menghadapi covid 19
Dalam Permenkes no.72 tahun 2016 perihal baku pelayanan kefarmasian di tempat tinggal sakit,
bahwa pelayanan kefarmasian ialah pelayanan menyeluruh buat penyediaan obat bermutu (drug
oriented) dan pelayanan eksklusif pada pasien (patient oriented), yang keduanya adalah unsur yg
tidak terpisahkan dari sistem kesehatan tempat tinggal sakit yang berorientasi pada peningkatan
kualitas hidup pasien. Instalasi farmasi menjadi daerah praktek Apoteker serta tenaga Tehnis
Kefarmasian (TTK) pada rumah sakit, adalah unit yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian, meliputi pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan serta bahan medis habis pakai (BMHP) termasuk indera pelindung diri (APD)
mulai berasal pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, pendistribusian,
pemantauan dan pelayanan pribadi kepada pasien melalui aktivitas farmasi klinik.
Ketika kita sedang menghadapi pandemi novel coronavirus disease (COVID-19) yg dicanangkan
oleh WHO pada lepas 12 Februari 2020 menjadi pandemi dunia. Bagaimana Instalasi farmasi
pada menjalankan ke 2 fungsi diatas agar siap siaga menghadapi pandemi COVID-19.
Di awal masa pandemi COVID-19 pelayanan farmasi menghadapi tantangan sekaligus peluang
buat menjalankan tugas serta kegunaannya. Dalam menghadapi tantangan ini apoteker serta
tenaga tehnis kefarmasian (TTK) ialah tim garda depan pada menyampaikan layanan
kefarmasian pada penanganan pasien COVID-19 menggunakan menyikapi dan menyampaikan
respon yg cepat dan professional. Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yg simpel, apalagi saat ini
jumlah kebutuhan obat, Alkes serta BMHP buat pelayanan pasien COVID-19 semakin tinggi
dengan adanya perkara baru ini yg tidak diprediksi sebelumnya. Kebutuhan APD buat energi
Kesehatan serta petugas yg menyampaikan perawatan pasien COVID-19 di ruang isolasi khusus,
juga petugas yg menyampaikan pelayanan di IGD, rawat inap, rawat jalan, kamar operasi,
laboratorium serta penunjang diagnostik. Ad interim pada sisi lain ketersediaan obat, Alkes, serta
APD belum memenuhi kebutuhan yang ada, jua keterbatasan ketenagaan serta fasilitas/sarana
buat memberikan pelayanan farmasi di ruang isolasi khusus COVID-19 (RIK) yang merupakan
unit pelayanan farmasi baru.
1) Aspek pengelolaan: menjamin ketersediaan, penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan, BMHP dan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai area zonasi hijau, kuning, merah.
Ketersediaan obat untuk terapi antiviral, seperti: Oseltamivir, Hydroxichloroquin,
Lopinavir/ritonavir, Favipiravir (Avigan), Remsdesivir. terapi untuk berbagai macam penyakit
komorbidnya, terapi untuk kondisi emergency seperti: obat high alert, obat/alkes di trolly
emergency), BMHP untuk tindakan suportif yang membutuhkan alat bantu pernafasan seperti
oksigen nasal kanul, jackson rees, NIV, HFNC, dan ventilator. Juga kebutuhan untuk
Tindakan hemodialysis, CRRT, plasmapheresis, ECMO di ruang isolasi khusus dan tindakan
operasi khusus untuk pasien COVID-19.
2) Aspek pelayanan farmasi klinik: memastikan dan memantau terapi yang diberikan kepada
pasien COVID-19 sesuai indikasi, rejimen dosis, dan waspada potensial/ aktual terjadinya
interaksi obat, efek samping obat, serta memberikan informasi dan edukasi. Pelayanan
farmasi klinik ini meliputi: pengkajian peresepan, dispensing obat dan sediaan secara tehnik
aseptik, pemantauan terapi obat baik efektivitas dan keamanan, pengaturan jam pemberian
obat, pengecekan trolly emergency di ruang isolasi khusus COVID-19 untuk memastikan agar
pada saat dibutuhkan pada kondisi darurat obat tersebut tersedia. Apoteker Atau TTK
melakukan pengecekan trolly emergeny di ruang perawatan pasien Covid 19 Apoteker atau
TTK melakukan penyiapan dan pengecekan obat UDD di ruang isolasi khusus COVID-19
Apoteker atau TTK melakukan pelayanan APD di ruang isolasi khusus COVID-19
3) Aspek penelitian: mengelola dan memantau penggunaan obat penelitian COVID-19. Apoteker
harus dapat menjamin agar penyimpanan obat penelitian disimpan di lemari khusus dengan
pengendalian monitoring suhu penyimpanan dan pencatatan penggunaannya. Juga melakukan
randomisasi untuk penelitian dengan “double blind”. Penelitian multisenter COVID-19 di
RSUD Dr.Soetomo antara lain: Solidarity trial WHO, Avigan trial, Studi farmakovigilans
hydroxichloroquin/ chloroquine, ITAC trial dan penelitian COVID-19 lainnya. Apoteker
melakukan pemantauan dan pengecekan obat penelitian COVID-19. Penyimpanan obat
penelitian COVID-19 di tempat lemari khusus obat penelitian yang terkendali suhu
penyimpanannya.
4) Aspek kolaborasi tim: Apoteker terlibat aktif dalam SATGAS COVID-19 Rumah Sakit dan
Tim PINERE untuk saling berkoordinasi, diskusi, konsultasi tentang perawatan pengobatan
pasien COVID-19 secara multidisiplin dan komunikasi efektif dengan berbagai pihak yang
terkait. Koordinasi aktif dengan tim PINERE dalam pemantauan pemberian terapi pasien
covid, melalui aktivitas morning report setiap hari sebagai forum koordinasi dan diskusi
dalam perawatan dan pengobatan pasien COVID-19 secara multidisiplin. di RSUD Dr.
Soetomo pada awal pandemi bulan Maret-April 2020 morning report kasus COVID-19
dilaksanakan secara offline, kemudian sejak bulan Mei 2020 sampai sekarang peserta yang
mengikuti morning report makin banyak maka dilaksanakan secara online zoom meeting
setiap hari jam 07.00-10.00.