Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AKHIR MODUL 3 PROFESIONAL

ENERGI, MEKANIKA, FLUIDA, KALOR DAN MATERIAL


“CARA KERJA BALON UDARA”

Disusun oleh

Mahasiswa PPG dalam Jabatan

Nama : 1. DEVI KURNIA FITRA,S.Pd

(19090509710144)
2. RIKA RUSLINDAWATI, S.Pd
(19090509710136)
Kelas : C
Angkatan : V (Lima)
Tempat Tugas : SMP Negeri 1 Tembilahan

TAHUN 2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fluida dapat diartikan suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Menurut Giles
(1984:1) “Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan
bentuk wadah dan tempatnya”. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida
karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Fenomena fluida
statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan hidrostatis. Dalam fluida statis
dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep tekanan hidraustatis, salah
satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil dari nama
penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan hukum
Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari
Italia.
Balon adalah sebuah kantung fleksibel yang umumnya berisikan gas seperti
helium, hidrogen, nitrogen monoksida dan udara. Beberapa jenis balon benar-benar murni
digunakan sebagai elemen dekorasi, sedangkan jenis lainnya digunakan untuk tujuan-tujuan
tertentu. Balon-balon pertama dibuat dari bahan mirip membran yang berasal
dari hewan (animal bladder).
Balon udara adalah salah satu teknologi penerbangan pertama yang memanfaatkan
Hukum Archimedes, dimana hukum tersebut menyatakan bahwa ”Suatu benda yang
terendam sebagian atau seluruhnya dalam zat cair (fluida) mendapat gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat zat cair (fluida) yang dipindahkan oleh benda itu”.
Sebagaimana pada zat cair, pada udara juga terdapat gaya ke atas. Gaya ke atas yang
dialami benda sebanding dengan volume udara yang dipindahkan benda itu. Menurut Munson
(2003:86) ”arah gaya apung yang merupakan gaya dari fluida terhadap benda berlawanan
arah terhadap yang ditunjukkan dalam diagram bebas”. Suatu benda akan naik ke angkasa
jika beratnya kurang dari gaya angkat udara. Balon udara akan berhenti naik (melayang) jika
gaya ke atas oleh udara sama dengan berat total balon udara.

Pada masa dahulu balon udara merupakan alat transportasi yang sangat diandalkan
sebelum ditemukan pesawat terbang dan sebagai alat pengintaian. Balon udara dapat

2
3

digunakan untuk menjelajahi tempat-tempat yang jauh. Pada masa kini, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi balon udara digunakan ditempat rekreasi,
hanya sebagian kecil orang saja yang menggunakan balon udara sebagai alat transportasi.
Berdasarkan uraian diatas, yang mendasari penelitian tentang “Cara Kerja Balon udara”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan mempertimbangkan agar penelitian ini lebih terarah
dan fokus, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kerja balon udara?
2. Bagaimana teori fisika dalam penerapan balon udara?

C. Tujuan dan Manfaat


Dengan memperhatikan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah balon udara.
2. Untuk mengetahui cara kerja balon udara.
3. Untuk mengetahui teori ataupun hukum fisika dalam penerapan balon udara
.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitan ini antara lain:

1. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengasah


kemampuan dalam bidang penelitian sains mengenai balon udara.
2. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah bacaan dan
dijadikan literatur untuk lebih memahami cara kerja balon udara
3. Bagi Masyarakat, sebagai alternatif bacaan untuk menambah pengetahuan cara
membuat baloln udara sederhana.

3
4

BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Sejarah Balon Udara

Bartolomeu de Gusmao pada tahun 1709 di Lisbon, berhasil membuat balon yang
dapat bergerak naik setelah melakukan pemanasan udara yang ada di dalamnya. Dia
juga berhasil membuat balon Passarola yang dapat terbang sejauh satu kilometer dari
Benteng Saint George. Kemudian, pada tahun 1766 atau 57 tahun setelah ditemukannya
balon udara yang diisi udara panas, Joseph Black membuat balon udara yang diisi
dengan gas hidrogen.
Pada 21 November 1783, Jean Francois Pilatre de Rozier, Francois Laurent dan
Marquis de Arlandes yang berkebangsaan perancis berhasil melakukan penerbangan
perdananya di atas Paris. Balon tersebut dapat terbang sejauh 5,5 mil dalam waktu 23
menit. Mereka membakar wol dan jerami agar balon tetap mengangkasa. Pada 2 Juli
1900, Count Ferdinand von Zeppelin adalah orang yang pertama kali berhasil
menerbangkan balon udara raksasa yang diberi nama Dirigible. Dirigible pertama dapat
bertahan selama 17 menit dan memiliki panjang 420 ft. Setelah mengalami beberapa
perubahan dalam waktu 10 tahun, Dirigible dapat mengudara selama 24 jam. Pada saat
ini balon udara menjadi alternatif menarik untuk tranportasi. Akhir-akhir ini balon
udara Dirigible lebih dikenal dengan nama Zeppelin. Pada tahun 1929, The Graf
Zeppelin berhasil mengelilingi dunia selama 21 hari. Pada tahun 1911, V.F. Hess
seorang fisikawan Austria membuat balon udara yang mampu terbang setinggi lima
kilometer. Auguste Piccard dan Paul Kipfer pada 27 Mei 1931 mendesain balon udara
yang diberi tekanan pada kabin agar dapat trbang lebih lama.
Pada 5 April 1961, Malcom Ross dan Victor Prather sukses menerbangkan balon
udara sampai pada ketinggian 34.668 meter dari geladak Kapal Induk USS Antietam di
Teluk Meksiko. Sebelas tahun kemudian, pada Oktober 1972 diluncurkan balon kubus
tanpa awak dengan volume 1.25 juta m3 di Chico, Amerika Serikat dan berhasil
terbang setinggi 51,8 kilometer yang merupakan rekor terbang tertinggi yang dicapai
balon udara. Zeppelin yang paling terkenal adalah Hindenburg yang panjangnya
mencapai 804 ft. Namun, pada saat terbang di Lakehurst, New Jersey balon udara ini
meledak dan terbakar.

4
5

B. Tipe-tipe Balon Udara

Ada dua tipe balon udara :


1. Balon udara yang diisi dengan udara panas
Pada jenis balon udara ini terdapat suatu pembakar yang berfungsi
untuk memanaskan udara dalam balon sehingga udara dalam balon menjadi lebih
ringan dari udara luar sekitarnya.
2. Balon udara yang diisi dengan gas yang memang ringan :
- gas hidrogen, namun kelemahan dengan menggunakan balon berisi gas hidrogen
ini adalah mudah terbakar.
- gas helium, aman namun sangat mahal.

C. Bagian-bagian balon udara


Secara garis besar balon udara mempunyai tiga bagian utama yaitu:
1. Envelope yang bentuknya berupa kantong kantong balon tempat udara
dipanaskan atau gas hidrogen yang berfungsi mengangkat balon udara dari
ladasannya. Biasanya terbuat dari bahan nilon atau yang lebih sederhana dari
kertas minyak.Untuk memperkuatnya balon isa di beri panel- panel anyaman dan
bahan sebaiknya dilapisi anti api(skirt). Dalam perkembangannya saat ini bahan
envelope yang banyak digunakan lapisan film ynag mirip bahan karet. Bahan ini
setebal 1/6 inci yang bersifat airtight sehingga helium tidak dapat menyusup
keluar selama proses penerbangan.
2. Burner merupakan alat yang yang berfungsi untuk memanaskan udara yang ada
dalam balon. Alat ini juga berfungsi sebagai pengatur tekanan udara agar dapat
terbang dengan ketinggian yang diinginkan. Terletak di atas kepala penumpang
dekat dengan mulut envelope. Gas yang umumnya digunakan sebagai isi balon
udara adalah hidrogen dan helium.
Surya, (2008) mengatakan bahwa. Gas hidrogen merupakan gas yang paling
ringan karena jumlah proton, netron, dan elektron yang menyusun atom hidrogen
sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah proton, netron, dan elektron yang
menyusun atom-atom lainnya. Udara tersusun dari berbagai macam gas, tetapi
gas yang paling banyak terdapat di udara adalah gas nitrogen. Kandungan gas
nitrogen dalam udara mencapai 80%. Jumlah proton dan elektron yang menyusun
atom nitrogen jauh lebih banyak dari atom hidrogen sehingga massa atom relatif
nitrogen empat belas kali lebih besar dari massa atom relatif hidrogen. Gas kedua

