Oleh : Kelompok 2
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
pendahuluan, laporan kasus dan jurnal yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Ruang ICU RSU Haji Surabaya. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima
ini,
makalah ini,
4. Serta, teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
sering tidak teridentifikasi sampai pada tahap 3 karena bersifat asymptomatic atau
tanpa gejala hingga tahap uremik akhirtercapai. Uremia adalah sindrom atau
ginjalmemburuk lebih lanjut, retensi natrium dan air biasa terjadi. Hal ini dapat
menyebabkan resiko edema dan hipertensi, pasien juga akan merasa cepatlelah,
sesak nafas, dan nafsu makan menurun. Penanganan pada pasien CKD tahap akhir
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
penyakit CKD beserta asuhan keperawatannya
1.3.2 Manfaat untuk pembimbing
Laporan kasus ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana
mahasiswa mampu mengerjakan tugas meneganai CKD
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 DEFINISI
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Brunner & Suddarth, 2001). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
2.2 ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE),
poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara
(clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
Asimptomatik
1) Ringan
2) Sedang
3) Kondisi berat
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
1,73 m2)
mL/menit/1,73m2)
29mL/menit/1,73m2)
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh
ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut
filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
(jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon
ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit
sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan,
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk
status uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun
dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan
sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun,
pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.
b. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di
bawah kulit.
c. Kulit mudah memar
d. Kulit kering dan bersisik
e. rambut tipis dan kasar
6. Neuropsikiatri
7. Kelainan selaput serosa
8. Neurologi :
a. Kelemahan dan keletihan
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan Perilaku
8. Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan
fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron
progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek
berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan
terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom
Uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan
dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit
nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi
sekresi ginjal.
Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan
lainnya
2.6 KOMPLIKASI
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. neuropati perifer
j. hiperuremi
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
- Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor
pemburuk ginjal, misalnya: infark miokard.
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG.
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia
30-
60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita),
Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim,
Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung J
awab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alam
at
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan halhal yang dirasakan oleh klien sebelu
m masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal kronik bias
anya didapatkankeluhan utama yang bervariasi, mulai dari urine kel
uar sedikit sampai tidak
dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau
(ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan ke
sadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan k
ulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul,
penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan
nutrisi(Muttaqin, 2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahul
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal
ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obato
bat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkem
ihan yang berulang, penyakitdiabetes mellitus, dan hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untu
k dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemu
dian dokumentasikan(Muttaqin, 2011).
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sak
it kepala,
kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata
Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva ane
mis, dan sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien berna
fas pendek dan kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenja
r getah bening
5) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussm
aul (cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea
deksta sinistra
c) Perkusi : Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
7) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpuk
35 kali/menit
DM Hipertensi Glumerolus Peny. Ginjal Uropati SLE Infeksi Kelainan Penyakit Nefrolitiasis Diabetic Obat
Nefritis Polikistik Obstruktif Kronis kongenital Vaskuler Kidney Nefrotaksik
Kronis Disease
Penurunan GFR
CKD
