedangkan spesifik self-esteem yang

berkaitan dengan akademik, sebagai predictor kemampuan dalam belajar.

Rosenberg menyatakan bahwa self-esteem memiliki dua aspek, yaitu penerimaan

diri dan penghormatan diri. Kedua aspek tersebut memiliki lima dimensi yaitu:

1. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas

pendidikan individu.

2. Dimensi sosial mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial

individu

3. Dimensi emosional merupakan hubungan keterlibatan individu terhadap

emosi invidu.

4. Dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partipasi dan

integrase di dalam keluarga

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

5. Dimensi fisik yang mengacu pada presepsi individu terhadap kondisi fisik

individu.

Terdapat komponen positif dan negatif terhadap perasaan penghargaan pada

individu :

1. Positif sebagai aspek kepercayaan diri (self confidence)

Individu memiliki perasaan positif dalam menghargai diri ketika ia

menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya

dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya san menghargai orang lain,

dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat

menerima kritik dengan baik, menyukai tugas dan menantang serta tidak

cepat bingung bila sesuatu berjalan diluar rencana, berhasil atas prestasi

dibidang akademik, aktif dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik,

tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan

mengharapkan adanya pertumbuhan dalam diri, mimiliki nilai-nilai dan sikap

yang demokratis serta orientasi yang realistis. Individu dengan perasaan

positif lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan.

2. Negatif sebagai aspek penurunan kepercayaan diri (self depreciation)

Pada perasaan ini individu menganggap dirinya sebagai orang yang tidak

berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan

sosial, hal ini seringkali menyebabkan invidu yang memiliki harga diri yang

rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya, sulit mengontrol

tindakan dan perilakunya terhadap dunia luar dirinya dan kurang dapat

menerima saran dan kritikan dari orang lain. Individu tidak menyukai segla

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya untuk menyesuaikan

diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya. Ketidak yakinan akan

pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurangberhasil dalam

prestasi, menganggap dirinya kurang sempurna, kurang memiliki nilai dan

sikap yang yang demokratis serta orientasi yang kurang realistis dan selalu

merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari lingkungan

2.3.4 Tipe dan Tingkatan Self-esteem

Berikut ini adalah tipe-tipe self-esteem dalam tingkatannya menurut Mruk

(2006) dalam (Anandari, 2013) :

1. Worthiness-Based Self-esteem

Individu dengan tipe ini cenderung tidak stabil atau memiliki karakteristik

self-esteem yang rapuh. Mereka memiliki kompetensi rendah namun terlalu

focus pada kemampuannya.

a) Approvesl seeking. Pada level ini, individu akan bergantung pada

penerimaan orang lain, sensitif pada kritik, dan penolakan.

b) Narsistik. Pada level ini, individu akan melebih-lebihkan kemampuannya

tanpa menghiraukan kompetensinya dan kritik untuknya. Cenderung

untuk terlalu membela diri sendiri.

2. Highh Self-esteem

Tipe ini adalah tipe yang relatif stabil dibandingkan dengan karakteristik

antara lain: terbuka pada pengalman baru, optimis, dan tidak terlalu membela

diri sendiri.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

a) Medium. Pada level ini, individu memiliki kestabilan yang cukup dalam

kompetensi dan kemampuan.

b) Authentic. Pada level ini, individu memiliki kompetensi yang realistic,

kemapuan yang kuat, aktif untuk hidup secara positif, dan memiliki nilai

instrinsik.

3. Low Self-esteem

Berkurangnya level dari self-esteem yang memiliki kecenderungan

karakter untuk menghindar dan hilangnya kompetensi atau kemampuan yang

dimiliki.

a) Negativistic. Pada level ini, individu cenderung lebih berhati-hati dan

lebih berfokus pada menjaga self-esteem yang dia miliki daripada

kehilangannya.

b) Klasikal. Pada level ini, individu akan merasa bahwa kemampuan yang

dia miliki rendah, memiliki kecenderungan untuk depresi, dan cepat

menyerah.

4. Competence-Based Self-esteem

Individu dengan tipe ini cenderung tidak stabil atau memiliki karakteristi

self-esteem yang rapuh. Mereka memiliki kemampuan yang rendah namun

terlalu fokus pada kompetensinya.

a) Success seeking. Pada level ini, individu akan terus berusaha untuk

mencapai kesuksesan atau prestasi, sangat cemas dan sensitif terhadap

kegagalan.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

b) Anti sosial. Pada level ini, individu akan berlebihan untuk sukses dan

memiliki power. Sangat mudak untuk bertindak agresif.

Rosenberg membagi tingkatan self-esteem menjadi tiga, terdiri dari:

a. Individu dengan self-esteem yang tinggi

Rosenberg menyatakan bahwa individu terbilang memiliki self-esteem

tinggi pabila individu menghargai dan merasa dirinya berharga dan dengan

tidak merasa superior atas orang lain. Mampu mengakui keterbatasan diri tapi

tetap memiliki harapan untuk terus mengembangkan diri.

Damian and Robins, (2011) menyatakan orang yang memiliki self-esteem

tinggi cenderung mencari hal yang bisa membuat dirinya berkembang dan

melihat segala sesuatu, baik itu positif atau negatif sebagai proses berkembang.

b. Individu dengan self-esteem yang sedang

Setiap individu pada dasarnya memiliki kemampuan dalam hal

penerimaan diri, namun kurang mampu untuk mengendalikan perasaan

berharga yang dimiliki dan dari pandangan sosial dinilai kurang relevan bagi

dirinya. Selain itu mereka juga ragu-ragu dan tidak yakin terhadap kemapuan

yang dimiliki dibandingkan dengan orang lain. Individu dengan self-esteem

yang sedang sebenarnya memiliki sejumlah evaluasi positif tentang dirinya.

Namun terkadang mereka memiliki kemampuan, keberartian, dan harapan yang

lebih rendah dibandingkan yang lain.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

c. Individu dengan self-esteem yang rendah

Individu yang memiliki self-esteem rendah ditunjukkan dengan adanya

penolakan terhadap dirinya dan perasaan tidak senang terhadap dirinya sendiri.

2.3.5 Perkembangan Self-esteem Remaja

Perkembangan self-esteem bukan merupakan penilaian diri yang dibawa

sejak lahir melainkan penilaian yang diperlajari sejak awal kehidupan dan

terbentuk dari interaksi dengan orang-orang dilingkungan sekitar terlebih dalam

struktur keluarga (Berman & Kozier, 2010). Memasuki usia remaja, isu paling

penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Menurut

Erikson, identitas merupakan konsepsi koheren tentang “self” yang di yakini oleh

diri sendiri. Remaja memiliki lingkungan sosial yang lebih luas sehingga

penilaian dari orang-orang yang berarti selain orang tua, seperti peer group,

meiliki pengaruh yang besar terhadap rasa keberhargaan diri dan kompetensinya.

Identitas diri tidak dapat dipisahkan dengan self-esteem. Remaja mengembangkan

self-esteem lebih luas dan relevan dengan aspek-aspek yang dimilikinya seperti

pandangan dirinya terhadap pertemanan, hubungan percintaan serta

kompetensinya. Self-esteem remaja terbentuk dari hasil eavluasi subjektif atas

umpan balik yang remaja terima dari orang sekitar serta perbandingan dengan

standar atau nilai kelompok (Santrock, 2011). Gambaran evaluasi diri yang

didapat melalui umpan balik dari lingkungan ini berlangsung secara terus-

menerus hingga masa dewasa. Umpan balik dari lingkungan merupakan sumber

penting untuk memberikan informasi penting mengenai diri dan memiliki

pengaruh langsung penting mengenai diri dan memiliki pengaruh langsung pada

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

self-esteem individu. Dubois dan Tevendale, (1999) mengungkapkan bahwa masa

remaja merupakan masa kritis dalam perkembangan self-esteem karena self-

esteem dapat membantu menghadapi tugas perkembangan remaja (Suhron, 2016).

.Pada masa remaja self-esteem tumbuh dan perlahan meningkat hingga dewasa.

Ada factor yang membedakan dalam perkembangan self-esteem berdasarkan jenis

kelamin, dimana pada laki-laki mereka lebih berfokus pada kemampuan mereka

sendiri, sedangkan wanta cenderung berfaktor ke emosionalnya seperti pentingnya

berhubungan dengan hal yang lain (Passanisi, Gensabella and Pirrone, 2015).

Penelitian yang melibatkan 1000 anak menunjukkan anak dengan self-esteem

rendah lebih mudah mengalami depresi daripada anak yang memiliki self-esteem

tinggi. Selain itu self-esteem yang tidak stabil erat kaitannya dengan respon afektif

dan perilaku yang maladaptif (Passanisi, Gensabella and Pirrone, 2015).

Perkembangan remaja yang perlu dilakukan adalah mengembangkan rasa koheren

diri (pandangan tentang siapa mereka dan siapa yang mereka inginkan) serta

persaan tentang self-esteem (self esteem), karena self-esteem salah satu predictor

utama kesejahteraan psikologis (Valkenburg, Koutamanis and Vossen, 2017).

Hidayah, A (2016) menyebutkan bahwa self-esteem yang rendah ditemukan

pada individu yang memiliki gangguan psikiatris yaitu depresi, gangguan makan,

gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

2.3 Konsep Perilaku Seksual

2.3.1 Perilaku Seksual

Perilaku seksual menurut Sarwono (2010) adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, objek

seksual bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Secara

lebih luas perilaku seksual yakni interaksi dan hubungan dengan individu dari

jenis kelamin yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman,

pelajaran, ideal, nilai, fantasi, emosi serta bagaimana sesorang

mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang

dilakukan (Andarmoyo, 2014).

Andarmoyo, (2014) menuliskan para ahli dalam bidang seksualitas tidak

setuju tentang jenis perilaku seksual normal, suatu hal yang mungkin untuk

menijau ekspresi seksualitas dalam suatu rentang yang berkisar dari adaptif

hingga maladaptive.

Respons seksual yang paling adaptif terlihat pada perilaku yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Antara dua orang dewasa

2. Saling memuaskan individu yang terlibat

3. Secara fisik dan psikologik tidak berbahaya bagi kedua pihak.

4. Tidak terdapat paksaana tau kekerasan

5. Dilakukan di tempat tertutup

Respons seksual yang maladaptive termasuk perilaku yang tidak memenuhi

satu atau lebih dari krtiteria tersebut .

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

Rentang Respon Seksual

Respon adaptif Respo Maladaptif

Perilaku seksual Gangguan Disfungsi Perilaku seksual


yang perilaku performa yang
memuaskan seksual oleh seksual membahayakan,
yang ansietas pemaksaan, tidak
menghargai hak sebagai akibat privasi atau bukan
orang lain dari antara dua orang
penilaian dewasa

Gambar 2.1 Rentang respon seksual

Menurut Berman & Kozier, (2010) tahap-tahap perilaku seksual dimulai

dari adannya stimulasi psikologi meliputi, bau, rasa, pendengaran, sight, fantasi

atau khayalan dan odor.

2.3.2 Bentuk Perilaku Seksual

PKBI, (2017) menyebutkan perilaku seksual adalah perilaku yang muncul

karena adanya dorongan seksual dengan cara-cara yang biasa dilakukan orang

untuk menyalurkan dorongan seksual, antara lain :

1. Bergaul dengan ;awan jenis atau sesame jenis

2. Berdandan untuk menarik perhatian

3. Menyalurkan melalui mimipi basah

4. Berkhayal atau berfantasi tentang seksual

5. Mengobrol tentang seksual

6. Menonton film pornografi

7. Masturbasi atau onani

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

8. Melakukan hubungan seksual non penetrasi (berpegangan tangan, berpelukan,

cium, pipi, cium, bibir, cumbuan berat, petting)

9. Melakukan aktivitas penetrasi (intercourse)

10. Menahan diri dengan berbagai cara atau menyibukan diri dengan berbagai

aktifitas misalnya olahraga.

Menurut Sarwono (2011) , beberapa tahapan perilaku seksual antara lain :

1. Awakening and Ekxploration

Perilaku yang berkaitan dengan keinginan untuk menimbulkan rangsangan

terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, melihat maupun

membaca gambar juga buku-buku porno.

2. Autosexuality

Perilaku seskual berupa merangsang diri sendiri dengan melakukan maturbasi

untuk mendapatkan kepuasan seksual.

3. Heterosexuality : Necking and Petting

Perilaku saling merangsang dengan pasangannya tetapi tidak mengarah ke

daerah sensitive pasangannya, hanya sebatas mencium bibir dan leher

pasangannya. Aspek ini mencakup pendekatan jasamani yang dilakukan

seperti saling memegang ( berpegangan tangan), berciuman (kening, pipi,

bibir), berangkulan dan berpelukan.

4. Heterosexuality : Heavy Petting

Perilaku saling merangsang dengan pasangannya sampai daerah sensitive

pasangannya untuk mencapai kepuasan, seperti meraba payudara, alat

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

kelamin, mencium daerah erogen, saling tempel alat kelamin tetapi tidak

sampai senggama. Tahap ini merupakan awal terjadinya hubungan seksual.

5. Heterosexuality : Copulation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual

masing-masing.

Nugraha, (2010) mengemukakan, aktivitas seksual dapat dilakukan sendiri

dimana objek seksualnya adalah diri sendiri, dan juga dilakukan dengan orang lain

sebagai objeknya.

1. Bentuk perilaku seksual yang objeknya diri sendiri

a. Menonton video porno

Menonton video porno adalah satu bentuk pendidikan seks tetapi

pendidikan seks yang buruk. Karena apa yang dipertontonkan didalamnya

tidak semua benar. Pada remaja dapat berdampak negatif karena bisa

mengakibatkan ketagihan sehingga sulit berkonsentrasi dan menimbulkan

dorongan untuk menyalurkan dorongan seksual setelah menontonnya.

b. Menghayal tentang seks

Remaja perlu tahu bahwa hanya karena mereka memiliki khayalan tentang

sesuatu, tidak berarti mereka pasti ingin mencobanya. Pikiran dan tindakan

adalah dua hal yang berbeda. Remaja yang sering berkhayal tentang seks

menimbulkan rasa penasaran untuk melakukan kegiatan seksual yang lebih

berbahaya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

c. Masturbasi

Masturbasi adalah stimulus organ genital (seks), biasanya dengan tangan,

tanpa melakukan hubungan intim. Bagi laki-laki masturbasi adalah

merangsang penis dengan mengusap atau menggosok-gosoknya. Sedangkan

bagi perempuan, masturbasi biasanya termasuk mengusap-ngusap dan

menggesek-gesek daerah kemaluan, terutama klitoris dan vagina.

Masturbasi digolongkan kedalam kegiatan memuaskan diri sendiri, tetapi

dapat pula terjadi pada satu pasangan yang merangsang alat kelamin lawan

jenisnya untuk mencapai orgasme.

