NPM 18190100005
A. Anatomi Fisiologi
Apendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch ( analog
serosa. Apendiks mungkin tidak terlihat karena adanya membran Jackson yang
ileum terminal menutup caecum dan apendiks. Lapisan submukosa terdiri dari
jaringan ikat kendor dan jaringan elastik membentuk jaringan saraf, pembuluh
disebut crypta lieberkuhn. Dinding luar (outer longitudinal muscle) dilapisi oleh
pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan caecum dan apendiks taenia
dari .torkalis. Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula disekitar
tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi,
ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
setelah lahir. Jumlahnya meningkat selama masa pubertas, dan menetap saat
dewasa dan kemudian berkurang mengikuti umur. Setelah usia 60 tahun, tidak
ada jaringan lymphoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks
komplit.
B. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
C. Penyebab
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen
apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
D. Klasifikasi Apendiks
1. Apendisitis akut
pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra
pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
3. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua
syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi
tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan
secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.
akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya
apendektomi.
Kemudian yang ke dua karsinoid apendiks Ini merupakan tumor sel
spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan.
E. Manifestasi klinik
punggung/pinggang.Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya
1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi
Demam bisa mencapai 37,8- 38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan
bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua
orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang,
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag
dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang
demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan
kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah
dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc
buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh
saluran kencing ureter, nyerinya akan samadengan sensasi nyeri kolik saluran
kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke
belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina.
Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik.
F. Patofisiologi
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
G. Patways
H. Pemeriksaan Penunjang
jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang
demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi appendiks
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan
False negatif juga dapat muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau
tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai
jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada
I. Penatalaksanaan
1. Observasi
Dalam 8 - 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dan hitung jenis ) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak
perforasi.
2. Operasi
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
bulan.
3. pasca Oprasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik apabila
dalam 12 jam tidak ada gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di
luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien boleh pulang.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktuyang lama. keluhan yang
klien sekarang.
3. Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat
4. Kebiasaan Eliminasi
pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan,sedang , berat.
b. Sirkulasi: takikardia.
c. respirasi : takipnee, pernapasan dangkal.
d. Aktivitas,istirahat : malaise.
e. Eliminasi :'konstipasi pada awitan awal diare kadang-kadang
f. Distensi abdomennyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
Berjalan, Bersin, Batuk atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
K. Diagnosa Keperawtan
1. Pre op
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
2. Post op
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
informasi
M. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Pre oprasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan asuhan Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
injuri biologi (distensi jaringan intestinal keperawatan, diharapkan nyeri klien nyeri. nyeri dan merupakan indiaktor secara
oleh inflamasi) berkurang dengan kriteria hasil : diniuntuk dapat memberikan tindakan
selanjutnya
- Klien mampu mengontrol nyeri (tahu
Jelaskan pada pasien tentang penyebab
penyebab nyeri, mampu menggunakan Informasi yang tepat dapat menurunkan
nyeri
tehnik nonfarmakologi untuk tingkat kecemasan pasien dan
mengurangi nyeri, mencari bantuan) menambah pengetahuan pasien
tentang nyeri.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Ajarkan tehnik untuk pernafasan
dengan menggunakan manajemen diafragmatik lambat/ napas dalam Napas dalam dapat menghirup O2 secara
nyeri adequate sehingga otot-otot menjadi
relaksasi sehingga dapat mengurangi
Tanda vital dalam rentang normal :TD
Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan rasanyeri.
(systole 110-130 mmHg, diastole70-
anggota keluarga)
90mmHg), HR(60-100x/menit), RR Meningkatkan relaksasi dan dapat
(16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C) Observasi tanda-tanda vital meningkatkan kemampuan kooping.
Klien tampak rileks mampu tidur Deteksi dini terhadap perkembangan
/istirahat kesehatan pasien.
Sebagai profilaksis untuk dapat
Kolaborasi dengan tim medis dalam menghilangkan rasa nyeri
pemberian analgetik
2 Cemas berhubungan dengan akan Setelah dilakukan asuhan Evaluasi tingkat ansietas, catatverbal dan Ketakutan dapat terjadi karena
dilaksanakan operasi keperawatan,diharapkan kecemasan non verbal pasien. nyerihebat, penting pada prosedur
klien berkurang dengan kriteria hasil : diagnostic dan pembedahan.-
-Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan
Melaporkan ansietas menurun sampai prosedur sebelum dilakukan Dapat meringankan ansietas
tingkat teratasi terutamaketika pemeriksaan tersebut
Jadwalkan istirahat adekuatdan periode
melibatkan pembedahan.-
Tampak rileks menghentikan tidur
Membatasi kelemahan, menghemat
Anjurkan keluarga untuk menemani
energidan meningkatkan kemampuan
disamping klien
koping
Mengurangi kecemasan klien
Post op
1 Nyeri berhubungan dengan agen injuri Setelah dilakukan asuhan Kaji skala nyeri lokasi,karakteristik Berguna dalam pengawasan dan
fisik (luka insisi post operasi keperawatan,diharapkan nyeri berkurang dan laporkan perubahan nyeri dengan keefesienobat, kemajuan penyembuhan,
appenditomi) dengan kriteria hasil : tepat.- perubahan dan karakteristik nyeri.
Melaporkan nyeri berkurang Monitor tanda-tanda vital Deteksi dini terhadap perkembangan
kesehatan pasien.
Klien tampak rileks
Menghilangkan tegangan abdomen
Dapat tidur dengan tepat Pertahankan istirahat dengan posisi
yang bertambah dengan posisi terlentang.
semi powler.
Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD
Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
(systole 110-130mmHg, diastole70- Dorong ambulasi dini.
90mmHg), HR(60-100x/menit),RR (16- Meningkatkan relaksasi.
Berikan aktivitas hiburan.
24x/menit), suhu (36,5-37,50C)
Menghilangkan nyeri
Kolaborasi tim dokter
dalam pemberian analgetika.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada Dugaan adanya infeksi
tindakan invasif (insisi post diharapkan infeksi dapat diatasi dengan area insisi
pembedahan) kriteria hasil :
Monitor tanda-tanda vital.Perhatikan
Dugaan adanya infeksi/terjadinya
Klien bebas dari tanda-tanda infeksi demam, menggigil, berkeringat,
sepsis,abses, peritoniti
perubahan mental
Menunjukkan kemampuan untuk
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang
mencegah timbulnya infeksi- Lakukan teknik isolasi untuk infeksi
lain.
enterik, termasuk cuci tangan efektif.
Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)
4 Kurang pengetahuan tentang kondisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Kaji ulang pembatasan aktivitas Memberikan informasi pada pasien untuk
prognosis dan kebutuhan pengobatan diharapkan pengetahuan bertambah pascaoperasi merencanakan kembali rutinitas biasatanpa
b.d kurang informasi. dengan kriteria hasil : menimbulkan masalah.
Anjuran menggunakan
menyatakan pemahaman proses penyakit laksatif/pelembek feses ringan bila Membantu kembali ke fungsi usus semula
dan pengobatan perlu dan hindari enema mencegah ngejan saat defekasi
berpartisipasi dalam program pengobatan Diskusikan perawatan insisi, termasuk Pemahaman meningkatkan kerja sama
mengamati balutan, pembatasan dengan terapi, meningkatkan penyembuhan
mandi, dan kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
Upaya intervensi menurunkan resiko
Identifikasi gejala yang memerlukan
komplikasi lambatnya
evaluasi medic, contoh peningkatan
penyembuhan peritonitis
nyeri edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
Daftar Pustaka
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC)Second Edition, IOWAIntervention
Project, Mosby
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,IOWA
Smeltzer, Bare 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.Volume 2.
Jakarta, EGC