com
REALITY THERAPY
20-26 minutes
Reality Therapy
William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland,ohio. Glasser belajar teknik kimia di
Case Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA,
Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan
pelatihan psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles.
Pada tahun 1946 Glasser menikahi Naomi Flasser. Pada tahun 1992 Naomi meninggal dunia
karena penyakit kanker. Glasser tidak menganggap dirinya seorang bujangan yang baik dan
pencariannya yang cukup sulit untuk mendapatkan pengganti pasangan hidup akhirnya
mempertemukannya dengan Carleen Glasser,dan akhirnya menikahi dan mendapatkan
kebahagiaan bersama istri keduanya. Carleen Glasser merupakan seorang instruktur senior di
William Glasser Institute.
Glasser menolak model Freudian, yang disebabkan psikiatri psikoanalitik. Terapi realitas
muncul dari ketidakpuasan Glasser dengan psikiatri psikoanalitik seperti yang diajarkan
selama pelatihannya. Glasser berfikir bahwa ada tekanan yang terlalu besar pada perasaan
dan riwayat masa lalu konseli dan tidak ada penekanan yang cukup pada apa yang dilakukan
konseli. Di awal kariernya, Glasser merupakan seorang psikiater di Ventura sekolah untuk
anak perempuan, penjara dan sekolah yang dioperasikan oleh otoritas california pemuda,
Glasser menjadi yakin bahwa pelatihan psikoanalitik nya terbatas kegunaan di penyuluhan
anak-anak muda. Melalui pengamatan ini, Glasser berpikir lebih baik untuk berbicara dengan
bagian konseli yang sehat, bukan sisi terganggu mereka. Glasser juga berpengaruh oleh G. L.
Harrington, seorang psikiater dan mentor. Harrington percaya mendapatkan pasien yang
terlibat dalam proyek-proyek di dunia nyata, dan pada akhir residensinya Glasser mulai
mengumpulkan semuanya dan pada tahun 1962 dikenal sebagai realitas terapi.
Glasser menjadi yakin bahwa hal itu sangat penting bahwa klien menerima tanggung jawab
pribadi untuk perilaku mereka. Pada awal 1980-an, Glasser sedang mencari sebuah teori yang
bisa menjelaskan semua karyanya. Glasser belajar tentang teori kontrol dari William Powers,
dan ia percaya teori ini memiliki potensi besar. Ia menghabiskan 10 tahun ke depan
memperluas, merevisi, dan menjelaskan apa yang awalnya diajarkan. Pada tahun 1996
Glasser telah menjadi yakin bahwa revisi ini jadi telah berubah teori bahwa itu menyesatkan
untuk terus menyebutnya teori kontrol, dan ia berubah nama menjadi teori pilihan
menggambarkan semua yang ia kembangkan. Inti dari realitas terapi, sekarang diajarkan ke
seluruh dunia, adalah bahwa kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih untuk
dilakukan. Asumsi dasar adalah bahwa kita semua dapat mengontrol kehidupan kita
sekarang.
C. Hakikat Manusia
Teori pilihan berpendapat bahwa kita tidak dilahirkan sebagai papan tulis kosong yang
menunggu untuk dimotivasi dari luar kekuatan dunia sekitar kita. Sebaliknya, kita dilahirkan
dengan lima genetika yang dikodekan kebutuhan kelangsungan hidup, cinta dan rasa
memiliki, kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan hal itu yang
mengendalikan semua kehidupan kita. Setiap dari kita memiliki lima kebutuhan, tapi mereka
bervariasi dalam kekuatan. Sebagai contoh, kita semua memiliki kebutuhan untuk cinta dan
rasa memiliki, tapi sebagian dari kita membutuhkan lebih banyak cinta daripada yang lain.
Teori pilihan didasarkan pada premis bahwa karena kita merupakan makhluk sosial
memerlukan keduanya menerima dan memberikan cinta. Glasser (2001, 2005) percaya bahwa
kebutuhan love and belong merupakan kebutuhan primer karena kita membutuhkan orang
untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Hal ini kebutuhan sulit karena untuk memuaskan kita
harus memiliki seseorang yang kooperatif untuk membantu kita memenuhi kebutuhan itu.
Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik. Semua
prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari
kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia
adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi
konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, yaitu:
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil struktur
yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya untuk
melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung kesehatan
dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman,
dan kenyamanan fisik)
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan
terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan
kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam
organisasi kemahasiswaan.
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga,
dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi
dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan
sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain,
melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam
aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga
dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan
sebagainya.
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah
mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu
keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan
menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking),
perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu
realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang
dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku
dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri
bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu
bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.
