Oleh :
BANYUWANGI
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Cronic Kidney Disease (CKD) telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Mahasiswa,
Mengetahui,
……………………….. ………………………..
Kepala Ruangan,
………………………..
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 202304019
A. DEFINISI
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem perkemihan atau urinari (tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang
cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Ginjal merupakan salah satu organ terpenting bagi kelangsungan hidup manusia. Namun pada ginjal
dapat mengalami berbagai masalah seperti gagal ginjal. Gagal ginjal dikategorikan menjadi dua yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Penyakit gagal ginjal yang sering dihadapi oleh masyarakat di negara maju maupun negara berkembang adalah penyakit gagal ginjal kronik Chronic
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah hasil dari perkembangan danketidakmampuan kembalinya fungsi nefron.Gejala klinis yang
serius seringtidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya70-75% di bawah normal.Bahkan, konsentrasi elektrolit
darah relatif normaldan volume cairan tubuh yang normal masih bisa di kembaikan sampai jumlahnefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.
1) Anatomi Ginjal
Sistem perkemihan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dariginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Ginjal yang terus
menerusmenghasilkan urine, dan berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkanuntuk membawa urine keluar tubuh. (Wilson,2016).
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit
lebih rendahdibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnyaterletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak
dibagian belakang abdomenatas, di belakang peritoneum, didepan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang
tepat dibawahtunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatandengan sinus renalis, dan bagian dalam
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah,serabut saraf atau duktus memasuki atau meninggalkan
ginjal.
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yangmenghubungkan antara calix major dan ureter.
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang
disebutkapsula adipose atau peritoneal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal memanjang melalui hilus renalis.
Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang1.3 juta nefron, selama 24 jam dapat menyaring 170 liter
a. Glomerulus
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yangterletak di dalam kapsula bowman dan menerima darah dari
arteriolaferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arterioleferen.Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20%
plasmayang masuk ke kapiler glomerulus menembus kapiler untuk masuk keruang interstisium, kemudian ke dalam kapsula
bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merahatau protein plasma hamper tidak ada yangmengalami filtrasi.Proses filtrasi
menembus glomerulus serupadengan yang terjadi pada proses filtrasi diseluruh kapiler lain. Halyang berbeda pada ginjal adalah
bahwa kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat-zat terlarut yang berukuran kecil( Muttaqin & Sari, 2011).
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowmandengan panjang 15mm dan diameter 55um. Bentuknya
berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian medula dan kembali ke kortkessekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi
c. Gelung henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya kesegmen tebal penjangnya 12mm, total panjang ansa
henle 2-14 mm.klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asendensmempertahankan kenetralan listrik.
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok danletaknya jauh dari kapsula bowman, panjagnya 55mm.
2) Fisiologi
Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas,elektrolit, dan konsentrasi asam basa cairan tubuh dengan
mengeksresikanair dan elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk
mempertahankan konsentrasinormalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson&Price,2006)Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri
a. Fungsi Eksresi
4) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkankelebihan H+ dan membentuk kembal HCO2.
b. Fungsi Noneksresi
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan lajufiltrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapatmenyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling
sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hiperplasiafibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkansumbtan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yangdisebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkanoleh penebalan, hilangnya elastisitas system, perubahan
3. Infeksi : Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coliyang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
Bakteriini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secaraascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat ureter ke ginjal
dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosisyang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal
6. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dankonstriksi uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturunanyang dikarakteristik oleh terjadinya kista/kantong berisi cairan di
dalamginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar.ginjal yang bersifat kongenital(hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.
8. Kelebihan ProteinProtein bagi tubuh berfungsi sebagai pembangun sistem pertahanan tubuhagar bisa menghadapi serangan penyakit infeksi,
membantu sistem pembekuan darah, dan menjaga agar cairan yang beredar dalam tubuh berada dalam jumlah dan komposisi yang tepat.