5
6

teringan yang biasa digunakan untuk mengisi envelope adalah helium. Meskipun
lebih berat daripada hidrogen, tetapi gas ini masih dapat mengudara dengan
membawa beban. Selain itu, “helium termasuk dalam golongan gas mulia. Ini
berarti gas helium tidak mudah terbakar seperti gas hidrogen. Inilah yang
menjadikan balon helium pilihan terbaik sebagai pengganti balon
hidrogen”(Surya. 2008).
3. Basket atau keranjang yang merupakan tempat penumpang atau awak
mengendalikan balon udara.

D. Manfaat Balon Udara


Dalam perkembangannya saat ini balon udara memiliki beberapa fungsi atau manfaat
antara lain:
a. Keperluan militer, biasanya digunakan Espionage ballon yang bertugas sebagai
pengintain.
b. Keperluan ilmu pengetahuan, digunakan Weather ballon yang berfungsi untuk
mendapatkan informasi tentang: temperatur, kelembaban relatif, tekanan dll. Selain
itu juga digunakan untuk riset (penelitian).
c. Keperluan promosi, saat ini banyak perusahaan yang menggunakan balon udara
untuk mempromosikan produknya.
d. Keperluan rekreasi dan transportasi.

6
7

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan referensi ( daftar pustaka )
Cara ini dilaksanakan mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penelitian
karya tulis ilmiah ini.
2. Eksperimen dan pelaksanaan proyek sederhana
Eksperimen pada hal ini merupakan teknik pembuatan Balon udara sederhana.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Adapun Waktu Pelaksanaan percobaan : Pada hari minggu, tanggal 4 Agustus 2019
Sedangkan tempat pelaksanaan : Dilingkungan tempat tinggal di Tembilahan, Indragiri
Hilir, Riau.

C. Alat dan Bahan

- Plastik · Kawat

· Minyak sayur · Kapas

· Korek api · Gunting

· Cutter · Perekat plastik/ isolasi

· Bambu - Alat tulis Pena/ Spidol

- Kertas Minyak - Lilin

7
8

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengukur dan membuat pola balon udara

3. Menggunting pola dan memperbanyak pola menjadi 4 buah

8
9

4. Menyatukan keempat pola menjadi sebuah balon.

5. Membuat bagian bawah balon udara dengan merekatkan kawat yang telah
membentuk lingkaran sesuai dengan bibir plastik

6. Mengaitkan kawat di bagian tengah bawah balon, untuk meletakkan sumber panas.

7. Di bagian tengah kawat diikatkan kapas secukupnya yang dicelupkan minyak makan

9
10

8. Sebelum diterbangkan, balon dipanasi terlebih dahulu sekitar 1 menit agar massa
jenis udara didalam balon lebih kecil dari pada yang di luar balon.

9. Setelah massa jenis udara didalam balon lebih kecil dari pada yang di luar balon,
kapas dan minyak dibakar sebagai pemanas api didalam balon.