Diabettes : (-)
4. Genogram
Keterangan :
Meninggal
Pasien
Laki laki
Perempuan
KATEGORI FISIOLOGIS
SUB KATEGORI RESPIRASI
DS :
Pasien mengisyaratkan sesak dan sulit bicara
Pasien mengisyaratkan Lelah
Pasien mengatakan khawatir akan kerusakan mesin
Pasien mengatakan tiba – tiba sesak saat berbaring
Lain – lain…………………………………………
DO :
- Nadi karotis Teraba Tidak Teraba
- Obstruksi jalan nafas Ya Tidak
- Agitasi Ya Tidak
- Sianosis Ya Tidak
- Alat bantu nafas Nasal Kanul (2 – 4 Lpm)
Rebraiting Mask (4 – 8 Lpm)
Non Rebraiting Mask (8 – 10 Lpm)
Jackson Risk (10 – 15 Lpm)
Ventilator
Mode : SimV
- Monitoring Ventilator
Fio2 : 30
PEEP : 5
- Bentuk hidung Simetris Deformitas
Berdarah Kehijauan
- Warna sputum
Ada Pembengkakan Tidak Ada Pembengkakan
- Bentuk leher
Normal Abnormal
Ya Tidak
- Warna integritas
Normal Pigeont Chest
- Pembesaran kelenjar tiroid
Barrel Chest Funnel Chest
- Bentuk dada
Simetris Asimetris
Dyspnea Gasping Orthopnea
- Pengembangan paru
Takipnea Hiperventilasi Hipoventilasi
- Pernafasan
Kussmaul Cheyne-stokes
Ya Tidak
Nilai : pco2= 33 po₂= 64 pH= 7,2
- Diaforesis
MASALAH KEPERAWATAN :
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d hipersekresi jalan nafas d/d infeksi saluran napas, batuk tidak
efektif, , Sputum berlebih berwarna Kuning, pasien gelisah , RR : 29 x/menit , terdengar suara nafas
ronchi
2. Gangguan Pertukaran Gas b/d perubahan membrane alveolus – kapiler d/d Pco2 menurun, Po2
menurun, Ph arteri menurun, terdapat bunyi nafas tambahan (ronchi), pasien gelisah, RR: 29 x/menit
SUB KATEGORI SIRKULASI
DS :
Pasien mengisyaratkan sesak nafas
Pasien mengisyaratkan Lelah
Pasien mengatakan tiba – tiba sesak saat berbaring
Pasien mengatakan khawatir akan kerusakan mesin
Pasien mengatakan jantung berdebar
Pasien mengatakan batuk
Pasien mengatakan cemas dan gelisah
Pasien mengatakan kesemutan (paratesia)
Pasien mengatakan nyeri ekstremitas
Lain – lain…………………………………………
- Nadi Meningkat(>150xmenit)
Menurun (<50x/menit)
Nadi : 80 x/menit
- Tekanan darah Sistolik meningkat >120mmHg
Diastolik meningkat >80mmHg
AV Block Total
Takiaritmia
Bradiaritmia
SVT (Supra Ventricular Tachycardi)
VES ( Ventricular Extra Sistole
Reguler Irreguler
- Perubahan irama jantung
Distensi vena jugularis Edema
- Perubahan preload
CVP Meningkat CVP Menurun
m Murmur Jantung
Batuk Ortopnea
- Sariawan Ya Tidak
- Diare Ya Tidak
Frekuensi: - x/hari
Konsistensi : - Warna : -
- Flatus Ya Tidak
- Lain – lain
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
SUB KATEGORI ELIMINASI
DS :
Pasien mengatakan kencing sedikit tapi sering
Pasien mengatakan tidak bisa kencing
Pasien mengatakan sering mengompol
Pasien mengatakan tidak dapat mengontrol BAB
Pasien mengatakan sering kencing malam hari
Pasien mengatakan kencing tidak sadar
Pasien mengatakan anyang-anyangan (Hesitancy)
Lain – lain : .................................................
- Gangguan Berkemih
Hestinasi
Urgensi
Dysuria
Inkontinensia Urin
Hematuria
Nokturia
Dribbling
- Urin Frekuensi : x/Hari
Jumlah : 1000 cc/24 Jam
IWL : 600 (BB x 10)
Intake – output = 1600 + 1170 = -430
Hypervolemia
Hipovolemia
- Hypervolemia
Kadar Natrium
Nilai : 134
BUN
Nilai : 25
Hematokrit
Nilai : 31,6
- Tremor Ya Tidak
- Kontraktur Ya Tidak
- Parase Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
- Hemiparase Ya Tidak
MASALAH KEPERAWATAN :
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot Ditandai Dengan
Rentang Gerak Room Menurun Dan Kekuatan Otot Menurun
SUB KATEGORI NEUROSENSORI
DS :
Pasien mengatakan sakit kepala
Pasien mengatakan nyeri dada
Pasien mengatakan salah satu anggota badan terasa panas seperti ditusuk-tusuk (parestesia)
Pasien mengatakan pandangan kabur
Pasien mengatakan pernah mengalami lupa terhadap sesuatu
Pasien mengatakan tidak mampu mengingat sesuatu atau sebuah informasi
Pasien mengatakan tidak mampu mengingat perilaku/sikap yang sudah pernah dilakukan
Pasien mengatakan susah menelan
Pasien mengatakan tidak mau makan (menolak makan)
Pasien mengatakan sering terbangun dimalam hari
Pasien mengatakan kurang minat/percaya diri dalam menyelesaikan perilakunya (motivasi)
Lain-lain, .............................................................................................................................................
- Pupil Isokor Unisokor
- Sindrom horner Ya Tidak
- Kesadaran Composmentis Apastis Delirium
Somnolen Sopor Semi koma
Koma
- GCS Nilai : 4x6
- Gelisah Ya Tidak
- Tersedak Ya Tidak
- Batuk saat makan dan minum Ya Tidak
- Hematemesis (Muntah darah) Ya Tidak
Jumlah : .........................
- Odinofagia Ya Tidak
- Bruksisme (Gertakan gigi) Ya Tidak
- Tekanan intrakranial (TIK) >20 mmHg Ya Tidak
- Papilledema (Bengkak area mata) Ya Tidak
- Lain-lain :
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
SUB KATEGORI REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
DS :
Pasien mengatakan Aktivitas seksual berubah
Pasien mengatakan hubungan seksual tidak memuaskan
Pasien mengatakan adanya perubahan peran seksual
Pasien mengatakan nafsu seksual berubah
Pasien mengatakan adanya perubahan ketertarikan pada pasangan
Pasien mengatakan bahwa dirinya akan melakukan persalinan di rumah sakit / bidan
Pasien mengatakan selalu menjaga pola hidup ketika hamil
Pasien mengatakan perilaku seksual berubah
Lain – lain, ………….
- Riwayan menstruasi Teratur Tidak teratur
Menarche..............Tahun ...............kali perhari
- Siklus ................Hari
- Banyaknya Keluhan.......................
- Lamanya
Ya Tidak
- Dada dan aksila Merencanakan persalinan di rumah sakit/ bidan
Pembesaran payudara Persalinan normal atau caesar
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ditemukan masalah keperawatan (tidak terkaji)
KATEGORI PSIKOLOGIS
SUB KATEGORI NYERI DAN KENYAMANAN
DS :
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman
Pasien mengatakan tidak bisa tidur
Pasien mengatakan badan terasa dingin (kedinginan)
Pasien mengatakan badan terasa gatal semua
Pasien mengatakan ingin muntah/mual
Pasien mengatakan mulut terasa asam dan pahit
Pasien mengatakan nyeri disalah satu anggota tubuhnya
Pasien mengatakan merasa tertekan
Pasien mengatakan ada perasaan takut akan terjadi cedera ulang pada dirinya
Pasien mengatakan perineum terasa tertekan
Lain-lain, .............................................................................................................................................
MASALAH KEPERAATAN :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
SUB KATEGORI INTEGRITAS EGO
DS :
- Kemampuan personal
hygiene Mandi Tidak mampu Mandiri
Mandiri
- Kebersihan diri (cuci rambut,gosok
Tidak mampu Bergantung pada orang lain
gigi,potong kuku)
Mandiri
- Bepakaian
Tidak mampu Bergantung pada orang lain
Mandiri
- Mobilisasi (berpindah atau berjalan)
Tidak Mampu
Mampu dengan kursi roda Bergantung dg
orang lain
MASALAH KEPERAWATAN :
KATEGORI RELASIONAL
SUB KATEGORI INTERAKSI SOSIAL
DS :
Pasien merasa tidak nyaman dengan situasi sosial
Pasien merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan
Pasien merasa sulit mengungkapkan kasih sayang
Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
Pasien mengatakan merasa ingin sendirian
Pasien mengatakan merasa tidak aman di tempat umum
Pasien mengatakan merasa berbeda dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa asyik dengan pikiran sendiri
Pasien mengatakan merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Pasien mengatakan keinginan untuk meningkatkan peran untuk menjadi orang tua
Anak / anggota keluarga mengexpresikan kepuasan dengan lingkungan rumah
Anak / anggota keluarga mengungkapkan harapan yang realistis
Pasien / keluarga mengexpresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Keluarga mengatakan khawatir klien akan kembali di rawat dirumah sakit
Keluarga mengatakan khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
Keluarga mengatakan khawatir tentang ketidak mampuan pemberi asuhan dalam merawat klien
Pasien / keluarga mengungkapkan kepuasaan dengan bayi
Lain- lain : ............................
- Kenyamanan dengan situasi sosial Nyaman Tidak nyaman
- Dapat berkomunikasi dengan orang lain Ya Tidak
- Responsif atau Ada ketertarikan dengan orang Ada Tidak ada
lain
- Sulit mengungkapkan perasaan Sulit Tidak sulit
- Mengalami Kecemasan Ya Tidak
- Kontak mata Ada Tidak ada
- Perilaku sesuai usia Ya Tidak
- Berbicara dan mendengar Mampu Tidak mampu
- Gangguan komunikasi Afasia Disfasia Apraksia
Disleksia Disartria Afonia
- Hubungan dengan keluarga Dislalia Pelo Gagap
- Menarik diri Baik Tidak baik
- Interaksi dengan orang lain atau lingkungan Ya Tidak
- Memiliki tujuan hidup Dapat berinteraksi Tidak dapat berinteraksi
- Afek Ya Tidak
Datar Sedih Labil Tumpul
- Kondisi difabel Inapropriate
- Peran dalam keluarga Ya Tidak
Kakek Nenek Ayah Ibu
- Dinamika keluarga Suami Istri Anak
Ada : ........................................................
- Memahami fungsi peran Tidak
- Harapan terpenuhi Ya Tidak
- Kepuasan dalam menjalani peran Ya Tidak
- Strategi koping Puas Tidak puas
- Konflik peran Memiliki Tidak memiliki
Ada : ..................................
- Depresi Tidak
Mayor Kronis (Dysthmic) Situasional
Seasonal affective disorder
Gangguan bipolar Depressi post partum
Depresi pre menstrual
- Dukungan sosial Ada Tidak ada
Optimal Tidak optimal
- Bounding attachment
Ya Tidak
- Berperilaku positif dalam peran
Khawatir : tidak bisa melakukan tugasnya sebagai
- Kekhawatiran menjalankan peran sebagai nenek
orang tua Tidak khawatir
- Kekerasan dalam rumah tangga Mengalami Tidak mengalami
- Distress Psikologis Mengalam Tidak mengalami
- Lain lain ………………………………..
MASALAH KEPERAWATAN :
Gangguan Komunikasi Verbal b/d hambatan fisik d/d terpasang ETT, tidak mampu bicara, afonia
KATEGORI LINGKUNGAN
SUB KATEGORI KEAMAAN DAN PROTEKSI
DS :
Pasien mengatakan suka berbicara dengan kata kasar
Pasien mengatakan selalu berbiacara dengan suara keras
Pasien mengatakan selalu berbicara dengan kata mengancam
Pasien mengatakan tidak selera makan
Pasien mengatakan tidak merasa nyaman
- Kerusakan jaringan atau lapisan kulit Kering Bersisik Mengelupas
Melepuh Kemerahan Abrasi
Laserasi
- Hematoma Ya Tidak
- Nyeri pada kulit ataujaringan Ya Tidak
- Perdarahan pada kulit atau jaringan Ya Tidak
- Suhu tubuh Meningkat (>37,5 C)
Menurun (<34 C) Nilai: 36,9 0C
- Kulit merah Ya Tidak
- Kejang Ada : Tonik-Klonik Petit-mal
Tonik Atonik Klonik
Mioklonik
Tidak
- Menggigil Ya Tidak
- Akrosianosis Ya Tidak
- Hipoglikemia (<60-70 mg/dL) Ya Tidak
- Tanda Hipoksia Nilai : ........................
Napas pendek dan cepat
Detak jantung cepat
Warna kulit kebiruan
Lemas Linglung atau bingung Kehilangan kesadaran
Berkeringat Batuk Rasa seperti dicekik
Napas berbunyi (Mengi)
- Piloereksi Ya Tidak
Ya Tidak
- Vasokontriksi
Ya Tidak
- Kutismemorata (Neonatus)
Baik
- Keadaan luka oprasi
Tidak baik : Membuka Edema
Waktu Penyembuhan
memanjang
Ada : ........................ Tidak
- Riwayat alergi
Ada : ...................... Tidak
- Riwayat perilaku menyimpang
Penganiayaan masa anak-anak
- Riwayat gangguan psikologis
Riwayat bunuh diri
Remaja homoseksual
Gangguan psikiatrik
Penyakit psikiatrik
Penyalahgunaan zat
- Masalah sosial Berduka Tidak berdaya Putus asa
Kesepian Kehilangan hubungan
Isolasi sosial
Post traumatic stress disorder (PTSD)
- Bedress Ya Tidak
- Dehidrasi
Tidak
Ada
Dehidrasi Berat
Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Ringan
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d hipersekresi jalan nafas d/d infeksi
saluran napas, batuk tidak efektif, , Sputum berlebih berwarna Kuning, pasien
gelisah , RR : 29 x/menit , terdengar suara nafas ronchi
3. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload jantung d/d tekanan darah
meningkat, warna kulit pucat, CRT >3 detik, nadi perifer teraba lemah, TD :
154/67 mmhg, N: 80 x/menit disertai penyakit penyerta CHF, ALO, Pneumoni,
PJK
6. Gangguan Komunikasi Verbal b/d hambatan fisik d/d terpasang ETT, tidak
mampu bicara, afonia
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Pasien : Ny Ro No.Rm :551XXX
Usia : 63Tahun Tgl. Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN KETERANGAN
Hematologi
Darah Lengkap
Hb 10,4 g/dl 12,8 – 16,8
Leukosit 13,250 Mm3 4.500 – 13.500
Trombosit 127.000 Mm3 150.000 – 440.000
Hematocrit 31,6 % 33 – 45 Menurun
GDA 343 Mg/dl 50 – 140 Meningkat
BUN 25 Mg/dl 6 – 20 Meningkat
Creatinine Serum 2,9 Mg/dl <1.2 Meningkat
SGOT 73 u/l <40 Meningkat
SGPT 41 u/l <41
Albumin 4,3 g/dl 3,5 – 5,2
Kalium 3,9 Mmol/L 3,6 – 5,0
Natrium 134 Mmol/L 136 – 145
Clorida 95 Mmol/L 96 - 106
Blood Gas
Measured 37,0 C
Ph 7,280 -
Pco2 33 Mmhg
Po2 64 Mmhg
Temp-coreted 37,5 C
Ph (T) 7.290 -
Pco2 (T) 34 Mmhg
Po2 (T) 66 Mmhg
Hco3- 23,5 Mmol/L
Hco3std 25,0 Mmol/L
Tco2 24,5 Mmol/L
Beecf -0,3 Mmol/L
Be (B) 0,2 Mmol/L
So2c 93 %
A-aDo2 105 Mmhg
Pao2/pAo2 0,39 -
P/F Ratio 213 Mmhg
Temp 37,5 C
%Fio2 100 %
F. TERAPI
Combiven 3x/hari
Kremin 1 flash/24 jam
Pz 50cc + Nicardipin 10g/ 1,5 gr
Ceftriaxone 1gr 2x1
Micardis 80gr (1-0-0)
Niferdipin 20gr (4x1)
ISDN 5gr (3x1)
Concord 2,5gr (1-0-0)
Nama pasien : Ny. R
Umur : 63 tahun
Diagnosa Medis : CKD, Gagal nafas, CHF, ALO Pneumoni, PJK
Tanggal : 25 Februari 2020
Vital sigin Hemodinamik Ventilator Analisa Gas Darah
Waktu A:a HCO2/O2
TD RR Suhu Nadi CVP MAP Oximeter TV FIO2 MODE PEEP PH PCO2 PO2I B
DO2 SAT
08.00 154/67 29 36,9 80 26 100 400 30 Sim V 5
09.00 135/65 30 80 88 100
10.00 159/78 27 75 105 99
11.00 157/91 26 76 113 100
12.00 143/76 26 80 98 100
13.00 161/83 26 80 109 100
15.00 143/73 26 36,7 82 96 100 400 30 Sim V 5
16.00 142/71 25 70 95 99
17.00 129/84 25 69 99 99
18.00 143/65 21 68 91 99
19.00 144/70 21 62 95 99
20.00 187/86 21 59 119 99
22.00 171/79 21 37 60 109 98 400 30% Sim V 5
4. DS : - CKD Defisit
DO : perawatan diri
- Tidak mampu mandi/ Terpasang ventilator
mengenakan pakaian/ makan/
ke toilet/ berhias secara mandiri Kelemahan
- Total care adl
- Kelamahan Penurunan kekuatan
otot, bedrest
Defisit perawatan diri
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO MASALAH TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (186)
Efektif b/d hipersekresi keperawatan selama 1 x 2 O :
jalan nafas d/d infeksi jam masalah bersihan jalan - Monitor pola nafas
saluran napas, batuk tidak nafas dapat meningkat (frekuensi dan kedalaman)
efektif, , Sputum berlebih dengan kriteria hasil - Monitor bunyi nafas
berwarna Kuning, pasien 1. Batuk efektif - Monitor sputum (jumlah,
gelisah , RR : 29 x/menit , meningkat warna, aroma)
terdengar suara nafas 2. Produksi sputum T :
ronchi menurun - Posisikan pasien semi
3. Ronchi menurun fowler
4. Gelisah menurun - Lakukan fisioterapi dada
5. Frekuensi nafas - Lakukan penghisapan lendir
membaik <15 detik
6. Pola nafas membaik - Berikan oksigen jika perlu
E:
- Anjurkan asupan cairan
2500ml/ hari jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif
K:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Intisari
Latar Belakang: Hisap lendir melalui pipa endotrakeal merupakan prosedur yang paling efektif untuk
membersihkan lendir yang menumpuk pada saluran pernapasan pada pasein yang terpasang ventilator.
Ada dua macam model hisap lendir, yaitu model hisap lendir terbuka dan tertutup.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas model hisap lendir terbuka dan tertutup terhadap kejadian
ventilator associated pneumonia (VAP) pada pasien yang dirawat diruang intensif (ICU).
Metode: Sumber data didapatkan dari PubMed, Ebsco, Proquest, dan Google Scolar periode tahun 2000
sampai dengan 2015 dengan mengunakan kata kunci: suctioning, open suctioning, closed suctioning,
ventilator associated pneumonia, dan intensive care unit. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jurnal yang melakukan perbandingan antara model hisap terbuka dan tertutup, dilakukan pada
manusia dengan desain prospektif kohort dan full text.
Hasil: Dari 55 artikel ilmiah yang diidentifikasi hanya 4 yang dilakukan review. Artikel tersebut
menjelaskan hubungan pemberian model hisap lendir terhadap kejadian VAP. Dimana dari 4 artikel
tersebut seluruhnya menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan secara statistic.
Kesimpulan: Model hisap lendir terbuka dan tertutup dapat membantu sistem kerja pernapasan dan
tidak menimbulkan terjadinya VAP pada pasien yang menggunakan ventilator.
Kata kunci: closed suctioning, intensive care unit, open suctioning, suctioning, dan, ventilator
associated pneumonia.
adalah pneumonia yang berkembang 48 jam atau
Pendahuluan
lebih setelah pasien diberikan atau dipasang
World Health Organization (WHO) tahun 2015 ventilasi mekanis dengan cara menggunakan pipa
menyebutkan bahwa pneumonia merupakan endotrakeal (ETT) atau trakeostomi (Amanullah,
infeksi akut pada saluran pernapasan terutama 2013). Di Indonesia kejadian VAP belum dilaporkan
pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri atau secara pasti, namun di luar negeri VAP diperkirakan
virus. Ventilator-associated pneumonia (VAP) dapat meningkat 8-28 % pada pasien dengan
bantuan ventilator mekanik (Nency et al, 2015).
Afiliasi Penulis
Faktor resiko VAP adalah kondisi pasien,
bronkoaspirasi, infeksi silang, alat terapi
1 | Prodi Keperawatan Stikes Guna Bangsa Yogyakarta
pernapasan, penggunaan alat-alat invasif,
2 | Prodi Keperawatan Universitas Diponegoro penggunaan steroid dan endotracheal suction (ES).
Korespondensi kepada Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Zeitoun et al, 2003 menyatakan bahwa hisap lendir
T.Santoso
tg.santoso21@gmail.com
pada pipa endotrakeal merupakan salah satu
prosedur yang sering dilakukan pada pasien yang
J o u r n a l o f H e a l t h | 62
journal.gunabangsa.ac.id
terpasang alat bantu napas (ventilator). Tindakan Pubmed, EBSCO, Google Scholar, dan Proquest.
tersebut dapat membersihkan lendir yang Kata kunci yang digunakan dalam pencarian adalah
menumpuk pada saluran trackeobronkeal, suctioning, open suctioning, closed suctioning,
meningkatkan proses oksigenasi, mengurangi ventilator associated pneumonia (VAP), dan
penumpukan lendir, mencegah terjadinya intensive care unit (ICU). Artikel ini menggunakan
sumbatan pada pipa endotrakeal, menurunkan desain kohort prospektif dengan manusia dengan
kerja napas, mencegah terjadinya ateletaksis, dan usia > 13 tahun sebagai subjek pengamatan dan
infeksi pada sistem pernapasan. Tindakan ES terpasang alat ventilator lebih dari 48 jam.