C. PATOFISIOLOGI
Fungsi renal menurun, produksi akhir metabolisme protein (yangnormalnya diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremiadan mempengarui setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka grjala akan semakin berat. Dan banyak gejala uremia
Penyebab yang mendasari CKD bermacam-macam seperti penyakitglomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit vaskular,
infeksi, nefritisinterstisial, obstruksi saluran kemih. Patofisiologi penyakit ginjal kronik melibatkan 2 mekanisme kerusakan :
1) Mekanisme pencetus spesifik yangmendasari kerusakan selanjutnya seperti kompleks imun dan mediator inflamasi pada glomerulo nefritis,
2) Mekanisme kerusakan progresif yangditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa.
Ginjal kita memiliki 1 juta nefron, dan masing – masing memilikikontribusi terhadap total GFR. Pada saat terjadi renal injury karena
etiologiseperti yang telah dijelaskan di atas, pada awalnya ginjal masih memilikikemampuan untuk mempertahankan GFR. Namun pada akhirnya
nefron sehatyang tersisa ini akan mengalami kegagalan dalam mengatur autoregulasitekanan glomerular, dan akan menyebabkan hipertensi sistemik
dalamglomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus ini akan menyebabkanhipertrofi nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi. Pada tahap
ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan hiponatremiaakibat ekskresi Na melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan
glomerulusini akan menyebabkan proteinuria. Derajat proteinuria sebanding dengantingkat progresi dari gagal ginjal. Reabsorpsi protein pada sel
tubuloepitelialdapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap jalur lisosomal intraselular,meningkatkan stres oksidatif, meningkatkan ekspresi
lokal growth faktor, danmelepaskan faktor kemotaktik yang pada akhirnya akan menyebabkaninflamasi dan fibrosis tubulointerstitiel melalui
Inflamasi kronik pada glomerulus dan tubuli akan meningkatkansintesis matriks ektraseluler dan mengurangi degradasinya, dengan
akumulasikolagen tubulointerstitiel yang berlebihan. Glomerular sklerosis, fibrosistubulointerstitiel, dan atropi tubuler akan menyebabkan massa
ginjal yangsehat menjadi berkurang dan akan menghentikan siklus progresi penyakit olehhiperfiltrasi dan hipertrofi nefron.
Kerusakan struktur ginjal tersebut akan menyebabkan kerusakanfungsi ekskretorik maupun non-ekskretorik ginjal. Kerusakan
fungsiekskretorik ginjal antara lain penurunan ekskresi sisa nitrogen, penurunanreabsorbsi Na pada tubuli, penurunan ekskresi kalium, penurunan
eritropoetin (EPO), menurunkan fungsi insulin, meningkatkan produksi lipid, gangguansistem imun, dan sistem reproduksi. Angiotensin II memiliki
peran pentingdalam pengaturan tekanan intraglomerular. Angiotensin II diproduksi secara sistemik dan secara lokal di ginjal dan merupakan
vasokonstriktor kuat yangakan mengatur tekanan intraglomerular dengan cara meningkatkan iramaarteriole efferent. Angiotensin II akan memicu
stres oksidatif yang padaakhirnya akan meningkatkan ekspresi sitokin, molekul adesi, dankemoaktraktan, sehingga angiotensin II memiliki peran
Gangguan tulang pada CKD terutama stadium akhir disebabkankarena banyak sebab, salah satunya adalah penurunan sintesis 1,25-
dihydroxyvitamin D atau kalsitriol, yang akan menyebabkan kegagalanmengubah bentuk inaktif Ca sehingga terjadi penurunan absorbsi
Ca.Penurunan absorbsi Ca ini akan menyebabkan hipokalsemia dan osteodistrofi.Pada CKD akan terjadi hiperparatiroidisme sekunder yang terjadi
karenahipokalsemia, hiperfosfatemia, resistensi skeletal terhadapPTH. Kalsium dankalsitriol merupakan feedback negatif inhibitor, sedangkan
Karena penurunan laju filtrasi glomerulus, maka ginjal tidak mampuuntuk mengekskresikan zat – zat tertentu seperti fosfat sehingga
timbulhiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menstimulasi FGF-23, growth faktor ini akan menyebabkan inhibisi 1- α hydroxylase. Enzim ini
digunakan dalamsintesis kalsitriol. Karena inhibisi oleh FGF-23 maka sintesis kalsitriol punakan menurun. Akan terjadi resistensi terhadap vitamin
D. Sehingga feedback negatif terhadap PTH tidak berjalan. Terjadi peningkatan hormon parathormon. Akhirnya akan timbul hiperparatiroidisme
sekunder. Hiperparatiroidisme sekunder akan menyebabkan depresi pada sumsum tulangsehingga akan menurunkan pembentukan eritropoetin yang
pada akhirnyaakan menyebabkan anemia. Selain itu hiperparatiroidisme sekunder juga akan menyebkan osteodistrofi yang diklasifikasikan menjadi
osteitis fibrosa cystic,osteomalasia, adinamik bone disorder, dan mixed osteodistrofi. Penurunanekskresi Na akan menyebabkan retensi air sehingga
pada akhirnya dapatmenyebabkan oedem, hipertensi. Penurunan ekskresi kalium juga terjaditerutama bila GFR < 25 ml/mnt, terlebih pada CKD
stadium 5. Penuruanekskresi ini akan menyebabkan hiperkalemia sehingga meningkatkan resikoterjadinya kardiak arrest pada pasien.
Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya merupakan kombinasiadanya anion gap yang normal maupun peningkatan anion gap.
Pada CKD,ginjal tidak mampu membuat ammonia yang cukup pada tubulus proksimaluntuk mengekskresikan asam endogen ke dalam urin dalam
bentuk ammonium. Peningkatan anion gap biasanya terjadi pada CKD stadium 5.Anion gap terjadi karena akumulasi dari fosfat, sulfat, dan anion –
anion lainyang tidak terekskresi dengan baik. Asidosis metabolik pada CKD dapatmenyebabkan gangguan metabolisme protein. Selain itu asidosis
metabolik juga merupakan salah satu faktor dalam perkembangan osteodistrofi ginjal.
Pada CKD terutama stadium 5, juga dijumpai penurunan ekskresisisa nitrogen dalam tubuh. Sehingga akan terjadi uremia. Pada uremia,
basalurea nitrogen akan meningkat, begitu juga dengan ureum, kreatinin, sertaasam urat. Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke seluruh
tubuh dandapat mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu sindromuremia ini akan menyebabkan trombositopati dan
memperpendek usia seldarah merah. Trombositopati akan meningkatkan resiko perdarahan spontanterutama pada GIT, dan dapat berkembang
menjadi anemia bila penanganannya tidak adekuat. Uremia bila sampai di kulit akan menyebabkan pasien merasa gatal – gatal.
Pada CKD akan terjadi penurunan fungsi insulin, peningkatan produksi lipid, gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi.
Karenafungsi insulin menurun, maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi lipid akan memicu timbulnya aterosklerosis, yang pada
Selain ituanemia dapat terjadi juga karena masa hidup eritrosit yang memendek akibat pengaruh dari sindrom uremia, anemia dapat juga terjadi
Dibawah ini 5 stadium penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sebagai berikut :
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clrearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
E. Manifestasi Klinik
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema. Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertaihipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada CKD oleh karena
penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiostensin aldosteron(RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang sering dijumpai
akibatkelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat
gangguanelektrolit.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kusmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suarakrekles.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal,ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia. akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula
faktor uremikumakibat bau amoniak dari mulut. Disamping itu sering timbul stomatitis,cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya.
Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus CKD, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
d. Gangguan muskuluskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selaludigerakkan),burning feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar,
terutamaditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-ototekstremitas. Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu
bergerak-gerak (restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki,gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur,
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan
rapuh. Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dangatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada
kulit.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguanmenstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
g. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksieritopetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang,
hemodialisi akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalamsuasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosit
dantrombositopeni. selain anemi pada CKD sering disertai pendarahan akibatgangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai
trombositopeni. Fungsileukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita CKD
h. Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi,gangguan elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti
Pasien dengan stadium I atau II tidak memiliki gejala atau gangguanmetabolik seperti asidosis, anemia, dan penyakit tulang. Selain itu,
pengukuran yang paling umum dari gangguan fungsi ginjal yaitu serum kreatininmungkin hanya sedikit meningkat pada tahap awal CKD .
akibatnya,estimasi GFR sangat penting bagi pengenalan tahap awal CKD. Karena tahapawal CKD sering tidak terdeteksi, dibutuhkan
diagnosis pada pasien dengantingkat kecurigaan yang tinggi yaitu yang mengalami kondisi kronis sepertihipertensi dan diabetes militus.
