Anda di halaman 1dari 13

Referat

GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS


(MENGHINDAR)

Oleh :
Nurmah Bahria Putri
71 2021 057

Pembimbing :
dr. Meidian Sari, Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Referat yang berjudul:


GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS (MENGHINDAR)

Disusun Oleh:
Nurmah Bahria Putri, S.Ked
71 2021 057

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RS Dr. Ernaldi Bahar Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, April 2022


Pembimbing,

dr. Meidian Sari, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta ‘ala atas


segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)”, sebagai salah satu
tugas di SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RS. Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wassalam beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dimasa mendatang.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Meidian Sari, Sp. KJ selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan referat ini.
Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah Subhanahu Wata ‘ala. Aamiin.

Palembang, April 2022

iii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1 Definisi...........................................................................................................7
2.2 Epidemiologi..................................................................................................7
2.3 Etiologi...........................................................................................................7
2.4 Gejala Klinis..................................................................................................8
2.5 Kriteria Diagnosis..........................................................................................8
2.6 Tatalaksana..................................................................................................10
2.7 Prognosis......................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
KESIMPULAN....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang individu memiliki kepribadian yang berbeda dengan individu
lainnya, ketika kepribadian seseorang memiliki suatu ciri yang menunjukan
penyimpangan, ada kemungkinan individu tersebut mengalami gangguan
kepribadian. Menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders
Fourth Edition atau disingkat DSM – IV gangguan kepribadian digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok A dimana individu bersifat dan
eksentrik, pada kelompok B yaitu kategori individu yang dramatis dan
emosional, mereka yang ada dalam kelompok C merupakan individu yang
mudah cemas atau ketakutan.
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang
diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat
kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan
fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan
sebagai kelas gangguan kepribadian.1
Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang
dicirikan dengan rasa malu yang ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak
adekuat, dan menolak kritik. Pasien pada gejala ini masih mentoleransi
hubungan interpersonal, tetapi takut untuk dipermalukan, ditolak, dan selalu
menghindari orang lain.2
Dalam pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke-III (PPDGJ-

III), gangguan kepribadian cemas (mengindar) masuk dalam kriteria

diagnosis gangguan kepribadian khas (F60). Gangguan kepribadian khas

tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat atau

dengan gangguan jiwa lain. Gejala-gejala yang termasuk dalam gangguan ini

sudah timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa.

5
Jalan pikirannya masih masuk akal atau realistic (bukan nonrealistik seperti

pada psikosis) hanya sudah diluar proporsi dari keadaan dan lingkungan

dimana ia berada.3

Individu dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan


sensitifitas yang besar pada penolakan dan mengarah pada kehidupan yang
suka menyendiri. Meskipun pemalu, mereka tidak asosial dan menunjukkan
keinginan yang besar untuk sebuah hubungan, tetapi mereka membutuhkan
kepastian yang kuat pada penerimaan tanpa kritik. Individu seperti ini
umumnya dikenal memiliki sifat rendah diri. Dalam ICD-10 pasien
diklasifikasikan menderita gangguan kepribadian cemas (anxious personality
disorder).4

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang
dicirikan dengan rasa malu yang ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak
adekuat, dan menolak kritik. Pasien pada gejala ini masih mentoleransi
hubungan interpersonal, tetapi takut untuk dipermalukan, ditolak, dan selalu
menghindari orang lain.4

2.2 Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10% dari populasi
umum. Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan keluarga.
Gangguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umumnya
dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan memiliki tempramen
yang pemalu memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki
gangguan ini daripada bayi-bayi yang aktif bergerak (berdasarkan activity-
approach scales). Kepribadian menghindar juga komorbid dengan diagnosis
Aksis 1 yaitu depresi dan fobia social menyeluruh. Komorbiditas dengan
fobia social menyeluruh kemungkinan disebabkan oleh banyaknya kesamaan
kriteria doagnostik untuk kedua gangguan ini.4

7
2.3 Etiologi
Penyebab pasti gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui.

Gangguan tersebut mungkin terkait dengan ciri-ciri temperamen dan

kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara

khusus, berbagai gangguan kecemasan di masa kecil dan remaja telah

dikaitkan dengan temperamen ditandai oleh inhibisi perilaku, termasuk

gambaran yang pemalu, takut, dan ditarik dalam situasi baru.5

Faktor genetik: Faktor genetik telah dihipotesiskan menyebabkan

gangguan kepribadian menghindar dan fobia sosial. Pada sebuah penelitian

terhadap anak kembar dewasa muda asal Norwegia, ditemukan efek genetik

35% untuk gangguan kepribadian menghindar. Sebagian besar (83%) dari gen
ini juga terkait dengan gangguan kepribadian lainnya.5
Faktor lingkungan: Faktor lingkungan juga memainkan peran dalam
gangguan kepribadian menghindar. Perilaku orang tua, seperti kasih sayang
atau pemeliharaan orang tua yang rendah, dikaitkan dengan peningkatan
risiko gangguan kepribadian menghindar ketika anak-anak mencapai dewasa.5

