Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI (BPH)

Laporan Pendahuluan

RS. Roemani

Disusun oleh :

Mety Eva Rahayu

G2A014038

PROGRAM STUDI NERS (TAHAP AKADEMIK)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

1
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI

A. Anatomi fisiologi BPH


Anatomi
Menurut wibowo dan paryana (2009) kelenjar prostat terletak
dibawah kandung kemih, mengelilingi uretra posterior dan disebelah
proksimalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian
distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang
sering disebut sebagai otot dasar panggul.
Prostat terdiri atas kelenjar manjemuk, saluran-saluran dan otot
polos, ptostat dibentuk oleh jaringan kelenjar dan jaringan
fibromuskular. Prostat dibungkus oleh capsula fibrosa dan bagian lebih
luar oleh fascia prostattica yang tebal. Diantara fascia prostattica dan
capsula fibrosa terdapat bagian yang berisi anyaman vena yang disebut
plexus prostatticus. Fascia prostattica berasal dari fascia pelvic yang
melanjutkan dari ke fascia superior diaphragmatic urogenital,
puboprostaticum. Bagian posterior fascia prostatica membentuk lapisan
lebar dan tebal yang disebut fascia denovilliers. Fascia ini sudah dilepas
dari fascia rectalis dibelakangnya. Hal ini penting bagi tindakan operasi
prostat. (purnomo, 2011)

2
Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas empat lobus, lobus posterior, lobus lateral, lobus
anterior, dan lobus medial. Lobus posterior yang terletak dibelakang uretra
dan dibawah duktus ejakulatorius, lobus lateral yang terletak dikanan uretra,
lobus anterior atau isthmus yang terletaK di depan uretra dan
menghubungkan lobus dekstra dan lobus sinistra, bagian ini tidak
mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos, selanjutnya lobus medial
yang terletak diantara uretra dan duktus ejakulatorius, banyak mengandung
kelenjar dan merupakan bagian yang menyebabkan terbentuknya uvula
veiscae yang menonjol kedalam vesica urinaria bila lobus medial ini
membesar. Sebagia akibatnya dapat terjadi bendungan aliran urin pada
waktu berkemih. (wibowo dan paryana 2009)
Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah walnut
atau buah kenari besar. Ukurannya, panjang sekitar 4-6 cm, lebar 3-4 cm,
dan tebalnya kuramg lebih 2-3 cm dengan berat sekitar 20gram. Bagian-
bagian prostat terdiri dari 50-70 % jaringan kelenjar, 30-50 % adalah
jaringan stroma (penyangga) dan kapsul/ muskuler.
Prostat merupakan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik
dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang menenrima masukan
serabut parasimpatik dari korda spinalis dan simpatik dari nervus
hipogastrikus. Rangsangan parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar
pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan
pengeluaran cairan prostat kedalam uretra posterior, seperti pada saat
ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat,
kapsula prostat, dan leher buli-buli. Ditempat itu terdapat banyak reseptor
adrenergic. Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot
tersebut. Pada usia lanjut sebagian pria akan mengalami pemebsaran
kelenjar prostat akibat hiperplasi jinak sehingga dapat menyumbat uretra
posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih. (purnomo
2011).

3
Fisiologi
Menurut purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh
yang tergantung kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan mengenai sifat
endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka terhadap estrogen adalah
bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap androgen. Oleh karena
itu pada orangtua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasi karena
sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen relatif bertambah. Sel-
sel klenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif
bekerja pada pH5.

Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu


dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase,
kalsium dan koagulase serta fibrilonisis. Selama pengeluaran cairan prostat,
kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas
deferen dan cairan keluar bercampur dengan semen yang lainnya. Cairan
prostat merupakan 70% volume cairan ejakulasi dan berfungsi memberikan
makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati
didalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (pH :3,5-4).
Cairan ini dialirkan melalui duktus skretorius dan bermuara diuretra
posterior untuk kemudian dikerluarkan bersama cairan semen yang lain
pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh
volume ejakulat. Dengan demikian sperma dapat hidup lebihnlama dan
dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan melakukan
pembuahan, sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH cairan
sekitarnya meningkat 6-6,5 akibatnya mungkinb bahwa cairan prostat
menetralkan keasaman cairan dan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat
meningkatkan pergerakan dan fertilitas sperma (wibowo dan Paryana 2009)
( digilib unimus .ac .id )

B. Definisi BPH
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan perbesaran
kelenjarprostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih dan
menyumbataliran urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya

4
terjadi dilatasiureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap(Smeltzer dan Bare, 2002).
BPH merupakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut ddimulai dari bagian
periuteral sebagai poliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingi uretra dan
pembesaran bagian periuretral menyebabkan obstruksi leher kandung
kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkan aliran kemih dari
kandung kemih (price dan Wilson, 2006)

C. Etiologi BPH
Hingga sekarang masih belum diketahui secara
pastietiologi/penyebab terjadinya BPH, namun beberapa
hipotesisimenyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan
kadardehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat
perubahanmikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologikanatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan
angka kejadiannya sekitar50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya
sekitar 80%, dan usia 90 tahunsekiatr 100% (Purnomo, 2011)
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa
hipotesayang diduga menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori
penyebabBPH menurut Purnomo (2011) meliputi, Teori
Dehidrotestosteron (DHT),teori hormon (ketidakseimbangan antara
estrogen dan testosteron), faktorinteraksi stroma dan epitel-epitel, teori
berkurangnya kematian sel(apoptosis), teori sel stem.
a. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Dehidrotestosteron (DHT) adalah metabolis andogren yang
sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Aksis
hipofisis testis dan reduksi tertosteron menjadi dehidrotestosteron
(DHT) dalam sel prostat merupakan faktor terjadinya penitrasi DHT
kedalam inti sel yang dapat menyebabkan inskripsi pada RNA,
sehingga dapar menyebabkan terjadinya sintesis protein yang
menstimulasi pertumbuhan sel prostat.

5
b. Teori hprmone ( ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron)
Pada usia yang semakin tua, terjadi penurunan kadar
testosteron sedangkan kadar estrogen relative tetap, sehingga terjadi
perbandingan antara kadar estrogen dan testosteron relative
meningkat. Hormone estrogen didalam prostat memiliki peranan
dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah
kematian sel-sel prostat (apoptosis). Meskipun ragsangan
terbentuknya sel-sel baru akibat rangsanagan testosteron meningkat,
tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang lebih panjang
sehingga masa prostat jadi lebih besar.
c. Faktor interaksi stroma dan epitel
d. Teori bekurangnya kematian sel (opotosis)
e. Teori sel stem

D. Patofisiologi
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibriadenommatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut
dimulai dari bagian pariuretral sebagai poliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan
hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan
otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran prostat
terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi, keadaan berlanjut maka destrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontaksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien
tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan
terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri. (baradero, dkk 2007)

6
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada
urin yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya
obstuksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih
(hesitansi). Gejala iritasi juga meneyertai obstruksi urin. Vesika
urinarianya mengalami iritasi dan urin yang tertahan didalamnya
sehingga klien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong
setelah berkemih yang mengakibatkan interval disetiap berkemih lebih
pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien
mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri
saat berkemih/disuria (purnomo, 2011)
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi akan terjadi inkontinensia paradpks. Retensi kronik
menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada
waktu miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelmaan
menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin,
dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam kandung
kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan mneimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila
terjadi refluk akan mengakibatkan pielnefritis. (sjamsuhidajat dan De
jong, 2005).

