Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap manusia akan menjadi dewasa, yaitu dewasa dalam berpikir dan
dewasa dalam bertindak. Waktu yang dibutuhkan setiap orang untuk menjadi dewasa
tentu saja berbeda-beda. Kedewasaan tidak dapat diukur dari besar tubuh dan usia
saja. Kedewasaan seseorang dapat dilihat dari cara berpikir dan sikap seseorang
dalam menghadapi suatu permasalahan.
Remaja yang dewasa adalah remaja yang mampu bertindak tegas,
bijaksana, dan berpikir ke depan. Remaja yang seperti itulah yang dibutuhkan untuk
membangun dunia. Sebagian besar remaja yang kita lihat sekarang adalah remaja
yang egois, suka menghambur-hamburkan uang, dan hanya bisa menyusahkan orang
lain.
Mengacu pada permasalahan tersebut, penulis memilih judul Kiat
Menjadi Remaja yang Dewasa untuk penyusunan karya tulis ini. Penulis berharap,
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya para remaja agar
mampu mendewasakan dirinya dan meninggalkan sifat kekanak-kanakannya untuk
mencapai kesuksesan.
1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan masalah dalam karya tulis ini adalah agar para
remaja dapat memaknai kedewasaan dengan benar dan menyadari betapa

membanggakannya menjadi remaja yang telah dewasa. Selain itu, juga bertujuan
untuk mengajak para pembaca khususnya para remaja supaya mau berusaha
mendewasakan dirinya serta memahami dorongan dan halangan menuju kedewasaan.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan masalah dalam karya tulis ini meliputi makna
kedewasaan bagi para remaja, faktor-faktor yang menentukan kedewasaan seorang
remaja, hal-hal yang dapat mendewasakan seseorang, sikap hidup remaja yang
dewasa, yang menarik dari kedewasaan, usaha mencapai kedewasaan, rintangan
menuju kedewasaan, dan tenaga pendorong menuju kedewasaan.
1.4 Sumber Data
Penulis mendapatkan data dan informasi untuk menulis karya tulis ini
dari sumber tertulis berupa buku literatur mengenai kedewasaan seorang remaja.
Selain itu data juga diperoleh dari hasil pengamatan penulis terhadap objek data.
1.5 Metode dan Teknik
Metode yang digunakan penulis untuk menulis karya tulis ini adalah
metode penelitian kepustakaan. Sedangkan teknik yang digunakan penulis adalah
membaca sumber tertulis, menganalisis data, dan menarik kesimpulan serta
menuangkannya dalam karya tulis ini. Selain itu, penulis juga melakukan observasi
atau pengamatan terhadap para remaja.

BAB II
KIAT MENJADI REMAJA YANG DEWASA

2.1 Makna Kedewasaan


Kedewasaan merupakan suatu proses yang panjang. Kedewasaan hanya
dapat dicapai oleh orang yang mau menjadi dewasa. Kedewasaan adalah suatu proses
yang tak pernah berakhir. Bagi kita para remaja, proses tersebut dapat dipercepat
melalui kepatuhan-kepatuhan pada peraturan dan rasa tanggung jawab.
Suatu pepatah Cina mengatakan, Apabila kamu bekerja untuk setahun,
tanamlah padi. Apabila kamu bekerja untuk seabad, tanamlah pohon. Apabila kamu
bekerja untuk keabadian, tanamlah manusia.
Proses pertumbuhan sebuah tumbuhan itu lambat dan tidak dapat
dielakkan. Daun-daunnya berguguran setelah musim panen, kemudian pada musim
semi tunasnya bermunculan, dan kemudian bunga-bunganya. Semua ini pada
gilirannya akan menumbuhkan anggur-anggur muda yang belum masak dan akhirnya
setandan penuh buah anggur. Memang hal itu tidak memakan waktu lama, namun
keseluruhan proses itu harus berlangsung. Tidak ada fase yang dapat dihapuskan.
Begitu pula dengan manusia. Ketika baru dilahirkan, kita tidak tahu apaapa. Setiap tahun kita selalu bertumbuh. Itu tidak dapat dipungkiri. Sampai saat ini
kita telah menjadi seorang remaja. Dalam diri kita, kita sering berpikir, Remaja
seperti apakah saya?, Apakah saya ingin menjadi remaja yang seperti ini?, atau
Benar atau salahkah bila saya menjadi remaja yang seperti ini?

Semua jawabannya tergantung pada diri kita masing-masing. Kita harus


sadar. Saat ini kita telah dewasa. Bukan anak kecil lagi. Jadi, pantaskah kita
bertingkah laku seperti anak-anak? Tidak pantas. Tetapi, mengapa sampai saat ini
masih ada saja remaja yang seperti itu? Kita dapat melihat begitu banyak remaja yang
belum bisa menggunakan otaknya. Remaja yang suka bolos, remaja yang merasa
bangga dengan menghisap rokok, remaja yang bangga karena berhasil mencontek
padahal sedang ada guru, remaja yang sudah tahu banyak tentang rasa narkoba,
remaja yang suka memamerkan kehebatannya naik motor dengan kebut-kebutan di
jalan, dan remaja yang merasa hebat karena punya pacar lima. Bukankah itu semua
dapat kita lihat dalam kehidupan nyata? Bukankah kita bisa menjadi remaja yang
selalu masuk sekolah, remaja yang bangga karena menjadi juara kelas, remaja yang
rajin belajar dan mendapat nilai bagus, remaja yang memiliki banyak pengalaman
dalam mengikuti lomba, atau remaja yang memiliki kerendahhatian? Kalau kita bisa
seperti remaja kedua, mengapa kita harus seperti remaja pertama?
Sebenarnya, dalam kehidupan manusia ada tiga fase menuju kedewasaan.
Yang pertama adalah masa kanak-kanak yang memiliki sifat bergantung. Saat yang
menunjukkan bahwa bayi harus bersandar pada orang lain dalam segala hal. Fase
kedua adalah masa remaja yang mandiri. Saat yang menunjukkan bahwa anak yang
sedang berkembang itu menyadari keadaan dirinya dan menuntut hak untuk
menentukan keputusannya sendiri. Anak itu tidak lagi suka bergantung pada orang
lain melainkan ia merasa mampu memilih tujuan hidupnya sendiri. Pada fase inilah
kita berada saat ini. Tetapi terkadang, kebebasan yang kita anggap milik kita ini

sering disalahartikan dan sebenarnya kita masih membutuhkan orang lain sebagai
sandaran kita. Selanjutnya, fase ketiga adalah masa dewasa yang semakin matang.
Kemampuan-kemampuan orang itu berkembang dan sekarang ia telah menjadi orang
yang sangat bertanggung jawab.
2.2 Sikap Remaja yang Gagal Menuju Kedewasaan
Remaja-remaja yang gagal mendewasakan dirinya menunjukkan sifatsifat yang negatif. Berikut sifat-sifat manusia yang telah gagal menuju kedewasaan.
a. Pertumbuhan yang terhambat
Susu dan daging adalah makanan manusia. Susu adalah makanan yang
sesuai untuk bayi, sedangkan daging adalah untuk orang dewasa. Susu
merupakan makanan yang telah dicernakan yang diterima oleh bayi dari ibunya,
dan bayi itu hidup darinya. Remaja yang belum dewasa adalah remaja yang
belum disapih dari susu yang adalah kehidupan anak-anaknya dan remaja yang
belum siap untuk makan daging dalam artian belum siap untuk dewasa. Bayi
remaja yang belum dewasa itu memiliki sistem pencernaan yang lemah untuk
hidup dewasa dan memerlukan bumbu-bumbu untuk menyedapkannya.
b. Ketidakstabilan emosi
Ketidakstabilan sama-sama dialami oleh anak kecil dan remaja yang
belum dewasa. Remaja yang belum dewasa tak pernah mencapai keyakinan diri
yang begitu kuat yang membuat ia mau menderita demi keyakinannya itu.
Remaja yang belum dewasa cenderung untuk hidup dalam alam emosi yang
berubah-ubah, dan hal ini bisa bersifat tidak stabil dan kejam. Bukannya

