Daftar Isi
1 dari 330
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
2 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Judul
JJ J I II
3 dari 330
1 PERNYATAAN 15
1.1 Pengertian Umum Logika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 Cari Halaman
1.1.1 Notasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
1.1.2 Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Kembali
1.2 Pernyataan Tunggal dan Negasinya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
1.2.1 Pengertian Pernyataan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
1.2.2 Pernyataan Tunggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 Layar Penuh
6 HIMPUNAN 197
6.1 Definisi dan Jenis Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 201 Cari Halaman
6.2 Relasi Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206
6.3 Operasi Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 211
Kembali
6.3.1 Operasi Dasar Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 211
6.3.2 Sifat-sifat Operasi Himpunan . . . . . . . . . . . . . . . . . 214
6.3.3 Operasi Jumlah dan Selisih Himpunan . . . . . . . . . . . . . 217 Layar Penuh
6.4 Sifat-sifat Lanjut Relasi Himpunan bagian . . . . . . . . . . . . . . . 223
6.5 Penggunaan Himpunan dalam Silogisme . . . . . . . . . . . . . . . . 229
Tutup
6.6 Bacaan Lebih Lanjut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 237
6.7 Soal-soal Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 238
Keluar
7 HIMPUNAN BILANGAN 241
7.1 Himpunan Bilangan Asli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 245
7.2 Himpuan Bilangan Cacah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 249
7.3 Himpuan Bilangan Bulat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 250 FMIPA-UNEJ
7.4 Himpuan Bilangan Rasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 251
7.5 Himpunan Bilangan Irasional dan Himpunan Bilangan Riil . . . . . . . 252
Daftar Isi
7.6 Perkembangan perhitungan π . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 255
7.7 Bacaan Lebih Lanjut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 258
7.8 Soal-soal Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 259 Judul
Glossary 317
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
8 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
JJ J I II
9 dari 330
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
11 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
12 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
DAFTAR TABEL
Judul
JJ J I II
13 dari 330
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
14 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
PERNYATAAN
JJ J I II
15 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini diharapkan pembaca memahami
pengertian umum logika, pengertian pernyataan tunggal maupun majemuk FMIPA-UNEJ
dan negasinya serta mampu menilai kalimat.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
16 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini diharapkan pembaca dapat:
FMIPA-UNEJ
1. menyebutkan definisi logika;
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Pengertian Umum Logika
FMIPA-UNEJ
2. Pengertian Pernyataan
6. Aljabar pernyataan JJ J I II
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.1. Pengertian Umum Logika
Definisi mengenai logika diberikan oleh para ahli dengan rumusan yang agak
berbeda satu sama lain, tetapi artinya tidak jauh berbeda misalnya menurut FMIPA-UNEJ
Soekadijo [18] “Logika adalah suatu studi yang sistimatik tentang struk-
tur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang sahih den-
Daftar Isi
gan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi
dan hanya membahas bentuk logisnya saja”. Sejalan dengan pendapat di
atas, menurut kamus matematika oleh Borowsky & Borwein [1], dijelaskan Judul
bahwa logika adalah prinsip dan metode khas yang dipergunakan dalam ar-
gumentasi atau penalaran yang tidak memperhatikan isi atau konteks dari
JJ J I II
bentuk penalaran. Logika yang mengesampingkan isi dari pernyataan dan
hanya melihat bentuknya saja (terutama pada saat mengadakan penalaran),
lebih dikenal dengan istilah logika formal, logika simbolik, logika modern 19 dari 330
atau logika matematika. Ciri lain dari logika matematika adalah penalaran-
nya berdasarkan penalaran deduktif, yang didasarkan atas sejumlah un- Cari Halaman
sur tak terdefinisi (undifine term), unsur terdefinisi, asumsi dasar/ aksioma
serta aturan-aturan tertentu yang daripadanya dapat diturunkan teorema-
Kembali
teorema. Keseluruhan ini membangun suatu sistem yang disebut sistem
matematika. Lebih lanjut, dalam menetapkan defininsi maupun aksioma
seorang matematisi sesungguhnya, tidak harus menghubungkannya dengan Layar Penuh
keadaan nyata (real world/ concrete situation), namun demikian yang ter-
penting, aksioma atau definisi yang dirumuskan haruslah konsisten tidak
Tutup
bertentangan satu dengan yang lain. Beberapa buku teks tentang logika
simbolik atau logika matematika diantaranya adalah Copi [2], Gemignani
Keluar
[6], Thomas [20], dan Polimeni & Straight [15].
1.1.1. Notasi
FMIPA-UNEJ
Notasi adalah alat bantu untuk menyatakan sesuatu. Notasi menyingkat
kalimat verbal yang panjang dengan suatu simbol yang ringkas. Tanpa
Daftar Isi
menggunakan simbol kita akan mengulang-ulang beberapa kalimat seperti
: “Sembarang mahasiswa Universitas Jember” atau “Sembarang bilangan
real” dan lain-lain. Hal ini bukannya tidak mungkin dilakukan, tetapi tentu Judul
saja akan tidak efisien. Sementara, dengan menggunakan simbol, istilah itu
bisa dipersingkat menjadi “Si-X” atau X.
JJ J I II
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan notasi yang
baik, antara lain, seperti diuraikan berikut.
20 dari 330
1. Beberapa simbol tertentu, secara tetap sudah digunakan untuk menun-
jukkan hal-hal tertentu. Misalnya, notasi π biasa digunakan sebagai
lambang bilangan irasional 3,1415.... Demikian pula konsensus lain- Cari Halaman
nya yang telah disepakati oleh para ahli harus tetap diikuti. Sebagai
contoh dalam hubungannya dengan tetapan dan peubah, seperti pada Kembali
y = ax2 + bx + c, disepakati bahwa hurup-hurup pertama abjad diper-
gunakan untuk melambangkan tetapan, sedangkan hurup-hurup akhir
Layar Penuh
dipergunakan sebagai lambang peubah.
2. Sekali simbol telah diperkenalkan sebagai wakil suatu objek, maka se-
Tutup
cara konsisten, simbol tersebut sebisanya digunakan untuk objek terse-
but. Jika suatu objek dapat disimbolkan dengan lebih dari satu macam
Keluar
simbol dan semua simbol itu akan digunakan tanpa suatu pengkhusu-
san maka hal ini biasanya dijelaskan sejak awal. Sebaliknya jika suatu
notasi terpaksa digunakan untuk objek lain, selain yang telah didefin-
isikan, maka definisi baru harus diberikan. Hal ini mungkin terjadi FMIPA-UNEJ
mengingat terbatasnya jumlah simbol yang bisa digunakan sebagai no-
tasi sebaliknya sangat banyak objek yang harus dinotasikan.
Daftar Isi
1. Definisi sebaiknya menyatakan konotasi yang konvensional (yang disep- Layar Penuh
3. Definisi haruslah tidak terlalu luas ataupun terlalu sempit. Contoh FMIPA-UNEJ
definisi terlalu luas : Manusia adalah binatang berkaki dua. Defin-
isi yang terlalu sempit misalnya : Mamalia adalah binatang berkaki
Daftar Isi
empat.
alnya, “bangku adalah mebel kayu tetapi bukan kursi dan bukan meja”.
Akan tetapi memang ada istilah yang harus didefinisikan dalam ben- Kembali
tuk kalimat negatif seperti“botak adalah kepala yang tidak mempunyai
rambut”.
Layar Penuh
Unsur yang didefinisikan disebut juga definiendum dan sejumlah symbol yang
dipergunakan untuk menjelaskan definiendum tersebut dinamakan definien.
Tutup
Definisi yang menyatakan hubungan atara definiendum dengan definien de-
gan tanda sama dengan (=) disebut definisi eksplisit.
Keluar
Contoh 1.1.
definisi
z }| {
xn
|{z} =x
| × x × x
{z× · · · × x
}
definiendum definien FMIPA-UNEJ
menerima suatu istilah tertentu tanpa suatu definisi (selanjutnya ini disebut
istilah tak terdefinisi, undefined term atau premitive symbol). Sebagaimana
Judul
dikatakan oleh Bertrand Russel berikut :
Since all terms that defined, are defined by means of other terms, JJ J I II
it is clear that human knowledge must always be content to accept
some terms as an intelligible definition, in order to have a starting-
23 dari 330
point for its definition.
Selain definisi, dalam matematika atau logika ada beberapa istilah lain Cari Halaman
yang sering dipergunakan diantaranya adalah:aksioma,teorema atau dalil,
asumsi.
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.2. Pernyataan Tunggal dan Negasinya
1.2.1. Pengertian Pernyataan
FMIPA-UNEJ
Pernyataan disebut juga : kalimat deklaratif, stetemen, proposisi, atau ver-
bal assertion. Beberapa ahli ada yang membedakan istilah pernyataan dan
proposisi, ada pula yang menyamakan saja. Dalam buku ini istilah-istilah Daftar Isi
tersebut dipergunakan dengan arti yang sama dan dipakai secara acak. Se-
belum kita membicarakan lebih lanjut tentang kalimat deklaratif ini, ada Judul
baiknya kita lihat pembagian kalimat yang umum dilakukan dalam matem-
atika.
JJ J I II
Definisi 1.2.1. Pernyataan adalah suatu kalimat yang bernilai benar atau 24 dari 330
salah tetapi tidak dua-duanya.
Cari Halaman
Istilah benar dan salah dapat dijadikan sebagai suatu istilah tak ter-
definisikan karena bisa kita anggap jelas pernyataan yang bernilai benar dan Kembali
pernyataan yang bernilai salah. Dengan demikian, tidak perlu lagi didefin-
isikan apa yang dimaksud pernyataan bernilai benar atau pernyataan bernilai
Layar Penuh
salah.
Benar tidaknya kalimat pertama sampai ketiga dapat segera ditentukan, Daftar Isi
27 dari 330
Notasi 1.2.2. Negasi dari p dinotasikan dengan p0 atau ∼ p atau ¬p. (dibaca
“negasi p” ,“tidak p ” , “ bukan p” atau “ingkaran p”). Cari Halaman
Layar Penuh
Contoh 1.4. Buatlah negasi dari kalimat/ pernyataan-pernyataan berikut :
1. Kata sifat tidak bisa dijadikan sebagai unsur tak terdefinisi (undefined
term). Jika kata-kata seperti ini dibuat untuk membuat pernyataan, JJ J I II
maka harus didefinisikan terlebih dahulu. Misalnya pada kalimat “Ani
anak yang pandai”, selain butuh observasi juga harus didefinisikan ter-
lebih dahulu tentang kriteria “pandai”, sehingga tidak menimbulkan 28 dari 330
penafsiran berbeda1 .
Cari Halaman
2. Jika suatu pernyataan bernilai benar, maka negasinya bernilai salah.
Jika pernyataan dan negasinya tidak bisa dinilai benar atau salah maka
Kembali
kalimat tersebut dikatakan kalimat tak bermakna (lihat pembangian
kalimat pada Gambar 1.1). Misalnya, kalimat-kalimat berikut
Layar Penuh
p : kakak habis dibagi adik, dan
¬p : kakak tidak habis dibagi adik,
Tutup
1
Logika yang berkaitan dengan kata sifat dibahas pada bagian logika samar (fuzzy
logics)
Keluar
keduanya tidak bisa dinilai benar atau salah sehingga keduanya bukan
merupakan pernyataan.
Judul
JJ J I II
29 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
30 dari 330
Cari Halaman
Gambar 1.1: Diagram pembagian kalimat dilihat dari nilai logikanya Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.3. Pernyataan majemuk dan negasinya
Beberapa kalimat tunggal, p, q, dapat digabung dengan menggunakan kata
penghubung sehingga membentuk pernyataan baru seperti: p dan q, p atau FMIPA-UNEJ
q, p yang q dan sebagainya. Pernyataan baru ini disebut pernyataan maje-
muk. Kata-kata penghubung kedua pernyataan biasa disebut konektor atau
Daftar Isi
perakit. Berikut dibahas beberapa perakit dasar beserta tabel kebenarannya.
31 dari 330
Definisi 1.3.1. Konjungsi dari p dan q (ditulis :p ∧ q, dibaca “p dan
q”) adalah pernyataan majemuk yang bernilai benar hanya apabila masing-
Cari Halaman
masing p, maupun q bernilai benar. Sedangkan untuk keadaan lain maka dia
bernilai salah.
Kembali
Notasi 1.3.1. Beberapa simbol yang sering digunakan untuk perakit dan ini
adalah : p ∧ q, p × q, p & q atau pq. Layar Penuh
disebabkan karena untuk setiap pernyataan hanya ada 2 nilai yang mungkin
Judul
(0 atau 1). Perakit konjungsi disebut juga perakit penyertaan, karena harus
menyertakan semua komponen-komponennya dan bernilai benar hanya jika
semua komponennya benar. Dalam kehidupan sehari -hari banyak kata JJ J I II
hubung lain yang mempunyai arti yang sama dengan “dan” yaitu : yang,
tetapi, meskipun, maupun. 32 dari 330
Contoh 1.7.
Daftar Isi
Jika xy < 0 maka
x>0 dan y < 0, atau
x<0 dan y > 0.
Judul
Jika xy ≥ 0 maka x ≥ 0 dan y ≥ 0, atau
x≤0 dan y ≤ 0.
JJ J I II
Kembali
Definisi 1.3.2. Disjungsi dari pernyataan p dan q adalah pernyataan
yang dibaca “p atau q”. Pernyataan ini bernilai salah hanya apabila masing-
masing p dan q salah. Sedangkan untuk keadaan lain ia bernilai benar. Layar Penuh
Tutup
Notasi 1.3.2. Notasi : notasi yang umum digunakan untuk perakit disjungsi
adalah : p ∨ q; p + q.
Keluar
p q p∨q
1 1 1
1 0 1
0 1 1 FMIPA-UNEJ
0 0 0
Daftar Isi
Judul
τ (p ∨ q) = 1 jika τ (p) = 1 atau τ (q) = 1 atau τ (p) = τ (q) = 1 (1.2)
JJ J I II
Sesuai dengan definisinya, maka tabel kebenaran disjungsi ini adalah seperti
pada tabel di sebelah.
34 dari 330
Disjungsi disebut juga alternatif, karena cukup salah satu saja kompo-
nennya benar maka disjungsinya benar. Disjungsi yang didefinisikan seperti
di atas disebut disjungsi inklusif (lemah/ weak). Disjungsi ini yang banyak Cari Halaman
dibicarakan dalam matematika dan jika dikatakan p atau q maka yang di-
maksud adalah disjungsi inklusif ini.
Kembali
(ii) q ∨ s : cos 60o = 1, 5 atau jumlah sudut-sudut segitiga adalah 180o . Kembali
Prinsip di atas dapat dinyatakan secara lebih luas dan dikenal dengan prinsip Judul
excluded middle yang dinyatakan seperti berikut ini.
JJ J I II
Definisi 1.3.3 (Prinsip Excluded Middle). Salah satu dari pernyataan p
atau q benar tetapi tidak dua-duanya. 36 dari 330
h i
p∨q ∧ ¬ p∧q (1.4)
Cari Halaman
Kembali
Contoh yang paling jelas adalah ketika q = ¬p, yaitu
h i
p ∨ (¬p) ∧ ¬ p ∧ (¬q) Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.4. Tautologi dan Kontradiksi
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa beberapa pernyataan
dapat digabung untuk membentuk pernyataan majemuk. FMIPA-UNEJ
Dilihat dari nilai kebenarannya, ada dua jenis kalimat majemuk yang
istimewa, yaitu kalimat majemuk yang selalu bernilai benar dan kalimat JJ J I II
majemuk yang selalu bernilai salah, terlepas dari nilai kebenaran masing-
masing komponennya.
37 dari 330
Definisi 1.4.1. Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu berni- Cari Halaman
lai benar (dalam segala hal) tanpa memandang nilai kebenaran komponen-
komponennya.
Kembali
P (p1 , p2 , · · · , pn ) = T, jika τ P (p1 , p2 , · · · , pn ) = 1 (1.5)
Layar Penuh
untuk semua kemungkinan τ (pi ).
Tutup
Keluar
Definisi 1.4.2. Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu berni-
lai salah (dalam segala hal) tanpa bergantung nilai kebenaran dari komponen-
nya.
P (p1 , p2 , · · · , pn ) = F, jika τ P (p1 , p2 , · · · , pn ) = 0 (1.6) FMIPA-UNEJ
1 0 1 0
0 1 1 0 Tutup
Keluar
1.5. Aljabar pernyataan
Susunan pernyataan majemuk dapat juga dianggap sebagai hasil operasi dari
beberapa pernyataan dengan perakit-perakit pernyataan sebagai operasi hi- FMIPA-UNEJ
tung. Sedangkan sebagai pengganti kesamaan dalam logika kita mengenal
ekuivalensi, (≡). Operasi beserta pernyataannya ini dikenal dengan istilah
Daftar Isi
aljabar pernyataan atau kalkulus pernyataan.
Judul
Definisi 1.5.1. Dua pernyataan dikatakan ekuivalen jika pernyataan-
pernyataan tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk setiap keadaan
komponennya JJ J I II
Jika τ P (pl , p2 , ..., pn ) = τ Q(ql , q2 , ..., qn ) maka
39 dari 330
P (pl , p2 , ..., pn ) ≡ Q(ql , q2 , ..., qn ) (1.7)
Cari Halaman
Definisi yang lain tentang ekuivalensi juga disampaikan pada Definisi 2.4.2
Kembali
persamaan (2.4) halaman 70 setelah membicarakan ekuivalensi logis.
Jadi dalam aljabar pernyataan kita memiliki:
Layar Penuh
1. objek: pernyataan-pernyataan, p1 , p2 , · · · , pn ;
2. operator: ¬, ∧, ∨; Tutup
3. kesamaan: ≡.
Keluar
Pada bagian ke dua buku ini, akan ditunjukkan bahwa ≡ merupakan
relasi ekuivalensi.
(i) . p ≡ p (refleksif )
Daftar Isi
(ii) . Jika p ≡ q maka q ≡ p (simetris)
Contoh 1.12. Buatlah tabel kebenaran dari ¬(p ∨ q) serta (¬p) ∧ (¬q). Tun-
jukkan/ selidiki bahwa ¬(p ∨ q) ≡ (¬p) ∧ (¬q). JJ J I II
Jawab :
40 dari 330
Keluar
1.6. Bentuk Rangkap dan Prinsip Kerangkapan
Salah satu sifat yang sangat menarik dalam aljabar logika adalah sifat rangkap
atau dual dari suatu pernyataan majemuk. FMIPA-UNEJ
Definisi 1.6.1. Bentuk rangkap (dual) dari kalimat majemuk P (p1 , p2 , · · · , pn ) Daftar Isi
Contoh 1.13. JJ J I II
Layar Penuh
Contoh 1.14.
Tutup
(i) Bentuk p ∨ (¬p) ≡ T adalah valid (merupakan tautologi), maka bentuk
p ∧ (¬p) ≡ F juga valid (merupakan kontradiksi);
Keluar
(ii) Bentuk p ∧ p ≡ p adalah valid, maka bentuk p ∨ p ≡ p juga valid.
Berikut disampaikan beberapa sifat dasar aljabar kalimat yang dapat
dibuktikan dengan membuat tabel kebenaran dari bentuk aljabar yang bersangku-
FMIPA-UNEJ
tan.
Daftar Isi
Teorema 1.6.2 (Negasi ganda).
¬(¬p)) ≡ p (1.8)
Judul
(p ∧ q) ≡ (q ∧ p) (1.9a)
42 dari 330
(p ∨ q) ≡ (q ∨ p) (1.9b)
Cari Halaman
Teorema 1.6.4 (Hukum Assosiatif/ pengelompokan).
p ∧ (q ∧ r) ≡ (p ∧ q) ∧ r (1.10a) Kembali
p ∨ (q ∨ r) ≡ (p ∨ q) ∨ r (1.10b)
Layar Penuh
Teorema 1.6.5 (Hukum Identitas).
p ∧ F ≡ F dan p ∧ T ≡ p (1.11a) Tutup
p ∨ T ≡ T dan p ∨ F ≡ p (1.11b)
Keluar
Teorema 1.6.6 (Hukum Komplemen/invers).
p ∧ (q ∨ r) ≡ (p ∧ q) ∨ (p ∧ r) (1.14a)
43 dari 330
p ∨ (q ∧ r) ≡ (p ∨ q) ∧ (p ∨ r) (1.14b)
p ∧ ((¬p) ∨ q) ≡ p ∧ q (1.17a)
p ∨ ((¬p) ∧ q) ≡ p ∨ q (1.17b) FMIPA-UNEJ
Bahkan dalam sistem deduksi yang akan kita pelajari pada bab berikut-
nya asumsi dasar (aksioma) yang kita pakai sebagai dasar lebih terbatas
JJ J I II
lagi dan yang lainnya harus kita turunkan dengan menggunakan aksioma-
aksioma atau definisi yang diketahui. Sebenarnya hukum absorpsi dapat
dibuktikan secara deduktif (bukan menggunakan tabel kebenaran) dengan 44 dari 330
p ∧ (p ∨ q) ≡ (p ∨ F ) ∧ (p ∨ q) identittas Kembali
≡ p ∨ (F ∧ q) distributif
≡p∨F identitas Layar Penuh
≡p identitas
Tutup
Keluar
1.7. Perakit-perakit Lain
Selain perakit-perakit yang telah disampaikan di depan, ada lagi perakit
lain yang memang tidak banyak dipakai atau dibicarakan yaitu: perakit dis- FMIPA-UNEJ
jungsi eksklusif, perakit Stroke dan perakit Dagger (lihat Copi [2]). Perakit-
perakit ini pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai fungsi dari perakit
Daftar Isi
dasar (¬, ∧, ∨).
Judul
1.7.1. Perakit Disjungsi eksklusif
Selain disjungsi yang telah dibicarakan sebelumnya, yang dikenal dengan isti- JJ J I II
lah disjungsi inklusif, dalam logika ada juga disjungsi yang lain yang disebut
disjungsi eksklusif, seperti didefinisikan berikut ini.
45 dari 330
Kembali
Notasi 1.7.1. Disjungsi eksklusif p dengan q dinotasikan dengan p ∨ q
Layar Penuh
Secara simbolis dapat dituliskan :
p ∨ q = (p ∨ q) ∧ ¬(p ∧ q) (1.18a) Tutup
= (p ∨ q) ∧ p ∧ q (1.18b)
Keluar
Dari definisi di atas, dapat ditentukankan tabel kebenaran dari disjungsi
eksklusif ini, seperti pada tabel berikut.
Tabel Kebenaran Disjungsi Eksklusif
FMIPA-UNEJ
p q r= s= t= r ∧ t = p∨q
(p ∨ q) (p ∧ q) ¬(s) Daftar Isi
1 1 1 1 0 0
1 0 1 0 1 1
Judul
0 1 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0
JJ J I II
Dengan demikian, jika seseorang mengajukan alternatif dengan maksud
hanya dipilih salah satu tidak boleh keduanya, maka sebaiknya dan seharus-
nya dinyatakan dengan disjungsi eksklusif ini. Misalnya, secara matematis, 46 dari 330
47 dari 330
p ↓ q = ¬p ∧ ¬q (bersama-sama) (1.20)
Keluar
Tabel 1.1: Tabel Kebenaran Operator Stroke dan Dagger
p q ¬p ¬q p/q p ↓ q
1 1 0 0 0 0
FMIPA-UNEJ
1 0 0 1 1 0
0 1 1 0 1 0
0 0 1 1 1 1 Daftar Isi
Judul
Dari Definisi 1.7.2 dan Definisi 1.7.3, kita dapat turunkan sifat atau ak-
sioma berikut. JJ J I II
Kembali
Dari definisi sebelumnya maupun dari teorema di atas, kita dapat menen-
tukan nilai kebenaran dari operator Stroke dan Dagger seperti Tabel Kebe- Layar Penuh
naran 1.1.
Catatan: Untuk menghindarkan penggunaan kurung yang terlalu banyak,
Tutup
maka diadakan kesepakatan bahwa dalam aljabar pernyataan, urutan/hirarki
operasi ¬, ∧, ∨ adalah yang pertama ¬, lalu diikuti ∧ dan ∨.
Keluar
Contoh 1.15.
¬p ∧ ¬q ∨ p ∧ q ≡ (¬p) ∧ (¬q) ∨ (p ∧ q)
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
49 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.8. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini selai beberapa sumber
yang telah dikutip sebelumnya, dapat juga dibaca beberapa sumber lain FMIPA-UNEJ
diantaranya Enderton [4], Thomas [20], Gemignani [6]. Definisi umum be-
berapa istilah dalam buku ini selain diambil dari kamus matematika oleh
Daftar Isi
Borowsky & Borwein [1]. juga diambil dari eksiklopedia matematika oleh
Negoro & Harahap [12].
Judul
JJ J I II
50 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
1.9. Soal-soal Latihan
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan berikut kemudian ten-
tukan negasinya. FMIPA-UNEJ
1. 7 + 3 =10.
Daftar Isi
2. 7 + 5 > 10 − 4.
Judul
3. Sembilan (9) adalah bilangan ganjil.
11. Diketahui :
Keluar
p : Jakarta adalah ibu kota negara RI
q : 3 + 4 =10
r : persegi panjang adalah suatu bujur sangkar
s : 7 adalah bilangan ganjil FMIPA-UNEJ
t : 8 adalah bilangan genap
Tentukan : Daftar Isi
(i) . p ∧ q
(ii) . q ∧ r Judul
(iii) . r ∧ s
JJ J I II
(iv) . s ∧ t
(a) ¬p ≡ p/p
Cari Halaman
(b) p ∧ q ≡ (p/q)/(p/q)
(c) ¬p ∨ q ≡ (p/p)/(q/q)
h i Kembali
(d) p/q ≡ (p ↓ p) ↓ (q ↓ q) ↓ (p ↓ p) ↓ (q ↓ q)
h i
Layar Penuh
(e) p ↓ q ≡ (p/p)/(q/q)/(q/q)/(p/p)/(q/q)
(a) p ∨ ¬q
Keluar
(b) p ∧ ¬q
(c) (p ∧ q) ∨ (¬p ∧ q)
(d) ¬(¬p ∨ ¬q) FMIPA-UNEJ
(a) ¬p ≡ p ↓ p Kembali
(b) p ∧ q ≡ (p ↓ p) ↓ (q ↓ q)
(c) p ∨ q ≡ (p ↓ q) ↓ (p ↓ q) Layar Penuh
(d) p ≡ (p ↓ p) ↓ (p ↓ p
(e) p ↓ (p ↓ p) ≡ F Tutup
(f) p/(p/p) ≡ T
Keluar
17. Misalkan
p : Angin bertiup
q : Cuaca cerah FMIPA-UNEJ
(b) ¬p ∧ ¬q
Judul
(c) p ∧ q
(d) ¬(p ∧ q)
JJ J I II
(e) ¬(p ∨ q)
(f) ¬p ∨ q 54 dari 330
(g) p ∨ q
(h) ¬p ∨ ¬q Cari Halaman
18. Diketahui
Kembali
p : Ani anak yang cantik
q : Ani anak yang pandai
Layar Penuh
r : Ani anak yang disiplin
Tulis notasi dari pernyataan-pernyataan berikut : Tutup
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
56 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
PERNYATAAN BERSYARAT/KONDISIONAL
JJ J I II
57 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan memahami
bentuk-bentuk, penilaian serta negasi pernyataan bersyarat, hierarki perakit- FMIPA-UNEJ
perakit termasuk perakit bersyarat.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
58 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan dapat
FMIPA-UNEJ
1. menyebutkan definisi implikasi dan variasinya
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Implikasi dan variasinya
FMIPA-UNEJ
2. Biimplikasi
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.1. Implikasi
Secara matematis kalimat dalam bentuk “jika p maka q” dinotasikan dengan
“p → q” disebut implikasi. Selanjutya “p → q” dapat dibaca: FMIPA-UNEJ
1. jika p maka q;
Daftar Isi
2. setiap kali p, (maka) q;
3. p hanya jika q;
Judul
Judul
Dari definisi diatas dapat kita buat tabel kebenaran untuk implikasi ini
seperti tabel sebelah. JJ J I II
Sebagaimana telah disinggung dalam bab pendahuluan bahwa seorang
matematisi sebenarnya dapat secara bebas mendefinisikan istilah-istilahnya
62 dari 330
secara abstrak (tanpa terikat situasi konkrit), yang penting dia konsisten dan
kosekuen dengan definisi yang dibuat. Sepintas penetapan nilai kebenaran
untuk keadaan ketiga (yaitu : anteseden salah, konklusi benar implikasi ke- Cari Halaman
dengarannya agak janggal dan tidak sesuai dengan kondisi riil, akan tetapi
jika kita pikirkan lebih dalam sebenarnya tidak terjadi pertentangan an- Kembali
tara nilai kebenaran yang didefinisikan dengan tabel implikasi dengan logika
umum (common sense) dan penetapan nilai kebenaran ini masuk akal.
Layar Penuh
Contoh 2.1. Seseorang berjanji kepada orang lain : “Jika hari tidak hujan,
(maka) saya akan datang.” Yang kita pertanyakan sekarang adalah : kapan orang
Tutup
yang bicara tadi dikatakan ingkar janji (menyalahi yang diucapkan)? Jawaban
kita adalah jika hari tidak hujan (p benar) tetapi ia tidak datang (q salah).
Keluar
Hanya dalam keadaan ini saja. Itu berarti untuk tindakannya yang lain ia tidak
dapat dipersalahkan, yaitu jika hari hujan dan ia tetap datang ia tidak dapat
dipersalahkan.
FMIPA-UNEJ
Kita menetapkan nilai kebenaran dari suatu implikasi selanjutnya adalah
berdasarkan definisi diatas tanpa memperhatikan hubungan antara p dan
q. (tidak harus sebab akibat atau janji). Karena penetapan nilai kebenaran Daftar Isi
implikasi maka implikasi ini disebut implikasi material atau implikasi formal.
Contoh 2.2. Tentukan nilai kebenaran pernyataan-pernyataann berikut: Judul
(iv) jika matahari terbit dari barat, maka manusia tidak akan pernah mati.
Cari Halaman
Untuk memahami pengertian syarat perlu dan syarat cukup ada baiknya
kita perhatikan definisi berikut : Judul
Cari Halaman
Contoh 2.4. Jika suatu bilangan prima maka bilangan itu bulat. Bilangan prima
Kembali
adalah syarat cukup untuk bilangan bulat. Pernyataan bahwa bilangan itu prima
sudah cukup untuk menyatakan bilangan tersebut bulat. Artinya juga, jika kita
ingin bilangan bulat cukup kita mengambil bilangan prima, karena bilangan prima Layar Penuh
pasti bulat. Sebaliknya, jika kita mengambil bilangan yang tidak bulat maka
tidak mungkin kita memperoleh bilangan prima. Akan tetapi untuk memperoleh
Tutup
bilangan bulat tidak perlu (tidak harus) mengambil bilangan prima (4;1 juga
bulat). Supaya suatu bilangan itu prima tidak cukup hanya dikatakan bulat (4,
Keluar
8, bulat tetapi tidak prima). Jadi, kita juga peroleh kenyataan bahwa syarat
cukup belum tentu perlu dan syarat perlu belum tentu cukup.
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.2. Implikasi dan variasinya
Dari implikasi p → q, kita dapat membentuk berbagai pernyataan-pernyataan
yaitu: FMIPA-UNEJ
(i) ¬p → ¬q yang disebut invers
(ii) q → p disebut konvers
(iii) ¬q → ¬p disebut kontra posisi/ kontra positif Daftar Isi
dari implikasi tadi. Dari definisi di atas dapat dibuat tabel kebenaran untuk
invers, konvers dan kontra positif sebagai berikut: Judul
Judul
invers JJ J I II
Cari Halaman
Diagram Venn mengilustrasikan variasi implikasi, invers, konvers dan
kontrapositip
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tabel kebenaran biimplikasi
p q p↔q
1 1 1
1 0 0 FMIPA-UNEJ
0 1 0
0 0 1
Daftar Isi
68 dari 330
Definisi 2.3.1. Biimplikasi dari pernyataan p dan q (dinotasikan dengan
p ↔ q dan dibaca “p jika dan hanya jika (jhj) q” atau “p bila dan hanya bila
Cari Halaman
(bhb) q”) adalah pernyataan yang bernilai benar jika komponen-komponennya
bernilai sama, serta bernilai salah jika komponen-komponennya bernilai tidak
sama, yaitu ( Kembali
maka bilangan itu (tidak sama dengan 1) dan hanya bisa dibagi oleh 1 dan
bilangan itu sendiri. Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.4. Implikasi Logis dan Ekuivalensi Logis
Sejauh ini kita memahami bahwa nilai kebenaran suatu implikasi bergan-
tung pada nilai kebenaran hipotesis dan konklusinya. Ada bentuk khusus FMIPA-UNEJ
dari suatu implikasi yang nilainya selalu benar tanpa bergantung pada nilai
kebenaran dari hipotesis dan konklusinya. Implikasi semacam ini disebut
Daftar Isi
implikasi logis.
Judul
Definisi 2.4.1. Suatu implikasi dikatakan implikasi logis (dinotasikan
dengan p ⇒ q), jika implikasinya merupakan tautologi tanpa memandang
nilai kebenaran komponen-komponennya. Dengan kata lain JJ J I II
P (pl , p2 , ...) ⇒ Q(ql , q2 , ...) jika P (pl , p2 , ...) → Q(ql , q2 , ...) ≡ T. (2.3) 70 dari 330
Seperti halnya nilai kebenaran implikasi, nilai kebenaran biimplikasi juga Cari Halaman
Layar Penuh
Definisi 2.4.2. Suatu biimplikasi dikatakan ekuivalensi logis, jika biimp-
likasinya merupakan tautologi, yaitu :
Tutup
P (pl , p2 , ...) ⇔ Q(ql , q2 , ...) jika P (pl , p2 , ...) ↔ Q(ql , q2 , ...) ≡ T. (2.4)
Keluar
Bandingkan definisi di atas dengan Definisi 1.5.1 persamaan (1.7) pada
halaman 39. Perhatikan bahwa kedua definisi tersebut meskipun perumusan-
nya agak berbeda namun keduanya konsisten dan sesungguhnya ekuivalen FMIPA-UNEJ
satu dengan lainnya.
Selanjutnya untuk membuktikan bahwa suatu implikasi atau biimplikasi
Daftar Isi
adalah logis atau tidak, perlu dibuktikan bahwa implikasi atau biimplikasinya
adalah suatu tautologi. Untuk memudahkan pembuktian ini diperlukan
ekuivalensi antara implikasi atau biimplikasi dengan perakit-perakit dasar. Judul
Layar Penuh
Contoh 2.7.
1. p ⇒ (p ∨ q)
Keluar
2. (p ∧ q) ⇒ p
3. (p ∨ q) ⇔ (q ∨ p)
FMIPA-UNEJ
4. (p ∧ q) ⇔ (q ∧ p) Daftar Isi
5. (p ↔ q) ⇔ (p → q) ∧ (q → p) Judul
6. (p → q) ∧ ¬q ⇒ (¬p) JJ J I II
7. (p → q) ∧ (p → r) ⇒ p → (q ∧ r) 72 dari 330
Cari Halaman
Bukti:
Salah satu cara untuk membuktikan adanya implikasi logis adalah dengan
membuktikan bahwa implikasinya adalah suatu tautologi. Kembali
≡T hukum identitas
Keluar
Maka p ⇒ (p ∨ q).
≡T hukum identitas.
Judul
JJ J I II
73 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.5. Negasi Pernyataan Bersyarat
Negasi kalimat bersyarat dicari melalui negasi dari ekuivalensinya yang ter-
diri atas perakit-perakit dasar. Ingat bahwa negasi tidak sama baik dengan FMIPA-UNEJ
Kembali
Contoh 2.8. Negasi dari pernyataan: “Jika matahari bersinar maka udara
Layar Penuh
hangat.” adalah “Matahari bersinar tetapi udara tidak hangat.”
Tutup
Ada beberapa variasi bentuk negasi biimplikasi seperti dinyatakan dalam
teorema berikut.
Keluar
Teorema 2.5.2 (Negasi biimplikasi). Negasi bimplikasi adalah
≡ ¬p ↔ q (2.8c)
≡ p ↔ ¬q (2.8d) Daftar Isi
Bukti:
Judul
¬(p ↔ q) ≡ ¬ (p → q) ∧ (q → p)
≡ ¬(p → q) ∨ ¬(p → q) De Morgan
JJ J I II
≡ (p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q) Teorema 2.7
≡ (p ∧ ¬q) ∨ ¬p ∧ (p ∧ ¬q) ∨ q distributif 75 dari 330
≡ T ∧ (¬q ∨ ¬p) ∧ (p ∨ q) ∧ T distributif
≡ (¬q ∨ ¬p) ∧ (p ∨ q) identitas Cari Halaman
≡ (¬q ∨ ¬p) ∧ (p ∨ q) identitas
≡ (¬q ∨ ¬p) ∧ (¬¬p ∨ q) negasi dobel Kembali
≡ ¬p ↔ q atau,
≡ (¬q ∨ ¬p) ∧ (p ∨ ¬¬q) negasi dobel Layar Penuh
≡ p ↔ ¬q.
Tutup
Dengan demikian pernyataan “Saya datang jika dan hanya jika cuaca
cerah” mempunyai negasi : “Saya datang jika dan hanya jika cuaca tidak
Keluar
cerah” atau “Saya tidak datang jika dan hanya jika cuaca cerah”. Untuk
meyakinkan ekuivalensi variasi bentuk-bentuk negasi biimplikasi, kita dapat
membuat tabel kebenarannya.
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
76 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.6. Hirarki perakit dan Notasi Lukasiewicz
2.6.1. Hirarki perakit
FMIPA-UNEJ
Untuk menghindari penggunaan tanda kurung yang terlalu banyak maka
dalam pembicaraan logika diadakan konsensus tentang hirarki pengerjaan
Daftar Isi
operasi logika (perakit). Urutan yang harus dikerjakan dalam operasi logika
jika tidak menggunakan tanda kurung adalah :
Judul
1. Negasi: ¬
2. Konjungsi: ∧ JJ J I II
4. Implikasi: →
Cari Halaman
5. Biimplikasi: ↔
Kembali
6. Implikasi logis: ⇒
r ∧ ¬p ∨ q → p ↔ q ∧ ¬r
Keluar
maka diartikan sebagai:
r ∧ (¬p) ∨ q → p ↔ q ∧ (¬r) .
FMIPA-UNEJ
Sedangkan
p∧q ⇒r ≡p∧q →r Daftar Isi
diartikan sebagai
(p ∧ q) ⇒ r ≡ (p ∧ q) → r . Judul
penggunaan kurung yang banyak. Notasinya juga sering disebut notasi Polan-
dia (Polish Notation) atau notasi Lukasiewicz seperti pada Copi [2]. Notasi
Cari Halaman
perakit menurut Lukasiewicz diberikan pada Tabel 2.1
Contoh 2.10. Tentukan Notasi Lukasiewicz dari : Kembali
(i) ¬p ∨ (q → ¬r)
Layar Penuh
(ii) p → ¬(q ∨ ¬r) ≡ (¬q ∧ r) ∨ (¬s ∧ t)
Jawab : Tutup
JJ J I II
Contoh 2.11. Tulis Notasi berikut dalam bentuk standar ! CCN qqq dan
ApKrEsCtu FMIPA-UNEJ
Jawab :
Daftar Isi
1. (a) N q = ¬q
(b) CN qq = ¬q → q
Judul
(c) CCN qqq = ¬q → q → q
2. (a) Ctu = t → u JJ J I II
(b) EsCtu = s ↔ (t → u)
80 dari 330
(c) KrEsCtu = r ∧ s ↔ (t → u)
h i
(d) ApKrEsCtu = p ∨ r ∧ s ↔ (t → u) Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.7. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini selain beberapa sumber
yang telah dikutip sebelumnya, dapat juga dibaca beberapa sumber lain FMIPA-UNEJ
diantaranya Enderton [4], Thomas [20], Gemignani [6], Copi [2].‘
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
81 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
2.8. Soal-soal Latihan
1. Nyatakan penyataan-pernyataan berikut dalam bentuk jika . . . maka
. . . FMIPA-UNEJ
(c) Jika ketiga sisi segitiga sama, maka ketiga sudutnya sama besar.
(d) Jika x = 3 maka x2 = 9. Judul
(c) 2x + 3 = 4x − 5 jhj 2= 8.
Kembali
(d) Saya akan datang jhj kamu menyuruh.
(a) ¬p → q FMIPA-UNEJ
(b) q ↔ s
(c) ¬(p → r) Daftar Isi
(d) p ∨ q ↔ r ∧ s
Judul
(e) ¬q → ¬r
(f) p ∧ q → q ∧ s
JJ J I II
6. Selidikilah valid tidaknya pernyataan berikut:
84 dari 330
(a) p ⇒ p ∨ q
(b) (p → q) ∧ (p → r) ⇒ (p → (q ∧ r)
Cari Halaman
(c) (p → q) ≡ (q → p)
(d) (p ∧ q) → r ≡ (p → r) ∧ (q → r) Kembali
(e) (p ∨ q) → r ≡ (p → r) ∨ (q → r)
(f) (p → q) → r ≡ p → (q → r) Layar Penuh
(g) p ⇒ p
(h) (p → q) ∧ p ⇒ q Tutup
(i) (p ∨ q) ∧ p ⇒ ¬q
Keluar
(j) ¬(p ∧ q) ∧ p] ⇒ ¬q
9. Diketahui :
Kembali
p : udara segar
q : cuaca cerah
Layar Penuh
r : matahari bersinar
Nyatakan kalimat-kalimat berikut dengan simbol-simbol yang tepat. Tutup
(b) r → s
Cari Halaman
(c) r → ¬s
(d) s → r ∧ t
Kembali
(e) s ∨ t → r
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
KARAKTERISTIK, BENTUK NORMAL DAN
APLIKASINYA JJ J I II
87 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan mampu
memahami konsep karakteristik dan bentuk normal serta mengaplikasikan- FMIPA-UNEJ
nya dalam aljabar logika, himpunan maupun aljabar jaringan listrik.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
88 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan dapat
FMIPA-UNEJ
1. menentukan karakteristik suatu bentuk logika
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Karakteristik
FMIPA-UNEJ
2. Bentuk Normal
90 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tabel 3.1: Tabel kebenaran konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi
3.1. Karakteristik
JJ J I II
Dalam keadaan tertentu kita membutuhkan cara penulisan yang lebih ringkas
untuk menunjukkan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk. Perhatikan
tabel kebenaran konjungsi, disjungsi, implikasi maupun biimplikasi pada 91 dari 330
Tabel 3.1
Dari Tabel 3.1, dikatakan bahwa:
Cari Halaman
Contoh 3.1. Dari definisi di atas, kita dapat mencari karakteristik dari bentuk JJ J I II
yang lain misalnya karakteristik dari p ∨ q adalah 0110 karakteristik dari p ↓ q
adalah 0001 dan seterusnya.
92 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.2. Bentuk Normal
Sejauh ini yang telah kita lakukan adalah membuat tabel kebenaran dari
suatu pernyataan yang diberikan. Dengan kata lain, kita mencari karakter- FMIPA-UNEJ
istik dari suatu pernyataan. Kita akan mencoba mengerjakan hal yang se-
baliknya yaitu bagaimana mencari bentuk suatu pernyataan yang diketahui
Daftar Isi
karakteristiknya. Misalnya bagaimana bentuk persamaan yang mempunyai
karakteristik 1101 ?
Permasalahan yang dikemukakan diatas dapat diselesaikan dengan meng- Judul
gunakan bentuk normal. Bentuk normal dibedakan menjadi dua yaitu normal
konjungtif dan normal disjungtif. Untuk memudahkan pembicaraan bentuk
JJ J I II
normal ini kita memilih penggunaan simbol dan atau sebagai notasi dis-
jungsi. Sedangkan negasi (¬) dinotasikan dengan 0 . Selanjutnya bentuk
yang dipisahkan oleh + disebut sebagai suku sedangkan bentuk yang dip- 93 dari 330
isahkan oleh × atau . kita sebut sebagai faktor. Misalkan jika pernyataan-
nya hanya 2, p dan q maka bentuk suku-sukunya adalah : pq, pq 0 , p0 q dan p0 q 0 Cari Halaman
jadi bentuk faktornya adalah (p + q), (p + q 0 ), (p0 + q) dan (p0 + q 0 ). Dengan
demikian pernyataan majemuk dapat dianggap sebagai kumpulan suku-suku
Kembali
atau faktor-faktor.
Contoh 3.2. Berikut ini adalah contoh pernyataan dalam bentuk DNF
JJ J I II
(i) pqr + p0 qr + pqr0 ;
(ii) p0 q + pq + pq 0 ; 94 dari 330
(iii) p;
Cari Halaman
(iv) p + q;
(v) pqr. Kembali
Keluar
Definisi 3.2.2. Apabila semua kemungkinan/ semua bentuk suku-suku ter-
muat dalam bentuk normal tersebut dikatakan bentuk normal tersebut adalah
lengkap, dalam hal ini disebut Bentuk Normal Disjungtif Lengkap (CDNF
= Complete Disjunctive Normal Form). FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Jawab:
Keluar
Untuk mengerjakan hal-hal diatas kita harus menggunakan hukum-hukum
aljabar kalimat / proposisi yang telah diberikan, hanya saja harus diin-
gat dengan baik bahwa untuk menyederhanakan notasi kita menggunakan
p.q = pq untuk p ∧ q, p + q untuk p ∨ q, 1 untuk T dan 0 untuk F . FMIPA-UNEJ
p + pq 0 ≡ p.1 + pq 0 identitas
Daftar Isi
≡ p(q + q 0 ) + pq 0 komplemen
≡ pq + pq 0 + pq 0 distributif
Judul
≡ pq + pq 0 (DNF) idempoten
JJ J I II
pq + pq 0 + p0 q ≡ p(q + q 0 ) + p0 q distributif
96 dari 330
≡ p.1 + p0 q komplemen
≡ p + p0 q identitas
Cari Halaman
≡ (p + p0 ).(p + q) distributif
≡ 1.(p + q) ≡ (p + q) komplemen, identitas
Kembali
Keluar
Definisi 3.2.3. Bentuk Normal Konjungtif (CNF = Conjunctive
Normal Form) adalah bentuk yang ditandai oleh ciri-ciri berikut :
1. disusun dalam bentuk perkalian faktor-faktor.
FMIPA-UNEJ
2. tiap-tiap faktor memuat secara lengkap semua unsur atau pernyataan
yang dibicarakan.
Daftar Isi
Layar Penuh
Contoh 3.6. Bentuk CCNF untuk dua unsur p dan q adalah
(x + y)(x + y 0 )(x0 + y)(x0 + y 0 ) Tutup
Definisi 3.3.1. Komplemen dari suatu bentuk normal adalah suku-suku atau FMIPA-UNEJ
faktor-faktor dari bentuk lengkap yang tidak dimuat dalam bentuk normal
tersebut.
Daftar Isi
Judul
Contoh 3.7. Tentukan komplemen dari:
(i) pq 0 + p0 q
JJ J I II
0 0 0 0
(ii) xyz + xyz + xy z + xy z
98 dari 330
Jawab:
Suku-suku yang tidak termuat dari dua bentuk di atas adalah masing-
masing: Cari Halaman
(i) pq + p0 q 0
Kembali
0 0 0 0 0 0 0 0
(iii) x yz + x yz + x y z + x y z
Layar Penuh
Contoh 3.8. Tentukan komplemen dari :
(ii) (x + y)
Keluar
Jawab :
Faktor- faktor dari bentuk lengkap yang tidak termuat masing- masing
adalah:
FMIPA-UNEJ
(i) (x + y)
Judul
JJ J I II
99 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.4. Translasi Bentuk Normal
Suatu bentuk CNF dapat diubah atau ditranslasikan ke bentuk DNF atau
sebaliknya baik dengan menggunakan sifat- sifat perakit maupun dengan FMIPA-UNEJ
membuat negasi dari komplemennya.
Contoh 3.9. Translasikan bentuk CNF ke DNF atau sebaliknya. Daftar Isi
Aturan 3.4.1. Langkah langkah untuk mengubah dari bentuk CNF ke DNF Daftar Isi
dan sebaliknya
1. Tentukan komplemen dari bentuk yang dimiliki, yaitu suku atau faktor Judul
dari CDNF atau CCNF yang tidak ada dalam pernyataan yang dimiliki;
JJ J I II
2. Tentukan negasi dari komplemen yang diperoleh
Maka bentuk yang diperoleh sudah berubah dari CNF ke DNF atau seba-
101 dari 330
liknya, tetapi masih ekuivalen dalam artian nilai kebenarannya masih sama.
Cari Halaman
Tutup
(c) Selanjutnya dengan menerapkan hukum De Morgan, diperoleh
xy 0 + x0 y yang merupakan bentuk DNF.
Keluar
2. Diketahui bentuk DNF xyz + xyz 0 + xy 0 z + xy 0 z 0 + x0 yz
(a) komplemennya x0 yz 0 + x0 y 0 z + x0 y 0 z 0
h i0
0 0 0 0 0 0 0 FMIPA-UNEJ
(b) negasinya: x yz + x y z + x y z .
(c) Hukum De Morgan menghasilkan bentuk CNF (x + y 0 + z)(x +
Daftar Isi
y + z 0 )(x + y + z).
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.5. Aplikasi Bentuk Normal
Sebagaimana telah disampaikan di depan, manfaat utama bentuk Normal
ini adalah dalam menentukan bentuk persamaan yang diketahui karakter- FMIPA-UNEJ
istiknya. Sebagimana telah dipelajari sebelumnya nilai karakteristik terdiri
atas 0 dan 1.
Daftar Isi
Aturan 3.5.1. Jika kita perhatikan nilai 1 dari karakteristiknya maka atu- Judul
rannya adalah sebagai berikut :
2. tiap baris yang bernilai 1 merupakan satu suku dengan nilai 1 berarti
bentuk adalah positif dan nilai 0 berarti negasi (0 ). 103 dari 330
Aturan 3.5.2. Jika yang kita perhatikan adalah nilai 0 dari karakteristiknya
Cari Halaman
maka aturannya adalah:
2. tiap baris yang bernilai 0 berbentuk positif dan yang bernilai 1 berben-
tuk negasi (0 ). Layar Penuh
Tutup
Untuk mengerjakan yang lebih sederhana kita memilih bentuk CNF atau
DNF sesuai dengan jumlah yang lebih sedikit dari yang lain yaitu :
Keluar
1. jika 1 lebih sedikit, gunakan DNF
p q r y
p 1 1 1 1 pqr Judul
1 0 1 0
1 0 0 0
1 0 0 0 JJ J I II
0 0
p 0 1 1 1 p qr
0 1 0 0 104 dari 330
0 0 0 0
p0 0 0 0 1 p0 q 0 r 0 y = pqr + p0 qr + p0 q 0 r0
Cari Halaman
q0 r0
Kembali
Kita peroleh bentuk DNF dengan 3 suku ( ada tiga karakteristik 1 ) yaitu
Maka bentuk yang kita peroleh adalah CNF dengan dua faktor yaitu Cari Halaman
y = (p + q + r)(p0 + q 0 + r0 ).
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tabel 3.2: Hubungan antara aljabar Boole, Aljabar Himpunan, Aljabar
Proposisi dan aljabar jaringan listrik
No Aspek Aljb. Proposisi Aljb. Himpunan Aljb. Listrik
FMIPA-UNEJ
1 Unsur pernyataan himpunan saklar
p, q, r A, B, C A, B, C
2 Negasi ¬p ()c saklar balik Daftar Isi
3 Konjugsi ∧ ∩ seri
4 Disjungsi ∨ ∪ paralel Judul
5 Implikasi logis ⇒ ⊆
6 Ekuivalensi ekuivalensi kesamaan ekuivalensi
7 Nilai global T S tertutup JJ J I II
8 Nilai global F ∅ terbuka
9 nilai lokal 1 ∈ tertutup 106 dari 330
9 nilai lokal 0 6 in terbuka
Cari Halaman
Daftar Isi
Judul
B JJ J I II
Cari Halaman
Gambar 3.1: Diagram Venn mengilustrasikanA ∩ B
Kembali
Tutup
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.7. Aljabar Jaringan Listrik atau Saklar
Rangkaian seri
FMIPA-UNEJ
Dalam aljabar jaringan listrik rangkaian seri identik dengan konjungsi seperti
diilustrasikan pada gambar berikut
Daftar Isi
Jaringan/ rangkaian listrik mengilustrasikan AB
Judul
JJ J I II
A
B
Cari Halaman
L
Kembali
Layar Penuh
Keterangan :
Tutup
1. Jika suatu jaringan dirangkai seri dan salah satu saja saklarnya dibuka
(off) maka arus listrik tidak dapat lewat dan lampu padam (off).
Keluar
2. Dalam pembicaraan jaringan listrik ini kita hanya memperhatikan susunan.
rangkaian saklarnya, sumber listrik dan lampu biasanya diabaikan.
Kondisi aliran listrik berdasarkan terbuka dan tertutupnya saklar A dan FMIPA-UNEJ
B ditunjukkan dalam tabel berikut. Bandingkan tabel tersebut dengan tabel
kebenaran A ∧ B dan tabel keanggotaan A ∩ B.
Daftar Isi
Rangkaian paralel seperti pada Gambar identik dengan aljabar perakit dis-
jungsi Kembali
Keterangan :
1. Pada rangkaian paralel arus listrik bisa lewat jika salah satu saklarnya Layar Penuh
di on/ ditutup.
Tutup
2. Jika salah satu/semua dibuka/on arus listrik dapat lewat dan lampu
menyala.
Keluar
p q A+B
on on on
on off on
off on on FMIPA-UNEJ
off off off
Daftar Isi
Contoh 3.13. Tiga buah saklar dirangkai dan dihubungkan pada sebuah bel.
Ternyata bel tersebut hanya berbunyi apabila tepat satu saja dari ketiga saklar Layar Penuh
diatas di tekan (on). Jika sekaligus dua saklar atau lebih di-on-kan bel tidak mau
berbunyi. Tentukan bagaimana saklar-saklar tadi dirangkai. Tutup
Jawab:
Keluar
Misalkan ketiga saklar itu adalah x, y, z (kita juga bisa menggunakan
huruf besar A, B, C) hasil yang terjadi adalah sebagai berikut:
x y z keluaran FMIPA-UNEJ
1 1 1 0
1 1 0 0
1 0 1 0 Daftar Isi
1 0 0 1*)
0 1 1 0 Judul
0 1 0 1 *)
0 0 1 1*)
JJ J I II
0 0 0 0
Tanda *) menunjukkan bahwa dalam keadaan ini bel berbunyi (output = 1), 112 dari 330
yang lain padam, tidak berbunyi (output= 0). Karena banyaknya berbunyi
( 1 ) lebih sedikit kita gunakan bentuk DNF dan persamaan rangkaiannya
Cari Halaman
adalah:
xy 0 z 0 + x0 yz 0 + x0 y 0 z
Kembali
atau
(x(¬y(¬z)((¬x(y(¬z)((¬x(¬y(z).
Layar Penuh
Contoh 3.14.
(i) (x + y 0 )
Keluar
(ii) (pqr0 ) + (pr) + (pq)
Jawab :
(i) Bentuk (x + y 0 ) adalah berbentuk CNF , maka cara merubah ke ben- FMIPA-UNEJ
tuk DNF nya kita lakukan dengan mencari negasi dari komplemennya.
Komplemen bentuk ini adalah: (x + y)(x0 + y)(x0 + y 0 ). Negasi komple- Daftar Isi
mennya adalah:
(ii) Bentuk pqr0 + pr + pq, suku pertamanya sudah lengkap, tinggal suku 113 dari 330
kedua dan ketiga yang tidak lengkap. Suku kedua tidak mengandung
q. Kita bisa menganggap pr = pr.1
Cari Halaman
0
pr = pr(q + q ) identitas
= pqr + pq 0 r distributif Kembali
pq = pq.1
= pq(r + r0 ) ident. & komp. Tutup
1. p0 q + pq Daftar Isi
2. p(q + r) Judul
Jawab: JJ J I II
p0 q 0 ). Negasinya:
Cari Halaman
(pq 0 + p0 q 0 )0 = (pq 0 )(p0 q 0 )0
= (p0 + q)(p + q). Kembali
0
(p + q)(p + q)
Tutup
2. p(q + r) ; terdiri atas dua faktor, yaitu faktor pertama p tidak lengkap,
Keluar
dan faktor kedua (q + r) juga tidak lengkap
p=p+0 identitas
0
= p + (q.q ) komplemen FMIPA-UNEJ
= (p + q)(p + q 0 ) distributif
0
= ((p + q) + 0)((p + q) + 0) identitas Daftar Isi
0 0 0
= ((p + q) + (rr ))((p + q ) + (rr )) komplemen
0 0 0 0
= (p + q + r)(p + q + r )(p + q + r)(p + q + r ) distributif. Judul
(q + r) tidak mengandung p JJ J I II
(q + r) = (q + r) + 0 identitas
115 dari 330
= (q + r) + pp0 komplemen
= (q + r + p)(q + r + p0 ) distributif
Cari Halaman
Jawab :
Misalkan unsur-unsurnya adalah p dan q, maka JJ J I II
Banyaknya 1 dan 0 sama jadi bisa memakai DN F maupun CN F. Mis-
alkan 0 kita jadikan pedoman maka kita peroleh :
116 dari 330
Contoh 3.17. Suatu alat peraga logika terdiri atas tiga saklar dan sebuah
Kembali
lampu. Ternyata lampu tersebut menyala hanya apabila ketiga saklar tersebut
di-on-kan atau jika ketiga saklar di-off-kan. Tentukan persamaan rangkaiannya.
Layar Penuh
Jawab:
Lampu menyala (1 ) hanya pada dua keadaan A = B = C = 1atau A =
Tutup
B = C = 0 (A, B, C menunjukkan saklar-saklarnya ). Dengan menggunakan
nilai 1 berarti kita menuju bentuk DNF dan unsur-unsur bernilai 1 adalah
Keluar
positif, yang bernilai 0 adalah beerbentuk negasi. Dengan demikian kita
peroleh persamaannya :
y = ABC + A0 B 0 C 0 .
FMIPA-UNEJ
Contoh 3.18. Empat orang anak masing-masing Ali , Budi , Citra dan Di-
diek menghadapi saklar yang dihubungkan pada sebuah lampu. Ternyata lampu Daftar Isi
tersebut dalam keadaan:
(i) Jika Ali dan Citra meng-on-kan saklarnya sedangkan Budi dan Didiek Judul
tidak, lampu menyala.
(ii) Jika Citra sendiri meng-onkan saklarnya sedang yang lainnya tidak, JJ J I II
lampu menyala.
117 dari 330
(iii) Jika keempat-empatnya serempak meng-on-kan saklarnya lampu menyala.
Untuk keadaan yang lain-lainnya lampu padam. Tentukan persamaan
rangkaiannya. Cari Halaman
Jawab:
Misalkan saklar yang mereka hadapi adalah A, B, C, D. Untuk menye- Kembali
lesaikan ini kita bisa membuat semacam tabel kebenarannya atau langsung
dengan hanya memperhatikan keadaan-keadaan pada saat lampunya menyala Layar Penuh
yaitu :
(i) hanya Ali dan Citra yang meng-onkan lampu Tutup
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.8. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh aplikasi logika atau aljabar Boole dalam aljabar
jaringan listrik selain beberapa sumber yang telah dikutip sebelumnya. Se- FMIPA-UNEJ
lain itu dapat juga dibaca beberapa sumber lain diantaranya Lipschutz [9],
Nissanke [14], Sulistyaningsih [19] dan Siang [17].
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
3.9. Soal-soal Latihan
1. Tentukan persamaan yang paling sederhana dari bentuk yang mem-
punyai karakteristik berikut: FMIPA-UNEJ
(a) 01010001
Daftar Isi
(b) 01101111
(c) 00110011 Judul
(d) 00111011
JJ J I II
2. Pikirkan persamaan rangkaian listrik dengan tiga saklar A, B, C dengan
ketentuan: 120 dari 330
(a) Arus mengalir setiap kali A on dan C off kecuali jika sekaligus A
Cari Halaman
dan B on (arus tidak mengalir).
(b) Jika B on dan A dan C off arus mengalir.
Kembali
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
KUANTOR
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan materi ada bab ini diharapkan memahami kuantor
serta mampu menggunakannya dalam menyelesikan soal-soal logika yang FMIPA-UNEJ
mengandung kuantor.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan materi ada bab ini diharapkan dapat
FMIPA-UNEJ
1. memberi contoh tetapan dan peubah
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Tetapan dan peubah
FMIPA-UNEJ
2. Kalimat matematika, kalimat terbuka, kalimat tertutup
4. Negasi kuantor
Judul
5. Contoh penyanggah
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.1. Tetapan dan Peubah
Dalam matematika, notasi yang melambangkan unsur dibedakan atas dua
macam yaitu yang mewakili unsur yang bersifat tetap dan unsur yang berubah. FMIPA-UNEJ
Definisi 4.1.1. Tetapan atau konstanta adalah lambang yang mewakili Daftar Isi
suatu elemen tertentu yang bersifat khusus atau bersifat tetap dalam suatu
semesta pembicaraan. Judul
Contoh 4.1. Dalam pernyataan-pernyataan berikut, simbol yang digaris bawahi Kembali
adalah suatu tetapan.
Definisi 4.1.3. Peubah atau variabel adalah lambang yang masih mewak-
ili suatu elemen umum yang belum dikhususkan atau yang nilainya berubah- Judul
ubah pada semesta pembicarannya.
JJ J I II
Tutup
Keluar
4.2. Kalimat matematika, kalimat terbuka, kalimat ter-
tutup
FMIPA-UNEJ
Dalam pembahasan matematika, banyak dilibatkan kalimat-kalimat ataupun
pernyataan-pernyataan yang memuat simbol-simbol matematika. Kalimat-
kalimat tersebut ada yang berbentuk pernyataan ada yang tidak. Daftar Isi
Definisi 4.2.1. Kalimat matematika adalah kalimat yang memuat simbol- Judul
simbol matematika seperti peubah, tetapan dan operator lainnya.
Definisi 4.2.2. Kalimat matematika terbuka adalah kalimat matem- JJ J I II
atika yang belum bisa dinilai benar atau salah.
Definisi 4.2.3. Kalimat matematika tertutup (disebut juga pernyataan 129 dari 330
matematis) adalah kalimat matematika yang sudah bisa dinilai benar atau
salah. Cari Halaman
Kembali
Contoh 4.3. Kalimat p(x) : x + 2 ≥ 7, adalah suatu kalimat matematika
terbuka, karena belum bisa dinilai bear atau salah. Misalkan semesta pem-
bicaraannya adalah himpunan semua bilangan real. Berarti x adalah anggota Layar Penuh
dari himpunan bilangan real. Jika kita gantikan x dengan sembarang bilangan
real x ≥ 5 maka terbentuklah pernyataan yang bernilai benar. Sebaliknya jika
Tutup
kita gantikan x dengan bilangan-bilangan x < 5 , maka terbentuk pernyataan
yang bernilai salah.
Keluar
Pada kalimat terbuka p(x) dengan semesta U , setiap kali kita mengambil
elemen u dari U , maka p(x) = p(u) bernilai tepat salah satu benar atau
salah . Semua elemen x ∈ U yang menyebabkan p(x) bernilai benar disebut
himpunan penyelesaian/ himpunan kebenaran (truth set/ solution set) dari FMIPA-UNEJ
p dan dinotasika dengan Tp .
Daftar Isi
Cari Halaman
Contoh 4.4.
Kembali
(i) Perhatikan kalimat terbuka : x + 2 ≥ 10, x bilangan asli, maka Tp =
{x ≥ 8, x bilagan asli }.
Layar Penuh
2
(ii) Misalkan p(x); x < 0 ; x bilangan real, maka Tp = ∅
Tutup
(iii) Misalkan p(y); y 2 ≥ 0; y bilangan real, maka Tp = U = <. Semua
bilangan real jika dikuadratkan akan lebih atau sama dengan nol.
Keluar
Teorema 4.2.2. Suatu kalimat terbuka dapat dinyatakan kalimat tertutup
dengan menggantikan peubahnya dengan tetapan dari semesta pembicaraan-
FMIPA-UNEJ
nya.
Daftar Isi
Contoh 4.5.
Judul
(i) Misalkan p(n) : n + 2 > 8 adalah kalimat terbuka, misalnya pada
semesta N (himpunan semua bilangan asli), maka
JJ J I II
(a) p(2) : 2 + 2 > 8 adalah pernyataan salah.
(b) p(8) : 8 + 2 > 8 adalah pernyataan benar. 131 dari 330
Telah disampaikan diatas bahwa jika p(x) kalimat terbuka pada semesta
U maka p(x) bisa benar untuk semua x ∈ U , yaitu Tp = U . Benar un- Layar Penuh
tuk beberapa atau tak satu pun x ∈ U . Secara implisit ini berarti dengan
memberikan kata -kata : Setiap, beberapa atau tak satupun , di depan kali-
Tutup
mat terbuka tasi maka kalimat terbuka tadi maka kalimat terbuka tadi akan
menjadi pernyataan yang bernilai benar atau salah.
Keluar
Contoh 4.6.
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.3. Kuantor
Istilah-istilah : terdapat , semua/ setiap, dengan demikian, dan sejenis-
nya, dapat digunakan untuk mengukur keberadaan himpunan penyelesa- FMIPA-UNEJ
ian (unsur-unsur yang menyebabkan p(x) bernilai benar). Kata-kata ini
dalam logika disebut kuantor/ quantifier (to quantify = mengukur). Kuantor
Daftar Isi
dibedakan menjadi kuantor universal dan kuantor eksistensial.
Judul
4.3.1. Kuantor Universal
Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka pada semesta U maka JJ J I II
Layar Penuh
Definisi 4.3.1. Nilai kebenaran pernyataan yang mengandung kuantor uni-
versal adalah
Tutup
τ ∀x, p(x) = 1 jika dan hanya jika Tp = U.
Keluar
Contoh 4.7. Misalkan
(i) p(x) : x + 2 ≥ 3 dengan semesta N , maka Tp = N . sehingga ∀x ∈
FMIPA-UNEJ
N, x + 2 ≥ 3 adalah benar. Demikian juga dengan
(ii) p(x) : x + 2 = 10 dengan semesta N maka Tp = {8}, sehingga ∀x ∈
N, x + 2 = 10 adalah salah. Daftar Isi
JJ J I II
4.3.2. Kuantor Eksistensial
Misalkan p adalah suatu kalimat terbuka pada semesta U , maka: 134 dari 330
Contoh 4.9. Notasi logika dari pernyataan “terdapat bilangan asli sedemikian
135 dari 330
sehingga kuadratnya lebih dari 26 tetapi tidak lebih dari 100” adalah ∃x ∈ N, 3
26 < x2 ≤ 100.
Cari Halaman
Kuantor Universal dan eksistensial masing-masing dapat digunakan un-
tuk mendefinisikan Irisan dan gabungan dari keluarga himpunan {Ai , i =
Kembali
1, 2, 3, · · · };
(i) Irisan (Interseksi) keluarga himpunan. adalah himpunan yang berang- Layar Penuh
gotakan unsur-unsur yang muncul pada setiap himpunan, yaitu:
\ Tutup
Ai = {x|x ∈ Ai , ∀i ∈ I}
i∈I
Keluar
(ii) Gabungan (Union) dari keluarga himpunan adalah himpunan yang
beranggotakan unsur-unsur yang cukup muncul pada salah satu him-
punan Ai tadi [
Ai = {x|∃i ∈ I 3 x ∈ Ai} FMIPA-UNEJ
i∈I
Pembahasan yang lebih rinci akan disampaikan pada Bab Pada Bab 6. Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.4. Negasi Kuantor
Seperti halnya pada pernyataan tanpa kuantor, pada dasarnya negasi diper-
oleh dengan melakukan penyangkalan terhadap kalimat bersangkutan. Mis- FMIPA-UNEJ
alnya penyangkalan terhadap pernyataan : “Semua manusia berhati dengki”,
mengandung pengertian bahwa tidak semua manusia berhati dengki, atau,
Daftar Isi
“setidak-tidaknya ada satu manusia yang tidak berhati dengki”. Secara sim-
bolis dapat dituliskan:
Judul
(∀x ∈ M )(x berhati dengki )) ≡ ∀x ∈ M, d(x)
¬ ∀x ∈ M )(x berhati dengki ) ≡ ¬ ∀x ∈ M, d(x) JJ J I II
∃(x ∈ M )(x tidak berhati dengki) ≡ ∃x ∈ M 3 d(x)
137 dari 330
Jawab:
138 dari 330
Notasi : p ≡ (∀x ∈ M )(x dapat mati)
≡ (∀x ∈ M )m(x)
Negasi : ¬p ≡ (∃x ∈ M ), 3 (xtidak dapat mati) Cari Halaman
≡ (∃x ∈ M ), 3 (m(x))
Ada manusia yang tidak dapat mati. Kembali
Selanjutnya negasi dari pernyataan yang mengandung kuantor eksisten- Layar Penuh
sial dicari dengan cara yang sama. Misalnya sanggahan terhadap perny-
ataan:“Ada manusia yang bisa terbang” adalah: “Tidak benar (mustahil)
Tutup
ada manusia yang dapat terbang”. Pernyataan ini mengandung arti bahwa
semua manusia tidak dapat terbang. Secara simbolis kita dapat ditulis:
Keluar
∃xh ∈ M 3 x dapat terbang i ≡ ∃x ∈ M, t(x)
¬ ∃x ∈ M (xdapat terbang) ≡ ¬ x ∈ M, t(x)
∀x ∈ M (x tidak dapat terbang) ≡ ∀x ∈ M, t(x)
FMIPA-UNEJ
Jadi, secara umum kita peroleh
h i
¬ (∃x) 3 q(x)) = ∀x, q(x). (4.2) Daftar Isi
Negasi : ∀x ∈ P, g(x)
: semua bilangan prima, tidak genap. Layar Penuh
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.5. Notasi lain untuk ∀ dan ∃
Misalkan U = {2, 3, 5} dan p(x): x adalah bilangan prima, maka pernyataan
: “2 adalah bilangan prima dan 3 adalah bilangan prima dan 5 adalah bi- FMIPA-UNEJ
langan prima” dapat dinotasikan dengan : p(8) ∧ p(3) ∧ p(5) = ∀u ∈ U, p(u).
Pernyataan ini berarti: “setiap u ∈ U bersifat p(u). Jadi kita peroleh :
Daftar Isi
^
∀u ∈ U, p(u) ≡ p(u) (4.3)
u∈U Judul
Tutup
Keluar
4.6. Kuantor, Disjungsi, Konjungsi dan Implikasi
Penggunaan kuantor dapat bersama-sama dengan konektif atau perakit -
perakit pernyataan seperti dijungsi, konjungsi maupun implikasi. FMIPA-UNEJ
Contoh 4.12. Berikut ini adalah beberapa contoh kuantor yang bergabung
dengan beberapa perakit logika yang telah dipelajari. Daftar Isi
1. Untuk semua bilangan asli, jika dia prima (P), maka dia ganjil (G)
Judul
∀x ∈ B, G(x)∨A(x)
Keluar
Apabila P (x) adalah kalimat majemuk yang mengandung perakit, maka
negasinya adalah h i
¬ (∀x) P (x)) = ∃x, 3 p(x). (4.5)
FMIPA-UNEJ
demikian juga h i
¬ (∃x) 3 q(x)) = ∀x, q(x). (4.6) Daftar Isi
dengan P (x) maupun Q(x) mengikuti aturan negasi perakit seperti hukum
Judul
De Morgan.
Berikut adalah negasi dari pernyataan berkuantor yang bergabung den-
gan beberapa perakit logika seperti pada contoh-contoh berikut JJ J I II
Contoh 4.13. Ada bilangan asli yang prima(P) tetapi tidak ganjil(G) 143 dari 330
∃x ∈ N, 3 P (x) ∧ ¬G(x)
Cari Halaman
Contoh 4.14. Ada segitiga sama sisi (S) yang tidak sama kaki(K).
Kembali
∃x ∈ G, S(x) ∧ ¬K(x)
Layar Penuh
Contoh 4.15. Semua bilangan prima (P) tidak genap (A). Pernyataan ini ekuiv-
alen dengan “untuk semua bilangan asli (N) jika dia prima (P) maka dia tidak
genap (A)”. Tutup
∀x ∈ N, P (x) → ¬A(x)
Keluar
Contoh 4.16. Ada bilangan bulat yang tidak ganjil dan tidak genap atau ada
bilangan bulat yang sekaligus ganjil dan genap.
" #
FMIPA-UNEJ
∃x ∈ B, ¬G(x) ∧ ¬A(x) ∨ G(x) ∧ A(x)
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.7. Contoh Penyanggah/ Contoh Kontra
Perhatikan bahwa ¬∀x, P (x) ≡ ∃x, P (x) yang dapat diartikan bahwa perny-
ataan “tidak benar bahwa semua x bersifat P , ekuivalen dengan perny- FMIPA-UNEJ
JJ J I II
Teorema 4.7.1. Pernyataan ∀x, p(x) bernilai salah jika ada contoh penyang-
gahnya dan bernilai benar jika tidak ada contoh penyanggahnya.
145 dari 330
∃x, 6 p(x) ⇒ τ ∀x, p(x) = 0
6 ∃x, 6 p(x) ⇒ τ ∀x, p(x) = 1 Cari Halaman
Pada contoh-contoh berikut kita dapat menentukan nilai kebenaran perny- Kembali
|x| ≯ 0.
1 Tutup
Contoh 4.18. Pernyataan ∀x, x2 > x bernilai salah karena ada x = 2
dengan
1 1
2
x = 4 ≯ x= 2
Keluar
Contoh 4.19. Semua bilangan prima (P) adalah ganjil (G) atau untuk setiap
bilangan riil, jika dia prima pastilah ganjil.
∀x, x ∈ P →∈ G FMIPA-UNEJ
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.8. Kuantor dan kalimat terbuka lebih dari satu peubah
Untuk kalimat terbuka dengan lebih dari satu peubah, pada prinsipnya tiap-
tiap peubah disajikan dengan kuantor masing-masing. Misalkan ada beber- FMIPA-UNEJ
apa himpuan A1 , A2 , · · · , An . Suatu kalimat terbuka pada A1 × A2 × · · · × An
dinotasikan dengan p(x1 , x2 , · · · , xn ) dengan sifat bahwa p(x1 , x2 , · · · , xn )
Daftar Isi
bernilai benar atau salah (tetapi tidak keduanya) untuk suatu (x1 , x2 , · · · , xn ) ∈
A1 × A2 × · · · × An
Judul
Contoh 4.21. Misalkan M adalah himpunan laki-laki dan W adalah himpunan
perempuan, maka: “x suami dari y” adalah kalimat terbuka pada M × W dan
kalimat : “x istri dari y” adalah kalimat terbuka pada W × M . JJ J I II
ii Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa ada x ∈ U yang berlaku Daftar Isi
untuk semua y ∈ U sedemikian sehingga x2 +y 2 < 14. Dari pernyataan
[i] di atas terlihat bahwa jika kita ambil x = 1, 2, maka nilai x ini
berlaku untuk semua y ∈ U sedemikian sehingga x2 + y 2 < 14. Jadi Judul
3 3 3 18 18 B
JJ J I II
Teorema 4.8.1. Jika x dan y berasal dari semesta yang sama, maka berlaku
1. ∀x, ∀y p(x, y) ≡ ∀x, y p(x, y) ≡ ∀y, ∀x p(x, y) 149 dari 330
Keluar
4.9. Beberapa Bentuk Khusus
Selain kuantor dalam bentuk umum ∀ dan ∃ ada bentuk kuantor khusus
seperti pada berikut ini, yang berlaku apabila peubahnya berasal dari semesta FMIPA-UNEJ
yang sama. Apabila semestanya tidak sama, maka sifat-sifat tersebut belum
tentu berlaku.
Daftar Isi
1. Terdapat dengan tunggal x yang bersifat p.
∃! x p(x) Judul
3. Setidaknya ada dua objek bersifat p. Berarti ada dua objek yang tidak Cari Halaman
sama masing-masing bersifat p.
∃x, y (x 6= y) ∧ p(x) ∧ p(y) Kembali
4. Tepat ada dua objek bersifat p. Berarti ada dua objek yang tidak sama Layar Penuh
masing-masing bersifat p dan setiap objek ketiga yang bersifat p, maka
objek ketiga ini pasti sama dengan salah satu dua objek pertama.
Tutup
∃x, y (x 6= y) ∧ p(x) ∧ p(y) ∧ (∀z) p(z) ⇒ (z = x ∨ z = y)
Keluar
5. Sebanyak-banyaknya ada dua objek bersifat p. Berarti bisa ada dua,
satu atau tidak ada objek yang bersifat p.
∀x, y, z p(x) ∧ p(y) ∧ p(z) ⇒ (x = y) ∨ (x = z) ∨ (y = z) FMIPA-UNEJ
∃x p(x)
Judul
Contoh 4.24.
Misalkan M = { Pak Ali, Pak Amir,Pak Budi } merupakan JJ J I II
himpunan suami
W = { Ny. Budi, Ny. Amir, Ny. Ali, Ny. Ton, Ny. Hasan }
151 dari 330
merupakan himpunan istri.
s(x, y) : x suami y
t(x, y) : x istri y Cari Halaman
i ∀x ∈ M, ∃y ∈ W, s(x, y).
Layar Penuh
ii ∃y ∈ W, ∀x ∈ M, s(x, y).
iv ∃x ∈ W, ∃y ∈ M, t(x, y).
Keluar
v ∀x ∈ W, ∃y ∈ M, t(x, y).
Jawab:
FMIPA-UNEJ
i Pernyataan ∀x ∈ M, ∃y ∈ W, s(x, y) berarti bahwa untuk setiap orang
anggota M terdapat perempuan anggota W sedemikian sehingga x
suami y. Dengan kata lain setiap suami di M ada istrinya di W . Perny- Daftar Isi
ataan ini benar.
iii Pernyataan ∃x ∈ W, ∃y ∈ M, s(x, y) berarti dari anggota M dan W 152 dari 330
Keluar
4.10. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini dapat dibaca beberapa
sumber yang telah dikutip sebelumnya. Slain itu dapat juga dibaca beberapa FMIPA-UNEJ
sumber lain di antaranya Enderton [4], Thomas [20], Gemignani [6], Polimeni
& Straight [15], Fletcher et al. [5].
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
4.11. Latihan
1. Bubuhkan tanda kuantor yang paling tepat (6 ∃, ∃!, ∃, ∀) sehingga pernyataan-
pernyataan berikut menjadi benar untuk semesta pembicaraan <. Se- FMIPA-UNEJ
lanjutnya berikan himpunan penyelesaiannya.
(a) (. . . x) x2 = 0 Daftar Isi
(b) (. . . x) cos xo = 3
(c) (. . . x) x2 + 2x + 1 = 0 Judul
(d) (. . . x) x2 + 5x + 6 = 0
JJ J I II
(e) (. . . x) x2 + 2x + 4 = 0
(f) (. . . x) (. . . y) x > y
154 dari 330
(g) (. . . x (. . . y) xy = y
(h) (. . . x (. . . y) (. . . z) x = y = z
Cari Halaman
(i) (. . . x (. . . y) (. . . z) x + y = z
2. Bubuhkan tanda kuantor yang paling tepat (6 ∃, ∃!, ∃, ∀) sehingga pernyataan- Kembali
3. Misalkan
Daftar Isi
M (x) : x adalah manusia
P (x) : x adalah pria
W (x) : x adalah wanita Judul
r(x) : x suka merokok
q(x, y) : x dan y saling mencintai
JJ J I II
t(x, y) : x lebih cerdas dari y
Untuk masing-masing soal berikut tentukan simbol logikanya, simbol negasinya
155 dari 330
dan pengucapan negasinya. Selanjutnya dengan menggunakan dunia
riil sebagai semesta tentukan yang mana dari pernyataan (atau ne-
gasinya) yang bernilai benar. Cari Halaman
(d) ∀x∃y 3 xy = x
JJ J I II
(e) ∃x∀y 3 xy = y
(f) ∀(x, y) p(x) ∨ q(x)
156 dari 330
(g) ∀(x, y) p(x, y) → q(x, y)
o sin xo
(f) tan x = untuk semesta bilangan riil.
cos xo Judul
pernyataan-pernyataan berikut.
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
PENALARAN LOGIS
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah meyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan memahami
tehnik-tehnik penarikan kesimpulan yang valid baik secara langsung (deduk- FMIPA-UNEJ
tif), tak langsung, maupun secara induktif. Nantinya diharapkan mampu
menerapkannya dalam pembuktian teorema-teorema di berbagai bidang matem-
Daftar Isi
atika.
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah meyelesaikan materi pada bab ini pembaca diharapkan dapat
FMIPA-UNEJ
1. menyebutkan definisi argumen
2. mengguakan berbagai bentuk argumen yang valid dalam menrik kes- Daftar Isi
impulan
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Argumen
FMIPA-UNEJ
2. Bentuk-Bentuk argumen yang valid
4. Induksi Matematika
Judul
5. Argumen berkuantor
6. Sesat Pikir JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.1. Argumen
Definisi 5.1.1. Argumen adalah suatu proposisi/ pernyataan majemuk yang FMIPA-UNEJ
memuat sekumpulan pernyataan-pernyataan P1 , P2 , ...Pn (disebut premis) dan
diikuti suatu pernyataan lain Q yang disebut disebut konklusi /kesimpulan.
Daftar Isi
Cari Halaman
Definisi 5.1.2. Suatu argumen dikatakan valid jika kesimpulannya meru-
pakan implikasi logis dari premis-premisnya, yaitu:
Kembali
P1 , P2 , . . . Pn ` Q jhj P1 ∧ P2 ∧ P3 ∧ · · · ∧ P n ⇒ Q atau
P1 ∧ P2 ∧ P3 ∧ · · · ∧ P n → Q ≡ T
Layar Penuh
Karena suatu tautologi akan tetap benar tanpa bergantung pada isi pernyataan-
Tutup
pernyataannya maka vadilitas argumen juga tidak bergantung pada isi pernyataan-
pernyataan baik pada premis maupun konklusinya. Ia hanya bergantung
Keluar
pada bentuknya, apakah suatu tautologi atau tidak. Ini adalah ciri khas
dari logika matematika yang bersifat formal. Untuk lebih jelasnya berikut
dikutipkan pendapat Lipschutz (1974:27) berikut :
FMIPA-UNEJ
We emphasize that the validity of an argument does not depend
upon the truth values nor the content of the statement appearing
Daftar Isi
in the argument, but upon the particular form of the argument.
(p → q, q → r) → (p → r)
Layar Penuh
(p → q, q → r) ⇒ (p → r)
Keluar
Jadi penalaran diatas adalah benar/ logis/ valid, terlepas dari keadaan
yang sebenarnya (the concrete situation).
kata-kata jadi, oleh karena itu, kesimpulan, dalam matematika sering
dinotasikan dengan ∴. FMIPA-UNEJ
Contoh 5.2.
Daftar Isi
P1 : Jika dua sisi segitiga sama panjang maka sudut-sudut
dihadapannya sama besar
Judul
P2 : Sudut dihadapannya sama besar
Q : Jadi sisi (dua sisi) segitiga sama panjang.
Sepintas kesimpulan di atas nampak valid, karena pernyataan kesimpulan JJ J I II
sesuai dengan kenyataan sifat-sifat dalam geometri. Tetapi dilihat dari cara
penarikan kesimpulannya, penalaran diatas tidak sah /sesat. Kita dapat
167 dari 330
menyelidiki bahwa bentuk:
(p → q) ∧ q → r Cari Halaman
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.2. Bentuk-Bentuk Argumen Yang Valid
Telah diuraikan di depan bahwa validitas suatu argumen bergantung pada
bentuknya apakah merupakan implikasi logis atau tidak. Dengan demikian FMIPA-UNEJ
sembarang implikasi logis dapat dijadikan argumen yang valid. Berikut ini
diberikan beberapa bentuk implikasi logis yang umum dipakai dalam pe-
Daftar Isi
narikan kesimpulan.
1. Simplifikasi Judul
Bentuk umum
p∧q `p JJ J I II
p∧q `q
168 dari 330
Simplifikasi ini merupakan penalaran yang paling sederhana dan den-
gan mudah dapat dipahami bahwa jika p∧q benar maka baik p maupun
q adalah benar. Cari Halaman
Contoh 5.3.
Kembali
2. Konjungsi
Tutup
Bentuk umum :
p, q ` p ∧ q
Keluar
Contoh 5.4.
Contoh 5.5.
169 dari 330
4. Silogisme disjungtif
Kembali
Bentuk umum :
p ∨ q, ¬p ` q
Layar Penuh
Contoh 5.6.
Keluar
2 atau 8 adalah bilangan prima
8 bukan bilangan prima
2 adalah bilangan prima
FMIPA-UNEJ
Contoh 5.7.
Contoh 5.9.
Jika matahari terbit dari barat maka manusia tidak pernah mati JJ J I II
Matahari terbit dari barat
Manusia tidak pernah mati
171 dari 330
7. Modus Tolens
Bentuk umum : Cari Halaman
p → q, ¬q ` ¬p
Bukti : Kembali
(p → q) ∧ ¬q ≡ (¬p ∨ q) ∧ ¬q EDI
≡ (¬p ∧ ¬q) ∨ (q ∧ ¬q) distributif Layar Penuh
⇒ ¬p simplifikasi
Keluar
Pada penerapan hukum simplifikasi di atas ¬p∧¬q karena ¬q diketahui,
maka tidak perlu digunakan sebagai kesimpulan dan kesimpulan kita
adalah ¬p.
FMIPA-UNEJ
8. Silogisme Hipotetik
Bentuk umum :
Daftar Isi
p → q, q → r ` p → r
Salah satu cara untuk membuktikannya adalah sebagai berikut ini.
Judul
Misalkan:
JJ J I II
P1 : p → r
172 dari 330
P2 : q → r
Andaikan p Kembali
Contoh 5.10.
JJ J I II
Jika hari hujan maka tanah basah
Jika kamu datang maka saya senang 173 dari 330
Hari ini hujan atau kamu datang
Tanah basah atau saya senang
Cari Halaman
Bentuk lain, yang lebih sederhana dari Dilema konstruktif ini adalah:
Contoh 5.11.
Keluar
Jika hari hujan maka tanah basah
Jika tanah disiram maka tanah basah
Hari hujan atau tanah disiram
Maka tanah basah FMIPA-UNEJ
Karena q adalah syarat perlu untuk p dan s syarat perlu untuk r maka, JJ J I II
jika q atau s tidak terjadi maka p atau r juga tidak terjadi.
174 dari 330
Contoh 5.12.
Cari Halaman
Jika hari hujan maka tanah basah
Jika kamu datang maka saya senang
Tanah tidak basah atau saya tidak senang Kembali
Contoh 5.13.
Keluar
Jika suatu bilangan asli maka bilangan itu bulat
Jika
√ suatu bilangan asli maka bilangan itu rasional
√2 tidak sekaligus bulat dan rasional
2 bukan bilangan asli FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.3. Pembuktian Tidak Langsung
Kadang-kadang dalam membuktikan suatu pernyataan matematis kita tidak
dapat/ tidak praktis membuktikan langsung dari premis-premisnya. Beber- FMIPA-UNEJ
apa cara pembuktian yang umum dikelompokkan ke dalam bukti tidak lang-
sung ini adalah :
Daftar Isi
Contoh 5.14.
Daftar Isi
p: setiap bilangan prima adalah ganjil.
Jika kita ingin menunjukkan bahwa p adalah salah, maka kita dapat
melakukannya dengan menunjukkan bahwa ¬p adalah benar, dengan ¬p Judul
adalah “ada bilangan prima yang tidak ganjil”. Pernyataan ini (¬p) adalah
pernyataan yang bernilai benar, yaitu ada xo = 2 yang merupakan bilangan JJ J I II
prima tidak ganjil. 2 disebut contoh penyanggah dari pernyataan p.
Contoh 5.15. p: setiap bilangan asli adalah bulat. 177 dari 330
Negasi pernyataan tersebut, ¬p adalah: “terdapat bilangan asli yang Cari Halaman
tidak bulat”. Penyataan ¬p tidak benar, karena tidak ada bilangan asli
yang tidak bulat (contoh kontranya tidak ada, ∅). Jadi pernyataan p benar.
Kembali
Pernyataan x ∈ ∅ adalah suatu kontradiksi, sebab ∅ tidak pernah memiliki Cari Halaman
suatu elemen. Ini berarti pengandaian harus diingkar, yaitu yang bear adalah
¬(¬p) ≡ p. Kesimpulannya, yang benar adalah p : ∅ ⊆ H
Kembali
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.4. Induksi Matematika
Dalam matematika khususnya yang menyangkut himpunan bilangan asli
dikenal juga pembuktian lain yang disebut Induksi Matematika/ Induksi FMIPA-UNEJ
Lengkap. Sebenarnya pembuktian ini bukanlah induksi tetapi suatu deduksi
yang di dasarkan atas aksioma/ postulat Peano tentang bilangan asli. Pos-
Daftar Isi
tulat dari Peano menyatakan bahwa
Sembarang subset K dari N dengan sifat
Judul
1. 1 ∈ K.
Contoh 5.17.
Keluar
Buktikan, bahwa untuk semua n ∈ N berlaku
1 + 2 + 3 + · · · + n = 1/2n(n + 1)
FMIPA-UNEJ
Bukti :
i Periksa untuk n = 1
Daftar Isi
1 = 1/2(1 + 1) (Benar)
Judul
ii Misalkan untuk sembarang k berlaku :
1 + 2 + ... + k = 1/2k(k + 1) JJ J I II
1
1 + 2 + ... + k + k + 1 = k(k + 1) + (k + 1)
2 Cari Halaman
1
= (k + 1)( k + 1)
2
Kembali
1
= (k + 1)(k + 2)
2
1 Layar Penuh
= (k + 1)(k + 1 + 1)
2
1
= k ∗ (k ∗ + 1) untuk k ∗ = k + 1 Tutup
2
Keluar
5.5. Argumen berkuantor
5.5.1. Translasi kuantor universal dan eksistensial
FMIPA-UNEJ
Perhatikan empat pernyataan berikut :
(i) Setiap/ semua P bersifat Q
Daftar Isi
Judul
h i
(ii) ¬ ∃x, 3 P (x) ∧ Q(x)
JJ J I II
(iii) ∃x, 3 P (x) ∧ Q(x)
(i) (∀x)(P (x) → Q(x)) ≡ ¬(∃x) P (x) ∧ Q(x)
Kembali
(ii) (∀x) P (x) → Q(x) ≡ ¬(∃x) P (x) ∧ Q(x)
Layar Penuh
(iii) ¬(∀x) P (x) → Q(x) ≡ (∃x) P (x) ∧ Q(x)
Tutup
(iv) ¬(∀x) P (x) → Q(x) ≡ (∃x) P (x) ∧ Q(x)
Keluar
5.5.2. Spesifikasi Universal, Spesifikasi Eksistensial
Perhatikan pernyataan : (∀x)(P (x)), yang berarti kita dapat mengambil
tetapan a ∈ U , secara bebas dan kita peroleh P (a). Jadi kita telah mengkhususkan
FMIPA-UNEJ
dari peubah x ke suatu tetapan a, dengan kata lain kita memberikan con-
toh. Prinsip ini disebut dengan Spesifikasi Universal (US = Universally
Specified = UI = Universal Instantiation). Perhatikan bahwa pemunculan a Daftar Isi
di sini adalah bebas (free occurrence) karena P (x) berlaku untuk semua x.
U S : (∀x)(p(x)) ` P (a), a ∈ U (bebas) Judul
Sebaliknya dari pernyataan (∃x)(P (x)), kita hanya dapat mengambil el-
emen (tetapan) a tertentu yang bersifat P atau P (a). Dengan demikian JJ J I II
kita juga dapat mengambil contoh ataupun menspesifikasikan yang disebut
pengambilan 184 dari 330
Spesifikasi Eksistensial (ES = EI = Existentially Specified = Existentially
Instantiation).
Cari Halaman
ES : (∃x)(P (x)) ` P (a), a ∈ U (terbatas)
Kembali
5.5.3. Generalisasi Universal dan Generalisasi Eksistensial
Apabila untuk sembarang (arbitrary) a kita menemukan P (a) maka kita da- Layar Penuh
pat menggeneralisasikan bahwa setiap x, P (x). Ingat bahwa a diambil secara
sembarang (arbitrarily selected). Generalisasi ini disebut Generalisasi Uni-
Tutup
versal (UG).
U G : a ∈ U, P (a)(∀x)(P (x))asembarang
Keluar
Apabila a adalah elemen teretentu (diambil dengan memilih beberapa
saja ), maka kita dapat mengadakan generalisasi yaitu terdapat x yang bersi-
fat P , prinsip ini disebut Generalisasi Eksistensial (EG)
FMIPA-UNEJ
EG : (a ∈ U ), P (a)(∃x)(P (x))atertentu
Secara umum apabila premis-premisnya hanya memuat kuantor universal Daftar Isi
dan kita hanya menggunakan U S dan U G persoalannya agak mudah diband-
ingkan dengan penggunaan kuantor universal dan eksistensial bersama-sama
Judul
ES dan EG. Untuk itu perlu diperhatikan dalam penggunaannys:
(i) Tidak benar
JJ J I II
(∃x)(x 6= y) ` (y 6= y)
Ada suatu x yang tidak sama dengan y. x yang dimaksud adalah x 6= y
185 dari 330
jadi x tidak dapat digantikan dengan y
(ii) Kita tidak dapat menggunakan ES sebagai kesimpulan dari
Cari Halaman
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.6. Sesat Pikir
Penarikan kesimpulan dengan menggunakan argumen yang tidak valid dikatakan
sesat pikir. FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Contoh 5.18.
Judul
Jika hari hujan maka tanah basah
Tanah basah
Hari hujan JJ J I II
Penarikan kesimpulan hari hujan dari tanah basah adalah tidak sah /
sesat. Kita dapat membuktikan bahwa (p → q) ∧ q → p adalah bukan 187 dari 330
tautologi.
Cari Halaman
Contoh 5.19.
Kembali
(p ↔ q), q ` p
188 dari 330
dua-duanya valid.
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.7. Sistem Deduktif dalam Matematika
Teori matematika (yang lebih sering disebut sebagai matematika murni) da-
pat dipandang suatu sistem deduktif yang tidak harus terkait dengan dunia FMIPA-UNEJ
nyata. Sebagai sistem deduktif matematika terdiri atas beberapa komponen
diantaranya:
Daftar Isi
4. teorema atau proposisi yang merupakan sekumpulan sifat-sifat yang 189 dari 330
murni.
Beberapa sistem aksioma yang penting yang banyak dikenal dalam matem- JJ J I II
atika diantaranya adalah Sistem Aksioma Aljabar Boole dan beberapa
struktur dalam matematika seperti grup/kelompok, ring/gelanggang
190 dari 330
dan field/medan. Sistem aksioma ini banyak dibahas dalam aljabar ab-
strak.
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.8. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini selain beberapa sumber
yang telah dikutip sebelumnya, dapat juga dibaca beberapa sumber lain FMIPA-UNEJ
diantaranya Enderton [4], Thomas [20], Gemignani [6], Lipschutz [9], dan
Polimeni & Straight [15]. Sedangkan untuk melihat beberapa contoh sistem
Daftar Isi
aksioma dalam matematika dapat dibaca beberapa referensi tentang aljabar
boole maupun aljabar abstrak.
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
5.9. Soal-soal Latihan
1. Selidiki apakah argumen-argumen beriku valid atau tidak.
FMIPA-UNEJ
(a) p → q, q → p ` p ↔ q
(b) p → q, ¬p ` ¬q Daftar Isi
(c) p → q, ¬p ` q
(d) p → q, r → q ` r → ¬p Judul
(b) Argumen
Jika 2 bilangan genap maka 7 bilangan prima Kembali
7 bukan bilangan prima atau 9 bilangan sempurna
9 adalah bilangan sempurna
Layar Penuh
(c) Argumen
Setiap manusia adalah makhluk Tuhan
Tutup
Setan adalah makhluk Tuhan
Setan adalah manusia
Keluar
(d) Argumen
Semua bujur sangkar adalah persegi panjang
Tidak ada persegi panjang yang bukan jajaran genjang
Bujur sangkar adalah jajaran genjang FMIPA-UNEJ
(e) Argumen
Daftar Isi
Jika matahari terbit dari barat maka 2 + 2 = 5
Jika manusia bermuka dua maka matahari terbit dari barat
2 + 2 6= 5 Judul
(a) Argumen
Cari Halaman
Setiap manusia adalah hewan
Einstein adalah manusia
K ............................................... Kembali
(b) Argumen
Layar Penuh
Siti adalah mahasiswa
Siti adalah pegawai negeri
K .................................................. Tutup
(c) Argumen
Keluar
Saya naik kelas atau tidak diberi hadiah
Saya tidak naik kelas atau saya senang
Saya tidak senang
K ........................................................ FMIPA-UNEJ
(d) Argumen
Atau ayah atau ibu menjemput adik (tapi tidak keduanya) Daftar Isi
Ayah menjemput adik
K ..............................................................
Judul
(e) Argumen
Jika 2 + 3 = 5 maka 6 adalah bilangan sempurna JJ J I II
Jika 2 × 7 = 14 maka 8 adalah bilangan asli
6 bukan bilangan sempurna atau 8 bukan bilangan asli
K ................................................................. 194 dari 330
(f) Argumen
Cari Halaman
Jika Paris ada di Perancis maka 3 + 5 = 6
Jika 4 + 5 = 9 maka 72 = 14
Paris ada di Perancis atau 4 + 5 = 9 Kembali
K .....................................................................
(g) Argumen Layar Penuh
Jika 2 = 3 maka 62 = 12
Jika 3 + 2 = 6 maka 62 = 12
Tutup
62 6= 12
K ..........................................................
Keluar
4. Selidiki valid (sah) atau tidaknya penarikan kesimpulan berikut :
(a) Argumen
FMIPA-UNEJ
Jika London tidak di Denmark, maka Paris tidak di Perancis
Paris di Perancis
Daftar Isi
London di Denmark
(b) Argumen
Judul
Jika saya belajar, maka saya tidak jatuh (gagal) dalam matematika
Saya tidak belajar
JJ J I II
Saya jatuh dalam matematika
(c) Argumen
195 dari 330
Jika 6 adalah genap, maka 2 adalah bukan pembagi 7
5 bukan prima atau 2 adalah pembagi 7
Cari Halaman
5 adalah prima
6 adalah bukan genap
Kembali
(d) Argumen
Pada hari ini ulang tahun istriku, kuberikan dia bunga
Layar Penuh
Hari ini ulang tahun istriku atau saya terlambat ke kantor
Saya tidak memberikan bunga istriku hari ini
Hari ini saya terlambat ke kantor Tutup
(e) Argumen
Keluar
Jika saya bekerja, saya tidak dapat belajar
Saya belajar atau saya lulus ujian
Saya bekerja
Saya lulus ujian FMIPA-UNEJ
(f) Argumen
Jika saya bekerja, saya tidak dapat belajar Daftar Isi
Saya belajar atau saya lulus ujian
Saya lulus ujian
Judul
Saya bekerja
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
HIMPUNAN
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca mema-
hami konsep himpunan beserta operasinya serta menggunakannya dalam FMIPA-UNEJ
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan himpunan.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca dapat:
FMIPA-UNEJ
1. memberi contoh berbagai jenis himpunan;
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Definisi dan jenis himpunan
FMIPA-UNEJ
2. Relasi himpunan
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.1. Definisi dan Jenis Himpunan
Himpunan pada dasarnya adalah kumpulan objek, namun dalam himpunan
‘tradisional’ kumpulan ini dibatasi dengan jelas, dalam arti dengan jelas da- FMIPA-UNEJ
pat ditentukan apakah suatu objek termasuk dalam suatu kumpulan atau
tidak. Selain itu dalam himpunan ‘tradisional’ (untuk membedakan den-
Daftar Isi
gan pengertian himpunan samar atau fuzzy set) tidak ada perbedaan tingkat
keangggotaan suatu objek pada suatu himpunan. Berbeda dengan himpunan
organisasi yang anggotanya mungkin dibedakan atas anggota aktif, pasif dan Judul
lain sebagainya. Himpunan sering juga disebut gugus (Lihat misalnya Na-
soetion [11]).
JJ J I II
Orang yang dianggap sebagai pengenal himpunan adalah matematikawan
Jerman George Cantor (1845-1918). Cantor menggunakan istilah ”menge”
dalam bahasa German yang berarti “Hasil usaha penghimpunan beberapa 201 dari 330
benda yang memiliki ciri pembeda tertentu, menjadi kesatuan”. Dalam ba-
hasa Inggris “menge” disebut set (Nasoetion [11, hal.15]). Cari Halaman
Definisi 6.1.1. Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang dibatasi den- Kembali
gan tegas.
Layar Penuh
Himpunan pada umumya dinotasikan dengan huruf besar dan objek yang
menjadi angggota ditulis diatara kurung kurawal, {}. Objek yang menjadi
Tutup
anggota suatu himpunan disebut unsur atau elemen. Unsur-unsur suatu
himpunan dapat dinyatakan dengan menulis keseluruhannya (disebut cara
Keluar
tabulasi atau dengan menulis aturan yang menjadi ciri (disebut cara ru-
musan atau deskripsi).
Contoh 6.1. A = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17}, maka dengan jelas dapat ditentukan
FMIPA-UNEJ
Himpunan A dapat juga dinyatakan sebagai himpunan bilangan prima sama atau
dibawah 17, dalam notasi matematika JJ J I II
Contoh 6.2. G adalah kumpulan Gadis-gadis dengan tinggi badan antara 150
cm sampai dengan 165 cm dan dengan berat badan dari 50kg sampai dengan Layar Penuh
60 kg. Dalam kumpulan ini jelas kriteria untuk menjadi anggota, dalam arti,
setiap kita mengambil seorang gadis, berat dan tingginya dapat diukur dengan
Tutup
pasti, dengan demikian dapat ditentukan dengan jelas apakah dia termasuk dalam
kategori dimaksud. Jadi G adalah suatu himpunan.
Keluar
Contoh 6.3. M adalah kumpulan Gadis-gadis manis. Dalam kumpulan ini tidak
jelas kriteria untuk menjadi anggota, sehingga M bukan merupakan suatu him-
punan, karena jika kita mengambil seorang gadis, tidak jelas apakah dia termasuk
gadis manis atau tidak. FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Definisi 6.1.2. Himpunan semesta, dinotasikan dengan S atau U adalah
himpunan dari semua objek yang dibicarakan (menjadi pembicaraan)
Judul
Definisi 6.1.3. Kardinal suatu himpunan adalah banyaknya unsur dari him- Kembali
punan tersebut. Kardinal himpunan A dinotasikan dengan #(A)
Layar Penuh
Contoh 6.6. H adalah himpunan manusia berkaki lima adalah merupakan him-
punan kosong. Cari Halaman
takhingga.
Himpunan dapat diilustrasikan dengan diagram yang disebut diagram Layar Penuh
Venn. Diagram Venn terdiri atas persegi panjang untuk mengambarkan
himpunan semesta, kurva tertutup untuk menggambarkan himpunan dan
Tutup
titik-titik untuk menggambarkan unsur-unsur himpunan seperti pada Gam-
bar 6.1.
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
JJ J I II
A
205 dari 330
Cari Halaman
Kembali
Tutup
Keluar
6.2. Relasi Himpunan
Dilihat dari unsur-unsur yang menyusun himpunan-himpunan, beberapa him-
punan mungkin sama sekali tidak memiliki unsur yang sama, memiliki be- FMIPA-UNEJ
berapa unsur yang sama, atau semua unsur-unsurnya sama.
Daftar Isi
Definisi 6.2.1 (Himpunan Saling lepas). Dua himpunan dikatakan saling
lepas disjoint set jika kedua himpunan itu sama sekali tidak memiliki unsur
Judul
bersama.
bersama.
A G B jika dan hanya jika ∃x 3 x ∈ A ∧ x ∈ B Cari Halaman
Definisi 6.2.3 (Himpunan sama). Dua himpunan dikatakan sama jika se-
mua unsur masing-masing himpunan merupakan unsur bersama. Kembali
A ≡ B ↔ #(A) = #(B)
Keluar
Definisi 6.2.5 (Himpunan bagian). Suatu himpunan dikatakan himpunan
bagian (subset) dari himpunan lain, jika seluruh unsurnya merupakan unsur
himpunan lain tadi.
FMIPA-UNEJ
A ⊆ B ↔ ∀x, (x ∈ A ⇒ x ∈ B)
Daftar Isi
Teorema 6.2.1 (Kesamaan dua himpunan).
A = B ⇔ (A ⊆ B) ∧ (B ⊆ A) Judul
Bukti: JJ J I II
Berdasarkan definisi maka jika A = B berlaku:
207 dari 330
⇒∀x, x ∈ A ⇔ x ∈ B
⇒∀x, (x ∈ A ⇐ x ∈ B) ∧ (x ∈ A ⇒ x ∈ B)
Cari Halaman
⇒(A ⊆ B) ∧ (B ⊆ A)
A Daftar Isi
D
Judul
JJ J I II
Gambar 6.2: Diagram Venn mengilustrasikan relasi himpunan 208 dari 330
Ilustrasi himpunan bagian, himpunan lepas dan himpunan berpotongan Cari Halaman
Layar Penuh
Tutup
tadi.
PA = {B|B ⊆ A} Judul
JJ J I II
Contoh 6.10. Jika A = {1, 3, 5} dan B = {2, 4, 6, 8}, maka A||B.
Contoh 6.11. Jika C = {4, 5, 7, 9} dan D = {5, 7, 11, 12, 15}, maka A berpo- 209 dari 330
ii A G B
Tutup
Contoh 6.15. Jika A = {1, 2}, maka PA = {{}, {1}, {2}, {1, 2}}. Jika B = FMIPA-UNEJ
{a, b, c} maka PB = {{}, {a}, {b}, {c}, {a, b}, {a, c}, {b, c}, {a, b, c}}
Daftar Isi
Teorema 6.2.3. Jika #(A) = n maka #(PA ) = 2n .
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.3. Operasi Himpunan
6.3.1. Operasi Dasar Himpunan
FMIPA-UNEJ
Ada tiga operasi dasar dalam himpunan yaitu: operasi uner komplemen (()c ),
operasi biner irisan (∩) dan gabungan (∪). Ketiga operasi ini ekuivalen
dengan operasi negasi, konjungsi dan disjungsi pada logika. Selain itu pada Daftar Isi
Cari Halaman
maka
Layar Penuh
1. Ac = {2, 4, 6, 7, 8, 9, 10}
AA
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Definisi 6.3.2 (Operasi Irisan). Irisan dua buah himpunan adalah him-
Kembali
punan yang beranggotakan unsur-unsur yang menjadi unsur bersama kedua
himpunan.
A ∩ B = {x|x ∈ A ∧ x ∈ B} Layar Penuh
Teorema 6.3.1.
A⊆B ⇔A∩B =A Tutup
Keluar
Contoh 6.17.
Daftar Isi
Definisi 6.3.3 (Operasi Gabungan). Gabungan dua buah himpunan adalah Judul
himpunan yang beranggotakan semua unsur-unsur yang menjadi unsur salah
satu atau kedua himpunan.
JJ J I II
A ∪ B = {x|x ∈ A ∨ x ∈ B}
213 dari 330
Cari Halaman
Contoh 6.18.
Kembali
Jika U = {1, 2, 3, · · · , 10} A = {1, 3, 5} dan B = {5, 7, 9} maka A ∪ B =
{1, 3, 5, 7, 9} Ilustrasi diagram Venn dari gabungan himpunan diberikan pada
Gambar 6.5. Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.3.2. Sifat-sifat Operasi Himpunan
Secara prinsip, himpunan dengan operasinya merupakan Aljabar Boole, se-
hingga dalil-dalil yang berlaku pada opersi perakit logika dan aljabar Boole FMIPA-UNEJ
juga berlaku pada operasi himpunan. Demikian juga sifat dualitas berlaku
pula pada himpunan. Dengan demikian pembuktian sifat-sifat operasi pada
himpunan analog dengan pembuktian pada aljabar perakit. Daftar Isi
Judul
Teorema 6.3.2 (Komplemen Ganda). Untuk sembarang himpunan A berlaku:
(Ac )c = A (6.1) JJ J I II
Teorema 6.3.3 ( Sifat Komutatif/ Pertukaran). Untuk sembarang him- 214 dari 330
punan A dan B berlaku:
A∩B =B∩A (6.2a) Cari Halaman
(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C) (6.3a)
Tutup
(A ∪ B) ∪ C = A ∩ (B ∪ C) (6.3b)
Keluar
Teorema 6.3.5 ( Sifat Identitas). Terdapat identitas untuk interseksi (∅)
dan identitas untuk gabungan (U ) dan untuk setiap himpunan A berlaku
A ∩ U = A dan A ∩ ∅ = ∅ (6.4a)
FMIPA-UNEJ
A ∪ U = U dan A ∪ ∅ = A (6.4b)
Daftar Isi
Teorema 6.3.6 ( Sifat Komplemen). Untuk setiap A terdapat dengan tung-
gal Ac sehingga
(A ∩ Ac ) = ∅ (6.5a) Judul
c
(A ∪ A ) = U (6.5b)
JJ J I II
Teorema 6.3.7 (Komplemen identitas).
∅c = U (6.6a)
215 dari 330
c
U =∅ (6.6b)
Cari Halaman
Teorema 6.3.8 (Hukum De Morgan). Untuk sembarang himpunan A dan
B berlaku
(A ∩ B)c = Ac ∪ B c (6.7a) Kembali
c c c
(A ∪ B) = A ∩ B (6.7b)
Layar Penuh
Teorema 6.3.9 ( Hukum Distributif). Untuk sembarang himpunan A, B
dan C berlaku:
A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) (6.8a) Tutup
A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) (6.8b)
Keluar
Teorema 6.3.10 ( Sifat Idempoten). Untuk sembarang himpunan A berlaku
A∩A=A (6.9a)
A∪A=A (6.9b) FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Dalam membuktikan sifat-sifat di atas kita menggunakan hasil pada Teo-
rema 6.2.1 yaitu A = B jika dan hanya jika A ⊆ B dan B ⊆ A. Berikut
diambil salah satu sifat sebagai contoh pembuktian, misalnya A∩B = B ∩A. Judul
Bukti:
Ambil sembarang unsur x ∈ (A ∩ B) JJ J I II
⇒(x ∈ A) ∧ (x ∈ B) definisi A ∩ B
⇒(x ∈ B) ∧ (x ∈ A) komutatif konjungsi 216 dari 330
⇒x ∈ (B ∩ A) definisi B ∩ A
⇒(A ∩ B) ⊆ (B ∩ A) definisi A ⊆ B Cari Halaman
⇒(B ∩ A) ⊆ (A ∩ B) definisi B ⊆ A
Tutup
Karena (A ∩ B) ⊆ (B ∩ A) dan (B ∩ A) ⊆ (A ∩ B), berdasarkan Teorema
6.2.1, maka (B ∩ A) = (A ∩ B)
Keluar
6.3.3. Operasi Jumlah dan Selisih Himpunan
Selain operasi dasar komplemen, gabungan dan irisan, dalam operasi him-
punan dikenal juga operasi jumlah dan selisih yang definisinya dapat diru-
FMIPA-UNEJ
muskan dengan menggunakan operasi dasar tadi.
Daftar Isi
Definisi 6.3.4 (Operasi Selisih). Selisih dua buah himpunan adalah him-
punan yang beranggotakan unsur-unsur yang menjadi unsur himpunan per-
Judul
tama yang tidak menjadi unsur himpunan pengurang.
A/B = A − B = {x|x ∈ A ∧ x 6∈ B} JJ J I II
Teorema 6.3.11.
A/B = A ∩ B c 217 dari 330
A + B = {(x ∈ A ∨ x ∈ B) ∧ x 6∈ (A ∩ B)}
Kembali
Layar Penuh
Contoh 6.19. Jika A = {1, 3, 5, 7, 9} dan B = {4, 5, 6, 8, 10} maka
1. A ∩ B = {5} Tutup
2. A ∪ B = {1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
Keluar
3. A/B = {1, 5, 7, 9}
Beberapa sifat yang terkait dengan opersi selisih dan jumlah serta hubun- Daftar Isi
JJ J I II
Teorema 6.3.12. Untuk sembarang himpunan A, B
218 dari 330
A + B = (A ∪ B)/(A ∩ B)
Cari Halaman
Kembali
Teorema 6.3.13. Untuk sembarang himpunan A, B
A+B =B+A
Keluar
Teorema 6.3.15 (Distributif Selisih). Untuk sembarang himpunan A, B, C
Definisi 6.3.6 (Partisi himpunan). Himpunan A dan B dikatakan partisi Daftar Isi
dari himpunan C jika dan hanya jika A dan B saling lepas dan gabungannya
sama dengan C.
Judul
A, B partisi dari C ↔ (A ∩ B = ∅) ∧ (A ∪ B = C)
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
A
Judul
JJ J I II
B
Cari Halaman
Kembali
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
B Judul
JJ J I II
A Cari Halaman
Kembali
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
A Judul
A
B
JJ J I II
Cari Halaman
Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.4. Sifat-sifat Lanjut Relasi Himpunan bagian
Konsep himpunan bagian (⊂) ekuivalen dengan konsep implikasi logis pada
himpunan, karenanya implikasi logis dan penalaran dapat dimanfaatkan un- FMIPA-UNEJ
tuk mempelajari sifat-sifat himpunan bagian seperti diuraikan berikut ini.
Daftar Isi
Teorema 6.4.1. Relasi ⊆ adalah relasi yang bersifat refleksif, transitif tetapi
non simetrik yaitu: Judul
∀A, A ⊆ A (6.11a)
∀(A, B, C) (A ⊆ B) ∧ (B ⊆ C) ⇒ (A ⊆ C) (6.11b) JJ J I II
∀(A, B) (A ⊆ B) ∧ (B ⊆ A) ⇒ (A = B) (6.11c)
223 dari 330
Teorema 6.4.2. Untuk sembarang himpunan A dari semesta U maka
1. A ⊆ A Cari Halaman
2. ∅ ⊆ A
Kembali
3. A ⊆ U
Layar Penuh
Teorema 6.4.3.
Daftar Isi
A⊆B ⇔A∪B =B
Judul
3. (A ∪ B) ⊆ B)
Cari Halaman
4. B ⊆ (A ∪ B)
Kembali
Jika A ⊆ B maka ∀x ∈ A ⇔ x ∈ B. Ambil sembarang y ∈ (A ∪ B)
⇒(y ∈ B) ∨ (y ∈ B) A⊆B
⇒(y ∈ B) idempoten ∨ Tutup
⇒(y ∈ B) idempoten ∨
⇒(A ∪ B) ⊆ ∩B) definisi B ⊆ A Daftar Isi
⇒∀x x ∈ (A ∪ B), ⇒ x ∈ B
225 dari 330
⇒ 6 ∃x 3 x ∈ (A ∪ B), ∧x 6∈ B
⇒ 6 ∃x 3 (x ∈ A ∨ x ∈ B) ∧ x 6∈ B
Cari Halaman
⇒(6 ∃x ∈ A) ∧ (6 ∃x ∈ B) 3 x 6∈ B
⇒(6 ∃x ∈ A) 3 x 6∈ B
Kembali
⇒∀x, x ∈ A ⇒ x ∈ B
⇒A ⊆ B
Layar Penuh
U ⊆A⇔A=U
Keluar
Teorema 6.4.5.
A⊆∅⇔A=∅
Teorema 6.4.6. Untuk sembarang himpunan A dan B,
FMIPA-UNEJ
A ⊆ A ∪ B dan B ⊆ A ∪ B
Daftar Isi
Teorema 6.4.7. Untuk sembarang himpunan A dan B,
(A ∩ B) ⊆ A dan (A ∩ B) ⊆ B Judul
Keluar
Selain dengan diagram Venn, hubungan subset dapat juga diilustrasikan
dengan menggunakan diagram subset yang pada dasarnya merupakan po-
hon subset. Dengan pohon subset, himpunan-himpunan digambarkan dalam
diagram pohon. Himpunan yang mejadi subset dari himpunan yang lain dit- FMIPA-UNEJ
ulis lebih rendah dari himpunan yang menjadi supersetnya dan dihubungkan
dengan garis. Apabila sudah ada jalur yang menghubungkan suatu hubun-
Daftar Isi
ganantara sutu himpunan dengan himpunan lain, maka tidak perlu membuat
garis kusus yang menghubungkan kedua himpunan tadi. Selain itu, dalam
hal hubungan “subset dari” maka ada dua hal yang selalu benar yaitu: Judul
Oleh karena itu puncak atas dari pohon subset adalah himpunan semesta
dan puncak bawahnya adalah himpunan kosong. Cari Halaman
Misalkan diketahui subset-sebset A, B, C, D, E dari S mempunyai hubun-
gan sebagai berikut: A ⊆ B, B ⊆ C, D ⊆ B. maka diagram pohon
Kembali
lengkapnya adalah seperti pada bagian kiri Gambar 6.7, sedangkan jika S =
{1, 2, 3, · · · , 10} X = {1, 3, 5, 7, 9}, Y = {2, 4, 6, 8, 10}, Z = {2, 3, 5, 7} W =
{2, 4} dan V = {2} maka diagram pohhon lengkapnya adalah seperti pada Layar Penuh
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
U U=S
C E X Y Z
Judul
B W
A D
V
JJ J I II
{}
{}
228 dari 330
Cari Halaman
Gambar 6.7: Diagram pohon untuk A, B, C, D (kiri) dan untuk S, X, Y, Z dan
V (kanan)
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.5. Penggunaan Himpunan dalam Silogisme
Pada Subbab 5.5 telah dibicarakan tata cara penarikan kesimpulan dengan
FMIPA-UNEJ
argumen yang mengandung kuantor. Dalam subbab ini kita akan membahas
hal serupa dengan menggunakan bantuan himpunan khususnya relasi him-
punan dan diagram Venn. Berikut diberikan rangkuman kondisi unsur dua Daftar Isi
himpunan (A dan B) beserta hubungan yang terjadi diantaranya
Judul
mative) ∅
2 semua unsur A tidak A ⊂ B c A ∩ B = ∅ Gambar 6.9 Cari Halaman
menjadi unsur B (univer-
sal negative)
Kembali
3 sebagian unsur A men- A G B A ∩ B 6= ∅ Gambar 6.10
jadi unsur B (particular
affirmative) Layar Penuh
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
A
Judul
B
JJ J I II
Cari Halaman
Gambar 6.8: Diagram Venn untuk A ⊂ B atau A ∩ B c = ∅
Kembali
Tutup
Daftar Isi
Judul
Gambar 6.9: Diagram Venn A|| atau A ∩ B = ∅
JJ J I II
A himpunan bagian dari C maka A himpunan bagian dari C
(A ∩ B = ∅) ∧ (B ∩ C = ∅) (6.16)
Kembali
Daftar Isi
B Judul
A
JJ J I II
Cari Halaman
Gambar 6.10: Diagram Venn untuk A ∩ B 6= ∅
Kembali
Aturan 6.5.1. Secara umum ada 7 aturan mendasar dalam penarikan kes-
impulan seperti di atas
Layar Penuh
1. Tidak ada kesimpulan yang dapat diambil dari dua pernyataan negatif.
Jika A||B (Tidak ada unsur A menjadi unsur B), dan B||C (tidak ada
Tutup
unsur B menjadi unsur C), maka tidak ada kesimpulan yang dapat
diambil tentang hubungan A dan C (bisa berhubungan, bisa tidak,
Keluar
A FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
B
233 dari 330
Cari Halaman
Gambar 6.11: Diagram Venn untuk A ∩ B c 6= ∅
Kembali
C1
FMIPA-UNEJ
A
B
Daftar Isi
Judul
Gambar 6.12: Diagram Venn untuk A||B dan B||C1 ; B||C2 , namun A||C1 , A G
C1
JJ J I II
5. Semua unsur yang muncul dalam kesimpulan, harus juga muncul dalam
premis mayor atau premis minor. Layar Penuh
6. Tidak ada kesimpulan yang dapat diambil dari dua premis khusus (par-
Tutup
ticular premises), baik yang positif (afirmatif) maupun yang negatif.
Jika A∩B 6= ∅ (Jika ada unsur A yang menjadi unsur B) dan B ∩C 6= ∅
Keluar
FMIPA-UNEJ
C
Daftar Isi
A
B
Judul
JJ J I II
Gambar 6.13: Diagram Venn untuk A||B, C ⊂ B, maka A||C 235 dari 330
(ada unsur B menjadi unsur C), maka tidak ada kesimpulan yang Cari Halaman
bisa diambil tentang A ∩ C (lihat Gambar 6.14.)
7. Jika salah satu premis betuknya khusus (eksistensial), maka kesimpulan Kembali
Keluar
C2
FMIPA-UNEJ
C1
A
Daftar Isi
B
Judul
Cari Halaman
C
Kembali
A B
Layar Penuh
Tutup
Gambar 6.15: Diagram Venn untuk A G B dan B ⊆ C, maka A G C
Keluar
6.6. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini selain beberapa sumber
yang telah dikutip sebelumnya, dapat juga dibaca beberapa sumber lain di- FMIPA-UNEJ
antaranya Ruseffendi [16], Nasoetion [11], Lipschutz [9], Polimeni & Straight
[15] dan Courant & Robbins [3] . Secara umum hampir semua buku teks
Daftar Isi
tetang matematika mulai dengan pembahasan tentang himpunan.
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
6.7. Soal-soal Latihan
1. Nyatakan benar atau salah pernyataan-pernyataan berikut ini:
FMIPA-UNEJ
(a) ∅ ∈ {2, 3}
(b) {1, 2, 3} = {2, 3, 1}
Daftar Isi
(c) {x ≤ 16|x : prima} ⊆ {0, 1, 2, · · · , 13}
(d) {1, 3, 5, · · · } ≡ {1, 2, 3, · · · }
Judul
(e) {1, 3, 5, · · · } ⊆ {1, 2, 3, · · · }
2. Untuk himpunan-himpunan berikut, tentukan semua subset-subsetnya. JJ J I II
Selanjutnya buat masing-masing diagram subsetnya.
(a) {2, 3, 4} 238 dari 330
(d) P1: Tidak ada mahasiswa yang menjadi pelawak, P2: tidak ada
pelawak yang serius (apakah maahasiswa serius atau tidak ?) Kembali
U=S
U Judul
X P Y Z C E
F
JJ J I II
W B
{} {}
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
HIMPUNAN BILANGAN
JJ J I II
Bilangan walaupun merupakan konsep yang sangat abstrak, namun penggu- Cari Halaman
naannya tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan manusia sejak dini. Un-
tuk menggambarkan bilangan, kita menggunakan lambang bilangan (angka).
Kembali
Dalam kaitan dengan operasi hitung dan matematka umumnya, lambang bi-
langan yang kita pakai adalah lambang bilangan Hindu-Arab yang terdiri
atas sembilan angka 0,1,2,...9. Selain itu, untuk menunjukkan tingkatan dan Layar Penuh
urutan ada lambang bilagan lain yang disebut lambang bilangan Romawi
(i,ii,iii,iv,v ...). Pada subbab ini akan dibahas beberapa himpunan bilangan Tutup
yang penting.
Keluar
Tujuan Umum
Mahasiswa memahami himpunan-himpunan bagian dari himpunan bilangan
riil. FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri, contoh, dan sifat-sifat operasi hitung
dalam himpunan-himpunan bagian dari himpunan bilangan riil. FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. himpunan Bilangan Asli;
FMIPA-UNEJ
2. himpunan Bilangan Cacah;
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
7.1. Himpunan Bilangan Asli
Bilangan Asli disebut juga bilangan Alam (Natural numbers). Bilangan ini
merupakan bilangan yang kita kenal paling awal, ketika kita ingin menghi- FMIPA-UNEJ
tung banyaknya sesuatu yang ada di sekuitar kita.
Himpunan bilangan Asli N = {1, 2, 3, · · · } Daftar Isi
Operasi hitung yang dapat dilakukan pada bilangan asli adalah penjum-
lahan dan perkalian dengan beberapa sifat berikut: Judul
Sifat 2 Bilangan asli memenuhi sifat kumutatif dan assosiatif baik penjum-
lahan dan perkalian, yaitu: Cari Halaman
∀x, y ∈ N x + y = y + x
x.y = y.x Kembali
∀x, y, z ∈ N x + (y + z) = (x + y) + z
x.(y.z) = (x.y).z Layar Penuh
Sifat 3 Bilangan asli memenuhi sifat distributif perkalian atas penjumlahan. Tutup
∀x, y, z ∈ N (x + y)z = xz + yz
Keluar
Sifat 4 Bilangan asli memiliki unsur identitas perkalian tetapi tidak identi-
tas penjumlahan.
tetapi
6 ∃ e ∈ N, 3 ∀x ∈ N x + e = e + x = x Daftar Isi
Tetapi himpunan bilangan asli tidak memiliki beberapa sifat berikut: Judul
∃ x, y ∈ N 3 (x/y) 6∈ N
Kembali
Bilangan Asli dibedakan menjadi bilangan prima dan bilangan komposit.
Bilangan prima1 adalah bilangan yang hanya dapat dibagi bilangan itu sendiri
Layar Penuh
dan 1. Bilangan 1 tidak termasuk bilangan prima. Sedangkan sisanya (ter-
masuk 1) disebut bilangan komposit. Jadi
Tutup
1
Teori tentang himpunan bilangan prima dapat dilihat pada beberapa sumber di-
antaranya Courant & Robbins [3, hal 21-31]
Keluar
1. Himpunan bilangan Prima = P = {2, 3, 5, 7, 11, 13 · · · }
2. Himpunan bilangan Komposit = N/P
FMIPA-UNEJ
Judul
Ada suatu hasil dalam bilangan asli yang sangat terkenal yang disebut
Postulat Peano yang mengatakan bahwa Untuk S ⊆ N , berlaku
h i JJ J I II
(1 ∈ N ) ∧ (∀ k ∈ S ⇒ k ∗ ∈ S) ⇒ (S = N ) (7.1)
247 dari 330
Persamaan (7.1) pada dasarnya mengatakan bahwa jika pada suatu him-
punan bagian S dari N , berlaku 1 pada S dan untuk setiap k pada S maka
pengurutnya (k ∗ ) juga pada S, maka S adalah himpunan seluruh bilangan Cari Halaman
asli.
h i Kembali
∗
(n1 ∈ N ) ∧ (∀ (k > n1 ) ∈ S ⇒ k ∈ S) ⇒ (S = {n1 , n1 + 1, n1 + 2, · · · })
(7.2) Layar Penuh
Persamaan (7.2) pada dasarnya mengatakan bahwa jika pada suatu him-
punan bagian S dari N , berlaku n1 pada S dan untuk setiap k > n1 pada S
Tutup
maka pengurutnya (k ∗ ) juga pada S, maka S adalah himpunan bilangan asli
mulai dari n1 , yaitu S = {n1 , n1 + 1, n1 + 2, · · · }.
Keluar
Postulat Peano di atas menjadi dasar dari pembuktian dengan menggu-
nakan induksi matematika, yang telah dibicarakan pada bab penalaran, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
h FMIPA-UNEJ
i
P (1) ∧ ∀ k, P (k) ⇒ P (k ∗ ) ⇒ P (n), ∀ n ∈ N
(7.3)
Ada pengelompokan jenis himpunan yang kardinalnya terkait dengan Daftar Isi
himpunan bilangan Asli, yaitu himpunan terhitung dan himpunan tak ter-
hitung. Judul
Cari Halaman
Tutup
Keluar
7.2. Himpuan Bilangan Cacah
Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa Bilangan Asli tidak mempunyai
identitas penjumlahan. Apabila himpunan bilangan Asli digabung dengan 0 FMIPA-UNEJ
sebagai unsur identitas penjumlahan, maka terbentuklah himpunan bilangan
Cacah. Himpuan bilangan cacah disebut juga himpunan bilangan kardinal,
Daftar Isi
karena bilangan cacah ini dipergunakan untuk mementukan kardinal suatu
himpunan. Kardinal himpunan ∅ adalah 0. Jadi bilangan cacah atau bilan-
gan kardinal mulai dari 0. Judul
Himpunan bilangan Cacah(C) = N ∪ {0} = {0, 1, 2, · · · }
JJ J I II
Semua sifat operasi yang berlaku pada himpunan bilangan asli juga berlaku
pada himpunan bilangan cacah. Beberapa sifat yang tidak berlaku pada him- 249 dari 330
punanbilangan asli (identitas penjumlahan, berlaku pada himpunan bilangan
cacah. Himpunan bilangan cacah meskipun memiliki identitas penjumla-
Cari Halaman
han dan perkalian tetapi tidak memiliki invers penjumlahan maupun invers
perkalian.
Kembali
Sifat 5 Identitas Penjumlahan
∃ 0 ∈ C, 3 ∀c ∈ C, 0 + c = c + 0 = c Layar Penuh
Tetapi Tutup
∀ c(6= 0) ∈ C, 6 ∃ c0 ∈ C 3 c + c0 = 0
Keluar
7.3. Himpuan Bilangan Bulat
Apabila himpunan bilangan cacah digabung dengan himpunan inverse pen-
jumlahannya, maka terbentuklah himpunan bilangan bulat, Z. FMIPA-UNEJ
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
7.4. Himpuan Bilangan Rasional
Apabila himpunan bilangan bulat digabung dengan himpunan invers perkalian-
nya, maka terbentuklah himpunan bilangan Rasional, Q. Disamping itu bi- FMIPA-UNEJ
langan rasional juga tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian (termasuk
perkalian dengan inversdari unsur lainnya). Secara umum bilangan rasional
Daftar Isi
didefinisika seperti pada definisi berikut ini.
Judul
Definisi 7.4.1. Bilangan rasional q adalah bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk a/b dengan b 6= 0. Dalam bentuk desimal q dapat dinyatakan
sebagai pecahan desimal berhingga atau pecahan desimal takhingga tapi beru- JJ J I II
lang.
251 dari 330
0 0
∀ x ∈ Q, ∃ x ∈ Q 3 x + x = 0 dan
Tutup
∀ x(6= 0) ∈ C, ∃ x0 ∈ Q 3 c.c0 = 1
Keluar
7.5. Himpunan Bilangan Irasional dan Himpunan Bilan-
gan Riil
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
U=R
Judul
N JJ J I II
C Z Q
252 dari 330
Cari Halaman
Kembali
∞ Judul
X 1 1 1 1
e= = 1 + + + + ···
n=0
n 1! 2! 3!
JJ J I II
∞ Cari Halaman
π Y 2n 2n
=
2 n=1 2n + 1 2n − 1
Kembali
(Courant & Robbins [3]) Gabungan antara himpunan bilangan Rasional dan Layar Penuh
himpunan bilangan Irasional disebut bilagan Riil R. Secara diagram struktur
Himpunan Bilangan dapat digambarkan pada Gambar 7.1.
Tutup
Sifat-sifat yang berlaku dalam himpunan bilangan dapat dirangkum seperti
pada Tabel berikut.
Keluar
No Sifat-sifat Operasi Himpunan Bilangan
N C Z Q <
1 Identitas Penjumlahan (0), 0 + × X X X X
a=a+0=a FMIPA-UNEJ
2 Identitas Perkalian(1), 1a = a1 = X X X X X
a
Daftar Isi
3 Kumutatif Penjumlahan a + b = X X X X X
b+a
4 Kumutatif Perkalian ab = ba X X X X X Judul
5 Asosiatif Penjumlahan (a + b) + X X X X X
c = a + (b + c) JJ J I II
6 Asosiatif Perkalian (ab)c = a(bc) X X X X X
7 Invers Penjumlahan a + (−a) = 0 × × X X X
8 Invers Perkalian a(1/a) = 1 × × X X X 254 dari 330
Tutup
Keluar
7.6. Perkembangan perhitungan π
Riil FMIPA-UNEJ
Bulat Z Pecah
Judul
Cari Halaman
Gambar 7.2: Diagram struktur mengilustrasikan pembagian himpunan Bilan-
gan Riil
Kembali
Sejak zaman dahulu diketahui bahwa rasio luas lingkaran terhadap kuadrat Layar Penuh
jaraknya dan rasio keliling lingkaran dengan diameternya adalah konstan.
Namun, pada awalnya belum diketahui bahwa kedua konstanta tersebut
Tutup
adalah sama. Buku-buku kuno menggunakan konstanta yang berbeda untuk
kedua rasio tersebut.
Keluar
Perhitungan π menarik perhatian sejak zaman sebelum masehi (sekuitar
1650 SM, di Mesir Kuno digunakan pendekatan π = 3, 16.). Kalkulasi teoritis
sepertinya dimulai oleh Archimedes (287-212 SM) yang mendapatkan pen-
dekatan FMIPA-UNEJ
223/71 < π < 22/7.
Sejak itu sampai sekarang banyak sekali para matematisi yang melakukan Daftar Isi
Keluar
Tabel 7.2: Perhitungan π dengan mesin
Matematisi Waktu Desimal Mesin
Ferguson 1947 710 Kalkulator
Ferguson, Wrench 1947 808 Kalkulator FMIPA-UNEJ
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
7.8. Soal-soal Latihan
1. Berikan dua contoh bilangan desimal yang takberhingga dan berulang.
FMIPA-UNEJ
2. Tentukan bentuk pecahan biasa dari contoh di atas.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
PERKALIAN KARTESIUS, RELASI DAN FUNGSI
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca mema-
hami konsep dan sifat-sifat relasi dan fungsi serta menggunakannya dalam FMIPA-UNEJ
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan relasi dan fungsi.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca dapat
FMIPA-UNEJ
1. menyelesaikan perkalian Kartesius dua himpunan
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Perkalian Kartesius
FMIPA-UNEJ
2. Relasi dan sifat-sifatnya
kartesius.
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
8.1. Perkalian Kartesius
Definisi 8.1.1 (Operasi Perkalian). Perkalian (atau disebut juga perkalian FMIPA-UNEJ
kartesius) dua buah himpunan adalah himpunan yang beranggotakan semua
pasangan berurut unsur pertamanya berasal dari himpunan terkali dan unsur
Daftar Isi
keduanya berasal dari himpunan pengali.
JJ J I II
Contoh 8.1. Jika A = {1, 3, 5} dan B = {4, 5} maka
1. A × B = {(1, 4), (1, 5), (3, 4), (3, 5), (5, 4), (5, 5)} 265 dari 330
2. B × A = {(4, 1), (4, 3), (4, 5), (5, 1), (5, 3), (5, 5)}
Cari Halaman
Hasil perkalian himpunan selain dinyatakan dengan himpunan pasangan
terurut, dapat juga dinyatakan dengan grafik kartesius. seperti pada Gambar
Kembali
8.1.
Layar Penuh
Teorema 8.1.1. Untuk sembarang A dan B, secara umum berlaku:
1. A × B 6= B × A Tutup
2. A × B ≡ B × A
Keluar
6
FMIPA-UNEJ
4
B
Daftar Isi
2
Judul
0
0 2 4 6
JJ J I II
A
Cari Halaman
3. (A × B) = (B × A) ⇔ A = B
Kembali
Definisi 8.1.2.
n
| ×A×
A {z. . . × A} = A = {(a1 , a2 , . . . , an )|ai ∈ A, i = 1, 2, . . . , n} (8.1b)
Tutup
n
Keluar
8.2. Relasi
Relasi atau hubungan antara dua himpunan merupakan himpunan bagian
dari perkalian dua himpunan bersangkutan. Relasi dari himpunan A ke B FMIPA-UNEJ
dinotasikan dengan RA×B atau R : A → B. Ada tiga komponen yang harus
dipenuhi oleh suatu relasi R : A → B yaitu:
Daftar Isi
1. Adanya daerah definisi atau daerah asal yang disebut domin, yaitu
himpuan A yang yang akan dihubungkan dengan suatu himpunan lain.
Judul
Himpunan bagian dari himpunan kawan yang dipilih menjadi kawan dise- FMIPA-UNEJ
but daerah hasil/ range dari R. Pada contoh diatas daerah hasil HR adalah
himpunan bilangan bulat positif, yaitu HR = {2, 4, 6, · · · }.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
A B
Cari Halaman
Kembali
Tutup
Keluar
8.3. Sifat-sifat Relasi
Relasi dari suatu himpunan ke dirinya sendiri dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis diantaranya dilihat dari banyaknya unsur yang berkawan FMIPA-UNEJ
kedirinya sendiri, kesimetrisan perkawanan. Berikut adalah definisi formal
dari beberapa sifat relasi himpunan ke dirinya sendiri.
Daftar Isi
∀x, (x, x) ∈ R
JJ J I II
Definisi 8.3.2. Relasi R dikatakan bersifat non-refleksif jika
∀x, (x, x) 6∈ R
Kembali
Definisi 8.3.4. Relasi R dikatakan bersifat simetrik jika
Definisi 8.3.8. Relasi yang sekaligus bersifat reflektif, simetrik dan transitif
Judul
disebut relasi ekuivalensi.
JJ J I II
Contoh 8.4. Berikut adalah beberapa contoh relasi yang merupakan relasi re-
fleksif. 271 dari 330
3. Relasi faktor dari, pada himpunan bilangan bulat selai 0. Layar Penuh
4. Relasi mirip pada himpunan manusia. Setiap orang mirip dirinya sendiri.
Keluar
Contoh 8.5. Berikut adalah beberapa contoh relasi non-reflektif.
1. Relasi faktor dari pada himpunan semua bilangan bulat. (Ada 0 tidak dapat
dibagi 0)
FMIPA-UNEJ
2. Relasi mencintai pada himpunan manusia. Ada orang yang tidak mencintai
dirinya sendiri. Daftar Isi
3. Relasi lebih gemuk pada himpunan manusia. Tidak ada orang yang lebih
gemuk dari dirinya sendiri. Cari Halaman
4. Relasi lebih cantik pada himpunan manusia. Tidak ada orang yang lebih
cantik dari dirinya sendiri. Kembali
i Relasi lebih besar atau sama dengan pada himpunan bilangan riil.
FMIPA-UNEJ
ii Relasi mencintai pada himpunan manusia
h i
∃x, y, z (x, y) ∈ R ∧ (y, z) ∈ R ⇒ (x, z) 6∈ R Tutup
Keluar
Contoh 8.11. Berikut adalah contoh relasi yang bersifat non-transitif.
i Relasi berpotongan pada himpunan.
ii Relasi mengenal pada himpunan manusia FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Definisi 8.3.10. Relasi R dikatakan bersifat intransitif jika
h i
∀x, y, z (x, y) ∈ R ∧ (y, z) ∈ R ⇒ (x, z) 6∈ R Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Secara grafik, dalam bentuk diagram panah, beberapa jenis relasi dari
Tutup
A ke A digambarkan dalam Gambar 8.3. Dalam diagram tersebut panah
melingkar menunjukkan pengawanan ke dirinya sendiri (refleksif).
Keluar
Contoh 8.12. Berikut adalah contoh relasi yang bersifat intransitif.
i Relasi pangkat kuadrat dari pada himpunan bilangan riil selain 0 dan 1.
FMIPA-UNEJ
i Relasi akar kuadrat dari pada himpunan bilangan riil selain 0 dan 1.
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
8.4. Penyajian Relasi dengan Matriks
Selain dengan cara diagram panah, reasi juga dapat disajikan dalam bentuk
matriks. Dalam hal ini matriks representasinya memiliki ciri-ciri sebagai FMIPA-UNEJ
berikut.
Daftar Isi
1. Baris matriks menunjukkan unsur-unsur himpunan domain;
3. Jika dua unsur memiliki relasi maka unsur matriks yang bersesuaian
JJ J I II
adal 1, jika tidak maka unsurnya adalah 0.
Misalkan R1 adalah relasi dari A = {1, 2, 3, 4} ke B = {a, b, c} dengan aturan Cari Halaman
R1 = {(1, a), (1, b), (2, c), (3, a), (4, b)}
Kembali
.
Misalkan pula R2 adalah relasi dari A ke dirinya sendiri dengan aturan Layar Penuh
R2 = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (3, 3), (4, 4)}
Tutup
y x z u v p r t s q a c b Cari Halaman
y 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
x 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
Kembali
z 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
u 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
v 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Layar Penuh
p 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
r 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
Tutup
t 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
s 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
Keluar
q 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 FMIPA-UNEJ
u 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 Kembali
v 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
w 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Layar Penuh
Tutup
Keluar
y x FMIPA-UNEJ
q
z
Daftar Isi
c
Judul
u
s
a
JJ J I II
b
v 279 dari 330
p
t
Cari Halaman
r
Kembali
Gambar 8.4: Contoh Grafik Relasi dari suatu himpunan ke dirinya sendiri
Layar Penuh
dengan Software R
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
a u
v Daftar Isi
b
Judul
w
c
JJ J I II
x
280 dari 330
d
y
Cari Halaman
e z
Kembali
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
A B
JJ J I II
Cari Halaman
8.5. Fungsi
Kembali
Daftar Isi
Dalam fungsi ada tiga komponen yang harus dipenuhi yaitu
Tutup
Keluar
8.6. Jenis-Jenis Fungsi
Dalam fungsi tidak disyaratkan bahwa semua unsur kodomain harus memiliki
prakawan di domain. Demikian juga tidak ada keharusan bahwa dua unsur FMIPA-UNEJ
asal harus memiliki kawan yang berbeda. Dilihat dari cara pengambilan
unsur daerah kawan, fungsi dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu
Daftar Isi
surjektif, injektif dan bijektif. Fungsi injektif dari suatu himpunan ke dirinya
sendiri sering disebut sebagai permutasi.
Judul
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
8.7. Bentuk, Skala dan Lokasi Fungsi
. Fungsi memiliki tiga karakteristik utama yaitu bentuk skala dan lokasi.
Sebagai contoh ambil fungsi yang sederhana yaitu fungsi kuadrat, y = x2 . FMIPA-UNEJ
Fungsi memiliki bentuk khas yag disebut parabola. Skala parabola pada
suatu nilai a apakah membuka lebar atau sempit, membuka ke atas atau
Daftar Isi
ke bawah. Sehingga bentuk yang lebih umum y = ax2 , a 6= 0 tetap
mempunyai bentuk sama tetapi dengan sekala berbeda tergantung nilai a.
Selanjutnya jika lokasi fungsi digeser sepanjang sumbu X maupun sumbu Judul
Y , maka menghasilkan persamaan fungsi dengan bentuk fungsi lebih umum
yaitu y = a(x − xp )2 + yp . Fungsi ini adalah fungsi kuadrat dengan puncak
JJ J I II
(xp , yp ) dengan bentuk parabola dan membuka (skala) sesuai dengan nilai
a. Dengan kata lain parabola yang dihasilkan hanya berbeser lokasi tanpa
mengubah bentuk, maupun skala (jika a tetap). Ilustrasi tentang bentuk, 286 dari 330
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Y=a(x−xp)^2+yp
FMIPA-UNEJ
25
Daftar Isi
20
15
Judul
10
Y
JJ J I II
5
Cari Halaman
−5
Kembali
−4 −2 0 2 4
X
Layar Penuh
Keluar
8.8. Bacaan Lebih Lanjut
Untuk mendalami lebih jauh materi pada bab ini selain beberapa sumber
yang telah dikutip sebelumnya, dapat juga dibaca beberapa sumber lain FMIPA-UNEJ
diantaranya Ruseffendi[16], Nasoetion [11], Lipschutz[9], Polimeni & Straight
[15]. Secara umum hampir semua buku teks tentang kalkulus, pada bagian
Daftar Isi
awalnya membahas relasi dan fungsi. Khusus untuk perangkat lunak program
R dapat dilihat lansung pada situs http://www.r-project.org.
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
8.9. Soal-soal Latihan
1. Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {1, 3, 5} tentukan
FMIPA-UNEJ
(a) A × B
(b) B × A
Daftar Isi
2. Diketahui H adalah himpunan bilangan asli kurang dari 17. Buatlah
relasi dari H kedirinya sendiri yang menggambarkan:
Judul
(c) surjektif
Cari Halaman
(d) bijekttif
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
8. Sebutkan ada berapa kondisi relasi yang menyebabkan dia tidak men-
jadi fungsi.
9. Perhatikan diagram relasi berikut. Tentukan sifat-sifat relasi yang di- FMIPA-UNEJ
wakili. Apakah bersifat refleksif, simetrik atau transitif?
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
PENGANTAR LOGIKA DAN HIMPUNAN SAMAR
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca menge-
nal dan memahami konsep logika dan himpunan samar serta mampu mem- FMIPA-UNEJ
bedakannya dengan himpunan atau logika yag telah dibicarakan pada bab
sebelumnya.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan agar pembaca dapat
FMIPA-UNEJ
1. menyebutkan definisi logika samar
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
Materi
1. Konsep Dasar
FMIPA-UNEJ
2. Logika bernilai-3 atau lebih
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
9.1. Konsep Dasar
Sejauh ini kita telah mempelajari logika dengan nilai kebenaran yang mutlak,
0 atau 1. Logika ini selanjutnya disebut logika biner (bernilai 2). Padahal di FMIPA-UNEJ
masyarakat dikenal banyak hal yang sulit ditentukan secara mutlak apakah
suatu itu benar atau salah. Masyarakat biasa menyebut sebagai wilayah
Daftar Isi
abu-abu (grey area. Demikian juga dalam hal himpunan, kita belum bisa
membicarakan himpunan dengan kriteria bersifat kualitatif. Sifat-sifat atau
keadaan seperti:“cantik, manis, muda, tinggi” adalah merupakan kondisi Judul
yang tidak bisa dinilai secara mutlak. Setiap orang mungkin saja mempuyai
penilaian yang berbeda terhadap objek yang sama. Logika samar maupun
JJ J I II
himpunan samar fuzzy logics & fuzzy set logika atau himpunan yang mem-
pertimbangkan nilai keberan atau keanggotaan yang bersifat samar (tidak
mutlak). Namun, dalam kenyataan justru fenomena samar-samar ini yang 297 dari 330
Definisi 9.1.1. Nilai kebenaran p pada logika biner didefinisikan sebagai Layar Penuh
τp : p → {0, 1} dengan
1 jika p benar Tutup
τp (p) = (9.1)
0 jika p salah
Keluar
Demikian juga keanggotaan suatu unsur x pada himpunan biner, A dapat
dianggap sebagai fungsi karakteristik atau fungsi indikator ξA yang memetakan
setiap anggota ke salah satu dari dua kategori, yaitu menjadi anggota (1) FMIPA-UNEJ
atau bukan anggota (0). Jadi daerah kawan atau hasilnya hanyalah {0, 1}.
Formalnya, fungsi indikator keanggotaan dalam himpunan A didefinisikan
Daftar Isi
sebagai berikut.
Judul
Definisi 9.1.2. Keanggotaan pada himpunan biner A didefinisikan sebagai
ξA : S → {0, 1} dengan
JJ J I II
1 jika x ∈ A
ξA (x) = (9.2)
0 jika x 6∈ A
298 dari 330
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
9.2. Logika bernilai tiga atau lebih
Logika matematika tradisional1 dapat juga dikatakan sebagai logika dengan 2
kategori, yaitu 0 dan 1. Salah satu bentuk generalisasi yang paling sederhana FMIPA-UNEJ
adalah dengan menambahkan satu kategori lagi, misalkan s yang menyatakan
bahwa nilai kebenarannya masih samar (ragu-rahu).
Daftar Isi
Dengan logika bernilai tiga ini maka nilai kebenaran pada logika ini meru-
pakan fungsi indikator dengan definisi berikut.
Judul
Karena nilai kebenaran dapat dianggap sebagai bilangan riil, atau seti-
Kembali
daknya bilangan rasional, 0 < s < 1, maka operator ¬, ∧, ∨ dapat didefin-
isikan sebagai berikut.
Layar Penuh
1
Sebenarnya logika matematika sendiri sudah termasuk kategori logika modern, namun Tutup
dengan munculnya logika samar, maka dari kaca mata logika samar, logika matemtika
dapat dianggap sebagai logika tradisional
Keluar
Definisi 9.2.2. Nilai kebenaran logika samar dari pernyataan-pernyataan
p, q, r, · · · , masing-masing dengan nilai kebenaran kontinu pada [0,1] didefin-
isikan sebagai
FMIPA-UNEJ
τs (¬p) = 1 − τs (p) (9.4)
τs (p ∧ q) = minimum{τs (p), τs (q)} (9.5) Daftar Isi
τs (p ∨ q) = maksimum{τs (p), τs (q)} (9.6)
Judul
x dan y merupakan nilai dari suatu pernyataan, yang berada pada interval
[0,1], maka nilai kebenaran dari hasil operasi konektif dasar seperti pada JJ J I II
Definisi 9.2.2 dapat dinyatakan sebagai berikut:
301 dari 330
¬x = 1 − x
x ∧ y = min{x, y}
Cari Halaman
x ∨ y = min{x, y}
Kembali
Dengan demikian, untuk kategori penilaian 3, yaitu 0,s dan 1, maka tabel
kebenaran ¬p, p ∧ q dan p ∨ q dapat didefinisikan sebagai berikut ini.
Layar Penuh
∧ 0 s 1 ∨ 0 s 1 ¬
0 0 0 0 0 0 s 1 0 1
Tutup
s 0 s s s s s 1 s s
1 0 s 1 1 1 1 1 1 0
Keluar
Dengan cara yang sama kita juga dapat membuat tabel kebenaran untuk
implikasi → dan biimplikasi ↔. Sebagaimana pada logika biasa, maka p →
q ≡ (¬p ∨ q), maka s → 0 ≡ ¬s ∨ 0 ≡ s sedangkan dan seterusnya.
FMIPA-UNEJ
→ 0 s 1 ↔ 0 s 1
0 1 1 1 0 1 s 0
Daftar Isi
s s 1 1 s s 1 s
1 0 s 1 1 0 s 1
Judul
Contoh 9.1. Diketahui pernyataan-pernyataan berikut:
p : Ani adalah gadis cantik
q : Ali adalah pemuda cerdas JJ J I II
r : Setiap manusia perlu makan
t : Ada negara dengan tiga ibukota 302 dari 330
Jika pernyataan emperik yang belum diketahui kebenarannya, nilainya dinyatakan
dengan s, maka nilai kebenaran pernyataan berikut adalah:
Cari Halaman
1. τ (p) = s, τ (q) = s, τ (r) = 1, τ (t) = 0;
2. τ (p ∧ r) = s,τ (p ∨ r) = 1; Kembali
3. τ (q ∧ t) = 0, τ (q ∨ t) = s.
Layar Penuh
Sebagaimana disinggung pada pembukaan subbab sebelumnya bahwa fungsi
keanggotaan atau kebenaran dapat diberi nilai secara bebas pada interval
Tutup
[0,1]. Hal ini memungkinkan kita membuat sistim logika dengan lebih dari 3
nilai.
Keluar
Definisi 9.2.3. Nilai kebenaran samar dari pernyataan p, dinotasikan den-
gan fs adalah suatu fungsi dari p ke [0, 1]. Selanjutnya fs dikatakan sebagai
fungsi kebenaran. FMIPA-UNEJ
gunakan Definsi 9.2.2. Dengan kata lain definisi tersebut juga berlaku untuk
sistim yang mempunyai nilai lebih dari 3 kategori, bahkan untuk sistim yang Kembali
mempunyai nilai kebenaran kontinu.
Layar Penuh
Teorema 9.2.1. Pada logika samar, berlaku hukum komutatif baik untuk ∧
maupun ∨ Tutup
Keluar
Bukti:
x ∧ y = min(x, y)
= min(y, x) FMIPA-UNEJ
=y∧x
Daftar Isi
Teorema 9.2.2. Pada logika samar, berlaku hukum asosiatif baik untuk ∧ Judul
maupun ∨
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
9.3. Himpunan Samar
9.3.1. Himpunan dengan tiga atau lebih kategori keanggotaan
FMIPA-UNEJ
Seperti halnya pada logika samar. Himpunan samar juga mempunyai tingkat
keanggotaan yang lebih luas dari sekedar ∈ dan ∈.
/ Perluasan yang paling
sederhana adalah mengelompokkan keanggotaan menjadi tiga kategori: Daftar Isi
Contoh 9.2. Misalkan kita memiliki sejumlah calon mahasiswa dengan kondisi
Niai Ujian matematika (M ) dan Penghasilan orang tua dalam jutaan rupiah (P ) 305 dari 330
sebagai berikut:
Cari Halaman
Calon M P
a 6,5 25,0
b 4,0 0,1 Kembali
c 9,0 10,0
d 6,0 1,0
Layar Penuh
e 8,0 1,5
Jika A adalah himpunan calon mahasiswa cerdas dan B adalah himpunan
Tutup
calon mahasiswa kaya, maka keanggotaan dari a, b, · · · , e terhadap A dan B
salah satunya dapat ditentukan sebagai berikut:
Keluar
Unsur A B
a s ∈
b ∈
/ ∈
/
c ∈ ∈ FMIPA-UNEJ
d s s
e ∈ s Daftar Isi
Definisi 9.3.1. Keanggotaan samar dari suatu himpunan S adalah suatu 306 dari 330
fungsi dari S ke [0, 1].
Cari Halaman
Untuk suatu himpunan samar, misalnya S, fungsi A : S → [0, 1] dikatakan
fungsi keanggotaan dan nilai A(x) disebut tingkat keanggotaan dari x pada
Kembali
himpuan samar A. Tentu saja fungsi keanggotaan untuk suatu masalah
yang sama dapat berbeda-beda. Jika x merupakan suatu kualitas/ sifat yang
dapat diukur secara kuantitaif (misalnya umur, tinggi badan, berat badan), Layar Penuh
maka fungsi derajat keanggotaan ini dapat didefinisikan sebagai fungsi dari
kuantitas tadi yag dipetakan ke [0,1]. Dengan kata lain kita dapat membuat
Tutup
model keanggotaan secara kontinu untuk sesuatu sifat yang dapat dinyatakan
dalam bentuk angka.
Keluar
Contoh 9.3. Misalkan kita ingin membuat model keanggotaan dari himpunan
orang muda. Status muda atau tidak dapat dilihat dari umur yang dinyatakan
dalam bentuk angka. Dengan demikian kita dapat membuat model yang menghubungkan
umur dengan keanggotaan himpunan. Misalkan pula untuk membuat himpunan FMIPA-UNEJ
orang muda seperti ini ada beberapa pendapat. Satu kelompok masyarakat sep-
akat/ yakin bahwa umur dibawah 25 tahun adalah muda, dan di atas 45 tahun
Daftar Isi
bukan muda lagi. Tetapi banyak diantara mereka yang menganggap antara 25
sampai 45 tahun juga masih tergolong muda. Kenggotaan ini dapat dirumuskan
dengan Mi (x). Kelompok lain misalnya mempunyai kriteria berbeda. Mereka Judul
sepakat/ yakin bahwa dibawah 30 tahun adalah muda sedangkan di atas 50 tahun
sudah tidak muda lagi. Sedangkan mereka juga menganggap antara 30 dan 50 JJ J I II
tahun juga masih bisa dikelompokkan muda (walaupun samar-samar). Fungsi
keanggotaan M diberikan pada persamaan (9.8a) dan grafiknya diberikan pada
307 dari 330
Gambar 9.1.
Cari Halaman
1
jika x < 25
45−x
M1 (x) = 20
jika 25 < x < 45 (9.8a)
Kembali
0 jika x > 45
Misalkan pula bagi kelompok yang lebih senior memiliki model yang Layar Penuh
sedikit berbeda (tidak ada keraguan kategori muda untuk usia dibawah 30
dan tidak ada keraguan tidak muda untuk usia di atas 50 tahun), maka salah
Tutup
satu modelnya adalah seperti pada persamaan (9.8b) dengan grafik seperti
Gambar 9.2.
Keluar
Gambar 9.1: Grafik keanggotaan M1
1.5
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
1.0
Muda
Judul
0.5
JJ J I II
0.0
10 20 30 40 50
Kembali
1
jika x < 30
x−30 2
M2 (x) = 1 − 20
jika 30 < x < 50 (9.8b) Layar Penuh
0 jika x > 50
Tutup
Contoh 9.4. Misalkan kita ingin membuat keanggotaan himpunan orang kaya.
Untuk ini misalkan pula masyarakat sepakat bahwa penghasilan dibawah Rp 1
Keluar
Gambar 9.2: Grafik keanggotaan M2
1.5
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
1.0
Muda
Judul
0.5
JJ J I II
0.0
10 20 30 40 50
Kembali
Layar Penuh
Tutup
juta tidak dapat dikatakan kaya, sedangkan penghasilan diatas 5 juta sebulan
sudah pasti termasuk kelompok kaya. Maka salah satu fungsi keanggotaan untuk
Keluar
masalah ini adalah seperti persamaan (9.9) dengan grafik seperti Gambar 9.3.
0
q untuk x < 0, 5 × 106
x−0,5×106 FMIPA-UNEJ
K(x) = 4,5×106
untuk 0, 5 × 106 < x < 5106 (9.9)
untuk x > 5 × 106
1
Daftar Isi
Contoh 9.5. Misalkan pula kita membuat model keanggotaan himpunan jarang
ditentukan dengan mendefinisikan istilah jarang dengan proporsi keberadaan x Judul
sebagai berikut:
1. benar mutlak (bernilai 1, berarti benar jarang) jika tidak ada sama sekali; JJ J I II
2. mutlak tidak benar (bernilai 0, berarti tidak benar jarang) jika ada lebih 310 dari 330
dari 1/2
3. 1 − 4x22 untuk situasi diantara dua di atas, dengan x adalah proporsi Cari Halaman
keberadaan.
Kembali
Maka bentuk fungsi secara keseluruhan adalah seperti persamaan (9.10) dengan
grafik seperti pada Gambar 9.3.
Layar Penuh
1
jika x < 0
J(x) = 1 − 4x 2 (9.10)
jika 0 < x < 1/2 Tutup
0 jika x > 1/2
Keluar
Gambar 9.3: Grafik fungsi keanggotaan K
1.5
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
1.0
Judul
Kaya
0.5
JJ J I II
0.0
0 1 2 3 4 5
Kembali
Grafik dari fungsi ini dapat dilihat pada Gambar 9.4
Contoh 9.6. Misalkan kita ingin membuat keanggotaan himpunan sebagian
Layar Penuh
besar. Maka pertama kita tentukan karakteristik dari keberadaan tersebut. Salah
satu yang bisa dilakukan adalah dengan melihat prosentase keberadaan objek
yang kita jadikan perhatian. Misalkan pula kita didefinisikan sebagai berikut: Tutup
2
kita dapat memilih definisi atau bentuk yang lain, misalnya 1 − 12x2 + 16x3
Keluar
Gambar 9.4: Grafik fungsi keanggotaan J
1.5
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
1.0
Jarang
Judul
0.5
JJ J I II
0.0
Kembali
1. benar mutlak (sebagian besar, bernilai 1) jika adanya lebih dari separuh
(0.5); Layar Penuh
Tutup
2. salah mutlak (tidak benar sebagian besar, bernilai 0) jika adanya 0 (tidak
ada);
Keluar
3. 8x33 untuk situasi diantara dua di atas, dengan x menunjukkan proporsi
keberadaan.
Maka bentuk fungsi secara keseluruhan adalah seperti pada persamaan (9.11). FMIPA-UNEJ
0
jika x < 0
3 Daftar Isi
S(x) = 8x jika 0 < x < 1/2 (9.11)
1 jika x > 1/2
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
3
kita dapat memilih definisi atau bentuk yang lain, misalnya 4x2
Keluar
9.4. Bacaan Lebih Lanjut
Teori tentang himpunan samar (fuzzy sets) dimulai oleh L.A. Zadeh, seo-
rang ahli teori kontrol, pada tahun 1965. Walaupun pada awalnya menda- FMIPA-UNEJ
pat banyak penolakan, terutama dari kalangan statistisi, dewasa ini teori
samar berkembang cukup pesat dan banyak diapliasikan dalam automatisasi
Daftar Isi
alat-alat elektronika. Automatisasi dengan sistim atau logika samar diklaim
mendapatkan hasil yang lebih sempurna (dibandingkan dengan tehnik dig-
ital yang berdasarkan logika 2 nilai) dan dalam pengendalian robot akan Judul
menghasilkan robot yang lebih cerdas dan lebih mendekati prilaku manusia.
2. pengatur transmisi automatis pada mobil dipelopori oleh perusahan Cari Halaman
mobil Nissan. Dengan sistim ini mobil dapat menghemat bahan bakar
sampai 12 sampai 17 %. Tahun 1992 perusahan mobil Mitsubishi men- Kembali
erapkan logika samar bukan saja pada transmisi tetapi juga pada sus-
pensi, kemudi dan daya 4 roda serta pengatur udara;
Layar Penuh
3. kamera dan video. Kamera dan video yang dilengkapi dengan sistim
logika samar dapat menghasilkan perhitungan penyinaran yang dan
Tutup
kontrol yang lebih sempurna sehingga menghasilkan gambar yang lebih
baik.
Keluar
Bagi pemula, buku tulisan Nguyen & Walker [13] cukup memadai sebagai
tahap awal mendalami logika samar. Aplikasi logika samar pada pengambi-
lan keputusan dapat dibaca pada Kusumadewi & Purnomo [8]. Sedangkan
aplikasi dalam sistim dan kontrol dapat dibaca pada Wang [21]. Pada buku FMIPA-UNEJ
yang sama Wang juga menguraikan arah dan cabang pengembangan teori
samar.
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
GLOSSARY
Judul
JJ J I II
A
Cari Halaman
abundan Bilangan abundan/berlebih adalah bilangan yang memiliki jum-
lah faktor sejati (termasuk 1), melebihi bilangan itu sendiri.
Kembali
aksioma Aksioma adalah pernyataan yang diterima kebenarannya dalam
rangka membangun suatu teori, yang menghasilkan teorema-teorema
dalam buku ini aksioma dianggap sama dengan postulat. Layar Penuh
K Daftar Isi
L
lemma Lemma adalah suatu sifat yang bergantung pada sistem di luar Cari Halaman
P Layar Penuh
T
Daftar Isi
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Daftar Isi
JJ J I II
[2] I. M. Copi. Symbolic Logic. The Macmillan Company, New York, 1961. Kembali
Tutup
[4] H.B. Enderton. Mathematical Introduction to Logic. Academic Press,
1972.
Keluar
[5] P. Fletcher, H. Hoyle and C.W. Patty. Foundation of Discrete Mathe-
matics. PWS-Kent Pub. Co., Boston, 1991.
[6] M.C. Gemignani. Basic Concept of Mathematics and Logic. Addison FMIPA-UNEJ
Wisley Pub.Co., 1968.
Daftar Isi
[7] S.K. Haza’s, S. Dyastriningrum & I. Ngathoillah. Sejarah Matematika,
Klasik dan Modern. UAD Presss, Yogyakarta, 2004.
Judul
[8] S. Kusumadewi and H. Purnomo. Aplikasi Logika Fuzzy untuk pen-
dukung Keputusan. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
JJ J I II
[9] S. Lipschutz. Set Theory and Relatd Topics. Schaum’s Outline Series,
McGraw-Hill Book Co., New York, 1974. 322 dari 330
[10] M.A. Munem and D.J. Foulis. Calculus with Analytic Geometry. Worth
Publisher, Inc, New York, 1978. Cari Halaman
[11] A.H. Nasoetion. Landasan Matematika. Bharata Karya Aksara, Jakarta, Kembali
1980.
[12] S. Negoro & B. Harahap. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia, Layar Penuh
Jakarta, 1990.
Tutup
[13] H.T. Nguyen and E. A. Walker. A First Course in Fuzzy Logic. Chapman
& Hall/CRC, London, 2nd edition, 2000.
Keluar
[14] N. Nissanke. Introductory Logic and Sets for Computer Scientists.
Addison-Wesley Longman Lmt., England:Harlow, 1999.
[15] A.D. Polimeni and H.J. Straight. Foundations of Discrete Mathematics. FMIPA-UNEJ
Brooks/Cole Pub. Co., California, 1985.
[16] E.T. Ruseffendi. Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru. Tarsito, Daftar Isi
Bandung, 3 edition, 1982.
[17] J.J. Siang. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Judul
[19] S. Sulistyaningsih. Mengenal Tehnik Dasar Komputer. M2S, Bandung, 323 dari 330
1984.
[20] N.L. Thomas. Modern Logic-an Introduction. Barnes & Noble, New Cari Halaman
York, 1968.
Kembali
[21] L-X. Wang. A Course in Fuzzy Systems and Control. Prentice-Hall
International Inc., London, 1997.
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
JJ J I II
Soekadijo, 8
Straight, 8, 66, 81, 101, 111, 123 FMIPA-UNEJ
Sulistyaningsih, 19
Walker, 135
Wang, 135 Judul
JJ J I II
Cari Halaman
Kembali
Layar Penuh
Tutup
Keluar
FMIPA-UNEJ
Judul
JJ J I II
CCNF, 43 defisien, 13
CDNF, 41 Euler, 109 Layar Penuh
CNF, 42 komposit, 22
disjungtif, 41 prima, 22
Tutup
lengkap, 41 sejarah, 111
DNF, 41 sempurna, 13
Keluar
biner, 35 implikasi, 32
bukti logis, 31
tak langsung, 76
kontradiksi, 76 faktor, 41
FMIPA-UNEJ
fungsi
negasi, 76
aljabar, 123
pengandaian, 76
karakteristik Daftar Isi
penyanggah, 76
bentuk, 123
Dagger, 21 lokasi, 123 Judul
pohon, 99 generalisasi
Venn, 88, 91–93, 95, 109, 111 universal, 79 Cari Halaman
diagram Venn, 47, 89 gugus, 86
dilema
Kembali
destruktif, 75 himpunan, 86
konstruktif, 74, 75 bagian, 89
dual, 18 berhingga, 87 Layar Penuh
berpotongan, 88
ekuivalen, 17 bilangan
Tutup
ekuivalensi asli, 57
biimplikasi, 32 cacah, 108
Keluar
kardinal, 108 implikasi, 27
diskrit, 107 formal, 28
ekuivalen, 89 logis, 31
elemen, 86 material, 28 FMIPA-UNEJ
deskripsi, 86 induksi
tabulasi, 86 lengkap, 77
Daftar Isi
keluarga, 90 matematika, 77, 107
kontinu, 107 irisan, 59
Judul
kosong, 87
jaringan
kuasa, 90
listrik, 46
partisi, 96 JJ J I II
penyelesaian, 56 kalimat
saling lepas, 88 matematika, 56 328 dari 330
sama, 88 terbuka, 56
samar, 86 tertutup, 56 Cari Halaman
semesta, 87 karakteristik, 40
subset kardinal
sifat-sifat, 96, 98–100 himpunan, 87 Kembali
takhingga, 87 kebenaran
terhitung, 107 nilai, 11 Layar Penuh
unsur, 86 tabel
hipotesis, 27 konjungsi, 13
Tutup
hirarki negasi, 12
perakit, 21, 34 kesimpulan, 27
Keluar
konklusi, 27 sifat-sifat, 92
konsekuen, 27
konstanta, 55 parabola, 123
kontra, 76 Peano, 77 FMIPA-UNEJ
tunggal, 12 eksklusif, 20
notasi, 8 konjungsi, 13
Cari Halaman
Lukasiewicz, 34 permutasi, 122
pernyataan
operasi himpunan aljabar, 17 Kembali
gabungan, 91 kalkulus, 17
irisan, 91 kondisional, 27 Layar Penuh
jumlah, 95, 96 majemuk, 13
kartesius, 113 tunggal, 11
Tutup
komplemen, 90 peubah, 55
selisih, 95, 96 primitif, 81
Keluar
rangkap, 18 uner, 35
pembicaraan, 55
seri, 47 JJ J I II
simbol, 8
spesifikasi
eksistensial, 79 330 dari 330
universal, 79
Stroke, 21 Cari Halaman
subset, 89
suku, 41
Kembali
syarat
cukup, 28, 29
perlu, 28, 29 Layar Penuh
tautologi, 16, 42
Tutup
tetapan, 55
translasi, 44
Keluar