Anda di halaman 1dari 16

Anatomi dan Histologi Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior

buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkab terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.

Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria ; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm dengan lebarnya 4 cm dan beratnya 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah duktus ejakulatorius.

Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelanjar tubulo alveolar yang mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah. Saluran ini bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Kelenjar ini terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen dan serat elastis. Otot pembentuk masa padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Alveoli
1

dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan tubuli bercabang berkali-kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung sekret yang berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid. Nukleus biasanya satu, nulat dan biasanya terletak di basal. Nukleoli biasanya terlihat ditengah, bulat an kecil. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : 1. Lobus medius 2. Lobus lateralis (2 lobus) 3. Lobus anterior 4. Lobus posterior Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas berbagai unsur glandular dan non glandular. Dibagi menjadi 5 zona tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu : 1. Zona Anterior atau Ventral Sesuai dengan lobus anterior, tidak mempunyai kelenjar terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat. 2. Zona Perifer Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% masa kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak. 3. Zona Centralis Lokasi terletak antar kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% masa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi. 4. Zona Transisional Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hipertropi. 5. Kelenjar-kelenjar Periuretra Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

Aliran darah prostat merupakan percabangan dari arteri pudenda interni, arteri vesikalis inferior dan arteri rectalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina propria. Pembuluh vena mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena mencurahkan isinya ke vena iliaka interna. Pembuluh limfe mulai sebagai kapiler dalam stroma dan mengikuti pembuluh darah dan mengikuti pembuluh darah. Limfe terutama dicurahkan ke nodus iliaka interna dan nodus sakralis. Persarafan prostat berasal dari pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak dan di stroma. Serabut motoris mungkin terutama simpatis, tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama seperti dindin pembuluh darah.

Fisiologi Prostat Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol. Enzim seperti PSA digunakan untuk membantu sperma mencapai sel telur selama melakukan hubungan seksual. Sperma tidak dibuat di prostat, melainkan di testis. Zat lain yang dibuat oleh vesikula seminalis dan prostat seperti zinc, sitrat, dan fruktosa memberi energi pada sperma untuk menempuh perjalanan tersebut. Antibodi melindungi saluran kencing dan sperma dari bakteri dan patogen lainnya. Prostat biasanya tumbuh selama masa remaja di bawah kontrol hormon testosteron dan DHT (dihydrotestosterone).

Defenisi Hipertropi prostat merupakan kelainan yang sering ditemukan. Istilah hipertropi sebenarnya kurang tepat karna yang terjadi hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Hiperplasia merupakan penambahan ukuran suatu jaringan yang disebabkan oleh penambahan jumlah sel pembentuknya. Hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat yang jinak dan bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular.

Histopatologi Daerah yang sering dikenai adalah lobus lateral bagian tengah dan lobus medial. Secara mikroskopik gambaran yang terlihat tergantung pada unsur yang berproliferasi. Bila kelenjar yang banyak berproliferasi makan akan tampak penambahan jumlah kelenjar dan sering terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel silindris atau kubus dan pada beberapa tempat membentuk papila-papila ke dalam lumen. Membran basalis masih utuh. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar kecil-kecil sehingga menyerupai adenikarsinoma. Didalam lumen sering ditemukan deskuamasi sel epitel, sekret yang granduler dan kadang-kadang corpora arnylacea (hyaline concretion) . Didalam stroma sering ditemukan infiltrasi sel limfosit. Bila unsur fibromuskular yang bertambah maka tampak jaringan ikat atau jaringa otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya berjauhan disebut hiperplasia fibromatosa.

Ketergantungan sejumlah relatif elemen stroma dan kelenjar maka tipe hiperplasia prostat sering ditemukan adalah fibromyoglandular dan fibromyomatosa. Perubahan sekunder yang terjadi adalah infark akibat nodul menekan pembuluh darah. Etiologi dan Patogenesis Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa pendapat dan fakta yang menunjukkan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen dan estrogen. Dehidrotestoteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim 5 reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT) . Reseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen denga bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga peninggian estrogen secara relatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus medial dan lateralis) hingga pada hiperestrinism, bagian inilah yang mengalami hiperplasia. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot destrusor, trabekulasi dan terbentuknya selula. Sakula dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.