didorong oleh prinsip-prinsip kehidupan yang benar, bayi remaja itu malah
digerakkan oleh perasaan-perasaan yang sementara.
c. Perselisihan
Sebagian besar anak kecil sangat lekas marah dan perasaan mereka mudah
terluka. Mereka sangat dipengaruhi oleh rasa suka dan tidak suka dan cenderung
bersifat suka bertengkar. Bila sifat-sifat seperti ini muncul dalam kehidupan
remaja, maka remaja itu akan sama seperti anak kecil yang suka berselisih dan
belum dapat berpikir mengenai akibat-akibat yang akan diterimanya. Remaja
yang belum dewasa menimbulkan berbagai kesulitan sedangkan remaja-remaja
yang telah dewasa mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
d. Kecenderungan memikirkan hal-hal duniawi
Remaja yang telah menganggap dirinya dewasa tetapi masih cenderung
memikirkan hal-hal duniawi, masih berpikir untuk sekarang, bukan untuk besok
bukanlah remaja yang benar-benar telah dewasa. Bisa disebut, itu adalah remaja
yang munafik dan belum tahu benar keadaan dirinya. Ia menikah dengan
kedewasaan tetapi ia bercumbu dengan kekanak-kanakan.
e. Ketidakpekaan terhadap kejahatan
Ketidakmampuan untuk membedakan antara baik dan buruk merupakan
suatu tanda lain dari ketidakdewasaan. Remaja yang dewasa adalah remaja yang
telah melatih dirinya untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Tidak
hanya sebatas tahu, melainkan menerapkannya di dalam kehidupan. Remaja
yang belum dewasa tidak menganggap hal-hal yang meragukan itu berbahaya

dan mereka biasanya bertindak menurut keinginan, bukan berdasarkan prinsip.


Kurangnya kepekaan terhadap kejahatan ini menyebabkan remaja yang belum
dewasa ini mudah terbujuk oleh hal-hal yang membudaya dalam masyarakat
saat ini.
f. Pementingan diri sendiri
Anak kecil sifatnya mementingkan diri sendiri dan demikian juga halnya
dengan remaja yang belum dewasa. Tekanan zaman ini untuk mengasihi diri
sendiri terdengar aneh bila kita mengingat tekanan yang Tuhan berikan untuk
menyangkal diri. Tekanan untuk mengasihi diri sendiri cenderung hanya
merupakan manifestasi lain dari ketidakdewasaan. Remaja yang dewasa
mengabaikan dirinya memberikan kasihnya bagi orang lain.
g. Kecaman yang bersifat merusak
Kecaman yang bersifat merusak merupakan ciri-ciri dari remaja yang
belum dewasa. Sifat sebenarnya dari kecaman tersebut terlihat dalam fakta
bahwa kecaman tersebut selalu terlontar karena suatu sikap merasa diri lebih
hebat. Orang yang sangat mudah mengkritik kesalahan dan kekurangan orang
lain, baik benar atau hanya berupa dugaan, sebenarnya hanya menutupi
kesalahan dan kekurangan diri. Kecaman tersebut hanya merupakan pantulan
dari sikap-sikap salah orang itu sendiri.

2.3 Usia Tua Tidak Sama dengan Kedewasaan


Ada anggapan bahwa orang dewasa itu haruslah orang yang sudah tua
usianya. Anggapan ini untuk sebagian memang merupakan kebenaran, tetapi tidaklah
mutlak harus demikian. Kedewasaan memang banyak ditentukan oleh pengalaman
hidup kita masing-masing. Makin lama kesempatan untuk memperoleh pengalaman
hidup itu, atau makin bertambah usia kita, makin besarlah kemungkinan

untuk

mendewasa dalam mental.


Karena setiap manusia memiliki latar belakang, watak dan pandangan
yang berbeda-beda, maka sikap manusia pun beraneka ragam. Beberapa orang
menghadapi prospek masa tua dengan cara yang sangat negatif, dan akibatnya reaksi
mereka bernada belum dewasa. Sedangkan orang lain menghadapinya dengan
pandangan yang lebih positif dan penuh harapan, dan karena itu mereka bernada lebih
dewasa.
Kelompok yang terakhir itulah yang menunjukkan kedewasaan yang
sebenarnya. Ini karena mereka telah memahami dan menyadari betapa pentingnya
memiliki sikap hidup yang dewasa.
Lalu, bagaimana dengan kita? Haruskah kita berpikir bahwa yang tua saja
belum dewasa, tentu saja yang remaja belum memiliki tuntutan untuk menjadi
dewasa. Jadi, nanti sajalah bersikap dewasanya. Ya, memang. Tetapi, bukankah lebih
baik kalau kita bisa lebih dewasa daripada orang-orang yang sudah tua.
Zaman akan selalu berubah. Tuntutan hidup dari tahun ke tahun akan
semakin bertambah. Mungkin saja kelak tuntutan pertama bagi manusia untuk dapat

hidup adalah bersikap dewasa. Jadi, apa salahnya bersikap dewasa mulai dari
sekarang.
2.4 Hal-Hal yang Mendukung Kedewasaan
2.4.1 Bantuan Tuhan kepada Kedewasaan
Tuhan selalu bertindak dalam kehidupan umat-umat-Nya. Begitu pula
kepada kita para remaja, termasuk dalam hal kedewasaan. Campur tangan
Tuhan

dalam

kehidupan

sangat

besar

pengaruhnya.

