NPM 18190100005
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior
buli-buli di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah
kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram. Kelenjar prostat
yang terbagi atasbeberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional,
zona fibromuskuler, dan zona periuretra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
Prostat secara tak sempurna dibagi dalam lima lobus. Lobus anterior, atau isthmus,
terletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius, adalah
kelenjar yang berbentuk baji yang terletak antara uretra dan ductus ejaculatorius.
Permukaan atasnya dibatasi oleh trigonum vesicae. Bagian ini kaya akan kelenjar. Lobus
posterior terletak di belakang uretra dan di baeah ductus ejaculatorius dan juga
mengandung jaringankelenjar. Lobus lateral kanan dan kiri terletak di samping uretra dan
dipisahkan satu sama lain oleh alur vertikal dangkal yang terdapat pada permukaan
Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti air susu yang mengandung
asam sitrat dan fosfatase asam. Kedua zat ini ditambahkan ke caioran semen pada saat
ejakulasi. Otot polos pada stroma dan kapsula berkontraksi dan sekret yang berasawl
bersama kelenjar diperas masuk ke uretra pars prostatid. Sekret prostat bersifat alkali
Seperti diketahui fungsi utama dari unit vesikouretra adalah menampung urin untuk
sementara, mencegah urin kembali ke arah ginjal dan pada saat-saat tertentu melakukan
ekspulsi urin. Unit vesikouretra terdiri dari buli-buli dan uretra posterior. Uretra posterior
terdiri dari uretra pars prostatika, yang bagian proksimalnya disebut sebagai leher buli-
buli dan uretra pars diafragma yang tidak lain adalah spinkter eksterna uretra. Unit
vesikouretra ini dipelihara oleh sistem saraf otonom yaitu parasimpatis dan simpatis
untuk buli-buli dan uretra proksimal dari diafragma serta saraf somatis melalui nervus
Fase ini terjadi setelah selesai miksi dan buli-buli mulai diisi lagi dengan urin
dari ginjal yang masuk melalui ureter. Pada fase ini tekanan di dalam buli-buli selalu
rendah, kurang dari 20 cm H2O. Sedangkan tekanan di uretra posterior selalu lebih
2. Fase Ekspulsi
reseptor “strechtí” yang ada pada mukosa buli-buli terangsang dan impuls dikirimkan
ke sistem saraf otonom parasimpatis di medula spinalis segmen 2 sampai 4 dan sistem
syaraf ini menjadi aktif dengan akibat meningkatnya tonus buli-buli (muskulus
detrusor). Meningkatnya tonus detrusor ini dirasakan sebagai perasaan ingin kencing.
Pada saat tonus detrusor meningkat maka secara sinkron leher buli-buli dan uretra
menurun. Pada keadaan ini inkontinensia hanya dipertahankan oleh spinkter eksterna
yang masih tetap menutup. Bila yang bersangkutan telah mendapatkan tempat yang
dianggap konvivien untuk miksi barulah spinkter eksterna secara sadar dan terjadi
miksi. Pada saat tonus detrusor meningkat sampai terjadinya miksi tekanan
Arteri yang memperdarahi prostat berasal dari cabang a. vesicalis inferior dan
a. rectalis media. Vena membentuk pleksus venosus prostatiticus yang terletak antara
profundus penis dan banyak v. vesicalis , dan mengalirkan darah ke v. iliaca interna.
Pembuluh limfe dari prostat mengalirakn cairan limfe ke nodi limfatici iliaca interna.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara
di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada
saat ejakulasi. Cairan ini merupakan kurang lebih 25% dari volume ejakulat. Jika
kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat
dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
B. PENGERTIAN
prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hypertrophi beberapa atau semua komponen
prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif mutakin dan
kumala sari,2011). BPH terjadi karena pertumbuhan yang berlebihan pada sel stroma
pada prostat dan kelenjar epitel yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat. BPH
merupakan diagnosa penyakit poliferasi sel-sel prostat dengan ditandai gejala klinik
menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi
patologis yang paling umum pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2007).
C. PENYEBAB
pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen
dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim
jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian
masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein
sehingga terjadi proliferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya
secara relatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah,
lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang
prostat adalah : (1) teori DHT, (2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen-
testosteron, (3) interaksi antara sel stroma dan epitel prostat, (4) berkurangnya
kematian sel (apoptosis), dan (5) teori stem sel (Purnomo., 2007).