2. Bentuk perilaku seksual yang objeknya orang lain

a. Berpegangan tangan

Remaja sering melakukan aktivitas seksual berpegangan tangan dengan

lawan jenis. Perilaku tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya berpegangan merupakan ekspresi perasaan sayang yang dapat

menimbulkan perasaan aman dan nyaman.

b. Berpelukan

c. Berciuman

d. Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah

istilah yang umummnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan

pelukan yang lebih mendalam.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

e. Petting

Petting adalah langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk

merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan, termasuk lengan, buah

dada, kaki dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah dari luar atau dalam

pakaian. Baik necking maupun petting sama-sama membahayakan. Sebab,

persis ketika dua orang begitu terangsang secara seksual, mereka cenderung

tidak mampu mencegah untuk tidak melakukan hubungan intim, atau tidak

menggunakan alat pencegah kehamilan.

f. Oral seks

Oral seks adalah salah satu variasi dalam hubungan seksual. Oral seks

dilakukan dengan cara melakukan rangsangan antara alat kelamin dengan

mulut pasangan, missal dilakukan menggunakan mulut seorang pria

terhadap alat kelamin wanita, maupun sebaliknya. Oral seks ini dapat

memberikan sensasi yang luar biasa terhadap pelakunya. Oral seks dapat

dilakukan oleh pasangan heteroseksual maupun homoseksual. Pada

pasangan yang telah menikah, oral seks digunakan sebagai variasi pada

hubungan seksual untuk menghindari kebosanan dan bisa juga dijadikan

sebagai foreplay sebelum memulai penetrasi. Namun, ada juga pasangan di

luar nikah yang melakukan oral seks. Karena sensasi yang luar biasa,

dikhawatirkan oral seks akan membuat seseorang lupa diri dan

menimbulkan keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang

sebenarnya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

g. Anal seks

Anal seks atau hubungan seksual dengan menggunakan lubang anus pada

umumnya dilakukan oeh kaum gay. Karena bakteri menumpuk dalam dubur

manusia maka anal seks berbahaya. Perilaku membahayakan karena

penularan bakteri dari dubur ke vagina. Anal seks bukan termasuk kedalam

perilaku seksual yang biasa dilakukan remaja.

h. Hubungan seksual

Hubungan seksual merupakan kegiatan seksual bertemunya alat kelamin

laki-laki dan perempuan. Bersatunya dua orang dewasa secara seksual yang

dilakukan setelah pasangan pria dan wanita menikah.

Adapun berdasarkan skala study of value karya All Port dan Vernam

dalam (Sumantri, 2012), perilaku seksual dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu :

a. Rendah, yaitu apabila saling memandang, berbicara mesra, melakukan

pegangan tangan , saling memandang,berkhayal, serta berpelukan.

b. Sedang, yaitu apabila berciuman, bermesraan dan juga mengeksplorasi daerah

genital dan melakukan perabaan antara lain di daerah leher payudara maupun

alat kelamin

c. Tinggi, yaitu apabila melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi daerah

genital dan juga melakukan onani atau masturbasi yang berlebihan.

d. Sangat tinggi, yaitu apabila melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi

daerah genital juga petting sampai dengan sexual intercourse.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul

pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah)

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuna

mengenai hal tersebut. (Sarwono S, 2010). Perilaku seksual yang berisiko

biasanya muncul serta memuncak selama masa remaja berlangsung hingga

dewasa awal (Kahn et al., 2015)

Pardun, L’Engle and Brown, (2005) mengatakan bahwa perilaku seksual

ringan mencakup : menaksir, pergi berkencan, menghayal, berpegangan tangan,

berciuman ringan (kening, pipi), saling memeluk, sedangkan yang termasuk

kategori berat adalah : berciuman bibir/mulut dan lidah, meraba dan mencium

bagian-bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, menempelkan alat

kelamin, oral seks, berhubungan seksual (senggama).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Munculnya perilaku seksual dini pada remaja di perngaruhi oleh multi

factor mulai dalam sistem individu, keluarga dan diluar dari keluarga, dalam

individu faktor biologis seperti usia dan jenis kelamin juga dinilai mempengaruhi

inisiasi seksual (Markham et al., 2015). Peran orang tua juga dinilai memiliki efek

abadi terhadap munculnya perilaku nakal remaja (Bao et al., 2015)

Lebih lanjut, (Suryoputro et al ,2006) mengklasifikasikan faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual remaja menjadi faktor personal dan faktor

lingkungan.

1. Faktor Personal

Faktor personal meliputi beberapa variable demografi (usia, agama dan

status perkawinan), pendidikan, pengetahuan, sikap, aktifitas sosial, rasa

percaya diri, gaya hidup, dan pengendalian diri.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

2. Faktor Lingkungan

Beberapa variable yang termasuk dalam faktor lingkungan adalah akses

dengan sumber informasi, sosial budaya, tempat, nilai, dan norma sebagai

pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

Menurut Sarwono S (2010) perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh

hal-hal sebagai berikut :

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.

Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam

bentuk tingkah laku tertentu.

2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan

usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang

tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin meningkat

untuk perkawinan (Pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)

3. Norma-norma agama yang berlaku dimana seseorang dilarang untuk

melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang

canggih (VCD, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.

5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang

mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, bahkan cenderung

menjaga jarak dengan anak dalam masalah ini.

Hasil penelitian dari Ethier et al., (2016) menunjukkan adanya kontrol

serta peraturan yang diberikan orang tua terutama dari pihak ibu tentang

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

berkencan yang kurang ditunjukkan lebih dari seperempat (26,5%) memulai

aktivitas seksual pada akhir kelas sembilan, dan atambahan 18,9% memulai

aktivitas seksual pada akhir kelas 10. Sebaliknya orang tua yang memiliki

kontrol orang tua (dalam hal ini aturan keluarga tentang berkencan) yang tinggi

lebih menonjol dalam mencegah secara langsung perilaku berisiko pada

remaja.

6. Teman, pengaruh teman sebaya memberikan konstribusi dalam perilaku

seksual remaja terutama teman lawan jenis. Kebebasan pergaulan antar jenis

kelamin pada remaja dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Hensel, Nance & Fortenberry, (2016)

menyebutkan faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja

yakni penggunaan nikotin dan minum minuman beralkohol, didapat 34% dari

remaja tersebut telah melakukan vaginal seks.

2.3.4 Dampak Perilaku Seksual

Perilaku seksual yang berisiko pada remaja akhirnya dapat menyebabkan

berbagai dampak yang merugikan pada remaja itu sendiri, berikut beberapa

dampak perilaku seksual berisiko menurut (Lubis, 2013) :

1. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya

perasaan marah, takut cemas depresi, rendah dirim bersalah dan berdosa.

2. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seks bebas diantaranya dapat

menimbulkan kehamilanyang tidak diinginkan (KTD) dan aborsi.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

3. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan

sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan

yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari

masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

4. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri adalah berkembangnya penyakit menular

seksual (PMS) di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita PMS yang

tertinggi antara usia 15-24 tahun, infeksi penyakit menular seksual dapat

menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko

terkena PMS dan HIV/AIDS.

2.4 Konsep Remaja

2.4.1 Remaja

Remaja (adolescence) biasanya di definisikan sebagai periode antara usia

10-19 tahun, yang mengalami masa transisi dari anak-anak ke dewasa (WHO,

2017). BKKBN, (2014) menyebutkan rentang usia remaja mulai dari 10-24 tahun

dan belum menikah.

Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan

manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa pada

tahapan ini individu akan mengalami perubahan pada masa pubertas yang

melibatkan perubahan hormon dan fisik yang biasa terjadi pada masa remaja awal

(Santrock, 2011). Perubahan biologis, peubahan psikologis, dan perubahan sosial

juga dialami pada masa remaja (Batubara, 2010).

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu dalam masa transisi

dari anak-anak menuju dewasa dimana pada masa ini terdapat perubahan yang

sekuensial baik dari segi fisik maupun psikis, individu mulai mengambangkan ciri

abstrak dan konsep diri. Hal ini menyebabkan seorang remaja relatif bergejolak

dibandingkan dengan masa lainnya, sehingga masa remaja sangat penting untuk

diperhatikan.

2.4.2 Ciri Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja trjadi

perubahan yang cepat, baik secara fisik, maupun psikologis. Perubahan-perubahan

yang terjadi menimbulkan ciri-ciri yang khas pada remaja, Episentrum, 2010

dalam (Lubis, 2013):

1. Peningkatan emosional yang tejadi secara cepat pada masa remaja awal yang

dikenal dengan masa badai dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan

hasil dari perubahan fisik terutama hormone yang terjadi pada masa remaja.

Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja

berada dalam kondisi baru yang bebeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini

banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukkan pada remaja, missalnya mereka

diharapkan untuk tidak lagi bertindak seperti anak-anak, mereka harus lebih

mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan

terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir

yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.

Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadai secara cepat, baik

perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan system respirasi

maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi

tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang

lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu ari jenis kelamin

yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-

kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang

terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi sisi lain mereka

takut akan tanggung jawab yang menyertai kebiasaan tersebut, serta meragukan

kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Sedangkan, lebih spesifik ciri-ciri remaja menurut Havigurst dalam

Hidayah, (2009) meliputi :

1. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik pada remaja terlihat pada tungkai dan tangan, tulang

kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan

bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip denga anak-anak.

2. Perkembangan seksual

Tanda-tanda perkembangan seksual pada laki-laki antara lain alat produksi

spremanya mulai berproduksi, mengalami mimpi basah yang pertama.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

Sedangkan pada perempuan, rahimnya sudah bisa dibuahi karena sudah

mendapatkan menstruasi.

3. Cara berpikir

Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga mereka akan melawan bila

orang tua, guru, lingkungan, masih mengangggapnya anak kecil. Remaja akan

menanyakan kenapa hal itu dilarang.

4. Emosi

Keadaan emosi remaja masih labil. Manifestasi emosi yang sering muncul

pada remaja antara lain heightened emotionality (meningkatnya emosi) yaitu

kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya.

5. Kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.

6. Menarik perhatian lingkungan

Terikat dengan kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik

kepada kelompok sebayanya.

2.4.3 Perkembangan Remaja

1. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2010) terdapat 3 (tiga) tahap perkembangan ynga

dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan

karakteristiknya, yaitu:

1) Remaja Awal (Early Adolescene)

Remaja awal merupakan tahap adaptasi akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada seorang remaja. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

mudah terangsang secara erotis. Tingkat egosentris serta kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap

emosi dam menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh

orang dewasa. Rentang usia remaja awal antara 13-14 tahun.

2) Remaja menengah/madya (Middle Adolescence)

Ketika berada ditahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-

teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri,

dengan cara menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang

sama dengan dirinya. Emosional yang masih labil membuat remaja

berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih

yang mana, seperti peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimis atau pesimis, idealis atau materialisdan sebagainya. Remaja

madya terjadi pada usia 15-17 tahun.

3) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Pada tahap ini berlangsung pada usia 18-21 tahun, merupakan

masa konsolidasi menuju periode dewasa, yang ditandai dengan

pencapaian :

(1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

(2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru

(3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

(4) Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan

orang lain.

(5) Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat

umum

2. Tugas perkembangan remaja

Menurut Havigurst dalam (Hidayah, 2009) remaja usia 12-21 tahun,

memiliki tugas perkembangan sebagai berikut :

1) Membina hubungan yang lebih matang baik pada pria maupun pada

wanita

2) Mampu mengekspresikan dan menngembangkan peran jenis secara sehat.

3) Memahami kondisi fisiknya dan memanfaatkan secara efektif.

4) Mengurangi ketergantungan emosional kepada orang tua atau orang

dewasa lain.

5) Mengurang ketergantungan ekonomi kepada orang tua atau orang dewasa

lain.

6) Menyeleksi dan menyiapkan diri untuk suatu pekerjaan di masa depan

7) Mempersiapkam untuk membina rumahtangga

8) Mengembangkan intelektua dan ketrampilan kemasyarakat

9) Menyesuaikan perilau dan etika yang berlaku sehingga dapat memiliki

pedoman untuk bertindak

10) Mengembangkan minat dan tanggung jawab sosial.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

Beberapa tugas perkembangan yang seharusnya bisa dilakukan oleh

remaja menurut Hurlock (1980) adalah sebagai berikut :

1. Menerima keadaan fisik

2. Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat

3. Mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis

4. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab

5. Persiapan perkawinan.

3. Fase Perkembangan Seksualitas pada Remaja

Pada proses kematangan seks, sama halnya dengan aspek perkembangan

lainnya maka akan terlihat adanya perbedaan-perbedaan individu dalam hal saat

permulaan mualinya perubahan dan lamanya proses. Walaupun ada pengaruh-

pengaruh individu individu itu , akan teteapi prosesnya sama saja seperti

perkembangan fisik dimana remaja perempuan rata-rata 2 tahun lebih dahulu

dibandingkan remaja laki-laki. Perubahan yang terjadi pada tubuh remaja

merupakan akibat dari berfungsinya kelenjar-kelenjar seks dalam tubuh yang

disertai kematangan organ reproduksi. Remaja menyadari diri mereka sebagai

manusia yang berjenis kelamin dengan seksualitas yang specific bahkan sejak

awal masa remaja (Richards & Buyers, 2016).

Menurut Audrey Berman & Barbara Kozier, (2010) menjelaskan bahwa

perkembangan seks pada remaja meliputi :

1. Remaja Perempuan

Pada usia 9 hingga 11 tahun, seorang remaja perempuan biasanya sudah

muncul tanda-tanda pertama kematangan seksual berupa pembesaran

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

payudara dan daerah pinggul. Kemudian baru mulai tumbuh rambut pada

daerah kemaluan bagian luar dan pada ketiak. Suaranya berubah lebih

nyaring, kulit bertambah halus, serta kadar hormon estrogen meningkat

mempengaruhi pertumbuhan organ reproduksi. Uterus mulai membesar dan

terjadi peningkatan lubrikasi vaginal. Remaja perempuan akan mengalami

menarche atau datangnya haid pertama. Usia tercapainya menarche tidak

sama antara remaja satu dengan remaja yang lain, tetapi rata-rata remaja

perempuan mengalami menarche pada usia 8 tahun sampai 15 tahun atau

bahkan lebih. Akan tetapi dengan adanya menarche belum berarti bahwa

kematangan organ reproduksi telah sempurna.

2. Remaja Laki-laki

Proses kematangan seksual pada remaja laki-laki terjadi pada usia 11

tahun dan 15 tahun, dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses ini

dimulai dengan pertumbuhan buah zakar. Tumbuhnya rambut pada alat

kelamin luar lebih lambat. Percepatan pertumbuhna buah zakar terjadi

bersamaan dengan percepatan pertambhan tinggi badan. Kadar hormone

testosterone akan berpengaruh terhadap perkembangan alat kelamin luar atau

penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Remaja laku-laki mulai

mempunyai kumis dan jenggot, rambut juga tumbuh pada ketiak dan lat

kelamin. Dengan membesarnya tulang dileher bagian depan (jakun) suara

mereka berubah menjadi pecah dan parau, karena tali-tali suara

dikerongkongan mengalami penyesuaian menjadi suara orang dewasa, begitu

pula dengan bahu yang menjadi lebih besar darpada pinggangnya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

2.5 Konsep Dasar Teori

2.5.1 Konsep Teori Kathryn E. Barnard

Fokus teori Barnard adalah perkembangan alat pengkajian untuk

mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping

memandang orangtua dan anak sebagai sebuah sistem interaktif. Sistem

orangtua-anak dipengaruhi oleh karakteristik individu setiap anggota dan

karakteristik individu tersebut yang dimodifikasi untuk memenuhi

kebutuhan sistem dan Barnard mendefinisikan modifikasi sebagai

perilaku adaptif yang terlihat pada gambar berikut,

Gambar 2.1 Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Kathryn


E.Barnad (1994) dalam Alligood, Ann Marriner Tomey, (2010)

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

Model Barnard tersebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori interaksi

pengkajian kesehatan anak (Child Health Assesment Interaction Theory). Konsep

utama/asumsi dari teori ini adalah: anak (child), ibu atau pengasuh

(mother/caregiver), dan lingkungan (environment) ( Tomey & Alligood, 1998) :

1. Anak (Child)

Barnard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku bayi

baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan kemampuan

anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas kesehatan.

