PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah merupakan material/bahan sisa baik padat maupun cair yang
terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia atau proses alam yang tidak
atau belum memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan menjadi sampah alam,
sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah
pertambangan. Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar
yang diintegrasikan melalui proses daur ulang alami. Sampah manusia adalah
sampah yang dihasilkan oleh pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang(manusia) dalam
pengertian lain, sampah yang dibuang ke tempat sampah. Sampah nuklir adalah
sampah hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup. Sampah indutri adalah
sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi besar yang biasa dilakukan di
dalam pabrik. Sampah pertambangan adalah sampah yang dihasilkan para
penambang dari kegiatan pertambangan.
Menurut bentuknya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah padat dan
sampah cair. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,
urine, dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga, sampah dapur,
sampah kebun, plastic, metal, gelas, dan lain-lain.
Menurut bahannya, sampah padat dapat digolongkan menjadi sampah
organik (degradable) dan sampah anorganik (undegradable). Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik dan dapat diuraikan, seperti sisa sayuran, kotoran hewan, sisa kertas,
potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan ranting pohon, rumput saat
pembersihan kebun. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari barang
yang tidak mengandung bahan-bahan organik.
Decomposer
dan
SUPERFARM
(Effective
Microorganism)atau
mikroorganisme
yang
tidak
membutuhkan
udara
dalam
tanaman.
Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya
persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang
suspensi,
Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan
o
o
o
derajat humifikasinya,
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
Tidak berbau.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
2.3.2. Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk mendapat jawaban(Wikipedia).
3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X SMA FRANSISKUS tahun
pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang yang tersebar dalam 6 kelas yaitu :
*X1= 6 orang
*X2= 6 orang
*X3= 7 orang
*X4= 7 orang
*X5 = 7 orang
*X6 = 7 orang
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari angket terbuka yang disebarkan penulis menemukan berbagai
macam jawaban. Untuk pertanyaan pertama, sebagian besar dari mereka
menjawab memisahkan sampah organic dan anorganik,lalu diikuti dengan
membuat kompos dan mendaur ulang sampah. Sebagian kecil menjawab
dibakar,dibuang dan ditimbun. Selanjutnya untuk pertanyaan kedua, mereka lebih
12
4.2 Pembahasan
Pada segmen ini,penulis ingin mengupas lebih lanjut tentang jawabanjawaban yang telah diperoleh dari hasil angket. Untuk pertanyaan nomor
satu,mayoritas menjawab dengan cara memilah-milah sampah organic dan
anorganik. Hal ini termasuk langkah awal yang baik karena setidaknya mereka
sudah menyadari bahwa sampah tidak dapat diolah dengan baik jika tidak dipilahpilah. Contoh konkretnya di sekolah kami sudah mengelompokan kotak sampah
menjadi 3 bagian,yaitu organik, anorganik tisu dan kertas serta anorganik plastik.
Lalu mendapat kedua yaitu membuat kompos dan mendaur ulang. Dari pendapat
tersebut, penulis yakin bahwa siswa-siswi sudah dapat mengambil nilai gunanya.
Kompos yang dibuat dapat menyuburkan tanaman dan apabila dijual juga dapat
mendatangkan penghasilan. Selain itu, benda-benda yang sudah tidak berguna
seperti plastik dapat didaur ulang menjadi barang baru yang lebih berguna.
Sedangkan jawaban minoritas berupa dibakar,dibuang dan ditimbun
menggambarkan bahwa sebagian kecil siswa belum berpikiran untuk
menindaklanjuti masalah sampai titik akhir.
Untuk jawaban pertanyaan kedua yaitu meningkatkan kepeduliaan siswa
dalam menjaga lingkungan dan menambah wawasan siswa dalam mengolah
sampah, dapat kita lihat bahwa siswa dapat mengambil segi positif dari kegiatan
pengolahan sampah di sekolah . Siswa yang awalnya tidak pernah berpikir untuk
menjaga kebersihan lingkungan menjadi lebih peduli dalam ikut serta dalm aksi
menjaga lingkungan hidup. Siswa juga semakin mengetahui cara-cara mengolah
sampah sehinggan sampah yang awalnya tidak berguna dapat menjadi lebih
berguna.
4.3 Kesimpulan
13
Dari hasil angket dan pembahasan, dapat kita simpulkan bahw cara
pengolahan sampah yang baik adalah dengan memilah-milah sampah kedalam 3
golongan terlebih dahulu lalu memproses sampah di setiap golongan untuk hasil
maksimal. Seperti mengolah sampah organic menjadi kompos.
Lalu dampak pengolahan sampah organic di sekolah sudah cukup baik,
karena sebagian besar responden mengakui dampak positif psikologis berupa
penanaman rasa cinta lingkungan, sadar dan peduli, serta pengetahuan mengolah
sampah organic menjadi kompos.
4.4 Saran
Bagi siswa, tanamkanlah rasa cinta lingkungan, karena bumi tempat kita
tinggal juga butuh perawatan dan pelestarian. Kita tidak boleh egois dengan
mengeksploitasi seluruh sumber daya yang ada dan bahkan tidak peduli dengan
sampah hasil aktivitas kita sendiri. Betapa baiknya jika kita juga memikirkan
tentang nasib anak cucu kita di masa mendatang. Terutama disini yang ditekankan
adalah masalah kepedulian terhadap smapah, dimana kita dituntut untuk tidak lari
dari maslah tetapi mencoba menghadapinya dengan solusi terbaik
Bagi orang tua dan guru, berikanlah contoh yang baik dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan tingkatkan rasa peduli terhadap lingkungan hidup
dalam diri anda. Setelah anda berprinsip kuat dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan, anda akan dapat menanamkan prinsip yang sama ke dalam
diri para generasi muda dengan lebih mudah
Bagi pemerintah, galakkan program cinta lingkungan dan mulailah peduli
dengan masalah lingkungan yang dapat berakibat fatal. Seperti program
pemerintah yang pernah dilakukan yaitu menanam sejuta pohon. Hal ini perlu
lebih ditingkatkan dalam perawatan dan kesinambungan penjalanan program.
Pemerintah dituntut untuk berperan aktif dan menghasilkan kebijakan-kebijakan
baru yang mengutamakan kepentingan bumi, bukan kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Tentu tak mudah untuk mengatasi masalah ini, tetapi dengan
14
pengorganisiran yang baik disertai keinginan yang mantap, pemerintah tentu akan
dapat memimpin Indonesia, sebagai satu kesatuan yang baik, ke jalan yang lebih
baik.
15