10. Mengamati dan menganalisa balon udara yang telah berhasil terbang.

10
11

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Balon Udara


Pada dasarnya prinsip kerja balon udara sangat sederhana yaitu “dengan cara
memanaskan udara di dalam balon agar lebih panas dari udara diluar” (Howstuff.
2008). Seperti pada umumnya fluida, hukum Archimedes juga dapat diterapkan pada
udara karena udara termasuk fluida. Hukum Archimedes: Gaya apung yang bekerja
pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam suatu fluida sama
dengan berat fluida yang dipndahkan oleh benda tersebut. Prinsip inilah yang menjadi
dasar cara kerja balon udara.
Berikut akan dipaparkan cara kerja balon udara:
a. mula-mula balon diisi dengan gas panas atau hidrogen hingga balon dapat
menggelembung dan volume udara dalam balonbertambah. Hal ini berarti gaya
apung akan bertambah besar pula. Pada saat gaya apung lebih besar dari berat total
balon, maka pada saat itu pula secara perlahan-lahan balon udara akan naik. Awak
balon yang berada dikeranjang (basket) secara terus-menerus menambah gas panas
agar balon dapat mencapai ketinggian yang diinginkan.
b. Setelah ketinggian yang diinginkan tercapai awak balon dapat mengurangi gas
panas dengan cara membuka katup parasut sampai tercapai suatu keadaan yang
seimbang, yaitu gaya apung sama dengan berat balon. Pada saat yang demikian
inilah balon udara dapat terbang diudara. Namun tidak hanya itu yang diperlukan
agar balon udara dapat terbang,awak balon juga memanfaatkan hembusan angin
memindahkan balon dari satu posisi ke posisi yang lain.
Kekuatan tekanan udara pada objek tergantung pada seberapa sering berbenturan
dengan partikel-partikel udara objek, serta gaya masing-masing tabrakan. Kita melihat
bahwa secara keseluruhan kita dapat meningkatkan tekanan dalam dua cara:

1. Meningkatkan jumlah partikel udara sehingga ada sejumlah besar partikel


berdampak atas luas permukaan tertentu.
2. Meningkatkan kecepatan partikel sehingga partikel menghantam daerah lebih
sering dan setiap partikel bertabrakan dengan kekuatan yang lebih besar.

11
12

Howstuff (2008) menggambarkannya sebagai berikut. Sebagai ilustrasi pada


ketinggian 300 meter balon udara akan bergerak dari timur kebarat. Angin yang bertiup
kebarat diperkirakan pada ketinggian 400 meter. Untuk itu pilot menaikkan balon udara
sampai ketinggian tersebut dan balon udara pun memanfaatkan tiupan angin untuk
menuju kebarat. Untuk menurunkan ketinggian, awak balon udara dapat mengeluarkan
gas panas yang ada dalam envelope.
Prinsip kerja pada balon yang diisi dengan udara panas dan balon yang diisi
dengan gas ringan pada dasarnya sama, yaitu dengan membuat udara dalam balon
lebih ringan atau memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara luar sekitar
balon sehingga balon udara dapat naik (terbang).

B. Teori Fisika dalam Penerapan Balon Udara


Teori fisika yang terdapat pada balon udara panas ini diantaranya tentang
1) Hukum Archimedes,
2) Hukum III Newton,
3) Teori Kinetik Gas, berikut ini penjelasannya.

a) Hukum Archimedes
Balon udara naik atau turun sesungguhnya mengikuti hukum Archimedes.
Hukum Archimedes mengatakan bahwa “Benda di dalam zat cair akan
mengurangi berat sebesar berat zat cair yang dipindahkan”. Hukum archimedes
ini berlaku untuk semua fluida.Persamaan rumusnya adalah :
Fa = ρƒ . Vbƒ . g
keterangan
Fa = gaya angkat ke atas pada benda / gaya apung (N)
ρƒ = massa jenis udara (kg/m3)
Vbƒ = volume udara yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Aplikasi hukum archimedes ini digunakan balon udara untuk naik dan turun. Persisnya
begini: gaya apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama
dengan berat fluida yang dipindahkannya.
1. Saat ingin menaikkan balon udara
Fa > berat total balon

12
13

Dengan persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karna
massa jenis udara ( ρƒ ) dan percepatan gravitasi (g) adalah konstan. Merubah
Vbƒ dengan cara mengisi balon sehingga berat udara yang dipindahkan lebih
berat dari berat balon. Untuk mencapai hal tersebut, prinsip kimia mengajarkan
kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekulnya lebih kecil dari
massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas memenuhi
persyaratan itu, apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa
di antaranya adalah gas Hidrogen (H2) dan Helium (He). Sehingga saat gaya
apung (Fa) sudah lebih berat daripada berat total balon (berat balon dan muatan)
sehingga balon mulai bergerak naik.
2. Saat ingin menurunkan balon udara
Fa < berat total balon
Dengan persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karena
massa jenis udara ( ρƒ ) dan percepatan gravitasi (g) adalah konstan. Untuk
menurunkan balon dengan cara mengurangi volume udara yang ada pada balon,
sehingga saat gaya apung (Fa) lebih kecil daripada berat balon, dan berat balon
bergerak turun.