2. Ibu/ pengasuh (Mother/ care giver)

Karakteristik ibu yang digambarkan Barnard meliputi: aspek psikososial,

perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri, pengalaman ibu yang

mengubah kehidupannya, harapan ibu terhadap anaknya, dan yang paling

penting adalah pola hubungan orang tua- anak dan kemampuan adaptasinya.

3. Lingkungan (Environment)

Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan

ayah, dan derajat hubungan orang tua untuk menghormati anaknya.

Tiga faktor tersebut diatas senada dengan faktor-faktor terbentuknya

parental bonding yang dijelaskan dalam Perry, (2001)

2.5.1 Konsep Teori Stimulus Organisme (SOR)

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia yang dapat diamati

langsung maupun tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar atau orang lain.

Aktivitas yang dapat diamati langsung oleh orang lain, misalnya: menulis,

tertawa, menangis, berjalan, bebicara dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berfantasi, berpikir, bersikap,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Skinner (1938), seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2014),

Skinner merupakan seorang ahli psikologi yang merumuskan perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh

karena itu perilaku manusia terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, sehingga teori Skinner

ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).

Berdasarkan teori “S-O-R” dilihat dari respons terhadap stimulus, maka perilaku

manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain

(dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk

perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang

dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik,

dapat diamati orang lain dari luar (observable behavior). Misalnya, seorang

remaja melakukan hubungan maupun tindakan seksual dengan diri sendiri,

sesama jenis maupun dengan lawan jenis, maka contoh tersebut merupakan

tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan ataupun praktik (practice).

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

Teori S-O-R

STIMULUS ORGANISME RESPON TERTUTUP


Pengetahuan
Sikap
(COVERT BEHAVIOR)

RESPON TERBUKA
Praktik/Tindakan
(OVERT BEHAVIOR)

Gambar 2.2 Teori Skinner (1938) “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons)


Sumber: (Notoatmodjo, 2014) Ilmu Perilaku Kesehatan

Hosland, et al. (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Teori ini berdasarkan pada asumsi

bahawa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas

rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari

sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya

berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,

kelompok, atau masyarakat.Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan

proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus

itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini.

Tetapi bila stimulus telah diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari

individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme ( diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

perilaku)

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula,.

Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan

harus dapat meyakinkan organisme. Dalam menyakinkan organisme faktor

reinforcement memegang peranan penting.

2.6 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keyword Development Hubungan Parental bonding dan Self-esteem


dengan Perilaku Seksual Remaja
Parental bonding Self-esteem Adolescence Sex Behaviour
OR OR Or
Parenting Teenager Sexual Activity
OR Or
Bonding Risk Sexs
Behaviour

Untuk melakukan tinjauan pustaka menggunakan kata kunci dan alternatif

kata kunci seperti di atas ( Tabel 2.1). Alternatif kata kunci tersebut digunakan

untuk mencari literature artikel jurnal. Database Scopus, Sciendirect, Google

Scholar serta literature review dari repository Universitas Airlangga digunakan

untuk mencari artikel ilmiah yang memiliki kemiripan sebagai literatur

pendukung utama dalam penelitian ini. Hasil yang ditemukan kemudian

dikerucutkan berdasarkan judul, abstrak, dan hasil penelitian. Setelah

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

memasukkan kata kunci dan memilih pilihan boolean/phrase, full text dan

publication date lima tahun terakhir. Pada Scopus di dapatkan 469 judul, namun

hanya 10 judul yang kemudian dianggap memiliki kemiripan dengan penelitian

ini. Demikian juga pada database Scientdirect didapatkan 640 judul artikel,

namun hanya 28 judul yang dianggap sesuai. Pencarian menggunakan Google

scholar didapatkan 122 judul, namun hanya 7 jurnal yang dianggap memiliki

kemiripan dengan penelitian ini. Pencarian menggunakan Repository unair hanya

7 jurnal yang dianggap memiliki kemiripan dengan penelitian ini. Berdasarkan

hasil pencarian tersebut didapat 13 jurnal yang digunakan, dan didapatkan

keaslian penulisan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian Hubungan Parental Bonding dan Self-esteem


dengan Perilaku Seksual Remaja
No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Parental Desain: Cross sectional Semakin tinggi


attachment and Sampel: 1766 responden terjalinnya kedekatan
Chinese orang tua memberikan
(stratified and random
adolescents' cluster sampling) dampak atau hubungan
delinquency: The yang baik terhadap moral
Variabel:
mediating role of remaja, serta pada tingkat
moral Variabel independen: kenakalan rendah
disengagement Parental attachment ditunjukkan pada
(Bao et al., 2015) kedekatan dengan orang
Variabel dependen:
tua yang rendah.
Adolescent delinguency
Instrumen: Kuesioner
Analisis: Uji chi-square

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

2. Parental Desain: cross sectional : Semakin rendah


influences on longitudinal analysis kenyamanan dan
young people’s Sampel: 83 responden pemantauan orang tua
sexual behavior: A (purposive sampling) semakin besar perilaku
longitudinal Variabel: parental and sex seksual dilakukan
analysis. behavior perempuan, namun tidak
Instrumen: Kuesioner demikian pada laki-laki
(Wight,
rendah tingginya
Williamson and Analisis: Multivariate
kenyamana dengan orang
Henderson, 2006) Analysis
tua sama besarnya
terhadap perilaku
seksualnya.
3. The longitudinal Desain: cross sectional : Pemberian aturan kencan
impact of parental Longitudinal analysis dan pengetahuan dari
monitoring on Sampel: 533 responden orang tua menunjukkan
adolescent Variable: parental hasil yang signifikan
initistion of sexual monitoring and initiation of dalam initiasi seksual
activity (Ethier et sexual activity pada .siswa sekolah
al., 2016) Instrument: Kuesioner menengah , namun
terdapat faktor
Analisis: chi-square
pendukung yang lain.
4. Self esteem Desain: Deskriftif kualitatifFaktor yang
perilaku seksual Sampel: 3 responden mempengaruhi self
berisiko pada (snowball sampling) esteem remaja LSL
remaja LKL (laki- Variabel: antara lain pengalaman,
laki seks dengan lingkungan sosial seperti
Variabel indenpeden:
laki-laki) teman dan media sosial.
Pengetahuan dan sikap
Sedangkan faktor pola
(Hidayah,et Variabel dependen: asuh dan ekonomi tidak
al.,2016) Imunisasi dasar lengkap
berpengaruh. Selain itu
Instrumen: indept interview informan utama menjadi
Analisis: content analysis remaja LSL saat berusia
remaja madya yaitu 15-
18 tahun.

6. Hubungan pola Desain: Cross sectional Hasil penelitian


asuh orang tua dan Sampel: 104 responden menunjukkan pola asuh
lingkungan sosial dan lingkungan
(total sampling)
dengan perilaku mempunyai nilai
seksual remaja Variabel: hubungan yang besar

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

usia 14-21 tahun Variabel independen: sebagai faktor perilaku


di lingkungan Pola asuh orang tua dan seksual pada remaja.
lokalisasi lingkungan sosial

(Yusuf.Ah, Variabel dependen:


Khoridatul,Endang Perilaku seksual remaja
and Agung, 2007)
Instrumen: Kuesioner
Analisis: Uji Spearman’s
Rho Correlation

7. Hubungan antara Desain: Cross sectional Hasil penelitian


figur kelekatan Sampel: 116 responden menunjukkan ada
orang tua dan hubungan figur kelekatan
(pupuosive sampling)
kotrol diri dengan orang tua dengan control
perilaku seksual Variabel: diri remaja dimana
remaja SMA Variabel independen: subjek yang mempunyai
Negeri 11 figur kelekatan yang
Figure kelekatan orang tua
Yogyakarta (Dewi sedang mempunyai
Intan Puspitatadesi Variabel dependen: kontrol diri yang sedang
et al, 2013) Kontrol diri Perilaku seksual pula terhadap perilaku
remaja seksual namun masih
Instrumen: Kuesioner terdapat faktor lain yang
berpengaruh cukup besar
Analisis: Uji Spearman’s
Rho Correlation yakni eksposur media
sosial.

8. Remaja Tengah: Desain: Descriptive Jenis ikatan orang tua-


Ikatan orang tua- correlation anak yakni jenis ikatan
anak dan perilakuSampel: 196 responden pengasuhan lalai
distruptive (consecutive) memiliki risiko
berperilaku gangguan
(Hikmiya et al., Variabel:
distruptive lebih besar
2014) Variabel independen: Ikatan jika dibandingkan
orang tua-anak dengan ikatan kendala
Variabel dependen: kasih sayang.
Perilaku distruptive
Instrumen: Kuesioner
Analisis: Uji fisher’s exact

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

9. The relationship Desain: cross sectional Hasil dari penelitian ini


between parental Sampel: 800 responden menunjukkan parental
bonding and peer (pupossive sampling) bonding tidak
victimization: mempengaruhi tingkat
Variabel:
examining child stress, namun stress yang
stress and Variabel independen: dialami memiliki
hopeless (Shin et parental bonding hubungan terhadap
al., 2016) Variabel dependen: perasaan tidak berharga.
Peer victimization
Instrumen: Kuesioner
Analisis: chis-square
10. Hubungan Desain: cross sectional Semakin tinggi perental
parental bonding Sampel: 61 responden bonding yang dirasakan
dengan regulasi (pupossive sampling) remaja terhadap orang
emosi pada remaja tua maka semakin tinggi
Variabel:
(Tustikarana, pula mereka dalam
2016) Variabel independen: meregulasi emosinya,
parental bonding begitupula sebaliknya.
Variabel dependen:
Regulasi emosi
Instrumen: Kuesioner
Analisis: chis-square

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Care Giver
Environment
Kesehatan fisik,
lingkungan fisik dan
kesehatan mental,
keluarga, keterlibatan
koping, tingkat
ayah, dan derajat
pendidikan Interaksi hubungan orang tua

Child
Temperament
regulation

Stimulus
Faktor Personal : Perental Bonding
- Jenis kelamin Care dan Protection
- Agama
- Status
- Pendidikan Organisme Stimulus
- Pengetahuan (Remaja) Self-esteem :
Faktor lingkungan : - Self Confidence
- Media - Self Depreciation
Reaksi
informasi
Perilaku Seksual
- Teman
- Sosial budaya
- Nilai dan
norma
Tempat

Keterangan
Diukur Tidak diukur

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Hubungan Parental bonding dan self-esteem


dengan Perilaku Seksual pada Remaja Berdasarkan Teori Child
Health Assesment oleh Kathryn E. Barnard (1994) dan Teori
Stimulus Organisme (SOR) oleh Skinner (1938).

49
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

Dari gambar 3.1 menampilkan gambar visual mengenai teori dari adaptasi

model Kathryn E. Barnard dan Teori Stimulus Organisme (SOR) oleh Skinner.

Faktor A meliputi orang tua sebagai caregiver dan lingkungan di kehidupan anak

yang saling berhubungan membentuk interaksi sehingga terjalinnya ikatan antara

orang tua dengan anak dalam bentuk care dan protection. Self-esteem (Faktor B)

merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menilai mengenai kerberhargaan dari

dirinya. Faktor A dan B dinilai sebagai stimulus yang diterima melalui perhatian,

pengertian serta penerimaan oleh remaja dalam proses reaksi atau perubahan sikap

sehingga menjadikan perilaku seksual terjadi, yang diringi atau dipengaruhi

beberapa faktor personal dan faktor lingkungan sebagai faktor C. Faktor C disini

tidak diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian

H1a : Ada hubungan parental bonding dengan perilaku seksual pada

remaja

H1b : Ada Hubungan self-esteem dengan perilaku seksual pada remaja

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian, poluasi, besar sampel,

dan Teknik sampling: variable dan definisi operasioanal; instrument penelitian;

lokasi dan waktu penelitian; prosedur pengumpulan data; kerangka operasional;

analisa data; dan etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan

pedekatan cross sectional, yakni penelitian yang hanya menggunakan satu waktu

untuk menentukan faktor apa yang terjadi sebelum atau bersama-sama tanpa

adanya suatu intervensi (Nursalam, 2016). Peneliti mengukur variable independen

dan dependen secara simultan pada satu waktu tanpa adanya tindak lanjut. Pada

penelitian ini tidak menutup kemugkinan kedua variable diukur dalam waktu atau

hari yang berbeda, namun setiap variable hanya diukur satu kali saja. Studi dalam

penelitian ini akan menjelaskan hubungan parental bonding dan self-esteem

dengan perilaku seksual pada remaja.

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid kelas X di 5 Sekolah

Menengah Atas (SMA) dalam kota Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro yang

bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent

serta sejumlah 1282 siswa. Siswa kelas X dipilih karena berada dalam rentang

51
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

usia 14-16 tahun, dengan proporsi jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang

merata.

4.2.2 Sampel

Power analysis menggunakan bantuan aplikasi Open Source

Epidemiologic Statistics for Public Health diakses untuk menentukan besar sampel

dalam penelitian. Nilai kepercayaan 95% dipilih oleh peneliti dan didapatkan

besar sampel 296 responden (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Hasil analisis besar sampel menggunakan aplikasi OpenEpi v. 3.01

Sample Size for Frequency in a Population


Population size(for finite population correction factor or fpc)(N): 1282
Hypothesized % frequency of outcome factor in the population (p): 50%+/-5
Confidence limits as % of 100(absolute +/- %)(d): 5%
Design effect (for cluster surveys-DEFF): 1
Sample Size(n) for Various Confidence Levels

ConfidenceLevel(%) Sample Size


95% 296
80% 146
90% 224
97% 345
99% 438
99.9% 588
99.99% 695

Sample size n = [DEFF*Np(1-p)]/ [(d2/Z21-α/2*(N-1)+p*(1-p)]

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional

Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan

mengambil subyek dari setiap kelompok ditentukan seimbang dengan banyaknya

subyek dalam masing-masing kelompok (Arikunto, 2008). Adapun besar atau

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

jumlah pembagian sampel untuk masing-masing sekolah dengan menggunakan

rumus menurut (Sugiyono, 2013)

X
n= X N1
N
keterangan:

N :Jumlah seluruh populasi


n :Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata
N1 :Sampel
X :Jumlah populasi pada setiap strata

Didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4 2 Sebaran Jumlah Sampel Penelitian


JUMLAH JUMLAH
NO SMA
SISWA SAMPEL
1. SMA B 288 66

2. SMA C 286 66

3. SMA D 258 60

4. SMA E 285 66

5. SMA F 165 38

Total 296

Adapun cara pengambilan sampel dalam setiap SMA dilakukan secara

acak sederhana, dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random

number). Kemudian agar analisa kedua gender dapat dipisahkan dan di analisa

dengan baik, sampel siswa laki-laki dan perempuan dibagi secara seimbang pada

tiap SMA, serta dengan kriteria sampel yang masih memiliki orangtua.

4.3 Variabel Penelitian dan Defini Operasional Variabel

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional anatara variable satu

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

dengan yang lainnya. Variable dibedakan menjadi dua, yaitu, variable dependen

dan variable independen (Nursalam, 2016).

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel independen (bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variable lain. Pada penelitian ini variabel independen (bebas)

mencakup parental bonding dan self-esteem.

Variabel dependen (terikat) adalah variable yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variable lain. Pada penelitian ini yang menjadi variable dependen

(terikat) adalah perilaku seksual pada remaja sekolah menengah atas (SMA) di

Kota Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4 3 Definisi Operasional Hubungan Parental bonding dan Self-esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja Sekolah
Menengah Atas Kota Bojonegoro
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Opearasional
1. Independen Keterikatan yang Dimensi parental bonding Kuisioner Ordinal Pernyataan positif skor
Parental terjalin antara dalam bentuk : Parental SS= 3, S=2, TS=1,
bonding orang tua dan 1. Care bonding STS=0
remaja yang 2. Protection Instruments Pernyataan negatif SS=0
diterima sejak (PBI) S=1, TS=2 , STS=3
remaja lahir dan diadaptasi dari Kriteria penilaian,
menjadi sebuah Parker, Tuping, Skor Care:
dasar untuk dan Brown Rendah <25,75
hubungan (1979) Tinggi ≥25,75
emosional bagi Skor Protection :
keduanya. Rendah < 13
Tinggi ≥13
Dengan kriteria penilaian
akhir
- Optimal parenting
Skor Care>Protection
- Affectionless control
Skor Care<Protection
- Affectionate constrain
Skor Care&Protection

55
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(sama tinggi)
- Neglecful parenting
Skor Care&Protection
(sama rendah)
2. Self-esteem Pendapat personal Aspek Global Self-esteem Kuisioner Ordinal Pernyataan Positif skor
akan keberhargaan : Rosenberg Self- SS=3, S=2, TS=1, STS=0
diri yang esteem Scale Untuk pernyataan negatif
1. Kepercayaan diri (self
diekspresikan (RSES) memiliki skor yang
confidence)
dalam sikap diadaptasi dari sebaliknya.
2. Penurunan
individu yang Rosenberg
kepercayaan diri (self
berpengaruh (1965) Kriteria penilaian ,
depreciation)
terhadap dirinya. dengan skor maksimal 30,
dengan dimensi : skor minimal 0
Rendah : ≤55%
1. Akademik Sedang : 56-75%
2. Sosial Tinggi : 76-100%
3. Emosi
4. Keluarga
5. Fisik
3. Perilaku Tindakan yang Perilaku seksual yang Kuisioner Ordinal Kriteria penilaian Rendah
seksual berhubungan dilakukan meliputi : : ≥1 jawaban pernah (soal
dengan cara 1. Menonton gambar/film 1-10)
mengekspresikan porno Sedang : ≥1 jawaban
dan melepaskan 2. Melakukan fantasi/ pernah (soal 1-14)
dorongan seksual berkhayal seksual Tinggi : ≥1 jawaban
baik dengan lawan 3. Membicarakan pernah (soal 1-16)

56
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

jenis maupun masalah seksual, Sangat Tinggi :


sesama jenis, objek berpandang mata ≥ 1 jawaban pernah (soal
seksual bisa berupa dengan perasaan 1-18)
orang lain, orang tertarik dengan lawan
dalam khayalan jenis
atau diri sendiri. 4. Berpegangan tangan,
berangkulan,
berpelukan
5. Bercium kening, pipi
6. Bercium bibir
7. Melakukan masturbasi
atau onani
8. Mencium leher,
meraba payudara,
meraba/ memegang
alat kelamin lawan
jenis
9. Mencium daerah
erogen, saling tempel
anggota badan yang
sensitive dengan
mengenakan baju,
menggesekkan alat
kelamin
10. Melakukan hubungan
seksual

57
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

4.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner

yang digunakan pada penelitian terdiri dari :

4.4.1 Instrumen Pengukuran Parental bonding

Pada penelitian ini variabel parental bonding diukur demgan

menggunakan alat ukur yang telah disusun oleh Parker, Tuping, dan Brown

(1979). Pada alat ukur yang disusun oleh Parker dkk (1979), PBI menggunakan

dua dimensi, yaitu care dan protection serta memiliki 25 aitem dengan

menggunakan skala likert yang memiliki kontinum 0 hingga 3 untuk mengukur

variable yang diteliti. Penentuan tinggi atau rendah dimensi care adalah

berdasarkan nilai cut-off (titik tengah) skor, untuk dimensi care skor 25,5 dan

protection 13.

Penelitian lain yang menggunakan alat ukur PBI menggunakan subyek

yang terdiri 180 siswa sekolah menengah di Thailand yang memiliki rentang usia

11-15 tahun serta berjenis kelamin laki-laki atau perempuan (Luanpreda, 2015).

Terdapat 4 respon yang dapat dipilih oleh responden, diantaranya adalah sangat

sesuai (SS), sesuai(S),tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Berikut adalah nilai pernyataan dari skala parental bonding.


Tabel 4.4 Nilai Penyataan Parental bonding
Nilai Keterangan

3 SS
2 S
Favorable TS
1
0 STS

3 STS
2 TS
Unfavorable S
1
0 SS

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

Alat ukur parental bonding (PBI) hanya terdiri dari dari dua sub-skala

yaitu care dan protection. Masing-masing aitem yang muncul pada tiap sub-skala

adalah mengukur cara mereka dalam mengingat orangtua mereka di 16 tahun usia

mereka. Berikut adalah blueprint dari skala parental bonding

Tabel 4.5 Blueprint Skala Parental bonding


No Dimensi F UF ∑

1 Care 1,5,6,11,12,17 2,4,14,16,18,24 12

2 Protection 8,9,10,13,19,20,23 3,7,15,21,22,25 13

TOTAL ITEM 25

4.4.2 Instrumen Pengukuran Self-esteem

Variable self-esteem akan diukur menggunakan skala unidimensional

milik Rosenberg (1965) dengan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES).

Instrumen ini terdiri dari 10 item yang mengukur self-esteem secara global dengan

dimensi perasaan positif dan negatif mengenai diri sendiri. Alat ukur ini

merupakan alat ukur unidimensi, yakni dimana alat ukur ini hanya memiliki dua

faktor, yakni untuk mengukur self-esteem yang posistif (favorable) dan self-

esteem yang negatif (unfavorable) (Supple, Su, Plunkett, Peterson, & Bush, 2012).

Tabel 4.6 Blueprint Skala Self-esteem


No Aspek Dimensi F UF ∑ Total item
Self a. Akademik - 3
Confidence b. Sosial 4 -
1. c. Emosi 6 - 5
d. Keluarga - 9
e. Fisik 7 - 10
Self a. Akademik 2 -
depreciation b. Sosial 1 -
2. c. Emosi - 8 5
d. Keluarga - 10
e. Fisik - 5

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

Skala self-esteem merupakan skala Likert dengan empat alternative

jawaban, yakni Sangat Setuju (SS), Seutuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Pernyataan favorable yang jawabannya sangat tidak setuju,

akan diberi nilai terendah, yaitu 1, dan jawaban sangat setuju diberi nilai tertinggi,

yaitu 4. Untuk pernyataan unfavorable sistem penilaiannya adalah sebaliknya.

Berikut adalah rincian penilaian untuk pernyataan favorable dan unfavorable :

Tabel 4.7 Penilaian Skala Self-esteem


Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 0
Setuju (S) 2 1
Tidak Setuju (TS) 1 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 3

4.4.3 Instrumen Pengukuran Perilaku Seksual

Instrument penelitian menggunakan kuesioner yang dimodifikasi

berdasarkan kuesioner dari penelitian Fauziah, (2016) dan Hennessy et al., (2009)

kemudiaan di telaah dengan teori dari Nugraha, (2010) dan Sumantri, (2012).

Kuesioner untuk menilai perilaku seksual sejumlah 18 butir dengan dua pilihan

jawaban pemebrian nilai (1) pada jawaban pernah dan (0) pada jawaban tidak

pernah.

4.5 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner parental bonding oleh Parker,

Tuping, dan Brown (1979) telah dilakukan di beberapa negara, seperti

Bangladesh, Thailand, Jepang, Verona, China, Italy dan menyatakan bahwa

kuesioner Parental bonding Insrument (PBI) adalah instrumen yang valid dan

reliabel. Di Indonesia uji validitas dan reabilitas juga telah dilakukan oleh

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

Tustikarana, (2016) instrumen kuesioner PBI telah diterjemahkan dinyatakan

valid dan reliabilas sebesar 0,921. Kuesioner self-esteem yang disusun oleh

Rosenberg yang telah digunakan pada 53 Negara, termasuk Indonesia dengan

reabilitas sebesar 0,78 (Myrilla, 2016). Kuisioner parental bonding dan self-

esteem yang digunakan peneliti telah mendapatkan ijin dari pihak peneliti

sebelumnya secara tertulis via email.

Kuesioner perilaku seksual menggunakan kuesioner yang dilakukan uji

validitas dengan Analisa butir yakni skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud

dikorelasikan dengan skor total, selanjutnya dihitung dengan bantuan program

statistika yaitu SPSS. Berikut tabel hasil uji :

1. Uji Validitas
Tabel 4.8 Tabulasi Validitas Kuesioner Perilaku Seksual

Corrected Item-
Kuesioner Total Correlation
Keterangan

P1 .665 Valid
P2 .471 Valid
P3 .540 Valid
P4 .672 Valid
P5 .305 Valid
P6 .562 Valid
P7 .333 Valid
P8 .652 Valid
P9 .758 Valid
P10 .722 Valid
P11 .665 Valid
P12 .637 Valid
P13 .267 Valid
P14 .340 Valid
P15 .587 Valid
P16 .150 Valid
P17 .173 Valid
P18 .398 Valid

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

2. Uji reabilitas

Pengujian reabilitas pada kuesioner perilaku seksual dilakukan dengan

interval konsistensi yaitu mencobakan instrument sekali saja, kemuadian hasil

yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu. Untu menguji

reliabilitas kuesioner yang digunakan rumus reabilitas, Alpha Cronbach

dengan bantuan prodgram statistika computer yakni SPSS, didapat skor

reliabilitas sebesar 0,871.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

dalam kota Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro pada tanggal 13-25 November

2017.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini proses pengambilan data dimulai setelah

mendapatkan surat keterangan lolos etik serta surat pengantar dari Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga yang selanjutnya dibawa ke Badan

Kesejahteraan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Pendidikan

dan Dinas Kesehatan, selanjutnya dibawa ke SMA dalam Kota Bojonegoro untuk

mengambil data. Peneliti menemui bagian yang di disposisi oleh kepala sekolah

pada setiap sekolah menengah tersebut sebagai wali responden untuk menjelaskan

tentang tujuan penelitian yang telah dilakukan serta memberikan lembar

penjelasan penelitian dan informed consent terlebih dahulu untuk meminta

persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti menjelasan tujuan, manfaat

dan serta tata cara pengisian kuisioner pada masing-masing kelas yang telah di

tentukan oleh pihak sekoloh. Kuisioner diakses melalui link google form yang

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

diisi secara online menggunakan handphone maupun laptop. Peneliti

menyediakan fasilitas wifi yang dapat dugunakan oleh ±32 koneksi, 4 handphone

, serta 2 laptop diperuntukkan bagi responden yang tidak membawa ataupun tidak

punya media agar dapat mengisi google form. Semua kebutuhan yang

berhubungan dengan proses penelitian disediakan oleh peneliti secara gratis.

Pengisian kuisioner ini menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit, dan tidak

mengganggu jam pelajaran siswa karena dilaksanakan menyesuaikan jadwal yang

diberikan oleh pihak sekolah kepada peneliti. Setelah mengisi google form,

peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang telah diisi serta kode

khusus dari peneliti untuk memastikan bahwa benar-benar responden tersebut

yang mengisi. Selanjutnya atas ketersediaan dari pihak sekolah dan responden

peneliti menyerahkan souvenir kepada pihak sekolah untuk dapat dipergunakan

oleh responden maupun oleh siswa di masing-masing sekolah tersebut.

4.8 Analisis Data

1. Tahap persiapan, yaitu tahap dimana peneliti memeriksa kelengkapan data

responden. Dalam penelitian ini, kelengkapan tersebut meliputi data

persetujuan (inform consent), kelengkapan lembar kuisioner, serta kelengkapan

isian item oleh responden.

2. Tahap Tabulasi, yang termasuk dalam tahap ini adalah :

a. Scoring adalah pemberian skor terhadap jawaban yang memerlukan skor.

Pada penelitian ini skoring dilakukan pada kuisioner parental bonding, self-

esteem, dan perilaku seksual. Skoring pada kuisioner parental bonding 1-25

, sangat sesuai = 3, sesuai = 2, tidak sesuai = 1, sangat tidak sesuai = 0.

Skoring pada kuisioner self-esteem 1-10, sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

setuju= 2, sangat tidak setuju= 1. Skoring pada kuisioner perilaku seksual 1-

18, pernah = 1 dan tidak pernah = 0

b. Coding adalah memberi tanda atau kode pada setiap kuisioner yang masuk

dalam katergori yang diteliti dengan tujuan untuk mempermudah dalam

melakukan tabulasi dan analisa data.

c. Tabulating adalah melakukan tabulasi data dengan memasukkan data yang

telah dituliskan sesuai pengkodean dalam suatu tabel untuk mempermudah

entry data ke computer.

d. Entry yaitu dengan memasukkan data hasil tabulasi yang sudah dilakukan

dalam program computer.

3. Tahap Analisa Statistik

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistic spearmen Rho

untuk mengetahui signifikasi hubungan antara variable independen dan

dependen dengan tingkat skala numerik, dan tingkat kemaknaan α=0,05.

Artinya jika hasil uji statistic menunjukkan p <0,05 maka terdapat hubungan

yang signifikan antara variable independen dengan variable dependen, selain

itu korelasi ini digunakan untuk mengetahui arah suatu hubungan. Tanda

positif (+) menunjukkan arah hubungan positif yang berarti jika variable

dependen tinggi maka variabel independen juga tinggi, sedangkan tanda

negative(-) menunjukkan arah hubungan negatif yang p<0,05 yang berarti jika

variabel dependen tinggi maka variabel independen akan turun dan sebaliknya.

Dalam penelitian ini di hubungkan antara parental bonding dan self-esteem

dengan perilaku seksual pada remaja di sekolah menengah atas dalam kota

Bojonegoro.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

Tabel 4.9 Derajat kekuatan hubungan (koefisien korelasi) (Arikunto, 2006)


Koefisien Korelasi Intepretasi
0,00 – 0,19 Sangat lemah
0,20 – 0,39 Lemah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat

4.9 Kerangka Operasional

Populasi
Seluruh siswa dan siswi kelas X, Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kota
Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur sejumlah 1282 orang.

Sampling : Proportional Random


sampling

Sampel :
Besar sampel 296

Pengumpulan Data

Variabel Independent: Variable Dependen:

1. Parental bonding Perilaku Seksual


2. Self-esteem

Analisis Data
Menggunakan uji korelasi Spearman rho

Penyajian Hasil Data

Gambar 4.1 Kerangka operasional penelitian hubungan parental bonding dan self-
esteem dengan perilaku seksual pada remaja

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

4.10 Etik Penelitian

Etik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(Nursalam, 2016) :

1. Respect to Human

Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak.

2. Anominity

Tanpa nama (Anominity) dilakukan peneliti untuk menjaga kerahasiaan

responden, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner,

cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Informed concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden dengan memberikan bentuk ersetujuan anatara peneliti dengan

responden dengan membeirkan lembar persetujuan.

4. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari

responden (pengkodean) saat pengambilan data. Data yang berhubungan

dengan identitas responden maupun instansi tempat penelitian tersebut

disimpan pada saat penelitian dimulai sampai penelitian selesai. Data yang

berhubungan dengan kebutuhan analisis penelitian disimpan dalam jangka

waktu 3 tahun seperti halnya suatu referensi yang dapat dikutip

kelayakannya dan yang bisa membukanya hanya peneliti dan pembimbing

penelitian.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

5. Asas tidak merugikan (Non maleficience)

Peneliti beresponden pada prinsip semua tindakan yang diberikan tidak

merugikan responden. Semua faktor fisik, psikologis, maupun sosial dapat

diminimalkan.

6. Beneficience

Peneliti mempertimbangkan keuntungan atau manfaat yang didapatkan

kepada responden pada setiap tindakan. Responden dalam penelitian ini

akan mendapatkan manfaat sesuai yang sudah di jelaskan pada manfaan

penelitian pada bab 1 penelitian

7. Asas keadilan (justice)

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah ke ikut sertaanya dalam penelitian tanpa diskiriminasi apabila

ternyata responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Semua

responden diberikan kuesioner yang sama tanpa adanya perbedaan di

setiap responden.

4.11 Keterbatasan Penelitian

1. Subjektivitas setiap responden berbeda-beda, sehingga kejujuran

responden dalam mengisi kuesioner dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Faktor perancu (confounding factor) seperti faktor budaya, agama, dan

teman sebaya, kemungkinan ada pada penelitian ini namun tidak diteliti,

sehingga dapat mempengaruhi hasil.

3. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah

dimodifikasi oleh peneliti lain, sehingga instrumen yang dilakukan tidak

dilakukan uji validitas dan reabilitas.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan parental

bonding dan self-esteem dengan perilaku seksual remaja pada 5 (lima) SMAN

dalam kota di Kabupaten Bojenogo yang telah dilaksanakan pada tanggal 13-02

Desember 2017. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan

interpretasi pada variabel yang diteliti.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang menjadi tempat

penelitian merupakan lima SMA Negeri favorit yang berada di dalam

kota Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur yang menerapkan sistem

full day school. Lima SMAN tersebut terdiri atas :

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang menjadi tempat

penelitian merupakan lima SMA Negeri favorit yang menerapkan sistem

full day school. Lima SMAN tersebut terdiri atas SMAN 1 Bojonegoro,

SMAN 2 Bojonegoro, SMAN 3 Bojonegoro, SMAN 4 Bojonegoro, dan

SMAN 1 Dander terletak di dalam kota Kabupaten Bojonegoro Provinsi

Jawa Timur. Sekolahan terdiri dari tiga angkatan kelas X, XI, dan XII.

Kegiatan belajar mengajar di SMAN dimulai pukul 07.00 WIB hingga

pukul 16.00 pada hari Senin-Kamis, sedangkan pada hari Jumat hanya

berakhir hingga pukul 12.30 WIB. Khusus hari Sabtu, siswa datang ke

sekolah untuk mengikuti ekstrakurikuler ataupun bimbingan belajar saja.

Setiap kelas memperoleh mata pelajaran bimbingan konseling (BK) sekali

68
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

dalam seminggu serta memperoleh penyuluhan dari pihak puskesmas

tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual, sekali saat

masa orientasi siswa baru. Lokasi kelima SMAN berada diantara dua

tempat prostitusi, ditambah dengan Bojonegoro yang merupakan kota

minyak terbesar di pulau jawa dengan pertambahan penduduk pendatang

dari dalam maupun luar negeri membuat aktivitas remaja dalam

berperilaku seksual mengalami perubahan nelitian ini dilakukan kepada

296 responden yang terdiri dari 148 siswa dan 148 siswi kelas X pada

saat jam kosong pelajaran yang diberikan oleh pihak kurikulum kepada

peneliti sehingga tidak mengganggu jam pelajaran.

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden

Data umum yang disajikan dalam penelitian ini adalah jenis

kelamin, usia, dan tempat tinggal.

Tabel 5.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin, usia, dan tempat
No. Variabel Kategori Jumlah (N) Persentase
Jenis Perempuan 148 50%
1.
Kelamin Laki-laki 148 50%
14 tahun 12 4,1%
2. Usia 15 tahun 161 54,4%
16 tahun 123 41,6%
Tempat Kos 31 10,5%
3.
tinggal Rumah 265 89,5%

Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa presentasi dari variabel jenis

kelamin laki-laki dan perempuan memiliki presentasi yang sama sebanyak

148 responden (50%). Responden rata-rata berusia 15-16 tahun, sisanya

berusia 14 tahun. Distribusi responden tidak merata dikarenakan usia awal

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

masuk sekolah dasar yang berbeda-beda. Hampir seluruh responden yaitu

sebanyak 265 orang (89,5%) tinggal dirumah bersama orang tua.

5.1.3 Variabel yang diukur

Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah parental bonding

dan self-esteem yang diperoleh hasil analisa data sebagai berikut :

Tabel 5 2 Distribusi responden berdasarkan parental bonding


Variabel Frekuensi Persentase
Optimal parenting 72 24,3%
Affectionless control 87 29,4%
Affectionless
64 21,6%
constraint
Neglectful parenting 73 24,7%
Jumlah 296 100%

Table 5.2 menunjukkan, tingkatan parental bonding paling tinggi

yaitu Affectionless control, sebanyak 87 responden (29,4%) dan paling

sedikit yaitu tingkatan affectionless constraint sebanyak 64 (21,7%).

Diketahui pula terdapat responden berada dalam tingkatan neglectful

parenting sebanyak 73 responden (24,7%). Artinya responden lebih

banyak memperoleh sikap orang tua yang peduli, tetapi tetap memberikan

ruang ke gerak remaja tanpa melihat kebutuhan remaja atau singkatnya

care lebih rendah dari protection atau control

Tabel 5 3 Distribusi responden berdasarkan self-esteem


Variabel Frekuensi Persentase
Tinggi 55 18,6%
Sedang 183 61,8%
Rendah 58 19,6%
Jumlah 296 100%

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

Tabel 5.3 diatas menunjukkan self-esteem yang dimilki responden

paling banyak adalah sedang sebanyak 183 reponden (61,8%) yang berarti

responden memiliki kemampuan dalam hal penerimaan diri, namun

kurang mampu untuk mengendalikan perasaan berharga yang dimiliki dan

dari pandangan social dinilai kurang relevan bagi dirinya.

Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku seksual yang

diperoleh hasil analisa data berupa rendah, sedang, tinggi dan sangat

tinggi.

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat perilaku seksual


Variabel Frekuensi Persentase
Rendah 120 40,5%
Sedang 50 16,9%
Tinggi 104 35,1%
Sangat Tinggi 22 7,4%
Jumlah 296 100%

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sekitar 50 responden

(16,9%) memiliki tingkat perilaku seksual yang sedang, 22 orang (7,4%)

lainnya sangat tinggi. Sisanya lebih banyak responden memiliki perilaku

seksual yang rendah dan tinggi. Hal ini berarti sebagian besar responden

terbiasa melakukan pegangan tangan, berpelukan, berciuman dengan

pasangan, baik ciuman kening, mata pipi ataupun berciuman bibir, sampai

dengan bermesraan, mengeksplorasi daerah genital (petting) sampai

dengan melakukan sexual intercourse.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

5.1.4 Hubungan Parental bonding Dengan Perilaku Seksual

Tabel 5.5 Hubungan parental bonding dengan perilaku seksual


Variabel Perilaku Seksual Total Persentase
Parental Sangat
Rendah Sedang Tinggi
bonding Tinggi
Optimal
57 6 7 2 72 24,3%
parenting
Affectionless
54 10 18 5 87 29,4%
control
Affectionless
6 20 31 7 64 21,6%
constraint
Neglectful
3 14 48 8 73 24,7%
parenting
Jumlah 120 50 104 22 296 100%
p= 0,00
Koefisien korelasi = 0,592

Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

parental bonding terhadap perilaku seksual dengan hasil analisis statistik

menggunakan spearman rho didapat nilai (p=0) dengan koefisien korelasi

0,592 artinya ada hubungan antara parental bonding dengan perilaku

seksual dengan keeratan hubungan cukup kuat dan nilai positif. Hal ini

mengidentifikasi bahwa responden yang memiliki parental bonding yang

baik memiliki kecenderungan perilaku seksual yang rendah.

5.1.5 Hubungan Self-esteem Dengan Perilaku Seksual

Tabel 5.6 Hubungan self-esteem dengan perilaku seksual


Variabel Perilaku Seksual Total Persentase
Self- Sangat
Rendah Sedang Tinggi
esteem Tinggi
Tinggi 29 7 18 1 55 18,6%
Sedang 84 29 62 8 183 61,8%
Rendah 7 14 24 13 58 19,6%
Jumlah 120 50 104 22 296 100%
p= 0,000
Koefisien korelasi = 0,273

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

self-esteem dengan perilaku seksual dengan hasil analisis statistik (p=0)

dengan koefisien korelasi 0,273 artinya ada hubungan antara self-esteem

dengan perilaku seksual dengan keeratan hubungan cukup kuat dan nilai

positif. Hal ini berarti bahwa reponden yang memiliki self-esteem yang

tinggi memiliki kecenderungan perilaku seksual yang rendah.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Identifikasi parental bonding

Hasil penelitian ini menunjukkan responden memiliki tingkat parental

bonding yang bervariasi mulai dari optimal parenting, affectionless control,

affectionless constraint, serta neglectful parenting. Parental bonding paling

banyak yang dimiliki oleh responden ialah Affection control. Affection control

merupakan pola ikatan yang menunjukkan sikap orang tua yang peduli

dengan remaja, tetapi tetap memberikan ruang gerak remaja tanpa melihat

kebutuhan remaja atau singkatnya skor dari dimensi protection atau control

tinggi sedangkan care rendah (Karim and Begum, 2017). Berdasarkan raw

data, responden memiliki nilai tertinggi pada dimensi protection poin 25, 7,

dan 20 artinya responden setuju bahwa orang tua mereka tidak terlalu banyak

membantu saat mereka dibutuhkan serta tidak membiarkan mereka untuk

memakai pakaian sesuka hati namun tetap memberikan kesempatan untuk

melakukan apa yang mereka sukai. Responden dengan affectionless control

memiliki nilai terendah pada dimensi care poin 3 dan 4 artinya responden

tidak setuju bahwa orang tua mereka memberikan perhatian serta senang

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

dalam berkomunikasi. Responden mempersepsikan protection atau control

yang diberikan orang tua mereka memberi batasan yang dirasa mengekang

tanpa diimbangi kepedulian (care) yang cukup.

Paling sedikit parental bonding responden ditunjukkan pada ikatan

Affectionless contraint. Ikatan ini memiliki skor care dan protection sama-

sama tinggi, ditunjukkan dengan sikap orang tua yang paling kaku dalam

mengendalikan atau mengontrol remaja (Karim and Begum, 2017). Artinya

remaja tidak memperoleh keputusan secara pasti terhadap perkembangan

mereka, di satu sisi larangan atau perlindungan dari orang tua sangat

mengekang namun kepedulian yang diberikan juga berlebihan.

Responden juga memiliki parental bonding dalam tingkatan optimal

parenting dan neglectful parenting dengan jumlah yang hampir seimbang.

Optimal parenting menunjukkan sikap orang tua yang peduli dengan remaja,

tetapi tetap memberikan ruang kepada remaja tanpa membatasi secara

berlebih, sedangkan neglectful parenting ditunjukkan dengan sikap orang tua

yang tidak peduli dan membebaskan remaja untuk berlaku sesuka hati

mereka,(Karim and Begum, 2017). Ringkasnya optimal parenting berdimensi

care lebih tinggi daripada protection, sedangkan neglectful parenting kedua

skor dimensi sama-sama rendah ( Luanpreda, 2015). Care rendah ditunjukkan

dengan adanya sikap yang membuat anak merasa tidak diinginkan atau

merasa ditolak sedangkan protection yang rendah ditunjukkannya sikap

memberikan kebebasan sesuai dengan yang diinginkan anak serta sikap

lainnya (Luanpreda, 2015). Parker & Tupling (1967) menjelaskan rentang

parental bonding terbaik dimulai dari optimal parenting, lalu affectionless

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

control, affectionless constrains hingga paling rendah neglectful parenting

(Cock and Shevlin, 2014). Sehingga optimal parenting pada responden harus

ditingkat, agar kebebasan secara penuh dengan pengabaian dari orang tua

pada neglectful parenting dapat berkurang pada responden.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat parental bonding paling

baik mayoritas dirasakan oleh responden perempuan. Hal ini berbeda dengan

temuan dari Azaiza (2004) yang menjelaskan bahwa remaja laki-laki lebih

merasakan parental bonding yang lebih positif dalam tingkat optimal

parenting. Tingkat parental bonding paling baik antara responden yang

tinggal di kos maupun di rumah tidak jauh beda. sejalan dengan penlitian dari

(Enns, Cox and Clara, 2002) bahwa bonding atau keterikatan yang kuat antara

orang tua dan anak sedari lahir akan terbawa hingga mereka dewasa

meskipun tempat tinggal mereka saling terpisah. Artinya gender dapat

mempengaruhi perental bonding, namun tempat tinggal tidak.

5.2.2 Identifikasi Self-esteem

Self-esteem merupakan penilaian sesorang atas kelayakan diri,tentang

bagaimana standart dan penampilan sesorang itu dibandingkan dengan orang

lain dan ideal diri seseorang (Berman & Barbara, 2010). Penelitian ini

menunjukkan self-esteem terbanyak yang dimiliki responden adalah sedang

sedangkan proporsi self-esteem tinggi dan rendah hampir seimbang. Self-

esteem sedang ialah penghargaan atau penilaian diri yang cenderung tidak

stabil ditunjukkan dengam kemampuan dalam hal penerimaan diri, namun

kurang mampu untuk mengendalikan perasaan berharga yang dimiliki dan

dari pandangan sosial dinilai kurang relevan bagi dirinya (Anandari, 2013).

