Anda di halaman 1dari 56

By Maria Adelheid Ensia

PENGERTIAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN.


 Etika berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan.

 Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi.

 Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan


situasi individu yang dilayani.
 Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
 Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada
manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu.
 Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi
kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu
situasi. Contohnya : benarkan dipandang dari segi etis, hak asasi dan
tanggung jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya
penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti
membawa kematian ?

 Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang


(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus,
pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian
yang menggunakan obyek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang
menyakut nilai, hak-hak manusia dan tanggung jawab profesi.

 Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai,


mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang
disusunnya

 Terkadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan


utk mengambil tindakan.
 Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat,
menerima tanggung jawab utk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial
dan spiritual yang memungkinkan utk penyembuhan dan menekankan
pencegahan penyakit serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan.

 Pelayanan kpd umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan.

 Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional


berdasarkan kebutuhan manusia, tidak membedakan kebangsaan, warna
kulit, politik, status sosial dll.

 Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan


manusia juga yaitu perawat.

 Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal


yang benar, hal yang diperlukan dan hal yang menguntungkan pasien dan
kesehatannya. Oleh krn manusia dlm berinteraksi bertingkah laku
berbeda-beda maka diperlukan pedoman utk mengarahkan bagaimana
harus bertindak, bagaimana perilaku manusia dan apakah hal dan
tanggung jawabnya.
 Etika memberi keputusan tentang tindakan yg diharapkan
benar, tepat atau bermoral.
 Etika profesi sbg pedoman menumbuhkan tanggung jawab
atau kewajiban bagi anggota profesi tentang hak-hak yang
diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki
pengetahuan atau ketrampilan khusus yang dipergunakan utk
membuat keputusan yang mempengaruhi org lain.
 Organisai profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan
dasar hukum utk melindungi anggotanya dan keselamatan
klien / pasien, dengan menjamin pelayanan yg diberikan
berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan
tenaga profesional yang berkompeten.
 Perawat hrs membiasakan diri utk menerapkan kode etik
yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan. Perawat jg hrs mengerti undang-undang dan
hukum yang berhubungan dengan kesehatan yang mengatur
praktik keperawatan.
 Perawat harus jg memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya. Etika
profesi keperawatan dikenal sbg pratice dicipline yang perwujudannya
dikenal melalui asuhan / praktik keperawatan.

 Perawat adalah profesi yg sifat pekerjaannya sll berada dlm situasi yg


menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling
mempengaruhi dan dpt memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yg
bersangkutan.

 Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan


masyarakat. Berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat utk
terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yg
diberikan. Utk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan hrs
dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi dan dilandasi pula dengan etika
profesi.

 Etika profesi keperawatan adalah filsafat yg mengarahkan tanggung jawab


moral yg mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.
 Etika profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua
anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.
 Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi
anggota profesi dlm melaksanakan praktik profesinya sesuai
dg standar moral yg diyakini. Disamping itu, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat mengakibatkan ruang lingkup pelayanan
keperawatan semakin kompleks. Utk itu, perawat dituntut
kemampuannya utk dpt mengambil keputusan atas dasar
penalaran saintifik dan etis.
 Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat
berhadapan dengan manusia / klien. Perawat meyakini bahwa
klien mempunyai harga diri, martabat dan otonomi dan
integritas perawat hrs dipertahankan dlm memberi pelayanan
/ asuhan keperawatan.
 Disamping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya
juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya dan adat
istiadat klien.
Tujuan etika keperawatan.
 Etika profesi keperawatan mrpk alat utk mengukur perilaku
moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur
ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sbg standar yg
mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

 Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi


keperawatan dpt meletakkan kerangka berfikir perawat utk
mengambil keputusan dan bertanggung jawab kpd masyarakat,
anggota tim kesehatan yang lain dan kepada profesi (ANA,
1976).

 Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah


menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kpd
perawat, kepercayaan di antara sesama perawat dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
 Sesuai dg tujuan di atas, perawat ditantang utk mengembangkan etika
profesi secara terus menerus agar dpt menampung keinginan dan
masalah baru, dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan
kepada perawat generasi muda, secara terus menerus jg meletakkan
landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi
profesinya. Selain itu pula, agar perawat dpt menjadi wasit utk anggota
profesi yg bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan di
bawah standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat
terhadap profesi keperawatan.

 Menurut American Ethics Commission Bureau on teaching, tujuan


etika profesi keperawatan adalah mampu :
1) Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dlm praktik
keperawatan.
2) Membentuk strategi / cara dan menganalisa masalah moral yg terjd
dlm praktik keperawatan.
3) Menghubungkan prinsif moral / pelajaran yg baik dan dpt
dipertanggungjawabkan pd diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kpd Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
 Menurut Nasional League for nursing (NLN (pusat pendidikan
keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika)), pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
1) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar
profesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi
anggota tim kesehatan tsb.
2) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat
moralitas, keputusan tentang baik atau buruk yg akan
dipertanggungjawabkan kpd Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
3) Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik.
4) Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yg penting utk
dasar praktik keperawatan profesional,diakui bahwa pengembangan
ketrampilan ini melalui dilema etika, artinya konflik yg dialami, yg
memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar
dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan,
kesehatan dan keperawatan.
5) Memberi kesempatan kpd peserta didik menerapkan ilmu dan
prinsif etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
 Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan
keperawatan yg berfungsi :
Meningkatkan kemampuan peserta didik
tentang perbedaan nilai, norma yg timbul
dlm keputusan keperawatan.
 Etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan ttp hrs
ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui :
Pembinaan di pendidikan.
Lingkungan pekerjaan.
Lingkungan profesi.
Kedudukan kode etik dalam profesi keperawatan.
 Etika adalah ilmu yg mempelajari nilai moral, yang menjadi
prinsip dan kode tindakan yang ideal.
 Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos yg menurut
Araskar dan David (1978), berarti Kebiasaan.
 Model perilaku atau standar yg diharapkan dan kriteria
tertentu antuk sesuatu tindakan.
 Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sbg
motif atau dorongan yang mempengaruhi perilaku.
 Ada 3 aliran tentang etika yaitu :
1) Aliran deskritif.
2) Aliran etika normatif.
3) Etika pluralisme.
 Aliran deskriftif :
memberi gambaran dan penjelasan bagaimana manusia harus
berperilaku dlm lingkunganya atau dlm masyarakat utk
memperoleh suatu tujuan.
 Aliran etika normatif :
aliran ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang hal yang
baik dan yang benar, jd merupakan suatu ukuran utk menilai
suatu perilaku yg baik dan benar. Ukuran ini didasari oleh
sesuatu yg diajukan oleh agama dan didasari oleh kepercayaan
pelaku masing-masing.
Kepercayaan pelaku akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial
budaya, sosial ekonomi dan status tempat perilaku berada.
Dengan demikian, manusia tidak pernah terlepas dari norma
agama, norma masyarakat yg dipengaruhi sosbud, oleh krn
manusia mrpk subsistem dari keluarga, kelompok dan
masyarakat yg saling berketergantungan dlm memperoleh
kebutuhan dan mencapai tujuan.
 Manusia sendiri bersifat sistem terbuka yang dapat dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungan dari mulai lingkungan sempit sampai
lingkungan yang luas, lingkungan dalam dirinya sendiri maupun
lingkungan di luar dirinya.

 Manusia memerlukan etika, suatu kode utk pedoman perilakunya dlm


menanggapi masukan dari lingkungan luar atau masyarakat dan
memerlukan pedoman utk mengukur baik atau buruk perilaku utk
menerima masukan, mengolah dan mengeluarkan keluar bagi masyarakat.
Seperti dikatakan di atas, kode etik utk perilaku didasari oleh ukuran yg
diajarkan agama, yang diajarkan, diterima dan diakui oleh masyarakat dan
berdasarkan keyakinan individu.

 Frankena (1973) membagi etika normatif menjadi :


1) Deontologi ialah etika sbg tolak ukur perilaku yg berfokus pd
formalitas, misalnya tugas dan kewajiban yg dilakukan oleh manusia.
2) Teleogis ialah etika sbg pedoman perilaku yg berfokus pd
penggunaannya, bagaimana manusia menggunakan kode perilaku
tsb.

Hal.14.
 Etika profesi mengatur hubungan antara perawat sbg
pelaksana keperawatan atau pemberi bantuan dg klien /
masyarakat sbg penerima bantuan. Untuk dpt memberi
bantuan yg sesuai dengan kebutuhan klien / masyarakat,
perawat perlu memperhatikan nilai sosial yg terkait erat
dengan ciri profesi, yaitu :
1) Penguasaan pengetahuan yang mendalam
2) Ketrampilan teknis / motoris yang matang, yg diperoleh
mll proses belajar mengajar di lahan praktik dalam situasi
nyata.
3) Sikap pribadi dan profesional dalam memberikan
pelayanan.

Hal 16.
 Aliran etika pluralisme :
etika sbg pedoman perilaku yg mengumpulkan byk informasi
utk mengukur kompleksitas situasi ttt dan
mempertimbangkan tindakan etika. Jadi etika ini yang akan
diambil manusia utk melakukan tindakan yang bersifat etis.

 Ketiga aliran di atas dlm praktiknya sll berjalan bergandengan.


 Etika jg disebut ilmu yg memedomani perbuatan keputusan yg
berhubungan dg moralitas tindakan manusia (Hayes, 1964:3),
etika sbg ilmu utk memutuskan tindakan manusia baik atau
tidak, salah atau benar.
 Utk dpt membuat keputusan secara etis, perlu penalaran etis.
 Penalaran ini perlu ada latihan dan pengalaman.
 Etika mrpk cabang ilmu filsafat yg obyeknya adalah perilaku
manusia, termsk ilmu dasar memberi kekuatan kpd manusia.
oleh krn itu, etika disebut pula filsafat moral.

Hal.15.
 Filsafat moral yg menjadi dasar etika profesi digunakan pula
utk memecahkan masalah yg mengandung unsur etis.
 Filsafat moral berarti keyakinan atau kepercayaan kpd
Tuhan dari manusia utk mempertanggungjawabkan
perilakunya berdasarkan keputusan yg telah dibuat, dg
keyakinannya tentang kebenaran dan kebaikan keputusan
tsb.

 Perbedaan etika damn moral secara umum.


 Etika adalah ilmu yg memedomani keputusan manusia
tentang perilaku.
 Moral adalah perilaku manusia dg menggunakan etika yg
dipertanggung jawabkan kepada manusia.
Cakupan etika profesi keperawatan.
 Etik dlm keperawatan mencakup 2 hal penting :
 Etik dalam hal kemampuan penampilan kerja.
 Etik dalam hal perilaku manusiawi.
 Etik yg berkaitan dg penampilan kerja mrpk respons terhdp
tuntutan profesi lain, yg menghrpkan bahwa sesuatu yg
dilakukan oleh tenaga keperawatan memenuhi standar
pelayanan yg telah ditetapkan oleh keperawatan sendiri,
sedangkan etik yg berkaitan dg perilaku manusiawi mrpk
reaksi terhdp tekanan dari luar, yg biasanya adalah individu
atau masyarakat yg dilayani.
 Etik dlm penampilan kerja dinyatakan dg kata-kata teknis dan
etik dlm perilaku manusia yg diwujudkan dlm bentuk
kebutuhan yg ada dan nilai kehidupan manusia yg konkret.
Prinsip dan fungsi kode etik keperawatan
 Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan
martabat manusia, tidak akan pernah berubah.
 Prinsip ini jg diterapkan baik dlm bidang pendidikan maupun
pekerjaan. Juga dlm hak-haknya memperoleh pelayanan
kesehatan.
 Apabila menghdpi suatu situasi yg melibatkan keputusan yg
bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya
kepada dirinya sendiri :
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien ?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhdp atasan dan org-
org yg bekerja sama dengan saya ?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhdp diri saya
sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhdp profesi ?
 Bila jawaban atas pertanyaan di atas positif
berdasarkan ukuran yg seharusnya, perilaku yg
ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-
hak pasien, dan haknya sendiri utk
mempertahankan kewibawaan.

 Fungsi kode etik menurut Hipocrates :


1. Menghindari ketegangan antar-manusia.
2. Memperbaiki status kepribadian.
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.
 Kode etik penting dlm sistem pelayanan kesehatan dan
dalam praktik keperawatan menurut Kozier & Erb (199):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi utk kegiatan
keperawatan. standar ini akan melindungi perawat dan
pasien.
2. Kode etik menjadi alat utk menyusun standar praktik
profesional, memperbaiki dan memelihara standar tsb.
3. Kode etik adalah pedoman resmi utk tindakan
profesional, akan diikuti org-org dlm profesi dan harus
diterima sbg nilai pribadi bagi anggota profesional.
4. Kode etik memberi kerangka pikir kpd anggota profesi
utk membuat keputusan dlm situasi keperawatan.
 Prinsip moral mempunyai peran yg penting dlm menentukan
perilaku etis dan dalam pemecahan masalah etis.
 Prinsip moral mrpk standar umum dlm melakukan sesuatu
shg membentuk suatu sistem etik.
 Prinsip moral berfungsi utk membuat secara spesifik apakah
suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam
suatu keadaan.

 3 prinsip moral yg sering digunakan dalam diskusi moral :


1. Autonomy
2. Non-maleficience.
3. Justice.
(Johnstone, 1989).
1) Otonomi.
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, berarti
sendiri dan nomos artinya aturan.
Otonomi berarti kemampuan utk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri.
 Menghargai otonomi berarti : menghargai manusia sbg
seseorg yg mempunyai harga diri dan martabat yg mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
 Prinsip otonomi sangat penting dlm keperawatan.
 Perawat hrs menghargai harkat dan martabat manusia sbg
individu yg dpt memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya.
 Perawat harus melilbatkan klien untuk berpartisipasi dalam
membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan klien tsb.
2). Non – maleficience
berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya /
cedera bagi orang lain.
Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip utk tdk melukai
org lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip utk
melakukan yang baik.
 Beneficience mrpk prinsip utk melakukan yg baik dan tidak
merugikan orang lain.

