Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RUMAH SAKIT

INVESTASI LAPARASKOPI PADA RS PRIMAYA BETANG PAMBELUM

Disusun oleh:

Kelompok 4:

1. Ade Christian A. Rompas 216080061


2. Ratno Samodro 216080075
3. Barkah Qonita N 216080102
4. Arif MZ 216080056
5. Riski Septiliani 216080099

XXXIV E

Dosen Pembimbing:

Dr. Abdul Azis, BE, SKM. MM. MARS

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU RS No 44 Tahun 2009 disebutkan bahwa rumah sakit adalah


institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Masalah kesehatan dewasa ini terus berkembang, hal ini menuntut kemampuan dan
profesionalisme kalangan medis untuk mengatasinya dengan layanan medis yang tepat,
cepat dan akurat sangat diharapkan oleh masyarakat.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh berbagai


aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta perkembangan
lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Tingkat pertumbuhan
penduduk di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data yang
dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan tahun 2000- 2025 yang menunjukkan bahwa untuk
Indonesia secara umum, jumlah penduduk akan mengalami peningkatan dari 205,1 juta di
tahun 2000 menjadi 273,1 juta di tahun 2025. Dan untuk wilayah Sidoarjo Perkiraan laju
pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir rata-rata per tahun 2,21%. Jumlah
penduduk Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2011 sebesar 1.778.209 jiwa. Perbandingan
antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang yaitu 869.149 (50,02%) jiwa
penduduk laki-laki dan 868.542 (49,98%). Kabupaten Sidoarjo mempunyai 18 kecamatan,
dengan total tempat tidur yang disediakan oleh rumah sakit yang ada di Kabupaten
Sidoarjo sebanyak 1906. Jika dibandingkan dengan rasio 1 TT:1.000 penduduk maka di
Kabupaten Sidoarjo perbandingan TT dan jumlah penduduk adalah 1 : 849. Dari 23 RS
yang ada di Kabupaten Sidoarjo penyebarannya tidak merata, khususnya untuk kecamatan
Krian sehingga dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Kabupaten Sidoarjo membutuhkan
adanya fasilitas dan sarana yang dapat melayani masalah kesehatan masyarakat di
Kabupaten Sidoarjo.

Sekarang ini pemerintah telah mengembangkan kebijakan pelayanan kesehatan


dengan menerapkan peran serta masyarakat secara luas, sehingga telah memberikan
peluang dan dorongan dari masyarakat maupun swasta. Keterlibatan sektor swasta harus
menjadi pencerminan sikap kemandirian masyarakat guna mengantisipasi kebijakan
pemerintah tersebut dan menjawab tantangan meningkatnya kebutuhan akan penyediaan
jasa pelayanan kesehatan. Dalam mendukung program tersebut, Rumah Sakit Primaya
Betang Pambelum (sebelumnya dikenal dengan nama RS Awal bros) adalah Rumah Sakit
Umum Swasta Tipe C yang berlokasi di Jl. Tjilik Riwut Km6.5,Kelurahan Bukit Tunggal,
Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Provinsi KalimantanTengah turut berperan
serta dan mengambil bagian di dalamnya dengan menyediakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum.

I.2.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami perhitungan investasi pembelian suatu inventaris / barang
di suatu Rumah Sakit agar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Berdiri Nya Rumah Sakit Betang Pambelum


Sebelum bergabung dengan Group Rumah Sakit Primaya, proyek
pembangunanRumah Sakit Primaya Betang Pambelum dikenal dengan nama Rumah Sakit
KatolikPalangkaRaya. Pembangunan Rumah Sakit Katolik Palangka Raya ini diprakarsai
olehKeuskupanPalangka Raya dan mulai berdiri pada tanggal 02 bulan Desember tahun2005.
Danapembangunan Rumah Sakit Katolik Palangka Raya merupakan bantuan
secarabertahapdaridana umat Katolik Kalimantan Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi
KalimantanTengah,lembaga-lembaga dalam dan luar negeri, serta sukarela dari masyarakat
umum.
Dalam perencanaanya, panitia pembangunan Rumah Sakit Katolik Palangka Raya
membutuhkan dana sangat besar, keterbatasan dana yang terkumpul dan dimiiki oleh panitia
pembangunan membuat pembangunan fisik rumah sakit memakan waktu hinggal 10
tahun.Melihat potensi market yang ada di Kota Palangka Raya serta bangunan fisik Rumah
Sakit Palangka Raya yang belum rampung, PT Famon Global Awal Bros melalui anak
usahanya PT.Fortuna Griya Medika berkerja sama dengan Keuskupan Palangka Raya untuk
menyelesaikan bangunan fisik Rumah Sakit Katolik Palangka Raya.
Berbekal pengalaman yang mumpuni dalam mengelola dan mengembangkan rumah
sakit, PT. Fortuna Griya Medika diberikan kesempatan untuk mulai melakukan langkah
pengembangannya terhadap Rumah Sakit Katolik Palangka Raya, hal ini diawali dengan
bergantinya nama Rumah Sakit Katolik Palangka Raya pada bulan Maret 2012 menjadi
Rumah Sakit Awal Bros Betang Pambelum yang kemudian berganti brand baru menjadi RS
Primaya Betang Pambelum pada bulan Desember tahun 2020.
Besar harapan, Grup Rumah Sakit Primaya yang hadir di Kota Palangka Raya dapat
memberikan solusi bagi masyarakat dalam memilih fasilitas kesehatan dengan sistem
pelayanan yang baik dan mutu yang berkualitas bagi masyarakat Kota Palangka Raya dan
sekitarnya.