b) Hukum III Newton


Newton mengatakan bahwa kenyataan dalam kehidupan sehari-hari ketika sebuah
benda memberikan gaya kepada benda lain maka benda kedua tersebut membalas
dengan memberikan gaya kepada benda pertama, di mana gaya yang diberikan
sama besar tetapi berlawanan arah. Jadi gaya yang bekerja pada sebuah benda
merupakan hasil interaksi dengan benda lain. Apabila sebuah benda memberikan
gaya kepada benda lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda yang
pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi berlawanan arah.
Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :
F A ke B = – F B ke A

F A ke B adalah gaya yang diberikan oleh benda A kepada benda B, sedangkan F


B ke A adalah gaya yang yang diberikan benda B kepada benda A. Misalnya ketika
anda menendang sebuah batu, maka gaya yang anda berikan adalah F A ke B, dan
gaya ini bekerja pada batu. Gaya yang diberikan oleh batu kepada kaki anda adalah
– F B ke A. Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya reaksi tersebut

13
14

berlawanan dengan gaya aksi yang anda berikan. Jika anda menggambar tanda
panah yang melambangkan interaksi kedua gaya ini, maka gaya F A ke B digambar
pada batu, sedangkan gaya yang diberikan batu kepada kaki anda, – F B ke A,
digambarkan pada kaki anda. Persamaan Hukum III Newton di atas juga bisa kita
tulis sebagai berikut :
Faksi = -Freaksi
Hukum Newton ini dikenal dengan hukum aksi-reaksi. Ada aksi maka ada reaksi,
yang besarnya sama dan berlawanan arah. Kadang-kadang kedua gaya tersebut
disebut pasangan aksi-reaksi. Ingat bahwa kedua gaya tersebut (gaya aksi-gaya
reaksi) bekerja pada benda yang berbeda. Berbeda dengan Hukum I Newton dan
Hukum II Newton yang menjelaskan gaya yang bekerja pada benda yang sama.
Gaya aksi dan reaksi adalah gaya kontak yang terjadi ketika kedua benda
bersentuhan. Walaupun demikian, Hukum III Newton juga berlaku untuk gaya tak
sentuh, seperti gaya gravitasi. Ketika kita menjatuhkan batu, misalnya, antara bumi
dan batu saling dipercepat satu dengan lain. batu bergerak menuju ke permukaan
bumi, bumi juga bergerak menuju batu. Gaya total yang bekerja pada bumi dan
batu besarnya sama. Karena massa bumi sangat besar maka percepatan yang
dialami bumi sangat kecil. Walaupun secara makroskopis tidak tampak, tetapi
bumi juga bergerak menuju batu atau benda yang jatuh akibat gravitasi. Bumi
menarik batu, batu juga membalas gaya tarik bumi, di mana besar gaya tersebut
sama namun arahnya berlawanan.
Hukum III Newton juga berlaku pada balon udara yang bergerak. Yang
dimaksudkan di sini bukan balon udara yang bergerak karena ditiup angin, tapi
karena di dorong oleh udara yang ada di dalam balon. Dapat dilakukan percobaan
berikut. Ambil sebuah balon biasa dan tiuplah balon sampai balon mengembung.
Jangan lupa jepit mulut balon dengan jari agar udara tidak keluar. Lepas jepitan
tangan pada mulut balon. Apa yang terjadi? Balon tersebut bergerak, jika posisi
balon tegak, di mana mulut balon berada di bawah, maka balon akan meluncur ke
atas. Balon bergerak ke atas karena balon memberikan gaya aksi dengan
mendorong udara ke bawah (udara keluar lewat mulut balon). Udara yang keluar
lewat mulut balon memberikan gaya reaksi dengan mendorong balon ke atas,
sehingga balon bergerak ke atas. Apabila posisi balon dibalik, di mana mulut balon
berada di atas, maka balon akan bergerak ke bawah. Besar gaya aksi dan reaksi
sama, hanya berlawanan arah. Balon mendorong udara ke bawah, udara

