LI
OLEH:
(…………………………………………..…) (……………………………………………………..)
2. Histologi Prostat
Secara histologi, kelenjar prostat dilapisi oleh dua lapis sel, pada bagian
basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel sekretori
kolumner. Prostat terdiri dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar dan stroma
fibromuskular. Dalam kelenjar prostat terdapat septa fibromuskular yang
membagi kelenjar menjadi daerah yang lebih kecil atau lobulus. Pada
bagian dalam, kelenjar prostat tersusun atas lapisan mukosa, pada bagian
tengah tersusun oleh lapisan submukosa dan bagian terluar merupakan
lapisan yang memiliki kelenjar prostat utama. Stroma fibromuskular
terdiri dari otot polos, kontraksi otot polos tersebut yang membantu
sekresi ke uretra selama ejakulasi. Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer (70%), zona sentral (25%) dan zona
transisional (5%). Terdapat beberapa tipe sel pada glandular epitelium,
diantaranya sel sekretori / sel luminal, sel basal, stem sel dan sel
neuroendokrin. Sel sekretori (SC) merupakan tipe sel dominan yang
memiliki tinggi 20 mikrometer dan memiliki nukleus yang terletak di
bagian basalnya. Sitoplasma basal mengandung ribosom, REK dan
mitokondria, sedangkan sitoplasma apikal mengandung lisosom dan dense
bodies. Dense bodies mengantung pigmen kuning, lipofuchin. Sel basal
(BC cells) ditemukan diantara sel luminal dan membran basal. Sel basal
berbentuk poligonal dan dengan inti yang ireguler. Sel basal tidak
memiliki vesikula sekretorik. Pada sel basal, reseptor androgen
diekspresikan dalam tingkat yang sangat rendah. Stem sel terletak di
lapisan basal bertanggung jawab terhadap perkembangan epitel sel di
prostat. (Sharma et al., 2017).
3. Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat berfungsi untuk mengeluarkan cairan alkalis yang
bersifat menetralkan sekresi vagina yang asam untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sperma. Kelenjar prostat diregulasi oleh hormon
androgen, estrogen, prolaktin, oksitoksin, hormon tiroid, growth factor
dan bone morphogenetic protein. Androgen (testosteron) disintesis oleh
testis dan adrenal, berdifusi keepitel prostat dan diubah menjadi DHT oleh
enzim 5a-reduktase. Hormon estrogen memiliki efek endokrin yang
bekerja melalui hipofisis yang secara tidak langsung menurunkan
androgen dan efek parakrin lokal yang menargetkan jaringan prostat. Efek
parakrin dimediasi oleh dua jenis reseptor estrogen, yaitu reseptor
estrogen alpha (ER-a) dan reseptor estrogen beta (ER-b) yang berada di
sel-sel stroma dan sel epitel. Aktivasi ER-b memiliki efek anti-proliferasi
yang menyeimbangkan aksi proliferasi androgen pada epitel prostat.
Sebaliknya, aktivasi ER-a menyebabkan proliferasi abnormal dan
inflamasi. Prolaktin (PRL) merupakan hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior. Secara lokal, hormon prolaktin juga diproduksi
diprostat. Prolaktin dan reseptor prolaktin yang terdapat diprostat
memiliki fungsi untuk morfogenesis duktus prostat. Secara fisiologis,
prolaktin berperan dalam merangsang produksi sitrat dengan mengatur
gen metabolic melalui jalur persinyalan protein kinase C (PKC). PRL
bertindak sebagai faktor mitogen dan kelangsungan hidup yang kuat untuk
epitel prostat (Sharma et al., 2017).
Oksitoksin dihasilkan oleh neurohipofisis dan pada prostat normal,
oksitoksin ditemukan pada konsentrasi 0,5-30 nM. Oksitoksin dan
reseptornya diekspresikan oleh sel epitel serta sel-sel stroma prostat
normal dan benign. Sekresi oksitoksin berada di bawah pengaturan
androgen dan estrogen, dengan peningkatan androgen dan estrogen, terjadi
peningkatann sekresi oksitoksin. Oksitoksin menghambat proliferasi sel
stroma dan sel epitel dengan meningkatkan ekspresi dan aktivitas enzim
5a-reduktase sehingga mempengaruhi metabolisme androgen.