Tanda dan gejala terkait dengan CKD menjadi lebih umum padastage III, IV, V. Anemia, kelainan metabolisme kalsium dan fosfor
(hiperparatiroidisme sekunder), malnutrisi, abnormalitas cairan dan elektrolitmenjadi lebih umum seiring fungsi ginjal memburuk. Umumnya
pada pasien CKD stadium V juga mengalami gagal-gagal, intoleransi dingin, berat badanmenurun, neuropati perifer (Joy et al, 2018).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), komplikasi potensial Chronic Kidney Disease (CKD) yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam
perawatan, mencakup:
2. PericarditisEfusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampahuremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. HipertensiAkibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin,angiotensin, aldosterone
4. AnemiaAkibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, peradangan gastro intestinal
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2015) :
1. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjalyang serius, seperti hiperkalemia, pericarditis, dan
kejang. Dialysismemperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dannatrium dapat dikonsumsi secara bebas,
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metodeterapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal
yaitumembuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi inidilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun
(lebih dari90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidupindividu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakanmesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada prose
ini,darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun
melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untukdialisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan,
darah dialirkankembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu dirumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darahdengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga
perut). Jadi,darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dandisaring oleh mesin dialisis.
c. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemidapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang
pertama harus diingatadalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaandarah, hiperkalemia juga dapat
didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bilaterjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangiintake kalium,
d. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin
dapat diatasi.Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.Transfuse darah hanya dapat diberikan bila
e. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parentera. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
f. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatatordilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensiharus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
g. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratoriuma.
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
b. Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises,
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, RetrogradePyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, RenalBiopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) lebih menekankan pada support system untuk mempertahankan kondisi
keseimbangan dalam tubuh (hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya
kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi
klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan CKD :
2. Biodata
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun lakilaki sering mengalami resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang
menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan
muntah, diaforesis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi (Muttaqin, 2011).
Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ke ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu:
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang meringankan atau memperberat gejala, klien dengan gagal
Q : Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa sesak akan membuat lelah atau letih sehingga sulit beraktivitas.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan. Sesak akan membuat kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-
S : Serverity/Scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat, lambat
dan dalam.
T :Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan freukensinya, waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara terus -
menerus.
Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh
karena itu, informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung, penggunaan
obat yang bersifat nefrotoksis, BPH dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa penyakit
yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes mellitus, hipetensi, batu saluran kemih (urolithiasis)..
penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum
e. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis,
biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien
akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama
a. Pola nutrisi
Kaji kebiasaan makan, minum sehari-hari, adakah pantangan makanan atau tidak, frekuensi jumlah makan dan minum
dalam sehari. Pada pasien gagal ginjal kronik akan ditemukan perubahan pola makan atau nutrisi kurang dari kebutuhan karena klien
b. Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta warna feses dan urine. Apakah ada masalah yang
berhubungan dengan pola eleminasi atau tidak, akan ditemukan pola eleminasi penurunan urin, anuria, oliguria, abdomen kembung,
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola istirahat
tidur, akan ditemukan gangguan pola tidur akibat dari manifestasi gagal ginjal kronik seperti nyeri panggul, kram otot, nyeri kaki,
d. Personal Hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku. Pada pasien gagal ginjal kronik
akan dianjurkan untuk tirah baring sehingga memerlukan bantuan dalam kebersihan diri.
e. Aktifitas
Kaji kebiasaan klien sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mandiri atau masih tergantung
dengan orang lain. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya akan terjadi kelemahan otot, kehilangantonus, penurunan rentang gerak.
