Anda di halaman 1dari 5

INGET DI EDIT FONT

SAMA SIZE-NYA
4. akibat dari kadar bilirubiiin yang tinggi

Tingginya kadar bilirubin dalam darah juga bisa menjadi gejala penyakit tertentu. Berikut
beberapa penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan kadar bilirubin dalam darah jadi tinggi:

 Penyakit yang menyebabkan kerusakan hati seperti hepatitis (infeksi yang menyebabkan
hati membengkak dan meradang), sirosis (jaringan parut pada hati), mononucleosis (sakit
karena virus), dan penyakit hati lainnya.
 Penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu, seperti batu empedu, kanker
pankreas, kanker empedu, dan striktur bilier (saluran empedu menyempit dengan tidak
normal).
 Beberapa jenis infeksi, misalnya infeksi pada kandung empedu atau kolesistitis
(peradangan pada kandung empedu yang biasanya terjadi bila batu empedu menghalangi
cairan dalam kantong empedu).
 Beberapa penyakit turunan, seperti sindrom Gilbert yaitu suatu kondisi yang
memengaruhi fungsi hati memroses bilirubin.
 Sel-sel darah merah rusak lebih cepat, contohnya pada penyakit anemia sel sabit,
erythroblastosis fetalis, dan anemia hemolitik. Selain itu, tingginya jumlah bilirubin juga
bisa dikarenakan reaksi alergi transfusi, yaitu ketika tubuh mengalami alergi terhadap
darah yang diterima ketika transfusi. Pada reaksi transfusi, sel-sel darah merah transfusi
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.
 Mengonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar bilirubin, contohnya beberapa
obat antibiotik, beberapa jenis pil KB, diazepam, flurazepam, indomethacin, dan
phenytoin.
Tidak hanya pada orang dewasa, jumlah bilirubin yang terlalu tinggi atau terlalu banyak pada
bayi yang baru lahir ternyata juga berbahaya. Hal tersebut mampu menyebabkan kerusakan otak
(kern ikterus) dan masalah serius lainnya. Oleh karena itu, bayi yang mengalami penyakit kuning
kemungkinan memerlukan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar bilirubin mereka.

5. Kadar bilirubin normal

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping
itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel
membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah
harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di
dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim
glukoronil transferase.
Pada orang dewasa, kadar bilirubin langsung normal dalam darah
biasanya berkisar antara 0-0,3 mg/dL atau 0-0,4 mg/dL, dengan jumlah
bilirubin total (konjugasi + tidak konjugasi) 0,3-1,0 mg/dL atau 0,3-1,9
mg/dL. Sedangkan pada bayi yang baru lahir, dikatakan normal jika jumlah
bilirubin dalam tubuhnya lebih tinggi, yaitu di bawah 5,2 mg/dL dalam 24
jam pertama kelahiran.
Ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah
terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan. Hiperbilirubinemia terjadi karena peningkatan produksi atau
penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi imatur.
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi
keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang kurang mendapat
ASI, bayi kurang bulan, dan bayi yang mendekati cukup bulan. Hiperbilirubinemia
yang signifikan dalam 36 jam pertama biasanya disebabkan karena peningkatan
produksi bilirubin (terutama karena hemolisis), karena pada periode ini hepatic
clearance jarang memproduksi bilirubin lebih dari 10 mg/dL. Peningkatan
penghancuran hemoglobin 1% akan meningkatkan kadar bilirubin 4 kali lipat. Pada
hiperbilirubinemia fisiologis bayi baru lahir, terjadi peningkatan bilirubin tidak
terkonjugasi > 2 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. Kadar bilirubin tidak
terkonjugasi itu biasanya meningkat menjadi 6 sampai 8 mg/dL pada umur 3 hari
dan akan mengalami penurunan. Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila
terjadi saat 24 jam setelah bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5
mg/dL setiap jam, ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau 14
hari pada bayi kurang bulan 1.

Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar ( 85 – 90 % ) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil ( 10 - 15% ) dari senyawa lain seperti
mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan
hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian
mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan
memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang
disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak terkonjugasi,
indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk
diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati
lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air
dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke
sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus, bilirubin diuraikan
oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi
sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari
usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati.
Urobilinogen daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk
kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal,
tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin. Pada dewasa
normal level serum bilirubin < 1 mg/dL. Ikterus akan muncul pada dewasa bila
serum bilirubin > 2 mg/dL dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus bila
kadarnya > 7 mg/dL. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau
disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin
yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi
saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua
keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai
nilai tertentu (sekitar 2-2,5 mg/dL), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan
yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice.
Tabel Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer
Zona Indirek Bagian tubuh yang Rata-rata serum
kuning bilirubin (mg/dL)
1 Kepala – leher 10
2 Pusat – leher 15
3 Pusat – paha 20
4 Lengan + tungkai 25
5 Tangan + kaki >25

Dokter biasanya mengajukan tes bilirubin bersamaan dengan tes laboratorium lainnya (alkaline
phosphatase, aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase) jika ditemukan gejala
kelainan fungsi hati. Pemeriksaan kadar bilirubin dilakukan untuk menngetahui:

 adanya gejala penyakit kuning


 adanya riwayat konsumsi alkohol yang berlebih
 pernah mengalami gejala keracunan obat
 pernah terkena virus hepatitis

BAGAN

Embriologi
hepar,
empedu dan
pankreas
Anatomi
hepar,
empedu dan
pankreas

Fisiologi
Badan hepar,
menguning empedu dan
pankreas

Histologi
hepar, empedu
dan pankreas

Biokimia
hepar, empedu
dan pankreas

Anda mungkin juga menyukai