3). Keadailan.
Justice mrpk prinsip moral berlaku adil utk semua individu.
 Tindakan yg dilakukan utk semua org sama.
 Tindakan yg sama tdk sll identik, ttp dalam hal ini persamaan
berarti mempunyai kontribusi yg relatif sama utk kebaikan
kehidupan seseorang
By Maria Adelheid Ensia
Pengertian etika moral.
 Etika : ilmu tentang kesusilaan yg mengatur bgmn sepatunya
manusia hidup di dlm masy yg melibatkan aturan / prinsip yg
menentukan tingkah laku yg benar, yaitu baik dan buruk atau
kewajiban dan tanggung jawab.

 Moral berasal bahasa latin, berarti adat dan kebiasaan.


 Pengertian moral : perilaku yg diharapkan oleh masy yg
merupakan standar perilaku dan nilai yg harus diperhatikan
bila seseorg menjadi anggota masy tempat ia tinggal.

 Etiket / adat mrpk sesuatu yg dikenal, diketahui, diulang, serta


menjadi suatu kebiasaan didlm suatu masy, baik berupa kata-
kata maupun bentuk perbuatan yang nyata.
Istilah etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya
dpt dilihat bahwa etika lebih dititikberatkan pd
aturan, prinsip yg melandasi perilaku yg mendasar
dan mendekati aturan, hukum dan yg membedakan
benar atau salah secara moralitas.

Metode pendekatan pembahasan masalah etika.


Ada 4 metode utama yaitu :
1) Metode otoritas.
2)Consensum hominum.
3)Pendekatan intuisi atau self evidence.
4)Metode argumentasi.
Metode otoritas.
 Metode ini menyatakan bahwa dasar setiap tindakan
atau keputusan adalah otoritas.
 Otoritas dpt berasal dari manusia/kepercayaan
supernatural, kelompok manusia atau suatu institusi,
spt majelis ulama, dewan gereja, atau pemerintah.
 Penggunaan metode ini terbatas hanya pd penganut
yang percaya.

Metode consensum hominum.


 Menggunakan pendekatan berdasarkan persetujuan
masy luas atau sekelompok manusia yg terlibat dlm
pengkajian suatu masalah.
Metode pendekatan intuisi / self evidence.
 Dinyatakan oleh para ahli filsafat berdasarkan pd apa
yg mereka kenal sbg konsep teknik intuisi.
 Metode ini terbatas hanya pd org-org yg mempunyai
intuisi tajam.

Metode argumentasi atau metode sokratik.


 Menggunakan pendekatan dg mengajukan
pertanyaan atau mencari jawaban denngan alasan yg
tepat.
 Metode ini digunakan utk memahami fenomena
etika.
Lima masalah dasar etika keperawatan.
1. Kuantitas vs kualitas hidup.
2. Kebebasan vs penanganan dan pencegahan bahaya.
3. Berkata secara jujur vs berkata bohong.
4. Keinginan terhdp pengetahuan yg bertentangan dg
falsafah, agama, politik, ekonomi dan ideologi.
5. Terapi ilmiah konvensional vs terapi tidak ilmiah dan
coba-coba.
 Bandman (1990), secara umum menjelaskan bahwa masalah
etika keperawatan pd dasarnya terdiri atas lima jenis. Kelima
masalah tsb akan diuraikan dlm rangka perawat
“mempertimbangkan” prinsip etika yg bertentangan.

Terdapat 5 faktor yg pd umumnya harus


dipertimbangkan :
1) Pernyataan dari klien yg pernah diucapkan kepada
anggota keluarga, teman-temannya dan petugas
kesehatan.
2) Agama dan kepercayaan klien yang dianutnya.
3) Pengaruh terhadap anggota keluarga klien.
4) Kemungkinan akibat sampingan yang tidak dikehendaki.
5) Prognosis dengan atau tanpa pengobatan.
Ilustrasi.

Pada suatu situasi saat seorg perawat berhadapan


dengan suatu pilihan antara pulang kerumah karena
sudah berjanji dengan anak lelakinya untuk pergi ke
suatu tempat, atau tetap berdiam di rumah sakit utk
menolong kliein memenuhi kebutuhannya yang
dalam keadaan gawat darurat.
Tindakannya utk memilih membatalkan janjinya
dengan anaknya walaupun sangat tidak enak, dapat
dibenarkan dan sesuai etika daripada meninggalkan
kesibukannya, untuk menolong memenuhi
kebutuhan kliennya.
Dalam praktik keperawatan, ada lima masala dasar
etika keperawatan yang berhubungan dengan
pertimbangan prinsif etika yang bertentangan, al :
1. Kuantitas vs kualitas hidup.
contoh : 1). seorg ibu meminta perawat utk melepas
semua selang yg dipasang pd anaknya yg berusia 14
th, yg koma selama 8 hr. Dalam keadaan spt ini,
perawat menghadapi masalah tentang posisi yg
dimilikinya dlm menentukan keputusan secara
moral.
Sebenarnya, perawat berada pd posisi masalah
kuantitas vs kualitas hidup krn keluarga klien
menanyakan apakah slang-slang yg dipasang hampir
pada semua bagian tubuh, dapat mempertahankan
klien tentang hidup.
2). Seorg bayi dilahirkan dengan penyakit sindrom
down dan beberapa cacat bawaan lainnya. Untuk
menyelamatkan hidupnya, suatu operasi diperlukan
dengan segera. Namun, kedua orang tuannya
menolak dengan alasan bila anaknya hidup, justru
akan menambah penderitaan anak tersebut dan
mereka tdk akan dpt memeliharanya.

3). Seorg nenek yg menderita berbagai penyakit kronis


telah menolak makan dan minum serta tdk mau
minum obat yang dianjurkan perawat puskesmas
dengan alasan supaya cepat meninggal daripada
tersiksa. Anak perempuannya mendukung hal itu
sehingga beberapa hari kemudian, nenek itu
meninggal dunia.
2. Kebebasan vs penanganan dan pencegahan bahaya.
Contoh :
1). Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk
mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia
ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini,
perawat menghadapi masalah upaya menjaga
keselamatan klien yg bertentangan dengan
kebebasan klien.

3. Berkata jujur vs berkata bohong.


seorg perawat yg mendapati teman kerjanya menggunakan
narkotika. Dalam posisi ini, perawat tsb berada pd pilihan
apakah akan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam krn
diancam akan dibuka rahasia yg dimilikinya bila melaporkan
hal itu pd org lain.
4. Keinginan terhadap pengetahuan yg bertentangan dg falsafah
agama, politik, ekonomi dan ideologi.
contoh : seorang klien / pasien yg memilih penghapusan dosa
dari pada berobat ke dokter. Kampanye antirokok demi
kesehatan bertentangan dengan kebijakan ekonomi.
Alokasi dana utk penelitian militer lebih besar dari pada dana
penelitian kesehatan.

5. Terapi ilmiah konvensional vs terapi tdk ilmiah dan coba-


coba.
Masy Indo terdiri atas beraneka ragam suku dan budaya
mempunyai berbagai praktik pengobatan yg dipercaya bbrp
kalangan, namun belum teruji secara ilmiah. Dalam
melakukan tindakan terapi konvensional, masy biasanya
menggunakan berbagai perantara seperti : dukun, keris, batu
akik dsb.
Contoh :
1).Di daerah pedalaman Kalteng terdpt praktik
penyembuhan dg menggunakan perantara seorg
basir yg dipercaya dpt mengobati berbagai
penyakit. Untuk menjadi basir, seseorg hrs
mempunyai bbrp syarat antara lain : usia sdh tua,
berilmu tinggi dan disegani warga desa. Tindakan
penyembuhan dilakukan dg mengadakan balian,
yaitu keluarga si sakit hrs menyediakan sesaji, spt
ayam berbulu hitam, beras dan piring putih polos.
Basir akan menari-nari diiringi tabuhan dari dua
org yg dipercaya. Acara ini dilakukan pd malam
hari dan basir akan menari terus sampai
kesurupan. Setelah kesurupan, basir akan
mendatangi sisakit, lalu memijat-mijat bagian
tubuh yg sakit. Proses pengobatan dianggap selesai
setelah basir sadar atau siuman kembali.
2).Berbagai tindakan dilakukan oleh masyarakat Bima di NTB
melalui perantara sandro (dukun). Cara yg dilakukan oleh
para sandro antara lain adalah melakukan peniupan sambil
berdoa, melakukan semproh dengan memakai sirih dan
pinang atau jagung muda dan pengompresan dengan daun-
daunan.

3).Di Irian Jaya sebagian masyarakat melakukan tindakan utk


mengatasi nyeri dengan daun-daunan yg sifatnya gatal.
Mereka percaya bahwa pd daun tsb terdapat miang yang dpt
melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan
di bagian tubuh yang sakit.
Masalah etika dalam praktik keperawatan.
 Berbagai masalah etis yg dihadapi perawat dlm praktik
keperawatan telah menimbulkan konflik antara kebutuhan
klien dengan harapan perawat dan falsafah keperawatan.

 Masalah etika keperawatan pd dasarnya mrpk masalah etika


kesehatan dlm kaitan ini dikenal istilah etika biomedis atau
bioetis.
 Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari
masalah yg timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan,
terutama di bidang biologi dan kedokteran.

 Masalah etis yg akan dibahas : berkata jujur, AIDS, abortus,


menghentikan pengobatan, cairan dan makanan, eutanasia,
transplantasi organ, inseminasi artifisial dan bbrp masalah
etis yg langsung berkaitan dg praktik keperawatan.
1. Berkata jujur.
Truth telling, ada suatu istilah yg disebut desepsi, berasal
dari kata decieve yang berarti membuat org percaya terhdp
suatu hal yg tdk benar, meniru atau membohongi.
Desepsi meliputi berkata bohong, mengingkari atau
menolak, tdk memberikan informasi dan memberikan
jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak
memberikan penjelasan sewaktu informasi dibutuhkan.
Berkata bohong mrpk tindakan desepsi yg paling dramatis
krn dlm tindakan ini, seorg dituntut utk membenarkan
sesuatu yang diyakini salah.

Contoh : tindakan desepsi adalah perawat memberikan


obat plasebo dan tdk memberi tahu klien tentang obat apa
yang sebenarnya diberikan tersebut.
 Tindakan desepsi ini secara etika tdk dibenarkan. Para ahli
etika menyatakan bahwa tindakan desepsi membutuhkan
keputusan yg jelas terhdp siapa yg diharapkan melalui
tindakan tsb.

 Konsep kejujuran mrpk prinsip etis yg mendasari berkata


jujur. Seperti jg tugas yg lain, berkata jujur bersifat prima facie
(tdk mutlak) shg desepsi pd keadaan tertentu diperbolehkan

 Berbagai alasan yg dikemukakan dan mendukung posisi


bahwa perawat hrs berkata jujur, yaitu bahwa berkata jujur
mrpk hal yg penting dlm hubungan saling percaya perawat-
klien, klien mempunyai hak utk mengetahui, berkata jujur
mrpk kewajiban moral, menghilangkan cemas dan
penderitaan, meningkatkan kerjasama klien maupun keluarga
dan memenuhi kebutuhan perawat.
 Menurut Free, alasan yg mendukung tindakan desepsi, termasuk
berkata bohong, mencakup bahwa klien tidak mungkin dapat
menerima kenyataan. Klien menghendaki untuk tidak diberi tahu
bila hal tersebut menyakitkan.
 Secara profesional perawat mempunyai kewajiban tidak melakukan
hal yang merugikan klien dan desepsi mungkin mempunyai
manfaat untuk meningkatkan kerja sama klien (Mc closkey, 1990).

2. AIDS.
Acquired immune deficiency syndrome pd awalnya ditemukan pd
masy gay di As thn 1980 atau 1981. AIDS ditemukan jg mulanya di
Afrika. Saat ini AIDS hampir ditemukan di setiap negara, termsk
Indonesia. Oleh krn pd awalnya ditemukan pd masy gay
(homoseksual) maka kemudian muncul anggapan yg tdk tepat
bahwa AIDS mrpk gay disease. Menurut Forrester, pd kenyataannya
AIDS jg mengenai biseksual, heteroseksual, kaum pengguna obat
dan Prostitusi (mc Closkey, 1990).
 kesimpulannya., AIDS tdk sj menimbulkan dampak pd
penatalaksanaan klinis, ttp jg dampak sosial, kekhawatiran
masy, serta masalah hukum dan etika.

 Oleh krn sifat virus penyebab AIDS, yaitu HIV, dpt menular
pd org lain maka muncul ketakutan masy utk berhubungan
dengan penderita AIDS dan kadang-kadang penderita AIDS
sering diperlakukan tidak adil dan didiskriminasikan.

 Perilaku diskriminasi ini tdk sj terjd di masy yg belum paham


AIDS, ttp jg masy yg sudah tahu AIDS, jg di masy yang paham
AIDS.

 Perawat yg bertanggung jawab dlm merawat klien AIDS akan


mengalami berbagai stres pribadi, termasuk takut tertular atau
menularkan pd keluarga dan ledakan emosi bila merawat klien
AIDS fase terminal yg berusia muda dengan gaya hidup yg
bertentangan dengan gaya hidup perawat.
Perawat sangat berperan dalam perawatan klien,
sepanjang infeksi HIV masih ada dengan berbagai
komplikasi sampai kematian tiba.

Perawat terlibat dalam pembuatan keputusan tentang


tindakan atau terapi yg dpt dihentikan dan tetap
menghargai martabat manusia, pada saat tidak ada
terapi medis lg yg dpt diberikan kpd klien, spt
mengidentifikasi nilai-nilai, mengali makna hidup
klien, memberikan rasa nyaman, memberii dukunan
manusiawi dan membantu meninggal dunia dalam
keadaan tentram dan damai (Phipps, Long, 1991)
3. Fertilisasi in vitro, inseminasi artifisial dan pengobatan
reproduksi.
Fertilisasi in vitro, inseminasi artifisial mrpk dua dari
berbagai metode baru yang digunakan utk mengontrol
reproduksi. Metode ini memberikan harapan bagi pasangan
infertil utk mendapatkan keturunan.

 Fertilisasi in vitro mrpk metode konsepsi yg dilakukan


dengan cara membuat by pass pd tuba falopi wanita.
Tindakan ini dilakukan dengan cara memberikan
hiperstimulasi ovarium utk mendptkan bbrp sel telur atau
folikel yg siap dibuahi. Sel-sel telur ini kemudian diambil mll
prosedur pembedahan. Proses pembuahan dilakukan dengan
cara meletakkan sel telur dalam tabung dan mencampurinya
dengan sperma pasangan wanita yg bersangkutan atau dari
donor.
Sel telur yg telah dibuahi kemudian mengalami serangkaian
proses pembelahan sel sampai menjadi embrio, kemudian
embrio ini dipindahkan ke dalam uterus wanita dengan
harapan dapat terjadi kehamilan.

 Inseminasi artifisial mrpk prosedur utk menimbulkan


kehamilan dg cara mengumpulkan sperma seorg pria yang
kemudian dimasukkan ke dalam uterus wanita saat terjadi
ovulasi.

 Teknologi yg lebih baru pada inseminasi artifisial adalah


dengan menggunakan ultrasound dan stimulasi ovarium shg
ovulasi dapat diharapkan pada waktu yang tepat. Sperma
dicuci dg cairan tertentu utk mengendalikan motilitasnya,
kemudian dimasukkan ke dlm uterus wanita.
 Berbagai masalah etika muncul berkaitan dengan teknologi
tsb. Masalah ini tdk sj dimiliki oleh para pasangan infertil, tim
kesehatan yang menangani, tetapi jg oleh masyarakat.
Berbagai pertanyaan diajukan apa sebenarnya hakikat /
kemurnian hidup ? Kapan awal hidup manusia ? Hakikat
keluarga ? Apakah pendonor sel telur atau sperma bisa
dikatakan sebagai bagian keluarga ? Bagaimana bila teknologi
dilakukan pd pasangan lesbian atau homoseksual ?
 Pihak yg memberikan dukungan menyatakan bahwa
teknologi tsb pada dasarnya bertujuan utk memberikan
harapan atau membantu pasangan infertil untuk mempunyai
keturunan
 Pihak yg menolak menyatakan bahwa tindakan ini tdk
dibenarkan, terutama bila telur atau sperma berasal dari
donor.
Bbrp gerakan wanita menyatakan bahwa tindakan
fertilisasi in vitro maupun inseminasi memperlakukan
wanita secara tdk wajar dan hanya wanita kalangan
atas yang mendptkan teknologi tsb karena biaya yang
cukup tinggi. Hak para wanita utk memilih dilanggar.
Kesimpulannya : teknologi ini merupakan masalah yg
kompleks dan cukup jelas dpt melanggar nilai-nilai
masy dan wanita, tetapi cukup memberi harapan kpd
pasangan infertil
Untuk mengantisipasinya diperlukan aturan atau
undang-undang yg jelas.
Perawat mempunyai peran penting,terutama
memberikan konseling pd klien yg memutuskan akan
melakukan tindakan tersebut.
4. Abortus.
Abortus secara umum dpt diartikan sbg penghentian
kehamilan secara spontan atau rekayasa.
Pihak yg pro menyatakan bahwa aborsi adalah
mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang
tidak diinginkan, sedangkan anti aborsi cenderung
mengartikan aborsi sbg membunuh manusia yang
tdk bersalah.
Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari 2
sudut pandang,yaitu moral dan hukum.
Secara umum ada tiga pandangan yg dpt dipakai dlm
memberi tanggapan terhdp abortus, yaitu pandangan
konservatif, moderat dan liberal (Megan, 1991).
 Pandangan konservatif.
Abortus secara moral jelas salah, dan dlm situasi apa pun
abortus tdk boleh dilakukan, termsk dengan alasan
penyelamatan (misalnya : bila kehamilan dilanjutkan, akan
menyebabkan ibu meninggal dunia).

 Pandangan moderat.
Abortus hanya mrpk suatu prima facia, kesalahan moral dan
hambatan penentangan abortus dpt diabaikan dengan
pertimbangan moral yang kuat.
Contoh : abortus dpt dilakukan selama tahap
presentience (sebelum fetus mempunyai
kemampuan merasakan).
Abortus dpt dilakukan bila kehamilan mrpk hasil
pemerkosaan atau kegagalan kontrasepsi.
 Pandangan liberal.
Abortus secara moral diperbolehkan atas dasar permintaan.
Secara umum pandangan ini mengganngap bahwa fetus
belum menjadi manusia. Fetus hanyalah sekelompok sel yg
menempel di dinding rahim wanita.
menurut pandangan ini, secara genetik fetus dpt dianggap
sebagai bakal manusia, tetapi secara moral fetus bukan
manusia.

kesimpulannya : apapun alasan yg dikemukakan, abortus


sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat bila ia harus
terlibat dalam tindakan abortus. Di beberapa negara spt AS,
Inggris ataupun Australia dikenal tatanan hukum conscience
clauses yg memperbolehkan dokter, perawat atau petugas
rumah sakit utk menolak membantu pelaksanaan abortus.
Di Indonesia, tindakan abortus dilarang sejak tahun 1918
sesuai dengan pasal 346 s/d 3349 KUHP, dinyatakan
bahwa “ barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja
yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan,
dpt dikenai penjara “.
Masalah abortus memang kompleks, namun perawat
profesional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai
yang ia yakini kepada klien yang memiliki nilai berbeda,
termasuk pandangan terhadap abortus.
5. Eutanasia.
Mrpk masalah bioetik yg jg menjadi perdebatan utama di
dunia barat. Eutanasia berasal dari bahasa Yunani, eu
(berarti mudah, bahagia atau baik) dan thanatos (berarti
meninggal dunia).
Jd, berarti meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Menurut Oxfort English Dictionary, euthanasia berarti
tindakan utk mempermudah mati dengan mudah dan
tenang.

 Aspek bioetis :
1. Eutanasia volunter : klien secara sukarela dan bebas memilih utk
meninggal dunia.
2. Eutanasia involunter : tindakan yg menyebabkan kematian
dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali
melangggar keinginan klien
3. Eutanasia aktif : melibatkan suatu tindakan disengaja yang
menyebabkan klien meninggal, misalnya dengan
menginjeksi obat dosis letal.
Eutanasia aktif merupakan tindakan yg melanggar hukum
dan dinyatakan dalam KUHP pasal 338, 339, 345 dan 359.
4. Eutanasia pasif : menghentikan pengobatan atau perawat
suportif yang mempertahankan hidup (misalnya :
antibiotika, nutrisi, cairan, respirator yg tdk diperlukan lagi
oleh klien).
Eutanasia pasif sering disebut sebagai eutanasia negatif,
dapat dikerjakan sesuai dengan fatwa IDI
Kesimpulannya :
 Jenis eutanasia mana yg diperbolehkan ?
 Kondisi bagaimana ?
 Metode bagaimana yang tepat ?
6. Penghentian pemberian makanan, cairan dan pengobatan.
 Makanan dan cairan mrpk kebutuhan dasar manusia.
Memenuhi kebutuhan makanan dan minuman adalah tugas
perawat. Selama perawatan sering kali perawat
menghentikan pemberian makanan dan minuman, terutama
bila pemberian tsb justru membahayakan klien (mislnya pra
dan pasca operasi).
 Masalah etika dpt muncul pd keadaan terjadi ketidakjelasan
antara memberi atau menghentikan makanan dan minuman,
serta ketidakpastian tentang hal yg lebih menguntungkan
klien.
 Ikatan perawat Amerika (ANA, 1988), menyatakan bahwa
tindakan penghentian dan pemberian makan kpd klien oleh
perawat secara hukum diperbolehkan, dg pertimbangan
tindakan menguntungkan klien (Kozier, Erb, 1991).
7. Transplantasi organ.
Menurut Helsinki, tdk semua perawat terlibat dalam tindakan
ini, namum dlm beberapa hal, perawat cukup berperan spt
merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor,
membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah
transplantasi (Megan, 1991).
 Pelaksanaan transplantasi organ di Indonesia diatur dlm
peraturan pemerintah no. 18 tahun 1981, tentang bedah mayat
klinis dan bedah mayat anatomis / transplantasi alat atau
jaringan tubuh, mrpk pemindahan alat / jaringan tubuh yg
masih mempunyai daya hidup sehat utk menggantikan alat /
jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
 Tindakan transplantasi tdk menyalahi semua agama dan
kepercayaan kpd Tuhan YME, asalkan penentuan saat mati
dan penyelenggararaan jenazah terjamin dan tdk terjadi
penyalahgunaan (Est Tansil, 19991)

Anda mungkin juga menyukai