Perkembangan prostat selain diatur oleh hormon diatur juga oleh
growth factor. Insulin-like growth facotr (IGF) termasuk faktor
pertumbuhan yang diproduksi oleh sel-sel stroma dan bertindak pada sel-
sel epitel dengan cara parakrin dengan menstimulasi androgen yang
menyebabkan peningkatan proliferasi prostat.Epidermal growth factor
(EGF) merupakan aktivator penting untuk pertumbuhan prostat normal
yang ekspresinya diatur oleh androgen. Transforming growth factor-alpha
(TGF-a) diekspresikan di sel stroma, sedangkan reseptornya terdapat di sel
epitel yang menunjukkan bahwa ia bekerja secara parakrin/juxtakrin
dalam prostat normal.
Fibroblast growth factor (FGF) disekresi di sel stroma dan sel epitelial
prostat dan reseptronya berada di sel stroma pada prostat normal.
KGF berfungsi mengatur proliferasi dengan cara parakrin.
Faktor pertumbuhan IGF, EGF dan FGF merupakan stimulator
proliferasi, sedangkan TGF-beta berfungsi sebagai antiproliferasi prostat.
Bone morphogenetic proteins (BMP) berfungsi mengatur pertubuhan,
diferensisasi dan apoptosis pada banyak jaringan selain tulang. Ekspresi
BMP (yaitu BMP-2,3,4, dan 6) oleh prostat normal. Tingginya ekspresi
BMP-6 pada prostat berkontribusi terhadap karsinogenesis prostat
(Sharma et al., 2017).
B. KONSEP URINARY
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih
dan uretra.
1. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebrata lumbalis
III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal
seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih
panjang dari ginjal wanita. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang
disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu
(Syaifuddin, 2006).
a. Fungsi ginjal antara lain:
1.) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun.
2.) Memperthankan suasana keseimbangan cairan.
3.) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh.
4.) Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.
5.) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum,
kreatinin, dan amoniak (Syaifuddun, 2006).
b. Struktur ginjal terdiri dari:
1.) Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks.
2.) Bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
2. Kandung Kemih
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis,
terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih memiliki 3 muara
yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Sedangkan besar kandung kemih
tersusun dari otot. Dua fungsi kandung kemih adalah:
a. Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.
b. Mendorong urin keluar tubuh dengan dibantu uretra (Luklukaningsih,
2014).
3. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjang pada wanita 1,5 inchi dan
laki-laki 8 inchi. Muara uretra keluar tubuh di sebut meatus urinarius
(Luklukaningsih, 2014).
a. Uretra pada laki-laki terdiri dari:
1.) Uretra prostatia
2.) Uretra membranosa
3.) Uretra kavernosa
b. Uretra pada wanita terdiri dari 3 lapisan:
1.) unina muskularis (lapisan sebelah luar)
2.) Lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena
3.) Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
C. Urinalisa
1. Pengertian urin
Urin adalah sisa material diekskresikan oleh ginjal dan ditampung
dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui
proses urinasi dalam bentuk cairan. Ekskresi urin yang disaring dari ginjal
menuju ureter selanjutnya disimpat didalam kandung kemih dan kemudian
dibuang. Proses tersebut diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dari darah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh guna menjaga
keseimbangan cairan. Zat-zat yang terkandung dalam urin dapat
memberikan informasi penting mengenai kondisi umum di dalam tubuh.
Derajat produksi dari berbagai unit fungsional dalam tubuh dapat
diketahui dari kadar berbagai zat dalam urin.
Urin merupakan suatu larutan komplek yang terdiri dari air (±96%) dan
bahan-bahan organic dan anorganik. Kandungan bahan organic yang
penting antara lain urea, asam urat, kreatinin dan bahan angorganik dalam
urin antara lain NaCl, sulfat, fosfat, dan ammonia. Zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh dala keadaan normal akan ditemukan relative tinggi
pada urin dari pada kandungan dalam darah, sebaliknya hal tersebut tidak
berlaku pada zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kondisi
lingkungan dalam tubuh serta organ-organ yang berperan dalam
munculnya setiap zat tersebut dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan
urin (Guyton dan Hall, 2006). Jumlah dan komposisi urin dapat berubah
tergantung dari pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis
kelamin dan lingkungan hidup seperti temperature, kelembapan, aktivitas
tubuh dan keadaan kesehatan.
a. Peranan dan fungsi urin Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Jika urin
berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis, urin
sebenarnya cukup steril dan hamper tidak berbau ketika keluar dari
tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri
akan mengkontaminasi urin dan mengubah zatzat didalam urin
sehingga menghasilkan bau yang khas, terutama bau ammonia yang
dihasilkan oleh urea.
b. Komposisi urin Urin terdiri dari air dengan bahan terlalrut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut dan materi organik. Cairan
dan materi organic. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, glukosa, diserap
kembali kedalam tubuh melalui molekul pembawa (Hanifah, 2012).
5. Ciri-ciri Urin
Normal Rata-rata jumlah urin normal adalah 1-2 liter sehari, namun
jumlah yang dikeluarkan berbeda setiap kalinya sesuai jumlah cairan yang
masuk. Warna urin yang normal adalah bening oranye, pucat tanpa
endapan, berbau tajam, memiliki reaksi sedikit asam dengan pH rata-rata
6, dan berat jenis berkisar antara 1.010-1025 (Luklukaningsih, 2014).
D. Protein Urin
1. Pengertian Protein Urin
Protein urin adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam
urin dari adanya kerusakan ginjal. Ekskresi protein urin normal hingga
150 mg/hari. Karena itu, jika jumlah protein dalam urin menjadi
abnormal, maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau
penyakit sistemik yang signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama
beberapa tahun kerusakan ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak
albumin akan hilang dari darah. Proteinuria merupkan tanda bahwa ginjal
telah menjadi rusak.
2. Faktor yang mempengaruhi Protein Urin
a. Kerusakan Ginjal
Protein dalam urin dihasilkan dari kerusakan ginjal, ketika ginjal
bekerja dengan benar mereka menyaring produk limbah keluar dari
darah tetapi tetap menyimpan unsur penting termasuk albumin.
Albumin adalah protein yang membantu dalam mencegah air bocor
keluar dari darah ke jaringan lain. Protein plasma adalah komponen
penting dari setiap mahkluk hidup. Ginjal berperan sangat penting
dalam retensi protein plasma dengan tubulus ginjal yang berfungsi
mereabsorpsi protein melewati penghalang filtrasi glomerulus.
E. Glukosa urin
1. Pengertian Glukosa Urin
Glukosa urin yaitu adanya glukosa di dalam urin yang disebabkan
tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar
bersamaan dengan urin, yang dipengaruhui oleh fungsi ginjal yang kurang
baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar glukosa
urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes melitus
(Aziz, 2016).
Kadar glukosa normal dalam darah berkisar antara 70 sampai dengan
120 mg/dl pada saat puasa, , ˂ 140 mg/dL 2 ja setelah makan, dan ˂200
mg/dL oada peeriksaan gula darah sewaktu.
Meningkatnya kadar glukosa di dalam darah mempunyai efek langsung
terhadap organ ginjal. Normalnya glukosa tidak ditemukan di dalam urin
disebabkan karena proses filtrasi ginjal yang memungkinkan glukosa
direabsorbsi kembali ke dalam pembuluh darah. Ambang batas toleransi
ginjal terhadap glukosa adalah 160 mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut
terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal
tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga
menyebabkan glukosuria (Rahmatullah dkk, 2015).
2. Faktor yang mempengaruhi glukosa urin
a. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar glukosa dalam urin dan
terjadinya asidosis metabolik dalam waktu 2-4 jam setelah
mengkonsumsi alcohol.
b. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang berat sebelum uji laboratorium dapat
menyebabkan perubahan kadar glukosa karena berkeringat dapat
menyebabkan tubuh kehilangan cairan yang banyak.
