Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

IKTERUS NEONATUS

A. Metabolisme Bilirubin

1. Pembentukan bilirubin

Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan
bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati,
dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin
oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen
serta pada pH normal bersifat tidak larut.

Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya


dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang terikat dengan
albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar.
Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik

2. Transportasi bilirubin

Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,


albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel
membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan
sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak
terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis

3. Ambilan bilirubin

4. Konjugasi bilirubin

Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang


larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate
glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam
kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali
ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.

5. Sekresi Bilirubin
Sekresi bilirubin diglukuronida ke dalam empedu melalui transportasi aktif.
Sistem transpor ini juga dapat dipicu oleh obat yang menginduksi konjugasi bilirubin.
Normalnya, bilirubin diglukuronida saja yg disekresikan ke dalam empedu

6. Ekskresi bilirubin

Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan disekresikan ke dalam


kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces.
Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat
diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim
beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus.

Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan
dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan
bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.

Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan


kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar
urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang
berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi
lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi
urobilin.

B. Penilaian Ikterus Menurut Kramer


Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru
lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelangan
tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin
dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :
Penentuan Derajat Ikterus Menurut Pembagian Zona Tubuh (Menurut Kramer)

1. Kramer I. Daerah kepala


(Bilirubin total ± 5 – 7 mg).
2. Kramer II daerah dada – pusat
(Bilirubin total ± 7 – 10 mg%)
3. Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut
(Bilimbin total ± 10 – 13 mg)
4. Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan kaki
(Bilirubin total ± 13 – 17 mg%)
5. Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki
(Bilirubin total >17 mg%).
C. Pengertian
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya
bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Brooker,
2001).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat
penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubin emia adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadar bilirubin yang tidak dikendalikan (Markum,A.H, 1991).
Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah
lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada
hari ke 10. (Nursalam, 2005).
Ikterus adalah gejala kuning pada sklera kulit dan mata akibat bilirubin yang
berlebihan didalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 9μmol/L
(0,5mg%). Ikterus nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 35μmol/L (2 mg
%) (Wim de Jong et al, 2005).

D. Etiologi
Peningkatan produksi Billirubin dapat menyebabkan:
1. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
2. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis.
4. Defisiensi G6PD/Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid).
6. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
7. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
9. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis,
Siphilis.
10. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
11. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

E. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan
sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya akan masuk sirkulasi, dimana
hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Globin (protein) digunakan kembali oleh
tubuh sedangkan heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan
albumin. Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan
enzim glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang akan dikeluarkan
lewat saluran empedu ke saluran intestinal. Di Intestinal dengan bantuan bakteri saluran
intestinal akan dirubah menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna
pada faeces. Umumnya bilirubin akan diekskresi lewat faeces dalam bentuk stakobilin dan
sedikit melalui urine dalam bentuk urobilinogen. Pada BBL bilirubin direk dapat dirubah
menjadi bilirubin indirek didalam usus karena terdapat beta – glukoronidase yang berperan
penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirek diserap lagi oleh usus kemudian
masuk kembali ke hati.
Keadaan ikterus dipengaruhi oleh :
1. Faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik yang meningkat
2. Gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.
3. Gangguan transportasi ikatan bilirubin+ albumin menuju hepar, defiiensi albumin
menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas dalam darah yang mudah melewati
sawar otak sehingga terjadi kernicterus
4. Gangguan ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau diluar hepar, karena kelainan
bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit lain
Mata Genetalia
F. Manifestasi Klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu
dapat pula disertai dengan gejala-gejala :
1. Dehidrasi : Asupan kalori tidak adekuat (misalnya : kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat : Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (misalnya : Ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi (G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir : Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup
lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah) : Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan
memotong tali pusat, bayi KMK
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya
6. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi kongenital, sepsis atau
eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal). Sering berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat Pikirkan kearah ikterus obstruktif, selanjutnya
konsultasikan ke bagian hepatologi.

G. Klasifikasi
Ikterus pada neonatorum dapat dibagi dua :
1. Ikterus fisiologi
Ikterus muncul pada hari ke 2 atau ke 3, dan tampak jelas pada hari 5-6 dan
menghilang hari ke 10. Bayi tampak biasa, minum baik, BB naik biasa. Kadar bilirubin
pada bayi aterm tidak lebih dari 12mg/dl, pada BBLR 10mg/dl, dan akan hilang pada hari
ke-14. Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein Y dan, enzim
glukoronil transferase yang cukup jumlahnya
2. Ikterus patologis
a. Ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
b. Peningkatan bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi prematur atau 12 mg/dl pada
bayi aterm.
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis
e. Bilirubin Direk lebih dari mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum mg/dl/jam atau 5
mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm dan 14 hari pada
BBLR.
Keadaan yang menyebabkan ikterus patologis adalah
1. Penyakit hemolitik
2. Kelainan sel darah merah
3. Hemolisis : hematoma, Polisitemia, perdarahan karena trauma jalan lahir.
4. Infeksi
5. Kelainan metabolik : hipoglikemia, galaktosemia
6. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti :
sulfonaamida, salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
7. Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi, hirschsprung.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar bilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

I. Penatalaksanaan
a. Ikterus fisiologi
1. Minum ASI dini dan sering
2. Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO
3. Pada bayi yang pulang selama 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih
cepat (terutama bila tampak kuning).
b. Ikterus Patologis
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi (a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light
spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi
dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Didalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin
dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke
dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery
dan Taeusch, 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan
peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan
Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada
kadar Bilirubin Indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari
1000gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg/dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi
Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg/dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
3. Komplikasi
Komplikasi terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak dengan gambaran klinik :
1. Letargi / lemas
2. Kejang
3. Tak mau menghisap
4. Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus
5. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang
6. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental

MACAM-MACAM REFLEK PADA BAYI


Reflek merupakan respon dari stimuli yang terjadi secara otomatis , reflek berfungsi
menentukan tingkat kematangan syaraf pada bayi. Bayi baru lahir memiliki sejumlah reflek
yang membantu bayi menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru beberapa reflek
menghilang pada usia tertentu dan ada beberapa reflek yang permanen.
1. Reflek Mata
a. Berkedip atau reflek kornea Bayi mengedipkan mata jika mendadak muncul sinar
terang atau benda yg bergerak mendekati kornea; menetap seumur hidup.
b. Pupilar Pupil kontriksi jika disinari cahaya terang; menetap seumur hidup.
c. Mata boneka Ketika kepala digerakkan perlahan ke kanan atau ke kiri, mata akan
tertinggal atau tidak segera menyesuaikan ke posisi kepala yg baru, jika menetap
kelaian neurologis.
2. Reflek Hidung
a. Reflek bersin Respons spontan saluran pernapasan terhadap iritasi atau obstruksi;
menetap seumur hidup
b. Reflek glabelar Tepukan cepat pada glabelar, menyebabkan mata menutup kuat.
3. Mulut dan Tenggorokan
a. Gag (muntah) Rangsangan pada rongga mulut posterior oleh makanan, penghisapan,
pemasangan NGT; menetap seumur hidup.
b. Reflek ekstrusi Apabila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar; menghilang pada usia 4 bulan.
c. Reflek Gawn (menguap) Respon spontan terhadap berkurangnya oksigen dengan
meningkatkan jumlah udara inspirasi; menetap seumur hidup
d. Reflek batuk Iritasi membran mukosa laring atau cabang trakheobronkial
menyebabkan batuk; menetap seumur hidup, biasanya ada setelah hari pertama
e. Sucking Reflex, reflex ini sudah muncul bayi sejak dalam kandungan, dimana bayi
mulai suka menghisap jarinya terutama ibu jari. Reflex ini berguna, bila bayi
disodorkan payudara Ibu, bayi akan menghisapnya. Refleks ini merupakan rute bayi
menuju pengenalan akan makanan
f. Rooting reflex, reflex ini muncul bila ada apapun yang menyentuh pipi atau kanan-kiri
mulut bayi, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya,
dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Terkadang suka disalah artikan ,
reflex rooting ini dianggap bayi terus lapar bila disentuhkan jari ke sisi mulut bayi
Muncul sejak lahir & hilang usia 3-4 bulan. Refleks digantikan dengan makan secara
sukarela
4. Ekstrimitas
a. Reflek Palmar Garsp, apabila kita meletakkan jari pada telapak tangan bayi, bayi
akan menggenggam erat. Reflex ini akan berangsur menghilang setelah bayi
berusia 5-6 bulan.
b. Reflek Plantar Garsp, apabila kita memberikan tekanan ringan pada tumit bayi
seluruh jari kaki bayi akan menutup. Muncul sejak lahir dan hilang usia 9-10 bulan
c. Babinsky reflex, menggoreskan jari ke telapak kaki bayi di sisi luar,seluruh jari kaki
bayi meregang. Reflex ini akan menghilang saat bayi bisa berjalan. Reflex ini
menunjukkan bahwa system persyarafan bayi yang masih immature. Bila reflex ini
ditemukan pada orang dewasa atau anak yang lebih besar, adalah menunjukkan
adanya suatu kelainan system persyarafan
5. Reflek seluruh tubuh
a. Reflek Moro, timbul akibat rangsangan yang mendadak. Cara:bayi
dikejutkan/merubah posisi badan bayi secara mendadak. Muncul sejak lahir &
menghilang usia 6 bulan
b. Reflek Tonic Neck, saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi
tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk. Reflek ini
merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi. Muncul pada usia
satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia 5 bulan
c. Stepping Reflex, saat bayi diangkat pada posisi tegak & telapak kaki bayi
disentuhkan pada dasar yang datar, kaki bayi yang satu akan meletakkan kaki
didepannya seperti posisi ingin melangkah. Reflek ini negatif pada penderita CP,
RM, & keadaan dimana fungsi SSP tertekan. Muncul sejak lahir dan akan
menghilang usia 2 bulan
d. Swimming reflex, bayi dipegang dalam posisi telungkup (horizontal) di atas sebuah
permukaan meja atau lantai, di atas air, atau di dalam air. Bayi akan mulai
mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Muncul minggu ke 2 setelah
lahir dan akan tetap bertahan hingga bayi berumur 5 bulan.
e. Crawling reflex, bayi diposisikan tertelungkup di tempat tidur, bayi akan
membentuk posisi merangkak, karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah
tubuhnya
f. Parachute reflex, merupakan reflex protektif alamiah yang dimiliki bayi untuk
melindungi kepalanya ketika akan terjatuh. Lengan bayi akan memanjang jika dia
akan jatuh ke depan, sehingga dapat melindungi saat dia sedang belajar berjalan.
Muncul usia 4-9 bulam dan menetap
g. Galant reflex, saat punggung tengah atau punggung bawah bayi di bagian kanan
atau kiri tulang punggung di usap ,tubuh bayi akan melengkung ke sisi yang diusap
Reflek ini muncul sejak lahir dan berlangsung sampai pada usia empat hingga 6
bulan. Jika reflek ini menetap hingga lewat 6 bulan, dimungkinkan ada patologis
h. Landau reflex, jika bayi dipegang horizontal dengan wajahnya ke bawah, ia akan
meluruskan kedua kaki dan punggungnya dan mencoba untuk mengangkat
kepalanya. Negatif: Punggung dan kedua tungkai tetap dalam posisi fleksi. Terlihat
pada bayi normal dari 3 bulan hingga 1 tahun ketika ia mulai hilang
i. Swallowing reflex, ketika kita memasukkan puting susu atau dot dan bayi mulai
menghisap kemudian menelan
j. Reflek peres Ketika bayi tengkurap diatas permukaan keras, ibu jari ditekankan
sepanjang tulang belakang dari sakrum ke leher, bayi akan berespon dengan
menangis, fleksi ektremitas, , mengangkat pelvis dan kepala, dapat juga terjadi
defekasi dan urinasi, hilang pada usia 4-6 bulan.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata pasien dan penanggung jawab
Anamnese orang tua/keluarga Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak
yang mengalami neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis
( Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara yang menderita
penyakit hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena
pengaruh pregnanediol
b. Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan keluhan saat pengkajian)
c. Riwayat penyakit sekarang (kronologis penyakit pasien)

d. Riwayat penyakit masa lalu (Antenatal, Natal, Post natal)


Riwayat kelahiran : Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi
berlebihan merupakan predisposisi terjadinya infeksi
Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan
nafas (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.
Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia), acidosis yang
akan menghambat konjugasi bilirubin.
Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).

e. Genogram, kesehatan keluarga dan riwayat Psikososial orang tua kesehatan keluarga
f. Riwayat imunisasi
g. Pola kebiasaan sehari-hari (nutrisi, eliminasi BAK dan BAB, pola istirahat dan tidur)

2. Pemeriksaan fisik (keadaan umum, TTV, pertumbuhan, pemeriksaan cepalo caudal)


- Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
- Kepala leher bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput/mukosa pada mulut.
Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah
menonjol untuk bayi dengan kulit bersih (kuning) dapat juga dijumpai sianosis pada bayi
yang hipoksia
- Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas.
- Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan
oleh adanya infeksi
- Perut
a. Peningkatan dan penurunan bising usus/peristaltic perlu dicermati. Hal ini
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan foto terapi.
b. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan foto terapi. Perut membuncit, muntah,
mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik
- Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bakterial,
tixoplasmosis, rubella
- Urogenital : Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat/acholis/seperti dempul
atau kapur merupakan akibat dari gangguan/atresia saluran empedu
- Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
- Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor yang jelek. Elastisitas menurun,
perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
- Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain–lain menunjukkan
adanya tanda–tanda kernikterus

- Pemeriksaan penunjang

- Penatalaksanaan

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan : cairan tubuh neonatus adekuat
Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik
2) Mukosa lembab
3) Mata tidak cekung
4) Tidak ada penurunan urin output ( 1-3 cc/kg/BB/jam)
5) Penurunan BB dalam batas normal
6) Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh

INTERVENSI RASIONAL
1. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai 1. Memenuhi kebutuhan cairan sehingga
protokol tubuh akan terpenuhi untuk menjamin
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, keadekuatan
turgor, membran mukosa 2. Dapat menentukan tanda-tanda
3. Kaji pemasukkan dan pengeluaran dehidrasi dengan tepat
cairan 3. Mengetahu keseimbangan antara
4. Monitor TTV masukan dan pengeluaran
5. Kaji hasil test elektrolit 4. Mengetahui status perkembangan
pasien
5. Perpindahan cairan atau elektrolit,
penurunan fungsi ginjal dapat meluas
mempengaruhi penyembuhan pasien

c. Resiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan


suhu tubuh yang belum matang
Tujuan : menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36-37,5° C
Kriteria hasil :
1) Pertahankan suhu tubuh normal 36-37,5° C
2) Akral hangat
3) Tidak sianosis
4) Badan berwarna merah

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi suhu dengan sering, ulangi 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
setiap 5 menit selama penghangatan pada stress dingin, penggunaan
ulang simpanan lemak coklat yang tidak
2. Perhatikan adanya takipnea atau apnea, dapat diperbaiki bila ada dan
sianosis, umum, akrosianosi atau kulit penurunan sensitivitas untuk
belang bradikardia, menangis buruk, meningkatkan kadar CO² (hiperkapnea
letarki, evaluasi derajat dan lokasi dan penurunan kadar O² (hipoksia)
ikterik 2. Tanda-tanda ini menandakan stress
3. Tempatkan bayi pada penghangat, dingin yang meningkatkan O² dan
isolette, inkubator, tempat tidur terbuka kalori serta membuat bayi cenderung
dengan penyebar hangat, atau tempat pada asidosis berkenaan dengan
tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat metabolik anaerobik
untuk bayi yang lebih besar atau tua 3. Mempertahankan lingkungan
4. Gunakan lampu pemanas penyebar termometral, membantu mencegah
hangat atau bayi dengan penutup plastik stress dingin
atau kaersta alumunium bila tepat. 4. Menjaga suhu tubuh dalam batas
Objek panas berkontak dengan tubuh normal
bayi seperti stetoskop 5. Menurunkan kehilangan panas melalui
5. Ganti pakaian atau linen tempat tidur evaporasi
bila basah. Pertahankan kepala bayi
tetap tertutup

Anda mungkin juga menyukai