14
15

mendorong balon ke atas. Atau sebaliknya balon mendorong udara ke atas, udara
mendorong balon ke bawah. Semakin banyak udara yang ditiupkan ke dalam
balon, maka balon bergerak makin cepat ketika mulut balon tersebut dibuka. Hal
ini disebabkan karena balon mendorong lebih banyak udara keluar, sehingga udara
yang didorong tersebut memberikan reaksi dengan mendorong balon. Semakin
banyak udara yang ada di dalam balon, semakin lama dan jauh balon bergerak;
semakin sedikit udara dalam balon, semakin pelan balon bergerak. Jadi besar gaya
aksi sama dengan besar gaya reaksi, hanya arahnya berlawanan.

c) Teori Kinetik Gas


Teori kinetik molekular gas menjelaskan bahwa gas memberi tekanan saat molekul-
molekulnya menumbuk dinding wadah. Semakin besar jumlah molekul gas per
satuan volume, semakin besar molekul yang menumbuk dinding wadah, dan
akibatnya semakin tinggi tekanan gas. Asumsi teori ini adalah sebagai berikut.
1. Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak random.
2. Tidak terdapat tarikan maupun tolakan antar molekul gas.
3. Tumbukan antar molekul adalah tumbukan elastik sempurna, yakni tidak ada
energi kinetik yang hilang.
4. Bila dibandingkan dengan volume yang ditempati gas, volume real molekul gas
dapat diabaikan.

Berdasarkan asumsi-asumsi ini diturunkan persamaan berikut untuk sistem yang


terdiri atas n molekul dengan massa m.
PV = nmu2/3

u2 adalah kecepatan kuadrat rata-rata. Jelas terlihat bentuk persamaan diatas identik
dengan hukum Boyle. Memang, bila u2 bernilai tetap pada suhu tetap, persamaan di
atas adalah variasi dari hukum Boyle.

Mengindikasikan kecepatan molekul gas merupakan fungsi dari PV. Karena nilai PV
untuk sejumlah tertentu gas tetap, mungkin bahwa kecepatan molekul gas
berhubungan dengan massa gas, yakni massa molekulnya.

Untuk 1 mol gas, persamaan berikut dapat diturunkan.

15
16

PVm = NAmu2/3
Vm adalah volume molar dan NA adalah tetapan Avogadro. Dengan memasukkan
PVm=RT di persamaan diatas, persamaan berikut didapatkan.
NAmu2 = (3/2)RT
PVm = NAmu2/3
Suku kiri persamaan berhubungan dengan energi kinetik molekul gas. Dari
persamaan ini, akar kuadrat rata-rata gas √u2 dapat diperoleh.
√u2= √(3RT/NAm) = √ (3RT/M)
Dari persamaan gas ideal, maka dapat disimpulkan:
1. Makin tinggi temperatur gas ideal makin besar pula kecepatan partikelnya.
2. Tekanan merupakan ukuran energi kinetik persatuan volume yang dimiliki gas.
3. Temperatur merupakan ukuran rata-rata dari energi kinetik tiap partikel gas.
4. Persamaan gas ideal (P V = nRT) berdimensi energi/usaha .
5. Energi dalam gas ideal merupakan jumlah energi kinetik seluruh partikelnya.

C. Proses Pembakaran dengan minyak sayur (Biodiesel)


Pembakaran didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan cahaya (api) dan
panas akibat kombinasi kimia walaupun secara umum pembakaran dikenal sebagai
suatu proses reaksi kimia antar bahan bakar dan oksidator dalam hal ini oksigen yang
melibatkan pelepasan energi panas (Strehlow dalam Sunandar, 2010). Oksigen yan
diperlukan diambil dari udara yang terdiri dari: ±79% N2 dan ±21% O2 (Daywin et al,
1991). Syarat terjadinya proses pembakaran pada bahan bakar (Daywin et al, 1991)
adalah: adanya bahan bakar, adanya udara (oksigen), dan adanya titik nyala sebagai
pemicu pembakaran.
Terdapat dua aspek penting dalam termodinamika kimia pembakaran, yaitu:
pertama, stoikiometri pembakaran, dalam stoikiometrikimia pembakaran. Jika udara
yang masuk lebih besar dari jumlah stoikiometrinya, campuran ini disebut dengan fuel-
lean, apabila lebih sedikit dari stoikiometri, campuran ini disebut fuel-rich (Daywin et
al, 1991). Perbandingan stoikiometri udara bahan bakar ditetapkan dengan menulis
neraca massa atom dengan asumsi bahwa bahan bakar bereaksi secara sempurna.
Oksigen yang dipergunakan dalam kebanyakan proses pembakaran berasal dari udara
yang umumnya tersusun atas 21% oksigen dan 79% nitrogen (%volume), sehingga
untuk setiap mol oksigen dalam udara terdapat 0.79/0.21 mol N2 atau 3.76 mol
nitrogen.