E. Manifestasi klinis
 Retensi urin
 Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing
 Miksi yang tidak puas
 Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)
 Pada malam hari miksi harus mengejan
 Terasa panas, nyeri atau sekitar miksi (disuria)
 Masaa pada abdomen bagian bawah hematuria
 Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)

7
 Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi
 Berat badan menurun
 Anemia kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui

F. Penatalaksanaan
a) Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan,
nasehat yang diberikan yaitu mengurangi minum setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia, mengurangi minum kopi dan
tidak diperbolehkan minum alkohol supaya tidak selalu sering
miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing dan
pemeriksaan colok dubur.
b) Terapi medikamentosa
Tujuan terapi medika mentosa adalah :
1) Mengurangi retensio otot polos prostate sebgai komponen
dinamik peneyebab obstruksi infravesica dengan obat-obatan
penghambat adrenalgik alfa.
2) Mengurangi volume prostate sebagai komponen statik dengan
cara menurunkan kadar hormon testosteron atau
dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5 alfa-redukstase
 Penghambat enzim : obat yang dipakai adalah finasteride
dengan dosis 1x5 mg/hari, obat golongan ini dapat
menghambat pembentukan dehate sehingga prostat akan
mengecil.
 Filoterapi
Pengobatan filoterapi yang ada di indonesia yaitu
eviprostat. Efeknya dihartapkan terjadi setelah pemberian
selama 1-2 bulan
 Terapi bedah
Waktu penanganan klien bervariasi bergantung beratnya
gejala dan komplikasi, indikasi untuk terapi bedah yaitu
retensio urin berulang, hematuria, tanda penurunan fungsi
ginjal, infeksi saluran kemih berkurang.

8
 Terapi invasive minimal
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada BPH adalah :
a) Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b) Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu
miksi
c) Hernia / hemoroid
d) Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu
e) Hematuria
f) Sistitis dan pielonefritis

H. Pengkajian fokus
a) Data biografi
Meliputi
1) Identitas klien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
atau bngsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, catatan kedatangan.
2) Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informsi,
beserta nomer telefon.

b) Riwayat kesehatan atau perawatan.


Meliputi :
1) Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluh nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering
BAK berulang-ulang, terbangun untuk miksi pda malam hari,
perasaan ingin miksi yang sangat mendesak, kalau mau miksi
harus menunggu lama, harus mengejan, kencing terputus-putus
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu
lama, dan harus mengejan

9
 Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
 Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa
 Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
 Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam
hari
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan apakah
pasien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang

c) Pola fungsi kesehatan


1) Sirkulasi
Tanda : peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
2) Eliminasi
Gejala :
 Penurunan kekuatan/ dorongan aliran urin tetesan
 Keragu-raguan pada berkemih awal
 Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
 Nokturia, disuria, haematuria
 Duduk untuk berkemih
 Infeksi saluran kemih berulang, riwayat batu (statis urinaria)
 Konstivasi (protrusi prostat kedalam rektum)
Tanda :
 Masa padat dibawah abdomen bawah ( distensi kandung
kemih), nyeri tekan kandung kemih
 Hernia ingunalis, hemoroid (mengakibatkan peningkatan
tekanan abdominal yang memerlukan pengosongam
kandumg kemih mengatasi tehanan)

10
3) Makanan / cairan
Gejala :
 Anoreksia, mual, muntah
 Penurunan berat badan
4) Nyeri / keamanan
Gejala :
 Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada
prostates akut)
 Nyeri punggung bawah
5) Keamanan
Gejala : demam
6) Seksualitas
Gejala :
 Masalah tentang efek kondisi/penyakit kemampuan sexual
 Takut inkontinentia / menetas selama hubungan intim
 Penurun kekuatan kontraksi ejakulasi
7) Penyulan dan pembelajaran
Gejala :
 Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
 Penggunaan antihipertensitif atau antidefresan, antibiotik
urinaria atau gen antibiotik, obat yang dijual bebas, batuk
flu/ alergi obat mengandung simpatomimetik
8) Aktifitas / istirahat
 Riwayat pekerjaan
 Lamanya istirahat
 Aktifitas sehari-hari
 Pengaruh penyakit terhadap aktifitas
 Pengaruh penyakit terhadap istirahat
9) Hygiene
 Penampilan umum
 Aktifitas sehari-hari
 Kebersihan tubuh