Dengan demikian meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase kompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikel yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat jatuh ke gagal ginjal. Epidemiologi Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, dimana selang waktu tersebut terjadi peningkatan cepat dalam ukuran yang berkelanjutan sampai usia akhir 30an. Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada usia 50 tahun angka kejadian sekita 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik. Dari beberapa autopsi dalam ukuran prostat dan insidensi histologi hiperplasia prostat, mereka melaporkan bahwa prostat tumbuh dengan cepat selama masa remaja sampai ukuran dewasa dalam 3 dekade dan pertumbuhan melambat sampai laki-laki mencapai 40 tahun dan 50 tahun, mulai memasuki pertumbuhan yang makin lama makin besar. Mereka juga menetapkan insiden hiperplasia prostat makin meningkat dengan meningkatnya usia dimulai dari dekade ke 3 kehidupan dan menjadi sangat besar pada waktu usia 80-90 tahun. Gambaran Klinis Hiperplasia prostat hampir mengenai semua orang tua tetapi tidak semuanya disertai dengan gejala-gejala klinis. Gejala klinis yang menonjol dan hiperplasia prostat adalah sumbatan saluran kencing bagian bawah. Terjadinya gejala tersebut dapat disebabkan oleh dua komponen, pertama adanya penekanan yang bersifat menetap pada uretra (komponen statik) dimana terjadi peningkatan volume prostat yang pada akhirnya akan menekan uretra pars prostatika dan mengakibatkan terjadinya hambatan aliran kencing. Kedua disebabkan oleh peningkatan tonus kelenjar prostat yang diatur oleh sistem saraf otonom (komponen dinamik) yang akhirnya dapat meninggikan tekanan dan resistensi uretra, hal tersebut menyebabkan terjadinya sumbatan aliran kencing. Tanda dan gejala hiperplasia prostat antara lain sering buang air kecil, nocturia, pancaran urin lemah, urin yang keluar menetes-netes pada bagian akhir masa buang air kecil. Gejala hiperplasia prostat biasanya memperlihatkan dua tipe yang saling berhubungan dengan cukup kuat dan gagal kontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.

Tanda obstruksi : 1. Menunggu pada permulaan miksi 2. Pancaran miksi terputus-putus (intermitten) 3. Rasa tidak puas sehabis miksi 4. Urin menetes pada akhir miksi ( terminal dribling) 5. Pancaran urin jadi lemah Gejala iritasi biasanya memberatkan pasiem dibandingkan obstruksi. Gejala iritasi timbul karena pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada akhir miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh. Bila terjadi dekompensasi akan terjadi retensi urin sehingga urin masih berada dalam kandung kemih pada akhir miksi. Retensi urin kronik menyebabkan refluk vesikoureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadinya infeksi. Tanda iritasi : 1. Rasa tidak dapat menahan kencing (urgensi)

2. Terbangun untuk kencing pada saat tidur malam hari (nocturia) 3. Bertambah frekuensi kencing 4. Nyeri pada waktu miksi (disuria)

Gejala dan tanda ini diberi skoring untuk menentukan berat keluhan klinis. Padwaktu miksi penderita hampir selalu mengedan,sehingga lama kelamaan akan menyebabkan hernia atau hemoroid. Kareba selalu terdapat sisa urin dapat membentuk batu endapan dalam aluran kemih. Adanya batu saluran kemih menambah keluhan iritsi dan menimbulkan hematuria. Hematuria bisa juga terjadi karena ruptur dari vena-vena yang dilatasi pada leher vesika urinaria. Selain itu, batu tersebut bisa menyebabkan sistisis dan bisa terjadi refluk dapat terjadi pyelonefritis. Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui penderita sama sekali tidak dapat miksi sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Dengan pemeriksaan colok dubur, dapat memeberi kesan keadaan tonus spingter anus, kelainan yang berada di mukosa rektum dan pembengkakan dalam rektum san prostat. Pada pemeriksaan ini harus diperhatikan konsistensi prostat ( pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) apakah simetris, apakah nosul pada prostat, apakah bata atas teraba. Apabila batas atas masih bisa diraba biasanya diperkirakan berat prostat kurang 60 gram. Tentu saja penentuan berat prostat dengan cara ini tidak akurat. Sebaliknya colok dubur cukup baik untuk
8