16
17

Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak nabati
atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar d dalam
mesin diesel. Keunggulan dari bahan bakar ini adalah dalam melakukan kendali kontrol
polusi, dimana biodiesel lebih mudah dari pada bahan bakar diesel fosil karena tidak
mengandung sulfur bebas dan memiliki gas buangan dengan kadar pengotor yang
rendah dan dapat didegredasi (Wirawan dan Tambunan, 2006).
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diformulasikan khusus untuk
mesin diesel dengan berbagai kelebihan antara lain tidak perlu modifikasi mesin,
mudah digunakan, ramah lingkungan, tercampurkan dengan minyak diesel (solar),
memiliki angka setana tinggi, memiliki daya pelumas yang tinggi, biodegradable, titik
nyala tinggi sehingga aman dari kebakaran pada suhu kamar, non toksik, serta bebas
dari sulfur dan bahan aromatic (Soerawidjaja, 2005; Nasional Biodiesel Board - NBB,
2003)
Biodiesel
Struktur kimia : Metil ester dari C16 s/d C18
Cetane number : 46 s/d 60
Angka oktan : ~25
Massa jenis : 0,88 kg/l
Sumber : minyak kedelai, bekas minyak goreng, lemak hewani
Heating value : 32.611 - 33.447 kJoule per liter
Fase : cair
Emisi : menghasilkan gas buang yang bahayanya lebih rendah daripada solar
biasa.

Nilai pembakaran merupakan jumlah energi kimia yang terdapat dalam satu
massa atau volume bahan bakar. Ada dua macam nilai pembakaran yaitu nilai
pembakaran tinggi (High Heating Value) dan nilai pembakaran rendah (Low Heating
Value). Nilai kalor tinggi (High Heating Value), merupakan nilai kalor yang diperoleh
secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan
bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk
dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya.
Nilai kalor bawah (Low Heating Value), merupakan nilai kalor bahan bakar
tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan
hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu satuan bahan

17
18

bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses
pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam
bahan bakar (moisture).

18
19

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Balon
udara merupakan teknologi terbang pertama yang menerapkan konsep fluida statis dengan
menggunakan prinsip archimedes, dimana “Gaya apung yang bekerja pada benda yang
dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya”.

a. Gaya Apung (Balon Melayang) Balon udara akan melayang diudara apabila besarnya
gaya apung sama dengan gaya berat balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis :
ρudara
V = ρgas .V+mbeban

b. Balon Naik, Balon udara naik apabila massa jenis balon lebih kecil daripada masa jenis
udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis ρudara . V > ρgas .V+mbeban

c. Balon Turun, Balon Udara turun apabila massa jenis balon lebih besar daripada masa
jenis udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis ρudara . V < ρgas .V+mbeban

B. Saran

Sebaiknya, ketika kita melakukan percobaan seperti ini, alangkah baiknya jika
menggunakan peralatan-peralatan yang lebih komplek dan menggunakan bahan bakar
pembanding lain seperti parafin agar percobaannya lebih maksimal, dan terlihat
perbedaannya.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/laporan-fisika-teknik-balon-udara-
panas.html

http://yukitamari.blogspot.com/2011/12/balon-udara.html

http://kadekk.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-prinsip-kerja-balon.html

http://eprints.polsri.ac.id/1005/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.polsri.ac.id/863/3/BAB%20II%20rev.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67489/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y

20

Anda mungkin juga menyukai