11
 Frekuensi mandi
10) Integritas ego
 Pengaruh penyakit terhadap stress
 Gaya hidup
 Masalah finansial
11) Neurosensori
 Apakah ada sakit kepala
 Status mental
 Ketajaman penglihatan
12) Pernapasan
 Apakah ada sesak napas
 Riwayat merokok
 Frekuensi pernapsan
 Bentuk dada
 Auskultasi
13) Interaksi sosial
 Status perkawinan
 Hubungan dalam masyarakat
 Pola interaksi keluarga
 Komunikasi verbal / nonverbal
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan colok dubur (recta Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk
yang sudah diberi pelicin kedalam lubang dubur. Pada
pmeriksaan colok dubur dinilai :
 Tonus sfingter ani dan refluks bulbo-kavernosus (BCR)
 Mencari kemungkinan adanya masa didalam lumen rectum
 Menilai keadaan prostate
2) Laboratorium
 Urinalis untuk melihat adanya infeksi, hematuria
 Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat gambaran fungsi
ginjal

12
3) Pengukuran derajat berat obstruksi
 Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi
spontan (normal sisa urin kosong dan batas intervensi sisa
urin lebih dari 100cc)
 Pancaran urin (uroflowmetri)
(syarat: jumlah urin dalam vesika 125 s/d 150 ml. Angka
normal rata-rata 10 s/d 12 ml/detik, obstruksi ringan 6-8
ml/detik)

4) Pemeriksaan lain
 BNO/IVP untuk menentukan adnya divertikel, penebalan
bladder
 USG dengan transuretral ultrasonografi prostat (TRUS P)
untuk menentukan volume prostat
 Trans Abdominal USG : untuk mendeteksi bagian prostat
yang menonjol ke buli-buli yang dapat dipakai untuk
meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu dalam
vesika.
 Cystoscopy untuk melihat adanya penebalan pada dinding
bladder.

I. Phatways Keperawatan
( Terlampir)

J. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan saluran pengeluaran pada
kandung kemih
b) Nyeri akut b.d agent injuri fisik (spasme kandung kemih)
c) Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari
prosedur pembedahan
d) Ansietas b.d tindakan pembedahan yang akan dilakukan
e) Retensi urin

13
K. Fokus intervensi dan rasional

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Gangguan eliminasi urin NOC NIC
 Urinary elimination Urinary retention care
 Urinary continuence  Lakukan penilaian
Kriteria hasil : kemih yang
 Kandung kemih komperhensif
kosong secara penuh berfokus pada

 Tidak ada residu urin inkontinensia

> 100-200 cc (mis,.output,

 Intake cairan dalam input, pola

rentang normal berkemih, fungsi

 Bebas dari ISK kognitif, dan


masalah kencing
 Tidak ada spasme
praeksisten)
bladder
 Memantau
 Balance cairan
penggunaan obat
seimbang
dengan sifat
antikolinergikatau
properti alpha
agonis
 Monitor efek dari
obat-obatan yang
dirresepkan,
seperti calcium
chanel, blockers
dan
antikolinergik.
 Masukkan kateter
kemih sesuai
anjuran

14
 Anjurkan pasien /
keluarga merekam
output urin
 Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan
palpasi dan
perkusi
 Menerapkan
kateterisasi
intermiten

2. Nyeri akut NOC NIC


Batasan karakteristik:  Pain level Pain management
 Perubahan selera  Pain control  lakukan
makan  Comfort level pengkajian nyeri
 Perubahan Kriteria hasil : secara
tekanan darah  Mampu mengontrol komprehensif
 Perubahan nyeri (tahu termasuk lokasi,
frekuensi jantung penhyebab nyeri, karakteristik,
 Perubahan mampu durasi, frekuensi,
frekuensi menggunakan teknik kualitas dan
pernapasan nonfarmakologi faktor presipitasi.