biasanya dilakukan 8-17 kali sehari dan perlu Artikel yang telah ditemukan dan dimasukkan
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat dalam penulisan systematic review ini, sebelumnya
membuat tidak nyaman pasien dan merupakan telah dilakukan penilaian oleh dua independent
salah satu tindakan invasive (Jongerden, 2007). reviewer dengan menggunakan metode penilaian
Ada dua jenis atau model hisap lendir yang jurnal ilmiah (critical appraisal). Penilaian jurnal
sering dikenal, yakni model terbuka dan tertutup. ilmiah yang digunakan adalah Critical Appraisal
Model sistem hisap terbuka dilakukan dengan cara Skills Program (CASP) yang sebelumnya sudah
melepas sabungan antara selang ventilator dengan ddilakukan ektraksi data.
pipa endotrakeal. Pada model sistem hisap
tertutup dilakukan sebaliknya, yakni tanpa melepas Hasil
sambungan antara selang ventilator dan pipa
Hasil Identifikasi dan seleksi dari pencarian
endoktrakeal sehingga oksigen tetap adekuat dan
melalui Pubmed, EBSCO, Google Scholar, dan
dapat meminimalkan resiko infeksi (Paggoto et al,
Proquest didapatkan 55 artikel ilmiah. Dimana 48
2008). Manfaat lain dari model sistem hisap
artikel yang didaptkan tidak memenuhi kriteria, 7
tertutup yakni dapat digunakan selama 24 jam atau
artikel sesuai dengan yang dicari. Akan tetapi dari 7
lebih pada sambungan ventilator, menghemat
artikel tersebut 3 diantaranya merupakan artikel
biaya perawatan, menurunkan stress psikologi
dengan alanalisa sistematik review dan meta-
pasien, memiliki resiko yang kecil terhadap
analisis, sehingga pada akhirnya didapatkan 4
kontaminasi silang, serta hipoksemia (Zeitoun et al,
artikel penelitian yang masuk dalam review pada
2003). Model sistem hisap tertutup sangat
artikel ini.
berkembang pada beberapa decade ini. Di Amerika
Selanjutnya, setelah dilakukan pemilahan atau
serikat penggunaan model tertutup lebih sering
seleksi terhadap artikel yang didapatkan maka
digunakan dibandingkan dengan sistem terbuka,
dilakukan analisa terhadap hasil dari masing-
yakni pada kisaran angka 58% dan 4 %, terutama
masing artikel yakni hubungan pemberian tindakan
dilakukan di ruang rawat intensif atau yang sering
model hisap lendir terbuka dan tertutup terhadap
dikenal dengan ICU (Jongerden, 2007).
kejadian ventilator associated pneumonia (VAP).
Tujuan systematic review ini adalah untuk
mengetahui efektivitas model hisap lendir terbuka Pembahasan
dengan tertutup terhadap kejadian ventilator
associated pneumonia (VAP) pada pasien yang Hasil review ini adalah untuk mengeneralisasi
menggunakan alat ventilator diruang rawat hasil dari beberapa penelitian (n = 4) tentang
intensif. penggunaan model hisap lendir tertutup dan
terbuka terhadap kejadian ventilator associated
Metode pneumonia (VAP). Hasil dari beberapa penelitian
tersebut (n = 4) secara statistik tidak menunjukan
Sesuai dengan tujuan artikel, maka literature
adanya hubungan yang bermakna terhadap
didapatkan melalui sistem pencarian yang
kejadian VAP pada pasien yang dirawat di ICU
komprehensif (Comprehensive literature search)
rumah sakit. Hal yang sama dikemukakan oleh
pada artikel dan jurnal ilmiah periode tahun 2000
Maggiore et al., 2002, dalam studinya yang
sampai dengan 201 dan full text. Pencarian
menganalisa beberapa artikel menyatakan bahwa
dilakukan pada database internasional seperti
63 | V o l . 5 | N o . 2
Tabel 1 | Ekstraksi data
Appraisal
Population Compare Outcome Level
Citation Design/ Method Intervention Measurement Data analysis worth to
(Sample/ setting) /Control (Finding) Evidence
practice
(Akerman, Observational 126 sampel dengan usia > 18 Model hisap Model hisap Penggukuran dilakukan selama 2 Digunakan two VAP Prosedur IIb
Larsson, & cohort design tahun dengan menggunakan lendir lendir bulan secara berturut-turut pada tailed Mann- yang
Ersson, 2013) alat bantu napas lebih dari terbuka/ tertutup/ masing-masing intervensi Whitney U-Test mudah
48 jam. Sampel tidak closed open or t-test dilakukan
dilakukan radomisasi dan suction suction depending pada oleh
penelitiannya dilalukan di system (65) system (61) program SPSS perawat
ICU rumah sakit University versi 17
Hospital di swedia.
(Combes, A randomized 104 sample yang memenuhi Model hisap Model hisap Hisap lendir dilakukan setiap 2 Menggunakan VAP Prosedur IIb
Fauvage, & prospective kriteria inklusi dan ekslusi lendir lendir jam, dengan tekanan suction Stata program yang
Olever, 2000) study penelitian yakni memakai terbuka/ tertutup/ kurang dari 80 cmH2O, diulangi (Stata, College, mudah
alat bantu napas lebih dari closed open jika diperlukan, suction lendir Texas, USA). dilakukan
48 jam. Dilakukan suction suction dilakukan tidak lebih dari 10 Comparison oleh
dandomisasi dan penelitian system (54) system (50) detik. mean perawat
dilakukan di ICU rumah sakit Tambahan untuk model hisap menggunakan
Centre Hospotalier de lendir terbuka, sebelumnya student t-test
Grenoble (France) diberikan preoksigenasi selama Hipotesis
30 detik dengan FiO2 100%. menggunakan
Prosedur lain sesuai dengan Pearson’s chi-
protocol rumah sakit. squared test
(Hamishekar A prospective 100 sampel, dengan usia > Model hisap Model hisap Pada model hisap lendir terbuka Student t-test VAP Prosedur IIb
et al, 2014) randomized trial 18 yang menggunakan lendir lendir dilakukan dengan mengunakan dan chi-square yang
ventilator lebih dari 48 jam. terbuka/ tertutup/ single use catheter dengan pada program mudah
Dilakukan pengacakan dan closed open diberikan preoksigenasi selama 2 SPSS versi 16 dilakukan
penelitian di ICU Tabriz suction suction menit seblum dilakukan tindakan oleh
University of Medical system (50) system (50) suction. perawat
Sciences, Iran. Pada model hisap lendir tertutup
catheter suction diganti setiap 48
jam dan diberikan preoksigenasi
sebelum dilakukan tindakan
suction.
(Zeitoun, Prospective 47 subjek penelitian dengan Model hisap Model hisap Tidak dijelaskan Mann- Whitney VAP Prosedur IIb
Barros, & study with usia > 13 tahun, yang lendir lendir U-test yang
Diccini, 2003) randomized ssebelumnya subjek telah terbuka/ tertutup/ mudah
assay dilaukan randomisasi. closed open dilakukan
Penelitian dilakukan di ICU suction suction oleh
General hospital, Sao Pailo, system (23) system (24) perawat
Brazil.
journal.gunabangsa.ac.id
J o u r n a l o f H e a l t h | 64
55 artikel ilmiah dari Ebsco, Pubmed,
Proquest dan Google Scholar
7 artikel sesuai
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tidak menimbulkan adanya VAP, begitu juga
pengunaan model hisap lendir. Penyebab dengan pengantian kateter suction secara rutin
utamanya adalah dari proseduran rumah sakit maupun tidak.
terhadap pasien yang akan diberikan alat bantu Hasil penelitian yang digunakan pada studi ini
napas harus diberikan antibiotik sebelum alat menggunakan desain kohort secara prospektif
dipasang, sehingga dapat menimbulkan bias pada dengan 3 penelitian pada sampelnya dilakukan
hasil penelitian. Hasil studi lain yang dilakukan oleh pengacakan dan 1 penelitian tidak. Meskipun telah
Dodek, Keenan, Cook, & Heyland pada tahun 2004 dilakukan randomisasi, desain tersebut tidak
menyatakan bahwa pada model hisap lendir memiliki kualitas evidence yang tinggi (2b) (Moore,
terbuka dimana prosedurnya harus melepaskan 2015). Hal tersebut dikarenakan desain kohor
sambungan sirkuit antara ETT dan selang ventilator memiliki resiko bias yang tinggi dan membutuhkan
sebelum melakukan pengisapan lendir ternyata subjek penelitian yang cukup banyak (Song &
Chung, 2010).
Tabel 2 | Perbandingan hasil penelitian tentang tindakan
pemberian model hisap lendir terbuka & tertutup terhadap Kesimpulan
kejadian VAP.
Studi N p value Penggunaan model hisap lendir terbuka dan
tertutup memiliki sejumlah manfaat bagi pasien,
(Akerman, Larsson, & Ersson, 2013) 126 >0.06 seperti menurunkan kerja pernapasan, membantu
(Combes, Fauvage, & Olever, 2000) 104 >0.83 mengurangi penumpukan lendir didalam saluran
100 >0.27 pernapasan, dan tidak menimbulkan VAP pada
(Hamishekar et al, 2014)
pasien yang dirawat di ICU sehingga aman
(Zeitoun, Barros, & Diccini, 2003) 47 >0.29
dilakukan pada pasien membutuhkan alat bantu
N: jumlah sampel
65 | V o l . 5 | N o . 2
napas. Perawat ICU yang merawat pasien dengan associated pneumonia in patients using a closed vs.
alat bantu napas juga dapat mengunakan kedua open suction system. Journal of Clinical Nursing,
12(4), 484–9. Retrieved from http://
model tersebut dalam merawat pasien.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12790861
Pada studi ini memiliki keterbatasan seperti
pada jumlah sampel yang kurang mencerminkan
jumlah populasinya. Yang kedua cara pengukuran
data yang berbeda disetiap jurnal yang ditemukan.
Bibliografi
1. Åkerman, E., Larsson, C., & Ersson, A. (2014). Clinical
experience and incidence of ventilator-associated
pneumonia using closed versus open suction-system.
Nursing in Critical Care, 19(1), 34–41. http://doi.org/
10.1111/nicc.12010
2. Amanulla, Shakeel. (2013). Ventilator-Associated
Pneumonia Overview of Nosocomial Pneumonias.
diakses tanggal 24 Desember 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/304836-
overview
3. Combes, P., Fauvage, B., & Oleyer, C. (2000).
Nosocomial pneumonia in mechanically ventilated
patients, a prospective randomised evaluation of the
Stericath closed suctioning system. Intensive Care
Medicine, 26(7), 878–82. http://doi.org/10.1007/
s001340051276
4. Dodek, P., Keenan, S., Cook, D., & Heyland, D.
(2004). Clinical Guidelines Evidence-Based Clinical
Practice Guideline for the Prevention of. Annals of
Internal Medicine, 141, 305–313.
5. Hamishekar, H., Shadvar, K., Taghizadeh, M., Golzari,
S. E., Mojtahedzadeh, M., Soleimanpour, H., &
Mahmoodpoor, A. (2014). Ventilator-associated
pneumonia in patients admitted to intensive care units,
using open or closed endotracheal suctioning. Journal
of Anesthesiology and Pain Medicine, 4(5), 1–6.
http://doi.org/10.5812/aapm.21649
6. Maggiore, S. M., Iacobone, E., Zito, G., Conti, G.,
Antonelli, M., & Proietti, R. (2002). Closed versus open
suctioning techniques. Minerva Anestesiologica,
68(5), 360–364.
7. Moore, Derek. (2015). Level of Evidence. diakses
pada tanggal 26 Desember 2015 dari
http://www.orthobullets.com/basic-science/9081/level-
of-evidence
8. Paggoto,et al. (2008). Comparison between open and
closed suction systems. A systematic review. America,
20(8), 331–338.
9. Song, Jae, W. & Chung, Kevin, C. (2010). NIH Public
Access, 126(6), 2234–2242. http://doi.org/10.1097/
PRS.0b013e3181f44abc.Observational
10. Zeitoun, S. S., de Barros, A. L. B. L., & Diccini, S.
(2003). A prospective, randomized study of ventilator-
J o u r n a l o f H e a l t h | 66
journal.gunabangsa.ac.id
Pertanyaan Efektivitas Model Suction Terbuka dan Tertutup Terhadap Kejadian
Pneumonia Pada Pasien Yang Terpasang Ventilator Mekanik (VAP):
Systematic Review
1. Why was study done ? Tujuan ini adalah untuk mengetahui efektivitas model hisap lendir terbuka
Mengapa penelitian ini
dengan tertutup terhadap kejadian ventilator associated pneumonia (VAP)
dilakukan?
pada pasien yang menggunakan alat ventilator diruang rawat intensif.
2. What is sample size ? Dari 55 artikel ilmiah yang diidentifikasi hanya 4 yang dilakukan review.
Apa simpel size?
Artikel tersebut menjelaskan hubungan pemberian model hisap lendir
terhadap kejadian VAP
3. Are the measurements of Tidak dijelaskan
major variables valid &
reliable ?
Apakah penelitiannya
valid/reliable?
4. How are the data analyzed Hasil penelitian yang digunakan pada studi ini menggunakan desain kohort
?
secara prospektif dengan 3 penelitian pada sampelnya dilakukan
Bagaimana data dianalisis?
pengacakan dan 1 penelitian tidak
5. Were there any untoward Pada studi ini memiliki keterbatasan seperti pada jumlah sampel yang
events during the conduct
kurang mencerminkan jumlah populasinya. Yang kedua cara pengukuran
of the study ?
Adakah kejadian-kejadian data yang berbeda disetiap jurnal yang ditemukan
yang tidak diinginkan?
6. How do the results fif Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zeitoun et al, 2003 menyatakan
with previous research in
bahwa hisap lendir pada pipa endotrakeal merupakan salah satu prosedur
the area ?
Bagimana hasil peneliti yang sering dilakukan pada pasien yang terpasang alat bantu napas
sejalan dengan penelitian
(ventilator). Tindakan tersebut dapat membersihkan lendir yang
sebelumnya?
menumpuk pada saluran trackeobronkeal, meningkatkan proses oksigenasi.
7. What does this research Dimana dari 4 artikel tersebut seluruhnya menyatakan bahwa tidak ada
mean for clinical practice
hubungan signifikan secara statistic karena tidak terdapat perbedaan yang
?
kira-kira hasil implikasi signifikan pada pengunaan model hisap lendir. Penyebab utamanya adalah
(menyelesaikan
dari proseduran rumah sakit terhadap pasien yang akan diberikan alat bantu
masalah/tidak) ?
napas harus diberikan antibiotik sebelum alat dipasang, sehingga dapat
menimbulkan bias pada hasil penelitian