mengetahui adanya keganansan prostat. Pada karsinoma prostat, prostat teraba keras atau teraba benjolan yang konsistensinya lebih keras dari sekitarnya atau letaknya asimetris dengan bagian yang lebih keras. Retensi urin dapat terjadi dengan kelenjar yang dirasakan normal pada pemeriksaan colok dubur, sebaliknya kelenjar yang dirasakan membesar bisa tidak menimbulkan gejala obstruksi saluran keluar vesika urinaria. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Volume sisa urin setelah miksi normal pada pria dewasa sekitar 35 ml. Sisa urindapat juga diketahui dengan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi, sisa urin lebih dari 100 ml, biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiperplasia prostat. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan pancaran urin pada waktu miksi, cara pengukuran ini disebut uroflowmetri. Angka normal untuk pancaran urin rata-rata 10-12 ml/detik dengan pancaran maksimal sampai 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan pancaran maksimal menjadi 15 ml/detik. Tetapi pada pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara kelemahan otot detrusor dengan obstruksi intravesikal. Diagnosis The Third International consultation on BPH menganjurkan untuk menganamnesis keluhan miksi terhadap setiap pria berumur 50 tahun atau lebih jika ditemukan prostatismus lakukan pemeriksaan dasar standar kemudian jika perlu dilengkapi dengan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan standar meliputi: a) Hitung skor gejala, dapat ditentukan dengan menggunakan skor IPSS (International Prostate Symptom Score) b) Riwayat penyakit lain atau pemakai obat yang memungkinkan gangguan miksi c) Pemeriksaan fisik khusunya colok dubur] Pemeriksaan tambahan : a) Pemeriksaaan uroflowmetri (pengukuran pancaran urin pada saat miksi) b) Pemeriksaan TRUS-P (Transrectal Ultrasonography of Prostate) c) Pemeriksaan serum PSA (Prostatis Spesific Antigen) d) Pemeriksaan USG transabdominal e) Pemeriksaan patologi anatomi (diagnosa pasti)

International prostate symptom score (IPSS)


Name: Date:

Less than half the time

About half the time

More than half the time

Almost always

Incomplete

emptying

Over the past month, how often have you had a sensation of not emptying your bladder completely after you finish urinating?

Less than 1 time in 5

Frequency
Over the past month, how often have you had to urinate again less than two hours after you finished urinating?

Intermittency
Over the past month, how often have you found you stopped and started again several times when you urinated?

Urgency
Over the last month, how difficult have you found it to postpone urination?

Weak stream
Over the past month, how often have you had a weak urinary stream?

Straining
Over the past month, how often have you had to push or strain to begin urination?

Your score 10

Not at all

None

5 times or more

Nocturia
Over the past month, many times did you most typically get up to urinate from the time you went to bed until the time you got up in the morning?

Total IPSS score

Pleased

Mostly satisfied

Your score

2 times

3 times

1 time

4 times

Delighted

Quality of life due to urinary symptoms

If you were to spend the rest of your life with your urinary condition the way it is now, how would you feel about that?

Mixed about equally satisfied and dissatisfied

Mostly dissatisfied

Unhappy

Total score: 0-7 Mildly symptomatic; 8-19 moderately symptomatic; 20-35 severely symptomatic.