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

Berdasarkan raw data secara keseluruhan nilai terendah responden dengan

self-esteem sedang pada poin 8 dan 3 artinya responden setuju bahwa mereka

tidak memiliki kualitas yang baik serta kurang menghormati dirinya sendiri,

serta dalam dimensi akademik dan emosi, dapat dikatakan rendah.

Responden yang memiliki self-esteem tinggi dan self-esteem rendah

memiliki jumlah yang hampir seimbang. Self-esteem tinggi pada responden

ditunjukkan dengan skor tertinggi terhadap penilaian positif terhadap diri,

adanya rasa bangga , berharga, serta menghormati diri mereka serta mengakui

keterbatasan diri. Berdasarkan raw data responden dengan self-eteem rendah

menunjukkan adanya penolakan terhadap dirinya, seringkali merasa tidak

berguna, tidak puas serta merasa tidak ada satu hal yang baik pada diri,dan

perasaan tidak senang terhadap dirinya sendiri. Remaja dengan self esteem

tinggi lebih bertanggung jawab, optimis serta asertif pada dirinya sehingga

lebih baik dalam menghadapi masalah ataupun perubahan pada diri, daripada

remaja dengan self-esteem rendah yang lebih mudah mengalami depresi

(Passanisi, Gensabella and Pirrone, 2015). Artinya masih adanya self-esteem

rendah pada responden perlu ditingkatkan.

Penelitian ini menunjukkan self-esteem yang tinggi lebih banyak dimiliki

oleh responden laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini sejalan dengan

pernyataan dari Suhron, (2016) mengatakan bahwa secara khusus harga diri

remaja putri cenderung lebih rendah, karena remaja putri mudah mengalami

gangguan citra diri agar dapat diterima dengan kelompoknya sedangkan

remaja pria akan menjaga harga dirinya untuk bersaing dan berkeinginan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

untuk menjadi lebih baik dari remaja putri. Artinya jenis kelamin dapar

berpengaruh dengan self-esteem remaja.

5.2.3 Identifikasi Perilaku Seksual

Hasil penelitian pada responden menunjukkan persentase paling banyak

ialah perilaku seksual tingkat rendah. Perilaku seksual tingkat rendah yaitu

apabila saling memandang, berbicara mesra, melakukan pegangan tangan ,

saling memandang,berkhayal, berpelukan (Sumantri, 2012). Lubis, (2013)

menyatakan perilaku seksual yang lazim dilakukan oleh remaja sebatas

ketertarikan dengan lawan jenis, berpegangan tangan, berpelukan,melakukan

komunikasi, tertarik dengan hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi,

maturbasi juga mimpi basah seiring kematangan organ reproduksi remaja.

Dapat dikatakan bahwa responden lebih banyak yang melakukan perilaku

seksual yang lazim.

Data penelitian menunjukkan perilaku seksual tingkat sedang hingga

tinggi juga dilakukan oleh responden. Secara keseluruhan bila ditotal, jumlah

responden yang melakukan perilaku seksual tinggi dan sedang lebih besar

dari pada perilaku seksual rendah. Didapat pula tingkatan perilaku seksual

sangat tinggi meskipun paling sedikit proporsinya. Rentang perilaku seksual

sedang hingga sangat tinggi ialah dari melakukan pegangan tangan,

berpelukan, berciuman dengan pasangan, baik ciuman kening, mata pipi

ataupun berciuman bibir. Melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi

daerah genital (petting) sampai dengan sexual intercourse, merupakan

perilaku seksual yang sangat tinggi dengan adanya kontak fisik secara

langsung didalamnya, sehingga dapat meningkatkan resiko penularan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

berbagai penyakit, meningkatkan porsi kehamilan yang tidak diinginkan,

kehamilan terlalu dini hingga aborsi (Sumantri, 2012). Artinya, remaja harus

mampu menguasai perasaan maupun dorongan seksual dalam berperilaku

sehingga tidak memperoleh dampak yang tidak diinginkan.

Perilaku seksual dalam tingkat sedang hingga sangat tinggi lebih banyak

dilakukan oleh responden yang berusia 15 tahun, tinggal dirumah, serta lebih

banyak pada responden laki-laki. Lebih lanjut, (Suryoputro et al ,2006)

mengklasifikasikan faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

meliputi beberapa variable demografi (usia, agama dan status perkawinan),

pendidikan, pengetahuan, sikap, aktifitas social, rasa percaya diri, gaya

hidup,pengendalian diri, akses dengan sumber informasi, social budaya,

tempat, nilai, dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

Usia, tempat tinggal, serta jenis kelamin dinilai mempengaruhi dalam

perilaku seksual responden, dan ada faktor kemungkinan lain yang dapat

menjadi faktor perancu (confounding factor) namun pada penelitian ini tidak

diteliti.

Sebagian besar responden pernah melihat maupun menonton konten

pornografi, berpandangan mesra dengan perasaan tertarik, serta beberapa dari

responden telah melakukan kontak fisik secara langsung. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan remaja terutama pelajar dilarang

untuk mengaskses konten pornografi selain untuk kepentingan akademis yang

sudah di terseleksi oleh pihak pendidik terkait (Darwin, 2014). Indonesia

merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia, yang menjunjung nilai

Al-Quran dan hadist, salah satunya “Allah telah menentukan bagi anak Adam

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat

(dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan/berbicara (dengan

syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan

nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau

mendustakannya" (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim). Remaja harus

memiliki moralitas didasarkan pada rasa hormat pada orang lain dan bukan

pada keinginan yang bersifat pribadi, menyesuaikan budaya, norma serta

aturan yang berlaku, tahu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang

hak dan kewajiban, azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak yang dianut

oleh suatu golongan atau masyarakat (Dahlan, 2015). Selama ini, di Indonesia

perilaku seksual lazim atau wajarnya dilakukan ketika telah masuk usia ideal

menikah berdasarkan Undang-undang pernikahan serta berpedoman terhadap

nilai norma, budaya terutama agama (Andarmoyo, 2014). Artinya sebagian

besar responden telah melakukan perilaku seksual yang diluar dari norma,

aturan terutama agama.

5.2.4 Hubungan parental bonding dengan perilaku seksual

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parental bonding memiliki

hubungan dengan perilaku seksual pada remaja. Optimal parenting

dipercaya memiliki hubungan positif, dimana optimal parenting

memberikan pengaruh pada remaja dalam melakukan perilaku seksual yang

rendah. Hal ini sesuai dengan temuan Hikmiya et al. (2014) yang

menyatakan bahwa kepedulian orang tua akan menurunkan kecenderungan

perilaku seksual berisiko pada remaja perempuan. Optimal parenting

merupakan pola keterikatan yang menunjukkan sikap orang tua yang peduli

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

dengan remaja, tetapi tetap memberikan ruang kepada remaja tanpa

membatasi secara berlebihan (Karim and Begum, 2017). Ringkasnya

optimal parenting berdimensi care lebih tinggi daripada protection, dimensi

care tinggi dengan diperlihatkannya kasih sayang orang tua terhadap

remaja, memahami remaja, dan sikap orang tua dalam memperhatikan

remaja baik (Luanpreda, 2015). Dimensi care pada jenis parental bonding

ini lebih dominan terutama hal komunikasi, artinya remaja dalam ikatan ini

lebih merasakan kepedulian yang tinggi, sehingga memperoleh kebebasan

namun tetap dalam batas tanggung jawab sesuai perkembangan mereka

untuk dapat mengelola sikap dan dalam berperilaku seksual mereka.

Sebaliknya, parental bonding dalam bentuk neglecful parenting

menunjukkan perilaku seksual sangat tinggi yang dilakukan oleh remaja.

Selaras dengan penelitian dari Tustikarana bahwa parental bonding dalam

bentuk neglectful atau pengabaian menunjukkan regulasi emosi yang rendah

untuk mengontrol dirinya dalam hal berperilaku. Neglecful parenting

merupakan tingkat pola keterikatan paling rendah, dituunjukkan dengan

sikap orang tua yang tidak peduli dengan remaja dan membebaskan remaja

untuk berlaku sesuka hati mereka (Karim and Begum, 2017). Dimensi care

dan protection pada parental bonding ini sama-sama rendah ,dikatakan care

rendah apabila menunjukkan sikap yang membuat anak merasa tidak

diinginkan atau merasa ditolak sedangkan protection yang rendah

ditunjukkannya sikap memberikan kebebasan sesuai dengan yang

diinginkan anak serta sikap lainnya (Luanpreda, 2015). Penelitian Bao et

al., (2015) menyebutkan bahwa tingkat kenakalan remaja ditunjukkan pada

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

kedekatan dengan orang tua yang rendah, diamana kedekatan ini

menyebabkan baik buruknya moral pada remaja. Beberapa penelitian

mengemukakan bahwa perilaku pengasuhan yang di tandai oleh

permusuhan, penolakan, dan kontrol mengakibatkan kenegatifan kejiwaan

sepanjang hidup (Lind et al., 2017). Akibatnya , remaja dapat merasa

leluasa dalam melakukan hal apapun karena interaksi antara orang tua dan

remaja sama-sama rendah. Tanpa adanya rasa tanggung jawab serta

kepercayaan yang diberikan, perilaku seksual remaja cenderung lebih tinggi

atau lebih berisiko.

Perilaku seskual dari tingkat rendah, sedang, tinggi hingga sangat tinggi

juga dilakukan oleh remaja dengan parental bonding dalam bentuk

Affectionless control serta affectionate constraint namun tidak signifikan.

Parental bondinng dalam tingkat affectionless control pada penelitian ini

memiliki persentase jumlah yang lebih besar, sehingga perilaku seksual

yang dilakukan remaja pada masing-masing tingkat juga berfariasi. Remaja

dengan ikatan affectionate constraint menunjukkan perilaku seksual lebih

tinggi atau lebih berat dibanding affectionless control namun masih lebih

rendah dibandingkan dengan neglectful parenting. Affectionate constraint

merupakan jenis ikatan yang menunjukkan dimensi care dan protection

sama–sama tinggi, dimana remaja memperoleh sikap orang tua yang paling

kaku dalam mengendalikan atau mengontrol remaja (Karim and Begum,

(2017). Diperlihatkannya kasih sayang orang tua, mampu memahami dan

sikap orang tua yang memperhatikan menunjukkan care yang tinggi namun

protection yang diterima tinggi pula akan ditunjukkan dengan sikap dan

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

perilaku orang tua yang mengendalikan semua yang dilakukan anak,

melanggar atau memasuki ruang privasi anak, dan mengurangi semua yang

terkait dengan anak (Pak Luanpreda, 2015). Artinya, remaja kurang dapat

mengunggkap keinginannya untuk melakukan sesuatu.

Orang tua sebagai caregiver dan lingkungan di kehidupan remaja yang

saling berhubungan membentuk interaksi sehingga terjalinnya ikatan antara

orang tua dengan anak dalam bentuk care dan protection. Faktor orang tua

dinilai sebagai stimulus yang diterima melalui perhatian, pengertian serta

penerimaan oleh remaja dalam proses reaksi atau perubahan sikap sehingga

menjadikan perilaku seksual terjadi. Hal tersebut mendukung bahwa

kerangka konsepmodel Kathryn E. Barnard dan Teori Stimulus Organisme

(SOR) oleh Hosland dapat diterapkan dalam penelitian ini.

5.2.5 Hubungan self-esteem dengan perilaku seksual

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa self-esteem memiliki

hubungan dengan perilaku seksual pada remaja. berdasarkan raw data

didapatkan remaja dengan self-esteem rendah lebih tinggi untuk

melakukan perilaku seksual dalam tingkat yang sangat tinggi. Hal ini

selaras dengan penelitian dari Mualfiah, bahwa perilaku seksual yang

berisiko ini berkaitan dengan tingkat self-esteem yang rendah (Mualfiah,

2014). Selaras dengan penelitian Hidayah, Istiaji & Nafikadini, (2016)

disebutkan bahwa perilaku seksual berisiko yang dilakukan oleh remaja

laki-laki suka laki-laki, mereka memiliki self-esteem yang rendah. Self-

esteem rendah ditunjukkan dengan adanya penolakan terhadap dirinya dan

perasaan tidak senang terhadap dirinya sendiri, (Anandari, 2013).

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

akibatnya, remaja merasa tidak berguna sehingga tidak masalah untuk

melakukan perilaku seksual yang mereka inginkan.

Perilaku seksual dalam tingkatan rendah atau ringan hingga sangat

tinggi, tercatat pula pada responden degan self-esteem tinggi dan sedang.

Responden dengan self-esteem tinggi melakukan perilaku seksual tingkat

rendah lebih tinggi dari pada responden dengan self-esteem sedang. Hal ini

mendukung teori, bahwa individu yang memiliki self-esteem tinggi ialah

individu yang menghargai dan merasa dirinya berharga namun tidak

merasa superior atas orang lain, serta lebih bijak dalam mengambil

keputusan atas dirinya (Suhron, 2016). Artinya, remaja dengan self-esteem

tinggi lebih aktif untuk hidup secara positif, relatif stabil dibandingkan

dengan karakteristik lain, terbuka pada pengalaman baru, optimis, dan

tidak terlalu membela diri. Sehingga remaja dengan self-esteem tinggi

dapat dikatakan lebih mampu untuk mengontrol perilaku seksual mereka.

Responden dengan self-esteem sedang pada penelitian ini memiliki

persentase paling tinggi (61,8%) serta lebih tinggi dalam melakukan

perilaku seksual dalam tingkat rendah atau ringan dan tinggi dibandingkan

responden dengan self-esteem tinggi dan sedang. Hal ini sesuai dengan

pernytaan bahwa individu dengan tipe ini cenderung tidak stabil atau

memiliki karakteristik self-esteem yang rapuh (Sadovnikova, 2016).

Mereka memiliki kompetensi rendah namun terlalu fokus pada

kemampuannya (Srisayekti, Setiady and Sanitioso, 2015). Self-esteem

yang tidak stabil dikaitkan dengan respon afektif dan perilaku yang

maladaptif (Passanisi, Gensabella and Pirrone, 2015). Remaja dengan self-

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

esteem sedang dapat dikatakan berada dalam titik tengah, kemauan mereka

untuk melakukan perilaku seksual dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang lain.

Perilaku seksual yang dilakukan remaja dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, namun dapat disimpulkan bahwa parental bonding dan

self-esteem dapat memperngaruhi perilaku seksual remaja. Penelitian ini

dilakukan kepada remaja yang masih memiliki orang tua lengkap,

sehingga penilaian ini tidak mampu mengukur lebih jauh parental bonding

yang dimiliki remaja terhadap masing-masing ayah dan ibu mereka. Usia

responden yang rata-rata masuk dalam katergori remaja tengah (Middle

Adolescence), dinilai cukup mempengaruhi ketiga variabel yang diteliti.

Ketika berada ditahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman, ada

kecenderungan narsistik, dengan cara menyukai teman-teman yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya (Sarwono, 2010).

Emosional yang masih labil, membuat remaja tengah berada dalam

kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, seperti

peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,

idealis atau materialisdan sebagainya (Batubara, 2010). Pengaruh usia

dinilai juga ikut berpengaruh dalam hasil penelitian ini, sehingga perlu

pendekatan untuk meningkatkan kontrol perilaku seksual yang sehat pada

remaja sesuai dengan tahap usia mereka.

Kerangka konsep model Kathryn E. Barnard dan Teori Stimulus

Organisme (SOR) oleh Skinner dapat diterapkan dalam penelitian ini. Self-

esteem merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menilai mengenai

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

kerberhargaan dari dirinya yang dianggap sebagai stimulus yang dirasakan

remaja. melalui perhatian, pengertian serta penerimaan oleh remaja

terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mempengaruhi dalam proses

reaksi atau perubahan sikap sehingga menjadikan perilaku seksual terjadi,

yang diringi atau dipengaruhi beberapa faktor personal dan faktor

lingkungan namun tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini memiliki temuan bahwa parental bonding

memiliki hubungan dengan self-esteem. Responpen dengan parental

bonding yang baik, terutama pada dimensi care menunjukkan self-esteem

yang tinggi serta sedang. Sebaliknya, responden yang memiliki self-

esteem rendah diperoleh pada parental bonding yang didominasi oleh

dimensi protection yang tinggi. Namun pada penelitian ini hubungan

tersebut tidak dijelaskan secara lebih rinci.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menyajikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

penelitian analisis faktor yang berhubungan parental bonding dan self-esteem

dengan perilaku seksual pada remaja di SMAN dalam kota Kabupaten

Bojonegoro.

6.1 Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan responden lebih banyak memperoleh sikap

orang tua yang peduli, tetapi tetap memberikan ruang ke gerak remaja

tanpa melihat kebutuhan remaja, namun optimal parenting pada responden

harus ditingkat, agar kebebasan secara penuh dengan pengabaian dari

orang tua dapat berkurang pada responden

2. Self-esteem responden memiliki kemampuan dalam hal penerimaan diri,

namun kurang mampu untuk mengendalikan perasaan berharga yang

dimiliki dan dari pandangan social dinilai kurang relevan bagi dirinya.

3. Sebagian besar responden terbiasa melakukan pegangan tangan,

berpelukan, berciuman dengan pasangan, baik ciuman kening, mata pipi

ataupun berciuman bibi.

4. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa parental bonding

memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku seksual pada remaja. Hal

ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki parental bonding jenis

neglectful parenting memiliki resiko lebih tinggi untuk melakukan

perilaku seksual sangat tinggi atau berisiko.

86
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-esteem memiliki hubungan

yang kuat dengan perlaku seksual pada remaja. hal ini mengidentifikasi

bahwa remaja yang memiliki self-esteem rendah memiliki resiko lebih

tinggi untuk melakukan perilaku seksual yang sangat tinggi atau berisiko.

6.2 Saran

Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa keterikatan orang tua

dengan remaja (parental bonding) dan harga diri (self-esteem) remaja

membutuhkan perhatian yang khusus. Para guru dan perawat keluarga

disarankan untuk memberikan pendekatan kepada remaja agar mampu

meningkatkan self-esteem remaja, serta memberikan pendekatan kepada

orang parental bonding tua remaja agar meningkatkan kepedulian yang lebih

tinggi. Kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang perkembangan

remaja yang tepat disarankan untuk ditingkatkan agar remaja mampu

mengontrol sikap dan perilaku seksual mereka menuju arah yang tidak

berisiko atau sangat tinggi.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi dampak perilaku

seksual sesuai dengan tingkatan parental bonding dan self-esteem yang

dimiliki remaja. Disarankan pula untuk mengeksplorasi parental bonding

remaja terhadap ayah dan ibu secara terpisah serta memodifikasi judul yang

telah ada dengan variabel yang berbeda.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Alligood &Tomey, MR, 2010, Nursing Theorists and Their Work. 7th edn. Edited
by H. Bays. America: Mosby Elsevier.
Anandari, D.R., 2013, Hubungan Self-esteem dan Kesepian terhadap kecanduan
game online pada Remaja laki-laki. Surabaya: Universitas Airlangga.
Andarmoyo, S, 2014, Psikoseksual dalam Pendekatan Konsep & Proses
Keperawatan. 3rd edn. Edited by M. Sandra. Jogjakarta: Ar-Ruzz MMedia.
Arikunto, S, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Berman, A & Kozier, B. G., 2010, Kozier and Erb’s Fundamentals of Nursing. 1st
edn. Edited by Katie Millar. Australia: Pearson Education.
Bahiyatun, 2010. Buku Ajar Bindan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: ECG.
Bao, Z., Wei Z., Xuefen L, Wenqiang S, & Yanhui W., 2015, ‘Parental
attachment and Chinese adolescents delinquency: The mediating role of
moral disengagement’, Journal of Adolescence, Elsevier Ltd, 44(55), pp. 37–
47. doi: 10.1016/j.adolescence.2015.06.002.
Batubara, J. R. L., 2010, Adolescent Development (Perkembangan Remaja), Sari
Pediatri, 12(1), pp. 21–29, Available at:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-5.pdf.
BKKBN, 2014, Infodantin Kesehatan Reproduksi Remaja. jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, p. 1.
Chandra-Mouli, V., Camacho, A. V. and Michaud, P.-A. P.-A. (2013), WHO
guidelines on preventing early pregnancy and poor reproductive outcomes
among adolescents in developing countries, The Journal of adolescent
health : official publication of the Society for Adolescent Medicine, 52(5), pp.
517–522. doi: 10.1016/j.jadohealth.2013.03.002.
Dahlan, A. (2015) Perkembangan Moral Remaja. Available at:
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/perkembangan-moral-
remaja.html (Accessed: 1 October 2017).
Damian, R. I. and Robins, R. W., 2011, Self-esteem Across the Lifespan: Issues
and Interventions, edited by Mary H. Guindon, Journal of Women & Aging,
23(2), pp. 177–179, doi: 10.1080/08952841.2011.561147.
Darwin, E. (2014) Etika Profesi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
DeGenova, M.K, Philip, R.F, & Stinnett, 2010, Intimate Relationships,
Marriages, and Families. 8th edn. Boston: McGraw-Hill Education.
Ethier, K. A., Christopher R.,Elizabeth Hoo., & Patricia J. D., 2016, The
Longitudinal Impact of Perceptions of Parental Monitoring on Adolescent
Initiation of Sexual Activity, Journal of Adolescent Health, Elsevier Inc.,

88
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

59(5), pp. 570–576, doi: 10.1016/j.jadohealth.2016.06.011.


Fauziah, N.,2016. Hubungan Peran Orang Tua Pada Akses Media Terhadap
Perilaku Seksual Remaja Di Sman 11 Surabaya. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Gunarsa, S.D & Singgih, D., 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
1st edn, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hayyu, N. S., 2017, Perilaku Pencegahan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja
SMA X, doi: 10.1002/14651858.CD004439.pub2.De.
Hennessy, M., Amy B, Martin F, & Amy J., 2009, Estimating the longitudinal
association between adolescent sexual behavior and exposure to sexual media
content., Journal of sex research. NIH Public Access, 46(6), pp. 586–96. doi:
10.1080/00224490902898736.
Hensel, D. J., Nance, J. and Fortenberry, J. D., 2016,The Association Between
Sexual Health and Physical, Mental, and Sosial Health in Adolescent
Women, Journal of Adolescent Health. Elsevier Inc., 59(4), pp. 416–421. doi:
10.1016/j.jadohealth.2016.06.003.
Hidayah, R., 2009. Psikologi Pengasuhan Anak. 1st edn. Edited by Endah
Kurniawati. Malang: UIN-Malang Press. Available at:
http://www.uinmalangpress.com.
Hidayah, Nurul A. I, &Erdi N., 2010. Self Esteem Perilaku Seksual Berisiko pada
Remaja LSL ( Laki-laki Seks dengan Laki-laki ),Jember:Universitas Jember.

Hikmiya, R. 1, & Happy H., 2014. Remaja Tengah: Ikatan Orang Tua-Anak Dan
Perilaku Disruptive. Available at:
http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-08/S56158-Rosyatul Hikmiya
(Accessed: 22 August 2017).

Imran, I, 2010. Modul Dua Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta:


Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
Iwan, S., 2010. Boleh gak sih masturbasi ?. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Karim, A. K. M. R. & Begum, T., 2017, The Parental bonding Instrument: A
psychometric measure to assess parenting practices in the homes in
Bangladesh, Asian Journal of Psychiatry, 25, pp. 231–239. doi:
10.1016/j.ajp.2016.11.004.
Lind, M. J., Ruth C. B., Christina M. S., Timothy P. Y., John M. M., · Kenneth S.
K., & Ananda B., 2017, ‘Does Parenting Influence the Enduring Impact of
Severe Childhood Sexual Abuse on Psychiatric Resilience in Adulthood?,’
Child Psychiatry and Human Development, Springer US, 0(0), pp. 1–9, doi:
10.1007/s10578-017-0727-y.
Luanpreda, P& Verma, P., 2015, The influence of parental bonding on depresion,
shame, and anger among thai middle school children, being mediated by peer
victimzation (victim of bullying): Apath analytical study, Scholar. AU Press.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

Available at:
http://www.assumptionjournal.au.edu/index.php/Scholar/article/view/1512/13
05 (Accessed: 17 September 2017).
Lubis, N. L., 2013, Psikologi Kespro Wanita & Perkembangan Reproduksinya.
1st edn. Edited by Suwito. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Machini, F. N. Firza N.M, Iken N, & Husni A.G, 2015, Self Esteem Pada Remaja
Perokok (Studi Kualitatif di SMA Islam Lumajang), Universitas Jember,
Jember.
Markham, C. M., Stephanie C. R., Cornelia J, Travis L. Lane d, Gwenda
Gormand, Amanda G, Taija K.R, Jennifer, T., Jennifer W., Elizabeth R. B.,
Robert C. A, Melissa F., & Peskin, P., 2015, Factors Associated with Early
Sexual Experience among American Indian and Alaska Native Youth,
Journal of Adolescent Health. Elsevier Inc., 57(3), pp. 334–341. doi:
10.1016/j.jadohealth.2015.06.003.
Mayasari, F. & Hadjam, M. N. R. 2000, Perilaku Seksual Remaja Dalam
Berpacaran Ditinjau Dari Self-esteem Berdasarkan Jenis Kelamin, Jurnal
Psikologi, 27(2), pp. 120–127. doi: 10.22146/JPSI.7004.
Myrilla, R., 2016, Hubungan Self esteem dengan objektifitas diri pada remaja
awal perempuan, Surabaya: Universitas Airlangga.
Norton Online Family, 2010, Global Insights into family life online Report,
Symantec Corporation, Available at :www.symantec.com
Notoatmodjo, S., 2014, Ilmu Perilaku Kesehatan. 2nd edn. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nugraha, B. D., 2010, It’s All About Sex A-Z Tentang Sex. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Edited by
Peni Puji Lestari. jakarta: Salemba Medika. Available at:
http://www.penerbitsalemba.com.
Pardun, C. J., L’Engle, K. L. & Brown, J. D., 2005.‘Linking Exposure to
Outcomes: Early Adolescents’ Consumption of Sexual Content in Six Media’,
Mass Communication and Society, 8(2), pp. 75–91. doi:
10.1207/s15327825mcs0802_1.
Perry, B. D., 2001, Child Trauma Academy Parent and Caregiver Education
Series Bonding and Attachment in Maltreated Children Consequences of
Emotional Neglect in Childhood, Available at:
http://www.juconicomparte.org/recursos/Bonding_and_Attachment_hMW5.p
df (Accessed: 29 September 2017).
Puspitatadesi, D. I., Istar Y., & Arista A. N, 2013. Hubungan Antara Figur
Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Remaja SMA
Negeri 11 Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 1 No 4 201, pp.
1–10, Available at:

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/40/
31.
Santrock, J. W., 2011. Life-Span Development. 1st edn. Edited by Novietha I.
Sallams. jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W., 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shin, H., Dong H. L, Kumlan Y, & Kyong A. H., 2016, The relationship between
parental bonding and peer victimization: examining child stress and
hopelessness as mediators, Asia Pacific Education Review, Springer
Netherlands, 17(4), pp. 637–650, doi: 10.1007/s12564-016-9434-9.
Smorti, M., Guarnieri, S. & Ingoglia, S., 2014, The parental bond , resistance to
peer influence , and risky driving in adolescence, Transportation Research
Part F: Psychology and Behaviour. Elsevier Ltd, 22, pp. 184–195, doi:
10.1016/j.trf.2013.12.001.
Srisayekti, W., Setiady, D. A. and Sanitioso, R. B., 2015, Harga-diri ( Self-
esteem) Terancam dan Perilaku Menghindar, Jurnal Psikologi, 42(2), pp.
141–156.
Stuart, & Sundeen, 2007,.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.Jakarta: EGC

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


4th edn, Bandung: ALFABETA.
Suhron, M., 2016, Konsep Diri Self Esteem, 1st edn, Ponorogo: Unmuh Ponorogo
Press.
Sumantri, B., 2012, Perilaku Seksual, Jakarta: Puspa swara.
Suryoputro, A., Ford, N. J. & Shaluhiyah, Z., 2006, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya
Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi,
10(1), pp. 29–40. Available at:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/ (Accessed: 19
September 2017).
Tustikarana, A. M., 2016, Hubungan Antara Parental bonding Dengan Regulasi
Emosi Pada Remaja, Surabaya: Universitas Airlangga.
Valkenburg, P. M., Koutamanis, M. & Vossen, H. G. M., 2017, The concurrent
and longitudinal relationships between adolescents’ use of sosial network
sites and their sosial self-esteem, Computers in Human Behavior, 76, pp. 35–
41. doi: 10.1016/j.chb.2017.07.008.
WHO, 2017, Let’s talk Mental Health Status of Adolescents in South-East Asia:
Evidence for Action, New Delhi, Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/254982/1/9789290225737-
eng.pdf?ua=1&ua=1&ua=1&ua=1.
Wight, D., Williamson, L. & Henderson, M., 2006, Parental influences on young
people’s sexual behaviour: A longitudinal analysis, Journal of Adolescence,

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

29(4), pp. 473–494, doi: 10.1016/j.adolescence.2005.08.007.


Yusuf, A, Khorida, B, & Endang,H, 2007, Hubungan pola asuh orang tua dan
lingkungan sosial dengan perilaku seksual remaja usia 14 – 21 tahun di
lingkungan lokalisasi, 2(1), pp. 14–17.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

Lampiran 1

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

Lampiran 2

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

Lampiran 3

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

Lampiran 4 Surat Ijin pengambilan Data penelitian dari Dinas Terkait

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

Lampiran 6
PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN

1. Judul Penelitian:

Hubungan parental bonding dan self-esteem dengan perilaku seksual

pada remaja.

2. Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara

parental bonding dan self esteem dengan perilaku sexual pada remaja.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi parental bonding dari orang tua terhadap remaja

2. Mengidentifikasi self esteem pada remaja

3. Mengidentifikasi perilaku seksual yang pernah dilakukan oleh remaja

4. Menganalisis hubungan parental bonding dengan perilaku seksual

remaja

5. Menganalisis hubungan self esteem remaja dengan perilaku seksual

remaja.

3. Perlakuan Yang Diterapkan Pada Subjek

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional sehingga tidak ada

perlakuan apapun untuk objek. Subjek hanya terlibat sebagai responden yang

akan diberikan pertanyaan terkait dengan parental bonding, self-esteem seta

perilaku seksual.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

4. Waktu dan Tempat Observasi

Penelitian dilakukan pada tanggal 13-25 November 2017 Penelitian

dilakukan menyesuai dengan jadwal kegiatan di Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang dijadikan tempat penelitian, jika subjek belum terpenuhi maka

akan dilakukan kunjungan ke dua.

5. Manfaat

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pendekatan asuhan

keperawatan keluarga, khususnya pada tahap Keluarga dengan Remaja.

Manfaat Praktis

1. Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini akan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kota

Bojonegoro dalam bentuk laporan sebagai pertimbangan kebijakan lokal untuk

mengurangi dampak perilaku seksual berisiko serta sebagai bahan acuan

pengembangan program kesehatan reproduksi remaja.

2. Remaja sebagai responden

Atas kesediaan waktu dan partisipasinya responden mendapat insentive

berupa souvenir, serta edukasi seputar kesehatan reproduksi dan perilaku

seksual yang sehat pada remaja. Materi edukasi disampaikan melalui Tim

Pembina UKS sebagai bahan untuk disosialisasikan kepada siswa sekolah

setempat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan remaja.

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

6. Bahaya Potensial

Tidak terdapat bahaya potensial yang dapat mengancam jiwa responden.

7. Hak Untuk Undur Diri

Keikutsertaan dan kesedian subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela

dan responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan

konsekuensi yang merugikan responden.

8. Adanya Insentif Untuk Subjek

Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga

tidak ada insentif berupa uang yang akan diberikan kepada responden.

Responden akan diberikan souvenir.

9. Kontak Person (No. HP) peneliti

Nama : Wiwin Nur Indah Cahyani

Alamat : Jl. Mulyorejo Selatan No. 53A , Kota Surabaya

No. Hp : 08113111676

Surabaya, 12 November 2017

Wiwin Nur Indah Cahyani

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan/Jabatan :
Telah mendapatkan keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan parental bonding dan self-esteem dengan
perilaku seksual pada remaja”.
2. Perlakuan yang diterapkan pada subjek yaitu mengisi kuesioner.
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Berdasarkan hal tersebut saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela
mengizinkan untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran dan tanpa
keterpaksaan. Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Bojonegoro,...............................

Peneliti Responden

(Wiwin Nur Indah C) (-------------------------------)

Mengetahui,
Saksi

(……………………………..)

*) coret salah satu

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

Lampiran 8

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Jenis Kelamin :L/P


Usia :
Tempat Tinggal : Rumah / Kos
Status Orang Tua - Ibu : Hidup / Meninggal
- Ayah : Hidup / Meninggal
*Coret yang tidak perlu

Kuesioner Penelitian
Parental bonding
Bagian I
Pada bagian ini anda diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan yang
ada mengenai kedekatan anda dengan orangtua Anda selama 16 tahun pertama
usia anda. Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban. Keteranga :
SS Sangat Setuju TS Tidak Setuju
S Setuju STS Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS
Orang tua saya berbicara kepada saya
1. dengan nada suara yang ramah dan
hangat
Orang tua saya tampaknya memahami
2. dengan baik tentang masalah dan
kecemasan yang saya rasakan
Orang tua saya sangat perhatian kepada
3.
saya
Orang tua saya senang untuk berbicara
4.
tentang banyak hal kepada saya
Orang tua saya sering tersenyum
5.
kepada saya
Orang tua mampu membuat saya
6. merasa lebih baik ketika saya sedang
merasa kesal
Orang tua saya tidak terlalu banyak
7. membantu saya sebanyak yang saya
butuhkan
Orang tua saya sepertinya terlihat
8.
dingin secara emosional
Orang tua saya sepertinya tidak
9 memahami apa yang saya butuhkan
dan yang saya inginkan
Orang tua saya membuat saya merasa
10.
SKRIPSI
tidak diinginkanHUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

Orang tua saya tidak banyak berbicara


11
kepada saya
Orang tua saya tidak bangga dengan
12
diri saya
Orang tua saya tidak menginginkan
13
saya tumbuh dewasa
Orang tua saya mencoba untuk
14
mengontrol semua yang saya lakukan
Orang tua saya senang untuk ikut
15
campur dalam urusan pribadi saya
Orang tua saya cenderung
16
memperlakukan saya seperti bayi
Orang tua saya membuat saya untuk
17
lebih mengandalkan mereka
Orang tua saya membuat saya merasa
18 tidak mampu menjaga diri kecuali ada
mereka di sekitar saya
Orang tua saya sangat overprotective
19
kepada saya
Orang tua saya membiarkan saya
20
melakukan apa yang saya sukai
Orang tua saya membiarkan saya
21
membuat keputusan sendiri
Orang tua saya membiarkan saya
22
memutuskan segala sesuatu sendiri
Orang tua saya memberikan saya
23
kebebasan sebanyak yang saya mau
Orang tua saya membiarkan saya
24
bergaul sesering yang saya inginkan
Oragng tua saya membiarkan saya
25
berpakaian sesuka hati

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

Bagian 2 Kuesioner Self-esteem


Pada bagian ini anda diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan yang
berhubungan dengan perasaan umum Anda mengenai diri Anda. Berilah tanda
centang (√) pada kotak yang paling tepat mendeskripsikan perasaan Anda tentang
diri Anda sendiri.
Keterangan Sangat :
SS TS Tidak Setuju
Setuju
S Setuju STS Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa bahwa saya adalah orang
yang berharga setidaknya sama dengan
orang lain
2. Saya merasa saya memiliki kualitas-
kualitas yang baik
3. Secara umum saya menolak untuk merasa
bahwa saya adalah orang yang gagal
4. Saya dapat melakukan hal-hal sebaik
yang dilakukan orang lain

5. Saya merasa tidak ada yang bisa saya


banggakan
6. Saya bersikap positif terhadap diri saya
sendiri
7. Secara keseluruhan saya puas dengan diri
saya
8. Saya berharap saya dapat lebih
menghormati diri saya sendiri
9. Saya seringkali merasa sebagai orang
yang tidak berguna

10. Adakalanya saya merasa tidak ada


sesuatu hal pun yang baik pada diri saya

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

Bagian 3 Kuesioner Perilaku Seksual


Pada bagian ini anda diminta untuk memberikan respon terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan perilaku atau kegiatan seksual yang pernah anda alami dan
lakukan dengan sesama atau lawan jenis. Berikan tanda centang (√) pada kolom
jawaban.
TIDAK
No. PERTANYAAN PERNAH
PERNAH
1. Apakah anda pernah melihat gambar porno ?
2. Apakah anda pernah mononton film porno?
3 Apakah anda pernah berfantasi atau
membayangkan hal-hal yang dapat
membangkitkan gairah seksual anda?
4. Apakah anda pernah berbicara mesra dengan
orang yang anda sukai?
5. apakah anda pernah saling berpandangan
mata mesra dengan orang yang anda suka
dengan perasaan saling tetarik?
6. Apakah anda pernah membicarakan masalah
seksual dengan orang yang anda sukai?
7. Apakah anda pernah berpegangan tangan
dengan orang yang anda sukai?
8. Apakah anda pernah berangkulan dengan
orang yang anda sukai?
9. Apakah anda pernah berpelukan dengan
orang yang anda sukai?
10. Apakah anda pernah mencium dan atau
dicium kening oleh orang yang anda sukai?
11. Apakah anda pernah mencium dan atau
dicium pipi oleh orang yang anda suka yang
menimbulkan sensasi seksual?
12 Apakah anda pernah berciuman dan atau
dicium bibir oleh orang yang anda suka yang
menimbulkan sensasi seksual?
13 Apakah anda pernah mencium dan atau
dicium leher oleh orang yang anda suka
yang menimbulkan sensasi seksual?

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

14 Apakah anda pernah merangsang alat


kemaluan anda untuk mendapatkan
kepuasan atau kesenangan?
15 Apakah anda pernah meraba dan atau diraba
bagian sensitive oleh orang yang anda suka
yang menimbulkan sensasi seksual?
16 Apakah anda pernah mencium dan atau
dicium daerah sensitive anda oleh orang
yang anda sukai yang menimbulkan sensasi
seksual?
17 Apakah anda pernah saling menggesekkan
alat kelamin dengan orang yang anda sukai
yang menimbulkan sensasi seksual?
18 Apakah anda pernah melakukan hubungan
seksual yang melibatkan alat kelamin secara
langsung dengan orang yang anda suka?

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

Lampiran 9
Lembar tabulasi dan hasil jawaban kuisioner
No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode
1 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
2 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
3 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Rendah 3.0 sangat Tinggi 4.0
4 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
5 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
6 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
7 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
8 14 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
9 16 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
10 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
11 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 4.0
12 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
13 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
14 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
15 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
16 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
17 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
18 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
19 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
20 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
21 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
22 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Affectfion constrait 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

111
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


23 16 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Control 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
24 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Rendah 2.0 Rendah 1.0
25 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
26 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
27 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 sangat Tinggi 4.0
28 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
29 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
30 16 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
31 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 2.0 sangat Tinggi 4.0
32 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
33 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
34 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
35 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
36 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
37 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
38 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
39 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
40 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
41 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
42 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
43 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 2.0 Sangat Tinggi 4.0
44 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


45 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
46 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
47 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
48 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
49 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
50 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
51 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 3.0
52 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
53 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
54 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
55 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
56 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
57 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
58 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
59 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
60 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
61 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
62 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
63 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
64 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
65 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
66 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
67 14 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


68 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
69 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
70 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
71 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
72 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
73 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
74 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
75 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
76 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
77 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
78 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
79 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
80 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
81 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
82 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
83 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
84 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
85 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


86 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
87 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
88 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
89 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
90 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
91 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
92 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 2.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
93 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
94 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
95 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 sangat Tinggi 4.0
96 14 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
97 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
98 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
99 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
100 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
101 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
102 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
103 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


104 16 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
105 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
106 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 2.0 Rendah 1.0
107 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 A.constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
108 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
109 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
110 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
111 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
112 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
113 14 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
114 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
115 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
116 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
117 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
118 14 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
119 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
120 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
121 14 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


122 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
123 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
124 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
125 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
126 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
127 16 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
128 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
129 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
130 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
131 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
132 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
133 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
134 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
135 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
136 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
137 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
138 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
139 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


140 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
141 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
142 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 sangat Tinggi 4.0
143 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
144 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
145 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
146 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Sangat Tinggi 4.0
147 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
148 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
149 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 A.constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 3.0
150 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
151 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
152 14 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
153 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
154 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
155 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
156 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
157 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


158 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
159 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
160 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
161 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
162 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
163 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
164 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
165 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sangat Tinggi 4.0
166 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
167 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
168 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
169 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
170 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
171 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
172 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
173 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
174 14 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
175 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


176 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
177 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
178 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
179 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Sangat Tinggi 4.0
180 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
181 17 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
182 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
183 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
184 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
185 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
186 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
187 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
188 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
189 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
190 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
191 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
192 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
193 16 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


194 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
195 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
196 16 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
197 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
198 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
199 17 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
200 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
201 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
202 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
203 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
204 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
205 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
206 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
207 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
208 14 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
209 14 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
210 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
211 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


212 14 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0
213 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
214 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
215 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
216 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
217 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
218 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Sedang 2.0
219 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 4.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
220 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
221 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
222 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
223 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 1.0

224 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0

225 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0

226 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0

227 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0

228 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


229 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
230 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
231 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
232 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 1.0
233 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
234 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
235 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
236 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
237 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 2.0 Sedang 2.0 Tinggi 1.0
238 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
239 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
240 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
241 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
242 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
243 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
244 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
245 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
246 14 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


247 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
248 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
249 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sangat Tinggi 4.0
250 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
251 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
252 16 Lengkap perempuan Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
253 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
254 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
255 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Sangat Tinggi 4.0
256 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
257 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
258 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
259 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
260 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
261 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
262 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
263 16 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
264 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


265 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
266 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
267 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
268 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
269 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 A.constrait 3.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
270 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
271 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
272 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
273 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
274 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
275 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
276 15 Lengkap perempuan 1 Kos 1 Optimal 1.0 Rendah 3.0 Rendah 1.0
277 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
278 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
279 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
280 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Optimal 1.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
281 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
282 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Rendah 3.0 Sangat Tinggi 4.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

No. UMUR ortu JK kode TT kode PB kode SE kode PS kode


283 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
284 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
285 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
286 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Tinggi 1.0 Rendah 1.0
287 16 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
288 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
289 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Sedang 2.0
290 15 Lengkap laki-laki 2 Kos 1 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Rendah 1.0
291 16 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Rendah 3.0 Tinggi 3.0
292 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Rendah 3.0 Sedang 2.0
293 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Neglectful 4.0 Tinggi 1.0 Tinggi 3.0
294 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Affectfion constrait 3.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0
295 15 Lengkap laki-laki 2 Dirumah 2 Control 2.0 Sedang 2.0 Sangat Tinggi 4.0
296 15 Lengkap perempuan 1 Dirumah 2 Optimal 1.0 Sedang 2.0 Tinggi 3.0

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 10
Hasil Uji Validitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.871 18

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 4.9000 16.231 .665 .857

P2 4.9667 17.068 .471 .865

P3 5.0333 16.999 .540 .863

P4 4.9333 16.271 .672 .857

P5 4.8000 17.545 .305 .873

P6 5.1333 17.361 .562 .863

P7 4.5000 17.707 .333 .871

P8 4.9333 16.340 .652 .857

P9 4.8667 15.844 .758 .852

P10 5.0000 16.276 .722 .855

P11 5.0333 16.585 .665 .858

P12 5.1667 17.385 .637 .861

P13 5.1000 18.093 .267 .872

P14 5.1333 17.982 .340 .870

P15 5.1333 17.292 .587 .862

P16 5.0667 18.409 .150 .877

P17 4.8000 18.097 .173 .879

P18 5.0333 17.482 .398 .868

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

3.8929 13.877 3.72518 18

129
SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

Lampiran 11
Hasil Uji Analisis Data

Correlations

ParentalBonding SelfEsteem PerilakuSeksual

Spearman's ParentalBonding Correlation


1.000 .125* .592**
rho Coefficient

Sig. (2-
. .032 .000
tailed)

N 296 296 296

SelfEsteem Correlation
.125* 1.000 .273**
Coefficient

Sig. (2-
.032 . .000
tailed)

N 296 296 296

PerilakuSeksual Correlation
.592** .273** 1.000
Coefficient

Sig. (2-
.000 .000 .
tailed)

N 296 296 296


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI


IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

SKRIPSI HUBUNGAN PARENTAL BONDING... WIWIN NUR INDAH CAHYANI

Anda mungkin juga menyukai