2.2 Visi, Misi, Motto RS Primaya Betang Pambelum

 Visi Visi Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum adalah:


"Menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yangterbaikdanterpadu
sesuai dengan standar profesi bagi seluruh lapisan masyarakat tanpamembedakan suku,
golongan, status sosial, dan agama serta berdasarkanpadanilai-nilai kasih, kejujuran,
tanggung jawab, kesetiaan, dan disiplin."
 Misi Misi Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum adalah :
"Kami berkomitmen untuk mengoptimalkan kualitas hidup orang
banyakdenganpelayanan yang penuh kasih sayang, terpercaya dan fokus pada
pelanggan."
 Motto Motto Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum adalah:
"Serviam in Caritate”(Melayani Dengan Kasih)”

2.3 Sejarah Laparaskopi

Sejarah perkembangan laparoskopi dapat ditelusuri kembali ke tahun 1901 ketika


George Killing dari Jerman memasukkan cystoscope ke dalam perut anjing yang hidup
setelah membuat pneumoperitoneum menggunakan udara. Satu abad ke depan, sekarang
laparoskopi lebih maju dan berteknologi. Dengan puncak kemajuan teknologi, operasi
laparoskopi sudah mendarah daging dalam praktek bedah dan para ahli bedah mampu
melakukan prosedur laparoskopi yang beragam dan rumit, juga diistilahkan sebagai bedah
invasif minimal 2.
Pada tahun 1910, seorang ahli bedah dari Stockholm, Hans Christian Jacobaeus,
melakukan laparoskopi yang pertama dengan menggunakan cystoscop dan melaporkan telah
melakukan laparoskopi pada 72 pasien. Pada tahun yang sama Killing melaporkan
penggunaan cystoscop untuk peritoneoscopy pada 45 pasien. Bernheim merupakan seorang
ahli bedah dari rumah sakit Universitas John Hopkins yang pertama kali mengaplikasikan
laparoskopi di Amerika Serikat 1.
Namun, perubahan revolusioner besar dalam praktek bedah laparoskopi terjadi pada
tahun 1988 ketika Mouret dari Perancis melakukan kolesistektomi laparoskopi pertama. Alih-
alih mengeluarkan kantong empedu melalui sayatan Kocher, ia melakukannya melalui
beberapa luka kecil yang masing-masing tidak lebih dari 1 cm. Konsep yang menarik ini
memicu perkembangan yang intens dalam instrumentasi, inovasi dalam prosedur teknis
lanjutan, pengembangan program pelatihan, dan pengaturan pusat laparoskopi .
Prosedur bedah telah semakin maju dan modern untuk membantu pasien dalam
mengurangi trauma, morbiditas, mortalitas, dan lama rawat inap di rumah sakit. Semua itu
dengan hasil akhir berupa menurunnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pasien.
Seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang anatomi dan patofisiologi, telah
mengantarkan berkembangnya suatu teknik endoscopy untuk prosedur diagnostik dan
pembedahan. Diawali pada awal tahun 1970, beberapa kasus ginekologi didiagnosa dan
diterapi dengan menggunakan teknik laparoscopy. Pendekatan endoscopy tersebut kemudian
berkembang untuk cholecystectomy pada tahun 1980. Sejak diperkenalkan pertamakali untuk
prosedur laparoscopy cholecystectomy, teknik laparoscopy telah semakin luas
penggunaannya di seluruh dunia.

Di Indonesia, teknik bedah laparoskopi mulai dikenal di awal 1990-an ketika tim dari
RS Cedar Sinai California AS mengadakan live demo di RS Husada Jakarta. Selang setahun
kemudian, Dr Ibrahim Ahmadsyah dari RS Cipto Mangunkusumo melakukan operasi
laparoskopi pengangkatan batu dan kantung empedu (Laparoscopic Cholecystectomy) yang
pertama. Sejak 1997, Laparoscopic Cholecystectomy menjadi prosedur baku untuk penyakit-
penyakit kantung empedu di beberapa rumah sakit besar di Jakarta dan beberapa kota besar di
Indonesia (Imadeharyoga, 2008).

2.4 Tindakan Bedah Dengan Laparoskopi

Secara umum tidakan laparoskopi dapat dibagi menjadi intra abdominal dan ginekologi.
Beberapa tindakan yang sering menggunakan teknik laparoskopi : (Michaels, 2005)

a. Intra abdominal
 Cholescystectomy
 Appendectcomy
 Colectomy
 Inguinal hernia repair
 Adrenalectomy
 Nephrectomy
 Prostatectomy
 Pancreatectomy
 Splenectomy
 Liver resection

b. Ginekologi
 Kehamilan ektopik
 Ovarian cystectomy
 Pemulihan torsi ovarium
 Salphingo-oophorectomy
 Hysterectomy
 Myomectomy
 Lymphadenectomy

2.5 Prosedur Laparoskopi

Dibandingkan dengan pembedahan ‘terbuka’, teknik laparoskopi memberikan


kelebihan: (Schellpfeffer, 2006)

Benefit intraoperatif :

 Berkurangnya stress respon dengan penurunan reaktan fase akut (C-reactive protein
dan interleukin-6)
 Berkurangnya repon metabolik dengan berkurangnya hiperglikemia dan leukositosis
 Berkurangnya pergeseran cairan
 Sistem imun dapat dipertahankan lebih baik
 Berkurangnya ekspos dan manipulasi isi abdomen

Benefit pasca operasi :

 Berkurangnya nyeri dan kebutuhan akan analgesik post operasi


 Fungsi pulmoner lebih baik ( dikaitkan dengan berkurangnya nyeri, berkurangnya
atelektasis dan pemulihan yang lebih cepat )
 Kosmetik yang lebih baik dengan insisi kecil
 Infeksi yang jarang
 Berkurangnya kejadian ileus
 Berkurangnya lama rawat inap dan pemulihan aktivitas sehari-hari yang lebih cepat
Langkah utama dari prosedur laparoskopi yang juga paling sering menimbulkan
komplikasi operasi adalah pneumoperitoneum. Karbondioksida (CO 2) melalui jarum
Veress, yang secara buta diinsersi persis di bawah umbilikus ke dalam rongga peritoneum.
Setelah memasuki peritoneum, dilakukan insuflasi gas. Pada awal insuflasi tekanan
intraperitoneum tidak boleh melebihi 8-9 mmHg. Insuflasi ditandai dengan perkusi udara
pada abdomen. Tekanan intra abdominal dipertahankan hingga 12-15 mmHg. Kemudian
kanul dan trokar diinsersi untuk perlatan pembedahan dan visualisasi dengan kamera.
(Michaels, 2005)
BAB III
PEMBAHASAN
TAHUN INVESTASI PENGELUARAN PENDAPATAN PENDAPATAN PENGAHASIALN BERSIH
BERJALAN AWAL PERTAHUN BULAN PERTAHUN TAHUNAN PAJAK 5%
0 RP 3.000.000.000
1 RP 150.000.000 RP 95.000.000 RP 1.140.000.000 RP 990.000.000 RP 49.500.000
2 RP 165.000.000 RP 104.500.000 RP 1.254.000.000 RP 1.089.000.000 RP 54.450.000
3 RP 181.500.000 RP 114.950.000 RP 1.379.400.000 RP 1.197.900.000 RP 59.895.000
4 RP 199.650.000 RP 137.940.000 RP 1.655.280.000 RP 1.455.630.000 RP 72.781.500
5 RP 219.615.000 RP 179.322.000 RP 2.151.864.000 RP 1.932.249.000 RP 96.612.450
TOTAL RP 915.765.000 RP 631.712.000 RP 7.580.544.000 RP 6.664.779.000

LABA NON PAJAK 5% DF 9% HASIL DF9% DF 45% HASIL DF 45% KOMULATIF CASH FLOW 0% KUMULATIF CASHFLOW 9%
TANPA PINJAM BANK -RP 3.000.000.000 -RP 3.000.000.000 RP3.000.000.000 RP 3.000.000.000
RP 940.500.000 0,917 RP 862.844.037 0,690 RP 595.064.853 RP2.059.500.000 RP 2.137.155.963
RP 1.034.550.000 0,842 RP 870.760.037 0,476 RP 414.154.595 RP1.024.950.000 RP 1.266.395.926
RP 1.138.005.000 0,772 RP 878.748.661 0,328 RP 288.244.261 -RP113.055.000 RP 387.647.265
RP 1.382.848.500 0,708 RP 979.644.740 0,226 RP 221.613.699 -RP1.495.903.500 -RP 591.997.475
RP 1.835.636.550 0,645 RP 1.193.037.808 0,156 RP 186.129.065 -RP2.878.752.000 -RP 1.785.035.283
RP 6.331.540.050 RP 1.785.035.283 -RP 1.294.793.527