F. Derajat Keasaman Urin (pH)
1. Pengertian Derajat Keasaman urin (pH)
Derajat keasaman urin merupakan indikator kemampuan tubulus ginjal
untuk menjaga keseimbangan asam-basa yang normal terutama melalui
reabsorbsi natrium dan sekresi tubular ion hidrogen dan natrium. Sekresi
dari urin asam atau basa oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang
paling penting di tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan.
Metabolisme normal sehari-hari menghasilkan asam dan basa endogen,
dan ginjal merespon dengan mengekresikan asam atau basa secara
selektif. pH urin pada oraang sehat berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan
rata-rata 5,0 sampai 6,0 karena produksi endogen lebih mendominasi.
Penetapan pH urin berfungsi untuk menetukan kelainan asam basa, sistem
metabolik atau pernapasan dan dalam pengelolaan kondisi kemih yang
membutuhkan urin yang dipertahankan pada pH tertentu (Riswanto &
Rizki, 2015).
2. Faktor yang mempengaruhi derajat keasaman (pH)
a. pH bersifat asam
1.) Diet (mengkonsumsi buah cranberry, daging tinggi protein).
2.) Infeksi saluran kemih oleh Eschericia coli
b. pH bersifat basa
1.) Diet (mengkonsumsi vegetarian, jeruk dan buah buahan rendah
lemak)
2.) Alkoholisis metabolik (misal; muntah berat) keadaan ini
menyebabkan kadar bikarbonat urin lebih tinggi dan produksi
amommnia menurun. Ginjal dapat menghasilkan urin dengan pH
7,8 (Riswanto & Riski, 2015).
G. Pemeriksaan urin rutin (Protein, Glukosa, pH) menggunakan Urin
Analyzer URIT-50
Alat semiotomatik merupakan merupakan suatu fotometer pantul
menggunakan panjang gelombang tertentu (hijau: 557 nm, kuning: 610 nm,
merah: 660 nm), sistem optic yang terdiri dari beberapa light emitingdiode an
satu fotodetektor yang dirancang untuk membaca hasil pemeriksaan urin
dengan menggunakan 11 parameter pemeriksaan dan carik celup khusus. Alat
urin analyzer urit-50 membaca hasil dari urin strip, pembacaan hasil urin
menggunakan alat, namun pencelupan kertas indikator ke dalam urin masih
manual dengan tangan. Beberapa model urin analyzer terdiri dari urin strip
readers. Tipe alat dari fotometer reflektansi yang dapat membaca beberapa
ratus urin per jam. Urin analyzer membaca strip ke urin pada kondisi standar,
menyimpan hasil ke memori dan menampikan hasil melalui printer built-in
dan serial interface pada alat tersebut. Urine analyzer menstandarisasi hasil
urin test strip dengan menghilangkan faktor-faktor yang diketahui evaluasi
atau pengecekan secara visual pada strip tes urin.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih
b. Riwayat Kesehatan
(Muttaqin, 2011).
kronik.
(1.)Kepala
(i.) Dada/Thorak
(j.) Jantung
yang cepat
(k.)Perut/Abdomen
terjadinya acites
kuning pekat.