Tuhan

mampu

mengubahkan seorang remaja yang bersikap kekanak-kanakan menjadi seorang


remaja yang bersikap dewasa dengan jurus-jurus-Nya yang jitu. Tetapi, Tuhan
hanyalah membantu kita dengan menyadarkan kita. Selebihnya, itu hak kita
untuk memilih tetap menjadi anak-anak atau berubah menjadi dewasa.
2.4.2 Kedewasaan Memerlukan Disiplin
Dunia adalah milik orang yang disiplin. Pernyataan ini mungkin terdengar
berlebihan, tetapi pernyataan ini mengandung kebenaran. Hanya orang yang
disiplin yang akan mencapai kemampuan tertingginya. Hanya orang yang
dipersiapkan untuk menegakkan disiplin diri secara tetaplah yang akan
mengalami kedewasaan yang terus menerus bertambah. Oleh karena itu, untuk
menjadi dewasa dapat dimulai dengan mendisiplinkan diri terlebih dahulu.
Mungkin setelah kita berhasil menjadi seorang remaja yang disiplin kita bisa
menjadi seorang remaja yang dewasa.

2.5 Hal-Hal yang Menghambat Kedewasaan


2.5.1 Rintangan Iblis terhadap Kedewasaan
Seorang jenderal yang baik harus menerobos otak musuhnya. Kata-kata
Victor Hugo ini juga berlaku dalam peperangan rohani antara manusia dengan
para iblis. Karena musuh kita, yaitu iblis merupakan makhluk kuat di alam
semesta dan karena ia bersikap keras kepala terhadap umat beriman, tentu
seorang remaja yang hendak dewasa perlu tahu strategi dan taktik iblis untuk
memposisikan kita sebagai remaja yang belum dewasa.
Iblis dapat membuat kita menjadi seperti anak-anak dengan berbagai
macam cara. Terkadang, hal yang kita pikir membawa kita menjadi dewasa
ternyata membuat kita semakin tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak.
Iblis suka menggoda kita dengan hal-hal yang menyenangkan dan kita tidak
sadar bahwa saat itu iblis sedang beraksi. Oleh karena itu, kita harus pandaipandai menjaga diri dan membentengi diri dengan senjata ampuh kita yaitu
Allah.
2.5.2 Kedewasaan Melalui Pencobaan dan Ujian
Pencobaan merupakan pengalaman hidup yang dialami oleh setiap orang.
Dalam karangannya, Bernard (1983:35) mengatakan, kita tak akan pernah
sepenuhnya bebas dari pencobaan, tak ada masyarakat yang begitu suci, tak ada
tempat yang begitu rahasia yang bebas dari pencobaan. Karena kita sebagai
remaja hidup dalam lingkungan pencobaan yang tak ada hentinya, tak ada
proses pendewasaan yang lengkap tanpa memperhitungkan hal tersebut.

10

Orang yang dewasa adalah orang yang telah belajar bagaimana cara
menghadapi suatu pencobaan dan muncul sebagai pemenang. Iblis, seperti yang
dikatakan sebelumnya memiliki banyak cara untuk menghancurkan kita. Salah
satunya dengan memberikan pencobaan kepada kita. Hanya remaja-remaja yang
berhasil menjadi pemenang dalam hal melawan pencobaan itulah yang akan
menjadi manusia dewasa.
2.6 Reaksi Remaja Dewasa terhadap Berbagai Keadaan
Kedewasaan kita tergambar dengan sangat jelas dalam sikap kita dan
reaksi spontan kita terhadap keadaan kita, terutama keadaan-keadaan yang tidak
diduga dan tidak diharapkan. Kedewasaan Rasul Paulus terpancar dengan jelas dalam
reaksinya ketika ia dipenjarakan dengan tidak adil.
Begitu pula dengan kita para remaja. Seorang remaja yang dewasa
mampu bertahan dalam kondisi apapun. Menilai apakah seorang remaja telah dewasa
atau belum adalah hal yang sangat mudah. Misalnya saja, seorang remaja ditawari
temannya untuk merokok. Bila ia adalah remaja yang dewasa maka ia akan menolak
tawaran temannya itu dengan sopan sambil berusaha menyelamatkan temannya yang
mungkin telah kecanduan merokok. Tetapi bila ia adalah remaja yang belum dewasa,
maka tawaran temannya itu akan ia terima dengan senang hati dan lebih parah dari itu
mungkin ia malah akan terjerumus ke dalam pemakaian obat-obatan terlarang.
Kebanyakan kita menunjukkan semangat hidup yang lebih baik ketika
kita