2. Pribadi sehat dan bermasalah
Seseorang dikatakan memiliki pribadi sehat yaitu ketika seseorang berhasil memenuhi
kebutuhannya, menurut glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian
identitas ini terkait pada konsep 3R, dimana individu dapat menerima kondisi yang
dihadapinya.
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila
kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan
pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
Praktek realitas terapi dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling , yang terdiri dari
dua komponen utama: ( 1 ) membuat lingkungan konseling dan ( 2 ) menerapkan prosedur
khusus yang mengakibatkan perubahan lingkungan. Seni konseling adalah merancang semua
komponen bersama-sama dengan cara memimpin konseli untuk mengevaluasi hidup mereka
dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif.
Siklus konseling dimulai dengan menciptakan hubungan kerja dengan klien. Hasil Proses
melalui explorasi dari keinginan ,kebutuhan, dan persepsi. Perilaku total konseli
mengeksplorasi mereka sendiri dan membuat evaluasi mereka sendiri seberapa efektif mereka
dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika konseli memutuskan untuk mencoba
perilaku baru, mereka membuat rencana yang akan mengakibatkan perubahan ,dan mereka
berkomitmen untuk rencana tersebut. Siklus konseling termasuk menindaklanjuti seberapa
baik yang dilakukan konseli dan menawarkan lebih lanjut konsultasi sesuai kebutuhan.
1. Tujuan
Tujuan utama dari realitas terapi kontemporer adalah untuk membantu klien terhubung atau
menghubungkan kembali dengan orang-orang yang telah mereka pilih untuk dimasukkan ke
dalam dunia kualitas mereka.Memenuhi kebutuhan untuk cinta dan rasa memiliki, tujuan
dasar dari terapi realitas adalah untuk membantu klien belajar lebih baik cara memenuhi
semua kebutuhan mereka, termasuk kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan
menyenangkan. Kebutuhan dasar manusia berfungsi untuk melayani fokus perencanaan dan
menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang . Wubbolding (2007a) menulis:
bekerja dalam penerimaan social dan batas etis. Anda akan membantu klien menetapkan
tujuan dicapai secara realistis untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan hubungan
manusia, mendapatkan rasa control batin atau kekuasaan, menjadi lebih otonom, dan
menikmati kehidupan .
Tugas konselor untuk menyampaikan gagasan bahwa tidak peduli seberapa buruk harapan.
Jika konselor mampu menanamkan rasa harapan ini, konseli merasa
bahwa mereka tidak lagi sendirian dan dimungkinkan adanya perubahan. Fungsi konselor
sebagai advocat, atau seseorang yang di sisi konseli. Bersama-sama mereka bisa kreatif
mengatasi berbagai kekhawatiran.
Konseli bersikap terbuka terhadap konselor dan bersedia menjalani proses konseling, konseli
menceritakan masalahnya kepada konselor dan memfokuskan pada apa yang diinginkannya.
Konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, membuat dan menyepakati rencana saat
konseli memutuskan untuk berubah dari tingkah laku gagal ke tingkah laku yang berhasil.
Realitas terapi menekankan pemahaman dan mendukung hubungan, atau aliansi terapeutik,
yang merupakan dasar untuk hasil yang efektif (Wubbolding & amp; Brickell, 2005).
Meskipun hubungan terapeutik sangat penting, tidak berakhir dalam dirinya sendiri, dan hal
ini tidak secara otomatis kuratif atau penyembuhan (Wubbolding et al., 2004).
Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara konselor dan konseli.
Konselor dengan hangat, pengertian, penerimaan, dan kepercayaanya atas kesanggupan
konseli untuk mengembangkan suatu identitas berhasil, harus mengkomunikasikan bahwa dia
menaruh perhatian. Melalui keterlibatan pribadi dengan konselor, konseli belajar bahwa lebih
banyak hal dalam hidup ini daripada hanya memusatkan perhatian kepada kegagalan,
kesusahan, dan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab. Konselor juga menunjukkan
perhatiannya dengan menolak penyalahan atau dalih-dalih dari konseli. Konselor cukup
menaruh perhatian untuk memandang konseli dari segi akan menjadi apa konseli jika ia
memutuskan untuk hidup dengan menghadapi kenyataan.
Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan sikap hangat, dan menaruh perhatian
pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada konseli
dengan mempertlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun antara konselor
dan konseli sangat penting, sebab konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses
konseling jika dia merasa bahwa konselor terlibat, bersahabat, dan dapat dipercaya.
Seorang konselor perlu menunjukkan sikap bersahabat. Pada tahap awal, umumnya konseli
menunjukkan tidak membutuhkan bantuan konselor, terlebih bila konseli tidak datang dengan
sukarela. Meskipun konseli menunjukkan ketidaksenangan, marah, atau bersikap yang tidak
berkenan, dan sebagainya, konselor harus tetap menunjukkan sikap ramah dan sopan, tetap
tenang, dan tidak mengintimidasi konseli.
Selain itu, keterlibatan konselor juga dapat ditunjukkan dengan sikap antusias. Konseli akan
merasa bahwa ia benar-benar akan dibantu oleh konselor apabila konselor selalu
menunjukkan sikap antusias.
b. Want
Terapi realitas membantu konseli dalam menemukan keinginan dan harapan mereka.
Konselor bertanya, "Apa yang kau inginkan?", konseli dibantu dalam menemukan apa yang
mereka inginkan dari proses konseling dan dari dunia di sekitar mereka. Hal ini berguna bagi
konseli untuk menemukan apa yang mereka harapkan dan inginkan dari konselor dan dari diri
mereka sendiri. Bagian dari konseling terdiri dari menjelajahi atau eksplorasi "picture album"
(keinginan), kebutuhan, dan persepsi atau kualitas dunia konseli. Konseli diberi kesempatan
untuk mengeksplorasi setiap aspek kehidupan mereka, apa yang mereka inginkan dari
keluarga, teman, dan pekerjaan.
c. Doing
Di awal konseling penting untuk mendiskusikan dengan konseli secara keseluruhan arah dari
kehidupan mereka. Eksplorasi ini adalah awal untuk evaluasi berikutnya apakah itu adalah
arah yang diinginkan. Menanyakan apa yang dilakukan konseli (doing), yaitu:konselor
menanyakan secara spesifik apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang dalam konseling
realita, akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan pada
perasaannya. Misal, konseli mengungkapkan setiap kali menghadapi ujian ia mengalami
kecemasan yang luar biasa. Dalam pandangan konseling realita, yang harus diatasi bukan
kecemasan konseli, tetapi hal-hal apa saja yang telah dilakukannya untuk menghadapi ujian.
d. Evaluation
Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya bersama
konselor sesui dengan jangka waktu yang ditetapkan.
Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang telah disepakati
bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan perubahan perilaku konseli.
Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah direncanakannya,
permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya,
konselor mengajak konseli untuk melihat kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya
mengapa konseli tidak berhasil. Konselor selanjutnya membantu konseli merencanakan
kembali hal-hal yang belum berhasil ia lakukan.
Pada tahap ini, konselor tidak memberikan hukuman, mengkritik, dan berdebat, tetapi
hadapkan konseli pada konsekuensi. Menurut Glasser, memberikan hukuman akan
mengurangi keterlibatan konseli dan meyebabkan ia merasa lebih gagal. Saat konseli belum
berhasil melakukan perubahan, hal itu merupakan pilihannya dan ia akan merasakan
konsekuensi dari tindakannya. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli, bahwa
kondisinya akan membaik jika ia bersedia melakukan perbaikan itu. Selain itu, konselor
jangan mudah menyerah. Proses konseling yang efektif antara lain ditunjukkan dengan
seberapa besar kegigihan konselor untuk membantu konseli. Ada kalanya konseli
mengharapkan konselor menyerah dengan bersikap pasif, tidak kooperatif, marah, atau apatis,
namun pada tahap inilah konselor dapat menunjukkan bahwa ia benar-benar terlibat dan ingin
membantu konseli mengatasi permasalahannya. Kegigihan konselor dapat memotivasi
konseli untuk bersama-sama memecahkan masalah.
Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dalam proses konseling. Konselor dan konseli
mengevaluasi perkembangan yang telah dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan
jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai.
e. Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
Prinsip-prinsip dan prosedur terapi realitas berhasil diterapkan pada sekolah, lembaga-
lembaga pemelihara pemuda kecanduan obat, dan pusat rehabilitasi.
Terapi Realitas telah berhasil digunakan dalam pengobatan kecanduan dan program
pemulihan selama lebih dari 30 tahun.
1. Kelebihan
a. Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu dan kelompok.
c. Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri individu, tanpa
menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
2. Kelemahan
a. Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini sehingga terkadang
mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar dan riwayat pribadi.
b. Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang baik antara konselor
dan konseli.
c. Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua arah. Pendekatan
ini mempunyai keterbatasan dalam membantu konseli yang dengan alasan apapun, tidak
dapat mgekspresikan kebutuhan, pilihan, dan rencana mereka dengan cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta:PT. Indek
Nelson, R.J. 2011. Teori Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar