com
www.penerbitwidina.com
www.penerbitwidina.com
Tim Penulis:
Novi Assirotun Nabawiyah, Shindy Lestari, Muhammad Hasan, Dewi Tumatul Ainin,
Sa’odah, Ahmad Fuadi, Awaluddin Hasrin, Nurmisda Ramayani, Imam Ma’arif Syah,
Ikhfan Haris, Maria Paulina Angle Rajagukguk, Uci Nursanty Haloho, Ika Aryastuti Hasanah,
Nori Nopita Sari, Muhamad Seto Sudirman.
Desain Cover:
Ridwan
Tata Letak:
Aji Abdullatif R
Proofreader:
N. Rismawati
ISBN:
978-623-6092-31-6
Cetakan Pertama:
April, 2021
PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
(Grup CV. Widina Media Utama)
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami
ucapkan selain mengucap rasa syukur. Karena berkat rahmat dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, buku yang berjudul “Perkembangan Peserta Didik
(Tinjauan Teori dan Praktis)” telah selesai disusun dan berhasil diterbitkan,
semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan penambah
wawasan bagi siapa saja yang memiliki minat terhadap pembahasan
tentang Perkembangan Peserta Didik (Tinjauan Teori dan Praktis).
Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat
beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah
menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan
senang hati secara terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari
para pembaca sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai
bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan
penyempurnaan karya selanjutnya di masa yang akan datang.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di
hadapan sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak
dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan
di Indonesia.
April, 2021
Penulis
iii
www.penerbitwidina.com
DAFTAR ISI
iv
www.penerbitwidina.com
v
www.penerbitwidina.com
vi
www.penerbitwidina.com
vii
www.penerbitwidina.com
viii
www.penerbitwidina.com
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu bentuk interaksi individu dengan
individu lainnya (antara manusia). Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan menuntut
terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, beriman,
beriptek dan berakhlakul karimah sebagai tujuan dari pendidikan, maka
perlu pengamatan dari segi aktualisasinya bahwa pendidikan merupakan
proses interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
dari sebuah proses pendidikan.
www.penerbitwidina.com
Guru dan peserta didik adalah dua entitas yang tidak dapat
terpisahkan dalam menggerakkan dimensi dunia pendidikan. Keduanya
mempunyai interaksi secara konsisten yang dapat menghasilkan
perubahan intelektual, namun tidak dapat dipungkiri dalam prakteknya
pendidikan terkadang mengalami degradasi dan dekadensi di kalangan
guru dengan mengesampingkan tradisi-tradisi humanis yang seharusnya
diberlakukan dalam dimensi-dimensi peserta didik. Hal ini penting menjadi
sebuah otokritik yang produktif dalam membangun tradisi pendidikan
dengan mensejajarkan peserta didik tanpa adanya bentuk diskriminasi.
Guru, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen
utama dalam pendidikan, ketiga komponen tersebut merupakan
komponen yang satu jika hilang salah satu dari komponen tersebut maka
hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Pendidik merupakan pelaku
utama dalam tujuan dan sasaran pendidikan yaitu membentuk manusia
yang berkepribadian dan dewasa. Disamping sebagai tujuan pendidikan
Islam secara umum diorientasikan untuk membentuk insan kamil, insan
kaffah, dan mampu menjadi khalifah Allah SWT.
2. Hukum Perkembangan
Carol Gestwicki (1995) mengemukakan beberapa prinsip dasar
perkembangan.
a. Hukum Konvergensi, Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-
faktor biologis (kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar).
Kematangan merupakan prasyarat munculnya kesiapan untuk belajar.
Lingkungan menentukan arah perkembangan.
b. Hukum Tempo Perkembangan, Perkembangan pada suatu tahap
merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya. Suatu
perkembangan tidak akan mungkin terjadi berkesinambungan dengan
baik bila anak didorong untuk melampaui atau secara tergesa-gesa
menjalani tahap-tahap awal. Anak harus diberi waktu sesuai dengan
yang mereka butuhkan sebelum berlanjut pada tahap berikutnya.
c. Hukum Masa Peka, Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang
optimal. Waktu-waktu yang menunjukkan kesiapan harus dikenal
melalui pengamatan yang cermat. Proses belajar akan terjadi dengan
sangat mudah pada saat yang optimal. Setiap pembelajaran tidak akan
menjadikan proses belajar dengan mudah sebelum mencapai kesiapan.
d. Hukum Rekapitulasi, Stanley Hall (1846-1924) berusaha untuk
memberikan kontribusi teoretis terhadap psikologi. Dengan
dipengaruhi oleh tulisan dan teori Darwin, Stanley Hall
mengemukakan bahwa perilaku dan perkembangan anak merupakan
rekapitulasi dari evolusi spesies (manusia). Dengan pandangan ini Hall
menamai studi perkembangan anak psikologi genetis. Hall juga
berpendapat bahwa pendidikan dan pembimbingan anak seyogianya
memupuk kecenderungan alami anak yang merefleksikan bentuk-
bentuk perilaku dan perkembangan spesies (manusia) yang terdahulu.
Hall terutama menekankan masa adolesen, yang menurut
pendapatnya menandai berakhirnya rekapitulasi dan merupakan
kesempatan pertama bagi anak untuk mengembangkan bakat-bakat
dan kemampuan individualnya (Hall, 1904).
dari masa pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam
struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada
manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh,
jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991).
Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.
Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada
kedua orang tuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor
penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada
ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok,
alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari segi psikologis,
pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis
selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik
maupun psikologis. Untuk lebih rinci dapat dicermati penjelasan berikut ini:
1) Faktor Gizi atau Asupan Makanan
Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik
dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam
merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan
otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling penting dalam
menentukan tumbuh dan kembang individu. Walaupun perkembangan
otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada masa awal
individu-individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾ dari otak
orang dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10 otak
orang dewasa atau sekitar 90 % berat otak orang dewasa. Beberapa
pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan
ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus
tumbuh hingga masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan
dengan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif individu
(Santrock, 1995). Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya
ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah
dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan. Pasca
kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik bagi
individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun
kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan kalori dan protein,
ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat besi, yodium dan kalsium.
Kalori didapatkan dari karbohidrat sebagai sumber energi untuk
pembakaran sel-sel tubuh yang menunjang gerakan motorik dan aktivitas
berpikir. Sumber karbohidrat ini didapatkan dari nasi, roti, mi, jagung
ataupun berbagai macam makanan yang mengandung tepung.
Protein diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel tubuh serta
menggantikan zat-zat tubuh yang sudah aus dan membuat hormon-
hormon pertumbuhan. Protein ini bisa berasal dari hewan seperti: daging
sapi, ayam, telur maupun ikan, sementara protein nabati atau yang
berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu, kacang hijau. Berbagai macam
protein ini haruslah disajikan secara bervariasi pada individu sehingga
dapat saling melengkapi.
Vitamin dan mineral pun sangat diperlukan untuk meningkatkan
metabolisme tubuh, yaitu proses perubahan bahan makanan menjadi
energi, menjaga daya tahan tubuh dari infeksi dan penyakit. Sumber
vitamin dan mineral ini bisa didapat dari berbagai macam sayuran dan
buah-buahan.
Zat yang paling berperan langsung pada daya pikir adalah zat besi dan
yodium. Kekurangan zat besi berakibat jumlah oksigen yang dibawa oleh
sel-sel ke seluruh tubuh termasuk ke dalam otak berkurang, sehingga
terlihat individu lesu, tidak bergairah dan menurunnya daya konsentrasi.
Zat besi banyak terdapat dalam daging berwarna merah, hati dan sayuran
berwarna tua.
Yodium berfungsi untuk kerja kelenjar tiroid yang menghasilkan
hormon tiroksin yang mengontrol laju metabolisme. Kekurangan yodium
ini dapat mengakibatkan merosotnya IQ dan keterbelakangan mental.
Yodium ini banyak terdapat pada makanan yang berasal dari laut dan
garam. Zat lain yang sangat berguna bagi tubuh adalah kalsium yang
digunakan untuk pertumbuhan tulang, gigi, kelancaran impuls syaraf di
otak dan kerja jantung. Kalsium ini bisa didapat dari susu, keju, ikan laut,
ayam dan brokoli.
b. Kondisi Psikis
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang
diuraikan sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut
aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral.
Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan
persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan
ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan
karena kerusakan sistem syaraf, kerusakan otak atau mengalami retardasi
mental.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis,
sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi
ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian. Semua kondisi di atas sangat
mempengaruhi bagaimana individu dapat menjalankan proses
kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena
E. RANGKUMAN MATERI
Guru dan peserta didik adalah dua entitas yang tidak dapat
terpisahkan dalam menggerakkan dimensi pendidikan. Keduanya
mempunyai interaksi secara kontinu yang dapat menghasilkan
perambahan intelektual. Perubahan dalam perkembangan individu
peserta didik merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan
sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan
pada sifat fisik individu yang semakin bertambah usia akan mengarah
kepada kematangan. Untuk proses kognitif meliputi perubahan pada
pemikiran, intelegensi dan bahasa individu, sedangkan proses sosio-
emosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain,
serta perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.
Pemahaman terhadap peserta didik diperlukan dalam rangka
membantu peserta didik menjalani tugas-tugas perkembangan tersebut
secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kecakapan hidup dan
mampu menjalani realita dalam kehidupannya sesuai potensi yang ada
pada dirinya. Ranah perkembangan individu peserta didik menyangkut
aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral.
Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan
persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan
ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan
karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi
mental.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan suatu disiplin ilmu yaitu
psikologi, baik diinstitusi pendidikan formal maupun non formal.
Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau
instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh
dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru
atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat
berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat,
motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
www.penerbitwidina.com
2. Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “paedagogie” dari
bahasa Yunani terdiri dari kata “pais” artinya “anak” dan “again” artinya
“membimbing”, jadi jika diartikan, paedagogie artinya bimbingan yang
diberikan kepada anak. Sedangkan secara termonologi pendidikan
mengandung arti bimbingan yang dilakukan oleh seseorang (orang dewasa)
kepada anak-anak, untuk memberikan pengajaran, perbaikan moral dan
melatih intelektual (Sholichah, 2018).
3. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang lebih
menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan individu,
baik fisik maupun mental serta sangat erat hubungannya dengan masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses keberhasilan belajar.
Sedangkan menurut Syah (dalam Tas’adi, 2019) yang menyatakan bahwa
psikologi pendidikan merupakan sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki
masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Selain dari pada itu Suarna (dalam Tas’adi, 2019) berpendapat
mengenai karakteristik yang terkandung dalam pengertian psikologi
pendidikan adalah cabang dari psikologi yang memiliki lingkup kajian
Kedua, dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan
pada proses pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap
individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Sebuah pendidikan
seharusnya menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki oleh peserta
didik serta dapat mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan
kebutuhannya. Ketiga, konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa
manusia merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan
dasar. Misalnya pengembangan kurikulum atau perangkat pembelajaran
bahwa guru/pendidik harus melakukan berbagai analisis kebutuhan dan
tujuan agar apa yang diajarkannya nanti sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik.
Keempat, berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus
mampu mengontrol dan mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih
positif. Treatment yang dapat dilakukan dengan penjajakan secara
personal, memberi sugesti dan wejangan, tidak memberi hukuman tetapi
memberi semacam kebebasan dalam bertanggung jawab, dan
membantunya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kelima,
perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Pendidikan
inklusif merupakan pendidikan yang tidak membeda-bedakan peserta
didik. Keenam adalah konsep psikoanalisis yang diterapkan dalam
pendidikan adalah pendidikan yang bermuara pada penciptaan kreativitas
peserta didik. Pada era ini, setiap manusia dituntut memiliki kreativitas
yang orsinil dan terbaik (Helaluddin dan Syawal, 2018).
2. Teori Humanistik
Abraham Maslow seorang ahli psikologi humanistik dari Brooklyn
dalam buku Duane Schultz menyatakan bahwa dalam pandangan
humanistik manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang
mereka capai. Hal tersebut terjadi apabila manusia dapat melepaskan
potensi itu, maka setiap individu dapat mencapai keadaan eksistensi ideal.
Kebanyakan orang memiliki kemampuan untuk bersikap kreatif, spontan,
penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu, kemampuan
untuk berkembang secara terus-menerus, kemampuan mencintai dan
dicintai serta semua ciri lain yang terdapat pada orang-orang yang
mengaktualisasikan diri (Schultz dalam Firman, 2016).
3. Teori Behavioristik
Dasar aliran behaviorisme ini menjadi dasar aliran yang
mempengaruhi perkembangan keilmuan psikologi modern menurut
Skinner bahwa hubungan stimulus dan respons yang terjadi melalui
interaksi dalam lingkungannya yang akan menimbulkan perubahan tingkah
laku (Abdurakhman dan Rusli, 2015).
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan
pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Koneksionisme (connectionism) merupakan rumpun
yang paling awal dari teori behavioristik. Menurut teori ini tingkah laku
manusia tidak lain dari suatu hubungan stimulus‐respons. Individu yang
menguasai stimulus‐respons sebanyak‐banyaknya ialah orang yang pandai
dan berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus‐respons
dilakukan melalui ulangan‐ulangan.
4. Teori Transpersonal
Teori psikologi transpersonal mengajarkan bahwa eksistensi dan
perkembangan kemampuan manusia dalam mengatur hidup harus
dipandang sebagai kesatuan perkembangan dari dimensi kejasmanian,
kejiwaan, lingkungan dan kerohanian yang tak terpisahkan. Psikologi
transpersonal memiliki kepedulian pada kajian tentang kemanusiaan,
potensi tertinggi, dan memahami potensi luhur kemanusiaan dengan
fenomena tentang spiritual sebagai sebuah bentuk kesadaran dari derajat
manusia.
Psikologi Transpersonal memandang manusia dari dua segi yaitu
potensi luhur dan fenomena kesadaran. Oleh karena itu, psikologi
transpersonal menaruh perhatian pada pengaruh dimensi spiritual pada
manusia yang berpotensi mengembangkan kemampuan yang luar biasa.
Pada aliran psikologi terdahulu, hal ini tidak terlihat. Aliran psikologi
humanistik yaitu bahwa psikologi humanistik melihat potensi ditimbulkan
dari hubungan manusia sedangkan psikologi transpersonal menggunakan
pengalaman luar biasa dan dimensi spiritual manusia.
Dengan dimasukannya oleh psikologi transpersonal potensi
kerohanian sebagai penyempurna bagi potensi-potensi lainnya, maka
jelaslah bahwa konsep-konsep psikologi transpersonal yang bercorak
intuitif dan mistik berimplikasi dan memberikan sumbangan yang sangat
berarti untuk diimplementasikan dalam memanajemen pendidikan bagi
upaya pengembangan kemampuan berpikir peserta didik (learning to
think), kemampuan melakukan sesuatu (learning to do), kemampuan bisa
menghayati hidupnya sebagai seorang pribadi sebagaimana dia ingin
menjadi (learning to be), dan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua
adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn) baik secara
mandiri maupun dalam kerja sama dengan orang lain, karena mereka juga
perlu belajar untuk hidup bersama dengan orang lain (learning to live
together) (Ady, 2012).
E. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Definisi tentang perkembangan menurut para ahli psikologi
membedakan pengertian pertumbuhan dengan perkembangan. Istilah
pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif
menyangkut aspek-aspek jasmaniah atau perubahan-perubahan yang
terjadi pada organ tubuh dan struktur fisik, seperti pertumbuhan tinggi
badan seorang anak. Adapun istilah perkembangan dalam ilmu psikologi
memiliki arti perubahan secara kualitatif pada ranah jasmani dan rohani
manusia yang saling berkesinambungan menuju arah kematangan dan
lebih kompleks, selain dari pada itu definisi perkembangan secara khusus
diartikan sebagai perubahan yang menyangkut aspek-aspek mental
psikologis manusia, seperti perubahan-perubahan yang berkaitan dengan
aspek pengetahuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan, dan
sebagainya (Azhari dalam Nurhayati, 2016).
Psikologi perkembangan mengkaji perilaku individu yang berada
dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan
akhir hayat. Perkembangan merupakan perubahan yang dialami individu
menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Terdapat pendekatan-
pendekatan tentang perkembangan, yakni: (a) pendekatan pentahapan
yang merupakan perkembangan individu berjalan melalui tahapan-
tahapan tertentu, yakni pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang
berbeda dengan ciri-ciri tahapan yang lain, (b) pendekatan diferensial yang
memandang setiap individu memiliki persamaan dan perbedaan masing-
I. RANGKUMAN MATERI
1. Psikologi adalah studi tentang tingkah laku dan hubungan antar
manusia, kelakuan seorang individu tidak saja terdiri atas perbuatan-
perbuatan yang dapat dilihat, akan tetapi juga semua reaksi terhadap
semua keadaan didalam dan pengaruh dari berbagai faktor lingkungan.
2. Pendidikan mengandung arti bimbingan yang dilakukan oleh
seseorang (orang dewasa) kepada anak-anak, untuk memberikan
pengajaran, perbaikan moral dan melatih intelektual.
3. Psikologi pendidikan ialah proses implementasi dan aktualisasi prinsip,
metode ilmu psikologi pada ranah pendidikan yang berguna untuk
membantu proses transmisi pengetahuan kepada peserta didik
dengan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan fisik
maupun non fisik peserta didik sebagai subjek belajar.
4. Manusia terdiri dari jiwa dan raga, artinya bahwa kualitas manusia
biasa dilihat dari seberapa baik jiwanya atau disebut juga hatinya.
Manusia berada pada tingkatan yang berbeda beda dilihat dari
jiwanya. Terdapat manusia yang memiliki perilaku diluar batas
kemanusiaan dan ada juga manusia yang memiliki tingkat
kemanusiaan yang tinggi.
5. Tujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan teori psikoanalisis
yaitu memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan objek ilmu pengetahuan dan telah mulai menjadi
objek yang menarik untuk dikaji sejak munculnya filsafat dan ilmu hingga
pada masa yang akan mendatang. Kajian tersebut akan selalu menjadi
menarik dalam berbagai perspektif keilmuan, khususnya dalam perspektif
pendidikan dan psikologi. Hal tersebut dapat terjadi karena kompleksitas
manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan. Dari waktu
ke waktu, manusia selalu mengalami suatu perkembangan, baik dari segi
fisik atau psikologisnya. Pada kehidupan sehari-hari dan dalam perspektif
keilmuan, perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan,
sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembangan
psikologis.
Perkembangan manusia adalah proses pertumbuhan dan perubahan
fisik, perilaku, kognitif, dan emosional yang berlangsung seumur hidup.
Pada tahap awal kehidupan, dari masa bayi hingga masa kanak-kanak,
masa kanak-kanak hingga remaja, dan remaja hingga dewasa, perubahan
www.penerbitwidina.com
C. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan
secara logis, dan diperoleh melalui jalan (pendekatan) yang sistematis,
biasa disebut sebagai teori. Terdapat beberapa teori yang merupakan
grand theory dan spesifik berkaitan dengan perkembangan manusia.
Grand theory tersebut, berfokus pada fenomena manusia secara holistik.
Hal tersebut berarti bahwa unit analisis dari grand theory tersebut adalah
keseluruhan orang yang bergerak melalui waktu atau konteks, dan konteks
yang terbaru, elemen fungsi manusia telah dimasukkan dalam teori
perkembangan manusia.
Adapun teori-teori perkembangan manusia antara lain:
1. Teori Empirisme
Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon (Inggris, 1561-1626) dan
John Locke (Inggris, 1632-1704), berpandangan bahwa pada dasarnya
anak lahir ke dunia; perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh
dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran (Woolfolk & Nicolich, 1984).
Teori empirisme menganggap perkembangan individu dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan manusia
sejak lahir hingga dewasa. Berdasarkan teori ini, pendidikan dan pergaulan
merupakan sebuah pengalaman. Lebih jelasnya, menurut teori empirisme,
2. Teori Nativisme
Pelopor teori ini yaitu Athur Schopenhauer (1788-1860). Menurut
teori ini, perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dibawa manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia
membawa sifat-sifat tertentu yang mempengaruhi dan menentukan
keadaan individu yang bersangkutan. Faktor pendidikan dan lingkungan
dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Teori ini juga memunculkan pandangan bahwa seakan-akan manusia
telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah,
sehingga individu akan sangat tergantung kepada sifat-sifat yang
diturunkan oleh orang tuanya. Apabila orang tuanya baik, seseorang akan
menjadi baik, sebaliknya apabila orang tuanya jahat, seseorang akan
menjadi jahat. Sifat baik atau jahat itu tidak dapat diubah. Teori ini
menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia apabila dilahirkan
baik akan tetap baik, sebaliknya apabila manusia dilahirkan jahat akan
tetap jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan.
Teori ini menimbulkan pandangan pesimistis dalam bidang pendidikan,
yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya
menghadapi perkembangan manusia. Hal demikian bertentangan dengan
kenyataan yang kita hadapi, karena sejak zaman dahulu hingga sekarang
orang berusaha mendidik generasi muda, karena pendidikan adalah hal
yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan. Lebih jauh lagi, teori ini juga
dapat menimbulkan pendapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang
baik, langkah yang diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota
masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik, tidak dapat diberikan
kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan
yang tidak baik pula. Jadi teori nativisme ini tidak dapat diterima oleh ahli-
ahli lain karena tidak dapat dipertahankan ataupun
dipertanggungjawabkan.
3. Teori Naturalisme
Pelopor teori ini adalah J.J Rosseau (1712-1778). Ia berpendapat
bahwa “semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang
pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.” Aliran ini
disebut juga aliran negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan
pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali ke
lingkungannya. Dengan kata lain, anak tidak memerlukan pendidikan
tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya
adalah menyerahkannya ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak
menjadi rusak melalui proses kegiatan pendidikan itu sendiri. Teori ini
menimbulkan anggapan bahwa alam yang memegang peranan penting
dalam memberikan pendidikan kepada anak, sehingga anak bukanlah hasil
bentukan dari pendidikan yang diperolehnya di sekolah formal melainkan
dari alam. Peran pendidik menjadi tidak lagi begitu penting karena
menurut teori ini, sudah selayaknya anak dikembalikan ke alam dan
belajar dari sana.
4. Teori Konvergensi
Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Teori konvergensi
merupakan gabungan antara teori nativisme dengan teori empirisme.
Teori ini menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki
peranan dalam perkembangan manusia. Menurut aliran konvergensi,
antara lingkungan dan bakat pada individu yang terbawa sejak lahir saling
memengaruhi.
7) Pada akhir bulan kedua prenatal, berat embrio rata-rata 1 1/4 ons
dan panjangnya 1 1/2 inci.
c. Periode Janin (akhir bulan kedua sampai lahir)
1) Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk,
baik dalam bentuk/rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi
perubahan dalam fungsi.
2) Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam, cukup
berkembang sehingga dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin
mulai diketahui sekitar minggu ke lima belas.
3) Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati
posisi hampir seperti posisi didalam tubuh orang dewasa.
4) Sel-sel saraf yang sejak minggu ketiga jumlahnya meningkat pesat
selama bulan-bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah
peningkatan pada saat ini akan berlangsung apa tidak, bergantung
pada kondisi didalam tubuh ibu.
5) Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu
kedelapan belas dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat
sampai akhir bulan ke sembilan, dimana gerakan mulai
berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan
pada otak janin pada saat janin mengambil posisi kepala dibawah,
didaerah pinggul, dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin
ini berlainan macamnya, yaitu menggelinding dan menendang,
gerak pendek atau cepat.
6) Pada akhir bulan ketujuh janin sudah cukup berkembang dan
dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
7) Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk.
Masa rentang waktu dari setiap perubahan ini tentunya berbeda bagi
setiap orang. Ada yang memiliki kesulitan pada satu dimensi tertentu
sehingga mengalaminya dalam waktu yang lebih lama, ada juga yang bisa
mengatasinya dengan cepat sehingga proses perubahan tersebut tidak
terlalu terlihat.
Namun secara umum, Webb et al., (2001) membedakan fase dewasa
dalam beberapa tahap:
1. Masa dewasa awal yang terbagi dalam 3 periode:
a. Periode pertama: pengenalan dengan dunia orang dewasa,
berusaha membentuk struktur kehidupan (22 – 28 tahun)
b. Periode kedua: pilihan struktur kehidupan lebih tetap dan stabil
(28 – 33 tahun)
c. Periode ketiga: fase kemantapan, menemukan tempatnya di
masyarakat (33 – 40 tahun).
d. Usia 40 tahun ini merupakan puncak masa dewasa.
2. Masa peralihan menuju dewasa madya/tengah baya (40 – 45 tahun)
Dalam masa ini seseorang menghadapi 3 macam tugas:
a. Penilaian kembali masa lalu
b. Merubah struktur kehidupan
c. Proses individuasi.
3. Masa dewasa madya (45 – 50 tahun)
Proses individuasi berlangsung sampai masa ini.
4. Masa dewasa tengah (50 – 55 tahun)
Seringkali merupakan krisis bila seseorang tidak sepenuhnya berhasil
dalam penstrukturan kembali hidupnya pada masa peralihan.
5. Masa puncak (55 – 60 tahun)
6. Masa dewasa akhir (> 60 tahun)
G. RANGKUMAN MATERI
Pada hakikat, makna perkembangan suatu makhluk hidup adalah
sesuatu yang alami (natural). Artinya setiap makhluk hidup pasti dan tidak
dapat menghindar dari berlangsungnya proses perkembangan pada
dirinya. Kata perkembangan (development) seringkali dikaitkan dengan
pertumbuhan (growth), dan dengan kematangan (maturation). Ketiganya
memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan
perkembangan hakikatnya adalah perubahan, yaitu perubahan ke arah
yang lebih tinggi atau lebih baik.
Teori perkembangan terbagi menjadi 4 yaitu teori empirisme, teori
nativisme, teori naturalisme, dan teori konvergensi. Sedangkan tahap-
tahap perkembangan pada manusia meliputi perkembangan manusia
pada masa pranatal hingga kanak-kanak, perkembangan manusia pada
masa remaja, dan perkembangan manusia pada masa dewasa dan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
A. PENDAHULUAN
Perkembangan individu di maknai berbeda-beda oleh beberapa ahli,
Arthur Scopenhauer, seorang ahli filsuf Jerman berpendapat bahwa
perkembangan di tentukan oleh sifat bawaan (gen). sedangkan menurut
John Locke, berpendapat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh
faktor lingkungan pendidikan. Pendapat dari beberapa ahli ini kemudian di
tengahi oleh William Stern yang menyatakan bahwa perkembangan
individu dipengaruhi oleh kedua faktor diatas, yaitu sifat dasar atau sifat
bawaan (gen) dan faktor lingkungan ataupun pendidikan. Sejalan dengan
pendapat para ahli di atas, tokoh nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dipengaruhi oleh sifat dasar atau bawaan sedangkan faktor
eksternal di pengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan/pembelajaran.
www.penerbitwidina.com
D. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
1. Environmentalisme
Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh
lingkungan. Teori ini dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704
2. Naturalisme
3. Memandang anak berkembang dengan cara-caranya sendiri melihat,
berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak
10. Psiko-sosial
Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa
perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia. Erikson
meyakini bahwa setiap tahap perkembangan berfokus pada upaya
penanggulangan konflik
11. Perkembangan bahasa
Teori perkembangan bahasa digagas oleh Chomsky (1928). Chomsky
menyatakan kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang
tidak dimiliki makhluk lain. Kemampuan berbahasa telah dibawa
manusia sejak lahir.
12. Humanistik
Penggagas aliran humanistik adalah Abraha Maslow (1908-1970).
Menurut Maslow pertumbuhan dan perkembangan manusia
ditentukan oleh hakikat batin yang esensial dan biologis. Inti batin
manusia mendorongnya untuk mencapai perealisasian
kemanusiaannya seutuhnya.
3. Seksual
Faktor seks mempengaruhi tingkat perkembangan seorang anak. Hal
ini terlihat dari kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniah. Pada saat
lahir, anak laki-laki relatif lebih besar dari pada anak perempuan, akan
tetapi anak perempuan justru lebih cepat perkembangannya serta
prosesnya dalam menuju kedewasaan pun lebih cepat dari pada anak
laki-laki.
4. Lingkungan Sosial/keluarga
Lingkungan merupakan tempat pertama yang di jamah oleh manusia,
terutama lingkungan keluarga. Lingkungan yang dimaksud adalah masa-
masa perkembangan dari berbagai aspek antara lain :
a. Prenatal
Perkembangan prenatal adalah proses gestasi embrio manusia atau
janin selama kehamilan, dari pembuahan hingga kelahiran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan adalah : kesehatan dan gizi ibu, dan
kondisi emosional si ibu. Perkembangan seorang anak di mulai dari
masa prenatal ini, yaitu masa janin berada di dalam kandungan.
b. Natal
Masa kelahiran seorang anak. Kelahiran dapat dilakukan dengan cara
normal maupun operasi Caesar, tergantung kondisi ibu dan janinnya.
c. Post natal
Masa ini dimulai sejak manusia dilahirkan yang kemudian akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam jangka waktu
yang lama mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga
berujung pada lansia.
5. Ras
Menurut Elizabeth B. Hurlock, anak-anak dari ras meditarian tumbuh
lebih cepat dari pada anak-anak dari Eropa sebelah timur. Anak-anak
Negroid dan ras Indian, pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan
dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
6. Nutrisi
Asupan nutrisi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak sangat
berpengaruh penting terhadap pertumbuhan serta perkembangannya.
Nutrisi yang baik tidak hanya dari sisi keragamannya tetapi yang
terpenting adalah kandungan isi dari nutrisi tersebut yang mencakup
protein, vitamin, mineral dan zat-zat lain penunjang pertumbuhan dan
perkembangannya.
7. Kultur
Setiap anak dilahirkan sama walaupun dari budaya yang berbeda.
Factor budaya masyarakatlah yang menjadikan perkembangan anak-anak
itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang membedakannya antara lain berasal
F. RANGKUMAN MATERI
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua istilah yang selalu
digunakan dalam psikologi. Sebagian psikolog memandang kedua istilah
tersebut dengan sudut pandang yang berbeda, namun sebagian yang lain
memandang di dalam istilah perkembangan tercakup makna
pertumbuhan. Secara umum kedua istilah ini memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya kedua istilah ini berkaitan dengan perubahan
pada diri individu. Perbedaannya pada jenis perubahan yang terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di antaranya adalah
intelegensi, hereditas, seksual, lingkungan social/keluarga, ras, nutrisi, dan
kultur (budaya). Namun dibalik semua ini factor yang paling menentukan
dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang adalah factor
internal dan eksternal. Factor internal merupakan factor yang disebabkan
oleh keturunan atau genetic sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang disebabkan oleh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sa’odah, M.Pd
Universitas Muhammadiyah Tangerang
A. PENDAHULUAN
Peserta didik merupakan makhluk yang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan yang memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan
dirinya, baik kemampuan psikis maupun kemampuan fisiknya. Saat ini
anak tidak hanya dianggap dianggap sebagai objek atau sasaran
pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek
pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik
dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Perkembangan fisik ialah dasar untuk kemajuan perkembangan untuk
selanjutnya, dengan meningkatnya perkembangan tubuh baik berat tubuh
ataupun tinggi tubuh dan kekuatannya, membolehkan anak untuk lebih
aktif serta tumbuh keahlian fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi
terhadap lingkungan tanpa dorongan orang tua. Perkembangan
www.penerbitwidina.com
2. Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait
dengan perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system)
dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan
utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah
bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dan dari yang kasar dan global (grass bodily movements)
kepada yang harus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated
movements).
yang anak minati dan memberi dukungan penuh atas apa yang dipilih
oleh anaknya.
5. Tahap perkembangan fisik 11-12 tahun. Ciri-cirinya sebagai berikut
pada anak laki-laki, ukuran testis dan penis membesar, ereksi pertama
atau mimpi basah, rambut selain di kepala mulai tumbuh dan tanda
pubertas. Pada anak perempuan pinggul dan dada membesar,
menstruasi mulai terjadi tinggi dan berat badan lebih cepat dibanding
anak laki-laki dan tanda pubertas. Postur tubuh mulai terbentuk,
terutama bagian bahu, tulang selangka, dan tulang rusuk. Senang ikut
kegiatan yang meningkatkan keterampilan dan kompetensi serta
eksibisi. Pada usia ini orang tua harus bisa memberi pengajaran
tentang seks karena penting untuk menjaga anak dari bahaya seks
bebas. (Lestari, 2020)
6. Tahap perkembangan fisik 12-19 tahun. Pada masa remaja,
perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan dengan masa-
masa sebelumnya. Pada masa remaja awal (usia SLTP) anak-anak ini
Nampak postur tubuhnya tinggi-tinggi tetapi kurus. Lengan kaki dan
leher mereka panjang-panjang, baru kemudian badan mereka
mengikuti dan pada akhir masa remaja, proporsi tinggi dan berat
badan mereka seimbang. Pada usia 11 – 12 tahun tinggi badan anak
laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda, pada usia 12 – 13 tahun
pertambahan tinggi badan anak wanita lebih cepat dibandingkan
dengan anak laki-laki, tetapi pada usia 14 -15 tahun anak laki-laki akan
mengejarnya, sehingga pada usia 18 – 19 tahun tinggi badan anak laki-
laki jauh dari wanita, lebih tinggi sekitar 7 sampai dengan 10 cm. rata-
rata pertambahan tinggi badan masih dapat diperkirakan, tetapi
pertambahan berat lebih sulit diperkirakan. Hal itu disebabkan karena
besarnya pengaruh factor luar, seperti kondisi sosial ekonomi,
pengaruh komposisi dan gizi makanan. Perubahan yang sangat cepat
dalam tinggi ini, tidak berjalan sejajar dengan kekuatan dan
keterampilannya. Keduanya agak tertinggal dibandingkan dengan
tinggi badan. Anak pada usia SD jagoan dalam olahraga, pada usia
SLTP mengalami sedikit kemunduran karena belum ada penyesuaian
dengan perubahan-perubahan fisik yang dialami, gerak-gerik
merekapun Nampak kaku dan canggung.
Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat, pada masa
remaja berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula.
Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan
sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-
alat produksi, baik pada pria maupun wanita. Pada awal masa remaja anak
wanita mulai mengalami menstruasi dan laki-laki mengalami mimpi basah,
dan pengalaman ini merupakan pertanda bahwa mereka telah memasuki
masa kematangan seksual. Pengalaman pertama menstruasi pada wanita,
sering kali dirasakan oleh remaja sebagai sesuatu yang mengagetkan,
menakutkan, menimbulkan rasa cemas, takut dan malu. Adakalanya
mereka menutupi dan menyembunyikan pengalaman tersebut. Karena itu,
ada siswa pada masa awal remaja menampakkan tingkah laku yang
bermacam-macam. Di sinilah penerangan dan bimbingan dari guru sangat
diperlukan menjelang mereka memasuki masa remaja. Pengalaman mimpi
basah pertama pada pria, juga menimbulkan kekagetan walaupun tidak
sebesar pada anak wanita. Setelah pengalam tersebut biasanya terjadi
perubahan perhatian dan perasaan terhadap lawan jenis. Selanjutnya ciri-
ciri kelamin sekunder, berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada
seluruh badan, perubahan suara menjadi rendah-besar (lebih-lebih pada
pria), membesarnya buah dada pada wanita, dan tumbuhnya jakun pada
pria. Dengan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder ini, secara fisik
remaja mulai menampakkan ciri-ciri orang dewasa.
Masih dalam kaitan dengan perkembangan fisik, pada masa remaja
juga terjadi perkembangan hormone seksual yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin yang masuk dalam darah. Hormon yang terpenting yang
berkaitan dengan perkembangan kehidupan seksual adalah testosteron
dan estrogen. Keduanya ada, baik pada pria maupun wanita, tetapi
konsentrasi yang tinggi dari testosteron ada pada pria, sehingga sering
disebut hormon kepriaan dan estrogen terkonsentrasi tinggi pada wanita
disebut hormon kewanitaan. Memang kedua jenis hormone tersebut
mempengaruhi perkembangan karakteristik kepriaan dan kewanitaan.
Hormon tersebut tidak hanya mempengaruhi perkembangan seksual,
tetapi juga pertumbuhan fisik.
H. RANGKUMAN MATERI
Perkembangan adalah meningkatnya kemampuan atau keterampilan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola reguler
dan dapat diprediksi sebagai hasil dari proses pematangan. Fisik
merupakan tempat berkembang berbagai perkembangan manusia. Di
dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama, dan
bahasa. Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak berjalan pesat, tetapi
secara sosiologis sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Keluarga
sangat berperan dalam mempersiapkan anak agar bisa beradaptasi ke
DAFTAR PUSTAKA
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan sosok makhluk tunggal serta sosial yang
mempunyai bermacam tipe karakter dan sifat. Buchori (1982:92)
mengatakan bahwa “Kepribadian berarti perpaduan dari segala
watak/prilaku seorang, baik watak yang dipelajarinya ataupun watak yang
diwarisinya, yang menimbulkan kesan yang khas serta unik pada orang
lain”. Untuk memahami ciri karakter/watak manusia terutama siswa
(peserta didik) sangatlah sulit. Sehingga cara yang dilakukan guru dengan
siswa dalam memahami karakter/kepribadian masing-masing adalah
melalui proses pembelajaran. Para ahli banyak mengungkapkan ataupun
berpendapat dari riset yang dilakukan tentang jenis-jenis karakter/
kepribadian siswa (peserta didik) yang akhir dari semuanya tidak lain
adalah supaya terjalinnya keselarasan dan keharmonisan antara satu
dengan yang lain. Dalam ruang lingkup pembelajaran, diantara
komponennya bisa membuat kelancaran kegiatan belajar mengajar agar
target serta ilmu yang di informasikan bisa terserap secara optimal dan
www.penerbitwidina.com
maksimal oleh tiap- tiap peserta didik (siswa). Sehingga bisa dikatakan
kalau menguasai karakter/kepribadian peserta didik (siswa) merupakan
modal awal ataupun langkah dini para pendidik saat sebelum melakukan
aktivitas belajar mengajar dikelas.
Ciri karakter/kepribadian sangat mempengaruhi proses kegiatan
pembelajaran sebab pelajaran ataupun pokok bahasan bisa dimengerti
oleh para peserta didik (siswa) dikala mereka bisa konsentrasi dari materi
yang sedang dipelajari. Adapun sebelum membuat siswa konsentrasi
terhadap pokok bahasan yang disajikan oleh pendidik (guru), maka
langkah pertama yang dilakukan oleh pendidik ialah membuat peserta
didik (siswa) konsentrasi kepada pendidik (guru). Jika Hal ini berhasil maka
para pendidik sudah sukses membuat fokus para peserta didik (siswa)
kepada pendidik (guru), sehingga para pendidik dengan lebih mudah
melakukan aktivitas belajar mengajarnya. Dari hal itu, penulis tertarik
untuk mengulas secara lebih dekat terkait perkembangan kepribadian
manusia khususnya peserta didik.
2. Definisi Kepribadian
Kata "kepribadian" merupakan dari bahasa Latin yaitu "persona", yang
artinya "topeng". (Hurlock, 1994: 236). Oleh karena itu, kepribadian
seseorang adalah kesan yang ditimbulkan oleh rangsangan dari orang tua
atau perilaku orang lain secara keseluruhan.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, para ahli memberikan pendapat
terkait pengertian/definisi kepribadian sebagai berikut:
a. Jalaludin (2002: 160) mengartikan kepribadian sebagai fungsi dari
semua makhluk individu (manusia) sebagai suatu organisme,
mencakup semua aspek yang dapat dipisahkan secara verbal, seperti :
kecerdasan, karakter/sifat, motivasi, minat, emosi dan kemauan untuk
berinteraksi serta beradaptasi dengan orang lain dan apa yang
diciptakannya berupa kesan pribadi kepada orang lain dan juga
efisiensi sosial umumnya.
b. Maramis (1980: 282) juga mengartikan bahwa Kepribadian adalah
ekspresi eksternal dari pengalaman subjektif seseorang tentang
pengetahuan dan perasaan". Oleh karena itu, kepribadian mengacu
pada semua perasaan, pikiran dan pola prilaku yang rutin digunakan
seseorang dalam hal beradaptasi berkelanjutan sepanjang hidupnya.
c. Yusuf (2000: 126) mengutip definisi Gordon W. Allport (1937) tentang
kepribadian sebagai berikut: "Kepribadian ialah merupakan organisasi
yang selalu berubah pada diri makhluk individu dalam sistem mental-
fisik, yang menentukan penyesuaian uniknya terjadi terhadap
lingkungan. Perubahan yang terjadi pada internal individu tersebut
merupakan sebuah sistem psiko-psikologis yang menentukan caranya
yang unik dalam beradaptasi dengan alam atau lingkungan sekitarnya).
melakukan sesuatu) yang mana pada aspek ini tidak bisa menentukan
aspek afektif yang bertindak sebagai kekuatan spiritual yang
mengarahkan seseorang dalam berprilaku.
Dari paparan diatas, terlihat jelas bahwa faktor sosial yang diterima
anak dalam kehidupan sosial dan sehari-hari (dari masa kanak-kanak
hingga menuju dewasa) sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadiannya (Purwanto, 1999:163).
G. RANGKUMAN MATERI
Adapun simpulan dari pembahasan materi diatas yaitu sebagai
berikut :
1. Perkembangan mengarahkan pada sebuah proses lebih sempurna
daripada yang sederhana dan berulang
2. Kepribadian merupakan perpaduan yang kompleks, terdiri dari faktor-
faktor mental seperti kecerdasan, watak, minat, sikap, cita-cita, dan
aspek fisiologis seperti bentuk organ tubuh dan kebugaran fisik
3. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
4. Perkembangan kepribadian peserta didik ialah merupakan
meningkatnya perubahan prilaku anak yang belum mencapai tingkat
kedewasaan (pubertas), perubahan tersebut dikumpulkan dengan
sendirinya dan digunakan untuk merespon dan beradaptasi dengan
segala rangsangan dari lingkungan (dari luar anak) maupun dari prilaku
internal anak (dalam diri anak) maka prilakunya merupakan unit
fungsional yang unik baginya.
5. Mengenai aspek-aspek kepribadian, harus dipahami bahwa aspek ini
tidak dilihat hanya sebagai komponen yang melaksanakan kepribadian,
akan tetapi aspek diatas hanyalah sebutan dari berbagai rangkaian
aktivitas psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Dalam
kondisi normal, prinsip yang berbeda tidak akan bertentangan satu
dengan yang lain dan juga tidak akan berbenturan. Namun sebaliknya,
sistem tersebut bekerja bersama seperti layaknya sebuah tim.
Kepribadian pada hakikatnya berfungsi secara keseluruhan daripada
sebagai bagian yang berdiri sendiri
6. Ada tiga tipe kepribadian yaitu tiga type kepribadian, yaitu:
kepribadian Ekstrovert: kepribadian introvert dan kepribadian
Neurosis:
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Peserta didik merupakan salah satu bagian penting pada sistem
pendidikan. Untuk perkembangannya, peserta didik membutuhkan
manusia lain. Hal ini pula yang menegaskan bahwa peserta didik
merupakan makhluk sosial. Seperti makhluk sosial pada umumnya,
perubahan sikap dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh bentuk
interaksi sosial ataupun proses sosialisasi yang terjadi dalam lingkungan
sosial (sekolah). Dengan begitu, mempelajari perkembangan sosial
seorang peserta didik, diharapkan dapat memahami pengertian dan
proses sosialisasi peserta didik.
Perkembangan sosial peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah ataupun lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial siswa akan
berdampak pada bagaimana perilaku, pengendalian, adaptasi terhadap
aturan-aturan yang ada. Ketika seorang siswa mampu mengkondisikan diri
dengan lingkungannya maka hal ini berarti fungsi sosial seorang siswa
akan semakin baik pula.
www.penerbitwidina.com
B. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan adalah sesuatu yang mutlak dialami oleh setiap
manusia. Sejak kecil hingga dewasa akan terus mengalami pola tersebut.
Perkembangan merupakan suatu perubahan perilaku yang didasari kondisi
psikis atau rohani seseorang. Hurlock (1988) mengatakan bahwa
perubahan dapat diperoleh seseorang melalui pembiasaan dan latihan
atau belajar. Menurutnya perkembangan proses perubahan yang terjadi
akibat proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan adalah sebuah
proses yang tidak bisa hadir secara instan pada diri seseorang. Belajar
adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar,
anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan
dengan cara anak harus mendapatkan kesempatan belajar untuk
berkembang.
Perkembangan pada dasarnya merupakan pertumbuhan pada proses
kematangan manusia yang disertai dengan perubahan kulitatif dan
kuantitatif. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang individu dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, dan pada tahap tertentu kehidupan
manusia di sertai terjadinya perkembangan (Hasan, 2006).
Perkembangan yang terjadi pada setiap individu, hasil dan perubahan
yang diciptakan tentu akan berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini
disebabkan oleh faktor pengetahuan, kesehatan mental dan jiwa,
pengalaman, dan rasa sosial. Oleh karena itu, para ahli perkembangan
peserta didik mengklasifikasikan perkembangan kepada beberapa aspek,
di antaranya: perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa dan seni, perkembangan sosial dan
emosional, serta perkembangan agama dan moral (Assingkily & Hardiyati,
2019).
Pada dunia pendidikan, perkembangan sosial peserta didik merupakan
suatu hal yang penting. Sebab perkembangan seorang siswa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Berikut ini beberapa definisi tentang perkembangan sosial:
1. A.A Schneidersosilisasi, perkembangan sosial merupakan proses
mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk
menyesuaikan diri sesuai dengan keinginannya yang berasal dari
dalam diri.
2. Proses identifikasi
Proses identifikasi lebih mendalam dari pada proses imitasi. Dengan
mengidentifikasi, seseorang berupaya menempatkan diri dalam keadaan
orang lain. Proses identifikasi merupakan proses terjadinya pengaruh
sosial pada diri seseorang. Dimana seseorang telah berupaya menjadi
seperti individu lain yang dikaguminya. Dengan kata lain proses identifikasi
adalah proses menyamakan tingkah laku sosial orang yang berada
3. Proses internalisasi
Proses internalisasi merupakan kecenderungan pada diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak
sadar yang di dalamnya proses lahiriah dan batiniah. Pada proses
internalisasi terjadi proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Proses
menetapnya suatu nilai-nilai sosial pada diri seseorang. Saat itu, nilai-nilai
tersebut telah tertanam dan menjadi karakter orang tersebut. Disini
dibutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai sosial yang baik dan yang
buruk, sehingga kelak anak dapat berkembang menjadi makhluk sosial
yang sehat dan bertanggung jawab.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif akan
memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang (Sit, 2012). Dalam hal ini
pendidikan dimaknai bahwa perkembangan seorang peserta didik
dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Pembentukan perilaku seorang peserta didik dalam formal diberikan
melalui kelembagaan pendidikan (sekolah). Pada lingkungan sekolah
seorang peserta didik dikenalkan pada norma-norma lingkungan. Tentang
norma kehidupan berbangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.
Serta tentang etika pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
G. RANGKUMAN MATERI
Perkembangan merupakan sesuatu yang mutlak dialami oleh setiap
manusia. Sejak kecil hingga dewasa akan terus mengalami pola tersebut.
Perkembangan merupakan suatu perubahan perilaku yang didasari kondisi
psikis atau rohani seseorang.
Perkembangan sosial adalah upaya pencapaian kematangan seseorang
melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi,dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Positif atau negatifnya persepsi
peserta didik terhadap guru dan teman-temannya itu sangat
memengaruhi kualitas hubungan sosial para peserta didik dengan
lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin dengan lingkungan
sekolahnya
Perkembangan sosial dapat berkembang dengan baik ketika seorang
peserta didik menunjukkan sikap kasih sayang, selalu ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran, menunjukkan komunikasi dan interaksi
yang baik, mampu menyesuaikan diri dalam kelompok belajar,
menunjukkan rasa percaya diri, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,
dan mampu mengekspresikan emosi yang baik. Faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
PERKEMBANGAN KOGNITIF
DAN BAHASA PESERTA DIDIK
A. PENDAHULUAN
Perkembangan kognitif dan bahasa peserta didik merupakan hal yang
penting dalam membahas dunia pendidikan, terutama ketika
melaksanakan proses pembelajaran. Semakin memahami perkembangan
peserta didik maka akan memudahkan seorang pendidik untuk mencari
solusi yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada murid, harus
berdasarkan tingkatan yang sesuai dengan yang diajarkan, tanpa
meninggalkan ketepatan dalam memberi cara dan suasana yang
menyenangkan bagi peserta didik, karena itu akan membuat mereka
semakin termotivasi untuk belajar. Kesenangan siswa terhadap suasana
pembelajaran akan menimbulkan kemampuan siswa dalam berpikir,
sehingga aspek kognitif siswa akan mengalami perkembangan yang
diungkapkan melalui bahasa yang digunakan oleh peserta didik tersebut.
www.penerbitwidina.com
Bahasa yang digunakan anak selama ini, jika dilihat pada kalangan
masyarakat maka mereka akan melihat dari teori nativisme, yang
beranggapan bahwa anak dapat menggunakan bahasa sesuai dengan
fungsinya tanpa harus mendapatkan stimulus yang baik, kebanyakan
masyarakat awam hanya melihat bahwa pada setiap anak mempunyai
potensi kecerdasannya masing-masing, pintar atau tidaknya anak
menggunakan bahasa tergantung dari potensi yang mereka bawa sejak
lahir. Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas, mereka mempunyai
pandangan selain kemampuan kognitif, juga memiliki pemahaman bahwa
kemampuan bahasa anak di dapat dari stimulus-stimulus yang berasal
dari luar diri anak (lingkungan). Seorang anak yang mendapatkan stimulus
dalam berbahasa yang tidak sesuai dengan karakteristik tahap
perkembangan mereka, maka stimulus tersebut dapat membuat mereka
kehilangan masa bermain yang berakibat timbulnya rasa kejenuhan pada
proses pembelajaran yang dialami anak.
Melihat dua gambaran masalah yang terjadi saat ini, layaknya
lingkungan yang ada pada diri anak yaitu orang tua, guru dan masyarakat
harus bisa memahami bahwa setiap perkembangan bahasa anak sangat
berkaitan erat dengan kognitif anak, bahkan tingkat kognitif yang ada pada
diri anak dapat terlihat dari prilaku berbahasa anak. Semakin baik anak
dalam berbahasa, maka semakin tinggi pula kognitif yang ada pada diri
anak tersebut.
1. Proses biologis, yaitu perubahan yang terjadi pada diri anak, dan ini
merupakan bawaan yang ada pada diri orang tuanya terkait dengan
perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan kemampuan
bergerak, dan perubahan hormone di masa puber
2. Proses kognitif, yaitu perubahan pemikiran, kecerdasan, dan bahasa
yang ada pada diri anak. Proses ini memampukan anak dalam
mengingat puisi, memecahkan soal matematika, menyusun strategi
kreatif dan menghubungkan kalimat.
3. Proses emosional, yaitu perubahan dalam hubungan anak dengan
orang lain,perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Misalnya
pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak
perempuan dan perasaan gembira yang dirasakan oleh anak.
ّ َو ه
ُ ّللا ُ اَ ْخرَ جَ ُك ْم مِّنْ ب
ُط ْو ِن اُم هَّهتِ ُك ْم ََل َتعْ لَم ُْونَ َشيْـًٔا وَّ جَ َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْمعَ َو ْاَلَ ْبصَارَ وَ ْاَلَ ْـْفـِد َة َ لَ َعلَّ ُك ْم
ََت ْش ُكر ُْون
Artinya : “ dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S.
an-Nahl/ 16 : 78).
Perkembangan Kognitif dan Bahasa | 129
www.penerbitwidina.com
gagasan baru. Proses ini selalu dikenal dengan istilah asimilasi dan
akomodasi (Santrock, 2008 : 41).
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek
dan kejadian-kejadian sekitarnya. Anak-anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek seperti mainan, benda-benda disekitarnya, bahkan
makanan serta objek-objek social seperti diri sendiri, orang tua dan teman
yang ada. Bahkan anak tersebut juga mempelajari cara mengelompokkan
objek-objek untuk mengetahui persamaan dan perbedaan benda-benda
yang ada di sekelilingnya. Piaget percaya pemikiran anak-anak
berkembang menurut tahap-tahap yang terus bertambah kompleks.
Menurut Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invariant (stabil), selalu tetap, tidak melompat atau
mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan disertai dengan pengorganisasian
struktur berpikir.
Struktur berpikir yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir disebut Piaget dengan skema dan adaptasi Kedua komponen
ini berarti bahwa kognisi merupakan system yang selalu diorganisir dan
diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan
lingkungannya. Skema adalah struktur kognitif yang merupakan proses
atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Skema
merupakan pola sistematis dari tindakan, prilaku, pikiran, dan strategi
pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam
menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Adaptasi adalah istilah
bagi struktur fungsional kognitif yang digunakan oleh Piaget untuk
menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya
dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri
dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu :
1) Asimilasi, yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah
ada. Proses asimilasi ini di dasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat
manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai
kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke
a. Tahap enactive
Tahap enactive adalah tahap dimana pengetahuan diperoleh melalui
respon-respon motorik, anak mulai memahami lingkungannya melalui
gerakan atau aksi. Anak mulai melakukan berbagai gerakan atau aksi
untuk memahami lingkungannya. Misalnya ketika anak diberikan sebuah
buku, maka dia akan mengambilnya dan akan membolak-balikan buku
tersebut, seakan-akan dia membaca isi buku, bahkan ketika anak berada
disekitaran orang dewasa yang sedang berbincang, maka seolah-olah dia
b. Tahap Iconic
Tahap Iconic pengetahuan lebih banyak berasal dari gambaran
imajinatif. Anak akan membawa informasi yang di dapatnya melalui
khayalan. Karakteristik tunggal pada obyek yang diamati dijadikan sebagai
pegangan, dan pada akhirnya anak akan mengembangkan memori visual.
Misalnya anak-anak melihat gambar manusia, berdasarkan
pengamatannya gambar manusia tersebut memiliki bagian-bagian tubuh.
Informasi ini akan di bawa ke dalam alam imajinasinya, sehingga dia akan
mendapatkan gambaran visual bahwa manusia itu terdiri dari berbagai
bagian-bagian tubuh. Pada saat peserta didik belajar diberi informasi baru,
sebaiknya informasi tersebut dijelaskan dengan bantuan gambar atau
diagram, agar memudahkan anak tersebut dalam memahaminya.
c. Tahap symbolic
Tahap symbolic pengetahuan lebih banyak berasal dari kata-kata yang
berubah-ubah, symbol matematika dan symbol system. Remaja akan
berkembang pemahaman perseptualnya dan “tindakan tanpa pemikiran
terlebih dahulu” juga sudah berkembang. Remaja akan mampu menyusun
gagasannya secara baik, bahkan pada tahap ini anak sudah memahami
symbol, dia akan belajar dengan baik jika pembelajaran yang dilakukan
bermakna dan relevan dengan hidup anak.
dan berbagai teori pembelajaran. Dan dia wafat pada tahun 1934.
Vygostsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam
pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan,
termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Siswa akan
memperoleh pengetahuan yang bermula dari lingkungan social, antar
sesama manusia, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa
internalisasi. Proses belajar akan terjadi secara baik apabila anak belajar
secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan
yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih
mampu, yaitu guru ataupun orang dewasa.
Berkaitan dengan perkembangan kognitif, Vygostsky mengemukakan
dua ide yaitu:
a. Vygostsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif dapat dipahami
hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman anak (Van Der
Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000).
b. Vygostsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif bergantung
pada system tanda setiap individu selalu berkembang (Ratner dalam
Slavin, 2006 : 43). Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara
budaya diciptakan untuk membantu seseorang dalam berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa,
system tulisan, dan juga system perhitungan.
terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah, agar anak
tersebut lebih termotivasi lagi dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Nativistik
Nativistik ini di pelopori oleh Chomsky menyatakan bahwa struktur
bahasa telah ditentukan secara biologis yang di bawa sejak lahir. Manusia
memiliki kemampuan berbahasa sejak lahir yang berbeda dengan makhluk
lainnya. Pada saat anak dilahirkan, dia telah memiliki seperangkat
kemampuan berbahasa yang disebut dengan Tata Bahasa Umum
(Universal Grammer) (Masganti, 2012 :100). Teori nativistik menyatakan
bahwa meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan yang berasal dari luar, namun anak akan
tetap bisa berbahasa. Anak tidak hanya sekedar meniru bahasa yang dia
dengarkan, tapi dia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada,
hal ini karena anak memiliki system bahasa yang disebut Language
Acquisition Devise (Perangkat Penguasa Bahasa) yang ada pada diri anak
tersebut.
Menurut pandangan nativistik, anak juga harus dapat model
pembelajaran bahasa sejak dini, karena anak akan mudah belajar bahasa
sebelum usia 10 tahun, jika lebih dari usia tersebut maka anak akan
kesulitan mempelajari bahasa. Perilaku berbahasa akan membantu anak
membuat konsep dalam dunia mereka, merubah dari egosentris menjadi
berkomunikasi dan bersosial dengan orang lain, membimbing dan
mengontrol anak, menumbuhkan pemikiran, perasaan dan merasa aman
dan tidak aman melalui bahasa yang anak dengar dan gunakan. Menurut
Nurbiana Dhieni, dkk (2007: 1-11) mengemukakan bahwa dalam
perkembangan bahasa anak terdapat empat keterampilan berbahasa
yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis.
sendiri. Seorang anak memiliki bakat yang telah dibawa sejak lahir. Teori
ini digunakan untuk meneliti kemampuan bahasa seseorang. Menurut
Noam Chomsky, bahasa itu terlalu rumit untuk dipelajari jika hanya
mengandalkan metode peniruan. Tujuan dari teori ini adalah menemukan
bakat terpendam yang dimiliki, mengasah kompetensi diri, dan
memotivasi individu untuk menentukan pilihan. Dalam diri manusia sudah
ada innate mechanism yaitu bahasa seseorang ditentukan oleh genetika.
Sejak lahir manusia memiliki alat penguasaan atau pemerolehan bahasa
LAD (Language Acquisation Device). LAD memperoleh input dari
lingkungan dan dianggap bagian fisiologis dari otak untuk mengolah
masukan dan menentukan mana yang dikuasai lebih dulu (Crain, 2007).
Crain juga menjelaskan teori lain yang terkait dengan perkembangan
bahasa adalah teori interaksionisme. Teori ini berpandangan bahwa
pemerolehan bahasa adalah hasil dari interaksi antara kemampuan mental
pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa terkait dengan
adanya interaksi masukan dan kemampuan internal yang dimiliki
pembelajar. Tanpa adanya masukan yang sesuai dan tidak memungkinkan
bagi si anak untuk dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Teori lain menurut Crain (2007) adalah teori kognitivisme dari Jean
Piaget. Menurut Piaget, perkembangan bahasa ditentukan oleh urutan-
urutan perkembangan kognitif. Perkembangan bahasa tergantung pada
kemampuan kognitif tertentu, pengolahan informasi dan motivasi. Teori
ini sebenarnya berupaya menggabungkan peran lingkungan dan faktor
bawaan, tetapi tetap menekankan pada aspek berpikir logis (the power of
logical thinking).
G. RANGKUMAN MATERI
Pendidikan adalah hal yang terpenting bagi perkembangan anak,
khususnya dalam perkembangan kognitif dan bahasa yang ada pada setiap
masing-masing anak, memahami anak harus menggunakan skema berpikir
yang tepat dan jelas. Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan
kognitif dan bahasa anak terutama dalam pembelajaran. Perkembangan
kognitif menurut Piaget tergantung pada sebagian besar pada manipulasi
anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Vygotsky melihat
perkembangan kognitif berdasarkan pada dua gagasan utama yaitu
perkembangan intelektual terkait dengan konteks sosio historis dan
budaya, dan sistem tanda seseorang saat mengalami pertumbuhan.
Perkembangan bahasa menggunakan teori natifisme yaitu lingkungan
tidak memberikan kontribusi terhadap pengetahuan manusia, teori
interaksionisme yang berpandangan bahwa pemerolehan bahasa adalah
hasil dari interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan
lingkungan dan teori kognitivisme yang berupaya menggabungkan peran
lingkungan dan factor bawaan, tetapi tetap menekankan pada aspek
berpikir logis (the power of logical thinking). Perkembangan kognitif dan
bahasa siswa dapat dikembangkan dengan adanya peran guru sebagai
fasilitator dan motivator, melaksanakan pembelajaran kerja sama,
pendekatan konstruktivis, pembelajaran pengaturan diri, kegiatan ekstra
kurikuler dan bimbingan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
PERKEMBANGAN MORALITAS
DAN KEAGAMAAN PESERTA DIDIK
A. PENDAHULUAN
Perkembangan adalah proses perubahan secara kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ jasmaniah, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada kemampuan organ psikis. Adapun
perkembangan moralitas kaitannya dengan budi pekerti, sikap, akhlak dan
kemampuan dalam melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari. Perkembangan moralitas dan keagamaan berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat. Perkembangan nilai moral dan agama dalam diri
peserta didik antara lain: Peserta didik bersifat imitasi (imitation) yakni
menirukan sikap, cara pandang dan perilaku orang lain, peserta didik
bersikap internalisasi yaitu anak sudah bisa bergaul dengan lingkungan
sosial dan mulai terpengaruh dengan keadaan di lingkungan tersebut,
anak bersikap introvert dan ekstrovert yakni reaksi anak yang ditujukan
berdasarkan pengalaman (Purba, E, 2013).
www.penerbitwidina.com
Moral sama dengan etika yang ditimbulkan oleh adat istiadat, akal dan
agama yang memberikan aturan tentang bagaimana selaknya kita hidup.
Moral dapat diukur secara objektif dan subjektif, adapun moral bersifat
memberikan pengukuran secara objektif. Jika hati nurani memberikan
bisikan yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan dari
moralnya. Perumpamaan anak yang berusaha hidup baik dan tekun dalam
jangka waktu panjang dapat mencapai keunggulan moral yaitu bersikap
dan berbuat baik secara lahir dan batin.
Seseorang akan terkejut ketika mendapati anak kita yang masih kecil
berani melontarkan kata-kata yang kotor kepada guru atau orang tuanya
sendiri. Mungkin saja anak yang dulunya manis dan baik tiba-tiba berani
mencuri uang, memeras orang, mencontek, merokok, menfitnah bahkan
membaca buku porno. Apakah hal yang demikian wajar ?
Walaupun saat ini banyak sekali kita temui kasus yang menyangkut
moral, kita tidak boleh beranggapan bahwa hal ini wajar. Pelanggaran
moral tidak bisa disepelekan lagi. Seyogyanya pelanggaran moral yang
terjadi ini dikoreksi dan tidak dibiarkan begitu saja.
Semakin serius perilaku tidak bermoral yang dilakukan peserta didik
memberikan petunjuk akan semakin berat tantangan guru dan orang tua
dalam mendidik anak. Mengapa prilaku anak buruk? Salah satu
kemungkinannya adalah karena anak tidak dibekali dan dikenalkan dengan
kegiatan keagamaan, agama sebagai landasan fundamental memberikan
pemahaman mana perilaku baik dan buruk, mana yang diperbolehkan dan
yang dilarang secara agama. Disisi lain karena jarangnya kehadiran orang
tua dirumah, jumlah waktu orang tua yang dipakai untuk mengajarkan
anak-anaknya berperilaku baik dan hidup secara benar juga semakin
berkurang. Akibatnya pengenalan anak terhadap kehidupan orang tuanya
sendiri semakin sedikit. Padahal anak membutuhkan orang tuanya dalam
mendapatkan contoh nyata hidup yang bermoral.
Kesulitan dalam mendidik anak akan bertambah ketika anak justru
mendapatkan pengajaran yang kurang patut misalkan melalui televisi,
teman sekolah dan orang dewasa dilingkungan sekitar. Ketika perilaku
buruk anak tercipta menjadi kebiasaan, perilaku itu akan semakin sulit
diperbaiki lagi. Oleh karena itu perlu membutuhkan waktu yang lama
dalam membentuk perilaku moral anak itu.
Pendidikan nilai agama dan moral erat kaitannya dengan budi pekerti
seorang anak, sikap sopan santun dan kemauan dalam melaksanakan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari (Lestari, A, 2014). Keberadaan
nilai-nilai agama dan moralitas yang tertanam dalam setiap insan sejak
dini menjadi hal yang baik bagi pendidikan bangsa untuk menjalani
pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai
keagamaan dan moralitas. Nilai luhur ini menjadi motivasi bagi bangsa
dalam melaksanakan sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
G. RANGKUMAN MATERI
Moral adalah suatu tuntutan perilaku baik yang dimiliki seseorang
sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku.
Perkembangan moralitas adalah perkembangan yang berkaitan dengan
aturan dan perilaku mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Moral sebagai sikap dan
perilaku seseorang yang didasari oleh norma dan hukum yang ada
dilingkungan tempat ia hidup. Jadi orang dikatakan memiliki moral ketika
seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum-hukum yang berlaku di
lingkungan ia hidup.
Beragama erat kaitannya dalam melaksanakan ajaran dan menjauhi
larangan Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari. Agama
sebagai wujud dari karakter spiritual dan sifat dasar pembentuk individu.
Nilai keagamaan meliputi komunikasi terhadap tuhan dan upaya
seseorang dalam mendekatkan diri dengan sang pencipta dengan jalan
menjalankan segala peraturan dan menjauhi semua larangannya.
Nilai-nilai keagamaan dan moralitas yang tertanam dalam setiap insan
sejak dini menjadi hal yang baik bagi pendidikan bangsa untuk menjalani
pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai
keagamaan dan moralitas. Nilai luhur ini menjadi motivasi bagi bangsa
dalam melaksanakan sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Karakteristik siswa merupakan salah satu variable penting dalam
mengarahkan pengembangan prestasi belajar siswa. Pada anak-anak usia
Sekolah Dasar (SD), guru diharapkan dapat memahami beberapa
karakteristik anak atau siswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka lebih
mengetahui kondisi dan keadaan peserta didiknya, sehingga dalam
aktivitas pembelajaran guru dapat menerapkan Metode Pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya (Alfin, 2015; Khan, 2010).
Kemampuan, Keterampilan dan Kepekaan guru sebagai Desainer
pembelajaran mutlak dimiliki agar mereka mampu menganalisis situasi
dan keadaan tertentu siswanya dengan cermat dan akurat, khususnya
dalam Merancang dan Merencanakan proses pembelajaran. Pentingnya
pemahaman guru terhadap Karakteristik peserta didik dikarenakan setiap
siswa dan kelompok kelas tentunya masing-masing memiliki Kekhususan,
Keunikan, Ciri khas dan Karakter sendiri serta kemampuan (kapabilitas)
www.penerbitwidina.com
teman sebaya. Pada taraf ini penggunaan bahasa adalah alat yang
ampuh untuk meningkatkan perkembangan Kognitif. Menggunakan
bahasa memungkinkan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan memecahkan masalah. Momen kunci dalam perkembangan
Sosioemosional anak usia dini terjadi sekitar usia satu tahun. Ini
adalah waktu ketika pembentukan Kemelekatan menjadi kritis. Teori
keterikatan menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam fungsi dan
kepribadian kehidupan selanjutnya dibentuk oleh pengalaman awal
anak dengan pengasuhnya. Kualitas keterikatan emosional, atau
kurangnya keterikatan, yang terbentuk di awal kehidupan dapat
menjadi model untuk hubungan selanjutnya.
d. Usia 8-9 tahun: Ditandai dengan mulainya terjadi perbaikan koordinasi
anggota tubuh, ketahanan tubuh bertambah baik, pada anak laki-laki
cenderung menyukai aktivitas yang ada hubungannya dengan kontak
fisik yang menggunakan aktivitas bergerak seperti berkelahi dan
bergulat, koordinasi mata dan tangan juga semakin lebih baik, system
peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih
kurang baik. Pada tahap perkembangan ini secara aspek psikologi anak
perempuan lebih maju satu tahun di banding dengan anak laki-laki.
Pada usia delapan tahun, anak-anak dapat mendemonstrasikan
beberapa pemahaman dasar tentang konsep yang kurang konkret,
termasuk waktu dan uang. Anak-anak berusia delapan tahun masih
bernalar secara konkret dan kesulitan memahami ide-ide abstrak.
e. Usia 10-11 tahun: Dari segi fisik pada tahun perkembangan ini,
kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan. Kenaikan tekanan
darah dan metabolism yang tajam. Perempuan mulai mengalami
kematangan seksual pada usia 12 tahun, sementara untuk anak laki-
laki kematangan seksual mereka hanya tercapai sekitar 5%. (Santrock,
2007; Wolman, 1998).
berkaitan erat dengan dengan cara kerja otak dalam hubungannya dengan
penguasaan akademik seseorang (Purwanti& Widodo, 2008).
a. Perkembangan tingkat sensori motor terjadi pada usia 0-2 tahun :
Tahapannya dimulai pada bayi yang lahir dengan membawa reflex
bawaan, kemudian dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk
tingkah laku yang telah lebih kompleks. Pada masa ini secara umum
anak belum mempunyai konsepsi tentang suatu objek tetap dan
cenderung masih berubah-ubah. Anak pada dasarnya hanya mampu
mengetahui hal-hal yang ditangkap oleh panca indera mereka.
b. Perkembangan tingkat pra-operasional pada umur 2-7 tahun :
Perkembangan ini ditandai dengan anak mulai terpicu pertumbuhan
kognitifnya meskipun masih dalam batasan tertentu khususnya hal-hal
yang dapat dijumpai atau dilihat di lingkungan sekitarnya (Gardner,
2006). Pada perkembangan ini Ketika anak memasuki usia tiga tahun
mereka akan mulai mengenal simbol dan nama. Para ahli
perkembangan mengungkapkan beberapa ciri aktivitas pada tingkatan
ini:
1) Munculnya sifat egois pada diri anak sebagai wujud dari anak
mulai dapat mengaitkan pengalaman yang telah ada dan di alami
di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadi mereka.
2) Pikiran anak-anak pada usia ini masih bersifat irreversible, dalam
artian mereka belum memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah yang membutuhkan usaha lebih berpikir keras dan
mendalam "yang dapat di balik" (reversible).
3) Pemahaman konsep tentang induktif dan deduktif belum mereka
miliki. Mereka belum mampu melihat dua aspek dari satu objek
atau situasi sekaligus atau secara bersamaan. Kemampuan
bernalar (reasoning) dengan baik dan benar juga belum
berkembang sempurna.
4) Keterbatasan kemampuan dalam membedakan antara fakta dan
fantasi masih terjadi pada tahap perkembangan ini dan umumnya
anak hanya bernalar dengan cara tranduktif (dari hal khusus kehal
khusus/terbatas),
karena prestasi dapat menjadi salah satu factor pendorong anak bekerja
untuk membangun kompetensi dan harga diri (Gullottadkk, 2000).
Masa kanak-kanak menengah juga merupakan masa ketika anak
mengembangkan kompetensi dalam hubungan interpersonal dan sosial.
Anak-anak memiliki orientasi teman yang terus tumbuh, namun mereka
sangat dipengaruhi oleh keluarga mereka. Keterampilan sosial yang
dipelajari melalui hubungan teman dan keluarga, dan peningkatan
kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam komunikasi interpersonal
yang bermakna, memberikan landasan yang diperlukan untuk tantangan
masa remaja. Sahabat baik penting pada usia ini, dan keterampilan yang
diperoleh dalam hubungan ini dapat memberikan landasan untuk
hubungan orang dewasa yang sehat (Goldberg dkk, 1995).
F. RANGKUMAN MATERI
Analisis karakteristik peserta didik merupakan salah satu tahap
penting dalam proses perencanaan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru perlu menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu
tolak ukur keberhasilan pengajaran melalui Desain dan Perencanaan serta
Pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas. Hal ini karena proses
belajar mengajar di SD memiliki corak, ragam dan pendekatan serta
metode yang berbeda dengan proses belajar mengajar di tingkatan
sekolah lainnya. Karakteristik, ciri khas dan keunikan yang ada pada siswa
secara kontekstual umumnya adalah disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan siswa.
Pada tataran psikologi perkembangan, masa anak-anak memasuki SD,
yang biasanya pada umur 6 atau 7 tahun merupakan periode keserasian
atau kesesuaian untuk bersekolah, artinya anak sudah matang secara fisik
dan psikologis untuk bersekolah. Pentingnya memahami dan mempelajari
keunikan-keunikan personal/individual dari peserta didik usia SD adalah
agar guru dalam mengarahkan aspek-aspek perkembangan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik dapat dilakukan
dengan baik, lebih terarah serta sistematis. Selain itu, mempelajari dan
memahami keunikan karakter dan kebutuhan siswa maka dapat
diantisipasi persoalan-persoalan yang mungkin terjadi dan dapat
memaksimalkan berbagai upaya dalam memfasilitasi perkembangan siswa,
baik perkembangan di sekolah, di lingkungan keluarga maupun
masyarakat.
Dalam hal karakteristik dan perkembangan siswa ini guru memiliki
peran strategis dalam pembelajaran, dimana mereka dituntut secara
langsung memahami dengan baik karakteristik atau keadaan/kondisi yang
sebenarnya terjadi pada siswa. Guru yang mampu memahami
Heterogenitas atau keragaman siswa/peserta didik tentunya dalam
merancang dan merencanakan pembelajaran akan menganalisis
karakteristik untuk menyesuaikan proses pembelajaran dengan keadaan
siswanya dan guru bersedia menerima kondisi apa adanya dari siswanya.
Implikasi bagi guru untuk pembelajaran pada anak-anak dengan
karakteristik senang bergerak, maka dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran guru hendaknya diharapkan dapat
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Mendidik seorang anak merupakan pekerjaan yang mulia. Mendidik
adalah suatu proses menghantarkan seorang anak menuju tahap demi
tahap perkembangannya dan memastikan anak dapat melaluinya dengan
baik. Mendidik merupakan suatu proses mendorong anak untuk tumbuh
dan berkembang sampai anak menjadi dewasa secara jasmani maupun
rohaninya (TIM PIP FIP-UPI, 2007: 34).
Perkembangan anak usia SD sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Lingkungan sosial merupakan tempat anak untuk belajar seluruh
pengetahuan. Lingkungan sosial dalam hal ini meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pada lingkungan keluarga,
peran orang tua dalam mendidik anak sangat dominan. Cara orang tua
dalam mendidik anaknya dapat menentukan karakter anak di masa depan.
www.penerbitwidina.com
Anak mampu mengerti adanya perpindahan pada hal yang konkret serta
sudah memahami persoalan sebab akibat. Anak mampu memaknai suatu
tindakan dianggap baik atau buruk dari akibat yang ditimbulkan (Suparno,
et. al., 2002: 56).
Beberapa penjelasan tersebut dapat menggambarkan bahwa anak
usia SD membutuhkan objek konkret dan situasi yang nyata/kebiasaan
pada pelaksanaan pembelajaran di SD. Guru penting untuk menghadirkan
objek nyata dengan situasi pembelajaran yang nyata bagi anak sebagai
metode atau media untuk memudahkan anak dalam berpikir logis,
membuat klasifikasi objek, membentuk konsep, melihat hubungan dan
memecahkan masalah. Slavin (2011: 56) menyatakan bahwa terdapat
empat implikasi teori kognitif Piaget terhadap pendidikan.
Pertama, guru harus peduli terhadap metode atau proses pemikiran
anak hingga diperolehnya suatu hasil pemikiran dalam dirinya. Kedua,
guru harus menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan adanya
keterlibatan aktif siswa dengan inisiatif dalam dirinya sendiri. Ketiga, guru
tidak boleh menekankan kegiatan belajar yang menuntut anak untuk
berpikir layaknya orang dewasa. Keempat, guru harus peduli terhadap
kecepatan dan tingkat perkembangan kognitif masing-masing siswa dalam
melaksanakan suatu pembelajaran sehingga masing-masing siswa dapat
belajar secara optimal.
Anak usia SD pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya memiliki
keunikan dan kemampuan yang berbeda dengan temannya. Anak mulai
membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga.
Ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang.
Hubungan anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan
pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri dan kerentanan
terhadap pengaruh sosial (Bastable, 2002: 110). Anak berusaha memenuhi
tugas-tugas dan berkarya (Semiun, 2010: 21). Anak mencoba mencari
perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak mulai bertanggung jawab
serta gemar belajar bersama. Timbul ketidakpercayaan diri pada anak jika
tidak mampu mengerjakan tugas seperti temannya (Sunaryo, 2004: 51).
Bahaya bagi anak ketika timbul rasa tidak percaya diri, oleh sebab itu
dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting dalam
menumbuhkan semangat berkarya sesuai dengan kemampuan masing-
masing anak. Guru harus menegaskan bahwa pada setiap proses
pembelajaran, anak telah belajar sesuatu hal meskipun berbeda dengan
teman-temannya. Tugas utama guru dalam hal ini adalah menumbuhkan
semangat berkarya dan menghindarkan anak dari sikap tidak percaya diri.
Peran guru dalam mendidik anak bukanlah hal yang sederhana namun
meliputi beberapa aspek kehidupan. Guru sebagai pengajar harus mampu
menunjukkan penampilan yang terbaik di depan anak didiknya. Guru
harus mampu membangkitkan semangat, kepercayaan diri dan harga diri
setiap anak didik untuk menuntut ilmu.
Guru juga harus mampu kreatif dan inovatif dalam memilih model
pembelajaran yang mendorong terciptanya suasana kelas yang
menyenangkan bagi seluruh anak didiknya. Ketika mengajar guru wajib
menguasai materi pelajaran sehingga dapat memberikan pemahaman
yang baik kepada anak didik. Selain mengajar, guru adalah seorang
pendidik.
Suyanto & Jihad (2013: 5) menyatakan bahwa mendidik sangat erat
kaitannya dengan membimbing, mengasuh, membina termasuk di
dalamnya juga pengajaran bagi anak didik. Ketika mendidik, seorang guru
adalah teladan bagi anak didiknya. Guru harus memiliki etika yang baik
sebagai seorang manusia. Guru harus memiliki karakter dan kepribadian
yang baik dan benar sehingga dapat menanamkan nilai-nilai yang baik
kepada anak didik. Salah satu wujudnya yaitu ketika guru berada di
masyarakat maka guru harus mampu menjadi warga masyarakat yang baik
dengan menjunjung nilai-nilai luhur yang melekat pada profesinya.
Bentuk-bentuk teladan yang diberikan guru akan menjadi inspirasi dan
mendorong anak didik untuk bertindak dan bertutur dengan baik, sopan
serta cerdas beretika.
Sementara itu Slavin (2011: 5) menyatakan bahwa guru yang luar
biasa cenderung memiliki kekuatan dan karisma yang tidak bisa dimiliki
guru yang lain. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa guru yang hebat
selalu berusaha memperbaiki diri, baik dari segi pembelajaran, media,
maupun dalam pemahamannya terhadap karakteristik dan perkembangan
peserta didiknya.
Setiap masalah atau kesulitan yang dihadapi anak didik mampu
diselesaikannya dengan cara-cara yang bermakna bagi anak. Guru yang
hebat bukanlah guru yang sekedar mendidik dan mengajar, namun guru
selalu kaya akan nilai-nilai positif dalam setiap situasi dan kondisi.
G. RANGKUMAN MATERI
Anak usia SD dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang
unik. Berbagai teori membahas tentang karakteristik anak usia SD sesuai
dengan aspek-aspek yang ada pada anak. Beberapa teori tersebut di
antaranya yaitu teori kognitif, teori psikososial, teori moral, teori
perkembangan fisik dan motorik. Perkembangan fisik dan motorik anak
adalah sesuatu yang tidak terpisahkan. Fisik seseorang akan
mempengaruhi gerak motoriknya. Perkembangan fisik merupakan suatu
proses tumbuh kembang serta pematangan seluruh organ tubuh manusia
sejak lahir hingga dewasa. Guru harus mampu merancang suatu
pembelajaran dengan berbagai model, metode dan media yang
memungkinkan anak dapat belajar dengan bermakna. Kebermaknaan
tersebut tentunya akan melekat pada diri anak ketika mereka sendiri yang
melaksanakan suatu pembelajaran serta sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini sedang marak kasus kenakalan anak. Kasus saja terjadi
pada bulan Februari 2018 adalah berupa tewasnya seorang guru honorer
di Kabupaten Sampang oleh siswanya sendiri saat jam pelajaran
berlangsung. Ahmad Budi Cahyono, guru honorer di SMAN 1 Torjun,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, meninggal dunia pasca-
mengalami tindak kekerasan yang diduga dilakukan oleh siswanya sendiri.
Pemukulan terjadi di ruang kelas IX saat materi seni lukis berlangsung
pada jam terakhir pelajaran. Kasus lainnya terjadi di Banjarnegara telah
beredar video seorang murid berani menantang kelahi gurunya sendiri.
Bahkan siswa tersebut menantang kepala sekolahnya, Ia menantang
sambil membuka kancing dan bajunya.
Selain kasus-kasus tersebut, masih banyak pula kasus tawuran pelajar
yang dihimpun dari berbagai sumber media online, adanya bentrok antar
pelajar yang terjadi pada 9 September 2017 hingga terjadi penganiayaan
dan penusukan terhadap dua siswa SMA Negeri di Lombok Timur.
www.penerbitwidina.com
bimbingan kepada guru dan siswa, dan menugaskan guru membuat RPP
berkarakter. Ketiga, dalam hal pengelolaan penyelenggaraan nilai-nilai
karakter di sekolah. Peran kepala sekolah dalam hal pengelolaan
penyelenggaraan nilai-nilai karakter di sekolah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: melaksanakan pembiasaan rutin, memberikan
keteladanan kepada seluruh warga sekolah, melakukan sosialisasi kepada
guru, orang tua, dan siswa, melakukan pengawasan, membuat tata tertib
dan memberikan sanksi apabila ada yang melanggar, menyelenggarakan
kegiatan ekstrakurikuler, dan melaksanakan kerja sama dengan pihak
terkait. Keempat, dalam hal pembinaan (pengembangan profesi) PTK di
sekolah.
Mengenai peran kepala sekolah dalam hal pembinaan (pengembangan
profesi) PTK di sekolah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mengadakan
pelatihan di sekolah dengan mengundang para ahli, menugaskan guru
untuk pelatihan di luar sekolah, menyelenggarakan MGMP, menyusun RPP
berkarakter, dan melaksanakan bimbingan kepada guru secara berkala,
dan memberikan motivasi kepada guru untuk melaksanakan pendidikan
karakter di sekolah. Kelima, dalam hal pemberian layanan khusus kepada
peserta didik yang membutuhkan. Adapun peran kepala sekolah dalam hal
pemberian layanan khusus kepada peserta didik yang membutuhkan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: membuka kelas akselerasi dan CIBI,
membangun komunikasi dengan orang tua, menyediakan fasilitas buku
dan sarana penunjang K13, mendelegasikan kepada guru BK dan rohani,
melaksanakan bimbingan kepada siswa, dan menyelenggarakan remedial.
Keenam, dalam hal keteladanan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter. Adapun peran kepala sekolah dalam hal keteladanan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai karakter dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: memberikan keteladanan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter dan melaksanakan pembiasaan rutin sekolah. Peranan guru
dalam penanaman nilai-nilai karakter pada sekolah-sekolah yakni pertama,
dalam hal mensosialisasikan kebijakan sekolah tentang pendidikan
karakter. Adapun peran guru dalam hal mensosialisasikan kebijakan
sekolah tentang pendidikan karakter dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
melaksanakan pembiasaan rutin, membuat program dan
menanamkan/menyisipkan nilai karakter pada siswa pada saat proses
D. RANGKUMAN MATERI
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap peserta didik
memiliki karakteristik dan gaya belajar yang berbeda, oleh karena itu
setiap pelaksana pendidikan harus bisa mengetahui dan memahami
karakteristik dari setiap peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar. Guru dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan metode dan media yang dapat membuat pembelajaran menjadi
lebih efektif. Adapun berbagai perbedaan peserta didik yang perlu
diketahui oleh pendidik atau guru, orang tua dan masyarakat yaitu :
1. Karakteristik peserta didik.
2. Kecerdasan peserta didik.
3. Gaya belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Guru sebagai seseorang yang merencanakan proses pembelajaran
memerlukan kemampuan untuk dapat memahami dari setiap karakteristik
peserta didik sedari awal. Analisis kemampuan awal peserta didik
merupakan kegiatan penting dalam mengidentifikasi peserta didik dari
segi kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi serta
kualifikasi perubahan perilaku atau tujuan dari materi.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, mobilitas
penduduk, perubahan dan perkembangan zaman, kajian tentang konsep
pendidikan mengalami perluasan ke wilayah pendidikan orang dewasa,
sehingga muncullah rumusan konsep perbedaan antara pendidikan anak-
anak (pedagogi) dengan pendidikan orang dewasa (andragogi). Bila pada
pedagogi diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak, maka pada
andragogi, lebih dimaknai sebagai “the art and science of helping adult
learn” (ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar). Dengan lahirnya
konsep pendidikan orang dewasa, maka pemahaman tentang pendidikan
www.penerbitwidina.com
pada fungsi biologi dan motorik pengamatan dan berpikir, motif-motif dan
kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat.
Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan
hidupnya disebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari
pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses menjadi tua ini banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi
orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri. Perkembangan dari arti
tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu sebagai proses
perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama dengan
keadaan menjadi tua. Di sini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam
tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam
pengalaman batinnya. Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup
seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak.
Tempo dan bentuk akhir proses penuaan tadi berbeda-beda pada orang
yang satu dengan orang yang lain. Begitu pula berhubung masyarakat juga
ikut memberikan struktur pada proses penuaan tersebut, maka juga ada
perbedaan antara periode sejarah yang satu dengan periode sejarah yang
lain. Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa,
begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses
menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat
mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oleh gambaran citra yang begitu
negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. Dilihat dari
aspek perkembangan fisik, pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik
mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode
ini. (Kayyis Fithri Ajhuri, 2019, p. 135)
Menurut Hurlock masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian
diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru,
maka dari itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa yang lain. Berdasarkan penjelasan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal adalah masa dalam
rentang usia 19-40 tahun, pada masa ini terjadi peralihan dari masa
ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan identitas diri dan pandangan tentang masa depan yang sudah
lebih realistis. (Desmita, 2005).
Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa
akhir (60 ke atas). Perlu memperhatikan khusus bagi orang tuanya yang
sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh dukungan juga untuk
menjadi seorang dewasa yang bertanggung jawab. Di samping itu
permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda
penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat individu memasuki dewasa
akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan
intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup
selanjutnya.
2. Levinson
Dalam mempelajari fase – fase hidup manusia, Perhatiannya lebih
tertuju pada siklus hidup dari pada jalan hidup seseorang. Ia mencari pola
universalnya dari pada periode hidup yang beruntun. Jalan hidup
seseorang berbeda-beda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Apa
yang berubah selama orang hidup adalah struktur kehidupannya. Struktur
kehidupan seseorang mengatur transaksi antara struktur kepribadian
dengan struktur sosial. Antara 17 dan 22 tahun seseorang ada dalam dua
masa. Ia meninggalkan masa pra dewasa dan memasuki masa dewasa
awal yang mencangkup tiga periode yaitu :
Periode pertama, periode pengenalan dengan dunia orang dewasa
(22-28 tahun). Orang mengakui dirinya sendiri serta dunia yang ia masuki
dan berusaha untuk membentuk struktur kehidupan yang stabil. Orang
mencari tempat dalam dunia kerja dan dunia hubungan sosial. Pada akhir
usia 20 tahun maka pemilihan struktur hidup ini makin menjadi penting.
Pada usia antara 28-33 tahun paling struktur kehidupan ini menjadi lebih
tetap dan stabil.
Periode kedua, dalam fase kemantapan (33-44 tahun) orang dengan
keyakinan yang mantap menemukan tempatnya dalam masyarakat dan
berusaha untuk memajukan karier sebaik- baiknya. Impian yang ada dalam
fase-fase sebelumnya (17-33 tahun) mulai mencapai kenyataan, pekerjaan
dan kehidupan keluarga membentuk struktur peran yang memunculkan
aspek-aspek kepribadian yang diperlukan dalam fase tersebut.
Periode ketiga, pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa.
Sesudah itu mulailah peralihan kearah masa dewasa madya (tengah
madya antara usia 40-45) dalam masa ini seseorang menghadapi tiga
macam tugas yaitu penilaian kembali masa lalu, merubah struktur
kehidupan, proses individuasi. Levison tidak mempunyai data yang akurat
mengenai masa dewasa pertengahan, karena orang-orang yang ditelitinya
belum mencapai usia itu. (Elizabeth B Hurlock, 1980)
menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan
hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia
seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan
mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan
peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya
komitmen.
b. Perkembangan Kognitif
Kecerdasan dan Kemampuan Memproses Kecepatan memproses
informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa
bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan
kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun
kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi
individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini
tidak secara jelas menunjukkan pengaruhnya terhadap kehidupan kita
dalam beberapa segi substansial. Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan
Pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan adalah tiga komponen yang paling
berpengaruh dalam fungsi kognitif dari orang-orang dewasa lanjut.
Pada saat ini mereka telah memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan memiliki korelasi positif dengan skor-skor pada tes-tes
intelegensi. Orang-orang dewasa lanjut mungkin melanjutkan pendidikan
untuk sejumlah alasan. Pengalaman kerja menekankan pada orientasi
kognitif. Peningkatan penekanan pada proses informasi di dalam
pekerjaannya mungkin mempertinggi kecakapan intelektual individu.
Sedangkan, kesehatan yang buruk berkaitan dengan tes-tes intelegensi
pada masa dewasa akhir. Olahraga terkait dengan perbaikan fungsi
kognitif diantara orang-orang dewasa usia lanjut. Perlu harus diperhatikan
dalam aktivitas berolahraga pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis
olahraga yang akan dijalani, dan harus disesuaikan dengan usia subjek,
dalam arti kondisi fisik individu. Oleh sebab itu, aktivitas berolahraga
dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang
kompeten dalam masalah ini.
d. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional,
keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin
sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin
sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud
dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan
fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk
mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
2. Dewasa Madya
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun dan berakhir sekitar 60 tahun.
Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-
perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi
penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya ingat.
Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua sub bagian, yaitu:
a. Usia madya dini dari usia sekitar 35-50 tahun
b. Usia madya lanjut dari 50-60 tahun
I. RANGKUMAN MATERI
Dalam hal orientasi belajar, pembelajar dewasa termotivasi belajar
apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari akan membantu
mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapi sesuai dengan kondisi
kehidupan. Jika pada anak-anak orientasi belajarnya dikondisikan berpusat
pada penguasaan materi pembelajaran (subject matter centered
orientation), maka pada orang dewasa orientasi belajarnya berpusat pada
DAFTAR PUSTAKA
KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN PENDIDIKAN
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. PENDAHULUAN
Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang tumbuh
kembangnya memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya.
Istilah Anak Berkebutuhan Khusus tidak hanya mengarah pada sebutan
untuk anak-anak yang cacat dan penyandang cacat tetapi juga mengacu
kepada layanan khusus yang dibutuhkan anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Ada berbagai kategori untuk anak berkebutuhan khusus. Dalam
konteks pendidikan khusus di Indonesia yaitu: anak tunanetra, tuna rungu,
anak-anak dengan kecacatan intelektual, anak-anak penyandang cacat
motorik, anak-anak dengan gangguan emosional dan anak-anak dengan
bakat cerdas dan khusus. Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki
karakteristik berbeda dari satu ke yang lain. Selain itu, setiap anak dengan
kebutuhan khusus juga membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan karakteristik mereka. Penting untuk
melaksanakan kegiatan identifikasi dan penilaian untuk mengidentifikasi
www.penerbitwidina.com
ABK menjadi lebih positif, keterampilan sosial yang menjadi lebih baik,
ABK menjadi lebih sering berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang
normal, memiliki perilaku yang sesuai di kelas dan prestasi akademik yang
setara (kadangkala lebih tinggi) dengan prestasi yang dapat mereka capai
ketika berada di kelas khusus. Manfaat ini dapat dicapai jika siswa ABK
dapat menerima dan memahami keadaan dirinya dengan segala
keterbatasan yang dimilikinya, serta jika instruksi dan materi pelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. (Halvorsen & Sailor; Hunts
& Goetz; Soedak & Mc Carty, dalam Ormrod, 2009). Siswa normal pun
dapat memperoleh manfaat dari pendidikan inklusif dalam hal tumbuhnya
kesadaran mengenai hakikat perbedaan manusia yang heterogen dan
tumbuhnya kesadaran bahwa siswa berkebutuhan khusus memiliki banyak
kesamaan dengan mereka (Hunts & Goetz; Staub, dalam Ormrod, 2009).
dari SD, SMP, SMA dan SMK (Ditjen Dikdasmen, 2007). Persoalannya
pendidikan inklusif belum terlaksana sebagaimana yang diidealkan karena
berbagai keterbatasan yang ada didalam pelaksanaannya dilapangan,
meski sejak tahun 2004 telah dilakukan berbagai pelatihan bagi masing-
masing penyelenggara pendidikan inklusif, namun pemimpin dan
perwakilan guru yang dilatih belum dapat menyebarkan informasi maupun
pengetahuan yang diperoleh (Mangunsong, 2009). Dari hasil-hasil
penelitian diketahui berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan
sekolah seperti kesiapan orang tua dan siswa non ABK menerima
keberadaan siswa, belum siapnya tenaga pendidikan inklusif, fasilitas yang
belum mendukung, dll, sehingga pembelajaran di kelas inklusif belum
optimal. Bahkan ABK disekolah-sekolah inklusif masih menerima model
pengajaran yang beragam dan belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip
pendidikan inklusif. Di kelas yang lebih lanjut seperti di SMP dan SMA
pendekatan pembelajarannya masih berupa pendidikan terpadu atau
terintegrasi tanpa adanya modifikasi dalam pengajaran yang sesuai
(Mangunsong, 2009). Disamping itu masih banyak ABK yang belum
memperoleh pendidikan yang layak, hal ini dikarenakan, kurangnya tenaga
pendidik yang mau dan mampu mendidik ABK, kesiapan sekolah untuk
menyelenggarakan layanan pendidikan inklusif, kecilnya anggaran
operasional yang disediakan pemerintah daerah untuk sekolah (Dirjen
PKLK, dalam Mudjito, 2012). Faktor lain seperti kondisi social ekonomi
orang tua yang kurang, jarak antara rumah dan sekolah yang jauh,
kurangnya motivasi orang tua.
E. RANGKUMAN MATERI
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus dapat diklasifikasikan
menjadi: anak tunanetra, tuna rungu, anak-anak dengan kecacatan
intelektual, anak-anak penyandang cacat motorik, anak-anak dengan
gangguan emosional dan anak-anak dengan bakat cerdas dan khusus.
Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik berbeda dari
satu ke yang lain. Selain itu, setiap anak dengan kebutuhan khusus juga
membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik mereka. Penting untuk melaksanakan kegiatan identifikasi
dan penilaian untuk mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan mereka.
Meski ABK berbeda dengan anak normal lainnya tetapi dalam bidang
pendidikan Negara menjamin hak mereka agar sama dengan anak pada
umumnya. Hal ini dijelaskan didalam UU No.23 tentang Hak Anak Tahun
2003, PP No.19 tentang Standar Pendidikan Nasional Tahun 2004, dan
Deklarasi Bandung tentang menuju pendidikan Inklusi tahun 2004.
Pendidikan inklusif berdasarkan PP No.17 Tahun 2010:
1. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses bagi
peserta didik berkelainan
2. SMP/MTS atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses
bagi peserta didik berkelainan
3. SMA,MA,SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat wajib
menyediakan akses bagi peserta didik berkelainan
4. Pasal 81: satuan pendidikan SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain
yang sederajat wajib memberikan bantuan penyesuaian akademik,
social, dan/atau mental yang diperlukan oleh peserta didik
berkelainan dan peserta didik pindahan dari satuan formal lain atau
jalur pendidikan lain.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Materi yang dibahas mengenai tingkat stress yang dialami oleh
mahasiswa tingkat 1, 2 dan 3 selama perkuliahan metode online.
Mahasiswa diberi kuesioner yang diisi secara daring oleh mahasiswa
jurusan farmasi Poltekkes Pangkalpinang dengan menggunakan Google
Form. Kuesioner yang digunakan mengadaptasi Instrumen DASS 42 yang
dikeluarkan oleh Psychology Foundation of Australia dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Damanik (2006), Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Kuisioner dibagikan kepada seluruh
mahasiswa farmasi tingkat 1,2 dan 3 Jurusan Farmasi Poltekkes
Pangkalpinang kemudian data dianalisis untuk mengetahui tingkat
kestresan yang dialami oleh mahasiswa. Diharapkan penulisan ini dapat
menjadi evaluasi dapat pemberian pembelajaran online sehingga dapat
membuat saran-saran sehingga pembelajaran online tidak membuat stress
bagi mahasiswa dan dapat dijadikan rujukan bagi dunia pendidikan.
www.penerbitwidina.com
B. LATAR BELAKANG
Wabah pandemi akibat penyebaran virus Corona (covid-19) telah
menyebabkan berbagai` perubahan, mulai dari aspek Politik, ekonomi,
Sosial maupun budaya termasuk di bidang pendidikan tinggi. Perubahan
itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan
tindakan sekaligus selalu belajar hal-hal baru. Pemberlakuan kebijakan
physical distancing yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan belajar dari
rumah, dengan pemanfaatan teknologi informasi yang berlaku secara tiba-
tiba, tidak jarang membuat pendidik kaget termasuk orang tua bahkan
semua orang yang berada dalam rumah. Pembelajaran teknologi informasi
memang sudah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Namun, pembelajaran daring yang berlangsung
sebagai kejutan dari pandemi Covid-19, membuat kaget hampir di semua
lini, dari kabupaten/kota, provinsi, pusat bahkan dunia internasional (Dr.
Gogot Suharwoto, 2020)
Penyebaran COVID-19 yang begitu cepat menciptakan kekhawatiran
bagi Pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
kalangan orang tua dan peserta didik, serta para tenaga pengajar, yaitu
dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID- 19) di Perguruan Tinggi. Hal inilah yang
kemudian membuat sejumlah perguruan tinggi harus menghentikan
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di dalam kelas
dan menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran secara
daring dianggap menjadi solusi terbaik terhadap kegiatan belajar
mengajar di tengah pandemi COVID-19. Pembelajaran secara daring
(dalam jaringan) merupakan penerapan dari pendidikan jarak jauh.
Pembelajaran dengan cara ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran daring akan
memberikan kesempatan peserta didik untuk tetap dapat mengikuti suatu
pelajaran atau mata kuliah tertentu tanpa adanya batasan jarak dan
waktu. (Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan , 2020)
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 1, 2, 3 Jurusan Farmasi Poltekkes
Pangkalpinang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total populasi
fokus pada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara online
dikarenakan semua angkatan diwajibkan kuliah online. Pembelajaran
menggunakan aplikasi zoom untuk semua mata kuliah atau penelitian
diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi secara daring oleh
mahasiswa di akhir pertemuan ke-14 dengan menggunakan Google Form.
Kuesioner yang digunakan mengadaptasi Instrumen DASS 42 yang
dikeluarkan oleh Psychology Foundation of Australia dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Damanik (2006), Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Validitas dan reliabilitas instrumen telah
diuji pada dua kelompok yang saling independen dengan total sampel 144
orang, dan dinyatakan valid dengan validitas terendah adalah 0,3532,
sedangkan nilai Reliabilitasnya adalah 0,9483 (Damanik, 2011). Kemudian
dipilih item pernyataan yang sesuai untuk mengukur tingkat stres, yaitu
pernyataan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
Sehingga total item pernyataan untuk mengukur tingkat stres adalah 14
item. Responden diminta untuk memberikan responnya dengan
menggunakan skala likert, yaitu: 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 =
sering, 3 = sering sekali. Interpretasi tingkat stres yang dialami mahasiswa
dalam penelitian ini mengacu pada standar pengukuran DASS, seperti
pada Tabel 15.1.
E. RANGKUMAN MATERI
Ada masa penyebaran virus corona (COVID-19) yang terjadi saat ini
ternyata menimbulkan dampak tersendiri pada sektor pendidikan di
Indonesia. Penyebaran COVID-19 yang begitu cepat menciptakan
kekhawatiran bagi Pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, kalangan orang tua dan peserta didik, serta para tenaga
pengajar, yaitu dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Dikti Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19) di Perguruan Tinggi. Hal
inilah yang kemudian membuat sejumlah perguruan tinggi harus
menghentikan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka
di dalam kelas dan menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Populasi
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 1, 2, 3 Jurusan Farmasi Poltekkes
Pangkalpinang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total populasi
fokus pada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara online
dikarenakan semua angkatan diwajibkan kuliah online. Pembelajaran
menggunakan aplikasi zoom untuk semua mata kuliah atau penelitian
diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi secara daring oleh
mahasiswa di akhir pertemuan ke-14 dengan menggunakan Google Form.
Kuesioner yang digunakan mengadaptasi Instrumen DASS 42 yang
dikeluarkan oleh Psychology Foundation of Australia dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Damanik (2006), Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
Mahasiswa Jurusan Farmasi yang mengalami bahwa mayoritas tingkat
stres mahasiswa masih dalam keadaan normal yaitu sebesar 55,13%,
tingkat stres ringan sebesar 14,1%, tingkat stres sedang sebesar 16,67%,
tingkat stres berat sebesar 10,26%, dan tingkat stres sangat berat sebesar
3,85%. Hasil wawancara dengan mahasiswa yang memiliki tingkat stress
berat dan sangat menunjukkan bahwa mahasiswa t terbebani dengan
perkuliahan secara daring dikarenakan pembelajaran dengan penjelasan
berupa video. Selain itu juga tenggat waktu untuk mengumpulkan tugas
yang cepat sehingga mahasiswa merasa tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Glosarium | 275
www.penerbitwidina.com
Estrogen: Hormon kelamin yang dihasilkan terutama oleh indung telur dan
berfungsi, antara lain, untuk merangsang munculnya tanda-tanda kelamin
sekunder pada perempuan atau binatang betina
Gen: Unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Gen diwariskan dari orang
tua
Hereditas: Pewarisan
Hormon: Pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel.
Semua organisme hidup memproduksi hormone.
Interaksi: Jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Adanya hubungan
timbal balik dalam konteks komunikasi antar orang yang satu dengan
orang yang lainnya
Glosarium | 277
www.penerbitwidina.com
RKAS: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah adalah rencana biaya dan
pendanaan program atau kegiatan 1 (satu) tahun anggaran yang bersifat
strategis atau rutin.
Glosarium | 279
www.penerbitwidina.com
Glosarium | 281
www.penerbitwidina.com
PROFIL PENULIS
www.penerbitwidina.com
Sa’odah, M.Pd
Penulis lahir di Jakarta. Menempuh pendidikan formal
di MI Hidayatul Anam, Jakarta, SMP N 107 Jakarta dan
SMKN 8 Jakarta, Penulis Melanjutkan studi S1 Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas
Muhammadiyah Tangerang lulus tahun 2013,
kemudian melanjutkan kembali studi S2 di Universitas
Negeri Jakarta Jurusan Pendidikan Dasar, lulus Maret
2016, Saat ini sedang menempuh Pendidikan Doctoral pada Program Studi
Pendidikan Dasar yang menjadi minatnya, di Universitas Pendidikan
Indonesia dengan support beasiswa unggulan dosen Indonesia dalam
negeri (BUDI DN) LPDP tahun 2019. Prestasi yang pernah diraih yaitu
sebagai dosen terbaik sosialisasi kemasyarakatan. Beliau juga telah
menerbitkan beberapa jurnal, buku dan saat ini menjadi pengelola jurnal
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bekerja
sebagai dosen tetap di Universitas Muhammadiyah Tangerang program
studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar mengampu mata kuliah Pendidikan
Kepramukaan SD, Konsep Dasar PKn SD, Kewirausahaan dan Pembelajaran
PPKN SD. Penulis memiliki Motto Hidup : “Man Jadda Wa Jadda”
Malang tahun semester genap tahun 2016. Pada tahun 2018 sah
menyandang gelar Magister lalu kembali ke Jambi untuk mengabdi di
kampus IAIN STS Jambi yang sekarang telah bertransformasi menjadi UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan mengajar pada prodi PGMI dengan
status Dosen Luar Biasa (DLB) sampai dengan saat ini. Pada tahun yang
sama, mengajar pula di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Ahsanta Jambi dengan status Dosen Tetap di program studi PGMI sampai
dengan sekarang, sekaligus menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjaminan
Mutu di STAI Ahsanta Jambi.