Diagnosa Banding

Terrible 11

Proses miksi tergantung pada kekuatan kontraksi otot detrusor, elastisitas leher kandung kemih dengan tonus ototnya dan resistensi uretra. Setiap kesulitan miksi disebabkan oleh saah satu dari ketiga faktor tersebut. Kelemahan otot detrusor dapat disebabkan oleh gangguan syaraf (gangguan neurologic), misalnya pada lesi medula spinalis, neuripatia diabetes, bedah radikal yang mengorbankan persyarafan di daerah pelvis, penggunaan obat-obat penenang, alkoholisme, obat penghambat alfa, parasimpatolitic. Kekakuan leher vesika disebabkan proses fibrosis sedangkan resistensi uretra disebabkan oleh hiperplasia prostat, tumor di leher kandung kemih, batu diuretra atau striktura uretra, uretritis akut ataupun kronis. Penataksanaan Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7) dapat hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi adalah: 1. Retensi urin berulang (berat) yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan kateter urin sedikitnya satu kali 2. Infeksi saluran kencing berulang
3. Gross hematuria berulang

4. Batu buli-buli 5. Insufisiensi ginjal 6. Divertikula buli-buli

A. Watchful Waiting Watchful waiting merupakan penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH dengan symptom score ringan 0-7. Besar resiko BPH menjadi lebih berat dan munculnya komplikasi tidak dapat ditentukan pada terpi ini, sehingga pasien dengan gejala BPH ringan menjadi lebih berat tidak dapat dihindarkan, akan tetapi beberapa pasien ada yang mengalami perbaikan gejala secara spontan.

B. Medikamentosa
1. Penghambat alfa ( alpha blocker)

Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1 dan prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang bereperan dalam mengecilkan prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh resepto 1a. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hail berupa
12

perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala dan tanda (sign dan symptom) BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasina berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya.
2. Penghambat 5-Reduktase ( 5 Reductase inhibitors)

Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, ysng menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala. 3. Terapi Kombinasi Terapi kombinasu antara penghambat alfa dan penghambat 5-Reduktase memperlihatkam bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi tambahan selang berlangsung. 4. Fitoterapi Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis. Pengunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui,efektivitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji.

C. Operasi Konvensional
1. Transurethral Resection of the Prostate ( TURP)

95% simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Resiko TURP antara lain ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkotinensia urin. 2. Transurethral Incision of the Prostate Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi hiperplasia komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan kurang menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25% pasien. 3. Open Simple Prostatectomy Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi terbuka diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk
13

dilakukan enukleasi. Open prostatectomy juga dilakuakn pada BPH dengan divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak memungkinkan. Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pemendekan suprapubik ataupun retropubik.

Transurethral Resection of the Prostate ( TURP)

Transurethral Resection of the Prostate ( TURP)

D. Terapi Minimal Invasif


14

1. Laser Dua sumber energi utama yang digunakan pada operasi dengan sinar lser adalah Nd : YAG dan holomium : YAG Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah :

Kehilangan darah minimal Sindroma TUR jarang terjadi Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan Dapat dilakukan out patient procedure

Kerugian operasi laser : o Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi o Pemasangan kateter postoperasi lebih lama o Lebih iritatif o Biaya besar 2. Transurethral Electrovaporization of Prostate Transurethral Electrovaporization of Prostate menggunakan resektoskop. Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas, menghasilkan cekungan pada uretra pasr prostatika. Prosedurnya lebih lama daru TUR. 3. Hyperthermia Hipertermia dihantaran melalui kateter transuretra. Bagian alat lainnya mendinginkan mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 450C alat pendingin tidak diperlukan. 4. Transuretrhal Needle Ablation of the Prostate Transuretrhal Needle Ablation of the Prostate menggunakan kateter khusus yang akan melalui uretra.

5. High Intensity Focused Ultrasound High Intensity Focused Ultrasound merupakan melakukan ablasi jaringan dengan panas. Ultrasound probe ditempatkan pada rektum. 6. Intraurethral Stents

15

Alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan endoskopi dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap paten. 7. Transurethral Balloom Dilatation of the Prostate Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan fossa prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang ukurannya kecil (<40>3). Tehnik ini jarang digunakan.

16

Anda mungkin juga menyukai