1. Teori DHT(Dehidrotestosteron)
DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel
kelenjar prostat. Dibentuk dengan testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5a-
reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan
dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan
sel prostat.
2. Ketidakseimbangan Antara Estrogen-Testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen dan testosteron relatif
akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel
baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada
mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol
oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel-sel
stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis
growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara
intrakin atau autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi
Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel
jumlah sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya
jumlah sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan sel-sel prostat secara
tersebut.
5. Stem Sel
Untuk mengganti sel-sel yang mengalami apoptosis, akan dibentuk sel baru. Di
kelenjar prostat adanya sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
hormon androgen, jika hormon ini kadarnya menurun seperti pada kastrasi, dapat
aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan pada sel stroma
D. MANIFESTASI KLINIK
keluhan diluar saluran kemih. Tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran
kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran
sehingga urin tidak bisa keluar), sulit memulai miksi (hesitancy), pancaran
merasabelum selesai berkemih (sense of residual urine), rasa ingin buang air
kecil lagi sesudah buang air kecil (double voiding), dan keluarnya sisa urin pada
b. Gejala iritatif meliputi : frekuensi buang air kecil yang tidak normal (poliuria),
buang air kecil dengan frekuensi yang berlebihan pada malam hari (nocturia),
sulit menahan buang air keci (urgency), rasa sakit saat buang air kecil (disuria)
Keluhan akibat hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau
urosepsis.
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinalis atau hemoroid.
mengakibatkan tekanan intra abdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang
kemerahan, dan nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak
nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan
E. PATOFISIOLOGI
dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower Urinary Tract Symptom(LUTS) yang
1. Pemeriksaan Urine
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit,
sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan
adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4
ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate
specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila
PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10
ng/m.
menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT,
3. Pemeriksaan Radiologi
buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus
urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik
sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan
ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal,
BNO/IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat
bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi
ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum,
sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat
adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat
adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.
H. PENATALAKSANAAN
Salah satu gejala BPH adalah LUTS, gejala ini mungkin dapat disembuhkan dengan
bertujuan agar mengembalikan kualitas hidup pasien,. Terapi yang diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keluhan pasien, ukuran prostate, berat badan, tingkat antigen
prostat spesifik (PSA) pilihannya adalah mulai dari : tanpa terapi (watchful waitting),
terapi farmakologi, dan terapi intervensi atau pembedahan (Dhingra dkk, 2011).
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan
menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang
dari kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24
jam bila tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam
sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan
melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
uretral. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30
gram/kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat
dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih rendah
c. Prostatektomi terbuka
terapi bedah yaitu : Retensi urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi
ginjal, infeksi saluran kemih berulang, tanda obstruksi berat seperti hidrokel,
1. Pengkajiaan
a. Identitas klien
Jenis kelamin laki-laki, umur 61 thn, banyak dijumpai pada bangsa / rascaucasian
b. Keluhan Utama
disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,hesistensi ( sulit memulai
hernia sebelumnya
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderitapenyakit
BPH
f. Pengkajian fisik
DS
Sulit kencing
Kerasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong denganbaik
DO
Terpasang kateter
DS
DO
Tampak lemah
1) Eliminasi
ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hariuntuk berkemih
4) Nyeri/kenyamanan
Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeripunggung bawah
penggunaan alkhohol
6) Pola aktifitas
Apakah ada perubahan sebelum sakit danselama sakit. Pada umumnya aktifitas
7) Seksualitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. pre op
proses bedah
b. post op
1) Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
1. Pre Op
Kriteria Hasil :
nyeri.
nyeri pasien.
inter personal).
i) Tingkatkan istirahat.
j) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
bedah
Kriteria Hasil :
mengontol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal.
Kriteria Hasil
benar.
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
2. Post Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
Kriteria Hasil :
nyeri.
nyeri pasien.
inter personal).
i) Tingkatkan istirahat.
j) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
c) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
f) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC.
Jakarta:EGC
Sjamsuhidajat, dkk. (2012). Buku ajar ilmu bedah Samsuhidajat-De Jong. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC