Anda di halaman 1dari 152

SKRIPSI

HUBUNGAN EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) DENGAN


STRES AKADEMIK (ACCADEMIC STRESS) PADA
SISWA SMA NEGERI 17 MAKASSAR

Oleh:

CAHYANI DWI AGUSTINA


4513091092

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2019

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI HASIL PENELITIAN

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim Penguji Ujian Hasil


Penelitian Pada Fakultas Psikolgi Universitas Bosowa Makassar untuk
dilaksanakan seminar ujian Hasil Penelitian sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi program strata satu (S1) Psikologi terhadap atas nama

Nama : Cahyani Dwi Agustina

NIM : 4513091092

Program Studi : Psikologi

Judul : Hubungan Efikasi Diri (Self Efficacy) dengan Stres


Akademik (Accademic Stress) pada Siswa SMA
Negeri 17 Makassar
Tim Penguji Tanda tangan

1. Minarni, S.Psi., M.A. (..................................)

2. H. Andi Budhy Rakhmat, M.Psi., Psikolog (..................................)

3. Musawwir, S.Psi., M.Pd. (..................................)

4. Arie Gunawan HZ, M.Psi., Psikolog (..................................)

Mengetahui :

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar

Musawwir, S.Psi., M.Pd.


NIDN: 0927128501

iii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) DENGAN


STRES AKADEMIK (ACCADEMIC STRESS) PADA
SISWA SMA NEGERI 17 MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

CAHYANI DWI AGUSTINA


4513091092

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Sebagai Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Minarni, S.Psi., M.A. H. Andi Budhy Rakhmat, M.Psi., Psikolog


NIDN: 0910078104 NIDN: 0904128402

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Psikologi, Fakultas Psikologi,

Musawwir, S.Psi., M.Pd. Titin Florentina P,M.Psi., Psikolog


NIDN : 0927128501 NIDN : 0931107702

iv
PERNYATAAN

Dengan ini, saya atas nama Cahyani Dwi Agustina menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul “Hubungan Efikasi Diri Dengan Stres Akademik

Pada Siswa SMA Negeri 17 Makassar” beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya, bukan penelitian hasil plagiat atau manipulasi.

2. Adapun seluruh referensi telah dikutip langsung dari sumbernya dengan

cara yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Begitupun dengan data-data

penelitian diambil merupakan data asli dari responden tanpa rekayasa.

3. Saya siap menerima resiko apabila ditemukan adanya perbuatan tercela

yang melanggar kode etik keilmuan dalam penelitian saya ini, termasuk

adanya klam dari pihak lain terhadap keaslian penelitian saya ini.

Makassar, 29 Agustus 2019

Penulis,

Cahyani Dwi Agustina

v
MOTTO

“LEBIH BAIK TERLAMBAT DARIPADA TIDAK WISUDA SAMA SEKALI”

“KU OLAH KATA, KUBACA MAKNA, KUIKAT DALAM ALINEA,

KUBINGKAI DALAM BAB SEJUMLAH LIMA, JADILAH MAHAKARYA,

GELAR SARJANA KUTERIMA, ORANG TUA, CALON SUAMI DAN

CALON MERTUA PUN BAHAGIA”

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SWT, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada

umatnya.

Penelitian ini didorong oleh keinginan penulis untuk mengembangkan

keilmuan dibidang psikologi pendidikan dan menyelesaikan studi sarjana

psikologi dalam Program Studi Psikologi Universitas Bosowa Makassar. Judul

penelitian ini adalah “Hubungan Efikasi Diri Dengan Stres Akademik Pada Siswa

SMA Negeri 17 Makassar”.

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi teknis

penulisan maupun dari segi materi pembahasan. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan

skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan

bagi masyarakat.

Makassar, 29 Agustus 2019

Penulis,

Cahyani Dwi Agustina

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat Rahmat dan Karunia-Nya, yang selalu memberi belas kasih dan

mengulurkan bantuannya selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan sangat

senang hati menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta Sumiyati yang telah mencurahkan segenap cinta dan

kasih sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga selalu

diberikan kesehatan dan kebahagiaan atas segala kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis.

2. Bapak Musawwir, S.Psi., M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Bosowa Makassar.

3. Ibu Minarni, S.Psi., M.A. selaku pembimbing I dan Bapak H. Andi

Budhy Rakhmat, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing II yang telah

banyak membantu dan memberi arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu

berguna bagi penulis.

5. Staf Fakultas Psikologi yangg telah banyak membantu melengkapi

berkas-berkas administrasi penulis.

6. Bapak Jufri yang selalu penulis repotkan dengan berbagai macam

keluhan-keluhan selama proses perkulihan.

7. Mas Rudi Hartanto, S.E. tersayang yang tak pernah berhenti

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

viii
8. Sahabat-sahabatku “POMS” Ope, Viona, Rini, Asya, dan Aini yang

selalu setia mendengarkan semua keluh kesah dan curahan hati

penulis.

9. Fahmi Choiruloh yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan

skripsi dan yang membuat peneliti bangkit dari keterpurukan, terima

kasih telah menjadi teman spesial dan semoga menjadi teman hidup

selamanya.

10. Team Hore “Tralala Trilili” Kak Chunul, Kak Amy, Rini, Wulan, Iin, dan

Nunu yang selalu membuat tertawa, selalu makan bersama dan selalu

mengutamakan skincare supaya tetap glowling pada saat ujian skripsi.

11. Riska, Fendi, Angel, Tiah, Saras dan Arin yang membantu mengerjakan

analisis data dalam skripsi ini.

12. Keluarga besar Psikologi angkatan 2013 yang selalu membantu dalam

proses penyusunan skripsi ini tanpa terkecuali.

13. Muhammad Satriadim yang telah menyelesaikan misi RP dengan

senang hati sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. BlackxPINK Squad Angelin, Egi, Zaki dan Wahyu yang selalu

mendengarkan curahan hati penulis pada saat push rank.

15. Dr. Dian Rosyidawati yang telah mendukung dan selalu menyemangati

saat mengerjakan skripsi.

16. Kepala sekolah SMA Negeri 17 Makassar yang telah memberi izin

untuk mengambil data untuk penelitian ini.

17. Siswa SMA Negeri 17 Makassar yang telah bersedia mengisi skala

penelitian.

ix
18. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, terima

kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi kita

semua, Amin.

Makassar, 29 Agustus 2019

Cahyani Dwi Agustina

x
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN STRES AKADEMIK PADA

SISWA SMA NEGERI 17 MAKASSAR

CAHYANI DWI AGUSTINA

4513091092

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa

cahyanidwiagustina@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan


stres akademik pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Penelitian ini
menggunakan skala efikasi diri dan stres akademik, skala efikasi diri yang
digunakan dibuat sendiri oleh peneliti yang berlandaskan pada teori Bandura
(1998) terdiri dari tiga dimensi, yaitu level, generality, dan strenght. Sedangkan
skala stres akademik berdasarkan pada teori Desmita (2010) terdiri dari empat
dimensi, yaitu tuntutan fisik, tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan
interpersonal. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI yang masih aktif
sekolah di SMA negeri 17 Makassar sebanyak 265 orang siswa yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan efikasi diri dengan stres akademik pada siswa SMA Negeri 17
Makassar. Data dianalisis dengan teknikkorelasi pearson product moment
dengan bantuan softwere JASP. Hasil analisis diperoleh hasil korelasi yang
signifikan antara efikasi diri dengan stres akademik, (r) -0,166 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,007 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima, yaitu ada hubungan efikasi diri dengan stres akademik pada
siswa SMA Negeri 17 Makassar.

Kata Kunci : Stres, Stres Akademik, Efikasi Diri

xi
DAFTAR ISI

Judul Halaman

SAMPUL ....................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI HASIL PENELITIAN .................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

MOTTO ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 7

A. Stres Akademik (Academic Stress) .................................................. 7

1. Definisi Stres ............................................................................... 7

2. Definisi Stres Akademik .............................................................. 8

3. Dimensi Stres Akademik ............................................................. 9

4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik ............................. 12

xii
B. Efikasi Diri (Self-Efficacy) .................................................................. 13

1. Definisi Efikasi Diri ...................................................................... 13

2. Ciri-ciri Efikasi Diri Tinggi Dan Rendah ...................................... 14

3. Dimensi Efikasi Diri ..................................................................... 16

4. Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri ..................................... 17

C. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Stres Akademik ................... 19

D. Kerangka Pikir ................................................................................... 21

E. Hipotesis ............................................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 24

A. Variabel Penelitian ............................................................................ 24

B. Definisi Variabel Penelitian ............................................................... 24

1. Definisi Konseptual ..................................................................... 24

2. Definisi Operasional .................................................................... 25

C. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling .......................................... 25

1. Populasi ....................................................................................... 25

2. Sampel ........................................................................................ 26

3. Teknik Sampling .......................................................................... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 27

E. Uji Instrumen ..................................................................................... 30

1. Uji Validitas .................................................................................. 30

2. Uji Reliabilitas .............................................................................. 32

F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34

1. Uji Normalitas .............................................................................. 34

2. Uji Linearitas ................................................................................ 35

3. Uji Hipotesis ................................................................................ 36

xiii
G. Jadwal Penelitian .............................................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 39

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 39

1. Deskripsi Demografi .................................................................... 39

a. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 39

b. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia ....................... 40

c. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Suku ...................... 40

2. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 41

a. Distribusi Frekuensi Skor Stres Akademik

Berdasarkan Kategori ........................................................... 41

b. Distribusi Frekuensi Skor Efikasi Diri

Berdasarkan Ketegori ........................................................... 43

3. Skor Mean Tiap Variabel ............................................................ 45

a. Skor Mean Stres Akademik .................................................. 45

b. Skor Mean Efikasi Diri ........................................................... 46

4. Deskripsi Stres Akademik Perdimensi

Berdasarkan Demografi .............................................................. 46

a. Tuntutan Fisik ........................................................................ 47

1) Tuntutan Fisik Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 47

2) Tuntutan Fisik Berdasarkan Usia .................................... 48

3) Tuntutan Fisik Berdasarkan Suku ................................... 50

b. Tuntutan Tugas ..................................................................... 51

1) Tuntutan Tugas Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 51

2) Tuntutan Tugas Berdasarkan Usia ................................. 53

3) Tuntutan Tugas Berdasarkan Suku ................................ 54

xiv
c. Tuntutan Peran ..................................................................... 56

1) Tuntutan Peran Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 56

2) Tuntutan Peran Berdasarkan Usia ................................. 57

3) Tuntutan Peran Berdasarkan Suku ................................ 59

d. Tuntutan Interpersonal .......................................................... 60

1) Tuntutan Interpersonal Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 60

2) Tuntutan Interpersonal Berdasarkan Usia ...................... 62

3) Tuntutan Interpersonal Berdasarkan Suku ..................... 63

5. Deskripsi Efikasi Diri Perdimensi Berdasarkan Demografi ........ 65

a. Tingkat Kesulitan ................................................................... 65

1) Tingkat Kesulitan Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 65

2) Tingkat Kesulitan Berdasarkan Usia .............................. 66

3) Tingkat Kesulitan Berdasarkan Suku ............................. 68

b. Tingkat Generalisasi ............................................................. 69

1) Tingkat Generalisasi Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 69

2) Tingkat Generalisasi Berdasarkan Usia ......................... 71

3) Tingkat Generalisasi Berdasarkan Suku ........................ 72

c. Tingkat Kekuatan .................................................................. 74

1) Tingkat Kekuatan Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 74

2) Tingkat Kekuatan Berdasarkan Usia .............................. 75

3) Tingkat Kekuatan Berdasarkan Suku ............................. 77

B. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 78

C. Pembahasan ..................................................................................... 80

1. Gambaran Deskriptif Stres Akademik Pada

Siswa SMA Negeri 17 Makassar ................................................ 80

xv
2. Gambaran Deskriptif Efikasi Diri Pada

Siswa SMA Negeri 17 Makassar ................................................ 82

3. Hubungan Efikasi Diri Dengan Stres Akademik Pada

Siswa SMA Negeri 17 Makassar ................................................ 83

D. Limitasi Penelitian ............................................................................. 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 86

A. Kesimpulan ........................................................................................ 86

B. Saran ................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88

LAMPIRAN ................................................................................................... 90

xvi
DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 3.1 : Blue Print Stres Akademik ..................................................... 28

Tabel 3.2 : Blue Print Efikasi Diri ............................................................. 29

Tabel 3.3 : Aitem-aitem Valid Skala Stres Akademik ............................. 31

Tabel 3.4 : Aitem-aitem Valid Skala Efikasi Diri ...................................... 32

Tabel 3.5 : Nilai Tingkat Reliabilitas Cronbach Alpha (ɑ) ....................... 33

Tabel 3.6 : Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha (ɑ) .............................. 33

Tabel 3.7 : Hasil Uji Normalitas Data ...................................................... 34

Tabel 3.8 : Uji Linearitas .......................................................................... 36

Tabel 3.9 : Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi .............................. 37

Tabel 4.1 : Hasil Analisis Data Empirik Stres Akademik ......................... 41

Tabel 4.2 : Kategorisasi Stres Akademik ................................................ 42

Tabel 4.3 : Hasil Analisis Data Empirik Efikasi Diri ................................. 43

Tabel 4.4 : Kategorisasi Efikasi Diri ......................................................... 44

Tabel 4.5 : Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 79

xvii
DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 4.1 : Diagram Frekuensi Jenis Kelamin ................................. 39

Gambar 4.2 : Diagram Frekuensi Usia ................................................. 40

Gambar 4.3 : Diagram Frekuensi Suku ................................................ 40

Gambar 4.4 : Diagram Stres Akademik Berdasarkan Kategorisasi .... 43

Gambar 4.5 : Diagram Efikasi Diri Berdasarkan Kategorisasi ............. 45

Gambar 4.6 : Diagram Skor Aspek Stres Akademik ............................ 45

Gambar 4.7 : Diagram Skor Aspek Efikasi Diri .................................... 46

Gambar 4.8 : Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 47

Gambar 4.9 : Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan Usia ....... 48

Gambar 4.10 : Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan Suku ...... 50

Gambar 4.11 : Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 51

Gambar 4.12 : Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan Usia .... 53

Gambar 4.13 : Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan Suku ... 54

Gambar 4.14 : Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 56

Gambar 4.15 : Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan Usia ..... 57

Gambar 4.16 : Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan Suku .... 59

Gambar 4.17 : Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal Berdasarkan

Jenis Kelamin ................................................................. 60

Gambar 4.18 : Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal Berdasarkan

Usia ................................................................................. 62

xviii
Gambar 4.19 : Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal Berdasarkan

Suku ................................................................................ 63

Gambar 4.20 : Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 65

Gambar 4.21 : Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Usia ............... 66

Gambar 4.22 : Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Suku .............. 68

Gambar 4.23 : Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 69

Gambar 4.24 : Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan Usia .......... 71

Gambar 4.25 : Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan Suku ........ 72

Gambar 4.26 : Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Jenis

Kelamin ........................................................................... 74

Gambar 4.27 : Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Usia .............. 75

Gambar 4.28 : Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Suku ............. 77

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1 : Blue Print Sebelum Uji Coba ............................................ 90

Lampiran 2 : Blue Print Setelah Uji Coba .............................................. 93

Lampiran 3 : Skala Penelitian ................................................................ 96

Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian ................................................... 103

Lampiran 5 : Uji Validitas ....................................................................... 112

Lampiran 6 : Uji Reliabilitas ................................................................... 120

Lampiran 7 : Uji Normalitas .................................................................... 122

Lampiran 8 : Linearitas .......................................................................... 124

Lampiran 9 : Uji Hipotesis ...................................................................... 126

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian .......................................................... 128

xx
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang menganut sistem pendidikan wajib

belajar 12 tahun. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003). Indonesia ingin

menciptakan kehidupan yang merata khususnya pendidikan yang

merupakan dasar untuk menambah pengetahuan. Pendidikan formal

memiliki jenjang pendidikan diantaranya Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan.

Sekolah Menengah Atas memiliki jumlah mata pelajaran yang banyak

di bandingkan dengan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama,

karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak tuntutan

akademik yang harus dihadapi siswa. Maka dari itupada penelitan ini akan

berfokus kepada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.Sekolah

Menengah Atas merupakan pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk

mengembangkan nilai-nilai, pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau untuk masyarakat.

Papalia (2003) menyatakan bahwa siswa SMA memiliki tugas yang

cukup berat karena mereka akan menghadapi serangkaian tuntutan dan

tugas yang dibebankan kepadanya, baik oleh keluarga, sekolah, maupun

1
2

lingkunan sosialnya, memiliki keinginan dan harapan sendiri. Tekanan dan

hambatan pada diri siswa menurut Misra dan Mc Kean (dalam Nurmaliyah,

2014) yaitu banyak dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadi yang tidak

sejalan dengan kondisi lingkungan belajarnya, seperti: kurikulum di sekolah

yang padat, mengambil keputusan, kelanjutan studi, penjurusan, guru dan

teman yang memiliki ragam karakter, ekspektasi orang tua yang menuntut

pencapaian prestasi yang maksimal, dan sebagainya.

Lingkungan pendidikan atau sekolah ternyata menjadi sumber

masalah yang memicu terjadinya stres pada siswa. Menurut Potter & Perry

(dalam Suwartika dkk, 2014) bahwa respon stres dari setiap siswa berbeda,

tergantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya

terhadap stres, mekanisme coping, jenis kelamin, usia, besarnya stressor,

dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu.Siswa

yang memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan lingkungan maka stres

akan berdampak positif, sedangan siswa yang merasa bahwa dirinya tidak

mampu untuk memenuhi tuntutan lingkungan maka stres akan berdampak

negatif. Seperti yang di jelaskan oleh Beck & Judith (dalam Azmy, 2017)

bahwa stres akan berdampak negatif jika individu menilai dirinya tidak

mampu dalam mengatasi hambatan atau tekanan yang datang sehingga

akan berpengaruh terhadap cara berpikir serta berperilaku.

Stres yang dialami oleh siswa tersebut dapat dikategorikan sebagai

stres akademik. Heiman & Kariv (dalam Nurmaliyah, 2014) menyatakan

bahwa stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh academic

stressor dalam proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan

dengan kegiatan belajar.


3

Terdapat dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya

fenomena stres pada siswa yang berkaitan dengan tuntutan akademik atau

sekolah. Penelitian Utami (2015) mengenai stres akademik pada siswa MAN

3 Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa MAN 3 berpotensi mengalami stres

akademik, karena terdapat pemadatan waktu pembelajaran, memiliki jumlah

mata pelajaran yang banyak dan tuntutan agama yang berkaitan dengan

ilmu kerohanian tentang perasaan dosa dan tidak dosa.

Fenomena stres akademik juga dialami oleh siswa SMA Negeri 17

Makassar, gejala-gejala yang dialami oleh siswa seperti gangguan tidur,

gangguan pencernaan, kecemasan dan perubahan tingkah laku. Fenomena

ini didukung oleh hasil wawancara singkat dengan beberapa siswa,

berdasarkan hasil wawancara singkat dengan beberapa siswa terdapat

informasi mengenai berbagai macam stresor yang dialami siswa, yaitu

banyaknya tugas, banyaknya materi pelajaran, sering ujian dadakan,

memiliki waktu pembelajaran yang padat. Rice (dalam Desmita, 2010)

mengemukakan stres akademik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti tekanan untuk naik kelas, lama belajar, menyontek, banyak tugas,

mendapat nilai ulangan, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.

Stres akademik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Suhada

(dalam Wulandari & Rachmawati, 2014) menjelaskan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi stres, yaitu bersumber dari diri pribadi (internal) atau

individu yang bersangkutan dan faktor eksternal. Terdapat beberapa faktor

internal yang mempengaruhi stres seseorang, salah satunya adalah efikasi

diri.
4

Efikasi diri adalah keyakinan pada diri sendiri apakah siswa mampu

untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik atau tidak.

Santrock (2004) mengemukakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan bahwa

seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Tetapi

tidak semua siswa mampu untuk menilai dirinya sendiri bahwa dirinya

mampu untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

Efikasi diri penting karena memiliki pengaruh yang kuat terhadap

aspek motivasi, tingkah laku, dan afeksi seseorang dalam menjalankan

tugas. Bandura (1998) menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar

terhadap perilaku siswa, semakin tinggi keyakinan siswa akan

kemampuannya maka rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas

dengan hasil yang baik pun akan muncul dalam diri siswa. Oleh karena itu di

harapkan setiap siswa memiliki efikasi diri yang tinggi sehingga mampu

mengarahkan diri untuk mencapai target belajar sesuai dengan potensi yang

dimiliki.

Siswa yang yakin dengan kemampuannya sendiri untuk mengerjakan

tugas yang kemungkinan besar akan tercapai dibandingkan dengan orang

yang menganggap kemampuan dirinya rendah. Siswa yangyakin dengan

kemampuan mereka dan yakin dengan kemampuannya sehingga mencapai

tujuan dan menyelesaikan tugas dengan baik, sebaliknya orang yang

menganggap kemampuan dirinya rendah tidak bisa mencapai tujuannya.

Seperti yang di kemukakan oleh Bandura (dalam Ahmad & Safaria, 2013)

bahwa seseorang dengan efikasi diri tinggi mampu menyelesaikan tugas

dengan baik sedangkan orang dengan efikasi diri rendah tidak mampu

melakukan tugas mereka.


5

Berdasarkan uraian diatas yang telah di paparkan mengenai beberapa

keadaan siswa yang mengalami stres karena rendahnya efikasi diri yang

dimilikinya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Efikasi Diri dengan Stres Akademik pada SMA Negeri 17

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

apakah ada hubungan efikasi diri dengan stres akademik pada siswa SMA

Negeri 17 Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan

stres akademik pada siswa SMA Negeri 17 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi khususnya

dibidang psikologi pendidikan tentang hubungan efikasi diri dengan

stres akademik.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi oleh peneliti

selanjutnya mengenai hubungan antara efikasi diri dengan stres

akademik.
6

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini berguna bagi siswa agar mengetahui

pentingnya efikasi diri disekolah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada

guru mengenai siswa yang mendapat tekanan berupa tuntutan

akademik yang berlebihan membuat siswa mengalami stres

akademik.

c. Untuk menambah wawasan guru BK dan sekolah mengenai

hubungan efikasi diri dengan stres akademik, sehingga dapat

memberikan layanan bimbingan konseling di sekolah pada siswa

yang mengalami stres akademik.

d. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu bagi pemerintah

khususnya dibidang pendidikan mengenai hubungan antara efikasi

diri dengan stres akademik.


7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Stres akademik (Academic Stress)

1. Definisi Stres

Santrock (2007) mendefinisikan stres adalah respon individu

terhadap situasi atau peristiwa yang mengancam dan melebihi

kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi stres.Sumber-sumber

psikologis dari stres tidak hanya menurunkan kemampuan kita untuk

menyesuaikan diri, tetapi secara tajam juga mempengaruhi kesehatan

kita. Hampir semua penyakit fisik yang dialami orang yang datang

memriksakan diri ke dokter berhubungan dengan stres. Stres

meningkatkan resiko terkena berbagai jenis penyakit fisik, mulai dari

gangguan pencernaan samapi penyakit jantung (e.g., Choen dkk dalam

Nevid., dkk, 2005).

Nevid dkk (2005) istilah stres menunjukkan tekanan atau kekuatan

pada tubuh, dalam psikologi menggunakan istilah stres untuk

menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami

individu/organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. Menurut

Atkinson (2010) stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa

yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau

psikologisnya.

Yumba (2008) stres didefenisikan sebagai keadaan yang

mengganggu, atau mengancam untuk mengganggu individu dan

menyebabkan seseorang untuk penyesuaian. Lazarus & Folkman

7
8

(dalam Aryani, 2016) berpendapat bahwa stres dapat diatikan sebagai

reaksi fisik dan psikologis terhadap tuntutan hidup yang membebani

kehidupan seseorang dan akan mengganggu kesejahteraan hidup

seseorang.

Berdasarkan uraikan diatas dapat di simpulkan bahwa stres

adalah respon individu terhadap tuntutan dan tekanan yang muncul

dalam lingkungannya sehingga dapat memicu berbagai jenis penyakit

fisik mulai dari ganguan pencernaan sampai penyakit jantung.

2. Definisi Stres Akademik

Campbell dkk(dalam Aryani, 2016) mendefinisikan stres akademik

diarikan sebagai tekanan-tekanan yang dihadapi anak berkaitan dengan

sekolah, dipersepsikan secara negatif, dan berdampak pada kesehatan

fisik, psikis dan performasi berlajarnya. Stres akademik yang dialami

siswa terjadi bukan semata-mata berasal dari faktor eksternal

(lingkungan sekolah dan orang tua), namun faktor internal juga

mempengaruhi timbulnya stres akademik yaitu bagaimana siswa

mempersiapkan sekolah (Chan dalam Aryani, 2016).

Aryani (2016) mengemukakan stres akademik yang dialami siswa

berkaitan dengan: (1) tekanan akademik yang bersumber dari guru,

mata pelajaran, metode belajar, strategi belajar, menghadapi

ulangan/diskusi di kelas, (2) tekanan sosial yang bersumber dari teman-

teman sebaya siswa. Sedangkan menurut Goldman dkk (dalam Aryani,

2016) stres yang dialami siswa akan berpengaruh pada fisik dan aspek

psikologisnya yang akan mengakibatkan terganggunya proses

belajarnya.
9

Desmita (2010) mendefinisikan stres akademik adalah kondisi

stres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat

adanya tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu

terjadinya ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku,

serta dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Stres akademik

sebagai ketegangan emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa

kehidupan di sekolah dan perasaan terancam keselamatan atau harga

diri siswa, sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik, psikologis, dan

tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi

akademik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres

akademik adalah respon siswa terhadap tuntutan sekolah dan dunia

pendidikan yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya

ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat

memengaruhi prestasi belajar.

3. Dimensi Stres Akademik

Desmita (2010) menyatakan bahwa stres akademik terdiri dari

empat dimensi, yaitu:

a. Physical demands (tuntutan fisik)

Physical demands adalah stres siswa yang bersumber dari

lingkungan fisik sekolah. Dimensi dari lingkungan fisik sekolah yang

dapat menyebabkan terjadinya stres akademik meliputi: keadaan

iklim ruang kelas, temperatur yang tinggi, pencahayaan dan

penerangan, perlengkapan atau sarana/prasarana penunjang


10

pendidikan, daftar pelajaran, kebersihan kesehatan sekolah;

keamanan dan penjagaan sekolah.

b. Task demands (tuntutan tugas)

Task demands atau tuntutan tugas dalam konsep stres

akademik ini dapat diartikan sebagai tugas-tugas pelajaran yang

harus dikerjakan atau dihadapi oleh siswa yang dapat menimbulkan

perasaan tertekan atau stres. Aspek dari tuntutan tugas meliputi:

tugas-tugas yang dikerjakan di sekolah dan di rumah, megikuti

pelajaran, memenuhi tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau

ujian, mematuhi disiplin sekolah, penilian dan mengikuti berbagai

kegiatan ekstrakulikuler.

Adanya tuntutan sekolah, di satu sisi merupakan aktivitas

sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan

siswa, namun di sisi lain tidak jarang tuntutan tugas menimbulkan

perasaan tertekan dan kecemasan. Adanya fenomena stres yang

dirasakan oleh siswa remaja akibat tuntutan tugas, ditunjukkan oleh

sejumlah temuan penelitian di beberapa negara seperti Amerika,

Korea dan Jepang. Sejumlah temuan penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tuntutan tugas akademik di sekolah, secara

umum menimbulkan perasaan cemas dan stres dikalangan remaja.

Remaja umumnya lebih tertarik melakukan aktivitas lain daripada

mengerjakan PR. Selain itu, remaja yang menghabiskan banyak

waktunya untuk mengerjakan PR, mengalami perasaan-perasaan

negatif, seperti merasa sedih, marah, dan bosan.


11

c. Role demands (tuntutan peran)

Role demands dimensi ketiga dari stressor di sekolah adalah

berhubungan dengan peran yang dipikul oleh siswa. Di sini terlihat

adanya perbedaan antara task demands dengan role demands

sebagai sumber stres bagi siswa di sekolah. Task demands

(tuntutan tugas) lebiih berkaitan dengan aktivitas spesifik atau

tugas-tugas yang secara khusus dari kegiatan belajar yang harus

diselesaikan oleh siswa, sedangkan role demands (tuntutan peran)

berhubungan dengan tingkah laku lain yang diharapkan dari siswa

sebagai pemenuhan fungsi pendidikan di sekolah.

d. Interpersonal demands (tuntutan interpersonal)

Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat

mencapai prestasi akademik yang tinggi, melainkan sekaligus harus

mampu melakukan interaksi sosial atau menjalin hubungan baik

dengan orang lain. Bahkan keberhasilan siswa di sekolah banyak

ditentukan oleh kemampuannya mengelola interaksi sosial. Hal ini

karena sebagian besar waktunya dihabiskan bersama orang-orang

di luar lingkungan keluarganya, seperti teman sebaya dan guru-

guru.

Secara konseptual, interaksi sosial siswa di sekolah dapat

dipahami sebagai hubungan interpersonal yang terjadi antara siswa

dengan siswa lain dan antara siswa dengan anggota sekolah

lainnya, seperti kepala sekolah, guru-guru, serta pegawai sekolah

dengan menggunakan serangkaian tindakan verbal dan nonverbal.

Keberhasilan siswa menjalin hubungan dengan orang lain di


12

sekolah banyak ditentukan oleh kompetensi interpersonal yang

dimilikinya, seperti kemampuan berinisiatif membina hubungan

interpersonal, kemampuan membuka diri, kemampuan bersikap

asertif, mengelola dan mengatasi konflik-konflik yang timbul dalam

hubungan interpersonal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

adanya empat dimensi stres akademik yaitu physical demands (tuntutan

fisik), taks demands (tuntutan tugas), role demands (tuntutan peran),

dan interpersonal demands (tuntutan interpersonal).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik

Rice (dalam Desmita, 2010) membedakan dua tipologi sumber

stres akademik, yaitu:

a. Personal and Social Stressor

Personal and Social Stressor adalah stres akademik yang

bersumber dari diri pribadi dan lingkungan sosial. Stresor personal

dan sosial yang penting meliputi isu-isu: transisi, lingkungan tempat

tinggal, saudara dan teman lama. Berhubungan dengan transisi

dalam lingkungan baru terdapat pula banyak stressor, seprti

menemukan teman baru, masa-masa kesepian dan menanganu

hubungan romantis.

b. Academic Stressor

Academic Stressor adalah stres siswa yang bersumber dari

belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

belajar, yang meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar,

menyontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi,


13

mendapatkan bantuan beasiswa, keputusan menentukan jurusan

dan karis, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa terdapat

dua faktor yang mempengaruhi stres akademik yaitu personal and social

stressor dan academic stressor.

B. Efikasi Diri (Self-Efficacy)

1. Definisi Efikasi Diri

Alwisol (2009) mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah penilaian

diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau

salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang

dipersyaratkan berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita

menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai,

sedangkan efikasi diri menggambarkan penilaian kemampuan diri.

Bandura, 2001 (dalam Feist & Feist, 2010) mendefenisikan self-efficacy

sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan

suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan

kejadian dalam lingkungan. Menurut Baron & Byrne (2003) self-efficacy

yaitu keyakinan seseorang akan kemampuannya atas kinerja tugas

yang diberikan, mencapai tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan.

Bandura (1998) mengemukakan bahwa efikasi diri yang dirasakan

mengacu pada seseorang untuk melakukan atau mengatur dan

melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan

pencapaian yang diinginkan. Sependapat dengan Myers (2012)

berpendapat bahwa efikasi diri dalam kehidupan sehari-hari akan


14

mengarahkan individu pada sekumpulan target yang menantang dan

untuk tidak pantang menyerah mendapatkannya. Sedangkan menurut

Santrock (2007) self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat

menguasai sebuah situasi dan memberikan hasil yang diinginkan.

Baron & Byrne (2003) self-efficacy berhubungan dengan akademis

dapat didefinisikan dengan keyakinan siswa akan kemampuannya

melakukan tugas-tugas, mengatur kegiatan belajar mereka sendiri, dan

hidup dengan harapan akademik mereka sendiri dan orang lain.

Menurut Feist & Feist (2010) self-efficacy adalah bagaimana individu

bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal-balik

dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognituf, terutama faktor-faktor

kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka mampu

atau tidak mampu melalukan suatu perilaku yang diperlukan untuk

menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi tertentu.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa self-efficacy yaitu keyakinan individu terhadap kemampuannya

sendiri dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Individu yang memiliki

self-efficacy akan mampu percaya dapat melakukan sesuatu, memiliki

potensi untuk mengubah kejadian-kejadian di lingkungannya, lebih suka

bertindak, dan lebih dekat pada kesuksesan.

2. Ciri-ciri Efikasi Diri Tinggi dan Rendah

Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) ada beberapa ciri-ciri

orang yang memiliki efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah, yaitu:
15

a. Orang yang memiliki efikasi diri tinggi merasa percaya diri dengan

hasil yang kemungkinannya besar akan tercapai, ciri-cirinya yaitu:

1. Mempunyai usaha yang tinggi untuk mengerjakan tugas.

2. Menerima tugas yang menantang.

3. Cepat bertindak setelah mengalami kegagalan.

b. Orang yang memiliki efikasi diri rendah akan merasa apatis, segan,

dan tidak berdaya terhadap kemampuannya, ciri-cirinya yaitu:

1. Cepat putus asa.

2. Menjauhi tugas yang sulit.

3. Cepat menyerah apabila gagal.

Menurut Bandura (dalam feist & Feist, 2010) efikasi diri yang tinggi

dan rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak

responsif untuk menghasilkan empat variabel prediktif. Ketika efikasi diri

tinggi dan lingkungan responsif, hasilnya kemungkinan besar akan

tercapai. Saat efikasi rendah berkombinasi dengan lingkungan yang

responsif, individu mungkin akan merasa depresi karena mengobservasi

bahwa orang lain dapat berhasil melakukan suatu tugas yang terlalu

sulit untuknya. Saat seseorang dengan efikasi diri yang tinggi menemui

situasi yang tidak responsif, biasanya akan meningkatkan usahanya

untuk mengubah lingkungan. Saat efikasi diri yang rendah

dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak responsif, orang akan

merasa apatis, segan, dan tidak berdaya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang

memiliki efikasi diri yang tinggi akan percaya dengan kemampuannya

dan akan berhasil mencapai tujuan, sedangkan orang yang memiliki


16

efikasi diri yang rendah akan merasa tidak percaya diri dan cenderung

gagal mencapai tujuan.

3. Dimensi Efikasi Diri

Bandura (1998) menyatakan bahwa efikasi diri terdiri dari tiga

dimensi, yaitu:

1. Level

Level merupakan kemampuan individu dalam menyelesaikan

tugas yang tingkat kesulitannya berbeda. Tingkat kesulitan yang

harus diselesaikan terdiri dari tuntutan mudah, sedang sampai

tuntutan yang sulit. Efikasi diri dapat ditunjukkan dengan tingkatan

yang dibebankan pada individu yang nantinya terdapat tantangan

dengan tingkatan yang berbeda dalam rangka menuju keberhasilan.

Seorang akan mencoba tingkah laku yang dirasa di luar batas

kemampuan yang dirasakannya. Kemampuan dapat dilihat dalam

bentuk kecerdasan, usaha, ketepatan, produktivitas dan cara yang

digunakan dalam mengatasi tantangan.

2. Generality

Dimensi generalisasi merupakan dimensi yang berkaitan

dengan luas bidang tugas yang dilakukan. Individu dapat merasa

yakin pada kemampuannya, apakah terbatas pada suatu aktivitas

dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi

yang bervariasi. Dengan kata lain seseorang yang memiliki

keyakinan diri yang tinggi cenderung dapat menguasai beberapa

bidang, sebaliknya orang yang memiliki keyakinan diri yang rendah


17

hanya menguasai sedikit bidang dalam hal mengerjakan tugas-

tugasnya.

3. Strenght

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan kemampuan

terhadap dimensi yang lainnya terkain dengan kekuatan atau

kemantapan individu terhadap keyakinan. Individu dengan

keyakinan diri rendah akan mudah dipengaruhi oleh pengalaman-

pengalaman yang tidak mengenakan seperti penolakan tugas,

sebaliknya individu yang memiliki keyakinan diri tinggi akan lebih

berusaha dan tekun dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Semakin

kuat rasa ingin berhasil maka semakin besar ketekunan dalam

menghadapi suatu keberhasilan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

adanya tiga dimensi efikasi diri yaitu level (tingkat kesulitan), generality

(tingkat generalisai), dan strenght (tingkat kekuatan).

4. Faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri

Bandura (dalam Alwisol, 2009) menyatakan bahwa ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri yaitu:

a. Performance Accomplishment (pengalaman performansi)

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai

pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber performansi masa lalu

menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya.

Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi,

sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai


18

keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda,

tergantung proses pencapaiannya:

1. Semakin sulit tugasnnya, keberhasilan akan membuat efikasi

semakin tinggi.

2. Kerja sendiri, akan meningkatkan efikasi dibanding kerja

kemompok dan dibantu orang lain.

3. Kegagalan menurunkan efikasi, jika orang sudah berusaha

sebaik mungkin.

4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya dapat

tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang

kuat, dampaknya tidak seburuk jika kegagalan itu terjadi pada

orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.

6. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi

efikasi.

b. Vicarious Experience (pengalaman vikarius)

Pengalaman vikarius akan meningkatkan efikasi ketika

mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan

menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama

dengan dirinya ternyata gagal. Jika figur yang diamati berbeda

dengan dirinya, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika

mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi

orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan

figur yang menjadi contoh tersebut dalam jangka waktu yang lama.
19

c. Social Persuation (persuasi sosial)

Efikasi diri dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui

persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada

kondisi yang tepat presuasi dari orang lain dapat mempengaruhi

efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi

persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuuasukan.

d. Emotional (keadaan emosi)

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan

berpengaruh pada efikasi diri dibidang kegiatan itu. Emosi yang

kuat, takut, cemas, stres, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa

juga terjadi, peningkatan emosi dalam batas yang tidak berlebihan

dapat meningkatkan efikasi diri. Perubahan tingkah laku akan terjadi

kalau sumber ekspektasi efikasinya berubah. Pengubahan efikasi

diri banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi

tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

memengaruhi efikasi diri ada empat yaitu performance accomplishment

(pengalaman performansi), vicarious experiene (pengalaman vikarius),

persuasi sosial (social persuation), dan keadaan emosi (emotional).

C. Hubungan antara Efikasi Diri dengan Stres Akademik

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri

adalah seseorang yang yakin akan kemampuannya untuk mencapai tujuan.

Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan dapat menyelesaikan

tugas dengan baik sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang
20

rendah akan kesulitan menyelesaikan tugas hal tersebut dapat menimbulkan

terjadinya stres akademik pada individu.

Uraian diatas dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti pada penelitian

Utami (2015) mengenai hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik

pada siswa MAN 3 Yogyakarta yang menunjukkan bahwa siswa MAN 3

berpotensi mengalami stres akademik, karena terdapat pemadatan waktu

pembelajaran dan memiliki jumlah mata pelajaran yang banyak. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara

efikasi diri dengan stres akademik pada siswa kelas XI di MAN 3

Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,495 dan p =

0.000 (p <0.05). Sumbangan efektif dari efikasi diriterhadap stres

akademiksebesar 24,5%, dengan demikian sumbangan sebesar 75,5%

berasal dari faktor lain.

Penelitian Noviari (2013) mengenai identifikasi faktor penyebab stres

akademik pada siswa di SMAN 8 Yogyakartayang membahas fakor

penyebab stres akademik khususnya aspek keyakinan diri, yaitu keyakinan

terhadap dirinya sendiri atas kemampuan yang dimiliki untuk bisa

menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor penyebab stres akademik pada siswa di SMAN 8 Yogyakarta

yaitu faktor terbesar sekitar 84% dipengaruhi oleh keyakinan diri.

Penelitian Handayani dan Nurwidawati (2013) mengenai hubungan

self-efficacy dengan prestasi belajar siswa akselerasi, penelitian ini

membuktikan bahwa siswa akselerasi dengan self efficacy yang mereka

miliki maka mereka yakin menyelesaikan dengan taraf kesulitan tugas serta

yakin atas usaha mereka pada berbagai situasi. siswa akselerasi dengan
21

self-efficacy yang tinggi maka mereka yakin dapat meningkatkan prestasi

belajar yang diinginkan dengan teman sebaya yang memiliki kecerdasan

yang sama.

Penelitian Wulandari & Rachmawati (2014) mengenai tentang efikasi

diri dan stres akademik pada siswa sekolah menengah atas program

akselerasi, hasil analisis menggunakan teknik korelasi product moment

person menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan

stres akademik pada siswa SMA yang mengikuti program akselerasi, artinya

efikasi diri tinggi yang dimiliki siswa berkorelasi dengan stres akademik yang

rendah, analisis koefisien determinasi menunjukkan sumbangan efikasi diri

sebesar 59% terhadap stres akademik pada siswa.

D. Kerangka Pikir

SMA Negeri 17 Makassar merupakan salah satu sekolah unggulan di

kota makassar. Sekolah Menengah Atas merupakan pendidikan yang

mempersiapkan siswa untuk mengembangkan nilai-nilai, pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau

untuk masyarakat. Namun melihat fenomena pada saat ini, siswa mengalami

tuntutan tugas yang berlebih seperti banyaknya tugas, banyaknya mata

pelajaran, sering ujian dadakan, memiliki waktu pembelajaran yang padat

dan harus menjaga nama baik sekolah sebagai SMA unggulan.

Fenomena tersebut berkaitan dengan efikasi diri dan stres akademik.

Efikasi diri yaitu keyakinan diri seseorang akan sesuatu hal yang akan

dicapainya. Seseorang yang memliki efikasi diri tinggi akan merasa percaya

diri dengan kemampuannya untuk mencapai tujuannya, sedangkan


22

seseorang yang memiliki efikasi diri rendah tidak percaya akan

kemampuannya dalam mencapai tujuan. Berdasarkan kerangka pikir

dibawah dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri tinggi

maka stres akademik rendah sedangkan siswa yang memiliki efikasi diri

rendah maka stres akademik tinggi.

Fenomena:
SISWA SMA
NEGERI 17 - Banyaknya tugas
MAKASSAR mengalami - Banyaknya materi
pembelajaran
- Sering ujian dadakan
- Memiliki waktu
pembelajaran yang
padat
- Tidak mampu
mengerjakan tugas

berkaitan dengan

Efikasi Diri: Stres Akademik:

Tinggi Rendah

Rendah Tinggi

Keterangan:
: Subjek penelitian

: Hubungan variabel

: Hubungan tingkatan antar variabel


23

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

ada hubungan antara Efikasi Diri dengan Stres Akademik pada siswa SMA

Negeri 17 Makassar.
24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau

satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono,

2014). Menurut Sugiyono (2014) terdapat dua variabel dalam penelitian,

yaitu:

Adapun desain hubungan antara variabel, yaitu:

Efikasi Diri Stres Akademik

B. Definisi Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual

a. Stres Akademik

Desmita (2010) mengemukakan stres akademik aladah kondisi stres

atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya

tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya

ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa.

24
25

b. Efikasi Diri

Bandura (1998) mengemukakan bahwa efikasi diri yang dirasakan

mengacu pada seseorang untuk melakukan atau mengatur dan

melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan

pencapaian yang diinginkan.

2. Definisi Operasional

a. Stres Akademik

Stres akademik adalah respon siswa terhadap tuntutan sekolah dan

dunia pendidikan yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya

ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat

memengaruhi prestasi belajar.

b. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya

sendiri dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Individu yang

memiliki efikasi diri akan mampu percaya dapat melakukan sesuatu,

memiliki potensi untuk mengubah kejadian-kejadian di

lingkungannya, lebih suka bertindak, dan lebih dekat pada

kesuksesan.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


26

kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Dari uraian tersebut populasi dalam

penelitian ini berjumlah 1068siswa di SMA Negeri 17 Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi (Sugiyono, 2014). Dari

uraian tersebut sampel dalam penelitian ini berjumlah 265siswa

berdasarkan tabel Kretjie dengan taraf kesalahan 5%, kriteria sampel

yaitu: (1) siswa yang masih aktif sekolah, (2) siswa kelas dua, (3) usia

15-17 tahun, (4) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel

untuk menentukan sampel dalam penelitian. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik

penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportionate

stratifedrandom samplingteknik ini digunakan bila populasi mempunyai

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional

(Sugiyono, 2014).
27

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Pembuatan alat ukur dalam

penelitian ini adalah skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri dan

stres akademik yang disusun langsung oleh peneliti.

1. Skala stres akademik

Skala stres akademik disusun berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Desmita (2010) yang memiliki empat dimensi stres

akademik yaitu physical demands (tuntutan fisik), taks demands

(tuntutan tugas), role demands (tuntutan peran), dan interpersonal

demands (tuntutan interpersonal). Skala stres akademik ini bertujuan

untuk mengetahui siswa yang mengalami stres akademik.

Item-item pada skala efikasi diri menggunakan empat kategori

pilihan jawaba. Pada pernyataan favorebel jawaban Sangat Sesuai (SS)

di berikan nilai 4, Sesuai (S) di berikan nilai 3, Tidak Sesuai (TS) di

berikan nilai 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 1. Sebaliknya

pada pernyataan unfavorabel jawaban Sangat Sesuai (SS) di berikan

nilai 1, Sesuai (S) di berikan niali 2, Tidak Sesuai (TS) di berikan nilai 3,

Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 1, adapun blue print stres

akademik dapat dilihat pada tabel berikut:


28

Tabel 3.1Blue Print Stres Akademik

Dimensi/ Nomor Soal Jumlah


Indikator
Aspek Favorabel Unfavorabel Soal

Suasana
Physical 1, 15, 29 8, 22, 36 6
sekolah
demands
(tuntutan
fisik) Fasilitas
2, 16, 30 9, 23, 37 6
sekolah

Banyaknya
Task 3, 17, 31 10, 24, 38 6
tugas
demands
(tuntutan
Waktu
tugas)
pengumpulan 4, 18, 32 11, 25, 39 6
tugas
Rore
Peran siswa
demands
dalam 5, 19, 33 12, 26, 40 6
(tuntutan
organisasi
peran)

Komunikasi
6, 20, 34 13, 27, 41 6
Interpersonal antar siswa
demands
(tuntutan
interpersonal) Komunikasi
7, 21, 35 14, 28, 42 6
antar guru

Jumlah Aitem 21 21 42

2. Skala efikasi diri

Skala efikasi diri disusun berdasarkan teori yang dikemukakan

oleh Bandura (1998) yang memiliki tiga dimensi efikasi diri yaitu level

(tin1gkat kesulitan), generality (tingkat generalisai), dan strenght (tingkat

kekuatan). Skala efikasi diri ini bertujuan untuk mengetahui tinggi

rendahnya efikasi yang dimiliki oleh siswa.