telah

menyadari

pentingnya

menjadi

Bagaimanakah sikap hidup remaja yang dewasa?

11

seorang

remaja

yang

dewasa.

a. Menerima, bukan memberontak


Setiap remaja akan memberontak bila menghadapi permasalahan. Berbeda
dengan remaja dewasa yang telah menyadari bahwa Allah selalu beserta dengan
kita dan seberat apapun masalah yang kita alami, kita harus menerimanya.
Bukan memberontak dan mencaci sepanjang hari.
b. Senang, bukan mengeluh
Remaja yang belum dewasa akan selalu mengeluh bila apa yang terjadi
dalam hidupnya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Hanya remaja yang
dewasalah yang tahu dan selalu berterima kasih atas apa yang telah Allah
izinkan terjadi dalam hidup kita. Di mulut seorang remaja yang belum dewasa
akan terdengar keluhan-keluhan, sedangkan di mulut seorang remaja dewasa
akan selalu terdengar kata-kata syukur dan ungkapan kegembiraan yang
meluap-luap.
c. Percaya, bukan khawatir
Reaksi yang umum terhadap keadaan-keadaan yang sulit adalah
memperturutkan rasa khawatir dan gelisah. Sebenarnya kekhawatiran berasal
dari kurangnya kepercayaan kita kepada Allah. Kita masih belum percaya
sepenuhnya, bahwa Allah akan selalu menaungi kita. Dengan menumbuhkan
rasa percaya yang semakin dalam pada Allah, maka rasa khawatir itu akan
lenyap.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menjadi remaja yang dewasa bukanlah hal yang mudah. Namun dengan
berbagai usaha memperbaiki diri, kita pasti akan mampu menjadi remaja yang lebih
dewasa. Apalagi dengan campur tangan Tuhan dalam hidup kita yang selalu
merencanakan yang terbaik untuk kita.
Masa remaja merupakan batas antara masa anak-anak dan dewasa.
Sebagai remaja, kita punya dua pilihan, yaitu menjadi remaja yang dewasa atau
menjadi remaja yang kekanak-kanakan. Pilihan itu ada di tangan kita, bukan orang
lain yang menentukannya.
Tanda kedewasaan setiap remaja dapat dilihat dari sikap hidupnya.
Jadilah remaja dengan sikap hidup yang baik maka kita akan menjadi remaja dewasa
yang luar biasa.

13

3.2 Saran
Teruslah berusaha menjadi remaja yang dewasa karena pada masa
mendatang akan ada banyak masalah yang menanti kita. Bila kita bisa menjadi remaja
yang dewasa, pasti kita bisa menjadi pemuda-pemudi yang dewasa pula, dan
selanjutnya kita akan menjadi orang tua yang dewasa yang siap mendidik anakanaknya.
Ketika hambatan menjadi dewasa itu datang, lawan semuanya dengan
kuasa Tuhan. Tuhan pasti akan membantu kita ketika kita mengalami kesulitan.
Tuhan tidak akan memberi kita beban yang tidak mampu kita pikul. Jadi tetaplah
berteguh pada Tuhan.
Dimulai dari sekarang, bukan besok. Itulah yang terpenting. Semakin
sering kita menunda, semakin besar kemungkinan kita untuk gagal menjadi remaja
yang dewasa.

14

DAFTAR PUSTAKA

Fuster, J. M. 1985. Teknik Mendewasakan Diri. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Kanisius.


Julius dan Rini Chandra. 1986. Melangkah ke Alam Kedewasaan. Cetakan ke-1. Edisi
ke-2. Yogyakarta: Kanisius.
Sanders, J. Oswald. 1990. Tinggalkan Sifat Kekanak-Kanakan. Cetakan ke-1.
Malang: Gandum Mas.

15

Anda mungkin juga menyukai