2.4 Gejala Klinis


Ciri mencolok dari gangguan kepribadian menghindar yakni ditandai oleh
kepekaan yang berlebihan terhadap sebuah penolakan, takut dipermalukan
atas sebuah penghinaan. Ada penarikan diri secara sosial meskipun memiliki
kebutuhan untuk mendapat simpati dan afeksi, harga diri sangat rendah,
tidak menghargai karyanya sendiri, amat sadar akan kekurangan diri.
Individu dengan gangguan jenis ini sangat meyakini bahwa orang lain pasti
akan berespon seperti apa yang ia yakini, dimana sifatnya lebih kepada
hal yang tidak menguntungkannya. Lebih lanjut pedoman kepribadian ini
dapat dilihat dengan symptom berikut seperti: perasaan tegang dan takut
yang menetap; merasa dirinya tidak mampu, kurang menarik bahkan merasa
ia lebih rendah dibandingkan orang lain; adanya preokupasi secara

8
berlebihan pada penolakan serta kritik apabila berada dalam situasi sosial;
malu untuk terlibat pada hubungan dengan orang lain kecuali ada perasaan
yakin bahwa ia akan diterima oleh orang atau kelompok tersebut.
Adanya Batasan dalam life style karena kurang nyaman secara fisik;
menghindari aktifitas sosial ataupun pekerjaan yang banyak melibatkan
kontak interpersonal karena ketakutan akan dikritik oleh orang tersebut, takut
tidak didukung atau bahkan ditolak.6

2.5 Kriteria Diagnosis


Pedoman Diagnostik menurut PPDGJI-III:7

Gangguan kepribadian cemas (menghindar) dengan ciri-ciri:


1. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif.
2. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain.
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial.
4. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan
disukai.
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
6. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan
kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari atas.

Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan


DSM-IV:4
Sebuah pola pervasif inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan
hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa dewasa
dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau
lebih) sebagai berikut:
1. Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang
signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan

9
2. Tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin
disukai
3. Menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena takut
dipermalukan atau ditertawakan
4. Kuatir dengan dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak
mampu
6. Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi
tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain
7. Enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam
kegiatan yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan

10
2.6 Tatalaksana
Non-farmakologi
1. Terapi perilaku-kognitif
Melibatkan teknik seperti paparan dan sistematis desensitisasi.
Dalam perawatan ini, individu dengan gangguan kepribadian
menghindar secara bertahap menghadapi situasi sosial yang ditakuti.
Pasien mungkin akan diminta untuk memperkenalkan diri kepada
orang-orang baru, melalui simulasi wawancara kerja atau untuk
berbicara di depan orang lain.8
Farmakologi
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dan reuptake serotonin dan
norepinefrin inhibitor (SNRIs) telah ditemukan efektif untuk gangguan
kecemasan sosial. Selain itu, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa
benzodiazepin, penghambat oksidase monamine (MAOIs), dan antikonvulsan
gabapentin efektif dalam pengobatan kecemasan sosial pada orang dewasa
dengan gangguan kepribadian menghindar.5

2.7 Prognosis
Banyak individu dengan gangguan kepribadian menghindar mampu
berfungsi dengan baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam
lingkungan yang mendukungnya. Beberapa diantara mereka menikah dan
memiliki anak, walaupun kehidupan mereka terbatas hanya dikelilingi oleh
keluarganya saja. Namun, apabila dukungan sosial tersebut menghilang
ataupun tidak sesuai dengan harapan, mereka dapat mengalami depresi,
kecemasan, dan juga kemarahan.

11
BAB III

KESIMPULAN

Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang


dicirikan dengan rasa malu yang ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak
adekuat, dan menolak kritik. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah
1-10% dari populasi umum. Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan
keluarga. Penyebab pasti gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui.
Gangguan tersebut mungkin terkait dengan ciri-ciri temperamen dan kepribadian
yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Ciri mencolok dari gangguan kepribadian menghindar yakni ditandai oleh
kepekaan yang berlebihan terhadap sebuah penolakan, takut dipermalukan atas
sebuah penghinaan. Ada penarikan diri secara sosial meskipun memiliki
kebutuhan untuk mendapat simpati dan afeksi, harga diri sangat rendah,
tidak menghargai karyanya sendiri, amat sadar akan kekurangan diri.
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk pasien dengan gangguan
kepribadian cemas (menghindar) adalah terapi nonfarmakologi yaitu dalam
bentuk terapi psikologis yaitu terapi perilaku kognitif. Sedangkan terapi
farmakologi dapat digunakan obat golongan SSRI, SNRIs, benzodiazepin,
penghambat oksidase monamine (MAOIs), dan antikonvulsan gabapentin.
Prognosisnya baik selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Maddux James E., Winstead Barbara A., 2011. Psychopathology:


Foundations for a Contemporary Understanding. Lawrence Erlbaum
Associates, Publisher : London (130-133).
2. Gluck Samantha. Avoidant Personality Disorder Symptoms Diagnosis.
http://www.healthyplace.com/personality-disorders/avoidant-personality-
disorder/ avoidant-personality-disorder.
3. Kupfer David J. at al. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 5. New School Library. Section 2 (202-208).
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
th
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 11 Edition. Lippincott Wiliams &
Wilkins. USA: A Wolter Kluwer Company; 2015, p: 587-597.
5. Rettew, David C. Avoidant Personality Disorder.
http://emedicine.medscape.com/ article/913360-overview. 2015.
6. Afriyenti, Lenny Utama. 2021. “Intervensi Cognitive Behavioral Therapy
pada Pasien dengan Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant)”. Jurnal
Health Sains. 2(2) : 208-215.
7. Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK
Unika Atmajaya.
8. Gillespie Steven M. at al. 2015. Relations of Distinct Psychopathic
Personality Traits with Anxiety and Fear: Findings from Offenders and Non-
Offenders. PLOSONE:10.1371/journal.pone.0143120.

13

Anda mungkin juga menyukai