 Diaforesis untuk mengurangi  Observasi reaksi


nyeri) nonverbal dari

 Melaporkan bahwa ketidaknyamanan

nyeri berkurang  Gunakan teknik


dengan menggunakan komunikasi
manajemen nyeri terapeutik untuk

 mMpu mengenali mengetahui

nyeri (skala, pengalaman nyeri

intensitas, frekuensi, pasien.

dan tanda nyeri)  Kaji kultur yang

15
 menyatakan rasa memperngaruhi
nyaman setelah nyeri respon nyeri
berkurang  Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
kurangi faktor
presipitasi nyeri
Analgesic administration
 Tentukan lokasi
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama

16
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi
efektifitas
analgesik, tanda
dan gejala.
3. Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami  Immune status Infection control (kontrol
peningkatan resiko  Knoeledge infection infeksi)
terserang organisme control  Barsihkan
patogenik  Risk control lingkungan
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil : setelah dipakai
 Penyakit  Klien bebas dari pasien lain
kronis(diabetes tanda dan gejaka  Peretahankan
melitus, infeksi lingkungan
obesitas )  Mendeskripsikan aseptik selama
 Pengeluaran proses penularan pemasangan alat
yang tidak cukup penakit, faktor yang  Gunakan kateter
untuk memperngaruhi intermiten untuk
menghindari penularan serta menurunkan
pemajanan penatalaksanaanya infeksi kandung
ptogen  Menunjukkan kencing
 Pertahanan tubuh kemampuan untuk  Berikan terapi
primer yang mencegah timbulnya antibiotik bila
tidak adekuat infeksi perlu

 Jumlah leukosit Infection protection

dalam batas normal (proteksi terhadap

 Menunjukkan infeksi)

perilaku hidup sehat  Monitor tanda dan


gejala infeksi

17
sistemik dan lokal
 Inspeksi kulit,
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase.
 Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara
menghindari
infeksi
 Dorongn istirahat
 Dorongan nutrisi
yang cukup
4. Ansietas NOC NIC
Definisi : perasaan tidak  Anxiety self-control Anxiety reduction
nyaman atau  Anxiety level (penurunan kecemasan)
kehawatiran yang samar  Coping  Gunakan
yang disertairespons Kriteria hasil : pendekatan yang
autonom , perasaan takut  Klien mampu menenangkan
yang disebabkan oleh mengidentifikasi dan  Nhyatakan
antisipasi terhadap menggunakan gejala dengan jelas
bahaya. cemas harapan terhadap
Batasan karakteristik :  Mengidentifikasi, perilaku pasien
 Perilaku mengungkapkan dan  Jelaskan semua
-penurunan menunjukkan teknik prosedur dan apa
produktivitas untuk mengontrol yang dirasakan
-gelisah cemas selama prosedur
-insomnia  Vital sign dalam  Pahami prespektif
-kontak mata batas normal pasien terhadap
yang buruk situasi stres
 Postur tubuh,

18
-agitasi ekspresi wajah,  Temani pasien
-mengital bahasa tubuh, dan untuk
-tampak waspada tingkat aktivitas memberikan
 Affekstif menunjukkan keamanan dan
-gelisah, distres berkurangnya cemas. mengurangi takut
-kesedihan yang  Dorong keluarga
mendalam untuk menemani
-ketakutan  Identifikasi
-perasaan tidak tingkat kecemasan
adekuat  Bantu pasien
-peningkatan mengenal situasi
rasa yang
ketidakberdayaa menimbulkan
n yang persisten kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Instruksikan
pasien
menggunakan
relaksasi
 Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda N, dkk (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Apliksi Nanda NIC-NOC. Ed-1. Yogyakarta :
Media Action
Andra Saferi,dkk (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha
Medika
http://www. Digilib unimus .ac .id

20

Anda mungkin juga menyukai