Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH KEPERAWATAN PADA TN “A”

GENERAL WEAKNESS HEMATURY EC CARCINOMA PROSTAT


DI RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2023

LI

OLEH:

ARIADNE DELLA, S.KEP


NS. 2203891

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR AKADEMIK

(…………………………………………..…) (……………………………………………………..)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TORAJA


PROGRAM PROFESI NERS
2022 / 2023
A. ANATOMI
1. Anatomi prostat
Prostat merupakan organ genitalia pria yang berbentuk seperti buah kenari
yang terletak di inferior kandung kemih. Pada orang dewasa, prostat
berukuran sekitar 4 cm x 3 cm x 2 cm dan beratnya sekitar 20 gram Kelenjar
prostat tersusun atas basis, apek, permukaan posterior, anterior dan inferior
lateral. Bagian apeksnya berhubungan dengan vesika urinaria, sedangkan
bagian inferiornya bersandar pada diafragma urogenital. Pada bagian
posterior, prostat dan vesika urinaria dipisahkan dengan rektum oleh selapis
jaringan ikat tipis. Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatetik dan
parasimpatetik dari pleksus prostatik atau pleksus pelvikus yang menerima
masukan dari corda spinalis S2-4 dan simpatetik dari nervus hipogastrikus
inferior (T10-L2). Rangsangan parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar
pada epitel prostat ke dalam uretra, sedangkan rangsangan simpatis
merangsang otot polos selama ejakulasi.
Anatomi Sistem urogenitalia terdiri atas sistem organ reproduksi dan
urinaria. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem urogenitalia akibat
letaknya yang saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama dan
menggunakan saluran yang sama sebagai alat pembuangan. Sistem urinaria
terdiri dari ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli dan uretra.
Sistem organ reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens,
vesikula seminalis, kelenjar prostat dan penis. Prostat adalah organ genitalia
pria yang terletak di sebelah inferior bulibuli, di depan rektum dan
membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran
4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar prostat disuplai oleh
cabang-cabang arteri vesikalis inferior dan arteri rectalis media, cabang dari
arteri iliaca internal, sedangkan venavena membentuk plexus venosus
prostaticus.

2. Histologi Prostat
Secara histologi, kelenjar prostat dilapisi oleh dua lapis sel, pada bagian
basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel sekretori
kolumner. Prostat terdiri dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar dan stroma
fibromuskular. Dalam kelenjar prostat terdapat septa fibromuskular yang
membagi kelenjar menjadi daerah yang lebih kecil atau lobulus. Pada
bagian dalam, kelenjar prostat tersusun atas lapisan mukosa, pada bagian
tengah tersusun oleh lapisan submukosa dan bagian terluar merupakan
lapisan yang memiliki kelenjar prostat utama. Stroma fibromuskular
terdiri dari otot polos, kontraksi otot polos tersebut yang membantu
sekresi ke uretra selama ejakulasi. Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer (70%), zona sentral (25%) dan zona
transisional (5%). Terdapat beberapa tipe sel pada glandular epitelium,
diantaranya sel sekretori / sel luminal, sel basal, stem sel dan sel
neuroendokrin. Sel sekretori (SC) merupakan tipe sel dominan yang
memiliki tinggi 20 mikrometer dan memiliki nukleus yang terletak di
bagian basalnya. Sitoplasma basal mengandung ribosom, REK dan
mitokondria, sedangkan sitoplasma apikal mengandung lisosom dan dense
bodies. Dense bodies mengantung pigmen kuning, lipofuchin. Sel basal
(BC cells) ditemukan diantara sel luminal dan membran basal. Sel basal
berbentuk poligonal dan dengan inti yang ireguler. Sel basal tidak
memiliki vesikula sekretorik. Pada sel basal, reseptor androgen
diekspresikan dalam tingkat yang sangat rendah. Stem sel terletak di
lapisan basal bertanggung jawab terhadap perkembangan epitel sel di
prostat. (Sharma et al., 2017).

3. Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat berfungsi untuk mengeluarkan cairan alkalis yang
bersifat menetralkan sekresi vagina yang asam untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sperma. Kelenjar prostat diregulasi oleh hormon
androgen, estrogen, prolaktin, oksitoksin, hormon tiroid, growth factor
dan bone morphogenetic protein. Androgen (testosteron) disintesis oleh
testis dan adrenal, berdifusi keepitel prostat dan diubah menjadi DHT oleh
enzim 5a-reduktase. Hormon estrogen memiliki efek endokrin yang
bekerja melalui hipofisis yang secara tidak langsung menurunkan
androgen dan efek parakrin lokal yang menargetkan jaringan prostat. Efek
parakrin dimediasi oleh dua jenis reseptor estrogen, yaitu reseptor
estrogen alpha (ER-a) dan reseptor estrogen beta (ER-b) yang berada di
sel-sel stroma dan sel epitel. Aktivasi ER-b memiliki efek anti-proliferasi
yang menyeimbangkan aksi proliferasi androgen pada epitel prostat.
Sebaliknya, aktivasi ER-a menyebabkan proliferasi abnormal dan
inflamasi. Prolaktin (PRL) merupakan hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior. Secara lokal, hormon prolaktin juga diproduksi
diprostat. Prolaktin dan reseptor prolaktin yang terdapat diprostat
memiliki fungsi untuk morfogenesis duktus prostat. Secara fisiologis,
prolaktin berperan dalam merangsang produksi sitrat dengan mengatur
gen metabolic melalui jalur persinyalan protein kinase C (PKC). PRL
bertindak sebagai faktor mitogen dan kelangsungan hidup yang kuat untuk
epitel prostat (Sharma et al., 2017).
Oksitoksin dihasilkan oleh neurohipofisis dan pada prostat normal,
oksitoksin ditemukan pada konsentrasi 0,5-30 nM. Oksitoksin dan
reseptornya diekspresikan oleh sel epitel serta sel-sel stroma prostat
normal dan benign. Sekresi oksitoksin berada di bawah pengaturan
androgen dan estrogen, dengan peningkatan androgen dan estrogen, terjadi
peningkatann sekresi oksitoksin. Oksitoksin menghambat proliferasi sel
stroma dan sel epitel dengan meningkatkan ekspresi dan aktivitas enzim
5a-reduktase sehingga mempengaruhi metabolisme androgen.
Perkembangan prostat selain diatur oleh hormon diatur juga oleh
growth factor. Insulin-like growth facotr (IGF) termasuk faktor
pertumbuhan yang diproduksi oleh sel-sel stroma dan bertindak pada sel-
sel epitel dengan cara parakrin dengan menstimulasi androgen yang
menyebabkan peningkatan proliferasi prostat.Epidermal growth factor
(EGF) merupakan aktivator penting untuk pertumbuhan prostat normal
yang ekspresinya diatur oleh androgen. Transforming growth factor-alpha
(TGF-a) diekspresikan di sel stroma, sedangkan reseptornya terdapat di sel
epitel yang menunjukkan bahwa ia bekerja secara parakrin/juxtakrin
dalam prostat normal.
Fibroblast growth factor (FGF) disekresi di sel stroma dan sel epitelial
prostat dan reseptronya berada di sel stroma pada prostat normal.
KGF berfungsi mengatur proliferasi dengan cara parakrin.
Faktor pertumbuhan IGF, EGF dan FGF merupakan stimulator
proliferasi, sedangkan TGF-beta berfungsi sebagai antiproliferasi prostat.
Bone morphogenetic proteins (BMP) berfungsi mengatur pertubuhan,
diferensisasi dan apoptosis pada banyak jaringan selain tulang. Ekspresi
BMP (yaitu BMP-2,3,4, dan 6) oleh prostat normal. Tingginya ekspresi
BMP-6 pada prostat berkontribusi terhadap karsinogenesis prostat
(Sharma et al., 2017).
B. KONSEP URINARY
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih
dan uretra.

1. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebrata lumbalis
III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal
seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih
panjang dari ginjal wanita. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang
disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu
(Syaifuddin, 2006).
a. Fungsi ginjal antara lain:
1.) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun.
2.) Memperthankan suasana keseimbangan cairan.
3.) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh.
4.) Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.
5.) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum,
kreatinin, dan amoniak (Syaifuddun, 2006).
b. Struktur ginjal terdiri dari:
1.) Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks.
2.) Bagian lebih dalam lagi disebut medulla.

3.) Bagian lebih dalam lagi disebut pelvis.


4.) Pada bagian medulla ginjal dapat dilihat adanya piramida yang
merupakan bukaan saluran pengumpul.
5.) Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula (Luklukaningsih, 2014)

Unit fungsional dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah


lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut
urin (Luklukaningsih, 2014). Sebuah nefron terdiri dari sebuah
komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan malphigi)
yang dilanjutkan oleh saluran-sluran (tubulus). Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula bowma (Luklukaningsih, 2014).
1. Ureter
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis
ginjal yang merentang sampai kandung kemih.
a. Panjang ureter 2-30 cm/10-12 inchi dan diameter 4-6 mm.
b. Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan:
1.) Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa.
2.) Lapisan tengah adalah muskularis longitudinal kearah dalam dan
otot polos sikular ke arah luar.
3.) Lapisan terdalam adalah epithelium mukosa.
c. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik (Luklukaningsih,
2014)

2. Kandung Kemih
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis,
terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih memiliki 3 muara
yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Sedangkan besar kandung kemih
tersusun dari otot. Dua fungsi kandung kemih adalah:
a. Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.
b. Mendorong urin keluar tubuh dengan dibantu uretra (Luklukaningsih,
2014).

3. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjang pada wanita 1,5 inchi dan
laki-laki 8 inchi. Muara uretra keluar tubuh di sebut meatus urinarius
(Luklukaningsih, 2014).
a. Uretra pada laki-laki terdiri dari:
1.) Uretra prostatia
2.) Uretra membranosa
3.) Uretra kavernosa
b. Uretra pada wanita terdiri dari 3 lapisan:
1.) unina muskularis (lapisan sebelah luar)
2.) Lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena
3.) Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).

C. Urinalisa
1. Pengertian urin
Urin adalah sisa material diekskresikan oleh ginjal dan ditampung
dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui
proses urinasi dalam bentuk cairan. Ekskresi urin yang disaring dari ginjal
menuju ureter selanjutnya disimpat didalam kandung kemih dan kemudian
dibuang. Proses tersebut diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dari darah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh guna menjaga
keseimbangan cairan. Zat-zat yang terkandung dalam urin dapat
memberikan informasi penting mengenai kondisi umum di dalam tubuh.
Derajat produksi dari berbagai unit fungsional dalam tubuh dapat
diketahui dari kadar berbagai zat dalam urin.
Urin merupakan suatu larutan komplek yang terdiri dari air (±96%) dan
bahan-bahan organic dan anorganik. Kandungan bahan organic yang
penting antara lain urea, asam urat, kreatinin dan bahan angorganik dalam
urin antara lain NaCl, sulfat, fosfat, dan ammonia. Zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh dala keadaan normal akan ditemukan relative tinggi
pada urin dari pada kandungan dalam darah, sebaliknya hal tersebut tidak
berlaku pada zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kondisi
lingkungan dalam tubuh serta organ-organ yang berperan dalam
munculnya setiap zat tersebut dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan
urin (Guyton dan Hall, 2006). Jumlah dan komposisi urin dapat berubah
tergantung dari pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis
kelamin dan lingkungan hidup seperti temperature, kelembapan, aktivitas
tubuh dan keadaan kesehatan.
a. Peranan dan fungsi urin Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Jika urin
berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis, urin
sebenarnya cukup steril dan hamper tidak berbau ketika keluar dari
tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri
akan mengkontaminasi urin dan mengubah zatzat didalam urin
sehingga menghasilkan bau yang khas, terutama bau ammonia yang
dihasilkan oleh urea.
b. Komposisi urin Urin terdiri dari air dengan bahan terlalrut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut dan materi organik. Cairan
dan materi organic. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, glukosa, diserap
kembali kedalam tubuh melalui molekul pembawa (Hanifah, 2012).

2. Tinjauan umum tentang urinalisis


Urinalisis adalah pemeriksaan spesimen secara fisik, kimia dan
mikroskopik. Secara umum pemeriksaan urin selain untuk mengetahui
kelainan ginjal dan salurannya,juga bertujuan untuk mengetahui
kelainankelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas dan lain-lain. Tes ini juga menjadi popular karena dapat
membantu menegakan diagnosis, mendapat informasi mengenai fungsi
organ dan metabolisme tubuh. Urinalisis merupakan salah satu tes yang
seing diminta oleh para klinisi karena dapat membantu menegakkan
diagnogis dengan menunjukkan adanya zat-zat yang dalam keadaan
normal yang tidak terdapat dalam urin, atau menunjukkan perubahan
kadar zat yang dalam keadaan normal yang terdapat dalam urin. Dengan
urinalisis, klinisi juga akan mendapatkan informasi mengenai fungsi organ
dalam tubuh seperti ginjal, saluran lemih, pankreas, cortex adrenal,
metabolisme tubuh dan juga dapat mendeteksi kelainan asimptomatik,
mengikuti perjalanan penyakit dan pengobatan. Dengan demikian, tes urin
haruslah dilakukan secara teliti, tepat dan cepat (Gandasoebrata, 2013).

3. Proses pembentukan urin


Ada tiga tahap pembentukan urin:
1.) Proses filtrasi Terjadnya di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi
penyerapan darah. Sedangkan yang tersring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersring tersaring tertamtung oleh simpai
Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2.) Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan kembali akan
diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyarapannya
terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada papila renalis.
3.) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan kepada ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
viska urinaria.

4. Komposisi Zat-zat Dalam urin


Komposisi urin normal terdiri atas : air 95%, zat-zat sisa dari nitrogen
dari hasil metabolism protein, asam, urea, amoniak dan kreatinin,
elektrolit (natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat, dan sulfat), pigmen
(bilirubin, urobilin), toksin, hormon.

5. Ciri-ciri Urin
Normal Rata-rata jumlah urin normal adalah 1-2 liter sehari, namun
jumlah yang dikeluarkan berbeda setiap kalinya sesuai jumlah cairan yang
masuk. Warna urin yang normal adalah bening oranye, pucat tanpa
endapan, berbau tajam, memiliki reaksi sedikit asam dengan pH rata-rata
6, dan berat jenis berkisar antara 1.010-1025 (Luklukaningsih, 2014).

6. Macam-macam Sampel Urin


a. Urin sewaktu
Adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
dengan khusus.
b. Urin pagi
Adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setalah
bangun tidur.
c. Urin postprandial
Adalah urin yang berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria,
merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam sehabis
makan.
d. Urin 24 jam
Adalah urin yang ditampung selama 24 jam. Sampel ini diberi
pengawet biar tidak terjadi perubahan selama penampungan.

7. Penanganan Spesimen Urin


Tahap praanlitik adalah salah satu tahap yang dapat menentukan hasil
pemeriksaan urin yang baik. Penatalaksaan pada tahap ini diperhatikan
dan dilakukan dengan baik dan benar untuk menghindari kesalahan pada
hasil pemeriksaan urin. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya
adalah cara pengumpulan specimen, transportasi, penyimpanan dan
pengawet urin (Wirawan, 2015).
Fakta bahwa spesimen urin begitu mudah diperoleh atau dikumpulkan
sering menyebabkan penanganan specimen setelah pengumpulan menjadi
kelemahan dalam urinalisis. Perubahan komposisi urin terjadi tidak hanya
invivo tetapi invitro, sehingga membutuhkan prosedur penanganan yang
benar. Penanganan spesimen meliputi prosedur penampungan urin dalam
wadah spesimen, pemberian identitas spesimen, pengiriman atau
penyimpanan spesimen. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan yang keliru (Riswanto dan Rizki, 2015).
a. Wadah spesimen urin
Botol penampung (wadah) urin harus bersih dan kering. Adanya air
dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak
berkembang biak dalam urin dan mengubah susunannya.Wadah urin
yang terbaik adalah yang berupa gelas dengan mulut lebar yang dapat
disumbat rapat dan sebaiknya urin dikeluarkan langsung ke wada
tersebut. Jikahendak memindahkan urin dari wadah ke wadah lain,
kocoklah terlebih dahulu , supaya endapan ikut terpindah. Berilah
keterangan yang lengkap tentang identitas sampel pada wadah
spesimen (Gandasoebrata, 2013).
b. Identitas Spesimen Urin
Identitas spesimen ditulis dalam lebel yang mudah di baca. Lebel
setidaknya memuat nama pasien dan nomer identifikasi, tanggal dan
waktu pengumpulan dan informasi seperti usia pasien dan lokasi dan
nama dokter, seperti yang dipersyaratkan oleh protocol institusional
(Riswanto dan Rizki, 2015).
c. Pengiriman Spesimen Urin
Pemeriksaan urinalisis yang baik harus dilakukan pada saat urin
masih segar (kurang dari 1 jam), atau selambat-lambatnya dalam
waktu 2 jam setelah dikemihkan. Penundaan antara berkemih dan
pemeriksaan urinalisis dapat mempengarahui stabilitas spesimen dan
validitas hasil pemeriksaan (Riswanto dan Rizki, 2015).
d. Cara Pengambilan Sampel
Sampel urin yang biasa dipakai adalah porsi tengah (midstream).
Jenis pengambilan sampel urin ini dimaksutkan agar urin tidak
terkontaminasi dengan kuman yang berasal dari perineum, prostat,
uretra maupun vagina, karena dalam keadaan normal urin tidak
mengandung bakteri, virus atau organism lain (Brunzel, 2013).
Pengambilan sampel ini dilakukan oleh pasien sendiri, oleh sebab itu
pasien harus diberikan penjelasan cara pengambilan sampel urin, yaitu
sebagai berikut :
1.) Pada Wanita
Pasien harus mencuci bersih tangan dengan menggunakan sabun
dan dikeringkan dengan kertas tisu, dengan menggunakan tisu
basah dan steril labia dan sekitarnya dibersihkan. Buang urin
pertama yang keluar, setelah itu urin porsi tengah ditampung dan
membuang urin terakhir yang dikemihkan. Tutup rapat botol
sampel.
2.) Pada pria Pasien mencuci bersih tangan dengan sabun dan
dikeringkan dengan kertas tisu, untuk pasien yang tidak disunat
tarik preputium ke belakang, lubang uretra dibersihkan. Pasien
yang sudah disunat langsung membersihkan uretra menggunakan
tisu basah kearah glan penis setelah itu urin porsi tengah
ditampung, Botol sampel ditutup rapat (Wirawan, 2015).

D. Protein Urin
1. Pengertian Protein Urin
Protein urin adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam
urin dari adanya kerusakan ginjal. Ekskresi protein urin normal hingga
150 mg/hari. Karena itu, jika jumlah protein dalam urin menjadi
abnormal, maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau
penyakit sistemik yang signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama
beberapa tahun kerusakan ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak
albumin akan hilang dari darah. Proteinuria merupkan tanda bahwa ginjal
telah menjadi rusak.
2. Faktor yang mempengaruhi Protein Urin
a. Kerusakan Ginjal
Protein dalam urin dihasilkan dari kerusakan ginjal, ketika ginjal
bekerja dengan benar mereka menyaring produk limbah keluar dari
darah tetapi tetap menyimpan unsur penting termasuk albumin.
Albumin adalah protein yang membantu dalam mencegah air bocor
keluar dari darah ke jaringan lain. Protein plasma adalah komponen
penting dari setiap mahkluk hidup. Ginjal berperan sangat penting
dalam retensi protein plasma dengan tubulus ginjal yang berfungsi
mereabsorpsi protein melewati penghalang filtrasi glomerulus.
E. Glukosa urin
1. Pengertian Glukosa Urin
Glukosa urin yaitu adanya glukosa di dalam urin yang disebabkan
tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar
bersamaan dengan urin, yang dipengaruhui oleh fungsi ginjal yang kurang
baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar glukosa
urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes melitus
(Aziz, 2016).
Kadar glukosa normal dalam darah berkisar antara 70 sampai dengan
120 mg/dl pada saat puasa, , ˂ 140 mg/dL 2 ja setelah makan, dan ˂200
mg/dL oada peeriksaan gula darah sewaktu.
Meningkatnya kadar glukosa di dalam darah mempunyai efek langsung
terhadap organ ginjal. Normalnya glukosa tidak ditemukan di dalam urin
disebabkan karena proses filtrasi ginjal yang memungkinkan glukosa
direabsorbsi kembali ke dalam pembuluh darah. Ambang batas toleransi
ginjal terhadap glukosa adalah 160 mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut
terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal
tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga
menyebabkan glukosuria (Rahmatullah dkk, 2015).
2. Faktor yang mempengaruhi glukosa urin
a. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar glukosa dalam urin dan
terjadinya asidosis metabolik dalam waktu 2-4 jam setelah
mengkonsumsi alcohol.
b. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang berat sebelum uji laboratorium dapat
menyebabkan perubahan kadar glukosa karena berkeringat dapat
menyebabkan tubuh kehilangan cairan yang banyak.
F. Derajat Keasaman Urin (pH)
1. Pengertian Derajat Keasaman urin (pH)
Derajat keasaman urin merupakan indikator kemampuan tubulus ginjal
untuk menjaga keseimbangan asam-basa yang normal terutama melalui
reabsorbsi natrium dan sekresi tubular ion hidrogen dan natrium. Sekresi
dari urin asam atau basa oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang
paling penting di tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan.
Metabolisme normal sehari-hari menghasilkan asam dan basa endogen,
dan ginjal merespon dengan mengekresikan asam atau basa secara
selektif. pH urin pada oraang sehat berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan
rata-rata 5,0 sampai 6,0 karena produksi endogen lebih mendominasi.
Penetapan pH urin berfungsi untuk menetukan kelainan asam basa, sistem
metabolik atau pernapasan dan dalam pengelolaan kondisi kemih yang
membutuhkan urin yang dipertahankan pada pH tertentu (Riswanto &
Rizki, 2015).
2. Faktor yang mempengaruhi derajat keasaman (pH)
a. pH bersifat asam
1.) Diet (mengkonsumsi buah cranberry, daging tinggi protein).
2.) Infeksi saluran kemih oleh Eschericia coli
b. pH bersifat basa
1.) Diet (mengkonsumsi vegetarian, jeruk dan buah buahan rendah
lemak)
2.) Alkoholisis metabolik (misal; muntah berat) keadaan ini
menyebabkan kadar bikarbonat urin lebih tinggi dan produksi
amommnia menurun. Ginjal dapat menghasilkan urin dengan pH
7,8 (Riswanto & Riski, 2015).
G. Pemeriksaan urin rutin (Protein, Glukosa, pH) menggunakan Urin
Analyzer URIT-50
Alat semiotomatik merupakan merupakan suatu fotometer pantul
menggunakan panjang gelombang tertentu (hijau: 557 nm, kuning: 610 nm,
merah: 660 nm), sistem optic yang terdiri dari beberapa light emitingdiode an
satu fotodetektor yang dirancang untuk membaca hasil pemeriksaan urin
dengan menggunakan 11 parameter pemeriksaan dan carik celup khusus. Alat
urin analyzer urit-50 membaca hasil dari urin strip, pembacaan hasil urin
menggunakan alat, namun pencelupan kertas indikator ke dalam urin masih
manual dengan tangan. Beberapa model urin analyzer terdiri dari urin strip
readers. Tipe alat dari fotometer reflektansi yang dapat membaca beberapa
ratus urin per jam. Urin analyzer membaca strip ke urin pada kondisi standar,
menyimpan hasil ke memori dan menampikan hasil melalui printer built-in
dan serial interface pada alat tersebut. Urine analyzer menstandarisasi hasil
urin test strip dengan menghilangkan faktor-faktor yang diketahui evaluasi
atau pengecekan secara visual pada strip tes urin.

H. Pemeriksaan urin rutin (Protein, Glukosa, pH) menggunakan metode


carik celup
Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan
menggunakan carik celup (dip-and-read test strip, reagen strip). Pemeriksaan
yang memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan spesifikasi Carik
celup berupa secarik plastik kaku yang pada sebelah sisinya dilekati dengan
satu sampai sembilan kertas isap atau bahan peyerap lain yang masing-masing
mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin ada
di dalam urin. Adanya dan banyaknya zatyang dicari ditandai oleh perubahan
warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna
yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semikuantitatif
(Gandasoebrata, 2013).
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak

terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih

beresiko daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat,

tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa

medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur,

hubungan denga pasien, pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1.) Keluhan utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang

dirasakan oleh pasien sebelum masuk ke Rumah sakit. Pada

pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama

bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat

BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan

(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,

napas bau (ureum) dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

2.) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin,

penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik,


adanya perubahan kulit, adanya napas berbau amoniak, rasa

sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak

berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).

3.) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat

penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah

jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu

saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit

diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang

menjadi prdisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai

riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat

alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan

(Muttaqin, 2011).

4.) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal

kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang

bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal

kronik.

5.) Pemeriksaan fisik

a.) Keadaan umum dan tanda-tanda vital


Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit

berat. Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan

tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf

pusat. TTV : RR meningkat, TD meningkat.

(1.)Kepala

(a.) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar,

pasien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.

(b.) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat.

(c.) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan

kabur, konjungtiva anemis dan sklera ikterik.

(d.)Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip

dan pasien bernapas pendek

(e.) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,

ulserasi gusi, perdarahan gusi dan napas berbau.

(f.) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi

(g.) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan

(h.)Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar

tiroid atau kelenjar getah bening

(i.) Dada/Thorak

 Inspeksi : biasanya pasien dengan napas

pendek, kusmaul (cepat/dalam)


 Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan

 Perkusi : biasanya sonor

 Auskultasi : biasanya vesikuler

(j.) Jantung

 Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di

ruang intercostal 2 linea dekstra sinistra

 Perkusi : biasanya ada nyeri

 Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung

yang cepat

(k.)Perut/Abdomen

 Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen,

acites atau penumpukan cairan, pasien

tampak mual dan muntah

 Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada

bagian pinggang, dan adanya pembesaran

hepar pada stadium akhir

 Perkusi : biasanya terdengar pekak karena

terjadinya acites

 Auskultasi : biasanya bising usus normal,

antara 5-35 kali/menit


(l.) Genitourinaria Biasanya terjadi penurunan

frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi abdomen,

diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi

kuning pekat.

(m.) Ekstremitas Biasanya didapatkan nyeri panggul,

edema pada ekstremitas, kram otot, kelemahan pada

tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan

keterbatasan gerak sendi.

(n.)Sistem Integumen Biasanya warna kulit abu-abu,

kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area

ekimosis pada kulit.

(o.)Sistem Neurologi Biasanya terjadi gangguan status

mental seperti penurunan lapang perhatian,

ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,

penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral,

seperti perubahan proses fikir dan disorientasi.

Pasien sering didapati kejang, dan adanya neuropati

perifer.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut b/d agen pencindera fisiologis di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri
b. Gangguan eliminasi urine b/d produksi urine
c. Risiko infeksi
d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
Akut b/d
selama ...x24 jam,  Identifikasi lokasi,
agen
maka Tingkat Nyeri karakteristik, durasi,
pencindera (L08066) Menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
fisiologis
 Keluhan Nyeri  Identifikasi skala nyeri
di tandai
 Meringis  Identifikasi respon
dengan Ket : nyeri non verbal

pasien 1 : Meningkat  Identifikasi faktor yang


2 : Cukup Meningkat memperberat dan
mengeluh
3 : Sedang memperingan nyeri
nyeri 4 : Cukup Menurun  Identifikasi
5 : Menurun pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi
 komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Trapeutik
 Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi tindakan keperawatan Observasi
urine b/d selama ... jam, maka  Identifkasi tanda dan
produksi Eliminasi Urine gejala retensi atau
urine (L.04034) Membaik inkontinensia urine
dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor
Desakan Berkemih yang menyebabkan
(urgensi) - Berkemih retensi atau
Tidak Tuntas inkontinensia urine
Ket :  Monitor eliminasi urine
1 : Meningkat (mis. frekuensi,
2 : Cukup Meningkat konsistensi, aroma,
3 : Sedang volume, dan warna)
4 : Cukup Menurun Terapeutik
5 : Menurun  Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan,
jika perlu
 Ambil sampel urine
tengah (midstream)
atau kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
 Anjurkan mengambil
specimen urine
midstream
 Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat suposituria uretra
jika perlu
3. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
infeksi tindakan keperawatan Observasi
selama ... jam, maka  Monitor tanda gejala
Tingkat Infeksi infeksi lokal dan
Menurun dengan sistemik
kriteria hasil : Terapeutik
 Kemerahan  Batasi jumlah
 Nyeri pengunjung
Ket :  Berikan perawatan
1 : Meningkat kulit pada daerah
2 : Cukup Meningkat edema
3 : Sedang  Cuci tangan sebelum
4 : Cukup Menurun dan sesudah kontak
5 : Menurun dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
memeriksa luka
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan keperawatan Observasi
b/d selama ... jam, maka  Identifikasi gangguan
kelemahan Toleransi Aktivitas fungsi tubuh yang
Meningkat dengan mengakibatkan
kriteria hasil : kelelahan
 Keluhan Lelah  Monitor pola dan jam
 Perasaan tidur
Lemah  Monitor kelelahan
Ket : fisik dan emosional
1 : Meningkat Terapeutik
2 : Cukup Meningkat  Sediakan lingkungan
3 : Sedang nyaman dan rendah
4 : Cukup Menurun stimulus
5 : Menuru  Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN

Nama Pengkaji : Ariadne della


Tanggal Pengkajian : 6 februari 2023
Ruang Pengkajian : IGD BEDAH
Jam : .08.00 WITA

A. BIODATA PASIEN
Nama : Tn “ A “
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaaan : Dagang
Usia : 72
Status Pernikahan : Sudah menikah
No RM : 001008531
Diagnosa Medis : hematuri ec carcinoma prostat
Tanggal Masuk RS : 5 februari 2023
Alamat : PK. Tanete rilau

B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny “ H “
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan Klien : suami
Alamat : PK. Tanete rilau

C. KONDISI PASIEN (TRIASE)

( ) P1 (√ ) P2 () P3 ( ) P4

D. GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme Cedera : Pada tanggal 05 februari 2023, pasien masuk
rumah sakit dengan keluhan lemas sejak 3 hari, keluhan buang air kecil
berdarah, mual, dan sulit menggerakan kedua ekstermitas bawah sejak 2
hari terakhir dan dilarikan ke RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Orientasi Tempat, Waktu dan Orang) ( ) Baik (  ) Tidak Baik
E. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas)
Sumbatan:
(- ) Benda asing
(- ) Broncospasme
(-)Darah ( -) Sputum (- ) Lendir
Suara nafas: vesikuler (normal)
( -) Snowring ( -) Gurgling ( -) tidak ada sumbatan jalan napas

Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
( ) Aktivitas
(- ) Tanpa aktivitas
(- ) Menggunakan otot tambahan
Frekuensi: 32x/mnt
Irama:
() Teratur ( ) Tidak
Kedalaman:
() Dalam ( -) Dangkal
Reflek batuk: ( ) Ada (-) Tidak Batuk:
( -) Produktif (- ) Non Produktif
Sputum: (-) Ada ( √) Tidak ada sputum
Warna: -
Konsistensi: -
Bunyi nafas: tidak ada bunyi napas tambahan
( -) Ronchi (- ) Creakless (- ) Wheezing
BGA: suara napas normal (visikuler)

Circulation (Sirkulasi) Sirkulasi perifer:


Nadi: 95x/mnt
Irama: ( )Teratur ( ) Tidak
Denyut: ( )Lemah ( ) Kuat ( ) Tdk Kuat
TD:-
S: 36,6⁰C
Ekstremitas:
() Hangat ( ) Dingin
Warna kulit:
(-) Cyanosis (-) Pucat (-)Kemerahan
Nyeri dada: ( ) Ada ( )Tidak ada
Karakterisrik nyeri dada:
(-) Menetap ( -) Menyebar ( -) Seperti ditusuk-tusuk
( -) Seperti ditimpa benda berat
Capillary refill:
(-) <2 detik (-) > 2 detik

Edema:
( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi edema:
( )Muka (√ ) kaki (dorsum pedis bilateral
( ) Tungkai ( ) Anasarka

Disability
() Alert/perhatian
() Voice respons/respon terhadap suara
(-) Pain respons/respon terhadap nyeri
(-) Unrespons/tidak berespons
() Reaksi pupil

No Parameter Nilai normal Satuan Hasil


1 Natrium 136-145 Mmol/L 136
2 Kalium 3.5-5.1 Mmol/L 5.4
3 Klorida 97-111 Mmol/L 108
4 Kreatinin ˂1.3 mg/dL 8.17
5 Ureum 10-50 mg/L 217
6 WBC 4-10 Ribu/?L 20.7
7 RBC 4.4-6 Juta/?L 2.14
8 HGB 13.0-17.0 g/dl 6.3
9 HCT 40-54 % 19
10 MCV 70-96 fl 90
11 MCH 23-31 pg 29
12 MCHC 30-36 g/dL 33
13 PLT 150-450 ribu/?L 446
14 RDW-SD 37-52 fL 49.2
15 RDW-CV 11.5-14.7 % 15.1
16 PDW 9-13 fL 7.0
17 MPV 7.2-11.1 fL 7.9
18 PCT 0.15-0.5 % 0.10
19 NEUT 33-66 % 85.7
20 LYMPH 20-45 % 6.8
21 MONO 1-8 % 5.8
22 EO 1-3 % 1,5
23 BASO 0-1 % 0,2
24 LED I ˂20 mm -
25 SGPT ˂41 U/L 8
26 SGOT ˂38 U/L 12
27 GDS ˂200 Mg/dL 87

A. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri =PQRST)
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mengalami lemas sejak 3
hari, keluhan buang air kecil berdarah, mual, dan sulit menggerakan
kedua ekstermitas bawah sejak 2 hari terakhir sebelum masuk rumah
sakit.
klien nampak lemah dengan skala nyeri 3, riwayat demam tidak
ada, muntah tidak ada,nyeri dada tidak ada, BAK bercampur darah,
dan BAB normal.

2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.


Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.

3. Medikasi/Pengobatan terakhir.
Klien mengatakan klien pernah masuk RS sebelumnya

4. Last meal (makan terakhir)


Makan sesuai jadwal dan porsi makan tidak dihabiskan

5. Event of injury/penyebab injury : lemas, mual,, dan buang air kecil


bercampur darah
6. Pengalaman pembedahan : Klien mengatakan klien tidak pernah
mengalami pembedahan (skin graft)

7. Riwayat penyakit sekarang : hematuri ec carcinoma prostat


8. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada riwayat penyakit

Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala
Bentuk kepala : mesochepal
Wajah : simetris kiri dan kanan
Rambut : hitam merata, tidak berminyak dan tidak
mudah tercabut
Mata : konjungtiva anemis ada,skelera ikterik tdk ada
Telinga : auriluka simetris kiri dan kana tidak ada
serumen pendengaran baik
Hidung : simetris kiri dan kanan tidak ada polip
tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis

2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


3. Dada
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tidak ada wheezing
 Auskultasi : vesikuler
4. Abdomen
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada asitesis
 Auskultasi : bunyi peristaltic normal
 Perkusi : tidak terdapat bunyi thimpany
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Ekstremitas atas : tidak terdapat luka atau benjolan
6. Ekstremitas bawah : tidal ada luka atau benjolan
Kekuatan otot:

55
33

Keterangan :
5 = normal
4 = melawan grafitasi,tahanan cukup
3 = menahan grafitasi tahanan ringan
2 = gerakan sendi + tidak bisa melawan grafitasi
1 = otot kontraksi tetapi gerakan sendi tidak ad
0 = tidak ada kontraksi otot

7. Kulit/integument
Inspeksi: tidak ada luka atau benjolan warna kulit sawo matang sedikit
keriput
Perkusi : tidak ada luka atau benjolan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi: tidak ada
Pemeriksaan urin/feses: tidak ada
Pemeriksaan lain-lain: PCR

G. TERAPI MEDIS
 Infus natrium klorida 0,9% 24 tpm
 Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam/ intravena
 Ondasetron 4 mg/ 8 jam/intravena
 asamtranekxamat 500 mg/ 8 jam/ intravena
 transfuse PRC 2 bag/hari
ANALISA DATA

Data subjektif dan Dignosa Etiologi


objektif
Obstruksi saluran kemih Gangguan eliminasi urine
Ds:
Klien mengeluh buang air
kecil bercampur darah Pengeluaran urine
Do :
Warna urin bercampur
darah Kapasitas vesika urinaria

Gangguan eliminasi urine

Ds: Intoleransi aktivitas


 Klien mengatakan Penurunan produksi urine
merasa lemas sejak 3
Retensi cairan intertisial
hari lalu
dan ph
 Klien mengatakan
merasa mual
 Klien mengatakan sulit Edema paru asidosis
menggerakan kedua Sulpay O2 kejaringan
ekstermitas bawah berkurang
sejak 2 hari yang lalu
Do:
 Keadaan umum lemah malaise
 Ttv
TD: 113/83mmHg
N: 112x/menit
S: 36,60C
P:24x/Menit
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

DS: DO:
 Keadaan umum lemah
 Klien mengatakan merasa lemas  Warna urine bercampur darah
disertai mual sejak 3 hari lalu  Ttv
 Klien mengeluh buang air kecil TD: 113/83mmHg
bercampur darah N: 112x/menit
 Klien mengatakan sulit S: 36,60C
menggerakan kedua ekstermitas P:24x/Menit
bawah sejak 2 hari yang lalu

DAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
.
1. Intoleransi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
klien mengeluh lemas.
2. Gagguan eliminasi urine b/d produksi urin
INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi tindakan Observasi
urine b/d keperawatan  Identifkasi tanda dan
produksi selama ... jam, maka gejala retensi atau
urine Eliminasi Urine inkontinensia urine
(L.04034) Membaik  Identifikasi faktor yang
dengan kriteria menyebabkan retensi
hasil : atau inkontinensia urine
Desakan Berkemih  Monitor eliminasi urine
(urgensi) - Berkemih (mis. frekuensi,
Tidak Tuntas konsistensi, aroma,
Ket : volume, dan warna)
1 : Meningkat Terapeutik
2 : Cukup  Catat waktu-waktu dan
Meningkat 3 : haluaran berkemih
Sedang  Batasi asupan cairan, jika
4 : Cukup Menurun perlu
5 : Menurun  Ambil sampel urine
tengah (midstream) atau
kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
 Anjurkan mengambil
specimen urine
midstream
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat suposituria uretra
jika perlu
2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy
aktivitas tindakan Obsrvasi :
keperawatan  Monitor kelelahan
diharapkan toleransi fisik dan emosional
aktivitas meningkat  Monitor lokasi dan
dengan kriheria hasil ketidaknyamanan
 Keluhan lemas selama melakukan
menurun aktivitas
 Perasaan lemah Terapeutik
menurun  Sediakan lingkungan
 Tekanan darah yang nyaman dan rendah
membaik stimulus
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasikan
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No JAM IMPLEMENTASI EVLUASI

DX

1 07.20  Identifkasi tanda dan gejala S :


retensi atau inkontinensia Klien mengeluh buang air kecil
urine
bercampur darah
Hasil : terdapat tanda dan
gejala retensi O:
 Identifikasi faktor yang Warna urine bercampur darah
07.25 menyebabkan retensi atau
Ttv
inkontinensia urine
Hasil : faktor penyebab urine TD : 113/83 mmHg
07.32 N : 112 x/menit
bercampur darah S : 36,60C
 Monitor eliminasi urine (mis. P :24 x/Menit
frekuensi, konsistensi, A : gangguan eliminasi urine
aroma, volume, dan warna)
P : Lanjutkan intervensi
Hasil : urine bercampur
darah  Identifkasi tanda dan
07.35  Catat waktu-waktu dan gejala retensi atau

haluaran berkemih inkontinensia urine

Hasil : produksi urine 400 cc/  Identifikasi faktor yang


07.42
4 jam menyebabkan retensi

 Batasi asupan cairan, jika atau inkontinensia urine

perlu  Monitor eliminasi urine

 Ajarkan tanda dan gejala (mis. frekuensi,


konsistensi, aroma,
infeksi saluran kemih volume, dan warna)
Hasil :
 Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
Hasil : telah diajarkan
mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Hasil : perawat telah
menganjurkan klien untuk
minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Hasil : perawat telah
menganjurkan kepada klien
untunk mengurangiminum
menjelang tidur
 Kolaborasi pemberian obat

suposituria uretra jika perlu

2 07.50  Memonitor kelelahan fisik S:


dan emosional Hasil: klien
mengeluh lemas diseluruh
07.53 badan  klien mengatakan lemas
 Memonitor lokasi dan  Klien mengatakan lemas
ketidaknyamanan selama sejak 3 hari yang lalu dan
melakukan aktivitas sulit menggeralkan
Hasil: klien merasa pusing ekstermitas bawah sejak
07.56 dan lemas saat beraktivitas 2 hari yang lalu
 menyediakan lingkungan
O:
yang nyaman dan rendah
Keadaan umum lemah
stimulus
07.58 Ttv
hasil: mengurangi
TD: 113/83 mmHg
pencahayaan Hasil: N: 112 x/menit
mengalihkan perhatian S: 36,60C
P:24 x/Menit
dengan bercerita
08.06 A: Intoleransi Aktivitas
 Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap P: Lanjutkan Intervensi
 Menganjurkan
 Memberikan aktivitas
08.07 menghubungi perawat jika
distraksi yang
tanda dan gejala kelelahan
menyenangkan
tidak berkurang
 Menganjurkan
 Mengkolaborasikan
menghubungi perawat
08.20 dengan ahli gizi tentang
jika tanda dan gejala
cara meningkatkan asupan
kelelahan tidak
makanan
berkurang
Hasil : perawat telah
08.24  Mengkolaborasikan
melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi tentang
dengan ahli gizi cara
cara meningkatkan
peningkatan asupan
asupan makanan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
Denonvilliers fascia” (Hammerick et al., 2009 ; Sharma et al., 2017).\

nuclear androgen receptor, cytokeratin, sel penanda CD57, antigen (PSA) dan
prostate acid phospatase (PAP). (Sharma et al., 2017)

mitochondrial aspartate aminotransferase, pyruvate dehydrogenase and


mitochondrial aconitase via protein kinase C (PKC). (Sharma et al., 2017)

Fibroblast growth factor (FGF), Bone morphogenetic proteins (BMP), TGF- beta,
termasuk TGF-beta 1, beta 2, dan beta 3 d. (Sharma et al., 2017).
Perubahan otot urinary

Gangguan control berkemih

Defisiensi Tekanan dalam kandung Penurunan produksi


tekanan uretra kemih urine

Retensi cairan intersial


dan ph
Unkontinensia urine post oprasi prostat

Edema paru asidosis

Bekas operasi Gangguan saraf kandung


prostat kemih Edema paru asidosis
Sulpay O2 kejaringan
Resiko infeksi Otot detrusor lemah berkurang

Urine dikandung malaise


kemih meningkat

Intoleransi
Tidak biasa Kapasitas dikandung aktivitas
Tidak puas
menahan BAK kemih berlebih
setelah BAK

Inkontinensia Gangguan
urine dorongan eliminasi urine

Anda mungkin juga menyukai