perifer.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut b/d agen pencindera fisiologis di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri
b. Gangguan eliminasi urine b/d produksi urine
c. Risiko infeksi
d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN
A. BIODATA PASIEN
Nama : Tn “ A “
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaaan : Dagang
Usia : 72
Status Pernikahan : Sudah menikah
No RM : 001008531
Diagnosa Medis : hematuri ec carcinoma prostat
Tanggal Masuk RS : 5 februari 2023
Alamat : PK. Tanete rilau
( ) P1 (√ ) P2 () P3 ( ) P4
D. GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme Cedera : Pada tanggal 05 februari 2023, pasien masuk
rumah sakit dengan keluhan lemas sejak 3 hari, keluhan buang air kecil
berdarah, mual, dan sulit menggerakan kedua ekstermitas bawah sejak 2
hari terakhir dan dilarikan ke RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Orientasi Tempat, Waktu dan Orang) ( ) Baik ( ) Tidak Baik
E. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas)
Sumbatan:
(- ) Benda asing
(- ) Broncospasme
(-)Darah ( -) Sputum (- ) Lendir
Suara nafas: vesikuler (normal)
( -) Snowring ( -) Gurgling ( -) tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
( ) Aktivitas
(- ) Tanpa aktivitas
(- ) Menggunakan otot tambahan
Frekuensi: 32x/mnt
Irama:
() Teratur ( ) Tidak
Kedalaman:
() Dalam ( -) Dangkal
Reflek batuk: ( ) Ada (-) Tidak Batuk:
( -) Produktif (- ) Non Produktif
Sputum: (-) Ada ( √) Tidak ada sputum
Warna: -
Konsistensi: -
Bunyi nafas: tidak ada bunyi napas tambahan
( -) Ronchi (- ) Creakless (- ) Wheezing
BGA: suara napas normal (visikuler)
Edema:
( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi edema:
( )Muka (√ ) kaki (dorsum pedis bilateral
( ) Tungkai ( ) Anasarka
Disability
() Alert/perhatian
() Voice respons/respon terhadap suara
(-) Pain respons/respon terhadap nyeri
(-) Unrespons/tidak berespons
() Reaksi pupil
A. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri =PQRST)
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mengalami lemas sejak 3
hari, keluhan buang air kecil berdarah, mual, dan sulit menggerakan
kedua ekstermitas bawah sejak 2 hari terakhir sebelum masuk rumah
sakit.
klien nampak lemah dengan skala nyeri 3, riwayat demam tidak
ada, muntah tidak ada,nyeri dada tidak ada, BAK bercampur darah,
dan BAB normal.
3. Medikasi/Pengobatan terakhir.
Klien mengatakan klien pernah masuk RS sebelumnya
55
33
Keterangan :
5 = normal
4 = melawan grafitasi,tahanan cukup
3 = menahan grafitasi tahanan ringan
2 = gerakan sendi + tidak bisa melawan grafitasi
1 = otot kontraksi tetapi gerakan sendi tidak ad
0 = tidak ada kontraksi otot
7. Kulit/integument
Inspeksi: tidak ada luka atau benjolan warna kulit sawo matang sedikit
keriput
Perkusi : tidak ada luka atau benjolan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi: tidak ada
Pemeriksaan urin/feses: tidak ada
Pemeriksaan lain-lain: PCR
G. TERAPI MEDIS
Infus natrium klorida 0,9% 24 tpm
Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam/ intravena
Ondasetron 4 mg/ 8 jam/intravena
asamtranekxamat 500 mg/ 8 jam/ intravena
transfuse PRC 2 bag/hari
ANALISA DATA
DS: DO:
Keadaan umum lemah
Klien mengatakan merasa lemas Warna urine bercampur darah
disertai mual sejak 3 hari lalu Ttv
Klien mengeluh buang air kecil TD: 113/83mmHg
bercampur darah N: 112x/menit
Klien mengatakan sulit S: 36,60C
menggerakan kedua ekstermitas P:24x/Menit
bawah sejak 2 hari yang lalu
DAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
.
1. Intoleransi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
klien mengeluh lemas.
2. Gagguan eliminasi urine b/d produksi urin
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
nuclear androgen receptor, cytokeratin, sel penanda CD57, antigen (PSA) dan
prostate acid phospatase (PAP). (Sharma et al., 2017)
Fibroblast growth factor (FGF), Bone morphogenetic proteins (BMP), TGF- beta,
termasuk TGF-beta 1, beta 2, dan beta 3 d. (Sharma et al., 2017).
Perubahan otot urinary
Intoleransi
Tidak biasa Kapasitas dikandung aktivitas
Tidak puas
menahan BAK kemih berlebih
setelah BAK
Inkontinensia Gangguan
urine dorongan eliminasi urine