29

Item-item pada skala efikasi diri menggunakan empat kategori

pilihan jawaba. Pada pernyataan favorebel jawaban Sangat Sesuai (SS)

di berikan nilai 4, Sesuai (S) di berikan nilai 3, Tidak Sesuai (TS) di

berikan nilai 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 1. Sebaliknya

pada pernyataan unfavorabel jawaban Sangat Sesuai (SS) di berikan

nilai 1, Sesuai (S) di berikan niali 2, Tidak Sesuai (TS) di berikan nilai 3,

Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 1, adapun blue print efikasi

diri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2Blue Print Efikasi Diri

Dimensi/ Nomor Soal Jumlah


Indikator
Aspek Favorabel Unfavorabel Soal

Tugas yang
1, 13, 25 7, 19, 31 6
sulit
Level
(tingkat
kesulitan)
Tugas yang
2, 14, 26 8, 20, 32 6
mudah

Ketekunan
menyelesaikan 3, 15, 27 9, 21, 33 6
Generality
tugas
(tingkat
Kemampuan
generalisasi)
menyelesaikan 4, 16, 28 10, 22, 34 6
tugas

Strategi 5, 17, 29 11, 23, 35 6


Strenght
(tingkat
kekuatan) Pencapaian
6, 18, 30 12, 24, 36 6
hasil

Jumlah Aitem 18 18 36
30

E. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi

pengukurannya. Pengukuran dikatakan validitas yang tinggi apabila

menghasilkan data yang akurat memberikan gambaran mengenai

variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran

tersebut. Akurat dalam hal ini berarti tepat dan cermat sehingga apabila

tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran

maka dikatakan sebagai pengukuran yang memiliki validitas rendah

(Azwar, 2012).

Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi dianalisis dengan

menggunakan CVR, sedangkan validitas kontrak dianalisis dengan

mengunakan program Lisrel 8.70. Validitas konstrak pada penelitian ini

dianalisis menggunakan bantuan program Lisrel Lisrel 8.70dengan

ketentuan apabila aitem dikatakan valid jika T-Value > 1,96 danfactor

loading bernilai “positif”.

Berdasarkan uji validitas pada skala stres akademik terdiri dari 42

aitem terdapat 8 aitem yang gugur dan 34 aitem yang tidak gugur.

Adapun aitem yang gugur pada skala stres akademik yaitu aitem nomor

1, 2, 8, 13, 20, 25, 27 dan 30. Sedangkan uji validitas pada skala efikasi

diri terdiri dari 36 aitem terdapat 5 aitem yang gugur dan 31 aitem yang

tidak gugur. Adapun aitem yang gugur pada skala efikasi diri yaitu aitem
31

nomor 9, 10, 12, 23 dan 32. Berikut adalah aitem-aitem yang valid dalam

skala stres akademik dan skala efikasi diri:

Tabel 3.3 Aitem-aitem Valid Skala Stres Akademik

Dimensi/
Indikator Aitem Jumlah
Aspek

Suasana
Physical 15, 22, 29, 36 4
sekolah
demands
(tuntutan
fisik) Fasilitas
9, 16, 23, 37 4
sekolah

Banyaknya
Task 3, 10, 17, 24, 31, 38 6
tugas
demands
(tuntutan
Waktu
tugas)
pengumpulan 4, 11, 18, 32, 39 5
tugas
Rore
Peran siswa
demands
dalam 5, 12, 19, 26, 33, 40 6
(tuntutan
organisasi
peran)

Komunikasi
6, 34, 41 3
Interpersonal antar siswa
demands
(tuntutan
interpersonal) Komunikasi
7, 14, 21, 28, 35, 42 6
antar guru

Jumlah Aitem 34
32

Tabel 3.4 Aitem-aitem Valid Skala Efikasi Diri

Dimensi/ Jumlah
Indikator Aitem
Aspek Soal

Tugas yang
1, 7, 13, 19, 25, 31 6
sulit
Level
(tingkat
kesulitan)
Tugas yang
2, 8, 14, 20, 26 5
mudah

Ketekunan
menyelesaika 3, 15, 21, 27, 33 5
Generality
n tugas
(tingkat
Kemampuan
generalisasi)
menyelesaika 4, 16, 22, 28, 34 5
n tugas

Strategi 5, 11, 17, 29, 35 5


Strenght
(tingkat
kekuatan) Pencapaian
6, 18, 24, 30, 36 5
hasil

Jumlah Aitem 31

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang mampu menghasilkan

data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran

yang reliabel (reliable). Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya

hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama

aspek diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2012).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach

dengan bantuan program JASP 09.01.Koefisien reliabilitas berada dalam

rentang angka 0 sampai dengan 1,00 dalam hal ini dapat diartikan
33

bahwa semakin tinggi koefisisen reliabilitasnya mendekati 1,00 maka

semakin tinggi realibilitasnya. Sebaliknya jika koefisiennya reabilitas

mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya. Reliabilitas ini

bertujuan untuk mengetahui derajat skor yang diperoleh oleh subjek

penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama dalam waktu dan

kondisi yang berbeda (Azwar, 2016). Adapun standar nilai tingkat

reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5 Nilai Tingkat Reliabilitas Cronbach Alpha (ɑ)

Nilai Cronbach Alpha (A) Kategori


0.00 – 0.20 Sangat Rendah
0.21 – 0.40 Agak Rendah
0.41 – 0.60 Cukup Tinggi
0.61 – 0.80 Tinggi
0.81 – 1.00 Sangat Tinggi

Hasil yang diperoleh dari pengolahan reliabilitas pada JASP 09.01

dapat diihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha (ɑ)

Jumlah
Skala Cronbach’s Alpha (ɑ)
Responden
Stres Akademik 0.713 265
Efikasi Diri 0.867 265

Berdasarkan hasil uji reliabilitas skala stres akademik dengan

jumlah aitem sebanyak 34, diperoleh koefisien alpha sebesar 0,713. Hal

ini menunjukkan bahwa skala stres akademik memiliki reliabilitas yang

tinggi. Sedangkan skala efikasi diri dengan jumlah aitem sebanyak 31

memperoleh koefisien alpha sebesar 0,867. Sehingga menunjukkan

reliabilitas yang sangat tinggi.


34

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data yang

menngelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perihungan untuk menguji hipotesis yang

telah diajukan (Sugiyono, 2014).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat ( )

dilakukan dengan cara membandingkan kurve normal yang terbentuk

dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurve normal (A). Bila B tidak

berbeda secara signifikan dengan A, maka B merupakan data yang

berdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan

dengan aplikasi program JASP 09.01 (Jeffrey’s Amazing Statistic

Program) yang menggunakan metode deskriptif rasio skewness dan

rasio kurtosis Sugiyono (2013). Jika hasil analisis memiliki nilai signifikan

> 0.05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Sebaliknya jika hasil

analisis memiliki nilai signifikan < 0.05 maka data dinyatakan tidak

berdistribusi normal.

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Skewness SEskewness Kurtosis SEkurtosis


Stres Akademik 0,07143 0,1496 -0,2420 0,2982
Efikasi Diri -0,09275 0,1496 -0,3313 0,2982
35

Berikut cara mengetahui data berdistribusi normal atau tidak,

maka cara yang dilakukan adalah dengan cara menguji nilai statistik

skewness dibagi dengan standar error skewness dan nilai statistik

kurtosis dibagi dengan standar error kurtosis. Hasil dapat disebut normal

jika skor skewness dan kurtosis berada diantara -2 dan 2 (Sampson,

2018). Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut:

-0 -0
Zskewness = Zkurtosis =
.s ewness . urtosis

Berdasarkan pada tabel hasil uji normalitas diatas, maka variabel

stres akademik adalah skweness /std. error skewness = 0,07143/0,1496

= 0,477 dan nilai kurtosis/std. error kurtosis = -0,2420/0,2982 = -0,811.

Sedangkan variabel efikasi diri adalah skweness /std. error skewness =

-0,09275/0,1496 = -0,619 dan nilai kurtosis/std. error kurtosis = -

0,3313/0,2982 = -1,110. Hasil dari variabel stres akademik adalah

Zskewness= 0,477 (0,477 < 2) dan Zkurtosis= -0,811 (-0,811 < 2) maka

dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil dari variabel efikasi diri

adalah Zskewness= -0,619 (-0,619 < 2) dan Zkurtosis= -1,110 (-1,110 <

2) maka dinyatakan data berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah suatu keadaan hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen bersifat linier. Uji linearitas

digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak dan apakah fungsi yang digunakan dalam studi

empiris berbentuk linear kuadrat atau kubik. Uji linearitas menggunakan

bantuan program SPSS 20.0 for windows (Sugiyono, 2014). Jika hasil

analisis memiliki nilai signifikan > 0.05 maka data dinyatakan linear.
36

Sebaliknya jika hasil analisis memiliki nilai signifikan < 0.05 maka data

dinyatakan tidak linear.

Tabel 3.8 Uji Linearitas

Variabel Nilai Signifikan

Stres Akademik dengan Efikasi Diri 0,010

Berdasarkan hasil uji linearitas antara variabel stres akademik

dengan efikasi diri diperoleh nilai signifikan sebesar 0,010.

3. Uji Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi

product moment dengan bantuan program JASP 09.01. Korelasi product

moment yaitu digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk

interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut

adalah sama (Sugiyono, 2014).

Jika hasil analisis memiliki nilai signifikan > 0.05 maka data Ho

diterima sebaliknya jika hasil analisis memiliki nilai signifikan < 0.05

maka data Ho ditolak. Sedangkan jika hasil analisis memilikinilai

signifikan > 0.05 maka data Ha diterima sebaliknya jika hasil analisis

memiliki nilai signifikan < 0.05 maka Ha ditolak. Adapun hipotesis yang

dibuktikan dalam penelitian ini yaitu:

Ho : Tidak ada hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar.

Ha : Ada hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar.


37

Adapun penentu pengujian pada hipotesis dapat dilihat dibawah ini:

Bila r hitung (r pearson) > r tabel : maka Ha diterima

Bila r hitung (r pearson) < r tabel : maka Ho ditolak

Pada pengujian hipotesis nilai koefesien korelasi yang telah

ditemukan perlu ditafsirkan besar atau kecilnya, hal tersebut dapat

diketahui melalui pedoman pada ketentuan yang tertera sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012) antara lain:

Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan


0.0 – 0.19 Sangat Rendah
0.20 -0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.00 Sangat Kuat

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan adanya persetujuan dari pembimbing I

dan Pembimbing II. Setelah pembimping memberi izin unuk melaksanakan

penelitian, peneliti membuat surat izin penelitian dari pihak Fakultas

Psikologi lalu di bawa ke kantor bidang penyelenggaraan pelayangan

perizinan, dan mendapat surat pengantar untuk ditujukan ke dinas

pendidikan, setelah mendapat surat dari dinas pendidikan peneliti langsung

membawa surat izin penelitian ke sekolah SMA Negeri 17 Makassar untuk

meminta izin peneliti akan meneliti di sekolah tersebut. Setelah surat izin

disetujui oleh kepala sekolah SMA Negeri 17 Makassar, peneliti langsung

menyebarkan skala kepada siswa.


38

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 17 Makassar pada

tanggal 1 maret 2019. Penelitian dilakukan dengan memberikan skala efikasi

diri dan stres akademik kepada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Peneliti

meminta responden mengisi skala dengan benar dan jujur.


39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Demografi

Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa deskripsi data bertujuan

untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan di lapangan dengan

menggunakan analisis deskriptif tanpa adanya maksud untuk membuat

kesimpulan yang berlaku secara generalisasi. Adapun gambaran

demografi pada penelitian ini pada terdapat beberapa karakteristik

seperti gambaran jenis kelamin dan usia.

a. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Jenis Kelamin


FREKUENSI JENIS KELAMIN RESPONDEN
(N=265)
LAKI-LAKI (86 ORANG) PEREMPUAN (179 ORANG)

32%

68%

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 17

Makassar yang berjumlah 265 siswa. Adapun subjek yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 86 siswa (32%) dan subjek yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 179 siswa (68%).

38
40

b. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia

Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Usia


FREKUENSI USIA RESPONDEN
(N=265)
15 TAHUN (13 ORANG) 16 TAHUN (175 ORANG) 17 TAHUN (77 ORANG)

5%

29%

66%

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 17

Makassar yang berjumlah 265 siswa. Adapun subjek yang berusia

15 tahun sebanyak 13 siswa(5%), subjek yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 siswa (66%) dan subjek yang berusia 17 tahun

sebanyak 77 siswa(29%).

c. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Suku

Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Suku


FREKUENSI SUKU RESPONDEN
(N=265)
BUGIS (143 ORANG) MAKASSAR (74 ORANG)
TORAJA (10 ORANG) JAWA (18 ORANG)
DLL (20 ORANG)

7%
4% 7%

54%
28%
41

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 17

Makassar yang berjumlah 265 siswa. Adapun subjek yang bersuku

Bugis sebanyak 143 siswa(54%), Makassar sebanyak 74

siswa(28%), Toraja sebanyak 10 siswa(4%), Jawa sebanyak 18

(7%) siswadan lain-lain sebanyak 20 siswa (7%).

2. Deskripsi Data Penelitian

a. Distribusi Frekuensi Skor Stres Akademik Berdasarkan Kategori

Pada penelitian stres akademik ini menggunakan 42 item

pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan rentangan

skor 1 sampai dengan 4. Deskripsi data yang disajikan meliputi skor

minimal, skor maksimal, mean dan standar deviasi.Hasil analisis

deskriptif menggunakan aplikasi JASP 09.01 pada variabel stres

akademik yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Empirik Stres Akademik


SCORE
JUMLAH STANDAR
MEAN MAXIMUM MINIMUM
SAMPEL DEVIASI

265 14,24 18,47 9,81 1,67

Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel stres akademik

dengan jumlah sampel sebanyak 265 orang, diperoleh nilai mean

sebesar 14,24, skor maksimum sebesar 18,47, skor minimum

sebesar 9,81, dan standar deviasi sebesar 1,67. Selanjutnya dari

deskripsi di atas akan digunakan untuk di jadikan standar untuk

menentukan kategorisasi skor yang dibagi dalam 5 kategori yaitu


42

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah Dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Kategorisasi Stres Akademik

Batas Kategori Interval Keterangan


̅ 1,5 σ X > 16,76 Sangat Tinggi
̅ ̅ 15,08 < X ≤ 16,76 Tinggi

̅ ̅ 13,41< X ≤ 15,08 Sedang

̅ ̅ 11,73< X ≤ 13,41 Rendah

̅ X ≤ 11,73 Sangat Rendah

̅ = nilai rata-rata X= skor total


Ket : σ = tandar Deviasi
responden
Berdasarkan kategorisasi variabel stres akademik pada siswa

SMA Negeri 17 Makassar,rata-rata berada dalam kategori sedang.

Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai mean sebesar 14,24 hal

tersebut dapat di lihat secara rinci dari 265 siswa, terdapat 21 siswa

(8%) berada dalam kategori sangat tinggi, 60 siswa (23%) berada

dalam kategori tinggi, 99 siswa (37%)berada dalamkategori

sedang,69 siswa (26%) berada dalam kategori rendah, dan 16 siswa

(6%)berada dalam kategori sangat rendah.

Berdasarkan data kategorisasi stres akademik tersebut dapat

disimpulkan bahwa siswa di SMA Negeri 17 Makassar rata-rata

memiliki tingkat stres akademik yang berada dalam kategori sedang.