KATEGORI
K
NPV 9% RP 1.785.035.283 LAYAK
IRR 9% 16,851008375220% LAYAK
NET B/C PI 9% 1,595011761 LAYAK
ARR 9% 159,50%
NPV DF 0% RP 3.331.540.050
NB/C PI 0% 2,11051335
ARR 0% 211%
PP BUNGA 9% 3,395701879 142,4527 3TAHUN 4 BULAN 22 HARI
PP BUNGA 0% 2,900655094 324,2358 2 TAHUN 10 BULAN 24 HARI
a. Berdasarkan tabel pendapatan bersih tahunan di atas dapat kita hitung
Pay back periode sebagai berikut:

Total investasi : RP 3.000.000.000


Pendapatan bersih tahun ke 1 : RP 862.844.037 _
RP 2.137.155.963

Pendapatan bersih tahun ke 2 : RP 870.760.037 _


RP 1.266.395.926

Pendapatan bersih tahun ke 3 : RP 878.748.661 _


RP 387.647.265

Di karenakan pendapatan bersih untuk tahun ke 4 melampaui sisa investasi dari tahun keempat maka
dapat kita hitung sebagai berikut:

Payback periode = Rp. 387.647.265 x 12 x30 hari


RP 979.644.740
= 142,4526766 hari =3 bulan 22 hari

Jadi, berdasarkan perhitungan payback periodenya dapat di simpulkan bahwa modal akan
kembali dalam jangka waktu 3 tahun 3 bulan 22 hari karena payback periodenya lebih cepat
dari nilai ekonomisnya maka investasi peralatan laparoskopi layak dan dapat dikembangkan.

b. ARR (Average Rate of Return)


Metode ini digunakan untuk mengukur berapa tingkat keuntungan rata- rata
yang diperoleh dari suatu investasi.

Rp 4.785.035.283
5
= Rp 957.007.057
= Rp. 3.000.000.000
5
= Rp 600.000.000,-

= Rp 957.007.057 x 100%
Rp 600.000.000,-
= 1,59 x 100%
= 159%
Berdasarkan data di atas, hasil ARR nya > dari tingkat keuntungan yang diisyaratkan yaitu
sebesar 100%, maka proyek ini diterima.

c. NPV (Net Present Value)


NPV df % = Rp 4.785.035.283 – Rp 3.000.000.000

= RP 1.785.035.283

Berdasarkan perhitungan di atas, NPV nya bernilai positif dan nilainya > 0, maka rencana
pengembangan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan.
d. IRR (Internale Rate of Return)
laba non pajak 5% df 9% hasil df9% df 45% hasil df 45%
tanpa pinjam bank -Rp 3.000.000.000 -Rp 3.000.000.000
Rp 940.500.000 0,917 Rp 862.844.037 0,689 Rp 594.499.541
Rp 1.034.550.000 0,842 Rp 870.760.037 0,476 Rp 414.481.778
Rp 1.138.005.000 0,772 Rp 878.748.661 0,328 Rp 288.229.561
Rp 1.382.848.500 0,708 Rp 979.644.740 0,226 Rp 221.399.711
Rp 1.835.636.550 0,645 Rp 1.193.037.808 0,156 Rp 186.113.898
Rp 6.331.540.050 Rp 1.785.035.283 -Rp 1.295.275.511

NPV 1= C1 = Total PV 1 – Total Investement

= RP 4.785.035.283 – 3.000.000.000
= Rp 1.785.035.283
NPV 2 = C2 = Total PV 2 – Total invesment
= Rp 1.704.724.489 – 3.000.000.000
= -Rp 1.295.275.511

P1 = 9% = 0,09
P2 = 45% = 0,45

= 0,09 - 1.785.035.283 x 0,36


3.079.828.810

= 0,09 + 0,2087
=0,2987 x100%
= 29,87%
Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 29,87 % lebih besar dari bunga bank
sebesar 9 % maka IRR diterima.

e. PI (Profitabilitas Indeks)
Metode ini digunakan untuk membandingkan nilai sekarang dari arus kas
bersih terhadap pengeluaran awalanya. Total PV Bersih /Total Investasi
P = Rp 4.785.035.283
3.000.000.000
= 1,595
Berdasarkan penelusuran Profitabilitas Indeks hasilnya adalah = 1,595
Berarti investasi peralatan Laparoskopi di RS X layak dilakukan dan
dikembangkan, karena syarat PI di terima adalah
> 1.

Anda mungkin juga menyukai