5. Pemeriksaan fisik
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue),tingkat kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat. Pada pemeriksaan TTV sering dipakai RR meningkat (tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai
b. Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan
ventilasi (Kussmaull).
b) Sistem kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengankejadiangagal ginjal kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah
yang tinggi di atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air
c) Sistem pencernanaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress effect), sering ditemukan anoreksia, nausea,
d) Sistem hematologi
Biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik, palpitasi jantung,gangguan irama jantung, dan gangguan
sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif
dalam ekresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
e) Sistem neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan
kognitif dan terjadinya disorientasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
f) Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan mengalami disfungsi seksualitas karena
penurunan hormon reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus, maka
akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
g) Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi, reabsorpsi dan ekskresi), maka manifestasi
yang paling menonjol adalah penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output).
h) Sistem integumen
Anemia dan pigmentasi yang tertahan menyebabkan kulit pucat dan berwarna kekuningan pada uremia. Kulit kering
dengan turgor buruk, akibat dehidrasi dan atrofi kelenjar keringat, umum terjadi. Sisa metabolik yang tidak dieliminasi oleh
ginjal dapat menumpuk di kulit, yang menyebabkan gatal atau pruritus. Pada uremia lanjut, kadar urea tinggi di keringat dapat
i) Sistem muskuloskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi. Selain itu, didapatkan nyeri 38 panggul, kram otot, nyeri kaki, dan keterbatasan gerak sendi.
(Muttaqin, 2012).
c. Data Psikologi
a) Body image
Persepsi atau perasaan tentang penampilan diri dari segi ukuran dan bentuk.
b) Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan, atau nilai pribadi.
c) Identitas diri
Kesadaran akan diri sendiri yang sumber dari observasi dan penilaian diri sendiri.
d) Peran diri
Perilaku yang diharapkan secara social yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok.
Pada aspek ini perlu dikaji pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya hidup, faktor sosio kultur serta keadaan
f) Data spiritual
Mengenai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penerimaan terhadap penyakitnya, keyakinan akan kesembuhan dan
g) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium atau radiologi perlu dilakukan untuk memvalidasi dalam menegakkan diagnose sebagai
pemeriksaan penunjang.
h) Laboratorium
Ureum kreatinin biasanya meninggi biasanya perabandingan antara ureum dan kreatinin kurang 20:1. Ingat perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, pengobatan steroid, dan obstruksi saluraan kemih. Perbandingan ini
berkurang, ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes klirens kreatinin yang menurun. Terjadi asidosis
metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan pH menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, semuanya
i) Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstuksi). Dehidrasi akan 40
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
j) Ultrasonografi (USG)
Gambaran dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal.
Pada klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun
akan terlihat.
k) Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
l) EKG
Untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tandatanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
m) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengambilan daya pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang substansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. (Muttaqin,
2012).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4) (D.0009).
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Hipervolemia (I.03114)
2. Turgor kulit membaik pada skala 5 3. Monitor status hemodinamik (mis: frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika tersedia
8. Monitor efek samping diuretic (mis: hipotensi ortostatik, hypovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik :
Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Kolaborasi:
metabolism d.d gagal ginjal D.0192 Intregitas Kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi :
1. Elastisitas meningkat pada skala 5 kelembaban, suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
Edukasi:
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
3. Neusea b.d gangguan biokimiawi (mis. Uremia) d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan Manajemen Nutrisi (I.03119)
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat pada skala 5 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik pada skala 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
4. Nafsu makanmeningkat membaik pada skala 5 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi (I.14508)
suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh Tingkat infeksi kembali menurun dengan kriteria hasil :
Observasi :
lelah. D.0056
Toleransi Aktivitas (L.05047)
Observasi :
Terapeutik :
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas rutin (mis: ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
13. Fasilitasi aktivitas aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis: kegiatan keagamaan khusus) untuk
14. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis: vocal group, bola
voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri,
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
Edukasi :
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan Kesehatan
5. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
Observasi :
1. Kapasitas vital meningkat pada skala 5 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan . proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan , strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Implementasi atau tindakan keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Intervensi unggulan yang akan dilakukan adalah mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi yaitu dengan cara menjaga kebersihan tubuh pasien untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang bisa mengakibatkan infeksi
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S (subjective) merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan dari pasien. O (objective)
merupakan data berupa hasil pengamatan, penilaian, dan pemeriksaan. A (Analisis/assesment) merupakan interpretasi makna data subjektif dan objektif
untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan P (planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
Menurut (Muttaqin, 2016) hasil yang diharapkan setelah pasien Chronic Kidney Deases (CKD) mendapatkan implementasi adalah sebagai
berikut :