Sehingga bisa dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri 17 Makassar

masih ada yang memiliki stres akademik tinggi.Frekuensi kategori

stres akademik dapat dilihat pada diagram berikut:


43

Gambar 4.4 Diagram Stres Akademik Berdasarkan


Kategorisasi
FREKUENSI KATEGORISASI STRES AKADEMIK
(N=265)

40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH
Series1 8% 23% 37% 26% 6%

b. Distribusi Frekuensi Skor Efikasi Diri Berdasarkan Kategori

Pada penelitian efikasi diri ini menggunakan 36 item

pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan rentangan

skor 1 sampai dengan 4. Deskripsi data yang disajikan meliputi skor

minimal, skor maksimal, mean dan standar deviasi. Hasil analisis

deskriptif menggunakan aplikasi JASP 09.01 pada variabel efikasi diri

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Empirik Efikasi Diri

JUMLAH SCORE STABDAR


MEAN
SAMPEL MAXIMUM MINIMUM DEVIASI

265 10,58 14,5 6,34 1,64


Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel efikasi diri dengan

jumlah sampel sebanyak 265 orang, diperoleh nilai mean sebesar

10,58, skor maksimum sebesar 14,5, skor minimum sebesar 6,34,

dan standar deviasi sebesar 1,64. Selanjutnya dari deskripsi di atas

akan digunakan untuk di jadikan standar untuk menentukan


44

kategorisasi skor yang dibagi dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi,

tinggi, sedang, rendah, sangat rendah Dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4 Kategorisasi Efikasi Diri

Batas Kategori Interval Keterangan


̅ 1,5 σ X > 13,05 Sangat Tinggi
̅ ̅ 11,40 < X ≤ 13,05 Tinggi

̅ ̅ 9,76< X ≤ 11,40 Sedang

̅ ̅ 8,12< X ≤ 9,76 Rendah

̅ X ≤ 8,12 Sangat Rendah

̅ = nilai rata-rata X= skor total


Ket : σ = tandar Deviasi
responden
Berdasarkan kategorisasi variabel efikasi diri pada siswa SMA

Negeri 17 Makassar,rata-rata berada dalam kategori sedang. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai mean sebesar 10,58 hal tersebut

dapat di lihat secara rinci dari 265 siswa, terdapat 16 siswa

(6%)berada dalam kategori sangat tinggi, 70 siswa (26%) berada

dalam kategori tinggi, 99 siswa (37%)berada dalamkategori

sedang,63 siswa (24%) berada dalam kategori rendah, dan 17 siswa

(6%)berada dalam kategori sangat rendah.

Berdasarkan data kategorisasi efikasi diri tersebut dapat

disimpulkan bahwa siswa di SMA Negeri 17 Makassar rata-rata

memiliki tingkat efikasi diri yang berada dalam kategori sedang.

Sehingga bisa dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri 17 Makassar

masih ada yang memiliki efikasi diri yang rendah.Frekuensi kategori

efikasi diri dapat dilihat pada diagram berikut:


45

Gambar 4.5 Diagram Efikasi Diri Berdasarkan


Kategorisasi

FREKUENSI KATEGORISASI EFIKASI DIRI


(N=265)

40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH
Series1 6% 26% 37% 24% 6%

3. Skor Mean Tiap Variabel

a. Skor Mean Stres Akademik

Gambar 4.6 Diagram Skor Aspek Stres Akademik


SKOR MEAN TIAP ASPEK
35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
TUNTUTAN
TUNTUTAN TUNTUTAN TUNTUTAN
INTERPERSON
FISIK TUGAS PERAN
AL
Series1 30% 28% 23% 19%

Hasil dari gambar 4.6 berdasarkan diagram diatas dapat dilihat

stres akademik pada aspek tuntutan fisik berada diperingkat pertama

dengan nilai presentase sebesar 30%, dan diperingkat kedua disusul

aspek tututan tugas dengan nilai presentase sebesar 28%,


46

sedangkan diperingkat ketiga aspek tuntutan peran sebesar 23%,

dan peringkat terakhir tuntutan interpersonal sebesar 19%.

b. Skor Mean Efikasi Diri

Gambar 4.7 Diagram Skor Aspek Efikasi Diri


SKOR MEAN TIAP ASPEK
60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
LEVEL GENERALITY STRENGHT
Series1 20% 30% 50%

Hasil dari gambar 4.7 berdasarkan diagram diatas dapat dilihat

efikasi diri pada aspek strenght berada diperingkat pertama dengan

nilai presentase sebesar 50%, dan diperingkat kedua disusul

generality dengan nilai presentase sebesar 30%, sedangkan

diperingkat ketiga aspek level sebesar 20%.

4. Deskripsi Stres Akademik Perdimensi Berdasarkan Demografi

Selain gambaran variabel secara umum, diperoleh pula hasil

gambaran stres akademik (academic stress) yang ditinjau dari berbagai

demografi yaitu usia, jenis kelamin dan suku. Kategorisasi yang

digunakan untuk melihat tingkat variabel berdasarkan demografi ini juga

menggunakan kategorisasi yang sama dengan gambar tingkat variabel

secara umum.
47

a. Tuntutan Fisik (Physical Demands)

1) Tuntutan Fisik (Physical Demands) Berdasarkan Jenis

Kelamin

Gambar 4.8 Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan


Jenis Kelamin

TUNTUTAN FISIK
(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 2% 32% 35% 20% 9%
P (179) 1% 36% 32% 23% 7%

Hasil dari dimensi tuntutan fisik berdasarkan jenis kelamin

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (2%) untuk responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dan (1%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang

pada kategori tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil

untuk kategori stres akademik yang tinggi diperoleh presentase

sebesar (34%) untuk responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 29 orang dan (36%) untuk responden yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 64 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (35%) untuk responden yang berjenis


48

kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan (32%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 58 orang. Untuk

kategori stres akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh

presentase (20%) untuk responden yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 17 orang dan (23%) yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 42 orang. Adapun hasil untuk kategori

stres akademik dengan tingkatan sangat rendah, diperoleh

presentase (9%) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8

orang dan (7%) yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13

orang.

2) Tuntutan Fisik (Physical Demands) berdasarkan usia

Gambar 4.9 Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan


Usia
TUNTUTAN FISIK
(N=265)
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 0% 46% 23% 23% 8%
16 Thn (175) 2% 35% 32% 23% 8%
17 Thn (77) 0% 35% 38% 18% 9%

Hasil dari dimensi tuntutan fisik berdasarkan usia pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (0%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (2%) untuk responden


49

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (0%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori stres akademik yang tinggi diperoleh presentase

sebesar (46%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak

13 orang, (35%) untuk responden yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 orang dan (35%) untuk responden yang berusia

17 tahun sebanyak 77 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (23%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (32%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (38%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (23%)

untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang,

(23%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (18%)

untuk responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (8%) yang

berusia15 tahun sebanyak 13 orang, (8%) yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 orang dan (9%) untuk yang berusia 17 tahun

sebanyak 77 orang.
50

3) Tuntutan Fisik (Physical Demands) berdasarkan suku

Gambar 4.10 Diagram Tingkat Tuntutan Fisik Berdasarkan


Suku
TUNTUTAN FISIK
(N=265)
60%

50%

40% PULAU SULAWESI (234


ORANG)
30%
PULAU JAWA (20 ORANG)
20%
LAIN-LAIN (11 ORANG)
10%

0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tuntutan fisik berdasarkan suku pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (3%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (0%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (9%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori stres

akademik yang tinggi diperoleh presentase sebesar (34%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (35%)

untuk responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan

(18%) untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11

orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (34%) untuk responden yang suku pulau


51

sulawesi sebanyak 234 orang, (30%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (55%) untuk responden yang

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (21%)

untuk responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang,

(25%) yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (9%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (9%) yang suku

pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (10%) yang suku pulau

jawa sebanyak 20 orang dan (9%) untuk yang berbersuku lain-

lain sebanyak 11 orang.

b. Tuntutan Tugas (Task Demands)

1) Tuntutan Tugas (Task Demands) berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4.11 Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan


Jenis Kelamin

TUNTUTAN TUGAS
(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 8% 21% 37% 27% 7%
P (179) 6% 26% 35% 27% 6%
52

Hasil dari dimensi tuntutan tugas berdasarkan jenis kelamin

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesar (8%) untuk responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang dan (6%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan 10 orang pada

tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori

stres akademik dengan tingkatan yang tinggi, diperoleh

presentase sebesar (21%) untuk responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 orang dan (26%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 47 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (37%) untuk responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 32 orang dan (35%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 63 orang. Untuk

kategori stres akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh

presentase sebesar (27%) untuk responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 23 orang dan (27%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 48 orang. Untuk

kategori stres akademik dengan tingkatan sangat rendah,

diperoleh presentase sebesar (7%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan (6%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 11

orang.
53

2) Tuntutan Tugas (Task Demands) berdasarkan usia

Gambar 4.12 Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan


Usia
TUNTUTAN TUGAS
(N=265)
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 15% 15% 38% 23% 8%
16 Thn (175) 6% 27% 33% 29% 6%
17 Thn (77) 8% 22% 43% 21% 6%

Hasil dari dimensi tuntutan tugas berdasarkan usia pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (15%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (6%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (8%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori stres akademik yang tinggi diperoleh presentase

sebesar (15%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak

13 orang, (27%) untuk responden yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 orang dan (22%) untuk responden yang berusia

17 tahun sebanyak 77 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (38%) untuk responden yang berusia 15


54

tahun sebanyak 13 orang, (33%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (43%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (23%)

untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang,

(29%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (21%)

untuk responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (8%) yang

berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (6%) yang berusia 16

tahun sebanyak 175 orang dan (6%) untuk yang berusia 17

tahun sebanyak 77 orang.

3) Tuntutan Tugas (Task Demands) berdasarkan suku

Gambar 4.13 Diagram Tingkat Tuntutan Tugas Berdasarkan


Suku
TUNTUTAN TUGAS
(N=265)
50%

40%
PULAU SULAWESI (234
30% ORANG)

20% PULAU JAWA (20 ORANG)

10% LAIN-LAIN (11 ORANG)


0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tuntutan tugas berdasarkan suku pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden


55

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (5%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (0%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori stres

akademik yang tinggi diperoleh presentase sebesar (22%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (30%)

untuk responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan

(27%) untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11

orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (37%) untuk responden yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (30%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (45%) untuk responden yang

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (26%)

untuk responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang,

(25%) yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (18%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (6%) yang suku

pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (10%) yang suku pulau

jawa sebanyak 20 orang dan (9%) untuk yang berbersuku lain-

lain sebanyak 11 orang.


56

c. Tuntutan Peran (Role Demands)

1) Tuntutan Peran (Role Demands) berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4.14 Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan


Jenis Kelamin
TUNTUTAN PERAN
(N=265)
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 6% 26% 43% 21% 5%
P (179) 9% 16% 40% 31% 4%

Hasil dari dimensi tuntutan peran berdasarkan jenis

kelamin pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah

265 siswa. Adapun hasil presentasinya sebesar (6%) untuk

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang dan

(9%) untuk responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 17 orang berada dalam kategori sangat tinggi. Untuk

kategori stres akademik dengan tingkatan yang tinggi, diperoleh

presentase sebesar (26%) untuk responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 22 orang dan (16%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase sebesar (43%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang dan (40%) untuk


57

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 71

orang. Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan rendah,

diperoleh presentase sebesar (21%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang dan (31%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56

orang. Untuk kategori stres akademik pada tingkatan sangat

rendah, diperoleh presentase sebesar (5%) untuk responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan (4%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang.

2) Tuntutan Peran (Role Demands) berdasarkan usia

Gambar 4.15 Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan


Usia
TUNTUTAN PERAN
(N=265)
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 0% 46% 38% 8% 8%
16 Thn (175) 9% 15% 42% 29% 4%
17 Thn (77) 8% 25% 25% 38% 5%

Hasil dari dimensi tuntutan peran berdasarkan usia pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (0%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (9%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (8%) untuk


58

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori stres akademik yang tinggi diperoleh presentase

sebesar (46%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak

13 orang, (15%) untuk responden yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 orang dan (25%) untuk responden yang berusia

17 tahun sebanyak 77 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (38%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (42%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (25%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (8%)

untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang,

(29%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (38%)

untuk responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (8%) yang

berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (4%) yang berusia 16

tahun sebanyak 175 orang dan (5%) untuk yang berusia 17

tahun sebanyak 77 orang.


59

3) Tuntutan Peran (Role Demands) berdasarkan suku

Gambar 4.16 Diagram Tingkat Tuntutan Peran Berdasarkan


Suku
TUNTUTAN PERAN
(N=265)
80%
70%
60%
PULAU SULAWESI (234
50%
ORANG)
40%
PULAU JAWA (20 ORANG)
30%
20% LAIN-LAIN (11 ORANG)
10%
0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tuntutan peran berdasarkan suku pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (10%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (0%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori stres

akademik yang tinggi diperoleh presentase sebesar (18%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (10%)

untuk responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan

(36%) untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11

orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (39%) untuk responden yang suku pulau


60

sulawesi sebanyak 234 orang, (70%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (27%) untuk responden yang

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (30%)

untuk responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang,

(5%) yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (27%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (5%) yang suku

pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (5%) yang suku pulau jawa

sebanyak 20 orang dan (9%) untuk yang berbersuku lain-lain

sebanyak 11 orang.

d. Tuntutan Interpersonal (Interpersonal Demands)

1) Tuntutan Interpersonal (Interpersonal Demands) berdasarkan

jenis kelamin

Gambar 4.17 Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal


Berdasarkan Jenis Kelamin
TUNTUTAN INTERPERSONAL
(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SENDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 5% 30% 35% 23% 7%
P (179) 6% 29% 34% 24% 7%
61

Hasil dari dimensi tuntutan interpersonal berdasarkan jenis

kelamin pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah

265 siswa. Adapun hasil presentasenya sebesaar (5%) untuk

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan

(6%) untuk responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 11 orang pada kategori tingkat stres akademik sangat

tinggi. Adapun hasil untuk kategori stres akademik yang tinggi,

diperoleh presentase sebesar (30%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan (29%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 52

orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase sebesar (35%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan (34%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 60

orang. Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan rendah,

diperoleh presentase sebesar (23%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang dan (24%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 43

orang. Untuk kategori stres akademik pada tingkatan sangat

rendah, diperoleh presentase sebesar (7%) untuk responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan (7%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13

orang.
62

2) Tuntutan Interpersonal (Interpersonal Demands) berdasarkan

Usia

Gambar 4.18 Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal


Berdasarkan Usia

TUNTUTAN INTERPESONAL
(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 8% 23% 31% 38% 0%
16 Thn (175) 7% 27% 31% 27% 7%
17 Thn (77) 6% 27% 38% 22% 6%

Hasil dari dimensi tuntutan interpersonal berdasarkan usia

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (7%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (6%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori stres akademik yang tinggi diperoleh presentase

sebesar (23%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak

13 orang, (27%) untuk responden yang berusia 16 tahun

sebanyak 175 orang dan (27%) untuk responden yang berusia

17 tahun sebanyak 77 orang.


63

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (31%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (31%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (38%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (38%)

untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang,

(27%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (22%)

untuk responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (0%) yang

berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (7%) yang berusia 16

tahun sebanyak 175 orang dan (6%) untuk yang berusia 17

tahun sebanyak 77 orang.

3) Tuntutan Interpersonal (Interpersonal Demands) berdasarkan

Suku

Gambar 4.19 Diagram Tingkat Tuntutan Interpersonal


Berdasarkan Suku
TUNTUTAN INTERPERSONAL
(N=265)
50%
45%
40%
35% PULAU SULAWESI (234
30% ORANG)
25%
PULAU JAWA (20 ORANG)
20%
15%
10% LAIN-LAIN (11 ORANG)
5%
0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH
64

Hasil dari dimensi tuntutan interpersonal berdasarkan suku

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (6%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (10%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (18%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

stres akademik sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori stres

akademik yang tinggi diperoleh presentase sebesar (29%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (25%)

untuk responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan

(9%) untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Untuk kategori stres akademik dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (35%) untuk responden yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (30%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (45%) untuk responden yang

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori stres

akademik dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (21%)

untuk responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang,

(35%) yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (27%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori stres akademik dengan

tingkatan sangat rendah, diperoleh presentase (9%) yang suku

pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (0%) yang suku pulau jawa

sebanyak 20 orang dan (0%) untuk yang berbersuku lain-lain

sebanyak 11 orang.
65

5. Deskripsi Efikasi Diri Perdimensi Berdasarkan Demografi

Selain gambaran variabel secara umum, diperoleh pula hasil

gambaran efikasi diri (self efficacy) yang ditinjau dari berbagai demografi

yaitu usia, jenis kelamin dan suku. Kategorisasi yang digunakan untuk

melihat tingkat variabel berdasarkan demografi ini juga menggunakan

kategorisasi yang sama dengan gambar tingkat variabel secara umum.

a. Tingkat Kesulitan (Level)

1) Tingkat Kesulitan (Level) Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.20 Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Jenis


Kelamin

LEVEL (TINGKAT KESULITAN)


(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SENDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 7% 23% 34% 29% 7%
P (179) 6% 26% 37% 25% 7%

Hasil dari dimensi tingkat kesulitan berdasarkan jenis

kelamin pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah

265 siswa. Adapun hasil presentasenya sebesaar (7%) untuk

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan

(6%) untuk responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 10 orang pada kategori tingkat efikasi diri sangat

tinggi. Adapun hasil untuk kategori efikasi diri yang tinggi,


66

diperoleh presentase sebesar (23%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang dan (26%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 46

orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase sebesar (34%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang dan (37%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 67

orang. Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan rendah,

diperoleh presentase sebesar (29%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang dan (25%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 44

orang. Untuk efikasi diri pada tingkatan sangat rendah, diperoleh

presentase sebesar (7%) untuk responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 6 orang dan (7%) untuk responden yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang.

2) Tingkat Kesulitan (Level) Berdasarkan Usia

Gambar 4.21 Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Usia


LEVEL (TINGKAT KESULITAN)
(N=265)
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 8% 38% 15% 31% 8%
16 Thn (175) 6% 25% 39% 25% 6%
17 Thn (77) 5% 22% 36% 30% 6%
67

Hasil dari dimensi tingkat kesulitan berdasarkan usia pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (6%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (5%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori efikasi diri yang tinggi diperoleh presentase sebesar

(38%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13

orang, (25%) untuk responden yang berusia 16 tahun sebanyak

175 orang dan (22%) untuk responden yang berusia 17 tahun

sebanyak 77 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (15%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (39%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (36%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (31%) untuk

responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (25%)

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (30%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (8%) yang berusia 15 tahun

sebanyak 13 orang, (6%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175

orang dan (6%) untuk yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.


68

3) Tingkat Kesulitan (Level) Berdasarkan Suku

Gambar 4.22 Diagram Tingkat Kesulitan Berdasarkan Suku

LEVEL
(N=265)
60%

50%

40% PULAU SULAWESI (234


ORANG)
30%
PULAU JAWA (20 ORANG)
20%
LAIN-LAIN (11 ORANG)
10%

0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tingkat kesulitan berdasarkan suku pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (6%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (0%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (0%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori efikasi diri

yang tinggi diperoleh presentase sebesar (26%) untuk responden

yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (40%) untuk

responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (55%)

untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (35%) untuk responden yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (35%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (9%) untuk responden yang


69

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (26%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (15%)

yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (27%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (6%) yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (10%) yang suku pulau jawa

sebanyak 20 orang dan (9%) untuk yang berbersuku lain-lain

sebanyak 11 orang.

b. Tingkat Generalisasi (Generality)

1) Tingkat Generalisasi (Generality) Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.23 Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan


Jenis Kelamin
GENERALITY (TINGKAT GENERALISASI)
(N=265)
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 7% 24% 40% 21% 8%
P (179) 7% 24% 41% 21% 7%

Hasil dari dimensi tingkat generalisasi berdasarkan jenis

kelamin pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah


70

265 siswa. Adapun hasil presentasenya sebesaar (7%) untuk

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan

(7%) untuk responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 13 orang pada kategori tingkat efikasi diri sangat

tinggi. Adapun hasil untuk kategori efikasi diri yang tinggi,

diperoleh presentase sebesar (24%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang dan (24%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 43

orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase sebesar (40%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang dan (41%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 74

orang. Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan rendah,

diperoleh presentase sebesar (21%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang dan (21%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 37

orang. Untuk kategori efikasi diri pada tingkatan sangat rendah,

diperoleh presentase sebesar (8%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang dan (7%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12

orang.
71

2) Tingkat Generalisasi (Generality) Berdasarkan Usia

Gambar 4.24 Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan Usia

GENERALITY (TINGKAT GENERALISASI)


(N=265)
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 8% 8% 46% 38% 0%
16 Thn (175) 9% 21% 43% 21% 7%
17 Thn (77) 5% 27% 40% 18% 9%

Hasil dari dimensi tingkat generalisasi berdasarkan usia

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (9%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (5%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada

kategori tingkat efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori efikasi diri yang tinggi diperoleh presentase sebesar

(8%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13

orang, (21%) untuk responden yang berusia 16 tahun sebanyak

175 orang dan (27%) untuk responden yang berusia 17 tahun

sebanyak 77 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (46%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (43%) untuk responden yang berusia


72

16 tahun sebanyak 175 orang dan (40%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (38%) untuk

responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (21%)

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (18%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (0%) yang berusia 15 tahun

sebanyak 13 orang, (7%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175

orang dan (9%) untuk yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

3) Tingkat Generalisasi (Generality) Berdasarkan Suku

Gambar 4.25 Diagram Tingkat Generalisasi Berdasarkan


Suku
GENERALITY
(N=265)
50%
45%
40%
35%
PULAU SULAWESI (234
30% ORANG)
25%
PULAU JAWA (20 ORANG)
20%
15%
LAIN-LAIN (11 ORANG)
10%
5%
0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tingkat generalisasi berdasarkan suku

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (10%) untuk responden


73

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (9%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori efikasi diri

yang tinggi diperoleh presentase sebesar (22%) untuk responden

yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (25%) untuk

responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (18%)

untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (43%) untuk responden yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (35%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (36%) untuk responden yang

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (20%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (20%)

yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (36%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (7%) yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (10%) yang suku pulau jawa

sebanyak 20 orang dan (0%) untuk yang berbersuku lain-lain

sebanyak 11 orang.
74

c. Tingkat Kekuatan (Strenght)

1) Tingkat Kekuatan (Strenght) Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.26 Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Jenis


Kelamin
STRENGHT (TINGKAT KEKUATAN)
(N=265)
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
L (86) 9% 28% 42% 21% 0%
P (179) 4% 32% 32% 26% 5%

Hasil dari dimensi tingkat kekuatan berdasarkan jenis

kelamin pada siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah

265 siswa. Adapun hasil presentasenya sebesaar (9%) untuk

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang dan

(4%) untuk responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 8 orang pada kategori tingkat efikasi diri sangat tinggi.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri yang tinggi, diperoleh

presentase sebesar (28%) untuk responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 24 orang dan (32%) untuk responden

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 58 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase sebesar (42%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang dan (32%) untuk


75

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57

orang. Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan rendah,

diperoleh presentase sebesar (21%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang dan (26%) untuk

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 47

orang. Untuk kategori efikasi diri pada tingkatan sangat rendah,

diperoleh presentase sebesar (0%) untuk responden yang

berjenis kelamin laki-laki dan (5%) untuk responden yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang.

2) Tingkat Kekuatan (Strenght) Berdasarkan Usia

Gambar 4.27 Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Usia


STRENGHT (TINGKAT KEKUATAN)
(N=265)
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
SANGAT SANGAT
TINGGI SEDANG RENDAH
TINGGI RENDAH
15 Thn (13) 8% 31% 38% 15% 8%
16 Thn (175) 3% 29% 38% 24% 6%
17 Thn (77) 5% 27% 35% 23% 9%

Hasil dari dimensi tingkat kekuatan berdasarkan usia pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (8%) untuk responden

yang berusia 15 tahunsebanyak 13 orang, (3%) untuk responden

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang, dan (5%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang pada


76

kategori tingkat efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk

kategori efikasi diri yang tinggi diperoleh presentase sebesar

(31%) untuk responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13

orang, (29%) untuk responden yang berusia 16 tahun sebanyak

175 orang dan (27%) untuk responden yang berusia 17 tahun

sebanyak 77 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (38%) untuk responden yang berusia 15

tahun sebanyak 13 orang, (38%) untuk responden yang berusia

16 tahun sebanyak 175 orang dan (35%) untuk responden yang

berusia 17 tahun sebanyak 77 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (15%) untuk

responden yang berusia 15 tahun sebanyak 13 orang, (24%)

yang berusia 16 tahun sebanyak 175 orang dan (23%) untuk

responden yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (8%) yang berusia 15 tahun

sebanyak 13 orang, (6%) yang berusia 16 tahun sebanyak 175

orang dan (9%) untuk yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang.


77

3) Tingkat Kekuatan (Strenght) Berdasarkan Suku

Gambar 4.28 Diagram Tingkat Kekuatan Berdasarkan Suku


STRENGHT
(N=265)
60%

50%

40% PULAU SULAWESI (234


ORANG)
30%
PULAU JAWA (20 ORANG)
20%
LAIN-LAIN (11 ORANG)
10%

0%
SANGAT TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT
TINGGI RENDAH

Hasil dari dimensi tingkat kekuatan berdasarkan suku pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar yang berjumlah 265 siswa.

Adapun hasil presentasenya sebesaar (3%) untuk responden

suku pulau sulawesisebanyak 234 orang, (5%) untuk responden

suku pulau jawa sebanyak 20 orang, dan (18%) untuk responden

yang suku lain-lain sebanyak 11 orang pada kategori tingkat

efikasi diri sangat tinggi. Adapun hasil untuk kategori efikasi diri

yang tinggi diperoleh presentase sebesar (31%) untuk responden

yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (30%) untuk

responden yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (0%)

untuk responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan sedang,

diperoleh presentase (34%) untuk responden yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (45%) untuk responden yang suku

pulau jawa sebanyak 20 orang dan (55%) untuk responden yang


78

bersuku lain-lain sebanyak 11 orang. Untuk kategori efikasi diri

dengan tingkatan rendah, diperoleh presentase (25%) untuk

responden yang suku pulau sulawesi sebanyak 234 orang, (10%)

yang suku pulau jawa sebanyak 20 orang dan (27%) untuk

responden yang bersuku lain-lain sebanyak 11 orang.

Adapun hasil untuk kategori efikasi diri dengan tingkatan

sangat rendah, diperoleh presentase (6%) yang suku pulau

sulawesi sebanyak 234 orang, (10%) yang suku pulau jawa

sebanyak 20 orang dan (0%) untuk yang berbersuku lain-lain

sebanyak 11 orang.

B. Hasil Uji Hipotesis

Teknik statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah

teknik korelasi Pearson Product Moment. Teknik ini digunakan untuk

mencari dan membuktikan hipotesis dari hubungan efikasi diri dengan stres

akademik pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Analisis data menggunakan

aplikasi JASP 09.01 (Jeffrey’s Amazing Statistic Program). Berikut hipotesis

yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada

siswa SMA Negeri 17 Makassar.

Ho : Tidak ada hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar.

Berikut hasil uji hipotesis yang telah di analisis menggunakan program

JASP 09.01.
79

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis

Variabel R P Keterangan

Stres akademik dengan efikasi


-0,166 0.007 Ada Hubungan
diri

Dari hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai korelasi

sebesar -0,166 dengan arah yang negatif. Dengan arah signifikansi 0,007.

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa korelasi dari

kedua variabel tersebut signifikan, oleh karena itu signifikansi lebih kecil dari

0,05 (0,007< 0,05). Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada

hubungan efikasi diri dengan stres akademik pada siswa SMA Negeri 17

Makasssar ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan yang menyatakan ada

hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada siswa SMA Negeri

17 Makassar di terima.

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa kuat atau lemahnya

hubungan yang terdapat pada dua variabel dapat menentukan besar atau

kecilnya korelasi dua variabel. Berdasarkan hasil analisis data di atas

menunjukkan nilai koefesien korelasi sebesar -0,166 berada pada interval

koefesien (0,0-0,199). Dengan demikian berdasarkan kategori, kekuatan

hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik berada pada kategori

sangat rendah atau lemah. Sesuai dengan pemaparan tabel 3.9 yaitu

interpretasi koefesien korelasi.

Nilai koefesien korelasi adalah r = -0.166 yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan dengan arah negatif antara efikasi diri dengan stres

akademik kerja pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Makna dari hubungan

dengan arah negatif apabila variabel X mengalami peningkatan maka


80

variabel Y akan mengalami penurunan begitupun sebaliknya. Korelasi

tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka akan semakin

rendah stres akademik, dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka

akan semakin tinggi stres akademik.

C. Pembahasan

1. Gambaran Deskriptif Stres Akademik Pada Siswa SMA Negeri 17

Makassar

Berdasarkan hasil analisis deskriptif stres akademik pada siswa

SMA Negeri 17 Makassar terhadap 265 responden yang memiliki kriteria

stres akademik pada kategori sedang adalah 99 siswa (37%), responden

yang memiliki kriteria stres akademik rendah adalah 69 siswa (26%),

responden yang memiliki kriteria stres akademik tinggi adalah 60 siswa

(23%), responden yang memiliki kriteria stres akademik sangat tinggi

adalah 21 siswa (8%), dan responden yang memiliki kriteria stres

akademik sangat rendah adalah 16 siswa (6%). Hasil data tersebut

bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri 17 Makassar cenderung

memiliki stres adademik yang tergolong sedang dalam kategori sedang

dengan presentase (37%).

Hasil data dalam kategori sedang dapat dilihat berdasarkan

dimensi stres akademik yaitu tuntutan fisik dalam menghadapi stres

akademik bagi responden yang berjenis kelamin laki-laki diperoleh

resentase sebesar (35%) sedangkan responden yang berjenis kelamin

perempuan diperoleh presentase sebesar (32%). Tuntutan tugas dalam

menghadapi stres akademik bagi responden yang berjenis kelamin laki-


81

laki diperoleh presentase sebesar (37%) sedangkan responden yang

berjenis kelamin perempuan diperoleh presentase sebesar (35%).

Tuntutan peran dalam menghadapi stres akademik bagi responden yang

berjenis kelamin laki-laki diperoleh presentase sebesar (43%) sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan diperoleh presentase

sebesar (40%). Tuntutan interpersonal dalam menghadapi stres

akademik bagi responden yang berjenis kelamin laki-laki diperoleh

presentase sebesar (35%) sedangkan responden yang berjenis kelamin

perempuan diperoleh presentase sebesar (34%).

Hasil dari kategorisasi pada konformitas yang mayoritas tergolong

sedang dapat diartikan bahwa siswa tersebut memiliki tingkat stres

akademik pada kategori menengah. Hal ini dapat diartikan bahwa

terdapat sebagian siswa di SMA Negeri 17 Makassar memiliki tingkat

stres akademik yang cukup tinggi namun terdapat beberapa siswa yang

dapat menghadapi semua tuntutan disekolahnya. Hal tersebut bermakna

bahwa tingkat stres akademik pada siswa tergantung seberapa mampu

siswa tersebut menghadapi setiap tuntutan yang didapatkan dari

sekolahnya.

Carveth (dalam Nurmaliyah, 2014) mengemukakan stres

akademik merupakan persepsi siswa terhadap banyaknya pengetahuan

yang harus dikuasai dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk

mengembangkannya. Stres akademik adalah stres yang berhubungan

dengan kegiatan belajar siswa disekolah, berupa ketegangan-

ketegangan yang bersumber dari faktor akademik yang dialami siswa.


82

2. Gambaran Deskriptif Efikasi Diri Pada Siswa SMA Negeri 17

Makassar

Berdasarkan hasil analisis deskriptif efikasi diri siswa SMA Negeri

17 Makassarterhadap 265 responden,responden yang memiliki kriteria

efikasi diri sedang adalah 99 siswa (37%), responden yang memiliki

kriteria efikasi diri tinggi adalah 70 siswa (26%), responden yang kriteria

efikasi diri rendah adalah 63 siswa (24%), responden yang memiliki

kriteria efikasi diri sangat tinggi adalah 16 siswa (6%), dan responden

yang kriteria efikasi diri sangat rendah adalah 17 siswa (6%). Hasil data

tersebut bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri 17 Makassar

cenderung memiliki efikasi diri yang tergolong dalam kategori sedang

dengan presentase (37%).

Hasil data dalam kategori sedang dapat dilihat berdasarkan

dimensi efikasi diri yaitu tingkat kesulitan efikasi diri bagi responden yang

berjenis kelamin laki-laki diperoleh resentase sebesar (34%) sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan diperoleh presentase

sebesar (37%). Tingkat generalisasi efikasi diri bagi responden yang

berjenis kelamin laki-laki diperoleh presentase sebesar (40%) sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan diperoleh presentase

sebesar (41%). Tingkat kekuatan efikasi diri bagi responden yang

berjenis kelamin laki-laki diperoleh presentase sebesar (42%) sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan diperoleh presentase

sebesar (32%).

Hasil dari kategorisasi pada efikasi diri berada pada kategori

sedang dapat diartikan bahwa siswa tersebut memiliki tingkat efikasi diri
83

pada kategori mengengah. Hal ini dapat diartikan terdapat sebagian

siswa di SMA Negeri 17 Makassar memiliki tingkat efikasi diri yang cukup

baikn, namun terdapat sebagian siswa yang memiliki efikasi diri yang

kurang baik. Artinya tingkat efikasi diri pada siswa tergantung pada

seberapa yakin individu terhadap kemampuannya sendiri serta dapat

mengatasi setiap keraguan pada kemampuan dalam menyelesaikan

tugas.

Bandura (dalam Geon, 2016) mengemukakan bahwa efikasi diri

berpengaruh bersar terhadap perilaku siswa. Siswa yang memiliki efikasi

diri yang tinggi maka memiliki motivasi yang tinggi pula terhadap sesuatu

tugas. Semakin tinggi keyakinan siswa akan kemampuannya maka rasa

tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang baik.

3. Hubungan Efikasi Diri dengan Stres Akademik pada Siswa SMA

Negeri 17 Makassar

Berdasarkan hasil analisis statistik, korelasi antara efikasi diri

dengan stres akademik pada siswa SMA Negeri 17 Makassar diketahui

bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara efikasi diri

dengan stres akademik dengan hasil (r) -0,166 dengan tingkat signifikan

sebesar 0,007 (p<0,05). Hasil analisis data pada penelitian ini

memperoleh nilai koefesien korelasi negatif (r) yaitu -0.166. Dari data

tersebut diketahui bahwa koefesien korelasi memiliki arah yang negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri siswa maka

semakin rendah stres akademik, dan sebaliknya semakin rendah efikasi

diri siswa maka semakin tinggi stres akademik siswa.Dari hasil yang
84

diperoleh dari uji signifikan dengan demikian model persamaan regresi

memenuhi kriteria. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada siswa SMA

Negeri 17 Makassar.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Noviari (2013) tentang faktor penyebab stres akademik

pada siswa SMAN 8 Yogyakarta menyebutkan bahwa hasil analisis data

menggunakan teknik analisis statistik deskriptif diperoleh faktor stres

akademik yang dominan pada siswa yaitu 84% dipengaruhi oleh

keyakinan diri.

Fakta dilapangan ditemukan bahwa pada efikasi diri yang sedang

terdapat stres akademik yang sedang pula. Hal tersebut menunjukkan

bahwa keyakkinan siswa terhadap kemampuannya dalam menghadapi

beberapa tuntutan sekolah akan berkaitan dengan stres akademik yang

dialami oleh siswa. Bandura (dalam feist & Feist, 2010) mengemukakan

bahwa orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan percaya dengan

kemampuannya dan akan berhasil mencapai tujuan, sedangkan orang

yang memiliki efikasi diri yang rendah akan merasa tidak percaya diri dan

cenderung gagal mencapai tujuan. Saat siswa merasa gagal dengan

pencapaian akademiknya akan membuat siswa tersebut akan

mengalami stres akademik.

Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Utami (2015) mengenai

hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik pada siswa MAN 3

Yogyakarta yang menunjukkan bahwa siswa MAN 3 berpotensi

mengalami stres akademik, karena terdapat pemadatan waktu


85

pembelajaran dan memiliki jumlah mata pelajaran yang banyak. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara

efikasi diri dengan stres akademik pada siswa kelas XI di MAN 3

Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,495 dan

p = 0.000 (p <0.05). Sumbangan efektif dari efikasi diri terhadap stres

akademik sebesar 24,5%, dengan demikian sumbangan sebesar 75,5%

berasal dari faktor lain.

D. Limitasi Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari sejumlah keterbatasan yang dialami

oleh peneliti selama penelitian berlangsung, keterbatasan tersebut antara

lain:

1. Kurangnya hasil penelitian tentang efikasi diri dengan stres

akademik.

2. Kurangnya kontrol terhadap responden sehingga mengakibatkan

pengisian skala memperoleh jawaban yang tidak sesuai yang

dialami oleh responden.


86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri dengan stres akademik

pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Adapun kesimpulan dari hasil analisis

data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, yakni:

Efikasi diri pada siswa di SMA Negeri 17 Makassar menunjukkan

tingkat efikasi diri yang sedang, hal tersebut dapat dilihat melalui penilaian

siswa terhadap dirinya sendiri dalam menyikapi berbagai tugas yang didapat

dari sekolah. Adanya keyakinan yang kuat pada siswa dalam menghadapi

suatu tugas akan berkorelasi dengan efikasi diri yang dia miliki.

Stres akademik pada siswa di SMA Negeri 17 Makassar menunjukkan

tingkat stres akademik yang sedang, hal ini dapat diketahui melalui

kemampuan siswa dalam menghadapi tuntutan di sekolahnya. Ada

beberapa tuntutan seperti siswa dituntut mampu untuk menyesuiakan diri

dengan lingkungan sekolahnya, dituntut untuk mampu menyelesaika n tugas

sekolah, menaati setiap aturan serta dituntut agar bersosialisasi dengan

orang-orang yang ada dilingkungan sekolahnya.

Ada hubungan negatif dan signifikan antara efikasi diri dengan stres

akademik pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Semakin tinggi efikasi diri

siswa maka semakin rendah stres akademik, dan sebaliknya semakin

rendah efikasi diri siswa maka semakin tinggi stres akademik siswa.

86
87

B. Saran

Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru dapat memberikan pelatihan peningkatan efikasi diri untuk

mengurangi terjadinya stres akademik yang dialami siswa yaitu melalui

bimbingan kelompok dengan tema meningkatkan keyakinan terhadap

kemampuan.

2. Bagi Siswa

Diharapkan siswa mampu mempertahankan dan meningkatkan

efikasi diri dengan cara selalu berfikir positif dan yakin terhadap

kemampuan sendiri.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai wacana atau menambah wawasan

untuk dilakukan penelitian selanjutnya serta lebih menggali alasan-

alasan siswa yang mempengaruhi stres akademik selain efikasi diri,

karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya stres

akademik.
88

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., & Safaria, T. (2013). Effect of Self- fficacy on tudents’ Academic
Performance. Journal of Educational, Health and Community
Psychology. Vol. 2. No. 1. Hal: 22-29.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Aryani, F. (2016). Stres Belajar. Sulawesi Tengah: Edukasi Mitra Grafika.

Atikson, R. L., Atikson, R. C., Smith, E. E., & Bem, D. J. (2010). Pengantar
Psikologi: Jilid 2. Tangerang: Interaksara.

Azmy, A. N., Nurihsan, A. J., & Yudha, E. S. (2017). Deskripsi Gejala Stres
Akademik dan Kecenderungan Pilihan Strategi Koping Siswa
Berbakat. Indonesian Journal Of Educational Conseling. Vol. 1. No. 2.
Hal: 197-298.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1998). Self-Efficacy The Exercise Of Control. New York: W.H.


Freeman And Company.

Baron, R. & Byrne, D. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Geon, S. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Determinasi Diri Siswa Kelas
X SMA Charitas. Jurnal Psiko-Edukasi. Vol. 14. No. 2. Hal: 28-38.

Handayani, F. & Nurwidawati, D. (2013). Hubungan Self-Efficacy dengan


Prestasi Belajar Siswa Akselerasi. Caracter. Vol. 1. No. 02. Hal: 1-5.

Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial: Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal: Edisi
Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Nurmaliyah, F. (2014). Menurunkan Stres Akademik Menggunakan Teknik Self-


Instruction. Jurnal Pendidikan Humaniora. Vol. 2. No. 3. Hal: 273-282.

Noviari, N. K. V. (2013). Identifikasi Faktor Penyebab Stres Akademik pada


Siswa di SMAN 8 Yogyakarta. Jurnal Bimbingan Konseling. Vol. 8. No.
2. Hal: 1-10.
89

Papalia, D. E., Sally, W. O. S. W., & Ruth, D. F. (2008). Human Development.


Jakarta: kencana.

Santrock, J. W. (2007). Remaja: Jilid 2 Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:


Alfabeta.

________. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suwartika, I., Nurdin, A., & Ruhmadi, E. (2014). Analisis Faktor yang Berubungan
dengan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D
III Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jurnal
Keperawatan Soedirman. Vol. 9. No. 3. Hal: 173-189.

Utami, S. D. (2015). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Stres Akademik pada
Siswa Kelas XI di MAN 3 Yogyakarta. Jurnal Bimbingan dan
Konseling. Edisi 6.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Yumba, W. (2008). Academic Stress: A Case of the Undergraduate students.


Handledare: Dr Thomas Karlsson.
90

DAFTAR LAMPIRAN
91

Lampiran 1

BLUE PRINT SEBELUM UJI COBA


92

BLUE PRINT SKALA STRES AKADEMIK SEBELUM

Dimensi/ Nomor Soal Jumlah


Indikator
Aspek Favorabel Unfavorabel Soal

Suasana
1, 15, 29 8, 22, 36 6
Physical sekolah
demands
(tuntutan fisik) Fasilitas
2, 16, 30 9, 23, 37 6
sekolah

Banyaknya
3, 17, 31 10, 24, 38 6
tugas
Task demands
(tuntutan
tugas) Waktu
pengumpulan 4, 18, 32 11, 25, 39 6
tugas

Rore demands Peran siswa


(tuntutan dalam 5, 19, 33 12, 26, 40 6
peran) organisasi

Komunikasi
6, 20, 34 13, 27, 41 6
Interpersonal antar siswa
demands
(tuntutan
interpersonal) Komunikasi
7, 21, 35 14, 28, 42 6
antar guru

Jumlah Aitem 21 21 42
93

BLUE PRINT SKALA EFIKASI DIRI SEBELUM UJI COBA

Dimensi/ Nomor Soal Jumlah


Indikator
Aspek Favorabel Unfavorabel Soal

Tugas yang sulit 1, 13, 25 7, 19, 31 6


Level
(tingkat
kesulitan)
Tugas yang
2, 14, 26 8, 20, 32 6
mudah

Ketekunan
menyelesaikan 3, 15, 27 9, 21, 33 6
Generality
tugas
(tingkat
Kemampuan
generalisasi)
menyelesaikan 4, 16, 28 10, 22, 34 6
tugas

Strategi 5, 17, 29 11, 23, 35 6


Strenght
(tingkat
kekuatan) Pencapaian
6, 18, 30 12, 24, 36 6
hasil

Jumlah Aitem 18 18 36
94

Lampiran 2

BLUE PRINT SETELAH UJI COBA


95

BLUE PRINT SKALA STRES AKADEMIK SETELAH UJI COBA

Dimensi/
Indikator Aitem Jumlah
Aspek

Suasana
Physical 15, 22, 29, 36 4
sekolah
demands
(tuntutan
fisik) Fasilitas
9, 16, 23, 37 4
sekolah

Banyaknya
Task 3, 10, 17, 24, 31, 38 6
tugas
demands
(tuntutan
Waktu
tugas)
pengumpulan 4, 11, 18, 32, 39 5
tugas
Rore
Peran siswa
demands
dalam 5, 12, 19, 26, 33, 40 6
(tuntutan
organisasi
peran)

Komunikasi
6, 34, 41 3
Interpersonal antar siswa
demands
(tuntutan
interpersonal) Komunikasi
7, 14, 21, 28, 35, 42 6
antar guru

Jumlah Aitem 34
96

BLUE PRINT SKALA EFIKASI DIRI SETELAH UJI COBA

Dimensi/ Jumlah
Indikator Aitem
Aspek Soal

Tugas yang
1, 7, 13, 19, 25, 31 6
sulit
Level
(tingkat
kesulitan)
Tugas yang
2, 8, 14, 20, 26 5
mudah

Ketekunan
menyelesaika 3, 15, 21, 27, 33 5
Generality
n tugas
(tingkat
Kemampuan
generalisasi)
menyelesaika 4, 16, 22, 28, 34 5
n tugas

Strategi 5, 11, 17, 29, 35 5


Strenght
(tingkat
kekuatan) Pencapaian
6, 18, 24, 30, 36 5
hasil

Jumlah Aitem 31
97

Lampiran 3

SKALA PENELITIAN
98

SKALA

EFIKASI DIRI DAN STRES AKADEMIK

Data Pribadi

Nama/ Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin : L / P (*Lingkari salah satu yang sesuai)

Suku :

Assalamu’alai um Warahmatullahi Wabara atuh/ elamat pagi

Salam hormat,

Saya Cahyani Dwi Agustina, Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi

Universitas Bosowa Makassar. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk

menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi

skala 1 dan skala 2 dalam penelitian ini.

Mohon kiranya anda melengkapi lembar biodata yang tersedia dan

membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian sebelum mengisi skala. Semua

data yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian. Untuk itu,saya berharap agar Anda memeriksa

kembali jawaban-jawaban Anda untuk memastikan tidak ada aitem yang

terlewati.

Semua jawaban yang anda berikan di dalam skala adalah BENAR

selama itu sesuai dengan kondisi Anda sebenarnya. Identitas Anda dan

jawaban yang Anda berikan di dalam skala akan saya jaga kerahasiaannya

dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya .

Wassalamu’alai um Wr.Wb.
99

Petunjuk Pengisian Skala

Anda akan dihadapkan dengan beberapa pernyataan. Tiap pernyataan akan

terdiri dari lima pilihan jawaban, Anda diminta untuk melingkari ( O ) pada salah

satu jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan diri Anda.Tidak ada

jawaban yang benar ataupun salah untuk setiap pernyataan. Seluruh jawaban

adalah benar selama itu menggambarkan diri Anda. Mohon kiranya untuk

memeriksa kembali jawaban-jawaban Anda untuk memastikan tidak ada aitem

yang dilewati.

Keterangan:

SS = Apabila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Anda yang

sebenarnya.

S = Apabila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda yang

sebenarnya.

TS =Apabila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda yang

sebenarnya.

STS = Apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi Anda

yang sebenarnya.

Contoh Pengerjaan:

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

Saya suka membantu orang


1. S TS STS
lain SS
100

SKALA 1

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya siap mengerjakan tugas sulit apapun
yang diberikan. SS S TS STS

2. Saya dapat menyelesaikan tugas yang mudah


dengan santai. SS S TS STS

3. Saya mengerjakan tugas dengan bersungguh-


sungguh. SS S TS STS

4. Saya yakin dapat menyelesaikan tugas dengan


kemampuan yang saya miliki. SS S TS STS

5. Saya berdiskusi dengan teman untuk


mengerjakan tugas yang sulit. SS S TS STS

6. Saya yakin dengan usaha yang maksimal akan


mendapatkan hasil yang baik daripada orang SS S TS STS
lain yang tidak berusaha.
7. Saya menghindar saat mendapat tugas yang
terlalu sulit. SS S TS STS

8. Saya terbebani saat mendapat tugas walaupun


tugas yang mudah. SS S TS STS

9. Tugas yang sulit dapat saya selesaikan


dengan santai. SS S TS STS

10. Saya meminta pendapat orang lain saat


mengerjakan tugas. SS S TS STS

11. Saya menghindari tugas yang sulit dengan


mencari kesibukan lain. SS S TS STS

12. Saya mampu mengerjakan tugas yang sulit


tetapi saya tidak yakin mendapatkan hasil yang SS S TS STS
baik.

13. Saya mampu menyelesaikan tugas yang sulit. SS S TS STS


14. Saya dapat menyelesaikan tugas yang mudah
dengan cepat. SS S TS STS

15. Ketika mendapat tugas yang sulit, saya


mengerjakan dengan serius. SS S TS STS

16. Saya yakin dapat menyelesaikan tugas apapun


dengan baik. SS S TS STS

17. Saya senang mengerjakan tugas yang mudah


terlebih dahulu. SS S TS STS

18. Saya mengerjakan tugas yang sulit dengan


hati-hati untuk mendapat hasil yang SS S TS STS
memuaskan.
101

19. Saya kesulitan saat mendapat tugas yang


berat. SS S TS STS

20. Saya merasa pesimis setiap mendapat tugas


yang mudah. SS S TS STS

21. Saya memiliki kebiasaan menunda-nunda


untuk menyelesaikan tugas. SS S TS STS

22. Saya ragu akan kemampuan yang saya miliki


dalam mengerjakan tugas. SS S TS STS

23. Saya mengerjakan tugas sehari sebelum waktu


pengumpulan. SS S TS STS

24. Nilai saya kurang baik karena saya pesimis


dengan kemampuan diri sendiri. SS S TS STS

25. Bagi saya mendapat beberapa tugas sekaligus


merupakan hal yang menyenangkan. SS S TS STS

26. Saya yakin menyelesaikan tugas yang mudah


dengan benar. SS S TS STS

27. Saya senang mengerjakan tugas dengan giat.


SS S TS STS

28. Saya yakin menyelesaikan tugas dengan hasil


yang baik. SS S TS STS

29. Saya belajar terlebih dahulu sebelum


menghadapi ujian. SS S TS STS

30. Saya senang mendapat nilai bagus karena


hasil pekerjaan sendiri. SS S TS STS

31. Tugas yang sulit adalah beban bagi saya.


SS S TS STS

32. Saya mengerjakan tugas dengan serius. SS S TS STS


33. Saya menunda kerja tugas saat suasana hati
tidak bagus. SS S TS STS

34. Saya kurang yakin mendapat hasil yang bagus


saat mengerjakan tugas. SS S TS STS

35. Saya menyalin tugas teman sebelum waktu


pengumpulan. SS S TS STS

36. Saya senang mendapat nilai bagus walaupun


bukan hasil pekerjaan sendiri. SS S TS STS
102

SKALA 2

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS
Suasana sekolah yang ramai membuat
1. SS S TS STS
konsentrasi saya terganggu dalam belajar.
Kurangnya komputer membuat proses belajar
2. SS S TS STS
mengajar terhambat.

3. Saya merasa terbebani dengan banyaknya tugas SS S TS STS


yang menumpuk.

4. Banyaknya tugas dengan waktu pengumpulan SS S TS STS


yang cepat membuat saya terbebani.
Saya lebih senang belajar dibandingkan
5. SS S TS STS
mengikuti kegiatan organisasi.
Saya menghabiskan waktu sendiri di dalam kelas
6. SS S TS STS
saat jam istirahat.

7. Saya merasa canggung saat berhadapan dengan SS S TS STS


guru.

8. Saya merasa aman saat di sekolah karena ada SS S TS STS


beberapa satpam yang bertugas.

9. Saya nyaman di dalam kelas karena dingin. SS S TS STS

Saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik


10. SS S TS STS
walaupun menupuk.
11. Saya mengumpulkan tugas tepat waktu SS S TS STS
meskipun belum selesai.

12. Saya mengikuti organisasi yang ada di sekolah. SS S TS STS

Waktu istirahat saya habiskan untuk bercerita


13. SS S TS STS
dengan teman.
Saya merasa biasa saja saat berhadapn dengan
14. SS S TS STS
guru.

15. Ruang kelas yang panas membuat proses belajar SS S TS STS


mengajar terganggu.

16. Toilet yang kurang bersih membuat saya tidak SS S TS STS


nyaman.
Saya sulit mengerjakan tugas yang berbeda pada
17. SS S TS STS
hari yang sama.
Mengerjakan tugas dengan cepat membuat saya
18. SS S TS STS
tidak kosentrasi untuk menyelesaikannya.

19. Mengikuti organisasi dapat menurunkan nilai SS S TS STS


mata pelajaran.

20. Saya mengerjakan tugas sendiri di kelas. SS S TS STS


103

21. Saya menghindar saat berpapasan dengan guru. SS S TS STS

Ruang kelas yang panas tidak menghambat


22. SS S TS STS
proses belajar mengajar.
Saya senang membaca buku di perpustakaan
23. meskipun tidak lengkap. Saya senang membaca SS S TS STS
buku di perpustakaan meskipun tidak lengkap.
Saya merasa biasa saja saat mendapat tugas
24. SS S TS STS
yang banyak.

25. Saya mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. SS S TS STS

26. Organisasi membuat saya memiliki banyak


SS S TTS STS
teman.
Saya senang mendiskusikan tugas dengan
27. SS S TS STS
teman.

28. Saya senang saat berbicara dengan guru. SS S TS STS

29. Ruang kelas yang kotor membuat proses belajar SS S TS STS


mengajar terganggu.

30. Saya membuang sampah sembarangan karena SS S TS STS


tidak ada tempat sampah.
Saya merasa terbebani dengan dua tugas pada
31. SS S TS STS
satu mata pelajaran.
Pengumpulan tugas dengan waktu yang singkat
32. SS S TS STS
membuat saya terbebani

33. Mengikuti organisasi dapat menggangu jam SS S TS STS


pulang sekolah.

34. Saya tidak punya banyak teman. SS S TS STS

Guru yang galak membuat saya takut untuk


35. SS S TS STS
bertanya.
Saya teteap konsentrasi dalam belajar walaupun
36. SS S TS STS
suasana sekolah yang ramai.

37. Saya senang makan di kantin sekolah meskipun SS S TS STS


kurang bersih.

38. Saya merasa senang ketika mendapat tugas SS S TS STS


yang banyak.
Saya mengerjakan tugas walaupun waktu
39. SS S TS STS
pengumpulanya telah lewat.
Saya mengikuti organisasi agar lebih dikenal oleh
40. SS S TS STS
guru.

41. Saya memiliki banyak teman di sekolah. SS S TS STS

42. Saya akrab dengan semua guru. SS S TS STS


104

Lampiran 4

TABULASI DATA PENELITIAN


105
106
107
108
109
110
111
112
113

Lampiran 5

UJI VALIDITAS
114

ANALISIS UJI VALIDITAS SKALA STRES AKADEMIK

1. Physical Demands (Tuntutan Fisik)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 1 0,09 0,05 1,74 0,01 TIDAK VALID
2 2 -0,02 0,06 -0,37 -0,2 TIDAK VALID
3 8 -0,01 0,06 -0,21 0,04 TIDAK VALID
4 9 0,15 0,06 2,57 0,14 VALID
5 15 1,02 0,1 10,61 1,03 VALID
6 16 0,56 0,07 8,47 -0,39 VALID
7 22 0,27 0,06 4,71 -0,16 VALID
8 23 0,21 0,06 3,42 0,14 VALID
9 29 0,8 0,09 8,64 0,77 VALID
10 30 -0,26 0,07 -3,95 -0,1 TIDAK VALID
11 36 0,21 0,05 3,84 -0,12 VALID
12 37 0,27 0,07 4,02 0,1 VALID
115

2. Task Demands (Tuntutan Tugas)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 3 0,70 0,06 12,17 -0,26 VALID
2 4 0,87 0,06 15,6 0,73 VALID
3 10 0,66 0,06 10,75 0,35 VALID
4 11 0,44 0,06 6,83 0,09 VALID
5 17 0,59 0,06 9,6 0,23 VALID
6 18 0,36 0,06 5,83 -0,04 VALID
7 24 0,51 0,06 8,51 0,08 VALID
8 25 -0,29 0,06 -4,72 -0,02 TIDAK VALID
9 31 0,61 0,06 10,48 0,09 VALID
10 32 0,65 0,06 11,64 0,07 VALID
11 38 0,49 0,06 8,33 -0,01 VALID
12 39 0,16 0,06 2,54 0,03 VALID
116

3. Role Demands (Tuntutan Peran)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 5 0,79 0,07 10,79 0,54 VALID
2 12 0,60 0,07 9,03 0,13 VALID
3 19 0,60 0,07 8,65 0,3 VALID
4 26 0,43 0,07 6,36 0,01 VALID
5 33 0,43 0,07 6,18 0 VALID
6 40 0,45 0,09 4,84 0,35 VALID
117

4. Iterpersonal Demands (Tuntutan Interpersonal)

FACTOR T- FACTOR
NO AITEM ERROR KETERANGAN
LOADING VALUE SCORES
1 6 0,21 0,07 2,99 0,27 VALID
2 7 0,80 0,06 13,13 0,75 VALID
3 13 -0,05 0,06 -0,81 -0,06 TIDAK VALID
4 14 0,51 0,06 8,5 0 VALID
5 20 -0,34 0,07 -4,79 -0,47 TIDAK VALID
6 21 0,32 0,06 5,29 -0,29 VALID
7 27 0,04 0,07 0,53 0,22 TIDAK VALID
8 28 0,54 0,06 9,32 -0,16 VALID
9 34 0,39 0,06 6,53 0,45 VALID
10 35 0,55 0,06 8,98 0,24 VALID
11 41 0,46 0,06 7,38 -0,63 VALID
12 42 0,70 0,06 11,33 0,64 VALID
118

ANALISIS UJI VALIDITAS SKALA EFIKASI DIRI

1. Level (Tingkat Kesulitan)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 1 0,62 0,06 10,13 -0,02 VALID
2 2 0,21 0,07 2,9 -0,29 VALID
3 7 0,58 0,06 9,56 0,15 VALID
4 8 0,60 0,06 9,75 0,22 VALID
5 13 0,56 0,07 8,11 0,33 VALID
6 14 0,28 0,06 4,28 -0,88 VALID
7 19 0,44 0,06 7,01 0,23 VALID
8 20 0,40 0,06 7,13 -0,18 VALID
9 25 0,26 0,05 4,71 -0,05 VALID
10 26 0,77 0,09 8,75 0,93 VALID
11 31 0,70 0,06 11,45 0,53 VALID
12 32 -0,58 0,06 -9,64 0,03 TIDAK VALID
119

2. Generality (Tingkat Generalisasi)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 3 0,60 0,07 8,7 0,19 VALID
2 4 0,56 0,06 8,73 0,13 VALID
3 9 -0,42 0,07 -6,36 -0,06 TIDAK VALID
4 10 -0,01 0,07 -0,18 -0,04 TIDAK VALID
5 15 0,60 0,06 9,51 0,12 VALID
6 16 0,69 0,06 11,12 0,43 VALID
7 21 0,60 0,06 9,62 0,18 VALID
8 22 0,50 0,06 7,8 0,14 VALID
9 27 0,62 0,06 9,93 0,16 VALID
10 28 0,49 0,07 7,23 -0,16 VALID
11 33 0,19 0,07 2,66 0,01 VALID
12 34 0,36 0,07 5,34 0,05 VALID
120

3. Strenght (Tingkat Kekuatan)

FACTOR FACTOR
NO AITEM ERROR T-VALUE KETERANGAN
LOADING SCORES
1 5 0,34 0,06 5,55 -0,04 VALID
2 6 0,50 0,07 7,44 -0,1 VALID
3 11 0,54 0,09 6,19 0,48 VALID
4 12 0,10 0,07 1,45 0,1 TIDAK VALID
5 17 0,85 0,1 8,48 0,8 VALID
6 18 0,63 0,08 7,45 0,46 VALID
7 23 0,10 0,06 1,8 -0,01 TIDAK VALID
8 24 0,22 0,07 3,09 0,07 VALID
9 29 0,37 0,07 5,65 -0,22 VALID
10 30 0,38 0,06 6,01 0,01 VALID
11 35 0,29 0,07 3,95 0,11 VALID
12 36 0,27 0,07 3,79 0,11 VALID
121

Lampiran 6

UJI RELIABILITAS
122

UJI RELIABILITAS STRES AKADEMIK

Scale Reliability Statistics


Cronbach's α
scale 0.713
Note. Of the observations, 265 were used, 0 were excluded listwise, and 265 were
provided.

UJI RELIABILITAS EFIKASI DIRI

Scale Reliability Statistics


Cronbach's α
scale 0.867
Note. Of the observations, 265 were used, 0 were excluded listwise, and 265 were
provided.
123

Lampiran 7

UJI NORMALITAS
124

UJI NORMALITAS

Descriptive Statistics
EFIKASI DIRI STRES AKADEMIK
Valid 265 265
Missing 0 0
Mean 10.59 14.25
Median 10.45 14.28
Mode 10.36 ᵃ 15.21 ᵃ
Std. Deviation 1.641 1.676
Skewness -0.09275 0.07143
Std. Error of Skewness 0.1496 0.1496
Kurtosis -0.3313 -0.2420
Std. Error of Kurtosis 0.2982 0.2982
Minimum 6.340 9.810
Maximum 14.50 18.47

ᵃ More than one mode exists, only the first is reported


125

Lampiran 8

LINEARITAS
126

ANALISIS UJI LINEARITAS


ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

(Combined) 584,089 180 3,245 1,728 ,003

Linearity 20,381 1 20,381 10,853 ,010


Between Groups Deviation
STRES AKADEMIK *
from 563,709 179 3,149 1,677 ,004
EFIKASI DIRI
Linearity

Within Groups 157,750 84 1,878

Total 741,839 264


127

Lampiran 9

UJI HIPOTESIS
128

UJI HIPOTESIS

Pearson Correlations
EFIKASI DIRI STRES AKADEMIK
Pearson's r —
EFIKASI DIRI
p-value —
Pearson's r -0.166 —
STRES AKADEMIK
p-value 0.007 —
129

Lampiran 10

SURAT IZIN PENELITIAN


130
131
132

Anda mungkin juga menyukai